Karakteristik Sifat Fisik Tepung Ikan Serta Tepung Daging dan Tulang

KARAKTERISTIK SIFAT FISIK TEPUNG IKAN
SERTA TEPUNG DAGING DAN TULANG

SKRIPSI
FAUZAN LATIEF

PROGRAM STUDI NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006

RINGKASAN
FAUZAN LATIEF. D24102029. 2006. Karakteristik Sifat Fisik Tepung Ikan
serta Tepung Daging dan Tulang. Skripsi. Program Studi Nutrisi dan Makanan
Ternak. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Pembimbing Utama
: Dr. Ir. Erika B. Laconi, MS.
Pembimbing Anggota : Ir. Abdul Djamil Hasjmy, MS.
Bahan pakan sumber protein hewani sangat penting bagi ternak, karena
kandungan protein dan asam aminonya tinggi, tetapi harganya lebih mahal
dibandingkan sumber energi dan sumber protein nabati, maka diperlukan perhatian

khusus terhadap pengawasan mutu dan penyimpanan agar kualitas bahan pakan
sumber protein hewani tidak menurun. Sifat fisik merupakan salah satu pengujian
secara cepat untuk menentukan bahan baku pakan diterima atau tidak dalam proses
quality control, maka penelitian tentang sifat fisik bahan baku pakan perlu dilakukan.
Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan mulai dari bulan Juni sampai
dengan bulan Agustus 2005 di Bagian Ilmu dan Teknologi Pakan, Departemen Ilmu
Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Rancangan Acak
Lengkap (RAL) untuk tepung daging dan tulang dengan 2 perlakuan dan 4 ulangan.
dan tepung ikan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial 2×2×4,
dua untuk asal pemasok dari industri besar dan kecil, 2 asal tepung ikan dari lokal
dan impor dengan 4 kali ulangan. Peubah yang diamati adalah kadar air (%), berat
jenis (g/ml), kerapatan tumpukan (g/ml), kerapatan pemadatan tumpukan (g/ml),
sudut tumpukan (0), dan daya ambang (m/det).
Hasil penelitian ini adalah setiap bahan baku pakan mempunyai sifat fisik
pakan yang berbeda, sifat fisik kadar air, berat jenis tepung daging dan tulang dari
industri besar sangat nyata lebih kecil dibandingkan tepung daging dan tulang dari
industri kecil, untuk sifat fisik kerapatan tumpukan dan kerapatan pemadatan
tumpukan tepung daging dan tulang dari industri kecil sangat nyata lebih besar
dibandingkan tepung daging dan tulang dari industri besar. Sifat fisik sudut

tumpukan tepung daging dan tulang dari industri besar nyata lebih besar
dibandingkan tepung daging dan tulang dari industri kecil. Untuk sifat fisik daya
ambang tepung daging dan tulang tidak berbeda nyata.
Tepung ikan memiliki sifat fisik yang berbeda sangat nyata untuk kadar air,
kerapatan pemadatan tumpukan dan sudut tumpukan, sedangkan sifat fisik berat
jenis, kerapatan tumpukan dan daya ambang tidak berbeda nyata.
Tepung ikan dari industri besar yang diimport mempunyai nilai rataan sifat
fisik kadar air berbeda sangat nyata lebih kecil dibandingkan tepung ikan dari
industri kecil lokal, sedangkan untuk rataan sifat fisik kerapatan pemadatan
tumpukan dan sudut tumpukan tepung ikan dari industri besar yang diimport berbeda
sangat nyata lebih besar dibandingkan tepung ikan dari industri kecil lokal.

Kata kunci : Sifat fisik, kerapatan tumpukan, kerapatan pemadatan tumpukan, berat
jenis, sudut tumpukan dan daya ambang.

ABSTRACT
Physical Properties Characteristic of Fish Meal and Meat Bone Meal
F. Latief, E. B. Laconi, and A. D. Hasjmy
Protein is very important for animal and protein raw material more expensive
than another feedstuff, so we must have more attention and quality control for this

feedstuff. One of the quality control test is physical characteristic, which is used to
get information about physical properties of the raw material on protein sources. The
research was conducted to get standard of physical characteristics of fish meal and
meat bone meal that can be used to identify and evaluate quality.
The experiment was carried out to measure six physical properties, there are
specific density, compacted specific density, specific weight, angle of response,
floating rate and hygroscopic factor. There were local and import feedstuff from the
two different sources. Statistically analyzed by using completely randomized design
for meat bone meal and factorial design for fish meal, the mean value were compared
by using last significant different.
The result showed that all feedstuffs have a different physical properties,
depends on particle size and moisture, physical properties characteristic for meat
bone meal have the very significant different between meat bone meal from big
industries and small industries. Fish meal have the physical properties characteristic
significant different for characteristic angle of respose, water soluble and compacted
specific density.
Import fish meal from big industry have result for water soluble characteristic
very significant different lower than local fish meal from small industries, compacted
specific density and angle of respose import fish meal from big industries have very
significant different more bigger than local fish meal from small industries.

Key words: physical properties, specific density, compacted specific density,
specific weight, angle of respose, floating rate and hygroscopic factor.
.

KARAKTERISTIK SIFAT FISIK TEPUNG IKAN
SERTA TEPUNG DAGING DAN TULANG

FAUZAN LATIEF
D24102029

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Peternakan
pada Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006


KARAKTERISTIK SIFAT FISIK TEPUNG IKAN
SERTA TEPUNG DAGING DAN TULANG

Oleh
FAUZAN LATIEF
D24102029

Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan di hadapan
Komisi Ujian Lisan pada tanggal 30 Juni 2006

Pembimbing Utama

Pembimbing Anggota

Dr. Ir. Erika B. Laconi, MS.
NIP. 131 671 591

Ir. Abdul Djamil Hasjmy, MS.
NIP. 130 516 996


Mengetahui,
Dekan Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Ronny R. Noor, MRur.Sc
NIP. 131 624 188

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kota Bantul, Yogyakarta pada tanggal 16 Mei 1984
sebagai anak tunggal, dari pasangan suami istri bapak M Jumhan Dw dan ibu Nanik
Iriyani Puji Utami.
Pendidikan dasar diselesaikan penulis pada tahun 1996 di SDN Sarimulya IV
Cikampek, pendidikan lanjutan menengah pertama diselesaikan pada tahun 1999 di
SLTPN 1 Purwakarta dan pendidikan lanjutan menengah atas diselesaikan pada
tahun 2002 di SMUN 1 Purwakarta.
Penulis diterima sebagai mahasiswa pada Departemen Ilmu Nutrisi dan
Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur
Undangan Saringan Masuk IPB (USMI) pada tahun 2002.

KATA PENGANTAR


Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas
nikmat dan hidayah-Nya yang tak terhingga, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini. Skripsi yang berjudul “ Karakteristik Sifat Fisik Tepung Ikan serta
Tepung Daging dan Tulang” ini disusun dalam rangka menyelesaikan studi pada
Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut
Pertanian Bogor. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Juni sampai dengan
Agustus 2005 di Bagian Ilmu dan Teknologi Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi dan
Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Kebutuhan akan bahan baku pakan dari luar negeri untuk industri pakan
dalam negeri meningkat sampai dengan 80%, hal ini membutuhkan penanganan yang
lebih baik dari kita yang bergerak dalam bidang peternakan. Pakan sumber protein
hewani sangat penting dalam industri pakan, karena kandungan protein dan asam
aminonya tinggi, tetapi harganya lebih mahal dibandingkan sumber energi dan
sumber protein nabati, maka diperlukan perhatian khusus terhadap pengawasan mutu
dan penyimpanan agar kualitas bahan pakan sumber protein hewani tidak menurun.
Sifat fisik merupakan salah satu pengujian secara cepat untuk menentukan bahan
baku pakan diterima atau tidak dalam proses quality control, maka penelitian tentang
sifat fisik bahan baku pakan perlu dilakukan.
Bahan baku pakan yang paling banyak diimpor salah satunya adalah sumber

protein hewani, tepung ikan dan tepung daging dan tulang menjadi primadona, hal ini
dilakukan untuk memenuhi sumber protein dari ransum yang akan dibuat, untuk itu
kita perlu membandingkan antara sumber protein hewani lokal maupun impor
dengan acuan bahan bakunya didapat dari industri besar dimana produksi pakannya
sudah berskala besar yang ada di kota Bekasi dan industri kecil dengan produksi
pakan sedikit yang ada di kota Bogor.
Kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan oleh penulis untuk
kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Bogor, Juni 2006
Penulis

DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN ..........................................................................................

ii

ABSTRACT .............................................................................................

iii


RIWAYAT HIDUP ..................................................................................

vi

KATA PENGANTAR .............................................................................

vii

DAFTAR ISI ...........................................................................................

viii

DAFTAR TABEL ...................................................................................

x

DAFTAR GAMBAR ...............................................................................

xi


DAFTAR LAMPIRAN ...........................................................................

xii

PENDAHULUAN ...................................................................................

1

Latar Belakang ...................................................................................
Perumusan Masalah ...........................................................................
Tujuan ................................................................................................

2
2
2

TINJAUAN PUSTAKA ..........................................................................

3


Kadar Air ..........................................................................................
Sifat Fisik Pakan ................................................................................
Berat Jenis ..................................................................................
Kerapatan Tumpukan (Bulk Density) ......................................
Kerapatan Pemadatan Tumpukan (Compacted Bulk Density) .
Sudut Tumpukan (Angle of Repose) .......................................
Daya Ambang (Floating Rate) ..................................................
Tepung Ikan .......................................................................................
Proses Pembuatan Tepung Ikan .........................................................
Tepung Daging dan Tulang ...............................................................

3
4
4
5
6
7
7
8
9
10

MATERI DAN METODE ......................................................................

12

Lokasi dan Waktu ..............................................................................
Materi .................................................................................................
Bahan Pakan ............................................................................
Peralatan ...................................................................................
Rancangan ..........................................................................................
Perlakuan .................................................................................
Model .................................................................................................
Peubah ......................................................................................
Analisis Data ............................................................................
Prosedur .............................................................................................
Persiapan Bahan .......................................................................
Pengukuran Kadar Air .............................................................
Pengukuran Sifat Fisik ...............................................................
Berat Jenis .....................................................................
Kerapatan Tumpukan ....................................................
Kerapatan Pemadatan Tumpukan .................................

12
12
12
12
12
12
13
13
13
14
14
14
14
14
14
15

Sudut Tumpukan ..........................................................
Daya Ambang ..............................................................

15
15

HASIL DAN PEMBAHASAN ...............................................................

17

Sifat Fisik ............................................................................................
Tepung Daging dan Tulang ..............................................................
Pengukuran Kadar Air ......................................................................
Pengukuran Sifat Fisik ......................................................................
Berat Jenis .............................................................................
Kerapatan Tumpukan ............................................................
Kerapatan Pemadatan Tumpukan .........................................
Sudut Tumpukan ...................................................................
Daya Ambang .......................................................................
Tepung Ikan ......................................................................................
Pengukuran Kadar Air ......................................................................
Pengukuran Sifat Fisik ......................................................................
Berat Jenis .............................................................................
Kerapatan Tumpukan ............................................................
Kerapatan Pemadatan Tumpukan .........................................
Sudut Tumpukan ...................................................................
Daya Ambang .......................................................................

17
21
21
22
22
22
23
24
25
25
25
26
26
27
27
28
29

KESIMPULAN DAN SARAN ...............................................................

30

Kesimpulan .......................................................................................
Saran .................................................................................................

30
30

UCAPAN TERIMA KASIH ...................................................................

31

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................

32

LAMPIRAN ............................................................................................

35

DAFTAR TABEL
Nomor

Halaman

1. Matriks Teoritis Daya Ambang .................................................................

8

2. Kandungan Asam Amino Tepung Daging dan Tulang ..............................

10

3. Variasi Nutrisi dan Kecernaan in vitro dari
94 sampel MBM asal New Zealand .............................................................

11

4. Karakteristik Sifat Fisik Tepung Daging dan Tulang ..................................

17

5. Karakteristik Sifat Fisik Tepung Ikan .........................................................

19

6. Perbandingan Karakteristik Sifat Fisik
Tepung Ikan Industri Besar dengan Industri Kecil ......................................

20

7. Perbandingan Karakteristik Sifat Fisik
Tepung Ikan Lokal dan Import ....................................................................

20

DAFTAR GAMBAR
Nomor

Halaman

1. Skema Proses Pembuatan Tepung Ikan lokal ..............................................

10

2. Prosedur Pengukuran Sudut Tumpukan .....................................................

15

3. Metode Pengukuran Daya Ambang ............................................................

16

4. Bentuk Fisik Bahan Pakan Tepung Daging dan Tulang .............................

18

5. Bentuk Fisik Bahan Pakan Tepung Ikan .....................................................

21

DAFTAR LAMPIRAN
Nomor

Halaman

1. Sidik Ragam (ANOVA) Kadar Air Tepung Daging dan Tulang .............

36

2. Sidik Ragam (ANOVA) Berat Jenis Tepung Daging dan Tulang ...........

36

3. Sidik Ragam (ANOVA) Kerapatan Tumpukan Tepung Daging
dan Tulang ................................................................................................

36

4. Sidik Ragam (ANOVA) Kerapatan Pemadatan Tumpukan
Tepung Daging dan Tulang .......................................................................

36

5. Sidik Ragam (ANOVA) Sudut Tumpukan Tepung Daging dan Tulang ...

36

6. Sidik Ragam (ANOVA) Daya Ambang Tepung Daging dan Tulang .......

37

7. Sidik Ragam (ANOVA) Sudut Tumpukan Tepung Ikan...........................

37

8. Sidik Ragam (ANOVA) Kadar Air Tepung Ikan ......................................

37

9. Sidik Ragam (ANOVA) Berat Jenis Tepung Ikan.....................................

37

10. Sidik Ragam (ANOVA) Kerapatan Tumpukan Tepung Ikan ...................

38

11. Sidik Ragam (ANOVA) Kerapatan Pemadatan Tumpukan Tepung Ikan .

38

12. Sidik Ragam (ANOVA) Daya Ambang Tepung Ikan ...............................

38

13. Gambar Peralatan yang digunakan ............................................................

39

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ketersediaan bahan pakan sumber protein hewani secara kualitas dan
kuantitas masih menjadi kendala bagi industri pakan ternak. Harga yang mahal,
banyaknya pemalsuan atau pencampuran dengan bahan lain dan penyimpanan
menimbulkan berbagai permasalahan untuk bahan pakan sumber protein hewani,
sehingga perlu dilakukan pengujian secara cepat dan ekonomis untuk bahan baku
sumber protein hewani seperti tepung ikan dan tepung daging dan tulang.
Pengujian kualitas bahan baku pakan yang biasa dilakukan adalah uji fisik
secara organoleptik, analisis kimia dan pengamatan biologi. Uji fisik secara
organoleptik biasanya digunakan sebagai uji secara cepat (rapid test) di industri
pakan ternak. Uji fisik secara organoleptik ini bersifat subjektif dan belum dapat
mendeteksi adanya pemalsuan bahan pakan tersebut. Analisis kimia dilakukan
dengan menggunakan analisis proksimat dan van soest, kedua analisa ini hanya dapat
mengetahui komposisi zat makanan yang terkandung dalam bahan pakan tersebut,
namun tidak dapat mengetahui nilai manfaat bagi ternak. Uji secara biologi biasanya
menggunakan uji kecernaan terhadap ternak secara langsung (in vivo) atau secara
tidak langsung (in vitro), uji ini dapat mengetahui nilai manfaat bagi ternak namun
tidak dapat mengetahui komposisi kimia dari suatu bahan.
Selain itu terdapat pula uji secara mikroskopis, namun karakteristik
mikroskopis bahan pakan khususnya pakan sumber protein hewani belum banyak
diketahui. Pengukuran sifat fisik dari bahan baku pakan dapat digunakan untuk
menentukan efisien atau tidaknya bahan tersebut dari segi kualitas bahan baku dalam
pemrosesan di industri pakan.
Secara umum sifat fisik bahan tergantung kepada varietas, ukuran partikel
serta kadar air bahan pakan, untuk itu dilakukan penelitian tentang karakteristik sifat
fisik bahan pakan seperti berat jenis, kerapatan tumpukan, sudut tumpukan, daya
ambang, dan faktor higroskopis pada tepung ikan dan tepung daging dan tulang.

1

Perumusan Masalah
Pakan sumber protein hewani sangat penting dalam industri pakan, karena
kandungan protein dan asam aminonya tinggi, tetapi harganya lebih mahal
dibandingkan sumber energi dan sumber protein nabati, maka diperlukan perhatian
khusus terhadap pengawasan mutu dan penyimpanan agar kualitas bahan pakan
sumber protein hewani tidak menurun. Sifat fisik merupakan salah satu pengujian
secara cepat untuk menentukan bahan baku pakan diterima atau tidak dalam proses
quality control, maka penelitian tentang sifat fisik bahan baku pakan perlu dilakukan.
Hal itu dapat dilakukan dengan cara pengukuran berat jenis, kerapatan tumpukan,
kerapatan pemadatan tumpukan, sudut tumpukan dan daya ambang. Sehingga kita
dapat mengetahui karakteristik masing-masing bahan pakan sumber protein hewani
khususnya untuk tepung ikan serta tepung daging dan tulang.
Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan karakteristik sifat fisik
tepung ikan dan tepung daging dan tulang yang meliputi berat jenis, kerapatan
tumpukan, kerapatan pemadatan tumpukan, sudut tumpukan, dan daya ambang.

2

TINJAUAN PUSTAKA
Kadar Air
Kadar air merupakan persentase kandungan air suatu bahan yang dapat
dinyatakan berdasarkan berat basah atau berat kering. Kadar air berdasarkan berat
basah adalah perbandingan antara berat air dalam suatu bahan dengan berat total
bahan, sedangkan kadar air berdasarkan berat kering adalah perbandingan antara
berat air dalam suatu bahan dengan berat kering bahan tersebut (Syarif dan Halid,
1993).
Pada umumnya keawetan bahan pangan mempunyai hubungan erat dengan
kadar air yang terkandung. Kandungan air dalam bahan makanan ikut menentukan
acceptability dan daya tahan bahan. Air yang terdapat dalam suatu bahan menurut
derajat keterikatannya terbagi menjadi empat tipe, yaitu: 1) tipe 1 adalah molekul air
yang terikat pada molekul-molekul lain melalui suatu ikatan hidrogen yang berenergi
besar. Air tipe ini tidak dapat membeku pada proses pembekuan, tetapi sebagian air
ini dapat dihilangkan dengan cara pengeringan biasa, 2) tipe 2 adalah molekulmolekul air yang memebetuk ikatan hidrogen dengan molekul air lain. Air tipe ini
lebih sulit dihilangkan, dan apabila dihilangkan akan mengakibatkan penurunan
aktivitas air (Aw).
Jika air ini dihilangkan sebagian maka pertumbuhan mikroba, reaksi
browning, dan hidrolisis atau oksidasi lemak dapat dikurangi, sedangkan apabila air
ini dihilangkan semuanya, akan menurunkan kadar air bahan menjadi 3-7% dan
kestabilan produk suatu bahan akan tercapai, kecuali pada produk-produk yang dapat
mengalami oksidasi akibat adanya kandungan lemak tidak jenuh, 3) tipe 3 adalah air
yang secara fisik terikat dalam jaringan matriks bahan. Air tipe ini mudah diuapkan
dan dapat dimanfaatkan untuk pertumbuhan mikroba dan media bagi reaksi-reaksi
kimiawi. Apabila air ini diuapkan seluruhnya, kandungan air bahan berkisar 12-25%
dengan aw kira- kira 0,8 tergantung dari jenis bahan dan suhu.
Air tipe ini disebut dengan air bebas, 4) tipe 4 adalah air yang tidak terikat
dalam jaringan suatu bahan atau air murni (Winarno, 1997). Aktivitas air bahan
pakan adalah air bebas yang terkandung dalam bahan pakan yang dapat digunakan
oleh mikroba untuk pertumbuhannya (Syarif dan Halid, 1993). (Winarno et al.,1980),
menyatakan berbagai mikroorganisme mempunyai aw minimum agar dapat tumbuh

3

dengan baik, misalnya bakteri tumbuh pada aw 0,90, khamir pada aw 0,80-0,90, dan
kapang pada aw 0,60-0,70.
Suatu bahan yang akan disimpan sebaiknya memiliki aktivitas air dibawah
70% atau pada kelembaban relatif dibawah 70%( Winarno et al., 1980). Suatu bahan
dengan kadar air dan aktivitas air yang rendah dapat lebih awet dalam proses
penyimpanan dibanding dengan bahan dengan kadar air dan aktivitas air yang lebih
tinggi (Syarief dan Halid, 1993).
Sifat Fisik Pakan
Sifat fisik dan tekstur bahan menentukan parameter yang penting untuk
merancang alat proses (pengolahan), memenuhi syarat pengepakan (kemasan) serta
kondisi penyimpanan (Wirakartakusumah et al., 1992).
Menurut Kling dan Wohlbier (1983) dalam Khalil (1999a), sekurang –
kurangnya ada enam sifat fisik bahan pakan yang penting, yaitu berat, sudut
tumpukan, kerapatan tumpukan, kerapatan pemadatan tumpukan, daya ambang dan
factor higroskopis. Pathak (1997) mengatakan uji kualitas bahan pakan dapat
dilakukan dengan beberapa teknik pemeriksaan dan pengujian yaitu uji fisik
organoleptik, analisis kimia dan pengamatan mikroskopis.
Sifat fisik merupakan sifat dasar dari suatu bahan. Sifat fisik bahan mencakup
aspek yang sangat luas, akan tetapi informasi hasil penelitian mengenai sifat fisik
bahan pakan masih sangat terbatas. Salah satu faktor yang paling kritis dalam
penanganan bahan adalah sifat mengalir bahan (flowability) yang ditangani. Faktor
lain seperti kandungan air, kerapuhan bahan, sudut tumpukan, sifat penggumpalan,
abrasiveness dan densitas adalah elemen utama dalam penentuan penanganan yang
tepat.
Berat Jenis
Berat jenis disebut berat spesifik, merupakan perbandingan antara masa
bahan terhadap volume bahan satuannya adalah kg/m3. Khalil (1999b) menjelaskan
bahwa berat jenis akan berhubungan erat dengan porositas ransum. Porositas adalah
rasio antara kerapatan tumpukan dengan berat jenis ransum. Porositas ini memegang
peranan penting, misalnya dalam mencapai efisiensi pengeringan bahan, karena
berkaitan erat dengan daya hantar panas dalam tumpukan bahan.berat jenis

4

berpengaruh pada daya ambang partikel, yang berhubungan dengan proses
pemindahan atau pengangkutan bahan dengan conveyor atau pada proses pengisian
silo yang tinggi dengan menggunakan gaya gravitasi. Berat jenis bersama dengan
ukuran partikel juga berpengaruh terhadap homogenitas penyebaran partikel dan
stabilitasnya dalam suatu campuran pakan.
Ransum yang terdiri atas partikel yang perbedaan berat jenisnya cukup besar,
maka campuran ini tidak stabil dan cenderung mudah terpisah kembali, oleh karena
itu keadaan ini tidak diinginkan dalam proses pembuatan pakan campuran (ransum).
Berat jenis sangat menentukan tingkat ketelitian dalam proses penakaran secara
otomatis yang umum diterapkan pada pabrik pakan, seperti dalam proses
pengemasan pengeluaran bahan dari dalam silo untuk dicampur atau digiling (Chung
dan Lee, 1985 dalam Khalil, 1999b)
Variasi dalam nilai berat jenis dipengaruhi oleh kandungan nutrisi bahan,
distribusi ukuran partikel dan karakteristik permukaan partikel, hal ini didukung oleh
pernyataan Nurcahaya (1999) bahwa perbedaan nilai berat jenis selain dipengaruhi
oleh perbedaan karakteristik permukaan partikel juga dipengaruhi oleh kandungan
nutrisi bahan.
Kerapatan Tumpukan (Bulk Density)
Kerapatan tumpukan (Bulk Density) merupakan perbandingan antara berat
bahan dengan volume ruang yang ditempatinya, satuannya adalah kg/m3 (Khalil,
1999b). Kerapatan tumpukan berpengaruh terhadap daya campur dan ketelitian
penakaran secara otomatis sebagaimana halnya berat jenis. Sifat ini juga memegang
peranan penting dalam memperhitungkan volume ruang yang dibutuhkan suatu
bahan dengan berat jenis tertentu seperti pada pengisian alat pencampur, elevator dan
silo.
Sifat ini memegang peranan penting dalam memperhitungkan volume ruang
yang dibutuhkan suatu bahan dengan berat jenis tertentu seperti pada pengisian alat
pencampur, elevator dan silo (Qomariyah, 2004).
Penggunaan bahan sorghum dan jagung memperlihatkan hasil kerapatan
tumpukan tumpukan yang lebih rendah daripada penggunaan bahan ubi kayu
(P500 kg/m3) akan sulit dicampur dan campuran seperti ini akan mudah
terpisah kembali. Bahan dengan kerapatan tumpukan rendah (1000 kg/m3) bersifat kebalikannya,
berdasarkan hal tersebut dengan mengetahui nilai kerapatan tumpukan khususnya
dalam bahan bungkil inti sawit dapat diduga susunan formula ransum yang tepat,
sehingga kesalahan dalam pemilihan bahan dapat dihindari (Nurcahaya,1999).
Kerapatan Pemadatan Tumpukan (Compacted Bulk Density)
Kerapatan pemadatan tumpukan merupakan perbandingan antara berat bahan
dengan volume ruang setelah melalui proses pemadatan (seperti penggoyangan),
satuannya adalah kg/m3. Kapasitas silo, kontainer dan kemasan tergantung pada
kerapatan tumpukan dan kerapatan pemadatan tumpukan. Perbedaan cara pemadatan
akan berpengaruh pada nilai kerapatan pemadatan tumpukannya. Menurut Hoffman
(1997), tingkat pemadatan serta densitas bahan sangat menentukan kapasitas dan
akurasi pengisian tempat penyimpanan seperti silo, kontainer dan kemasan.
Nilai kerapatan pemadatan tumpukan dari makanan berbentuk bubuk
umumnya antara 0,3-0,8 g/cm3 (Wirakartakusumah et al., 1992). Dengan mengetahui
nilai kerapatan pemadatan tumpukan bermanfaat pada saat pengisian bahan ke dalam
wadah yang diam tetapi bergetar. Kerapatan pemadatan tumpukan dipengaruhi oleh
bentuk dan ukuran partikel bahan pakan (Gautama, 1998). Kerapatan pemadatan
tumpukan yang tinggi berarti bahan memiliki kemampuan memadat yang tinggi
dibandingkan dengan bahan yang lain. Distribusi ukuran partikel lebih banyak
berpengaruh terhadap nilai kerapatan pemadatan tumpukan dibandingkan sifat kimia
(Nurcahaya,1999).

6

Semakin rendah kerapatan pemadatan tumpukan yang dihasilkan maka laju
alir akan semakin menurun (Rikmawati, 2005).
Sudut Tumpukan (Angle of Repose)
Menurut (Soesarsono, 1998), sifat fisik ini perlu diketahui misalnya untuk
mendesain corong pemasukan ataupun corong pengeluaran, misal pada silo atau pada
mesin pengolah. Kesalahan desain corong karena kurang pengetahuan tentang sudut
tumpukan komoditas dapat mengakibatkan kemacetan karena corong tersumbat oleh
komoditas yang tidak dapat lewat dengan lancar.
Sudut tumpukan merupakan sudut yang terbentuk jika bahan dicurahkan pada
bidang datar melalui sebuah corong. Sudut tumpukan menunjukkan kriteria
kebebasan bergerak partikel dari suatu tumpukan bahan. Menurut Williams (1991)
dan Ruttloff (1981) dalam Khalil (1999a), laju aliran bahan akan sangat
mempengaruhi proses penanganan dan distribusi, antara lain :
1. Kecepatan dan keefisienan pada proses pengisian silo vertikal, pemindahan
bahan menuju unit penimbangan atau pencampuran sangat ditentukan oleh
sifat mengalir bahan.
2. Pengangkutan atau pemindahan bahan secara mekanik dengan menggunakan
alat mekanik seperti traktor, sekop atau conveyor. Kemudahan dan
kecepatannya mengangkut bahan ditentukan oleh sudut tumpukan bahan.
3. Sudut tumpukan berpengaruh pada proses penakaran. Bahan yang
mempunyai sudut tumpukan kecil lebih mudah dan lebih akurat ditakar baik
secara volumetris dan gravimetris.
Bahan yang memiliki tingkat kebebasan bergerak rendah maka sudut
tumpukannya besar. Sudut tumpukan merupakan metode cepat pengukuran laju
aliran/daya luncur suatu bahan (Carr, 1976).
Daya Ambang (Floating Rate)
Keefisienan pengangkutan behan dengan alat conveyor ditetukan oleh daya
ambang bahan tersebut. Daya ambang adalah jarak yang ditempuh oleh suatu partikel
bahan jika dijatuhkan dari atas ke bawah selama jangka waktu tertentu, dengan
satuan m/dtk. Daya ambang suatu partikel bahan dikatakan besar apabila semakin
lama waktu yang diperlukan menuju bidang datar dari ketinggian tertentu (Khalil,

7

1999a). Partikel yang lebih kecil ukurannya dengan berat lebih ringan mempunyai
daya ambang lebih besar akan lebih dahulu terhisap. Pada pengisian silo vertical,
bahan dengan daya ambang kecil akan jatuh lebih cepat dan cenderung bertumpuk di
bagian bawah karena lebih besar gaya gravitasinya hal ini dapat menyebabkan
penyimpangan komposisi nutrisi pakan secara keseluruhan (Khalil, 1999a).
Penjelasan tentang daya ambang dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Matriks Teoritis Daya Ambang
Daya Ambang

Jarak tempuh

Partikel

Waktu tempuh

Besar

Pendek

Kecil/Ringan

Lama

Panjang

Basar/Berat

Cepat

Kecil
Sumber : Khalil, 1999

a

Tepung Ikan
Tepung ikan merupakan ikan utuh dan potongannya atau keduanya yang
digiling dan dikeringkan dengan atau tanpa ekstraksi sebagian minyak ikan.
Kandungan protein kasarnya mencapai 60% (Pfost, 1976). Tepung ikan merupakan
jaringan dasar yang kering dan bersih, berasal dari daging ikan penuh atau sisa
potongan ikan, dengan atau tanpa ekstraksi bagian minyaknya. Kandungan protein
kasarnya sangat tinggi, mencapai 55-72% tergantung cara pengolahannya,
masalahnya adalah harga yang relatif mahal sehingga sering disubstitusi dengan
Meat and Bone Meal (MBM) (Indartono, 2003).
Tepung ikan adalah produk padat yang dihasilkan dengan jalan mengeluarkan
sebagian air dan sebagian lemak atau seluruhnya dalam ikan atau sisa ikan.
Kegunaan tepung ikan adalah sebagai bahan campuran pakan ternak unggas dan
berfungsi sebagai sumber protein (Amrullah, 2003).
Biasanya tepung ikan berasal dari sisa-sisa olahan (sisa kepala atau perut ikan
pada pengalengan ikan dan pengolahan fillet ikan) maupun hasil penangkapan waktu
musim ikan sangat banyak sehingga orang tidak mampu untuk mengolahnya lagi
(Moeljanto, 1982). Amrullah (2003) menjelaskan bahwa pemakaian tepung ikan
dalam ransum ayam ras oleh para ahli unggas negara barat selalu dibatasi di bawah
10%, dikhawatirkan banyaknya akan mempengaruhi aroma daging atau telurnya
kelak.

8

Tepung ikan adalah sumber protein yang sangat baik untuk unggas, karena
mengandung asam-asam amino essensial yang cukup untuk kebutuhan ayam dan
sumber utama dari lisin dan methionin. Tepung ikan dianggap sebagai protein bahan
pakan yang mempunyai nutrisi lengkap dan berasal dari ikan, juga sebagai sumber
asam amino dan energi yang baik, dan mempunyai palatabilitas yang tinggi
(Thompson et al., 2004). Level pemberian tepung ikan dalam ransum unggas untuk
periode starter 10%, finisher 8%, dan ayam petelur 5-6% (eFeedGrain, 2004).
Tepung ikan merupakan limbah ikan yang dihasilkan dari kegiatan industri
pengalengan ikan, dapat dimanfaatkan untuk campuran makanan ternak seperti
unggas, babi, dan makanan ikan. Tepung ikan mengandung protein, mineral, dan
vitamin B, tepung ikan yang berkualitas tinggi mengandung air 6 -10%, lemak 5 12%, protein 60 -75%, dan abu 10 -20% (LIPI, 2000).
Proses Pembuatan Tepung Ikan
Proses pembuatan tepung ikan menurut LIPI (2005) dimulai dengan
memotong-motong bahan limbah ikan dengan cara memasukkan bahan ke dalam
keranjang plastik yang berlubang di bawahnya, kemudian dicuci bersih dalam bak
pencucian. Bahan yang telah bersih diaduk dan dibiarkan selama 30 menit di dalam
bak. Ikan yang mengandung banyak lemak dimasukkan ke dalam panci masak,
ditambahkan air hingga terendam, dan dimasak selama 1 jam, sedangkan ikan yang
sedikit mengandung lemak dimasak dalam dandang selama 30 menit. Selanjutnya
ikan yang sudah masak dipres dan dihancurkan dengan alat penggiling (penggilingan
basah), kemudian dikeringkan pada suhu 60-650C selama 6 jam di dalam alat
pengering atau di bawah sinar matahari. Setelah kering, digiling kembali sampai
menjadi tepung (penggilingan kering) dan selanjutnya dihasilkan produk berupa
tepung ikan.

9

Skema proses pembuatan tepung ikan lokal dapat dilihat pada Gambar 1.
Ikan
Penggaraman
Pemasakan (Rebus/Kukus)
Pengepresan
Penggilingan Basah
Pengeringan dengan Alat Pengering/Sinar Matahari
Penggilingan Kering
Tepung ikan
Gambar 1. Skema Proses Pembuatan Tepung Ikan Lokal (LIPI, 2000)
Tepung Daging dan Tulang (Meat and Bone Meal)
Kandungan asam amino tepung daging dan tulang dapat dilihat pada Tabel. 2.
Tabel 2. Kandungan Asam Amino Tepung Daging dan Tulang
Komposisi

Kandungan (%BK)

Metionin

0,72

Sistin

0,64

Listin

2,66

Threonin

1,75

Isoleusin

1,47

Leusin

3,41

Fenilalanin

1,80

Histidin

0,94

Valin

2,40

Arginin

3,80

Sumber : Parson et al. (1997)

10

Produk yang dihasilkan dari pengolahan MBM ini sangat bervariasi meskipun
bahan baku yang digunakan bagus dan metode metode pengolahannya berteknologi
tinggi. Variasi dari kandungan nutrisi dan kualitas protein dari MBM merupakan hal
yang selalu diperhatikan oleh industri pakan (Parson et al., 1997).
Menurut Hendriks et al (2002) menyatakan bahwa tepung daging dan tulang
atau yang dikenal dengan meat and bone meal (MBM) dalam ransum babi dan
unggas dapat digunakan sebagai sumber protein dan memberikan kontribusi sebesar
30% protein pakan. Disamping

sebagai sumber protein MBM juga berpotensi

sebagai sumber energi dan sumber yang baik untuk mineral Ca, P dan trace mineral
lainnya.
Tabel 3. Variasi Nutrisi dan Kecernaan in vitro dari 94 Sampel MBM asal
New Zealand
Komponen

Selang

Rata-rata

Standar Deviasi

Koefisien Variasi

BK (%)

91,2-98,6

95,5

1,6

1,7

PK (%)

38,5-73,6

56,8

5,6

9,8

2,5-18,5

10,0

2,7

26,6

Abu (%)

13,0-56,5

28,4

6,5

22,9

GE (kj/g)

9,4-22,3

17,1

1,9

11,3

79,7-94,4

89,9

3,3

3,7

6,7-62,0

25,8

16,0

61,9

57,6

14,9

25,9

0,4

0,1

36,2

Lemak (%)

Kecernaan Ndalam pepsin (%)
Kelarutan Protein
dalam KOH (%)
Tulang (ml)*
Sulfur (%)

20,1-93,5
0,1-1,0

Sumber : Hendriks et al. (2002)
(*)

: Menggunakan metode Chloroform flotation.

11

MATERI DAN METODE
Lokasi dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di Bagian Ilmu dan Teknologi Pakan, Departemen
Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor,
mulai bulan Juni- Agustus 2005.
Materi
Bahan pakan
Penelitian ini menggunakan bahan pakan sumber protein hewani yang sering
digunakan, yaitu tepung ikan dan tepung daging dan tulang dari dua industri yang
berbeda, yaitu industri pakan besar dan industri pakan kecil. Bahan pakan yang
digunakan masing-masing sebanyak 15 kg.
Peralatan
Peralatan yang digunakan pada penelitian ini antara lain oven, mistar, segitiga
siku-siku, corong plastik, gelas ukur 100 ml dan 1000 ml, kertas karton, alumunium
foil, kantong plastik, jangka, stopwatch, pengaduk, pemanas air, kaca pembesar,
suntikan, sendok makan, sendok teh dan alat penjepit.
Rancangan
Perlakuan
Penelitian ini menggunakan 3 jenis bahan pakan sumber protein hewani yaitu
tepung ikan lokal, tepung ikan impor dan MBM (tepung daging dan tulang) yang
berasal dari 2 industri yang berbeda sebagai perlakuan dan masing-masing perlakuan
menggunakan 4 kali ulangan.

12

Model
Model matematik yang digunakan adalah RAL (Rancangan Acak Lengkap)
2×4, 2 untuk asal industri dan 4 kali ulangan yang dilakukan dalam pengukuran meat
bone meal (tepung daging dan tulang) sebagai berikut :
Yij = µ + τi + εij
Keterangan :
Yij

= nilai pengamatan perlakuan ke-i ulangan ke-j

µ

= nilai rata-rata umum

τi

= pengaruh perlakuan ke-i

εij

= galat perlakuan ke-i ulangan ke-j
Rancangan yang digunakan untuk tepung ikan adalah RAL (Rancangan Acak

Lengkap) pola faktorial 2×2×4, dua untuk asal dari industri besar dan kecil, 2 asal
tepung ikan dari lokal atau import dan 4 kali ulangan sebagai berikut :
Yijk

= µ + αi + βj + (αβ)ij + εijk

Keterangan :
Yijk

= Nilai pengamatan faktor A taraf ke-I faktor B taraf ke-j dan ulangan ke-k

µ

= komponen aditif dari rataan,

αi

= pengaruh utama faktor A

βj

= pengaruh utama faktor B

Αβij

= komponen interaksi faktor A dan faktor B

Εijk

= pengaruh acak yang menyebar normal

Peubah
Peubah yang diamati dalam penelitian ini meliputi :
Kadar air dan sebagai sifat karakteristik bahan mencakup : berat jenis,
kerapatan tumpukan, kerapatan pemadatan tumpukan, sudut tumpukan dan daya
ambang.
Analisis Data
Data diolah dengan menggunakan analisis ragam (ANOVA) dan jika berbeda
nyata dilanjutkan dengan uji kontras orthogonal Steel and Torrie (1991).

13

Prosedur
Persiapan Bahan
Sampel yang diambil secara acak sebanyak 3 kg untuk pengukuran.
Pengukuran Kadar Air
Setiap sampel yang diperoleh diukur kadar airnya untuk mengetahui kadar air
awal. Kadar air diukur dengan cara menimbang sampel sebanyak 3 gram kemudian
dimasukkan ke dalam oven 1050 C selama 24 jam kemudian ditimbang kembali.
Kadar air didapat dari pengurangan bobot awal dengan bobot akhir bahan.
Pengukuran Sifat Fisik
Berat Jenis. Bahan dimasukkan ke dalam gelas ukur 100 ml dengan
menggunakan sendok teh (± 5 ml) melalui corong yang diameter lubang
pengeluarannya 2,5 cm dengan ketinggian sama (ditempatkan pada stand, sehingga
jarak jatuhnya sama) untuk meminimumkan perbedaan akibat daya tekan sampai
volume 50 ml. Gelas ukur yang telah berisi sampel ditimbang untuk mengetahui
beratnya, setelah itu dimasukkan aquades sebanyak 50 ml. Pembacaan volume akhir
dilakukan setelah volume tidak berubah lagi. Perubahan volume aquades merupakan
volume bahan yang sesungguhnya.
Bobot bahan (gram)
Berat jenis = ---------------------------------------Perubahan volume aquades (ml)
Kerapatan Tumpukan. Metode pengukuran kerapatan tumpukan dengan
mencurahkan bahan ke dalam gelas ukur 100 ml, kemudian ditimbang untuk
mengetahu beratnya. Pemasukan bahan diusahakan untuk setiap pengamatan baik
cara maupun ketinggian kecurahan untuk meminimumkan perbedaan kepadatan
akibat gaya tekan. Pencurahan bahan melalui corong yang diameter lubang
pengeluarannya 2,5 cm dan menggunakan sendok teh (± 5 ml) untuk mencurahkan
sample pada posisi yang sama. Setiap pengamatan hindari terjadi goncangan selama
pengukuran dan menggunakan volume pengukuran yang sama (100 ml).
Berat bahan yang ditempati(gram)
Kerapatan tumpukan = --------------------------------------------Volume ruang yang ditempati(ml)

14

Kerapatan Pemadatan Tumpukan. Besarnya kerapatan pemadatan
tumpukan ditentukan dengan cara yang sama seperti penentuan kerapatan tumpukan,
tetapi volume dibaca setelah dilakukan pemadatan dengan cara mengoyanggoyangkan gelas ukur dengan tangan sampai volumenya tidak berubah. Jadi volume
yang dibaca merupakan volume terkecil yang diperoleh selama pengoyangan dalam
waktu tidak lebih dari 10 menit, satuannya adalah g/ml.
Sudut Tumpukan. Pengukuran sudut tumpukan dilakukan dengan
menjatuhkan bahan pada ketinggian 15 cm melalui corong yang sama terhadap suatu
bidang datar dengan menggunakan kertas karton manila berwarna putih yang telah
diberi tanda untuk mengukur diameter, dilakukan didalam ruangan.
Diameter tumpukan maksimal dua kali tinggi jatuhnya bahan. Sedangkan
untuk megukur tinggi dilakukan dengan bantuan mistar dan segitiga siku-siku.
Volume bahan yang digunakan sebesar 100 ml. Sudut tumpukan bahan ditentukan
dengan mengukur diameter dasar (d) dan tinggi tumpukan (t).
Besarnya sudut tumpukan dihitung dengan rumus :
tg  = t / 0,5 d
Prosedur pengukuran sudut tumpukan dapat dilihat pada Gambar. 2.

Gambar 2. Prosedur Pengukuran Sudut Tumpukan.
Daya Ambang. Daya ambang bahan diukur dengan menjatuhkan sampel
pada ketinggian 3 m dari lantai kemudian diukur lama waktu (detik) yang dibutuhkan
untuk mencapai lantai dengan menggunakan stopwatch. Lantai tepat jatuh bahan
diberi alas alumunium foil untuk meminimumkan kesalahan diusahakan bahan jatuh
tegak lurus dengan membuat bulatan pada alumunium foil. Untuk meminimumkan

15

pengaruh angin semua lubang yang memungkinkan angin masuk selama pengukuran
daya ambang ditutup dengan kertas karton.
Jarak jatuh (m)
Daya ambang = ---------------------------------Waktu(detik)
Metode pengukuran daya ambang dapat dilihat pada Gambar. 3.

3m

Gambar 3. Metode Pengukuran Daya Ambang

16

HASIL DAN PEMBAHASAN
Sifat Fisik
Sifat fisik pakan sangat bergantung kepada jenis dan tekstur bahan pakan,
sehingga dapat digunakan dalam merancang peralatan yang sesuai dengan keadaan
pakan, hal itu akan mengefisienkan biaya produksi dan modal usaha dari sebuah
industri pakan.
Tabel 4. Karakteristik Sifat Fisik Tepung Daging dan Tulang
Sifat Fisik

Sumber
Industri Besar
Industri Kecil
6,01±0,23A
8,78±0,52B

Kadar Air (%)

A

Berat Jenis (g/ml)

0,25±0,00

Kerapatan Tumpukan (g/ml)
Kerapatan Pemadatan Tumpukan (g/ml)
0

Sudut Tumpukan ( )
Daya Ambang (m/det)

A

0,55±0,01

A

0,76±0,01

45,37±1,30

b

5,39±1,04

Rataan
7,39±1,96

0,31±0,00

B

0,28±0,04

0,64±0,03

B

0,60±0,07

0,85±0,02

B

0,80±0,06

41,47±1,91
5,46±0,92

a

43,42±0,04
5,43±0,04

Superscript huruf besar yang tidak sama pada baris yang sama menunjukkan sangat berbeda nyata
(P