asongan. Jika perda rokok di sahkan makan setidaknya pedagang asongan yang biasa berjualan di tempat umum seperti di jalan raya dengan pangsa
pasar sopir dan penumpang bus dan angkot akan lumpuh. Sebab tidak diperbolehkan ada orang yang merokok di angkutan umum. Penerapan
sanksi hukum bagi masyarakat yang melanggar perda juga belum bisa dilaksanakan dengan mudah.
B. Saran
Dari kesimpulan tersebut di atas dapat diberikan beberapa saran sebagai berikut :
1. Di kawasan tanpa rokok Pemerintah daerah wajib menetapkan kawasan
tanpa rokok di tujuh wilayahnya. Khusus bagi tempat kerja, tempat umum, dan tempat lainnya dapat disediakan tempat khusus untuk merokok.
Perlunya peningkatan pengawasan oleh pemerintah secara efektif dan apabila dari hasil pengawasan terdapat atau diduga terjadi pelanggaran atas
peraturan perundang-undangan, maka diperlukan tindakan sesuai dengan prosedur hukum yang berlaku.
2. Diharapkan dengan sanksi pidana denda atas pelanggaran kawasan tanpa
rokok diberlakukan dengan secara maksimal untuk mencegah terjadinya pelanggaran atas larangan-larangan di kawasan tanpa rokok. pimpinan
danatau penanggung jawab tempat yang ditetapkan sebagai kawasan dilarang merokok apabila terbukti membiarkan orang merokok di kawasan
dilarang merokok, perlu dikenakan sanksi administrasi 3.
Diharapkan seluruh daerah dapat pula membuat peraturan dan kebijakan yang mengatur tentang tembakau dan produk-produknya baik di tingkat
propinsii maupun kabupaten kota. Hendaknya aparat pemerintah sebagai pelaksana aturan larangan merokok ditempat umum dapat menjadi contoh
dan suri teladan yang baik dalam meerapkan aturan tersebut sehingga tercapai tujuan yang akan dicapai.
BAB II PENGATURAN MENGENAI KAWASAN TANPA ROKOK
D. Pengertian Kawasan Tanpa Rokok
Kawasan Tanpa Rokok adalah ruangan atau area yang dinyatakan dilarang untuk melakukan kegiatan produksi, penjualan, iklan, promosi dan atau
penggunaan rokok.
15
Kawasan tanpa rokok adalah ruangan atau area yang dinyatakan dilarang untuk kegiatan produksi, penjualan, iklan, promosi dan penggunaan rokok yaitu
sarana kesehatan, tempat proses belajar mengajar, arena bermain anak, tempat ibadah dan angkutan umum. Tujuan dari kawasan tanpa rokok adalah melindungi
masyarakat dengan memastikan bahwa tempat-tempat umum bebas asap rokok. Kawasan tanpa rokok harus menjadi norma, terdapat empat alasan kuat untuk
mengembangkan kawasan tanpa rokok, yaitu untuk melindungi anak-anak dan bukan perokok dari risiko terhadap kesehatan, mencegah rasa tidak nyaman, bau
dan kotoran dari ruang rokok, untuk mengembangkan opini bahwa tidak merokok
Penetapan KTR merupakan upaya perlindungan untuk
masyarakat terhadap risiko ancaman gangguan kesehatan karena lingkungan tercemar asap rokok. Secara umum, penetapan KTR bertujuan untuk menurunkan
angka kesakitan dan kematian akibat rokok, dan secara khusus, tujuan penetapan KTR adalah mewujudkan lingkungan yang bersih, sehat, aman dan nyaman,
memberikan perlindungan bagi masyarakat bukan perokok, menurunkan angka perokok, mencegah perokok pemula dan melindungi generasi muda dari
penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan zat Adiktif NAPZA. Adapun penetapan KTR ini perlu dilakukan pada tempat umum, tempat kerja, angkutan
umum, tempat ibadah, arena kegiatan anak-anak, tempat proses belajar mengajar termasuk institusi pendidikan tinggi seperti UNAIR dan tempat pelayanan
kesehatan.
15
http:dr-s-m-fkm.web.unair.ac.idartikel_detail-41646-Umum- KAWASAN20TANPA20ROKOK,20MENGAPA20TIDAK.html
diakses tanggal 25 April 2015
adalah perilaku yang lebihnormal, dan kawasan tanpa rokok mengurangi secara bermakna konsumsi rokok dengan menciptakan lingkungan yang mendorong
perokok untuk berhenti atau yang terus merokok untuk mengurangi konsumsi rokoknya.
16
Peraturan Yang Mengatur Tentang Larangan Merokok Ditempat Umum. Sejak tahun 1999, melalui Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2003 tentang
Pengamanan Rokok bagi Kesehatan, Indonesia telah memiliki peraturan untuk melarang orang merokok di tempat-tempat yang ditetapkan. Peraturan Pemerintah
tersebut, memasukkan peraturan Kawasan Tanpa Rokok pada bagian enam Pasal 22 – 25. Pasal 25 memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah untuk
mewujudkan Kawasan Tanpa Rokok. Namun peraturan tersebut belum menerapkan 100 Kawasan Bebas Asap Rokok karena masih dibolehkan
membuat ruang khusus untuk merokok dengan ventilasi udara di tempat umum dan tempat kerja. Dengan adanya ruang untuk merokok, kebijakan kawasan tanpa
rokok nyaris tanpa resistensi. Pada kenyataannya, ruang merokok dan ventilasi udara kecuali mahal, kedua hal tersebut secara ilmiah terbukti tidak efektif untuk
melindungi perokok pasif, disamping rawan manipulasi dengan dalih ”hak azasi bagi perokok”.
17
Kawasan tanpa rokok KTR adalah ruangan atau area yang dinyatakan dilarang untuk kegiatan produksi, penjualan, iklan, promosi dan penggunaan
rokok yaitu sarana kesehatan, tempat proses belajar mengajar, arena bermain anak, tempat ibadah dan angkutan umum. Manfaat penetapan KTR merupakan
upaya perlindungan untuk masyarakat terhadap risiko ancaman gangguan kesehatan karena lingkungan yang tercemar asap rokok. Penetapan Kawasan
Tanpa Rokok ini perlu diselenggarakan di fasilitas pelayanan kesehatan, tempat proses belajar mengajar, tempat anak bermain, tempat ibadah, angkutan umum,
tempat kerja, tempat umum dan tempat lain yang ditetapkan.
18
16
Ibid
17
Sanitationhealth.Blogspot.Com201201Stake-Holder-Terhadap-Area-Bebas- Asap.Html diakses tanggal 22 April 2015
18
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2010.
Pengendalian para perokok yang menghasilkan asap rokok yang sangat berbahaya bagi kesehatan perokok aktif maupun perokok pasif merupakan salah
satu solusi menghirup udara bersih tanpa paparan asap rokok atau biasa disebut penetapan KTR. Adapun tujuan dari penetapan KTR antara lain adalah :
1. Menurunkan angka kesakitan danatau angka kematian dengan cara mengubah
perilaku masyarakat untukhidup sehat. 2.
Meningkatkan produktivitas kerja yang optimal. 3.
Mewujudkan kualitas udara yang sehat dan bersih, bebas dari asap rokok. 4.
Menurunkan angka perokok dan mencegah perokok pemula. 5.
Mewujudkan generasi muda yang sehat.
19
Selanjutnya Undang Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, juga mencantumkan peraturan Kawasan Tanpa Rokok pada Bagian Ketujuh
Belas, Pengamanan Zat Adiktif, Pasal 115 ayat 1 Kawasan tanpa rokok antara lain:
1. Fasilitas pelayanan kesehatan;
Setiap pengelola, pimpinan, danatau penanggung jawab KTR pada fasilitas pelayanan kesehatan wajib melarang setiap pasien, pengunjung, tenaga
kesehatan, tenaga non kesehatan atau setiap orang yang berada di area fasilitas pelayanan kesehatan yang menjadi tanggung jawabnya untuk tidak melakukan
kegiatan merokok, mempromosikan, mengiklankan, menjual, danatau membeli rokok.
Setiap pengelola, pimpinan, danatau penanggung jawab KTR pada fasilitas pelayanan kesehatan wajib memberikan teguran, peringatan danatau
mengambil tindakan kepada setiap pasien, pengunjung, tenaga kesehatan, tenaga non kesehatan atau setiap orang yang berada di area fasilitas pelayanan kesehatan
yang menjadi tanggung jawabnya, apabila terbukti melakukan kegiatan merokok, mempromosikan, mengiklankan, menjual, danatau membeli rokok.
Tindakan yang dapat dilakukan oleh pengelola, pimpinan, danatau penanggung jawab KTR pada fasilitas pelayanan kesehatan sebagaimana
dimaksud pada ayat 2 antara lain:
19
Pedoman Pengembangan Kawasan Tanpa Rokok, 2011
a. memberikan teguran untuk mematuhi larangan;
b. apabila teguran sebagaimana dimaksud dalam huruf a tidak dihiraukan,
maka kepada pelanggar diperintahkan untuk meninggalkan KTR pada fasilitas pelayanan kesehatan;
c. memberikan sanksi administratif kepada tenaga kesehatan dan tenaga non
kesehatan sesuai dengan kebijakan danatau peraturan yang berlaku pada fasilitas pelayanan kesehatan; atau
d. melaporkan kepada aparat yang berwenang.
Setiap pengelola, pimpinan, danatau penanggung jawab KTR pada fasilitas pelayanan kesehatan wajib membuat serta memasang pengumuman dan
tanda larangan merokok pada tempat danatau lokasi yang menjadi tanggung jawabnya
2. Tempat proses belajar mengajar;
Setiap pengelola, pimpinan, danatau penanggung jawab KTR pada tempat proses belajar mengajar wajib melarang setiap peserta didik, pendidik, tenaga
kependidikan, tenaga non kependidikan atau setiap orang yang berada di area tempat proses belajar mengajar yang menjadi tanggung jawabnya untuk tidak
melakukan kegiatan merokok, mempromosikan, mengiklankan, menjual, danatau membeli rokok.
Setiap pengelola, pimpinan, danatau penanggung jawab KTR pada tempat proses belajar mengajar wajib memberikan teguran, peringatan danatau
mengambil tindakan kepada setiap peserta didik, pendidik, tenaga kependidikan, tenaga non pendidikan atau setiap orang yang berada di area tempat proses belajar
mengajar yang menjadi tanggung jawabnya apabila terbukti melakukan kegiatan merokok, mempromosikan, mengiklankan, menjual, danatau membeli rokok.
Tindakan yang dapat dilakukan oleh pengelola, pimpinan, danatau penanggung jawab KTR pada tempat proses belajar mengajar sebagaimana
dimaksud pada ayat 2 antara lain: 1
memberikan teguran untuk mematuhi larangan;
2 apabila teguran sebagaimana dimaksud dalam huruf a tidak dihiraukan,
maka kepada pelanggar diperintahkan untuk meninggalkan KTR pada tempat proses belajar mengajar;
3 memberikan sanksi administratif kepada setiap peserta didik, pendidik,
tenaga kependidikan, dan tenaga non kependidikan sesuai dengan kebijakan danatau peraturan yang berlaku pada tempat proses belajar
mengajar; atau 4
melaporkan kepada aparat yang berwenang Setiap pengelola, pimpinan, danatau penanggung jawab KTR pada tempat
proses belajar mengajar wajib membuat serta memasang pengumuman dan tanda larangan merokok pada tempat danatau lokasi yang menjadi tanggung jawabnya
3. Tempat anak bermain;
Setiap pengelola, pimpinan, danatau penanggung jawab KTR pada tempat anak bermain wajib melarang setiap orang yang berada di area tempat anak
bermain yang menjadi tanggung jawabnya untuk tidak melakukan kegiatan merokok, mempromosikan, mengiklankan, menjual, danatau membeli rokok.
Setiap pengelola, pimpinan, danatau penanggung jawab KTR pada tempat anak bermain wajib memberikan teguran, peringatan danatau mengambil
tindakan kepada setiap orang yang berada di area tempat anak bermain yang menjadi tanggung jawabnya apabila terbukti melakukan kegiatan merokok,
mempromosikan, mengiklankan, menjual, danatau membeli rokok. Tindakan yang dapat dilakukan oleh pengelola, pimpinan, danatau
penanggung jawab KTR pada tempat anak bermain antara lain: 1
memberi teguran untuk mematuhi larangan; 2
apabila teguran sebagaimana dimaksud dalam huruf a tidak dihiraukan, maka kepada pelanggar diperintahkan untuk meninggalkan KTR pada
tempat anak bermain; 3
memberikan sanksi administratif kepada setiap orang atau Badan sesuai dengan kebijakan danatau peraturan yang berlaku pada tempat anak
bermain; atau 4
melaporkan kepada aparat yang berwenang
Setiap pengelola, pimpinan, danatau penanggung jawab KTR pada tempat anak bermain wajib membuat serta memasang pengumuman dan tanda larangan
merokok pada tempat danatau lokasi yang menjadi tanggung jawabnya
4. Tempat ibadah;
Setiap pengelola, pimpinan, danatau penanggung jawab KTR pada tempat ibadah wajib melarang jemaah atau setiap orang yang berada di tempat ibadah
yang menjadi tanggung jawabnya untuk tidak melakukan kegiatan merokok, mempromosikan, mengiklankan, menjual, danatau membeli rokok.
Setiap pengelola, pimpinan, danatau penanggung jawab KTR pada tempat ibadah wajib memberikan teguran, peringatan danatau mengambil tindakan
kepada jemaah atau setiap orang yang berada di tempat ibadah yang menjadi tanggung jawabnya apabila terbukti melakukan kegiatan merokok,
mempromosikan, mengiklankan, menjual, danatau membeli rokok. Tindakan yang dapat dilakukan oleh pengelola, pimpinan, danatau
penanggung jawab KTR pada tempat ibadah sebagaimana dimaksud pada ayat 2 antara lain:
a. memberi teguran untuk mematuhi larangan;
b. apabila teguran sebagaimana dimaksud dalam huruf a tidak dihiraukan,
maka kepada pelanggar diperintahkan untuk meninggalkan KTR pada tempat ibadah;
c. memberikan sanksi administratif kepada setiap orang atau jemaah sesuai
dengan kebijakan danatau peraturan yang berlaku pada tempat ibadah; atau
d. melaporkan kepada aparat yang berwenang
Setiap pengelola, pimpinan, danatau penanggung jawab KTR pada tempat ibadah wajib membuat serta memasang pengumuman dan tanda larangan merokok
pada tempat ibadah danatau lokasi yang menjadi tanggung jawabnya.
5. Angkutan umum;
Setiap pengemudi atau kondektur atau sebutan nama lainnya pada angkutan umum wajib melarang penumpang atau setiap orang yang berada di
dalam kendaraannya untuk tidak melakukan kegiatan merokok, mempromosikan,
mengiklankan, menjual, danatau membeli rokok. Setiap pengemudi atau kondektur atau sebutan nama lainnya pada angkutan umum wajib memberikan
teguran, peringatan danatau mengambil tindakan kepada penumpang atau setiap orang yang berada di dalam kendaraannya apabila terbukti melakukan kegiatan
merokok, mempromosikan, mengiklankan, menjual, danatau membeli rokok. Tindakan yang dapat dilakukan oleh pengemudi atau kondektur atau
sebutan nama lainnya pada angkutan umum sebagaimana dimaksud pada ayat 2 antara lain:
a. memberi teguran untuk mematuhi larangan;
b. apabila teguran sebagaimana dimaksud dalam huruf a tidak dihiraukan, maka
kepada pelanggar diperintahkan untuk meninggalkan KTR pada angkutan umum atau menurunkan penumpang dari angkutan umum yang menjadi
tanggung jawabnya; atau c.
melaporkan kepada aparat yang berwenang Setiap pengemudi atau kondektur atau sebutan nama lainnya pada
angkutan umum wajib membuat serta memasang pengumuman dan tanda larangan merokok pada tempat angkutan umum yang menjadi tanggung jawabnya
6. Tempat kerja; dan
Setiap pengelola, pimpinan, danatau penanggung jawab KTR pada tempat kerja wajib melarang setiap orang yang berada di area tempat kerja yang menjadi
tanggung jawabnya untuk tidak melakukan kegiatan merokok, mempromosikan, mengiklankan, menjual, danatau membeli rokok. Kegiatan merokok sebagaimana
dimaksud pada ayat 1 dikecualikan apabila kegiatan merokok dilakukan pada tempat khusus merokok pada KTR di area tempat kerja. Kegiatan menjual
danatau membeli rokok sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dikecualikan pada tempat usaha yang diperuntukkan khusus untuk usaha jual beli di lingkungan
tempat kerja seperti kantin, koperasi atau sejenisnya. Setiap pengelola, pimpinan, danatau penanggung jawab KTR pada tempat
kerja wajib memberikan teguran, peringatan danatau mengambil tindakan kepada setiap orang yang berada di tempat kerja apabila terbukti melakukan kegiatan
merokok, mempromosikan, mengiklankan, menjual, danatau membeli rokok kecuali sebagaimana dimaksud pada ayat 2 dan ayat 3.
Tindakan yang dapat dilakukan oleh pengelola, pimpinan, danatau penanggung jawab KTR pada tempat kerja sebagaimana dimaksud pada ayat 4
antara lain: a.
memberi teguran untuk mematuhi larangan; b.
apabila teguran sebagaimana dimaksud dalam huruf a tidak dihiraukan, maka kepada pelanggar diperintahkan untuk meninggalkan KTR pada
tempat kerja; c.
memberikan sanksi administratif kepada setiap karyawan atau pegawai atau setiap orang sesuai dengan kebijakan danatau peraturan yang berlaku
pada tempat kerja; atau d.
melaporkan kepada aparat yang berwenang. Setiap pengelola, pimpinan, danatau penanggung jawab KTR pada tempat
kerja wajib membuat serta memasang pengumuman dan tanda larangan merokok pada tempat danatau lokasi yang menjadi tanggung jawabnya.
7. Tempat umum dan tempat lain yang ditetapkan.
Setiap pengelola, pimpinan, danatau penanggung jawab KTR pada tempat umum wajib melarang setiap orang yang berada diarea tempat umum yang
menjadi tanggungjawabnya untuk tidak melakukan kegiatan merokok, mempromosikan, mengiklankan, menjual, danatau membeli rokok.
Kegiatan merokok sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dikecualikan apabila kegiatan merokok dilakukan di tempat khusus merokok pada KTR di area
tempat umum. Kegiatan mempromosikan, mengiklankan, menjual, danatau membeli rokok sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dikecualikan pada tempat
usaha yang diperuntukkan khusus untuk usaha jual beli seperti toko, grosir, upermarket, minimarket, atau usaha sejenisnya pada KTR area tempat umum.
Setiap pengelola, pimpinan, danatau penanggung jawab KTR pada tempat umum wajib memberikan teguran, peringatan dan atau mengambil tindakan kepada
setiap orang yang berada di tempat umum apabila terbukti melakukan kegiatan
merokok, mempromosikan, mengiklankan, menjual, danatau membeli rokok kecuali sebagaimana dimaksud pada ayat 2 dan ayat 3
Tindakan yang dapat dilakukan oleh pengelola, pimpinan, danatau penanggung jawab KTR pada tempat umum sebagai mana dimaksud pada ayat
4 antara lain : a.
memberi teguran untuk mematuhi larangan;. b.
apabila teguran sebagaimana dimaksud dalam huruf a tidak dihiraukan, maka kepada pelanggar diperintahkan untuk meninggalkan KTR pada
tempat umum c.
memberikan sanksi administratif kepada setiap orang atau badan sesuai dengan kebijakan danatau peraturan yang berlaku pada tempat umum; ata
d. melaporkan kepaada aparat yang berwenang
. Setiap pengelola, pimpinan, danatau penanggung jawab KTR pada tempat
umum wajib membuat serta memasang pengumuman dan tanda larangan merokok pada tempat danatau lokasi yang menjadi tanggung jawabnya
Sejak tahun 1999, melalui PP 19 tahun2003 tentang Pengamanan Rokok bagi Kesehatan, Indonesia telah memiliki peraturan untuk melarang orang
merokok di tempat-tempat yang ditetapkan. Peraturan Pemerintah tersebut, memasukkan peraturan Kawasan Tanpa Rokok pada bagian enam pasal 22 – 25.
Pasal 25 memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah untuk mewujudkan Kawasan Tanpa Rokok. Namun peraturan tersebut belum menerapkan 100
Kawasan Bebas Asap Rokok karena masih dibolehkan membuat ruang khusus untuk merokok dengan ventilasi udara di tempat umum dan tempat kerja. Dengan
adanya ruang untuk merokok, kebijakan kawasan tanpa rokok nyaris tanpa resistensi. Pada kenyataannya, ruang merokok dan ventilasi udara kecuali mahal,
kedua hal tersebut secara ilmiah terbukti tidak efektif untuk melindungi perokok pasif, disamping rawan manipulasi dengan dalih ”hak azasi bagi perokok”.
Lalu pada ayat 2 Pemerintah daerah wajib menetapkan kawasan tanpa rokok di wilayahnya. Sehingga menindak lanjuti pasal 25 Peraturan Pemerintah
Nomor 19 Tahun 2003 tersebut beberapa pemerintah daerah telah mengeluarkan kebijakan Kawasan Tanpa Rokok antara lain yaitu :
20
Kota Surabaya merupakan kota pertama yang mempunyai Peraturan Daerah Kawasan Tanpa Rokok secara ekskusif, yaitu Peraturan Daerah Kota Surabaya
No. 5 Tahun 2008 tentang Kawasan Tanpa Rokok dan Kawasan Terbatas Merokok. Perda ini membagi 2 kawasan yaitu Kawasan Tanpa Rokok yang
1. DKI Jakarta DKI Jkarta tidak mempunyai Peraturan Daerah Kawasan Tanpa Rokok
secara eksklusif. Peraturan Kawasan Dilarang Merokok hanya tercantum dalam Peraturan Daerah PERDA No. 2 Tahun 2005 tentang Pengendalian Pencemaran
Udara untuk Udara Luar Ruangan. Yang ada hanya Peraturan Gubernur Per-Gub Nomor 75 Tahun 2005 tentang Kawasan Dilarang Merokok. DKI Jakarta belum
menerapkan 100 Kawasan Tanpa Rokok karena dalam peraturan tersebut masih menyediakan ruang untuk merokok.
2. Kota Bogor Kota Bogor belum menerbitkan Peraturan Daerah Kawasan Tanpa Rokok
secara eksklusif. Pengaturan tertib Kawasan Tanpa Rokok tertuang dalam Peraturan Daerah No 8 Tahun 2006 tentang Ketertiban Umum, pasal 14 – 16.
Kota Bogor juga belum menerapkan 100 Kawasan Tanpa Rokok karena masih mencantumkan ruang untuk merokok.Kota Bogor merencanakan akan menyusun
Perda Kawasan Tanpa Rokok secara eksklusif. 3. Kota Cirebon
Peraturan Kawasan Tanpa Rokok di Kota Cirebon berbentuk Surat Keputusan Walikota No 27A2006 tentang Perlindungan Terhadap Masyarakat
Bukan Perokok di Kota Cirebon. Kota Cirebon merupakan kota pertama yang menerapkan 100 Kawasan
Tanpa Rokok yaitu tidak menyediakan ruang untuk merokok. Sayangnya peraturan tersebut belum berbentuk Peraturan Daerah sehingga tidak ada sanksi
dan tidak mengikat masyarakat. 4. Kota Surabaya
20
Ibid
menerapkan 100 Kawasan Tanpa Rokok dan Kawasan Terbatas Merokok yang menyediakan ruang khusus untuk merokok.
Untuk melaksanakan Perda No 5 Tahun 2008, Kota Surabaya juga telah membuat Peraturan Walikota Surabaya No 25 Tahun 2009 tentang Pelaksanaan
Perda Kota surabaya Nomor 5 Tahun 2008 tentang Kawasan Tanpa Rokok dan Kawasan Terbatas Merokok. Kawasan Tanpa Rokok dan Kawasan Terbatas
Merokok yang tercantum dalam Perda 52009 dirinci dan dipertegas pada Perwali tersebut.
5. Kota Palembang Kota Palembang merupakan Kota pertama di Indonesia yang memiliki
Peraturan Daerah Kawasan Tanpa Rokok secara eksklusif dan menerapkan 100 Kawasan Tanpa Rokok yaitu tanpa menyediakan ruang merokok. Peraturan
Daerah No. 072009 Tentang Kawasan Tanpa Rokok Kota Palembang merupakan satu-satunya Perda Kawasan Tanpa Rokok di Indonesia yang sesuai dengan
standard internasional yaitu 100 Kawasan Tanpa Rokok dengan tidak menyediakan ruang untuk merokok.
6. Kota Padang Panjang Kota Padang Panjang memiliki Peraturan Daerah Kawasan Tanpa Rokok
yaitu Peraturan Daerah Kota Padang Panjang No 8 Tahun 2009 Tentang Kawasan Tanpa Asap Rokok dan Kawasan Tertib Rokok. Peraturan Daerah ini dirinci dan
dipertegas dengan Peraturan Walikota Padang Panjang No.10 Tahun 2009 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Padang Panjang No. 8 Tahun 2009
Tentang Kawasan Tanpa Asap Rokok dan Kawasan Tertib Rokok.
E. Pengawasan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014
Tentang Kawasan Tanpa Rokok
Pengawasan adalah suatu usaha untuk menjamin adanya kearsipan antara penyelenggara tugas pemerintahan oleh daerah-daerah dan untuk menjamin
kelancaran penyelenggaraan pemerintahan secara berdaya guna dan berhasil
guna.
21
Pada dasarnya pengertian dasar dari suatu pengawasan adalah segala usaha atau kegiatan untuk mengetahui dan menilai kenyataan yang sebenarnya
tentang pelaksanaan tugas atau kegiatan, apakah sesuai dengan yang semestinya atau tidak.
22
a. SKPD yang tugas pokok dan fungsinya di bidang kesehatan melakukan
pengawasan terhadap KTR pada fasilitas pelayanan kesehatan; Sesuai dengan Pasal 15 Peraturan Walikota Medan Nomor 35 Tahun 2014
Tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Kawasan Tanpa Rokok SKPD dapat melibatkan masyarakat,
badan atau lembaga danatau organisasi kemasyarakatan melakukan pengawasan pelaksanaan KTR.
Pasal 16 ayat 1 Pengawasan KTR dilaksanakan oleh SKPD yang mempunyai tugas pokok dan fungsi sesuai dengan tempat yang dinyatakan
sebagai KTR. 2 SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat 1 terdiri dari:
b. SKPD yang tugas pokok dan fungsinya di bidang pendidikan melakukan
pengawasan terhadap KTR pada tempat proses belajar mengajar dan tempat anak bermain danatau berkumpulnya anak-anak;
c. SKPD yang tugas pokok dan fungsinya di bidang sosial melakukan
pengawasan terhadap KTR pada tempat ibadah; d.
SKPD yang tugas pokok dan fungsinya di bidang perhubungan melakukan pengawasan terhadap KTR pada angkutan umum;
e. SKPD yang tugas pokok dan fungsinya di bidang olahraga melakukan
pengawasan terhadap KTR pada fasilitas olahraga; f.
SKPD yang tugas pokok dan fungsinya di bidang ketenagakerjaan melakukan pengawasan KTR pada tempat kerja;
g. SKPD yang tugas pokok dan fungsinya di bidang pariwisata dan bidang
perhubungan melakukan pengawasan KTR pada tempat umum;
21
Viktor M. Situmorang dan Cormentyna Sitanggang, Hukum Administrasi Pemerintahan Di Daerah, Jakarta : Sinar Grafika, 1993, hal. 233
22
Sujamto, Aspek Aspek-aspek Pengawasan Di Indonesia,Jakarta : Sinar Grafika, 1993, al. 53
h. SKPD yang tugas pokok dan fungsinya di bidang ketertiban umum
melakukan pengawasan seluruh KTR; i.
SKPD yang tugas pokok dan fungsinya di bidang pertamanan melakukan pengawasan KTR pada kawasan pertamanan atau tempat lain yang
menjadi tanggung jawabnya; dan j.
SKPD yang tugas pokok dan fungsinya melakukan pengawasan KTR selain pada kawasan KTR sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai
dengan huruf i. Hasil pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat 1, dilaporkan oleh
masing-masing SKPD atau instansi sesuai dengan tugas pokok dan fungsi masing- masing kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah paling lambat 6 enam bulan
sekali. Pengawasan Pasal 15 Peraturan Walikota Medan Nomor 35 Tahun 2014
Tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Kawasan Tanpa Rokok antara lain :
1. Substansi Hukum
Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014Tentang Kawasan Tanpa Rokok oleh Dinas Kesehatan Kota Medan adalah dengan cara
memberikan Pembinaan dan Pengawasan yang telah diatur dalam Pasal 15 Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Kawasan Tanpa
Rokok terhadap sarana kesehatan yang ada di Kota Medan. Pembinaan dan Pengawasan kawasan tanpa rokok dan kawasan terbatas merokok oleh Dinas
Kesehatan Kota Surabaya meliputi 3 tahap, yaitu bimbingan, penyuluhan, dan pemantauan. Berikut upaya yang telah dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota
Medan : a.
Bimbingan Dinas Kesehatan Kota Medan dalam melakukan bimbingan dengan
menyampaikan implementasi peraturan daerah yang telah dibuat oleh pemerintah secara langsung kepada sarana-sarana kesehatan dan memberikan teguran tertulis
dan sanksi administrasi jika tidak melaksanakan peraturan yang telah dibuat.Dengan mengadakan pertemuan dengan pimpinan sarana kesehatan dan
turun langsung ketempat sarana-sarana kesehatan dengan memberikan stiker larangan merokok, hal ini terbukti dengan dilaksanakannya oleh sarana-sarana
kesehatan dengan melakukan pemasangan stiker larangan merokok di area sarana kesehatan. Pemasangan stiker bertujuan untuk memberikan penjelasan bahwa
adanya area yang tidak diperbolehkannya melakukan kegiatan merokok di sarana- sarana kesehatan. Demi terjaganya lingkungan yang sehat dari asap rokok.
Dengan memberikan sosialisasi terhadap setiap pimpinan saran kesehatan oleh Dinas Kesehatan bertujuan agar terlaksanannya peraturan daerah mengenai
kawasan tanpa rokok dan kawasan terbatas merokok. Peraturan mengenai sanksi administrasi ini termuat dalam Peraturan
Daerah Nomor 3 Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok Kota Medan “Pasal 19 ayat 2” yang berbunyi : Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada
ayat 1, meliputi: 1
teguran tertulis atau lisan; dan 2
surat perintahperingatan Peraturan mengenai sanksi administrasi ini bertujuan agar setiap sarana
kesehatan mematuhi segala peraturan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Kota yang dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kota Medan. Pembayaran atas denda ini
menjadi tanggung jawab dari pimpinan atau penanggung jawabkawasan tanpa rokok dan kawasan terbatas merokok. Teguran tertulis yang dilakukan Dinas
Kesehatan Kota Medan merupakan penegakan sanksi administratif yang dapat bersifat preventif yang bertujuan untuk menegakkan peraturan.Sanksi
administratif terutama mempunyai fungsi instrumental, yaitu pengendalian perbuatan terlarang. Disamping itu, sanksi administratif terutama ditujukan
kepada perlindungan kepentingan yang dijaga oleh ketentuan yang dilanggar tersebut.
b. Penyuluhan Pada tahap penyuluhan Dinas Kesehatan melakukan pertemuan yang
dilakukan bersama pimpinan sarana kesehatan dengan memberikan penyuluhan masalah kawasan tanpa rokok dan kawasan terbatas merokok. Dan memberikan
arahan tentang bahaya rokok bagi kesehatan.Dinas Kesehatan Kota Surabaya
memberikan tanggung jawab kepada setiap pimpinan saran kesehatan untuk menjalankan peraturan mengenai kawasan tanpa rokok dan kawasan terbatas
merokok. Dengan diberikannya tanggung jawab kepada setiap Kepala atau pimpinan sarana kesehatan bertujuan untuk memberikan kewajiban agar
mematuhi segala peraturan, demi terlaksananya Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok. Hal ini terbukti dengan belum terlaksana
sepenuhnya mengenai penyuluhan yang dilakukan Kepala Kantor atau pimpinan sarana kesehatan kepada setiap bawahanny. Kewajiban Pimpinan atau
penanggung jawab termuat dalam Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok Kota Medan yang berbunyi :
“Pasal 3 1 dan 2 : 1
Setiap pengelola, pimpinan, danatau penanggung jawab wajib menyediakan tempat khusus merokok pada KTR sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
huruf f dan huruf g yang menjadi tanggungjawabnya. 2
Tempat khusus merokok sebagaimana dimaksud pada ayat 1 harus memenuhi persyaratan:
a. merupakan ruang terbuka atau ruang yang berhubungan langsung dengan
udara luar sehingga udara dapat bersirkulasi dengan baik; b.
terpisah dari gedungtempatruang utama dan ruang lain yang digunakan untuk beraktifitas;
c. jauh dari pintu masuk dan pintu keluar; dan
d. jauh dari tempat orang berlalu lalang
Tanggung jawab yang diberikan kepada setiap pimpinan sarana kesehatan adalah sesuatu kewajiban yang harus dilakukan agar terlaksanannya suatu
peraturan dan terwujudnya suatu tujuan. Tanggung jawab dapat dilakukan sebagai berikut :
1 Mentaati segala peraturan yang telah diputuskan ;
2 Melaksanakan sesuai dengan aturan yang berlaku.
c. Pemantauan Dalam tahap ini Dinas Kesehatan turun langsung ke sarana kesehatan
dengan melakukan pengawasan sacara langsung terhadap pihak atau indivudu
yang melakukan pelanggaran mengenai kawasan tanpa rokok dan kawasan terbatas merokok. Dinas Kesehatan memberikan teguran tertulis kepada pihak
atau yang melakukan pelanggaran. Dalam menjalankan kegiatan tersebut Dinas Kesehatan Kota Medan bergabung dengan tim pemantau yaitu :
1 IAKMI Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia ;
2 LPA jatim Lembaga Perlindungan Anak ;
3 Stikes Yarsi.8
Dinas Kesehatan Kota Medan “dulu ada tim pemantau bentukan Kepala Daerah dari SKPD Kota Medan Satuan Kerja Perangkat Daerah dalam
menjalankan Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Kawasan Tanpa Rokok, tapi sekarang sudah banyak yang berkurang bahkan
hampir tidak ada lagi.” 2. Struktur Hukum
Dinas Kesehatan telah melakukan berbagai upaya dalam menjalankan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Kawasan Tanpa
Rokok, yakni dalam Pasal 15 Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014, Dinas Kesehatan Melakukan Pengawasan. Dalam hal ini Dinas Kesehatan
Kota Medan melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap sarana-sarana kesehatan yang ada di Kota Medan. Dinas Kesehatan Kota Surabaya turun
langsung ke sarana-sarana kesehatan dengan memberikan arahan mengenai Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 Tentang kawasan Tanpa
Rokok. Pelaksanaan tersebut Dinas Kesehatan bergabung dengan IAKMI Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia, LPA Jatim Lembaga Perlindungan
Anak, dan Stiekes Kota Medan. dalam memberikan arahan kepada setiap sarana- sarana kesehatan, Dinas Kesehatan masih mengalami berbagai kendala, seperti
masih masih adanya sarana-sarana kesehatan yang belum menerapkan dan mensosialisasikan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 Tentang
Kawasan Tanpa Rokok. Masih ditemukannya pelanggaran yang terjadi di area sarana kesehatan. Peraturan tersebut kurang berjalan dengan baik, karena masih
ada sarana-sarana kesehatan yang belum menerapkan dan mensosialisasikan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Kawasan Tanpa
Rokok. Berkurangnya Tim Pemantau yang dibentuk oleh Kepala Daerah dari SKPD Satuan Kerja Perangkat Daerah dalam menjalankan Peraturan Daerah
Kota Medan Nomor 3 tahun 2013 Tentang Kawasan Tanpa Rokok. 3. Budaya Hukum
Sarana–sarana kesehatan di Kota Medan masih belum sepenuhnya menerapkan dan mensosialisasikan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3
Tahun 2008 Tentang Kawasan Tanpa Rokok dan Kawasan Terbatas Merokok yang diberikan oleh Dinas kesehatan kota Medan. Seperti penerapan pemasangan
tanda larangan merokok yang seharusnya dipasang di pintu masuk setiap sarana kesehatan sebagai pentujuk bahwa area tersebut tidak diperbolehkannya ada
kegiatan merokok. Dan belum sepenuhnya sarana-sarana kesehatan memahami isi dari Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Kawasan Tanpa
Rokok.
C. Pengaturan Kawasan Tanpa Rokok