Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

17

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pasar modal yang efisien harus dapat memberikan perlindungan kepada investor publik dari praktik bisnis yang tidak sehat, tidak jujur dan bentuk-bentuk manipulasi lainnya. Perlindungan kepada investor publik dapat berupa pemberian informasi dan fakta-fakta yang relevan mengenai perusahaan yang diatur melalui peraturan pemerintah. Informasi diatas menggambarkan orientasi perusahaan yang berfokus pada stockholders , maka kini perusahaan harus memperhatikan pihak yang disebut stakeholders . Belakangan, semakin banyak stakeholders yang peduli akan isu ini dan perusahaan harus sama responsifnya seperti halnya kepada stockholders Hayuningtyas, 2007. Akan tetapi perusahaan kadangkala melalaikannya dengan alasan bahwa mereka tidak memberikan kontribusi terhadap kelangsungan hidup perusahaan. Hal ini disebabkan hubungan perusahaan dengan lingkungannya bersifat non reciprocal yaitu transaksi antara keduanya tidak menimbulkan prestasi timbal balik Anggraini, 2006. Menurut Gray et al., 1987 dalam Hayuningtyas 2007 tumbuhnya kesadaran publik akan peran perusahaan di tengah masyarakat melahirkan kritik karena menciptakan masalah sosial, polusi, sumber daya, limbah, mutu produk, tingkat safety produk, serta hak dan status tenaga kerja. Tekanan dari 18 berbagai pihak seperti lembaga perlindungan konsumen, yang menuntut produk yang aman dan bermanfaat bagi konsumen, atau lembaga swadaya masyarakat, yang menaruh perhatian tentang limbah dan pencemaran, memaksa perusahaan untuk menerima tanggung jawab atas dampak aktivitas bisnisnya terhadap masyarakat. Doktrin Friedman 1962 dalam Hackston dan Milne 1996 yang menyatakan bahwa satu-satunya tanggung jawab sosial bisnis adalah untuk memaksimalkan laba, tidak diterima secara umum. Standar akuntansi keuangan di Indonesia belum mewajibkan perusahaan untuk mengungkapkan informasi sosial terutama informasi mengenai tanggungjawab perusahaan terhadap lingkungan, akibatnya yang terjadi di dalam praktik perusahaan hanya dengan sukarela mengungkapkannya. Perusahaan akan mempertimbangkan biaya dan manfaat yang akan diperoleh ketika mereka memutuskan untuk mengungkapkan informasi sosial. Bila manfaat yang akan diperoleh dengan pengungkapan informasi tersebut lebih besar dibandingkan biaya yang dikeluarkan untuk mengungkapkannya maka perusahaan akan dengan sukarela mengungkapkan informasi tersebut Anggraini, 2006. Penelitian mengenai pengungkapan tanggungjawab sosial dan lingkungan telah banyak dilakukan di berbagai negara, baik di negara maju maupun negara sedang berkembang termasuk di Indonesia. Seperti yang disampaikan dalam Hayuningtyas 2007 dilakukan oleh Hall dan Rieck 1998, Becchetti and Ciciretti 2006., Tsousoura 2004, Sembiring 2005, Anggraini 2006, Sayekti dan Wondabio 2007, Suhardjanto, Tower dan 19 Brown 2007, Hayuningtyas 2007, Udayasankar 2007, Suhardjanto 2008, Aulia 2009, Laras 2009, Sari 2009. Beberapa pertanyaan penting yang berusaha dipecahkan oleh para peneliti antara lain: 1 Perusahaan seperti apa yang mengungkapkan informasi sosialnya; 2 Dapatkah praktek pengungkapan informasi sosial dihubungkan dengan atribut performa ekonomi atau faktor-faktor seperti ukuran, jenis industri, resiko, reaksi pasar, pengaruh eksternal, reputasi perusahaan, dan 3 Motivasi apa yang mendorong perusahaan mengungkapkan informasi sosialnya Haniffa dan Cooke, 2005. Karakteristik perusahaan yang pernah digunakan dalam penelitian sebelumnya adalah; size perusahaan, profitabilitas, likuiditas, profile , culture , cakupan wilayah operasional, leverage , ukuran dewan komisaris, skope bisnis, dan ukuran KAP dll. Perusahaan besar merupakan emiten yang paling banyak disoroti oleh publik sehingga pengungkapan yang lebih besar merupakan pengurangan biaya politis sebagai wujud tanggung jawab sosial perusahaan Sembiring, 2005. Penelitian terdahulu yang menguji pengaruh ukuran Size perusahaan terhadap luasnya pengungkapan tanggungjawab sosial adalah Kelly 1981, Trotman dan Bradley 1981, Pang 1982, Belkaoui dan Karpik 1989, Patten 1991,1992, Hackston dan Milne 1996, Adams et al., 1998, dan Gray et al., 2001 dalam Sembiring 2005, Anggraini 2006, Udayasankar 2007, Benardi, et al., 2008 menemukan adanya pengaruh yang signifikan terhadap luas pengungkapan tanggungjawab sosial. Penelitian yang tidak berhasil menunjukkan hubungan antara kedua variabel ini seperti yang 20 disebutkan dalam Hackston dan Milne 1996 antara lain Roberts 1992, Sigh dan Ahuja 1983,. Davey 1982, Ng 1985, Laras 2009. Didasarkan dengan tujuan untuk menarik investor, perusahaan dengan profitabilitas tinggi akan memberikan signal melalui pengungkapan laporan keuangan yang lebih detail mengenai kondisi perusahaan Benardi et al., 2008. Penelitian ilmiah terhadap hubungan profitabilitas dan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan memperlihatkan hasil yang sangat beragam. Laras 2009 menemukan hubungan positif antara profitabilitas perusahaan dengan luas pengungkapan tanggungjawab sosial dan lingkungan. Sedangkan Benardi, et al., 2008, Anggraeni 2006, Hackston Milne 1996 tidak menemukan adanya hubungan yang signifikan antara tingkat profitabilitas dengan pengungkapan informasi sosial. Tingkat likuiditas dapat dipandang dari dua sisi, sisi pertama tingkat likuiditas yang tinggi akan menunjukkan kondisi keuangan perusahaan yang kuat, dan di sisi lain likuiditas dipandang sebagai ukuran kinerja manajemen dalam mengelola keuangan perusahaan Simanjuntak dan Widiastuti, 2004 dalam Benardi, et al., 2008. Dengan adanya pandangan ini, maka perusahaan yang memiliki likuiditas yang tinggi akan cenderung melakukan pengungkapan informasi yang lebih komprehensif untuk menunjukkan bahwa perusahaan dalam kondisi yang kredibel dan pencapaian kinerja manajemen yang efektif Belkoui dan Kahl, 1987; Wallace et al., 1994; Wallace dan Naser,1995 dalam Hayuningtyas 2008. Benardi, et al., 2008 menemukan tidak adanya pengaruh likuiditas terhadap luasnya pengungkapan 21 tanggungjawab sosial, hal ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Wallace et al., 1994. Leverage merupakan persentase perbandingan antara total utang dengan total aktiva. Sesuai dengan teori agensi maka manajemen perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi akan mengurangi pengungkapan tanggung jawab sosial yang dibuatnya agar tidak menjadi sorotan dari para debtholders . Untuk mengurangi biaya keagenan biaya monitoring manajer akan memberikan pengungkapan yang lebih luas komprehensif guna meyakinkan kreditur Aljifri dan Hussainey, 2006 dalam Hayuningtyas, 2007. Hasil penelitian Benardi, et al., 2008 dan Laras 2009 tidak menemukan adanya pengaruh yang positif antara leverage terhadap luas pengungkapan tanggungjawab sosial, temuan ini tidak mendukung penelitian yang dilakukan oleh, Na’im dan Rakhman 2000, Subroto 2003, serta Simanjuntak dan Widiastuti 2004 yang menemukan tingkat leverage perusahaan berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan tanggungjawab sosial. Secara umum dewan komisaris merupakan dewan yang bertugas mengawasi serta mengkaji dan memberi persetujuan atas keputusan yang dibuat oleh pihak manajemen atau direksi. Berkaitan dengan ukuran dewan komisaris, Coller dan Gregory 1999 dalam Hayuningtyas 2007 menyatakan bahwa semakin besar jumlah anggota dewan komisaris, maka akan semakin mudah untuk mengendalikan CEO dan pengawasan yang dilakukan akan semakin efektif. Dikaitkan dengan pengungkapan tanggung jawab sosial, maka tekanan terhadap manajemen juga akan semakin besar 22 untuk mengungkapkannya. Hal ini sejalan dengan pendapat Beasley 2000 dan Arifin 2002. Hayuningtyas 2007 dalam penelitiannya menemukan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan jumlah dewan komisaris terhadap tingkat pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Hal ini berkebalikan dengan teori agensi yang menyatakan bahwa dewan komisaris, yang dianggap sebagai mekanisme pengendalian intern tertinggi, bertanggung jawab untuk memonitor tindakan manajemen puncak sehingga mengungkapkan tanggung jawab sosialnya. Perusahaan dengan umur yang semakin tua, cenderung untuk lebih terampil dalam pengumpulan, pemrosesan dan menghasilkan informasi ketika diperlukan, karena perusahaan telah memperoleh pengalaman yang cukup Saleh, 2004 dalam Sasuryo, 2010. Dengan pengalaman yang cukup dan terampil, perusahaan semakin mengetahui perkembangan dan tuntutan masyarakat publik akan pentingnya penjagaan dan pelestarian alam. Fanani et al., 2007 membuktikan umur perusahaan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kualitas pelaporan keuangan karena semakin lama perusahaan semakin memungkinkan kecilnya diskresi dalam kualitas pelaporan keuangannya di samping itu semakin kecil pula variabilitas akrualnya, hasil ini tidak bertentangan dengan temuan Dechow 1994 dan Gu et al., 2002 namun tidak sesuai dengan hasil penelitian pagalung 2006. Laporan keuangan tahunan yang sudah diperiksa oleh akuntan publik dapat menjadi dasar yang berguna bagi pengambilan keputusan yang ekonomis Baridwan, 1992 dalam Benardi et al. , 2008. Begitupun halnya 23 dengan kualitas auditor antara KAP berukuran besar dan KAP berukuran kecil pasti memiliki perbedaan dari segi sumber daya dan teknologi yang dapat memengaruhi hasil kerja kualitas auditnya Benardi et al. , 2008. Berdasarkan penelitian empiris yang dilakukan oleh Becker et al ., 1998 dalam Benardi et al ., 2008 ditemukan perusahaan yang diaudit oleh KAP yang berukuran besar akan menyajikan laporan keuangan yang lebih berkualitas berdasarkan regulasi yang telah ditentukan, karena memiliki kualitas, reputasi dan kredibilitas dibanding KAP ukuran kecil. Hasil penelitian Benardi et al. , 2008 konsisten dengan penelitian Becker et al ., 1998 dan Subroto 2003 yang menemukan bahwa variabel kualitas KAP berpengaruh positif terhadap variasi luas pengungkapan tanggungjawab sosial yang dilakukan oleh perusahaan. Berdasarkan latar belakang penelitian tersebut di atas, maka penelitian ini akan menguji hubungan karakteristik perusahaan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan corporate social responsibility serta implikasinya terhadap asimetri informasi. Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian Hayuningtyas 2007 dengan beberapa perbedaan : 1. Penelitian Hayuningtyas 2007 menggunakan lima variabel independen size , profitabilitas, profil, ukuran dewan komisaris, leverage, dalam penelitian ini menambahkan variabel independen likuiditas, umur perusahaan dan ukuran KAP sebagai salah satu rekomendasi dari penelitian tersebut. 24 2. Dalam penelitian Hayuningtyas 2007 size diukur dengan total aset, profitabilitas diukur dengan profit margin on sales, dalam penelitian ini size perusahaan diukur dengan total penjualan, profitabilitas diukur dengan ROE, likuiditas diukur dengan indikator perbandingan aktiva lancar dengan hutang lancar, umur perusahaan diukur dengan umur listing di BEI, ukuran KAP diukur dengan indikator 1= KAP Big Four; 0 = KAP Non Big Four. 3. Dalam penelitian Hayuningtyas 2007 pengungkapan tangggungjawab sosial diukur dengan indeks pengungkapan tanggungjawab sosial berupa 78 item check list sedangkan dalam penelitian ini menggunakan Index Publisitas menurut East-West Management Institute and PFS Program yang disederhanakan menjadi 15 item check list. 4. Penelitian Hayuningtyas 2007 mengambil populasi perusahaan yang terdaftar di BEJ tahun 2005, sedangkan penelitian ini mengambil populasi perusahaan yang terdaftar di BEI tahun 2005 hingga 2008. Hal ini dilakukan untuk memberikan kemungkinan generalisasi yang lebih mendekati akurat. Dari keseluruhan latar belakang yang telah diungkapkan diatas maka penelitian ini mengambil judul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengungkapan Tanggungjawab Sosial”. 25

B. Perumusan Masalah