Hutang Piutang dan Aplikasinya pada Masyarakat Kampung Gunung RT.006/03 Kelurahan Cipondoh Indah Kecamatan Cipondoh Kota Tangerang
Oleh
Achmad Godaibilah
NIM. 203046101656
!
67
68
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Mencapai
Gelar Sarjana Ekonomi Islam (S.E.I)
Oleh
Achmad Godaibilah
NIM. 203046101656
Di Bawah Bimbingan
Dr. Euis Amalia, M.Ag
NIP. 150 289 264
!
69
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul “HUTANG PIUTANG DAN APLIKASINYA
PADA MASYARAKAT KAMPUNG GUNUNG RT. 006/03 KELURAHAN
CIPONDOH INDAH KECAMATAN CIPONDOH KOTA TANGERANG”,
telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 2 Maret 2009. Skripsi ini telah
diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Islam
(SEI) pada Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam).
Jakarta, 2 Maret 2009
Mengesahkan
Dekan Fakultas Syari’ah dan Hukum
Prof. DR. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM
NIP. 150 210 422
PANITIA UJIAN
Ketua
: Prof. Dr. H. Muhammad Amin Summa, SH, MA, MM. (…....................………)
NIP: 150 210 442
Sekretaris
: Drs. Ahmad Yani, MA.
NIP: 150 269 678
(…....................………)
Pembimbing : Dr. Euis Amalia, M.Ag.
NIP. 150 289 264
(…....................………)
Penguji I
: Drs. Ahmad Yani, MA.
NIP: 150 269 678
(…....................………)
Penguji II
: Drs. Asmawi, M.Ag.
NIP: 150 282 934
(…....................………)
70
Puja dan puji serta syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas
selesainya penyusunan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
pendidikan pada Program Studi Perbankan Syari’ah di Fakultas Syari’ah dan Hukum
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Topik skripsi ini penulis pilih
atas pertimbangan pentingnya memberikan pemahaman masyarakat terhadap praktek
hutang piutang menurut Islam. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat
terutama bagi para pemilik modal baik individu maupun kolektif dalam upaya
memberikan pembiayaan pada masyarakat tanpa mengharapkan imbalan yang
kemudian dikenal dengan istilah Al-Qardhul Hasan.
Penyusunan skripsi ini dapat penulis selesaikan berkat bantuan dan
dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu sangatlah wajar bila penulis
menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya dan mengucapkan terima kasih
yang setulus-tulusnya, khususnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH. MH, MM, selaku Dekan
Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta beserta staf yang telah memberikan tugas kepada penulis untuk
menyelesaikan skripsi ini.
71
2. Ibu Dr. Euis Amelia, MA, selaku Pembimbing yang telah banyak meluangkan
waktunya demi membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Bapak Drs. Djawahir Hejazziey, SH, MA, selaku Ketua Program Non Reguler
dan Bapak Drs. H. Ahmad Yani, MA, selaku Sekretaris Program Non Reguler
yang telah banyak membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
4. Bapak dan Ibu Dosen di lingkungan Fakultas Syari’ah dan Hukum yang telah
memberikan ilmu kepada penulis selama belajar di Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Bapak Pimpinan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta
staf yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk memanfaatkan dan
meminjam buku-buku yang berhubungan dengan pembahasan skripsi ini.
6. Bapak Anwar selaku Ketua RT. 006/03 beserta staf yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian di wilayah RT. 006/03.
7. Ayah dan Ibunda serta kakak dan adik-adikku tercinta yang senantiasa berusaha
dan berdo’a serta mendidik penulis dengan penuh tanggung jawab dan selalu
memberikan bantuan baik moril maupun materil. Semoga ilmu yang penulis
peroleh dapat menjadi bekal untuk membalas budi dan pengorbanan yang telah
mereka berikan.
8. Sanak famili dan handai taulan serta rekan mahasiswa Fakultas Syari’ah dan
Hukum pada Program Studi Perbankan Syari’ah dan semua pihak yang telah
memberikan bantuan dengan sukarela dalam penyelesaian skripsi ini.
72
9. Teman sejawat dan karib kerabat serta rekan kerja yang telah banyak memberikan
bantuan baik moril maupun materil, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan sesuai
dengan jadwal yang telah ditentukan.
Semoga semua yang telah mereka berikan baik berupa bimbingan dan
bantuan maupun pengorbanan dalam rangka penyusunan skripsi ini, mendapat
imbalan yang berlipat ganda dari Allah SWT. Amin ya rabbal ‘alamin.
Akhirnya penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak luput dari kekurangan
dan kelemahan. Oleh karenanya sumbangsih dan pemikiran, kritik dan saran yang
konstruktif dari semua pihak sangat penulis harapkan untuk perbaikan pada kajiankajian dengan tema yang sama pada masa yang akan datang.
17 Desember 2008 M
Jakarta,
17 Dzulhijjah 1429 H
Penulis
73
Halaman
KATA PENGANTAR .....................................................................................
i
DAFTAR ISI .................................................................................................. iv
BAB
I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ....................................... 8
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian .............................................. 9
D. Metodologi Penelitian .............................................................. 10
E. Sistematika Penyusunan ............................................................ 13
BAB II : HUTANG PIUTANG PERSPEKTIF HUKUM ISLAM
A. Pengertian Hutang Piutang ........................................................ 15
B. Manfaat Hutang Piutang ........................................................... 18
C. Landasan Hukum Hutang Piutang ............................................. 21
D. Rukun dan Syarat Hutang Piutang ............................................. 25
BAB III : GAMBARAN UMUM MASYARAKAT KAMPUNG
GUNUNG RT. 006/03
A. Letak Geografis Kampung Gunung RT. 006/03 ......................... 30
B. Jumlah Penduduk Kampung Gunung RT. 006/03 ...................... 31
C. Peta Sosial Ekonomi Masyarakat Kampung Gunung
RT. 006/03 ................................................................................ 34
74
D. Keadaan Pendidikan Masyarakat Kampung Gunung
RT. 006/03 ................................................................................ 36
E. Kondisi Keberagamaan Masyarakat Kampung Gunung
RT. 006/03 ................................................................................ 37
BAB IV : APLIKASI HUTANG PIUTANG PADA MASYARAKAT
KAMPUNG GUNUNG RT. 006/03
A. Pola Hutang Piutang Pada Masyarakat Kampung Gunung
RT.
006/03 ........................................................................................ 39
B. Bentuk Hutang Piutang Pada Masyarakat Kampung Gunung
RT. 006/03.................................................................................. 47
C. Mekanisme Hutang Piutang Pada Masyarakat Kampung
Gunung RT. 006/03 .................................................................... 54
D. Implikasi Praktek Hutang Piutang Pada Masyarakat
Kampung Gunung RT. 006/03 ................................................... 58
BAB V :
PENUTUP
A. ............................................................................................. Kesi
mpulan ....................................................................................... 67
B. ............................................................................................. Saran
-saran ......................................................................................... 68
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 70
LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................................
75
Halaman
Tabel 1 : Jumlah penduduk menurut usia dan jenis kelamin ............................ 31
Tabel 2 : Status kewarganegaraan penduduk Kampung Gunung RT. 006/03 .. 32
Tabel 3 : Keadaan ekonomi masyarakat Kampung Gunung RT. 006/03 ......... 35
Tabel 4 : Keadaan pendidikan masyarakat Kampung Gunung RT. 006/03 ...... 37
Tabel 5 : Kondisi keberagamaan masyarakat Kampung Gunung
RT. 006/03 ...................................................................................... 38
Tabel 6 : Jenis usaha masyarakat Kampung Gunung RT. 006/03 .................... 39
Tabel 7 : Aplikasi jangka waktu pinjaman ...................................................... 41
Tabel 8 : Modal awal usaha ............................................................................ 43
Tabel 9 : Besarnya pinjaman yang dibutuhkan ............................................... 44
Tabel 10 : Aplikasi pinjaman dana untuk keperluan usaha ................................ 45
Tabel 11 : Aplikasi hubungan kerja antara peminjam dengan pemilik modal .... 46
Tabel 12 : Kesesuaian hutang piutang dengan prinsip syari’ah ......................... 48
Tabel 13 : Aplikasi prinsip bagi hasil ............................................................... 49
Tabel 14 : Aplikasi prinsip usaha harus sesuai dengan prinsip syari’ah ............. 50
Tabel 15 : Aplikasi pembiayaan dengan sistem qiradh ...................................... 51
Tabel 16 : Aplikasi pengembalian pinjaman tanpa bunga ................................. 52
76
Tabel 17 : Aplikasi pembiayaan dengan sistem bagi hasil melalui
penyerahan jaminan ........................................................................ 53
Tabel 18 : Prosedur pinjaman dengan menggunakan jaminan ........................... 55
Tabel 19 : Aplikasi peminjaman didasari saling percaya diri dan bertanggung
jawab ............................................................................................... 56
Tabel 20 : Aplikasi sistem administrasi yang tidak rumit .................................. 57
Tabel 21 : Pendapatan per bulan sebelum memperoleh pinjaman ..................... 59
Tabel 22 : Rata-rata pendapat masyarakat setelah memperoleh pinjaman ......... 60
Tabel 23 : Aplikasi keringanan dalam pengembalian pinjaman ......................... 61
Tabel 24 : Respon masyarakat terhadap pinjaman melalui aqad qiradh ............. 62
Tabel 25 : Aplikasi aqad qiradh dapat membantu meringankan usaha
masyarakat ...................................................................................... 63
Tabel 26 : Aplikasi pembiayaan melalui aqad gadai dianggap efektif ............... 64
Tabel 27 : Respon masyarakat terhadap pinjaman yang menggunakan
jaminan ............................................................................................ 65
77
A. Latar Belakang Masalah
Telah menjadi kehendak Allah SWT bahwa manusia harus hidup
bermasyarakat dan saling tolong menolong antara satu dengan yang lainnya. Sebagai
makhluk sosial, manusia menerima dan memberikan andil dalam kehidupan orang
lain, saling berinteraksi untuk memenuhi kebutuhan hidup dan mencapai kemajuan
dalam hidupnya. Untuk mencapai kemajuan dan tujuan hidup, diperlukan kerja sama
yang baik antara sesama manusia.1
Di antara sekian banyak aspek kerja sama yang paling menonjol di antara
manusia adalah aspek ekonomi. Ekonomi Islam bersifat dinamik menurut dimensi
ruang dan waktu, karena Islam adalah rahmatan lil ‘alamin.2 Islam mengatur sistem
perekonomiannya dengan suatu metode yang unik.3 Islam memandang masalah
ekonomi tidak dari sudut pandang kapitalis dan tidak juga dari sudut pandang sosialis,
akan tetapi Islam membenarkan adanya hak individu tanpa merusak masyarakat.
Konsep ekonomi Islam meletakkan aspek moral maupun material kehidupan sebagai
basis untuk membangun kekuatan ekonomi di atas nilai-nilai moral.4
1
Hamzah Ya’qub, Kode Etik Dagang Menurut Islam; Pola Pembinaan Hidup Dalam
Berekonomi, (Bandung: Diponegoro, 1984), h. 13 - 14
2
Tim Penyusun, Ensiklopedi Islam Indonesia, (Jakarta: Djambatan, 2002), h. 267
3
Abu A’la Al-Maududi, Usus al-Iqtishad Bain al-Islam wa al-Nuzhum al-Mu’asyirah,
(Ttp: al-Daru al-Su’udiyyah li al-Nasyar, 1971), h. 17 - 20
4
Fazlur Rahman, Economic Doctrines of Islam (Doktrin Ekonomi Islam), alih bahasa
Soeroyo dan Nastangin, (Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1995), Jilid I, h. 10 – 11. Lebih lanjut Syed
Nawab Haider Naqvi, Ethics and Economic; An Islam Synthesis, (London: The Islamic Foundation,
1981), h. 71 – 81; Muhammad Hisanien al-Bathah, Al-Nizham al-Iqtishadi fi al-Islam, (Ttp: Tnp,
1997), h. 127 – 147; Heri Sudarsono, Konsep Ekonomi Islam; Suatu Pengantar, (Yogyakarta:
Ekonosia, 2002), h. 69 – 100
78
Dengan demikian keunikan pendekatan Islam terletak pada sistem nilai
yang mewarnai tingkah laku ekonomi atas kehidupan dan tercakupnya nilai-nilai
dasar yang bersumber dari tauhid.5 Dalam kehidupan ekonomi penekanannya
difokuskan pada dinamika vertikal dan horizontal.6 Islam menegaskan bahwa pemilik
alam beserta isinya secara mutlak adalah Allah SWT. Manusia sebagai khalifah
diberikan kemampuan yang bersifat konseptual, sehingga dapat mengolah dan
memanfaatkan
alam
beserta
isinya
untuk
menciptakan
kesejahteraan
dan
kemakmuran bersama.7
Dalam rangka menciptakan kesejahteraan dan kemakmuran bersama,
manusia dituntut untuk usaha dan bekerja. Dalam masyarakat Islam, semua orang
dituntut untuk bekerja, menyebar di muka bumi dan memanfaatkan rizki, nafkah dan
tidak terus menerus berdiam diri hanya menunggu rizki yang telah dijamin, makanan
telah ditakar dan kehidupan telah dimudahkan, namun semua itu tidak akan diperoleh
tanpa ada usaha dan bekerja.8 Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT sebagai
berikut :
5
Muhammad Nejatullah Shiddiqi, Muslim Economic Thinking; A Survey of Contemporary
Literature (Pemikiran Ekonomi Islam; Suatu Penelitian Kepustakaan Masa Kini), alih bahasa A.M.
Sawefuddin, (Jakarta: Lembaga Islam Untuk Penelitian dan Pengembangan Masyarakat (LIPPM),
1986), h. xx; Yusuf Al-Qardhawi, Darul Al-Qiyam wa al-Akhlaq fi al-Iqtishad al-Islami (Norma dan
Etika Ekonomi Islam) alih bahasa Zainal Arifin dan Dahlian Husin, (Jakarta: Gema Insani Press,
1997), h. 31 - 32
6
Dinamika vertikal ekonomi Islam adalah transendensi kepemilikan kekayaan yang
diperoleh melalui bekerja sebagai realisasi kewajiban agama, sehingga setiap kegiatan ekonomi tidak
terlepas dari dimensi moralitas dan mencari ridha Illahi, sedang dinamika horizontal merupakan makna
sosial dalam bekerja dan kemajuan kegiatan usaha. Lihat Musa Asy’ari, Islam Etos Kerja
Pemberdayaan Ekonomi Umat, (Yogyakarta: Lembaga Studi Filsafat Islam, 1987), h. 68
7
Haris Faulidi Asnawi, Transaksi Bisnis E-Commerce Perspektif Islam, (Yogyakarta:
Magistra Insania Press, 2004), Cet. ke-1, h. 2
8
Syafril Halim, Kiat Islam Mengentaskan Kemiskinan, (Jakarta: Gema Insani Press, 1995),
h. 55
79
#$%& '
01
-./
56
782
@A
!
"
+ ,
41
< =
3>
( )%*
23
%* 9: ;
4
Artinya : “Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi,
dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah sebanyak-banyaknya agar
kamu beruntung” (QS. Al-Jum’ah : 10).
Dengan bekerja seseorang akan mempermudah penghasilan, laba atau
imbalan yang dapat digunakan untuk menutupi kebutuhan pokok demi kelangsungan
hidup diri dan keluarganya. Ia dapat memenuhi kebutuhan dirinya dengan hasil
kerjanya sendiri tanpa harus meminta kepada orang lain atau menunggu bantuan dari
orang lain. Pengangguran bagi mereka yang mampu bekerja jelas tidak sesuai dengan
kedudukan manusia sebagai wakil Tuhan di muka bumi. Bekerja dan berusaha
merupakan salah satu cara menyelesaikan masalah kemiskinan.
Kemiskinan dengan segala dimensinya merupakan permasalahan yang
harus diatasi melalui Program Pemerintah dan partisipasi semua elemen masyarakat.
Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat mengungkapkan bahwa tingkat
kemiskinan pada tahun 2005 sama dengan kondisi 15 tahun lalu. Berdasarkan data
Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk miskin pada tahun 2004, sebesar 36,1
juta orang atau 16,6% dari seluruh penduduk Indonesia.9 Untuk itu, agar terhindar
dari belenggu kemiskinan ini, masyarakat Indonesia diwajibkan bekerja dan berusaha
untuk memperoleh imbalan yang berupa uang.
9
BAZIS Provinsi DKI Jakarta, Manajemen ZIS BAZIS Provinsi DKI Jakarta, (Jakarta:
BAZIS Provinsi DKI Jakarta, 2006), Cet. ke-1, h. vii
80
Tidak ada suatu peradaban di dunia ini yang tidak mengenal dan
menggunakan uang. Kalau pun ada, maka perekonomian dalam peradaban tersebut
pasti stagnan dan nyaris tidak berkembang.10 Uang adalah segala-galanya, bahkan ada
pepatah yang mengatakan ada uang abang sayang tak ada uang abang ditendang.
Pepatah tersebut menunjukkan demikian hebatnya kekuatan uang untuk mengatur dan
mengendalikan kehidupan manusia. Aliran uang pada suatu negara, perusahaan dan
organisasi lainnya bagaikan darah yang mengalir dalam tubuh manusia. Tanpa uang
manusia akan mati. Sedemikian dahsyatnya kekuatan uang ini, sehingga manusia rela
mengorbankan segalanya demi memperoleh uang walaupun dilakukan dengan cara
hutang piutang untuk memperoleh pinjaman secara finansial.
Demikian pula dalam kehidupan suatu perusahaan, sektor finansial
merupakan jantung dari kehidupan sebuah perusahaan. Guna memperlancar
produktivitas dan untuk mengembangkan suatu perusahaan diperlukan dana yang
tidak sedikit. Walaupun dana yang dimiliki perusahaan banyak, namun suatu
perusahaan tidak mungkin terlepas dari hutang piutang, karena terkadang transaksi
yang dilakukan suatu perusahaan tidak secara chase jadi memaksa perusahaan untuk
melakukan hutang piutang.
Bagi para pengusaha besar hutang piutang tentu tidak menjadi masalah,
karena mereka mampu membayar bunga pinjaman dan memiliki usaha yang sudah
berjalan. Namun amat disayangkan, para kreditur tidak memberikan peluang
10
Rimsky K. Judisseno, Sistem Moneter dan Perbankan di Indonesia, (Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 2002), h. 1
81
pinjaman kepada para pengusaha kecil, karena tingkat kelayakan usaha yang masih
belum menentu dan belum jelas, beresiko tinggi dan terutama prosedur serta
persyaratan teknis yang belum bisa terpenuhi. Untuk memenuhi kebutuhan finansial
dari perusahaan-perusahaan besar ini, maka lahirlah lembaga-lembaga keuangan baik
konvensional maupun syari’ah yang kedua-duanya menerapkan sistem bunga.
Islam menganggap bunga sebagai suatu kejahatan ekonomi yang
menimbulkan penderitaan masyarakat baik itu secara ekonomi, sosial maupun moral.
Oleh karena itu, kitab suci Al-Qur’an melarang kaum muslimin untuk memberi
maupun menerima bunga. Dalam surah Al-Baqarah ayat 278 – 279 Allah SWT
melarang riba dan mempertegas bahwa bunga itu melanggar hukum di dalam Islam.11
Pembayaran angsuran bunga yang berat secara terus menerus telah
merendahkan standar kehidupan masyarakat serta menghancurkan pendidikan anakanak mereka. Di samping itu, kecemasan terus menerus peminjam juga
mempengaruhi efisiensi kerja mereka. Hal tersebut bukan saja mempengaruhi
kehidupan pribadi dan keluarga peminjam, namun juga akan mempengaruhi
perekonomian negara.12 Salah satu ciri dari kemajuan perekonomian negara dapat
dilihat dari pendapatan masyarakat.
Kenyataan yang terjadi di masyarakat, bahwa pinjaman dana makin
mengikat dan mencekik pengusaha kecil ke bawah. Di antaranya adalah praktek bank
11
Sutan Remy Syahdeni, Perbankan Islam dan Kedudukannya Dalam Tata Hukum
Perbankan Indonesia, (Jakarta: PT. Pustaka Utama, 1999), h. 6
12
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syari’ah Dari Teori ke Praktek, (Jakarta: Gema Insani
Press, 2001), h. 78
82
keliling. Bahkan ada yang menampakkan wajahnya sebagai koperasi simpan pinjam
yang menawarkan pinjaman dengan suku bunga yang mencekik leher yang umumnya
di atas 30% per tahun. Adalah praktek yang sudah biasa, seorang pengusaha kecil yng
meminjam uang Rp. 100.000,- ia hanya menerima sebesar Rp. 90.000,- Sementara
itu, ia harus mengembalikan pinjaman tersebut sebesar Rp. 4.000,- per hari selama
satu bulan atau Rp. 120.000,- per bulan. 13 Untuk mengantisipasi hal ini, masyarakat
membutuhkan lembaga keuangan yang tidak menerapkan sistem bunga. Salah satu
lembaga keuangan yang tidak menerapkan sistem bunga adalah Lembaga Keuangan
Syari’ah.
Lembaga Keuangan Syari’ah membantu dan membina golongan kecil atau
pemula yang membutuhkan dana pinjaman melalui bantuan hibah yang diarahkan
oleh Lembaga Keuangan Syari’ah secara produktif melalui pinjaman lunak tanpa
bunga yang dikenal dengan istilah Al-Qardhul Hasan. Pada pinjaman ini, peminjam
hanya diwajibkan mengembalikan pinjaman pokoknya pada waktu jatuh tempo tanpa
memberikan bunga pinjaman dan hanya membayar biaya administrasi. 14 Namun
Lembaga Keuangan Syari’ah ini sangat sulit ditemukan pada masyarakat terpencil
seperti masyarakat Kampung Gunung RT. 006/03 Kelurahan Cipondoh Indah
Kecamatan Cipondoh Kota Tangerang.
13
Baihaqi Abdul Madjid, et.al., Paradigma Baru Ekonomi Kerakyatan Sistem Syari’ah;
Pengolahan Gagasan dan Gerakan BMT di Indonesia, (Jakarta: PINBUK, 2000), h. 189
14
Karnaen A. Purwaatmadja, Membumikan Ekonomi Islam di Indonesia, (Depok: Usaha
Kami, 1996), h. 67
83
Sadar akan sulitnya mencari lembaga keuangan yang beroperasi secara
syari’ah, masyarakat Kampung Gunung RT. 006/03 Kelurahan Cipondoh Indah
Kecamatan Cipondoh Kota Tangerang ini berupaya mencari solusi terbaik dalam
melakukan praktek hutang piutang dengan cara mendatangi baik individu maupun
kelompok
yang
dianggap
memiliki
dana
yang
dapat
dipinjamkan
demi
kesinambungan usaha mereka. Adapun praktek hutang piutang ini didasarkan pada
prinsip syari’ah yang dikenal dengan istilah Al-Qardhul Hasan. Artinya pinjaman
tanpa bagi hasil, dimana penerima pembiayaan hanya diwajibkan mengembalikan
pokok pinjaman pada waktu jatuh tempo dan hanya membebani biaya administrasi.15
Berpijak pada pola pikir di atas, maka penulis merasa tertarik untuk
menuangkan sebuah obsesi yang terdapat dalam diri penulis yang kemudian
diwujudkan dalam bentuk skripsi yang diberi judul : “HUTANG PIUTANG DAN
APLIKASINYA PADA MASYARAKAT KAMPUNG GUNUNG RT. 006/03
KELURAHAN
CIPONDOH
INDAH
KECAMATAN
CIPONDOH
KOTA
TANGERANG”. Tema ini menarik untuk dikaji, karena implikasinya sangat luas
sehingga dapat menjadi bahan pemikiran bagi pemilik modal dalam upaya
mendirikan Lembaga Keuangan Syari’ah guna menjalankan praktek hutang piutang
untuk membantu dan sekaligus membina golongan pengusaha kecil atau pemula yang
membutuhkan dana pinjaman melalui bantuan hibah pada masyarakat Kampung
Gunung RT. 006/03 Kelurahan Cipondoh Indah Kecamatan Cipondoh Kota
Tangerang.
15
2000), h. 53
Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syari’ah, (Yogyakarta: UPPAMP YPKN,
84
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Praktek hutang piutang tidak hanya dilakukan oleh para pengusaha kecil
dan menengah, tetapi hutang piutang juga dipraktekkan oleh perusahaan besar yang
konon kabarnya memiliki jumlah dana yang banyak. Kontrak bisnis hutang piutang
sudah dipraktekkan sejak dahulu, namun perkembangannya setelah sistem hukum
semakin sempurna. Kontrak dan hutang piutang pun senantiasa berkembang ke arah
penyempurnaan demi terjaminnya kelancaran dalam berbisnis dari resiko penipuan
dan kecurangan yang terjadi.
Banyak hal yang dapat diangkat dalam persoalan ini seperti praktek hutang
piutang yang dilakukan oleh lembaga-lembaga keuangan konvensional misalnya
bank, pegadaian, koperasi, dan lain sebagainya. Agar dapat memberikan fokus
masalah, maka pembahasan skripsi ini dibatasi hanya pada praktek hutang piutang
yang dilakukan oleh masyarakat Kampung Gunung RT. 006/03 Kelurahan Cipondoh
Indah Kecamatan Cipondoh Kota Tangerang. Dalam hal ini, penulis merumuskan
permasalahannya, yaitu : Sejauh mana pengaruh aplikasi hutang piutang terhadap
kehidupan masyarakat Kampung Gunung RT. 006/03 dengan rumusan masalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana konsep praktek hutang piutang menurut masyarakat Kampung
Gunung RT. 006/03 ?
2. Bagaimana respon masyarakat Kampung Gunung RT. 006/03 terhadap praktek
hutang piutang ?
85
3. Apakah praktek hutang piutang yang dilakukan masyarakat Kampung Gunung
RT. 006/03 sudah sesuai dengan ketentuan syari’ah ?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Sejalan dengan latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan
masalah, maka penelitian skripsi ini memiliki tujuan sebagai berikut :
1. Memperoleh gambaran tentang praktek hutang piutang yang dilakukan oleh
masyarakat Kampung Gunung RT. 006/03.
2. Mengetahui respon masyarakat Kampung Gunung RT. 006/03 terhadap praktek
hutang piutang.
3. Memperoleh gambaran tentang penyelenggaraan hutang piutang pada masyarakat
Kampung Gunung RT. 006/03 yang sesuai dengan ketentuan syari’ah.
Adapun kegunaan dari penelitian skripsi ini dapat digambarkan sebagai
berikut :
1. Manfaat akademis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi berupa buku
bacaan perpustakaan di lingkungan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta, khususnya di Fakultas Syari’ah dan Hukum pada Program Studi Ekonomi
Islam.
2. Manfaat praktis
Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan sumbangan yang
berarti bagi khazanah ekonomi Islam dan sekaligus dapat memberikan penjelasan
86
tentang praktek hutang piutang dalam upaya membantu meningkatkan
perekonomian masyarakat.
3. Masyarakat umum
Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan acuan yang jelas
terutama bagi mereka yang melakukan praktek hutang piutang agar terhindar dari
sistem riba.
D. Metodologi Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif analisis yakni penelitian tentang hubungan
fenomena sosial tertentu dengan menganalisa dan menginterpretasikan data-data yang
ada.16 Pengumpulan data dalam rangka penulisan skripsi ini adalah melalui studi
kepustakaan dan studi lapangan. Studi kepustakaan maksudnya dalam pengumpulan
data-data skripsi ini, penulis banyak mengambil sumber dari buku-buku, brosur,
makalah, majalah dan surat kabar yang berhubungan erat dengan tema skripsi ini.
Adapun jenis penelitian yang digunakan dalam pengumpulan data ini adalah jenis
penelitian kualitatif yang menghasilkan data deskriptif tertulis dengan informasi dari
orang yang terlibat dalam objek. 17 Sementara itu, untuk memperoleh data yang jelas
tentang kondisi masyarakat Kampung Gunung RT. 006/03 Kelurahan Cipondoh
16
Penelitian ini memiliki dua tujuan. Pertama, untuk pengukuran yang cermat terhadap
fenomena sosial tertentu dengan mengembangkan konsep dan menghimpun fakta. Kedua, untuk
memprediksi fenomena sosial tertentu. Lihat Masri Singarimbun, et.al., Metode Penelitian Survey,
(Jakarta: LP3ES, 1999), Cet. ke-1, h. 4 - 5
17
Lexy J. Maleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1998),
Cet. ke-2, h. 3
87
Indah Kecamatan Cipondoh Kota Tangerang, maka digunakanlah sistem populasi dan
sampel.
Populasi adalah jumlah keseluruhan unit analisis, yaitu obyek yang akan
diteliti. 18 Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat Kampung Gunung RT.
006/03 Kelurahan Cipondoh Indah Kecamatan Cipondoh Kota Tangerang yang
berjumlah 328 orang yang nantinya jumlah ini akan dijadikan sampel.
Jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah 12%. Jadi dalam
penelitian ini jumlah sampel adalah 12% dari jumlah populasi yang ada, yaitu 12% x
328 = 49,56 orang yang kemudian dibulatkan menjadi 50 orang. Jumlah populasi
yang diambil sebanyak 12% berdasarkan pada pertimbangan pendapat Suharsimi
Arikunto yang mengatakan bahwa jika populasi lebih dari 100 orang, maka
banyaknya sampel yang diambil adalah 10% - 15%.19
Kemudian untuk memperoleh data lapangan, penulis mengadakan
pendekatan langsung dengan cara mendatangi obyek yang diteliti seperti gambaran
umum lokasi penelitian dan kondisi masyarakat Kampung Gunung RT. 006/03 untuk
mendapatkan data dan keterangan-keterangan lainnya yang diperlukan dalam
penelitian ini. Adapun teknik pengumpulan data antara lain dapat dilakukan sebagai
berikut :
a. Observasi, penulis mengadakan pengamatan langsung terhadap masyarakat
Kampung Gunung RT. 006/03 untuk memperoleh data yang akurat tentang gejala,
peristiwa dan kondisi aktual yang terjadi pada masa sekarang.
18
Irawan Suhartono, Metode Penelitian Sosial, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000), h. 35
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka
Cipta, 1998), h. 246
19
88
b. Wawancara, penulis melakukan tanya jawab dengan Ketua RT. 006/03 untuk
memperoleh data yang dibutuhkan dan dianggap akurat.
c. Questioner, yaitu dengan menyebarkan angket yang berisi pertanyaan-pertanyaan
yang ditujukan kepada responden.
Dari hasil pengumpulan data ini, kemudian data tersebut dianalisa. Dalam
penelitian ini, analisis data yang dilakukan adalah analisis kualitatif, yaitu data yang
telah dihimpun diklasifikasikan dan kemudian dihubungkan antara satu dengan yang
lainnya, lalu dianalisa serta diambil hasil dari analisis tersebut yang kemudian
dideskripsikan sebagai suatu hasil bahan pemikiran.
Selanjutnya data yang telah diperoleh kemudian dianalisa melalui
perhitungan frekuensi dengan rumus :
F
P
= X 100
N
Keterangan : P
= Prosentase jawaban
F
= Frekuensi
N
= Jumlah responden
100 = Bilangan tetap
Adapun teknik penulisan skripsi ini berpedoman kepada buku “Pedoman
Penulisan Skripsi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta” yang
diterbitkan oleh Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta Tahun 2007 akan mewarnai seluruh bentuk penulisan skripsi ini.
89
E. Sistematika Penyusunan
Untuk memudahkan pembahasan skripsi ini secara keseluruhan, maka
diperlukan suatu sistematika penyusunan. Adapun sistematika penyusunan yang
dimaksud adalah seperti yang akan diuraikan di bawah ini.
Bab I menguraikan tentang pokok-pokok pikiran yang tertuang pada
pembahasan skripsi ini yang terdiri atas latar belakang masalah yang tujuannya untuk
memberikan alasan yang jelas tentang pemilihan judul, pembatasan dan perumusan
masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, metodologi penelitian yang dipergunakan
dalam rangka memudahkan penulisan dan sistematika penyusunan dipergunakan
untuk memberikan penjelasan secara garis besar mengenai pembahasan yang akan
diuraikan dalam skripsi ini.
Bab II berisikan tentang hutang piutang perspektif hukum Islam yang
pembahasannya meliputi pengertian hutang piutang, manfaat hutang piutang,
landasan hukum hutang piutang dan rukun serta syarat hutang piutang.
Bab III menguraikan tentang gambaran umum masyarakat Kampung
Gunung RT. 006/03 yang pembahasannya meliputi letak geografis Kampung Gunung
RT. 006/03, jumlah penduduk Kampung Gunung RT. 006/03, peta sosial ekonomi
masyarakat Kampung Gunung RT. 006/03, keadaan pendidikan masyarakat
Kampung Gunung RT. 006/03 dan kondisi keberagaman masyarakat Kampung
Gunung RT. 006/03.
Bab IV membahas inti persoalan yang diperbincangkan dalam skripsi ini,
yaitu aplikasi hutang piutang pada masyarakat Kampung Gunung RT. 006/03 yang
90
pembahasannya meliputi pola hutang piutang pada masyarakat Kampung Gunung
RT. 006/03, bentuk hutang piutang pada masyarakat Kampung Gunung RT. 006/03,
mekanisme hutang piutang pada masyarakat Kampung Gunung RT. 006/03 dan
implikasi praktek hutang piutang pada masyarakat Kampung Gunung RT. 006/03.
Bab V merupakan bab penutup dari skripsi ini yang di dalamnya memuat
beberapa kesimpulan dan saran-saran yang merupakan kristalisasi dari uraian bab-bab
terdahulu yang kemudian diakhiri dengan daftar kepustakaan dan lampiran-lampiran.
91
A. Pengertian Hutang Piutang
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, hutang piutang adalah uang yang
dipinjam dari orang lain dan yang dipinjamkan kepada orang lain. 20Dalam Islam,
hutang piutang dikenal dengan istilah Al-Qardh. Secara etimologis, kata Al-Qardh
berarti Al-Qath’u yang bermakna potongan.21 Dengan demikian, Al-Qardh dapat
dipahami sebagai harta yang diserahkan kepada orang yang berhutang, sebab harta
yang diserahkan merupakan satu potongan dari harta orang yang memberikan
hutang.22 Sedangkan dalam Kamus Istilah Fiqh, Al-Qardh diartikan sebagai pinjaman
atau hutang.23 Adapun kata hasan dapat diartikan dengan baik, bagus dan indah.
Dengan demikian Al-Qardhul Hasan adalah pinjaman yang diberikan kepada
seseorang untuk kebutuhan yang mendesak dan jangka pendek tanpa mengharapkan
imbalan.
Ditinjau dari aspek terminologis, ada beberapa pendapat tentang definisi AlQardhul Hasan. Menurut Imam Hanafi, Al-Qardh adalah pemberian harta oleh
seseorang kepada orang lain supaya ia membayarnya. Kontrak yang khusus mengenai
20
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka, 1998), Cet. ke-1, h. 689
21
Kamaluddin A. Marzuki, Fiqih Sunnah, (Bandung: PT. Al-Ma’arif, 1998), Jilid XII, h. 129
22
Syed Ahmad Husein, et.al., Fiqih dan Perundang-undangan Islam, (Kuala Lumpur:
Dewan Bahasa dan Pustaka, 1995), h. 726
23
M. Abdul Mudjieb, Kamus Istilah Fiqh, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1994), h. 72
92
penyerahan harta kepada seseorang agar orang itu mengembalikan harta yang sama
sepertinya.24 Sementara itu, Imam Malik menyatakan bahwa Al-Qardh merupakan
pinjaman atas benda yang bermanfaat yang diberikan hanya karena belas kasihan dan
bukan merupakan bantuan atau pemberian, tetapi harus dikembalikan seperti bentuk
yang dipinjamkan.25
Sedangkan menurut Imam Hambali, Al-Qardh adalah perpindahan harta
milik secara mutlak, sehingga penggantinya harus sama nilainya.26 Adapun
pengertian Al-Qardh menurut Imam Syafi’i adalah pinjaman yang berarti baik yang
bersumberkan kepada Al-Qur’an bahwa barang siapa yang memberikan pinjaman
yang baik kepada Allah SWT, maka Allah SWT akan melipatgandakan kebaikan
kepadanya.27
Dari beberapa uraian di atas, dapat dipahami bahwa Al-Qardh adalah
pinjaman atau hutang yang diberikan oleh seseorang kepada orang lain untuk
dikembalikan lagi kepada orang yang telah meminjamkan harta, karena pinjaman
tersebut merupakan potongan dari harta yang memberikan pinjaman atau hutang.
Dengan kata lain, Al-Qardh adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat
ditagih atau diminta kembali atau dalam istilah lain meminjam tanpa mengharapkan
imbalan. Dalam literatur fiqh klasik, Al-Qardh dikategorikan dalam aqad tathawwu’i
atau aqad saling membantu dan bukan transaksi komersial.28 Untuk itu dapat
24
M. Abdul Mudjieb, Kamus Istilah Fiqh
M. Muslichuddin, Sistem Perbankan Dalam Islam, (Jakarta: Rineka Cipta, 1990), h. 8
26
M. Muslichuddin, Sistem Perbankan Dalam Islam
27
M. Muslichuddin, Sistem Perbankan Dalam Islam
28
M. Syafi’i Antonio, Bank Syari’ah Dari Teori ke Praktek, (Jakarta: Gema Insani Press,
2001), h. 131
25
93
dikatakan bahwa seseorang yang berniat ikhlas untuk menolong orang lain dengan
cara meminjamkan hutang tanpa mengharapkan imbalan disebut sebagai Al-Qardhul
Hasan.
Al-Qardhul Hasan adalah suatu perjanjian antara bank sebagai pemberi
pinjaman dengan nasabah sebagai penerima baik berupa uang maupun barang tanpa
persyaratan adanya tambahan biaya apapun. Peminjam atau nasabah berkewajiban
mengembalikan uang atau barang yang dipinjam pada waktu yang telah disepakati
bersama dengan pokok pinjaman. 29 Karnaen Purwaatmadja mengatakan bahwa AlQardhul Hasan adalah suatu pinjaman lunak yang diberikan atas dasar kewajiban
semata di mana si peminjam tidak dituntut untuk mengembalikan apapun kecuali
modal pinjaman. 30
Menurut Umar, Al-Qardhul Hasan adalah perjanjian pinjaman baru kepada
pihak kedua dan pinjaman tersebut dikembalikan dengan jumlah yang sama yakni
sebesar yang dipinjam. Pengembalian ditentukan dalam jangka waktu tertentu yang
sesuai dengan kesepakatan bersama dalam pembayaran dilakukan secara angsuran
maupun tunai. 31 Ia menambahkan bahwa Al-Qardhul Hasan merupakan pinjaman
yang harus dikembalikan pada akhir suatu waktu yang telah disepakati tanpa
keharusan membayar bunga ataupun pembagian untung rugi dalam bisnis.32
29
Warkum Sumitro, Azas-Azas Perbankan Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
1997), h. 97
30
Karnaen Purwaatmadja, Membumikan Ekonomi Islam di Indonesia, (Depok: Usaha
Kami, 1996), h. 33
31
M. Umar Capra, Al-Qur’an Menurut Sistem Moneter Yang Adil, (Yogyakarta: PT. Dana
Bhakti Primayasa, 1997), h. 40
32
M. Umar Capra, Al-Qur’an Menurut Sistem Moneter Yang Adil
94
Sedangkan menurut Toto Abdul Fatah, Al-Qardhul Hasan adalah suatu pinjaman
yang diberikan seseorang kepada orang lain tanpa dituntut untuk mengembalikan apaapa bagi peminjam, kecuali pengembalian modal pinjaman tersebut.33
Dari beberapa penjelasan di atas, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa AlQardhul Hasan merupakan suatu jenis pinjaman produk pembiayaan dari pemilik
modal baik individu maupun kelompok yang pengembalian pinjaman uangnya tidak
disertai dengan bunga, namun pihak peminjam berkewajiban untuk membayar biaya
administrasi.
B. Manfaat Hutang Piutang
Seperti telah diutarakan di atas, bahwa hutang piutang dalam Islam dikenal
dengan istilah Al-Qardh. Menurut Merza Gamal salah seorang pengamat masalah
ekonomi dan praktisi perbankan syari’ah bahwa aqad Al-Qardh dapat diterapkan
untuk membantu umat dalam mengembangkan usahanya. Al-Qardh merupakan
produk pembiayaan yang diperuntukkan bagi pengusaha kecil menengah ke bawah.
Dengan sistem pembayaran ini, dapat terbentuk sebuah semangat wirausaha dalam
sektor industri kecil atau mikro yang nantinya diharapkan dapat memacu
pertumbuhan ekonomi kerakyatan berbasis syari’ah.
Sifat Al-Qardh tidak memberikan keuntungan finansial bagi pihak yang
meminjamkan. Rasulullah SAW melarang mereka yang melakukan Al-Qardh dengan
mensyaratkan manfaat. Misalnya seseorang meminjamkan sejumlah uang kepada
33
Toto Abdul Fatah, Bank Tidak Identik Dengan Riba, (Jawa Barat: MUI, tth), h. 42
95
koleganya dengan syarat ia dinikahkan dengan anaknya. Lain halnya bila inisiatif ini
lahir dari pihak peminjam, maka hal itu dianggap sebagai hadiah. Transaksi Al-Qardh
ini dapat dikombinasikan dengan dana zakat.
Sebagaimana diketahui bersama bahwa pemberian dana zakat yang
termasuk di dalamnya dana infaq dan shadaqah harus dapat memberikan referensi
yang memungkinkan orang miskin dapat berdikari. Dengan demikian, zakat dapat
menjadi suplemen pendapatan permanen hanya bagi mereka yang tidak dapat
menghindari dirinya sendiri secara cukup lewat usahanya sendiri. Penggunaan dana
zakat, infaq dan shadaqah secara profesional melalui sistem Al-Qardhul Hasan akan
memungkinkan orang miskin dapat mandiri dalam sebuah lingkungan sosial ekonomi
yang mengembangkan industri kecil dan hal ini akan berdampak pada pengurangan
kemiskinan serta kesenjangan sosial ekonomi.
Dengan demikian, adanya sistem pembiayaan Al-Qardhul Hasan akan
sangat membantu para pengusaha kecil, di samping dapat meningkatkan semangat
wirausaha dan tumbuhnya ekonomi yang berbasis syari’ah. Adapun manfaat dari
pembiayaan Al-Qardhul Hasan antara lain adalah bersifat mendidik. Peminjam wajib
mengembalikan dana, sehingga dana tersebut terus bergulir untuk nasabah lainnya
yang makin hari makin bertambah. Setelah usahanya berhasil, peminjam diharapkan
dapat mengeluarkan zakat, infaq dan shadaqah atas hasil usahanya itu. Dana zakat,
infaq dan shadaqah ini merupakan dana sosial yang terus dimanfaatkan bagi
peminjam berikutnya. Oleh sebab itu, peminjam diwajibkan untuk mengembalikan
dana pinjamannya dan membayar biaya administrasi. Jika kesepakatan ini dapat
diwujudkan, maka hal ini baru dinamakan Al-Qardh.
96
Produk Al-Qardh ini akan meningkatkan citra baik dan loyalist masyarakat
terhadap ekonomi syari’ah serta kesadaran masyarakat untuk membayarkan zakatnya
melalui lembaga yang telah disediakan, sehingga dana tersebut tidak hanya menjadi
dana bantuan yang sifatnya sementara dan digunakan untuk kebutuhan konsumtif
semata. Dengan demikian percepatan pembangunan ekonomi kerakyatan yang
berbasis syari’ah dapat diwujudkan menjadi kenyataan. Dalam rangka mewujudkan
ekonomi kerakyatan yang berbasis syari’ah, maka produk Al-Qardh ini harus benarbenar dimanfaatkan.
Menurut Syafi’i Antonio, pada dasarnya manfaat Al-Qardh itu banyak
sekali, salah satu di antaranya adalah memungkinkan nasabah yang sedang dalam
kesulitan mendesak untuk mendapatkan dana pinjaman jangka pendek/panjang yang
sesuai dengan aqad. Al-Qardhul Hasan juga merupakan salah satu ciri pembeda
antara bank syari’ah dengan bank konvensional yang di dalamnya terkandung misi
sosial, di samping misi komersial. Adanya misi sosial kemasyarakatan ini akan
meningkatkan loyalitas masyarakat terhadap bank syari’ah dan syari’ah itu sendiri.
Manfaat lainnya adalah berupa santunan kebajikan yang diberikan untuk membantu
meringankan beban ekonomi para mustahiq.34
Resiko dalam Al-Qardhul Hasan tergolong tinggi, karena itu dianggap
pembiayaan yang tidak ditutup dengan jaminan.35 Di samping itu, semua manfaat AlQardhul Hasan juga dapat dijadikan sebagai produk untuk pembiayaan sosial
34
35
M. Syafi’i Antonio, Bank Syari’ah Dari Teori ke Praktek, h. 134
M. Syafi’i Antonio, Bank Syari’ah Dari Teori ke Praktek
97
kemasyarakatan seperti pengusaha kecil yang kekurangan dana, tetapi memiliki
prospek bisnis yang sangat baik.
C. Landasan Hukum Hutang Piutang
Dalam Islam hutang piutang yang tidak mengharapkan imbalan bagi
pemilik modal dikenal dengan istilah Al-Qardhul Hasan. Al-Qardhul Hasan adalah
pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau diminta kembali. AlQardhul Hasan disyaratkan sebagai bentuk atau cara pendekatan manusia kepada
Allah SWT, karena Al-Qardh berarti lemah lembut kepada manusia, mengasihi
mereka dan memberikan kemudahan dalam urusan mereka. Hal ini sesuai dengan
firman Allah SWT sebagai berikut :
C6D 3
!
;
;
HI
9E
3FG)
-\_ 1
41
T$U 3FP E
41
SO,
\[
\[8>
]H ^
X5YZ;[
@@ ی
JPU 82 ` /a _
Artinya : “Barang siapa yang meminjamkan kepada Allah suatu pinjaman yang baik,
maka Allah akan melipatgandakan balasan pinjaman itu untuknya, dan ia
akan memperoleh pahala yang banyak” (QS. Al-Hadid : 11)
Adapun yang menjadi landasan dalil dalam ayat ini adalah bahwa seorang
hamba diserukan untuk meminjam kepada Allah SWT, yaitu dengan cara
membelanjakan harta di jalan Allah SWT. Selaras dengan meminjam kepada Allah
SWT, seorang hamba diseru untuk meminjam kepada manusia sebagai bagian dari
kehidupan masyarakat.37 Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT sebagai berikut :
41
T$U 3FP E
41
+O,
\[8>
]H
X5YZ;[
W%
5
6
7HR
b
; /W _
>\_ 1
gh %f P
de f3F P
c1
R k
ij ;a%
[3
F
Artinya : “Barang siapakah yang memberi pinjaman kepada Allah, sesuatu pinjaman
yang baik, maka Allah akan melipatgandakan pembayaran kepadanya
dengan kelipatan yang banyak. dan Allah akan menyempitkan dan
melapangkan rizki, dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan” (QS. AlBaqarah : 245)
Ayat lainnya yang membicarakan tentang masalah Al-Qardhul Hasan
adalah firman Allah SWT sebagai berikut :
[5 ,
6lm
,
d
o
36
37
3
_
M. Syafi’i Antonio, Bank Syari’ah Dari Teori ke Praktek, h. 132
M. Syafi’i Antonio, Bank Syari’ah Dari Teori ke Praktek
99
82OE
W%
41
ﻡ
NWU 3
_
X5YZ;[
Artinya : “… Maka bacalah apa yang mudah dari Al-Qur’an dan dirikanlah
sembahyang, tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman kepada Allah
pinjaman yang baik …” (QS. Al-Muzamil : 20).
Pada ayat selanjutnya yang membicarakan masalah Al-Qardhul Hasan
adalah firman Allah SWT sebagai berikut :
ist
41
v w5 P ;M
&IoYZq,
.;a _
R|R
F
! y
;pqP r:] P
u 5 ,
F
x"3t;M *
z {R
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu melakukan praktek hutang
piutang tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, maka hendaklah
kamu mencatatnya …” (Al-Baqarah : 282).
Al-Qardhul Hasan tidak hanya diabadikan dalam Al-Qur’an, tetapi juga
terdapat dalam hadits Rasulullah SAW sebagai berikut :
67# !3 6 $.# % ﻡ%5$ # % ' ی$.# % ﻡ# $ ﻡ! ﻡ4
! !3 ! ).!!ﺱ1 $0# !.!" % /!.!- !,$ )+ )*! '( % # ! ﻡ$ # $ # !"
38
*
1 ; ﻡ ﺝ1< ' ) !! ' ﻡ3! !- !: !* !: )9$ $ # !8) !ﻡ
Artinya : “Dari Ibnu Mas’ud bahwa sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda, Bukan
seorang muslim yang meminjam kepada muslim lainnya dua kali,
melainkan salah satunya adalah setara dengan shadaqah” (HR. Ibnu
Majah dan Ibnu Hibban).
Selain Al-Qur’an dan hadits Rasulullah SAW yang menjadi landasan
hukum Al-Qardhul Hasan, masih terdapat landasan hukum yang menjadi dasar
diperbolehkannya transaksi Al-Qardhul Hasan yaitu ijma’ ulama yang diambil dari
hadits Rasulullah SAW sebagai berikut :
38
Abu Ishaq Al-Syaerazi, Al-Muhadzab, (Mesir: Al-Babi Al-Halabi, tth), h. 302
100
! A! ! ﻥ# !) ! ﻡ.!!ﺱ1 $0# !.!" % /!.!- % %4#&%!
Achmad Godaibilah
NIM. 203046101656
!
67
68
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Mencapai
Gelar Sarjana Ekonomi Islam (S.E.I)
Oleh
Achmad Godaibilah
NIM. 203046101656
Di Bawah Bimbingan
Dr. Euis Amalia, M.Ag
NIP. 150 289 264
!
69
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul “HUTANG PIUTANG DAN APLIKASINYA
PADA MASYARAKAT KAMPUNG GUNUNG RT. 006/03 KELURAHAN
CIPONDOH INDAH KECAMATAN CIPONDOH KOTA TANGERANG”,
telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 2 Maret 2009. Skripsi ini telah
diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Islam
(SEI) pada Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam).
Jakarta, 2 Maret 2009
Mengesahkan
Dekan Fakultas Syari’ah dan Hukum
Prof. DR. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM
NIP. 150 210 422
PANITIA UJIAN
Ketua
: Prof. Dr. H. Muhammad Amin Summa, SH, MA, MM. (…....................………)
NIP: 150 210 442
Sekretaris
: Drs. Ahmad Yani, MA.
NIP: 150 269 678
(…....................………)
Pembimbing : Dr. Euis Amalia, M.Ag.
NIP. 150 289 264
(…....................………)
Penguji I
: Drs. Ahmad Yani, MA.
NIP: 150 269 678
(…....................………)
Penguji II
: Drs. Asmawi, M.Ag.
NIP: 150 282 934
(…....................………)
70
Puja dan puji serta syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas
selesainya penyusunan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
pendidikan pada Program Studi Perbankan Syari’ah di Fakultas Syari’ah dan Hukum
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Topik skripsi ini penulis pilih
atas pertimbangan pentingnya memberikan pemahaman masyarakat terhadap praktek
hutang piutang menurut Islam. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat
terutama bagi para pemilik modal baik individu maupun kolektif dalam upaya
memberikan pembiayaan pada masyarakat tanpa mengharapkan imbalan yang
kemudian dikenal dengan istilah Al-Qardhul Hasan.
Penyusunan skripsi ini dapat penulis selesaikan berkat bantuan dan
dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu sangatlah wajar bila penulis
menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya dan mengucapkan terima kasih
yang setulus-tulusnya, khususnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH. MH, MM, selaku Dekan
Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta beserta staf yang telah memberikan tugas kepada penulis untuk
menyelesaikan skripsi ini.
71
2. Ibu Dr. Euis Amelia, MA, selaku Pembimbing yang telah banyak meluangkan
waktunya demi membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Bapak Drs. Djawahir Hejazziey, SH, MA, selaku Ketua Program Non Reguler
dan Bapak Drs. H. Ahmad Yani, MA, selaku Sekretaris Program Non Reguler
yang telah banyak membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
4. Bapak dan Ibu Dosen di lingkungan Fakultas Syari’ah dan Hukum yang telah
memberikan ilmu kepada penulis selama belajar di Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Bapak Pimpinan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta
staf yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk memanfaatkan dan
meminjam buku-buku yang berhubungan dengan pembahasan skripsi ini.
6. Bapak Anwar selaku Ketua RT. 006/03 beserta staf yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian di wilayah RT. 006/03.
7. Ayah dan Ibunda serta kakak dan adik-adikku tercinta yang senantiasa berusaha
dan berdo’a serta mendidik penulis dengan penuh tanggung jawab dan selalu
memberikan bantuan baik moril maupun materil. Semoga ilmu yang penulis
peroleh dapat menjadi bekal untuk membalas budi dan pengorbanan yang telah
mereka berikan.
8. Sanak famili dan handai taulan serta rekan mahasiswa Fakultas Syari’ah dan
Hukum pada Program Studi Perbankan Syari’ah dan semua pihak yang telah
memberikan bantuan dengan sukarela dalam penyelesaian skripsi ini.
72
9. Teman sejawat dan karib kerabat serta rekan kerja yang telah banyak memberikan
bantuan baik moril maupun materil, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan sesuai
dengan jadwal yang telah ditentukan.
Semoga semua yang telah mereka berikan baik berupa bimbingan dan
bantuan maupun pengorbanan dalam rangka penyusunan skripsi ini, mendapat
imbalan yang berlipat ganda dari Allah SWT. Amin ya rabbal ‘alamin.
Akhirnya penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak luput dari kekurangan
dan kelemahan. Oleh karenanya sumbangsih dan pemikiran, kritik dan saran yang
konstruktif dari semua pihak sangat penulis harapkan untuk perbaikan pada kajiankajian dengan tema yang sama pada masa yang akan datang.
17 Desember 2008 M
Jakarta,
17 Dzulhijjah 1429 H
Penulis
73
Halaman
KATA PENGANTAR .....................................................................................
i
DAFTAR ISI .................................................................................................. iv
BAB
I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ....................................... 8
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian .............................................. 9
D. Metodologi Penelitian .............................................................. 10
E. Sistematika Penyusunan ............................................................ 13
BAB II : HUTANG PIUTANG PERSPEKTIF HUKUM ISLAM
A. Pengertian Hutang Piutang ........................................................ 15
B. Manfaat Hutang Piutang ........................................................... 18
C. Landasan Hukum Hutang Piutang ............................................. 21
D. Rukun dan Syarat Hutang Piutang ............................................. 25
BAB III : GAMBARAN UMUM MASYARAKAT KAMPUNG
GUNUNG RT. 006/03
A. Letak Geografis Kampung Gunung RT. 006/03 ......................... 30
B. Jumlah Penduduk Kampung Gunung RT. 006/03 ...................... 31
C. Peta Sosial Ekonomi Masyarakat Kampung Gunung
RT. 006/03 ................................................................................ 34
74
D. Keadaan Pendidikan Masyarakat Kampung Gunung
RT. 006/03 ................................................................................ 36
E. Kondisi Keberagamaan Masyarakat Kampung Gunung
RT. 006/03 ................................................................................ 37
BAB IV : APLIKASI HUTANG PIUTANG PADA MASYARAKAT
KAMPUNG GUNUNG RT. 006/03
A. Pola Hutang Piutang Pada Masyarakat Kampung Gunung
RT.
006/03 ........................................................................................ 39
B. Bentuk Hutang Piutang Pada Masyarakat Kampung Gunung
RT. 006/03.................................................................................. 47
C. Mekanisme Hutang Piutang Pada Masyarakat Kampung
Gunung RT. 006/03 .................................................................... 54
D. Implikasi Praktek Hutang Piutang Pada Masyarakat
Kampung Gunung RT. 006/03 ................................................... 58
BAB V :
PENUTUP
A. ............................................................................................. Kesi
mpulan ....................................................................................... 67
B. ............................................................................................. Saran
-saran ......................................................................................... 68
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 70
LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................................
75
Halaman
Tabel 1 : Jumlah penduduk menurut usia dan jenis kelamin ............................ 31
Tabel 2 : Status kewarganegaraan penduduk Kampung Gunung RT. 006/03 .. 32
Tabel 3 : Keadaan ekonomi masyarakat Kampung Gunung RT. 006/03 ......... 35
Tabel 4 : Keadaan pendidikan masyarakat Kampung Gunung RT. 006/03 ...... 37
Tabel 5 : Kondisi keberagamaan masyarakat Kampung Gunung
RT. 006/03 ...................................................................................... 38
Tabel 6 : Jenis usaha masyarakat Kampung Gunung RT. 006/03 .................... 39
Tabel 7 : Aplikasi jangka waktu pinjaman ...................................................... 41
Tabel 8 : Modal awal usaha ............................................................................ 43
Tabel 9 : Besarnya pinjaman yang dibutuhkan ............................................... 44
Tabel 10 : Aplikasi pinjaman dana untuk keperluan usaha ................................ 45
Tabel 11 : Aplikasi hubungan kerja antara peminjam dengan pemilik modal .... 46
Tabel 12 : Kesesuaian hutang piutang dengan prinsip syari’ah ......................... 48
Tabel 13 : Aplikasi prinsip bagi hasil ............................................................... 49
Tabel 14 : Aplikasi prinsip usaha harus sesuai dengan prinsip syari’ah ............. 50
Tabel 15 : Aplikasi pembiayaan dengan sistem qiradh ...................................... 51
Tabel 16 : Aplikasi pengembalian pinjaman tanpa bunga ................................. 52
76
Tabel 17 : Aplikasi pembiayaan dengan sistem bagi hasil melalui
penyerahan jaminan ........................................................................ 53
Tabel 18 : Prosedur pinjaman dengan menggunakan jaminan ........................... 55
Tabel 19 : Aplikasi peminjaman didasari saling percaya diri dan bertanggung
jawab ............................................................................................... 56
Tabel 20 : Aplikasi sistem administrasi yang tidak rumit .................................. 57
Tabel 21 : Pendapatan per bulan sebelum memperoleh pinjaman ..................... 59
Tabel 22 : Rata-rata pendapat masyarakat setelah memperoleh pinjaman ......... 60
Tabel 23 : Aplikasi keringanan dalam pengembalian pinjaman ......................... 61
Tabel 24 : Respon masyarakat terhadap pinjaman melalui aqad qiradh ............. 62
Tabel 25 : Aplikasi aqad qiradh dapat membantu meringankan usaha
masyarakat ...................................................................................... 63
Tabel 26 : Aplikasi pembiayaan melalui aqad gadai dianggap efektif ............... 64
Tabel 27 : Respon masyarakat terhadap pinjaman yang menggunakan
jaminan ............................................................................................ 65
77
A. Latar Belakang Masalah
Telah menjadi kehendak Allah SWT bahwa manusia harus hidup
bermasyarakat dan saling tolong menolong antara satu dengan yang lainnya. Sebagai
makhluk sosial, manusia menerima dan memberikan andil dalam kehidupan orang
lain, saling berinteraksi untuk memenuhi kebutuhan hidup dan mencapai kemajuan
dalam hidupnya. Untuk mencapai kemajuan dan tujuan hidup, diperlukan kerja sama
yang baik antara sesama manusia.1
Di antara sekian banyak aspek kerja sama yang paling menonjol di antara
manusia adalah aspek ekonomi. Ekonomi Islam bersifat dinamik menurut dimensi
ruang dan waktu, karena Islam adalah rahmatan lil ‘alamin.2 Islam mengatur sistem
perekonomiannya dengan suatu metode yang unik.3 Islam memandang masalah
ekonomi tidak dari sudut pandang kapitalis dan tidak juga dari sudut pandang sosialis,
akan tetapi Islam membenarkan adanya hak individu tanpa merusak masyarakat.
Konsep ekonomi Islam meletakkan aspek moral maupun material kehidupan sebagai
basis untuk membangun kekuatan ekonomi di atas nilai-nilai moral.4
1
Hamzah Ya’qub, Kode Etik Dagang Menurut Islam; Pola Pembinaan Hidup Dalam
Berekonomi, (Bandung: Diponegoro, 1984), h. 13 - 14
2
Tim Penyusun, Ensiklopedi Islam Indonesia, (Jakarta: Djambatan, 2002), h. 267
3
Abu A’la Al-Maududi, Usus al-Iqtishad Bain al-Islam wa al-Nuzhum al-Mu’asyirah,
(Ttp: al-Daru al-Su’udiyyah li al-Nasyar, 1971), h. 17 - 20
4
Fazlur Rahman, Economic Doctrines of Islam (Doktrin Ekonomi Islam), alih bahasa
Soeroyo dan Nastangin, (Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1995), Jilid I, h. 10 – 11. Lebih lanjut Syed
Nawab Haider Naqvi, Ethics and Economic; An Islam Synthesis, (London: The Islamic Foundation,
1981), h. 71 – 81; Muhammad Hisanien al-Bathah, Al-Nizham al-Iqtishadi fi al-Islam, (Ttp: Tnp,
1997), h. 127 – 147; Heri Sudarsono, Konsep Ekonomi Islam; Suatu Pengantar, (Yogyakarta:
Ekonosia, 2002), h. 69 – 100
78
Dengan demikian keunikan pendekatan Islam terletak pada sistem nilai
yang mewarnai tingkah laku ekonomi atas kehidupan dan tercakupnya nilai-nilai
dasar yang bersumber dari tauhid.5 Dalam kehidupan ekonomi penekanannya
difokuskan pada dinamika vertikal dan horizontal.6 Islam menegaskan bahwa pemilik
alam beserta isinya secara mutlak adalah Allah SWT. Manusia sebagai khalifah
diberikan kemampuan yang bersifat konseptual, sehingga dapat mengolah dan
memanfaatkan
alam
beserta
isinya
untuk
menciptakan
kesejahteraan
dan
kemakmuran bersama.7
Dalam rangka menciptakan kesejahteraan dan kemakmuran bersama,
manusia dituntut untuk usaha dan bekerja. Dalam masyarakat Islam, semua orang
dituntut untuk bekerja, menyebar di muka bumi dan memanfaatkan rizki, nafkah dan
tidak terus menerus berdiam diri hanya menunggu rizki yang telah dijamin, makanan
telah ditakar dan kehidupan telah dimudahkan, namun semua itu tidak akan diperoleh
tanpa ada usaha dan bekerja.8 Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT sebagai
berikut :
5
Muhammad Nejatullah Shiddiqi, Muslim Economic Thinking; A Survey of Contemporary
Literature (Pemikiran Ekonomi Islam; Suatu Penelitian Kepustakaan Masa Kini), alih bahasa A.M.
Sawefuddin, (Jakarta: Lembaga Islam Untuk Penelitian dan Pengembangan Masyarakat (LIPPM),
1986), h. xx; Yusuf Al-Qardhawi, Darul Al-Qiyam wa al-Akhlaq fi al-Iqtishad al-Islami (Norma dan
Etika Ekonomi Islam) alih bahasa Zainal Arifin dan Dahlian Husin, (Jakarta: Gema Insani Press,
1997), h. 31 - 32
6
Dinamika vertikal ekonomi Islam adalah transendensi kepemilikan kekayaan yang
diperoleh melalui bekerja sebagai realisasi kewajiban agama, sehingga setiap kegiatan ekonomi tidak
terlepas dari dimensi moralitas dan mencari ridha Illahi, sedang dinamika horizontal merupakan makna
sosial dalam bekerja dan kemajuan kegiatan usaha. Lihat Musa Asy’ari, Islam Etos Kerja
Pemberdayaan Ekonomi Umat, (Yogyakarta: Lembaga Studi Filsafat Islam, 1987), h. 68
7
Haris Faulidi Asnawi, Transaksi Bisnis E-Commerce Perspektif Islam, (Yogyakarta:
Magistra Insania Press, 2004), Cet. ke-1, h. 2
8
Syafril Halim, Kiat Islam Mengentaskan Kemiskinan, (Jakarta: Gema Insani Press, 1995),
h. 55
79
#$%& '
01
-./
56
782
@A
!
"
+ ,
41
< =
3>
( )%*
23
%* 9: ;
4
Artinya : “Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi,
dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah sebanyak-banyaknya agar
kamu beruntung” (QS. Al-Jum’ah : 10).
Dengan bekerja seseorang akan mempermudah penghasilan, laba atau
imbalan yang dapat digunakan untuk menutupi kebutuhan pokok demi kelangsungan
hidup diri dan keluarganya. Ia dapat memenuhi kebutuhan dirinya dengan hasil
kerjanya sendiri tanpa harus meminta kepada orang lain atau menunggu bantuan dari
orang lain. Pengangguran bagi mereka yang mampu bekerja jelas tidak sesuai dengan
kedudukan manusia sebagai wakil Tuhan di muka bumi. Bekerja dan berusaha
merupakan salah satu cara menyelesaikan masalah kemiskinan.
Kemiskinan dengan segala dimensinya merupakan permasalahan yang
harus diatasi melalui Program Pemerintah dan partisipasi semua elemen masyarakat.
Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat mengungkapkan bahwa tingkat
kemiskinan pada tahun 2005 sama dengan kondisi 15 tahun lalu. Berdasarkan data
Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk miskin pada tahun 2004, sebesar 36,1
juta orang atau 16,6% dari seluruh penduduk Indonesia.9 Untuk itu, agar terhindar
dari belenggu kemiskinan ini, masyarakat Indonesia diwajibkan bekerja dan berusaha
untuk memperoleh imbalan yang berupa uang.
9
BAZIS Provinsi DKI Jakarta, Manajemen ZIS BAZIS Provinsi DKI Jakarta, (Jakarta:
BAZIS Provinsi DKI Jakarta, 2006), Cet. ke-1, h. vii
80
Tidak ada suatu peradaban di dunia ini yang tidak mengenal dan
menggunakan uang. Kalau pun ada, maka perekonomian dalam peradaban tersebut
pasti stagnan dan nyaris tidak berkembang.10 Uang adalah segala-galanya, bahkan ada
pepatah yang mengatakan ada uang abang sayang tak ada uang abang ditendang.
Pepatah tersebut menunjukkan demikian hebatnya kekuatan uang untuk mengatur dan
mengendalikan kehidupan manusia. Aliran uang pada suatu negara, perusahaan dan
organisasi lainnya bagaikan darah yang mengalir dalam tubuh manusia. Tanpa uang
manusia akan mati. Sedemikian dahsyatnya kekuatan uang ini, sehingga manusia rela
mengorbankan segalanya demi memperoleh uang walaupun dilakukan dengan cara
hutang piutang untuk memperoleh pinjaman secara finansial.
Demikian pula dalam kehidupan suatu perusahaan, sektor finansial
merupakan jantung dari kehidupan sebuah perusahaan. Guna memperlancar
produktivitas dan untuk mengembangkan suatu perusahaan diperlukan dana yang
tidak sedikit. Walaupun dana yang dimiliki perusahaan banyak, namun suatu
perusahaan tidak mungkin terlepas dari hutang piutang, karena terkadang transaksi
yang dilakukan suatu perusahaan tidak secara chase jadi memaksa perusahaan untuk
melakukan hutang piutang.
Bagi para pengusaha besar hutang piutang tentu tidak menjadi masalah,
karena mereka mampu membayar bunga pinjaman dan memiliki usaha yang sudah
berjalan. Namun amat disayangkan, para kreditur tidak memberikan peluang
10
Rimsky K. Judisseno, Sistem Moneter dan Perbankan di Indonesia, (Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 2002), h. 1
81
pinjaman kepada para pengusaha kecil, karena tingkat kelayakan usaha yang masih
belum menentu dan belum jelas, beresiko tinggi dan terutama prosedur serta
persyaratan teknis yang belum bisa terpenuhi. Untuk memenuhi kebutuhan finansial
dari perusahaan-perusahaan besar ini, maka lahirlah lembaga-lembaga keuangan baik
konvensional maupun syari’ah yang kedua-duanya menerapkan sistem bunga.
Islam menganggap bunga sebagai suatu kejahatan ekonomi yang
menimbulkan penderitaan masyarakat baik itu secara ekonomi, sosial maupun moral.
Oleh karena itu, kitab suci Al-Qur’an melarang kaum muslimin untuk memberi
maupun menerima bunga. Dalam surah Al-Baqarah ayat 278 – 279 Allah SWT
melarang riba dan mempertegas bahwa bunga itu melanggar hukum di dalam Islam.11
Pembayaran angsuran bunga yang berat secara terus menerus telah
merendahkan standar kehidupan masyarakat serta menghancurkan pendidikan anakanak mereka. Di samping itu, kecemasan terus menerus peminjam juga
mempengaruhi efisiensi kerja mereka. Hal tersebut bukan saja mempengaruhi
kehidupan pribadi dan keluarga peminjam, namun juga akan mempengaruhi
perekonomian negara.12 Salah satu ciri dari kemajuan perekonomian negara dapat
dilihat dari pendapatan masyarakat.
Kenyataan yang terjadi di masyarakat, bahwa pinjaman dana makin
mengikat dan mencekik pengusaha kecil ke bawah. Di antaranya adalah praktek bank
11
Sutan Remy Syahdeni, Perbankan Islam dan Kedudukannya Dalam Tata Hukum
Perbankan Indonesia, (Jakarta: PT. Pustaka Utama, 1999), h. 6
12
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syari’ah Dari Teori ke Praktek, (Jakarta: Gema Insani
Press, 2001), h. 78
82
keliling. Bahkan ada yang menampakkan wajahnya sebagai koperasi simpan pinjam
yang menawarkan pinjaman dengan suku bunga yang mencekik leher yang umumnya
di atas 30% per tahun. Adalah praktek yang sudah biasa, seorang pengusaha kecil yng
meminjam uang Rp. 100.000,- ia hanya menerima sebesar Rp. 90.000,- Sementara
itu, ia harus mengembalikan pinjaman tersebut sebesar Rp. 4.000,- per hari selama
satu bulan atau Rp. 120.000,- per bulan. 13 Untuk mengantisipasi hal ini, masyarakat
membutuhkan lembaga keuangan yang tidak menerapkan sistem bunga. Salah satu
lembaga keuangan yang tidak menerapkan sistem bunga adalah Lembaga Keuangan
Syari’ah.
Lembaga Keuangan Syari’ah membantu dan membina golongan kecil atau
pemula yang membutuhkan dana pinjaman melalui bantuan hibah yang diarahkan
oleh Lembaga Keuangan Syari’ah secara produktif melalui pinjaman lunak tanpa
bunga yang dikenal dengan istilah Al-Qardhul Hasan. Pada pinjaman ini, peminjam
hanya diwajibkan mengembalikan pinjaman pokoknya pada waktu jatuh tempo tanpa
memberikan bunga pinjaman dan hanya membayar biaya administrasi. 14 Namun
Lembaga Keuangan Syari’ah ini sangat sulit ditemukan pada masyarakat terpencil
seperti masyarakat Kampung Gunung RT. 006/03 Kelurahan Cipondoh Indah
Kecamatan Cipondoh Kota Tangerang.
13
Baihaqi Abdul Madjid, et.al., Paradigma Baru Ekonomi Kerakyatan Sistem Syari’ah;
Pengolahan Gagasan dan Gerakan BMT di Indonesia, (Jakarta: PINBUK, 2000), h. 189
14
Karnaen A. Purwaatmadja, Membumikan Ekonomi Islam di Indonesia, (Depok: Usaha
Kami, 1996), h. 67
83
Sadar akan sulitnya mencari lembaga keuangan yang beroperasi secara
syari’ah, masyarakat Kampung Gunung RT. 006/03 Kelurahan Cipondoh Indah
Kecamatan Cipondoh Kota Tangerang ini berupaya mencari solusi terbaik dalam
melakukan praktek hutang piutang dengan cara mendatangi baik individu maupun
kelompok
yang
dianggap
memiliki
dana
yang
dapat
dipinjamkan
demi
kesinambungan usaha mereka. Adapun praktek hutang piutang ini didasarkan pada
prinsip syari’ah yang dikenal dengan istilah Al-Qardhul Hasan. Artinya pinjaman
tanpa bagi hasil, dimana penerima pembiayaan hanya diwajibkan mengembalikan
pokok pinjaman pada waktu jatuh tempo dan hanya membebani biaya administrasi.15
Berpijak pada pola pikir di atas, maka penulis merasa tertarik untuk
menuangkan sebuah obsesi yang terdapat dalam diri penulis yang kemudian
diwujudkan dalam bentuk skripsi yang diberi judul : “HUTANG PIUTANG DAN
APLIKASINYA PADA MASYARAKAT KAMPUNG GUNUNG RT. 006/03
KELURAHAN
CIPONDOH
INDAH
KECAMATAN
CIPONDOH
KOTA
TANGERANG”. Tema ini menarik untuk dikaji, karena implikasinya sangat luas
sehingga dapat menjadi bahan pemikiran bagi pemilik modal dalam upaya
mendirikan Lembaga Keuangan Syari’ah guna menjalankan praktek hutang piutang
untuk membantu dan sekaligus membina golongan pengusaha kecil atau pemula yang
membutuhkan dana pinjaman melalui bantuan hibah pada masyarakat Kampung
Gunung RT. 006/03 Kelurahan Cipondoh Indah Kecamatan Cipondoh Kota
Tangerang.
15
2000), h. 53
Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syari’ah, (Yogyakarta: UPPAMP YPKN,
84
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Praktek hutang piutang tidak hanya dilakukan oleh para pengusaha kecil
dan menengah, tetapi hutang piutang juga dipraktekkan oleh perusahaan besar yang
konon kabarnya memiliki jumlah dana yang banyak. Kontrak bisnis hutang piutang
sudah dipraktekkan sejak dahulu, namun perkembangannya setelah sistem hukum
semakin sempurna. Kontrak dan hutang piutang pun senantiasa berkembang ke arah
penyempurnaan demi terjaminnya kelancaran dalam berbisnis dari resiko penipuan
dan kecurangan yang terjadi.
Banyak hal yang dapat diangkat dalam persoalan ini seperti praktek hutang
piutang yang dilakukan oleh lembaga-lembaga keuangan konvensional misalnya
bank, pegadaian, koperasi, dan lain sebagainya. Agar dapat memberikan fokus
masalah, maka pembahasan skripsi ini dibatasi hanya pada praktek hutang piutang
yang dilakukan oleh masyarakat Kampung Gunung RT. 006/03 Kelurahan Cipondoh
Indah Kecamatan Cipondoh Kota Tangerang. Dalam hal ini, penulis merumuskan
permasalahannya, yaitu : Sejauh mana pengaruh aplikasi hutang piutang terhadap
kehidupan masyarakat Kampung Gunung RT. 006/03 dengan rumusan masalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana konsep praktek hutang piutang menurut masyarakat Kampung
Gunung RT. 006/03 ?
2. Bagaimana respon masyarakat Kampung Gunung RT. 006/03 terhadap praktek
hutang piutang ?
85
3. Apakah praktek hutang piutang yang dilakukan masyarakat Kampung Gunung
RT. 006/03 sudah sesuai dengan ketentuan syari’ah ?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Sejalan dengan latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan
masalah, maka penelitian skripsi ini memiliki tujuan sebagai berikut :
1. Memperoleh gambaran tentang praktek hutang piutang yang dilakukan oleh
masyarakat Kampung Gunung RT. 006/03.
2. Mengetahui respon masyarakat Kampung Gunung RT. 006/03 terhadap praktek
hutang piutang.
3. Memperoleh gambaran tentang penyelenggaraan hutang piutang pada masyarakat
Kampung Gunung RT. 006/03 yang sesuai dengan ketentuan syari’ah.
Adapun kegunaan dari penelitian skripsi ini dapat digambarkan sebagai
berikut :
1. Manfaat akademis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi berupa buku
bacaan perpustakaan di lingkungan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta, khususnya di Fakultas Syari’ah dan Hukum pada Program Studi Ekonomi
Islam.
2. Manfaat praktis
Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan sumbangan yang
berarti bagi khazanah ekonomi Islam dan sekaligus dapat memberikan penjelasan
86
tentang praktek hutang piutang dalam upaya membantu meningkatkan
perekonomian masyarakat.
3. Masyarakat umum
Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan acuan yang jelas
terutama bagi mereka yang melakukan praktek hutang piutang agar terhindar dari
sistem riba.
D. Metodologi Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif analisis yakni penelitian tentang hubungan
fenomena sosial tertentu dengan menganalisa dan menginterpretasikan data-data yang
ada.16 Pengumpulan data dalam rangka penulisan skripsi ini adalah melalui studi
kepustakaan dan studi lapangan. Studi kepustakaan maksudnya dalam pengumpulan
data-data skripsi ini, penulis banyak mengambil sumber dari buku-buku, brosur,
makalah, majalah dan surat kabar yang berhubungan erat dengan tema skripsi ini.
Adapun jenis penelitian yang digunakan dalam pengumpulan data ini adalah jenis
penelitian kualitatif yang menghasilkan data deskriptif tertulis dengan informasi dari
orang yang terlibat dalam objek. 17 Sementara itu, untuk memperoleh data yang jelas
tentang kondisi masyarakat Kampung Gunung RT. 006/03 Kelurahan Cipondoh
16
Penelitian ini memiliki dua tujuan. Pertama, untuk pengukuran yang cermat terhadap
fenomena sosial tertentu dengan mengembangkan konsep dan menghimpun fakta. Kedua, untuk
memprediksi fenomena sosial tertentu. Lihat Masri Singarimbun, et.al., Metode Penelitian Survey,
(Jakarta: LP3ES, 1999), Cet. ke-1, h. 4 - 5
17
Lexy J. Maleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1998),
Cet. ke-2, h. 3
87
Indah Kecamatan Cipondoh Kota Tangerang, maka digunakanlah sistem populasi dan
sampel.
Populasi adalah jumlah keseluruhan unit analisis, yaitu obyek yang akan
diteliti. 18 Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat Kampung Gunung RT.
006/03 Kelurahan Cipondoh Indah Kecamatan Cipondoh Kota Tangerang yang
berjumlah 328 orang yang nantinya jumlah ini akan dijadikan sampel.
Jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah 12%. Jadi dalam
penelitian ini jumlah sampel adalah 12% dari jumlah populasi yang ada, yaitu 12% x
328 = 49,56 orang yang kemudian dibulatkan menjadi 50 orang. Jumlah populasi
yang diambil sebanyak 12% berdasarkan pada pertimbangan pendapat Suharsimi
Arikunto yang mengatakan bahwa jika populasi lebih dari 100 orang, maka
banyaknya sampel yang diambil adalah 10% - 15%.19
Kemudian untuk memperoleh data lapangan, penulis mengadakan
pendekatan langsung dengan cara mendatangi obyek yang diteliti seperti gambaran
umum lokasi penelitian dan kondisi masyarakat Kampung Gunung RT. 006/03 untuk
mendapatkan data dan keterangan-keterangan lainnya yang diperlukan dalam
penelitian ini. Adapun teknik pengumpulan data antara lain dapat dilakukan sebagai
berikut :
a. Observasi, penulis mengadakan pengamatan langsung terhadap masyarakat
Kampung Gunung RT. 006/03 untuk memperoleh data yang akurat tentang gejala,
peristiwa dan kondisi aktual yang terjadi pada masa sekarang.
18
Irawan Suhartono, Metode Penelitian Sosial, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000), h. 35
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka
Cipta, 1998), h. 246
19
88
b. Wawancara, penulis melakukan tanya jawab dengan Ketua RT. 006/03 untuk
memperoleh data yang dibutuhkan dan dianggap akurat.
c. Questioner, yaitu dengan menyebarkan angket yang berisi pertanyaan-pertanyaan
yang ditujukan kepada responden.
Dari hasil pengumpulan data ini, kemudian data tersebut dianalisa. Dalam
penelitian ini, analisis data yang dilakukan adalah analisis kualitatif, yaitu data yang
telah dihimpun diklasifikasikan dan kemudian dihubungkan antara satu dengan yang
lainnya, lalu dianalisa serta diambil hasil dari analisis tersebut yang kemudian
dideskripsikan sebagai suatu hasil bahan pemikiran.
Selanjutnya data yang telah diperoleh kemudian dianalisa melalui
perhitungan frekuensi dengan rumus :
F
P
= X 100
N
Keterangan : P
= Prosentase jawaban
F
= Frekuensi
N
= Jumlah responden
100 = Bilangan tetap
Adapun teknik penulisan skripsi ini berpedoman kepada buku “Pedoman
Penulisan Skripsi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta” yang
diterbitkan oleh Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta Tahun 2007 akan mewarnai seluruh bentuk penulisan skripsi ini.
89
E. Sistematika Penyusunan
Untuk memudahkan pembahasan skripsi ini secara keseluruhan, maka
diperlukan suatu sistematika penyusunan. Adapun sistematika penyusunan yang
dimaksud adalah seperti yang akan diuraikan di bawah ini.
Bab I menguraikan tentang pokok-pokok pikiran yang tertuang pada
pembahasan skripsi ini yang terdiri atas latar belakang masalah yang tujuannya untuk
memberikan alasan yang jelas tentang pemilihan judul, pembatasan dan perumusan
masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, metodologi penelitian yang dipergunakan
dalam rangka memudahkan penulisan dan sistematika penyusunan dipergunakan
untuk memberikan penjelasan secara garis besar mengenai pembahasan yang akan
diuraikan dalam skripsi ini.
Bab II berisikan tentang hutang piutang perspektif hukum Islam yang
pembahasannya meliputi pengertian hutang piutang, manfaat hutang piutang,
landasan hukum hutang piutang dan rukun serta syarat hutang piutang.
Bab III menguraikan tentang gambaran umum masyarakat Kampung
Gunung RT. 006/03 yang pembahasannya meliputi letak geografis Kampung Gunung
RT. 006/03, jumlah penduduk Kampung Gunung RT. 006/03, peta sosial ekonomi
masyarakat Kampung Gunung RT. 006/03, keadaan pendidikan masyarakat
Kampung Gunung RT. 006/03 dan kondisi keberagaman masyarakat Kampung
Gunung RT. 006/03.
Bab IV membahas inti persoalan yang diperbincangkan dalam skripsi ini,
yaitu aplikasi hutang piutang pada masyarakat Kampung Gunung RT. 006/03 yang
90
pembahasannya meliputi pola hutang piutang pada masyarakat Kampung Gunung
RT. 006/03, bentuk hutang piutang pada masyarakat Kampung Gunung RT. 006/03,
mekanisme hutang piutang pada masyarakat Kampung Gunung RT. 006/03 dan
implikasi praktek hutang piutang pada masyarakat Kampung Gunung RT. 006/03.
Bab V merupakan bab penutup dari skripsi ini yang di dalamnya memuat
beberapa kesimpulan dan saran-saran yang merupakan kristalisasi dari uraian bab-bab
terdahulu yang kemudian diakhiri dengan daftar kepustakaan dan lampiran-lampiran.
91
A. Pengertian Hutang Piutang
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, hutang piutang adalah uang yang
dipinjam dari orang lain dan yang dipinjamkan kepada orang lain. 20Dalam Islam,
hutang piutang dikenal dengan istilah Al-Qardh. Secara etimologis, kata Al-Qardh
berarti Al-Qath’u yang bermakna potongan.21 Dengan demikian, Al-Qardh dapat
dipahami sebagai harta yang diserahkan kepada orang yang berhutang, sebab harta
yang diserahkan merupakan satu potongan dari harta orang yang memberikan
hutang.22 Sedangkan dalam Kamus Istilah Fiqh, Al-Qardh diartikan sebagai pinjaman
atau hutang.23 Adapun kata hasan dapat diartikan dengan baik, bagus dan indah.
Dengan demikian Al-Qardhul Hasan adalah pinjaman yang diberikan kepada
seseorang untuk kebutuhan yang mendesak dan jangka pendek tanpa mengharapkan
imbalan.
Ditinjau dari aspek terminologis, ada beberapa pendapat tentang definisi AlQardhul Hasan. Menurut Imam Hanafi, Al-Qardh adalah pemberian harta oleh
seseorang kepada orang lain supaya ia membayarnya. Kontrak yang khusus mengenai
20
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka, 1998), Cet. ke-1, h. 689
21
Kamaluddin A. Marzuki, Fiqih Sunnah, (Bandung: PT. Al-Ma’arif, 1998), Jilid XII, h. 129
22
Syed Ahmad Husein, et.al., Fiqih dan Perundang-undangan Islam, (Kuala Lumpur:
Dewan Bahasa dan Pustaka, 1995), h. 726
23
M. Abdul Mudjieb, Kamus Istilah Fiqh, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1994), h. 72
92
penyerahan harta kepada seseorang agar orang itu mengembalikan harta yang sama
sepertinya.24 Sementara itu, Imam Malik menyatakan bahwa Al-Qardh merupakan
pinjaman atas benda yang bermanfaat yang diberikan hanya karena belas kasihan dan
bukan merupakan bantuan atau pemberian, tetapi harus dikembalikan seperti bentuk
yang dipinjamkan.25
Sedangkan menurut Imam Hambali, Al-Qardh adalah perpindahan harta
milik secara mutlak, sehingga penggantinya harus sama nilainya.26 Adapun
pengertian Al-Qardh menurut Imam Syafi’i adalah pinjaman yang berarti baik yang
bersumberkan kepada Al-Qur’an bahwa barang siapa yang memberikan pinjaman
yang baik kepada Allah SWT, maka Allah SWT akan melipatgandakan kebaikan
kepadanya.27
Dari beberapa uraian di atas, dapat dipahami bahwa Al-Qardh adalah
pinjaman atau hutang yang diberikan oleh seseorang kepada orang lain untuk
dikembalikan lagi kepada orang yang telah meminjamkan harta, karena pinjaman
tersebut merupakan potongan dari harta yang memberikan pinjaman atau hutang.
Dengan kata lain, Al-Qardh adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat
ditagih atau diminta kembali atau dalam istilah lain meminjam tanpa mengharapkan
imbalan. Dalam literatur fiqh klasik, Al-Qardh dikategorikan dalam aqad tathawwu’i
atau aqad saling membantu dan bukan transaksi komersial.28 Untuk itu dapat
24
M. Abdul Mudjieb, Kamus Istilah Fiqh
M. Muslichuddin, Sistem Perbankan Dalam Islam, (Jakarta: Rineka Cipta, 1990), h. 8
26
M. Muslichuddin, Sistem Perbankan Dalam Islam
27
M. Muslichuddin, Sistem Perbankan Dalam Islam
28
M. Syafi’i Antonio, Bank Syari’ah Dari Teori ke Praktek, (Jakarta: Gema Insani Press,
2001), h. 131
25
93
dikatakan bahwa seseorang yang berniat ikhlas untuk menolong orang lain dengan
cara meminjamkan hutang tanpa mengharapkan imbalan disebut sebagai Al-Qardhul
Hasan.
Al-Qardhul Hasan adalah suatu perjanjian antara bank sebagai pemberi
pinjaman dengan nasabah sebagai penerima baik berupa uang maupun barang tanpa
persyaratan adanya tambahan biaya apapun. Peminjam atau nasabah berkewajiban
mengembalikan uang atau barang yang dipinjam pada waktu yang telah disepakati
bersama dengan pokok pinjaman. 29 Karnaen Purwaatmadja mengatakan bahwa AlQardhul Hasan adalah suatu pinjaman lunak yang diberikan atas dasar kewajiban
semata di mana si peminjam tidak dituntut untuk mengembalikan apapun kecuali
modal pinjaman. 30
Menurut Umar, Al-Qardhul Hasan adalah perjanjian pinjaman baru kepada
pihak kedua dan pinjaman tersebut dikembalikan dengan jumlah yang sama yakni
sebesar yang dipinjam. Pengembalian ditentukan dalam jangka waktu tertentu yang
sesuai dengan kesepakatan bersama dalam pembayaran dilakukan secara angsuran
maupun tunai. 31 Ia menambahkan bahwa Al-Qardhul Hasan merupakan pinjaman
yang harus dikembalikan pada akhir suatu waktu yang telah disepakati tanpa
keharusan membayar bunga ataupun pembagian untung rugi dalam bisnis.32
29
Warkum Sumitro, Azas-Azas Perbankan Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
1997), h. 97
30
Karnaen Purwaatmadja, Membumikan Ekonomi Islam di Indonesia, (Depok: Usaha
Kami, 1996), h. 33
31
M. Umar Capra, Al-Qur’an Menurut Sistem Moneter Yang Adil, (Yogyakarta: PT. Dana
Bhakti Primayasa, 1997), h. 40
32
M. Umar Capra, Al-Qur’an Menurut Sistem Moneter Yang Adil
94
Sedangkan menurut Toto Abdul Fatah, Al-Qardhul Hasan adalah suatu pinjaman
yang diberikan seseorang kepada orang lain tanpa dituntut untuk mengembalikan apaapa bagi peminjam, kecuali pengembalian modal pinjaman tersebut.33
Dari beberapa penjelasan di atas, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa AlQardhul Hasan merupakan suatu jenis pinjaman produk pembiayaan dari pemilik
modal baik individu maupun kelompok yang pengembalian pinjaman uangnya tidak
disertai dengan bunga, namun pihak peminjam berkewajiban untuk membayar biaya
administrasi.
B. Manfaat Hutang Piutang
Seperti telah diutarakan di atas, bahwa hutang piutang dalam Islam dikenal
dengan istilah Al-Qardh. Menurut Merza Gamal salah seorang pengamat masalah
ekonomi dan praktisi perbankan syari’ah bahwa aqad Al-Qardh dapat diterapkan
untuk membantu umat dalam mengembangkan usahanya. Al-Qardh merupakan
produk pembiayaan yang diperuntukkan bagi pengusaha kecil menengah ke bawah.
Dengan sistem pembayaran ini, dapat terbentuk sebuah semangat wirausaha dalam
sektor industri kecil atau mikro yang nantinya diharapkan dapat memacu
pertumbuhan ekonomi kerakyatan berbasis syari’ah.
Sifat Al-Qardh tidak memberikan keuntungan finansial bagi pihak yang
meminjamkan. Rasulullah SAW melarang mereka yang melakukan Al-Qardh dengan
mensyaratkan manfaat. Misalnya seseorang meminjamkan sejumlah uang kepada
33
Toto Abdul Fatah, Bank Tidak Identik Dengan Riba, (Jawa Barat: MUI, tth), h. 42
95
koleganya dengan syarat ia dinikahkan dengan anaknya. Lain halnya bila inisiatif ini
lahir dari pihak peminjam, maka hal itu dianggap sebagai hadiah. Transaksi Al-Qardh
ini dapat dikombinasikan dengan dana zakat.
Sebagaimana diketahui bersama bahwa pemberian dana zakat yang
termasuk di dalamnya dana infaq dan shadaqah harus dapat memberikan referensi
yang memungkinkan orang miskin dapat berdikari. Dengan demikian, zakat dapat
menjadi suplemen pendapatan permanen hanya bagi mereka yang tidak dapat
menghindari dirinya sendiri secara cukup lewat usahanya sendiri. Penggunaan dana
zakat, infaq dan shadaqah secara profesional melalui sistem Al-Qardhul Hasan akan
memungkinkan orang miskin dapat mandiri dalam sebuah lingkungan sosial ekonomi
yang mengembangkan industri kecil dan hal ini akan berdampak pada pengurangan
kemiskinan serta kesenjangan sosial ekonomi.
Dengan demikian, adanya sistem pembiayaan Al-Qardhul Hasan akan
sangat membantu para pengusaha kecil, di samping dapat meningkatkan semangat
wirausaha dan tumbuhnya ekonomi yang berbasis syari’ah. Adapun manfaat dari
pembiayaan Al-Qardhul Hasan antara lain adalah bersifat mendidik. Peminjam wajib
mengembalikan dana, sehingga dana tersebut terus bergulir untuk nasabah lainnya
yang makin hari makin bertambah. Setelah usahanya berhasil, peminjam diharapkan
dapat mengeluarkan zakat, infaq dan shadaqah atas hasil usahanya itu. Dana zakat,
infaq dan shadaqah ini merupakan dana sosial yang terus dimanfaatkan bagi
peminjam berikutnya. Oleh sebab itu, peminjam diwajibkan untuk mengembalikan
dana pinjamannya dan membayar biaya administrasi. Jika kesepakatan ini dapat
diwujudkan, maka hal ini baru dinamakan Al-Qardh.
96
Produk Al-Qardh ini akan meningkatkan citra baik dan loyalist masyarakat
terhadap ekonomi syari’ah serta kesadaran masyarakat untuk membayarkan zakatnya
melalui lembaga yang telah disediakan, sehingga dana tersebut tidak hanya menjadi
dana bantuan yang sifatnya sementara dan digunakan untuk kebutuhan konsumtif
semata. Dengan demikian percepatan pembangunan ekonomi kerakyatan yang
berbasis syari’ah dapat diwujudkan menjadi kenyataan. Dalam rangka mewujudkan
ekonomi kerakyatan yang berbasis syari’ah, maka produk Al-Qardh ini harus benarbenar dimanfaatkan.
Menurut Syafi’i Antonio, pada dasarnya manfaat Al-Qardh itu banyak
sekali, salah satu di antaranya adalah memungkinkan nasabah yang sedang dalam
kesulitan mendesak untuk mendapatkan dana pinjaman jangka pendek/panjang yang
sesuai dengan aqad. Al-Qardhul Hasan juga merupakan salah satu ciri pembeda
antara bank syari’ah dengan bank konvensional yang di dalamnya terkandung misi
sosial, di samping misi komersial. Adanya misi sosial kemasyarakatan ini akan
meningkatkan loyalitas masyarakat terhadap bank syari’ah dan syari’ah itu sendiri.
Manfaat lainnya adalah berupa santunan kebajikan yang diberikan untuk membantu
meringankan beban ekonomi para mustahiq.34
Resiko dalam Al-Qardhul Hasan tergolong tinggi, karena itu dianggap
pembiayaan yang tidak ditutup dengan jaminan.35 Di samping itu, semua manfaat AlQardhul Hasan juga dapat dijadikan sebagai produk untuk pembiayaan sosial
34
35
M. Syafi’i Antonio, Bank Syari’ah Dari Teori ke Praktek, h. 134
M. Syafi’i Antonio, Bank Syari’ah Dari Teori ke Praktek
97
kemasyarakatan seperti pengusaha kecil yang kekurangan dana, tetapi memiliki
prospek bisnis yang sangat baik.
C. Landasan Hukum Hutang Piutang
Dalam Islam hutang piutang yang tidak mengharapkan imbalan bagi
pemilik modal dikenal dengan istilah Al-Qardhul Hasan. Al-Qardhul Hasan adalah
pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau diminta kembali. AlQardhul Hasan disyaratkan sebagai bentuk atau cara pendekatan manusia kepada
Allah SWT, karena Al-Qardh berarti lemah lembut kepada manusia, mengasihi
mereka dan memberikan kemudahan dalam urusan mereka. Hal ini sesuai dengan
firman Allah SWT sebagai berikut :
C6D 3
!
;
;
HI
9E
3FG)
-\_ 1
41
T$U 3FP E
41
SO,
\[
\[8>
]H ^
X5YZ;[
@@ ی
JPU 82 ` /a _
Artinya : “Barang siapa yang meminjamkan kepada Allah suatu pinjaman yang baik,
maka Allah akan melipatgandakan balasan pinjaman itu untuknya, dan ia
akan memperoleh pahala yang banyak” (QS. Al-Hadid : 11)
Adapun yang menjadi landasan dalil dalam ayat ini adalah bahwa seorang
hamba diserukan untuk meminjam kepada Allah SWT, yaitu dengan cara
membelanjakan harta di jalan Allah SWT. Selaras dengan meminjam kepada Allah
SWT, seorang hamba diseru untuk meminjam kepada manusia sebagai bagian dari
kehidupan masyarakat.37 Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT sebagai berikut :
41
T$U 3FP E
41
+O,
\[8>
]H
X5YZ;[
W%
5
6
7HR
b
; /W _
>\_ 1
gh %f P
de f3F P
c1
R k
ij ;a%
[3
F
Artinya : “Barang siapakah yang memberi pinjaman kepada Allah, sesuatu pinjaman
yang baik, maka Allah akan melipatgandakan pembayaran kepadanya
dengan kelipatan yang banyak. dan Allah akan menyempitkan dan
melapangkan rizki, dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan” (QS. AlBaqarah : 245)
Ayat lainnya yang membicarakan tentang masalah Al-Qardhul Hasan
adalah firman Allah SWT sebagai berikut :
[5 ,
6lm
,
d
o
36
37
3
_
M. Syafi’i Antonio, Bank Syari’ah Dari Teori ke Praktek, h. 132
M. Syafi’i Antonio, Bank Syari’ah Dari Teori ke Praktek
99
82OE
W%
41
ﻡ
NWU 3
_
X5YZ;[
Artinya : “… Maka bacalah apa yang mudah dari Al-Qur’an dan dirikanlah
sembahyang, tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman kepada Allah
pinjaman yang baik …” (QS. Al-Muzamil : 20).
Pada ayat selanjutnya yang membicarakan masalah Al-Qardhul Hasan
adalah firman Allah SWT sebagai berikut :
ist
41
v w5 P ;M
&IoYZq,
.;a _
R|R
F
! y
;pqP r:] P
u 5 ,
F
x"3t;M *
z {R
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu melakukan praktek hutang
piutang tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, maka hendaklah
kamu mencatatnya …” (Al-Baqarah : 282).
Al-Qardhul Hasan tidak hanya diabadikan dalam Al-Qur’an, tetapi juga
terdapat dalam hadits Rasulullah SAW sebagai berikut :
67# !3 6 $.# % ﻡ%5$ # % ' ی$.# % ﻡ# $ ﻡ! ﻡ4
! !3 ! ).!!ﺱ1 $0# !.!" % /!.!- !,$ )+ )*! '( % # ! ﻡ$ # $ # !"
38
*
1 ; ﻡ ﺝ1< ' ) !! ' ﻡ3! !- !: !* !: )9$ $ # !8) !ﻡ
Artinya : “Dari Ibnu Mas’ud bahwa sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda, Bukan
seorang muslim yang meminjam kepada muslim lainnya dua kali,
melainkan salah satunya adalah setara dengan shadaqah” (HR. Ibnu
Majah dan Ibnu Hibban).
Selain Al-Qur’an dan hadits Rasulullah SAW yang menjadi landasan
hukum Al-Qardhul Hasan, masih terdapat landasan hukum yang menjadi dasar
diperbolehkannya transaksi Al-Qardhul Hasan yaitu ijma’ ulama yang diambil dari
hadits Rasulullah SAW sebagai berikut :
38
Abu Ishaq Al-Syaerazi, Al-Muhadzab, (Mesir: Al-Babi Al-Halabi, tth), h. 302
100
! A! ! ﻥ# !) ! ﻡ.!!ﺱ1 $0# !.!" % /!.!- % %4#&%!