Hubungan antara hafalan al-qur'an dengan prestasi belajara al-qur'an hadits siswa MTS Asy-Syukriyyah Cipondoh Tangerang

(1)

SISWA MTS ASY-SYUKRIYYAH CIPONDOH

TANGERANG

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar

Sarjana Pendidikan Agama Islam

Disusun Oleh :

FIFI LUTFIAH NIM: 106011000091

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

SISWA MTS ASY-SYUKRIYYAH CIPONDOH

TANGERANG

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan keguruan

Untuk memenuhi syarat mencapai

Gelar Sarjana Tarbiyah

Oleh Fifi Lutfiah NIM: 106011000091

Di bawah bimbingan

Dr.H. Abdul Madjid Khon, MA NIP: 19580707.198703.1.005

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(3)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama : Fifi Lutfiah

NIM : 106011000091

Jurusan/Prodi : Pendidikan Agama Islam

Judul Skripsi : Hubungan antara Hafalan Al-Qur`an dengan Prestasi Belajar Al-Qur`an Hadits Siswa MTs Asy-syukriyyah

Cipondoh Tangerang

Dosen Pembimbing : Dr. H. Abdul Madjid Khon, M. Ag

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 (S1) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika kemudian hari terbukti bahwa karya saya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, Juli 2011 Penulis

( Fifi Lutfiah ) NIM 106011000091


(4)

i

AL-QUR`AN DENGAN PRESTASI BELAJAR AL-QUR`AN HADITS SISWA MTS ASY-SYUKRIYYAH CIPONDOH TANGERANG, SKRIPSI, JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM, FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN, UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Kata kunci : Korelasi, Hafalam Al-Qur`an, Prestasi Belajar, Al-Qur`an Hadits Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antara hafalan Al-Qur`an dengan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Al-Qur`an Hadits di MTs Asy-Syukriyyah Cipondoh Tangerang.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode survei dengan pendekatan korelasional yang di laksanakan di MTs Asy-Syukriyyah Cipondoh Tangerang dengan melibatkan siswa kelas VII, VII dan IX yang mengikuti kegiatan hafalan Al-Qur`an. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, angket, dan studi dokumenter. Analisis data menggunakan analisis korelasional dengan teknik korelasi rumus product moment.

Hasil penelitian yang diperoleh untuk menjawab rumusan masalah adalah: 1. Penerapan hafalan Al-Qur`an di MTs Asy-Syukriyyah Cipondoh yang

diterapkan sesuai dengan hasil observasi dan berdasarkan hasil angket tergolong cukup baik, hal ini dapat dilihat dari analisis data melalui skor rata-rata diperoleh sebesar 59.436 yang berada dalam klasifikasi diantara 51 – 75, maka dari itu dapat diketahui bahwa penerapan hafalan Al-Qur`an siswa MTs Asy-Syukriyyah termasuk kategori sedang atau cukup baik.

2. Prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Al-Qur`an Hadits di MTs Asy-Syukriyyah Cipondoh setelah melalui kegiatan hafalan Al-Qur`an berada pada kategori baik dengan siswa mencapai belajar tuntas sebanyak 37 siswa.

3. Adanya hubungan antara hafalan Al-Qur`an dengan prestasi belajar siswa pada bidang studi Al-Qur`an Hadits di MTs Asy-Syukriyyah Cipondoh dengan interpretasi kuat atau tinggi. Hal ini dapat diketahui dari hasil formulasi statistik product moment dengan hasil 0,85 yang terletak antara 0,70


(5)

ii

Alhamdulillah, segala puji atas keagungan Allah SWT, Tuhan yang telah menciptakan manusia dalam kesempurnaan. Segala syukur atas kasih sayang dan bimbingan Allah Azza Wa Jalla yang telah memberikan kenikmatan dunia sebagai ladang untuk menghantarkan kepada kehidupan akhirat. Ampuni atas kelalaian dan keingkaran syahadah yang tidak mampu termanifestasi dalam kehidupan.

Allahumma shalli `ala Muhammad, semoga shalawat ini selalu tercurah untuk sebaik-baik makhluk ciptaan yang mewarisi kebenaran Ibarahim, tongkat penuntun Musa, kasih sayang Isya, kebenaran Daud, dan kearifan Sulaiman, yang menemani zaman memapah manusia menuju rumah kebahagiaan dengan sinar Al-Islam.

Selanjutnya, penulis menyadari sepenuhnya bahwa tidak sedikit kesulitan yang dihadapi selama penulisan skripsi ini. Namun, atas bimbingan Allah SWT dan motivasi dari berbagai pihak penulis menyadari bahwa keberhasilan dan kesempurnaan merupakan sebuah proses yang harus dijalani. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang berjasa dalam penulisan skripsi ini, diantaranya:

1. Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bahrissalim, M. Ag, Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam.

3. Drs. Sapiudin Shidik, M.Ag, Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam 4. Dr. Abdul Madjid Khon, M. Ag., Dosen Pembimbing yang penuh kesabaran

dan keikhlasan dalam membimbing penulis selama ini.

5. Para Dosen, atas ilmu dan pengalaman yang telah diberikan selama penulis mengikuti perkuliahan.

6. Teristimewa untuk Ayahanda Umar Sa`id dan Ibunda kamsinah yang telah melimpahkan segenap kasih sayangnya yang tak terhingga. Hanya Allah SWT yang dapat membalasnya, semoga penulis dapat memberikan yang terbaik untuk kalian.


(6)

iii

Su`ud dan Munaimah yang telah memberikan dukungan moral dan material, do`a dan senyuman yang menyemangati penulis untuk tabah dalam menghadapi kesulitan-kesulitan selama proses pembuatan skripsi.

8. Komarudin, terima kasih atas kesediaan untuk selalu menunggu, dan motivasi yang membuat penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih pula atas kasih sayangnya.

9. Kepala Sekolah MTs Asy-Syukriyyah Cipondoh Tangerang bapak Mamat Rahmat, guru-guru dan pegawai di MTs Asy-Syukriyyah Cipondoh yang telah banyak sekali membantu selama proses penelitian

10.Siswa-siswi MTs Asy-Syukriyyah Cipondoh yang telah bersedia memberikan sedikit waktunya untuk menjadi sampel.

11.Teman-teman kelas C PAI yang menjadi partner selama proses perkuliahan 12.Teman-teman kosan Titi, Tita, Ka Neki, dan Cucum yang setia menemani

penulis dalam suka maupun duka selama masa perkuliahan

Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, mudah-mudahan bantuan, bimbingan, semangat, dan do`a yang telah diberikan menjadi pintu datangnya ridha dan kasih sayang Allah SWT di dunia dan akhirat kelak. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi khazanah Ilmu Pengetahuan pada umumnya.

Jakarta, Juli 2011 penyusun


(7)

iv

ABSTRAKSI ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Permasalahan ... 5

1.Identifkasi Masalah ... 5

2.Pembatasan Masalah ... 5

3.Rumusan Masalah ... 6

C. Definisi Operasional ... 6

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian... 8

BAB II KEJIAN TEORI ... 9

A. Hafalan Al-Qur`an ... 9

1. Pengertian Hafalan Al-Qur`an ... 9

2. Hukum Menghafal Al-Qur`an ... 11

3. Niat Menghafal Al-Qur`an ... 14

4. Syarat-syarat dan Etika Menghafal Al-Qur`an ... 15

5. Metode Menghafal Al-Qur`an ... 18

B. Sistem Pengajaran Al-Qur`an Hadits ... 21

1 Pengertian Pelajaran Al-Qur`an Hadits ... 21

2. Kedudukan dan Fungsi Al-Qur`an Hadits ... 21

3. Tujuan dan Fungsi Pelajaran Al-Qur`an Hadits ... 23

4. Standar Kompetensi Pelajaran Al-Qur`an Hadits ... 25


(8)

v

1. Pengertian Belajar ... 35

2. Pengertian Prestasi Belajar ... 36

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Prestasi Belajar ... 38

D. Kerangka Berpikir ... 44

E. Hipotesis ... 45

BAB III METODE PENELITIAN ... 46

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 46

B. Metode Penelitian ... 46

C. Variabel Penelitian ... 47

D. Populasi dan Sampel ... 47

E. Teknik Pengumpulan Data... 48

F. Teknik Analisis Data ... 51

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 55

A. Gambaran Umum MTs Asy-Syukriyyah Cipondoh Tangerang ... 55

B. Pelaksanaan Kegiatan Hafalan Al-Qur`an di MTs Asy-Syukriyyah Cipondoh Tangerang ... 61

C. Deskripsi Data ... 62

D. Pengolahan dan Analisis data ... 75

BAB V PENUTUP ... 81

A. Kesimpulan ... 81

B. Saran ... 82

DAFTAR PUSTAKA ... 83


(9)

vi

Tabel 3.2 Skor Jawaban Angket Hafalan Al-Qur`an ... 51

Tabel 3.3 Klasifikasi Skor Angket Hafalan Al-Qur`an ... 52

Tabel 3.4 Interpretasi Data ... 53

Tabel 4.1 Struktur Organisasi MTs Asy-Syukriyyah Tahun 2009/2010 ... 58

Tabel 4.2 Perkembangan siswa MTs Asy-Syukriyyah Tahun 2009/2010 .... 59

Tabel 4.3 Data Keadaan Guru MTs Asy-Syukriyyah Cipondoh Tangerang . 60 Tabel 4.4 Sarana dan Prasarana Menurut Jumlah dan Kondisi ... 61

Tabel 4.5 Apakah kegiatan hafalan Al-Qur’an dapat menggangu pelajaran anda yang lain ... 62

Tabel 4.6 Apakah tujuan atau niat anda untuk menghafal Al-Qur’an selalu ikhlas ... 63

Tabel 4.7 Apakah anda merasa beribadah kerika hafalan Al-Qur’an ... 63

Tabel 4.8 Apakah dengan menghafal Al-Qur’an anda merasa terjauh dari sifat madzmumah atau tercela ... 64

Tabel 4.9 Apakah anda selalu meluangkan waktu untuk menghafal Al-Qur’an setelah selesai shalat lima waktu ... 64

Tabel 4.10 Apakah anda tidak pernah merasa jenuh dalam menghafal Al-Qur’an ... 65

Tabel 4.11 Apakah anda merasa menghafal Al-Qur`an itu penting ... 65

Tabel 4.12 Apakah anda sering mengulang hafalan Al-Qur`an di rumah ... 66

Tabel 4.13 Apakah orang tua anda mengetahui perkembangan hafalan Al-Qur’an anda ... 66

Tabel 4.14 Apakah dengan menghafal Al-Qur`an, anda merasa mempunyai pedoman hidup ... 67

Tabel 4.15 Apakah anda pernah merasa iri melihat hafalan teman anda bertambah ... 67


(10)

vii

Tabel 4.17 Apakah anda selalu melisankan dan menghafalkan Al-Qur`an

dengan ingatan ... 68 Tabel 4.18 Apakah anda sudah hafal semua surat dalam Al-Qur`an ... 69 Tabel 4.19 Sebelum memulai hafalan Al-Qur`an, apakah anda memilih

metode yang cocok terlebih dahulu ... 69 Tabel 4.20 Apakah pembimbing hafalan Al-Qur`an anda selalu memberi

motivasi ketika menyetorkan hafalan ... 70 Tabel 4.21 Apakah anda selalu mengikuti metode hafalan Al-Qur’an yang

pembimbing anda berikan ketika hafalan ... 70 Tabel 4.22 Apakah pembimbing anda selalu memperhatikan dan

mengevaluasi hafalan Al-Qur`an anda disekolah ... 72 Tabel 4.23 Kaitan hafalan Al-Qur`an dengan pelajaran Al-Qur`an Hadits ... 72 Tabel 4.24 Hasil nilai pelajaran Al-Qur`an Hadits setelah mengikuti hafalan Al-Qur`an ... 72 Tabel 4.25 Klasifikasi Jumlah Skor Jawaban Siswa dari Angket Hafalan

Al-Qur`an ... 72 Tabel 4.26 Daftar Nilai Siswa dalam Mata Pelajaran AL-Qur`an Hadits Semester Ganjil ... 73 Table 4.27 Daftar Nilai Angket Siswa tentang Hafalan Al-Qur`an. ... 75 Tabel 4.28 Analisis Korelasi Variabel X (Hafalan Al-Qur`an) dan variabel Y (Prestasi Belajar Siswa) ... 77


(11)

viii Lampiran 2 Lembar Berita Wawancara

Lampiran 3 Tabel Perhitungan Uji Korelasi Product Moment Variabel X dan Variabel Y


(12)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Al-Qur`an dan hadits merupakan dua sumber ajaran Islam dan pedoman hidup bagi umat Islam. Keduanya mengajarkan prinsip-prinsip dan tata aturan kehidupan yang harus dijalankan oleh umatnya, tidak hanya terkait dengan tata hubungan manusia dengan Rabbnya (Hablun Minallâh) tetapi juga tata aturan dalam kehidupan dengan sesama manusia (Hablun Minannâs). Al-Qur`an sebagaimana yang di kutip oleh Dr. H. Abdul Madjid Khon, M.Ag dalam bukunya Praktikum Qira`at adalah kalam Allah yang mengandung mukjizat (sesuatu yang luar biasa yang melemahkan lawan) diturunkan kepada penghulu para nabi dan rasul (yaitu Muhammad SAW) melalui malaikat Jibril yang tertulis pada mushaf, yang diriwayatkan kepada kita secara mutawatir, dinilai ibadah membacanya, yang dimulai dari surah Al-Fatihah dan diakhiri dengan surah An-Nâs.1

Al-Qur`an adalah kitab mu`jizat di mana Allah SWT hendak menantang seluruh umat manusia untuk mencoba membuat tandingan yang serupa dengannya. Namun mereka tampaknya lemah dan tidak mampu. Allah berfirman dalam QS Al-Thur/52 ayat 33-34:



 



 

 

 





“Ataukah mereka mengatakan; Dia (Muhammad) lah yang membuat -buatnya, padahal merekalah yang tidak beriman.maka hendaklah mereka

1


(13)

membuat seperti Al-Qur`an itu jika mereka orang-orang yang benar (dari tuduhan itu) (Al-Thur/52:33-34)2

Allah juga telah menjamin terjaga kemurnian kitab-Nya, sebagaimana dalam firman-Nya:          

“Sesungguhnya kamilah yang menurunkan Al-Qur`an dan sesungguhnya kami benar-benar memeliharanya” (Al-Hijr/15: 9)3

Hadits merupakan sumber yang kedua setelah Al-Qur`an. Fungsi dari hadits sebagai penjelas dari apa-apa yang terdapat di dalam Al-Qur`an. Hadits merupakan segala sesuatu yang bersumber dari Rasulullah SAW baik berupa perkataan, perbuatan, atau taqrîr (persetujuan) ataupun sifat darinya dan juga pengakuan beliau terhadap pekerjaan atau perkataan orang lain.

Hadits shahih yang berasal dari Rasulullah SAW sendiri juga tidak diragukan kebenarannya, karena segala perkataan, perbuatan, taqrir (persetujuan ) ataupun sifatnya bukan berasal dari hawa nafsu dirinya, melainkan semuanya berasal dari wahyu Allah. Hal ini telah dijelaskan di dalam Al-Qur`an surat Al-Najm ayat 3-4, Allah berfirman:

                  

“Dan tiadalah yang diucapkannya itu menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapan itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).”(al-Najm/53: 3-4)

Al-Qur`an dan Hadits seperti sisi mata uang yang tak terpisahkan, karena keduanya berisikan petunjuk bagi manusia menuju jalan yang benar, yang dalam hal ini adalah Islam.

Al-Qur`an diturunkan oleh Allah di tengah-tengah bangsa Arab yang pada waktu itu kebanyakan masih buta huruf. Meskipun begitu, mereka mempunyai satu keistimewaan yaitu ingatan yang sangat kuat. Melihat kenyataan seperti itu maka disarankan suatu cara yang selaras dengan keadaan

2

Departemen Agama RI, Al-Qur`an dan Terjemahan, (Bandung: PT Syamil Cipta Media, 2005),h. 525

3


(14)

itu dalam menyiarkan dan memelihara Al-Qur`an. Nabi Muhammad SAW menganjurkan dan memerintahkan untuk menghafal ayat-ayat Al-Qur`an setiap kali diturunkan serta memerintahkan para ahli untuk menulisnya. Dengan cara hafalan dan tulisan para ahli itulah Al-Qur`an dapat senantiasa terpelihara di masa Nabi Muhammad SAW.

Usaha-usaha untuk menghafal Al-Qur`an oleh sebagian umat Islam terus berlanjut dan hal ini merupakan salah satu upaya untuk menjaga dan memelihara kemurnian Al-Qur`an. Meskipun dalam salah satu ayat Al-Qur`an Allah telah menegaskan dan memberikan jaminan tentang kesucian dan kemurnian Al-Qur`an selama-lamanya.

Namun secara operasional menjadi tugas dan kewajiban umat Islam untuk selalu menjaga dan memeliharanya, salah satunya adalah dengan menghafalkannya. Dengan demikan belajar Al-Quran adalah merupakan kewajiban yang utama bagi setiap mukmin, demikian juga mengajarkannya.Sebagaimana telah disebutkan dalam satu hadits:

“Sebaik-baik dari kamu sekalian adalah orang yang mempelajari Al-Qur`an dan mengajarkannya.” (HR.Bukhari)4

Belajar Al-Quran itu dibagi menjadi beberapa tingkatan, yaitu belajar membacanya sampai lancar dan baik menurut kaedah-kaedah yang berlaku dalam qiraat dan tajwid. Belajar arti dan maksudnya sampai mengerti akan maksud-maksud yang terkandung di dalamnya, dan yang terakhir menghafalnya di luar kepala.

Mengajarkan Al-Qur`an hendaklah dimulai sejak dini, sebab masa kanak-kanak adalah masa awal perkembangan manusia sehingga nilai-nilai yang terkandung di dalam Al-Qur`an akan tertanam kuat dalam dirinya dan akan menjadi tuntunan dan pedoman hidupnya di dunia ini. Selain itu pembelajaran ajaran Al-Qur`an yang dimulai sejak dini akan lebih mudah karena pikiran anak masih bersih dan ingatan anak masih kuat.

4

Imam Abdullah Muhammad bin Ismail, Shahih Bukhari, terj.dari Shahih Bukhari


(15)

Salah satu pembelajaran Al-Qur`an yang dimulai sejak dini adalah Tahfidzul Qur`an, yaitu proses mempelajari Al-Qur`an dengan cara menghafalkan ayat-ayat Al-Qur`an.

Dalam kehidupan masyarakat yang modern sekarang ini, banyak sekali masyarakat yang lebih memilih putra putri mereka masuk pada lembaga pendidikan formal dengan pelajaran umum lebih dominan dibanding memasukkan putra putrinya pada lembaga pendidikan formal (Madrasah) dengan pelajaran agama sebanding pelajaran umum.

Dijelaskan pula bahwa Pancasila dan Undang-Undang merupakan falsafah dan dasar hukum negara Indonesia. Juga menjadi landasan bagi Sistem Pendidikan Nasional. Dengan demikian setiap tingkah laku manusia sadar atau tidak sadar selalu didasarkan dan diwarnai oleh nilai-nilai yang bersumber dari falsafah dan dasar hidupnya. Salah satunya adalah Pendidikan Agama Islam yang merupakan salah satu disiplin ilmu dari beberapa ilmu yang lainnya.

Adapun tujuan Pendidikan Agama Islam menurut Mahmud Yunus

adalah “Mendidik anak-anak, pemuda pemudi dan orang tua atau dewasa supaya menjadi seorang muslim sejati, beriman teguh, beramal shaleh dan berakhlak mulia, sehingga ia menjadi salah seorang anggota masyarakat yang sanggup hidup diatas kaki sendiri, mengabdi kepada Allah SWT dan berbakti

kepada bangsa dan tanah airnya dan sesama umat manusia”.5

Untuk menjadikan muslim yang sejati, beriman teguh, beramal shaleh dan berakhlak mulia tidaklah mudah, semua itu butuh proses pembiasaan yang intensif. Kebanyakan lembaga pendidikan atau sekolah yang sudah merasa berhasil dan sukses mencapai tujuan pendidikan dengan menjalankan kegiatan belajar mengajar sesuai kurikulum yang menjadi pedoman. Secara akademik, banyak yang merasa berhasil tapi apakah mereka sudah merasa yakin anak didiknya mampu bersikap dengan baik dan benar ketika berdiri di tengah-tengah masyarakat? Hal itulah yang sebenarnya menjadi harapan semua orang.

5

Mahmud Yunus, Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam (Jakarta: Hidakarya Agung, 1989), h. 13


(16)

Melihat fenomena itu, usaha yang dilakukan lembaga pendidikan MTs Asyukriyah Cipondoh Tangerang adalah berusaha untuk mencetak lulusan yang sukses atau berhasil dalam aspek akademik maupun non akademik. Banyak sekali faktor yang mempengaruhi keberhasilan itu, salah satunya adalah membiasakan siswa siswi MTs Asy-Syukriyah Cipondoh Tangerang berakhlak dan berfikir secara Qur`ani. Yang mana di sini guru mata pelajaran Al-Quran Hadits menerapkan metode hafalan Al-Qur`an yaitu hafalan Juz `Amma. Dengan diselenggarakannya program tersebut di sekolah maka diharapkan siswa siswi dapat mengikutinya dengan baik sebagai penunjang dalam belajar bidang studi Al-Qur`an Hadits sehingga hasil belajar atau prestasi dalam bidang studi tersebut bisa meningkat dengan adanya program hafalan Al-Qur`an dan juga dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari baik di lingkungan Madrasah maupun lingkungan masyarakat.

Dari latar belakang itulah penulis tertarik untuk meneliti Bagaimana hubungan antara Hafalan Al-Qur`an dengan prestasi belajar siswa pada bidang studi Al-Qur`an Hadits di MTs Asy-Syukriyyah Cipondoh Tangerang.

B. Permasalahan

1. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas, maka timbulah beberapa pertanyaan, diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Peranan hafalan Al-Qur`an pada mata pelajaran Al-Qur`an Hadits. b. Faktor-faktor yang mendukung prestasi belajar Al-Qur`an Hadits.

c. Prestasi belajar para siswa di MTs Asy-Syukriyyah pada mata pelajaran Al-Qur`an Hadits.

d. Pelaksanaan hafalan Al-Qur`an di MTs Asy-Syukriyyah.


(17)

2. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah di kemukakan, maka penulis hanya akan membatasi pada masalah hafalan Al-Qur`an. Maksud hafalan Al-Qur`an pada skripsi ini yaitu hafalan Juz `Amma dan prestasi belajar Al-Qur`an Hadits yang diambil dari nilai raport siswa semester 1 meliputi kelas VII,VIII dan IX di Madrasah Tsanawiyah Asy-Syukriyyah Cipondoh, Tangerang.

3. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah:

a. Bagaimana penerapan hafalan Al-Qur`an siswa di Madrasah Tsanawiyah Asy-Syukriyyah Cipondoh Tangerang?

b. Bagaimana prestasi belajar siswa pada bidang studi Al-Qur`an Hadits di Madrasah Tsanawiyah Asy-Syukriyyah Cipondoh Tangerang? c. Apakah ada hubungannya antara hafalan Al-Qur`an dengan prestasi

belajar siswa pada bidang studi Al-Qur`an Hadits di Madrasah Tsanawiyah Asy-Syukriyyah Cipondoh Tangerang?

C. Definisi Operasional

Untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang maksud dari skripsi ini yaitu “Hubungan antara hafalan Al-Qur`an dengan Prestasi Belajar siswa pada bidang studi Al-Qur`an dan Hadits Madrasah Tsanawiyah Asy-Syukriyyah Cipondoh, Tangerang”. Dan untuk memudahkan gambaran yang konkrit tentang hal-hal yang akan dibahas, penulis menjelaskan maksud dari skripsi ini meliputi:

1. Hafalan Al-Qur`an

Tahfidz (hafalan) berasal dari bahasa Arab dari – ظِّحي – ظَّح

اًظْيّْحت yang mempunyai arti memelihara, menjaga dan menghafal atau

usaha terus-menerus dan berulang-ulang untuk meresapkan Al-Qur`an ke dalam pikiran dengan sengaja,sadar dan bersungguh-sungguh agar selalu ingat,sehingga dapat mengungkapkan kembali di luar kepala.


(18)

Al-Qur`an menurut istilah adalah kalam Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantara Ruhul Amin (Malaikat) Jibril dan dinukilkan kepada kita dengan jalan mutawatir (berkesinambungan), yang dinilai ibadah karena membacanya diawali dengan surat Al-Fatihah dan diakhiri dengan surat Al-Nas.6

Juz `Amma merupakan bagian dari kumpulan surah-surah yang terdapat dalam Al-Qur`an yang dimulai surah An-Naba` sampai surah An-Nas.

2. Madrasah Tsanawiyah (MTs)

Madrasah Tsanawiyah (MTs) adalah jenjang dasar pada pendidikan formal di Indonesia setara dengan sekolah menengah pertama yang pengelolaannya dilakukan oleh Departemen Agama. Pendidikan Madrasah Tsanawiyah ditempuh dalam waktu 3 tahun, mulai dari kelas 7 sampai kelas 9

3. Prestasi belajar siswa pada bidang studi Al-Qur`an Hadits

Kata prestasi berasal dari bahasa Belanda yaitu “prestatie”, kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi prestasi yang diartikan

“hasil yang dicapai dari yang telah ditetapkan”.7

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia arti prestasi adalah “hasil yang telah dicapai (dari

yang telah dilakukan, dikerjakan, dan sebaginya)”.8

Bidang studi adalah pengelompokan sejumlah materi pelajaran yang sejenis atau memiliki ciri yang sama (mata pelajaran yang satu dengan yang lain berkorelasi satu dengan yang lain). Bidang studi Al-Qur`an Hadits adalah bidang studi yang berisikan materi pelajaran tentang Al-Qur`an dan Hdits.

6

Achmad Yaman Syamsudin, Cara Mudah Menghafal Al-Qur`an (Solo: Insan Kamil, 2007) h. 15

7

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar

Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), cet. Ke-1, h. 700

8

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar


(19)

Jadi, yang penulis maksud di sini adalah hasil yang dicapai oleh peserta didik dalam bidang studi Al-Qur`an Hadits.

Adapun maksud dari keseluruhan judul di atas adalah bagaimana hubungan Hafalan Al-Qur`an dengan prestasi belajar bidang studi Al-Qur`an Hadits siswa Madrasah Tsanawiyah Asy-Syukriyyah Cipondoh, Tangerang.

D. Tujuan dan Manfaat 1. Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah tersebut diatas maka peneliti mengemukakan tujuan dari penelitian ini antara lain adalah untuk:

a. Untuk mengetahui penerapan program hafalan Al-Qur`an siswa Madrasah Tsanawiyah Asy-Syukriyyah Cipondoh Tangerang

b. Untuk mengetahui bagaimana prestasi belajar Al-Qur`an Hadits siswa Madrasah Tsanawiyah Asy-Syukriyyah Cipondoh Tangerang?

c. Untuk mengetahui hubungannya pelaksanaan hafalan Al-Qur`an siswa semester 1 (Ganjil) Madrasah Tsanawiyah Asy-Syukriyyah Cipondoh Tangerang dengan prestasi belajar pada bidang studi Al-Quran Hadits?

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang dapat diambil dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

a. Secara teoritis dengan penelitin ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu pendidikan, khususnya kajian Pendidikan Agama Islam.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan bahan oleh peneliti lain sebagai bahan acuan dan pembanding dalam mengkaji lebih lanjut tentang hafalan Al-Qur`an dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa terutama pada bidang studi Al-Qur`an Hadits.

c. Secara praktis dengan penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi instansi pendidikan terkait pada umumnya dan


(20)

Madrasah Tsanawiyah Asy-Syukriyyah Cipondoh, Tangerang pada khususnya, dalam usaha penyempurnaan kegiatan hafalan Al-Qur`an demi tercapainya peningkatan prestasi belajar siswa dalam Pendidikan Agama Islam, terutama pada bidang studi Al-Qur`an Hadits.


(21)

10

BAB II

KAJIAN TEORITIS

A.Hafalan Al-Quran

1. Pengertian Hafalan Al-Quran

Kata “tahfidz” berasal dari bahasa Arab اًظْيّْحت – ظِّحي – ظَّح1 yang artinya memelihara, menjaga dan menghafal. Tahfidz (hafalan) secara bahasa (etimologi) adalah lawan dari lupa, yaitu selalu ingat dan sedikit lupa. Dalam Kamus besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa kata hafal berarti “telah masuk dalam ingatan (tentang pelajaran). Dan dapat mengucapkan kembali diluar kepala (tanpa melihat buku). Menghafal (kata kerja) berarti berusaha meresapkan ke dalam pikiran agar selalu ingat.”2

Tahfidz adalah bentuk masdar dari Haffadza yang memiliki arti penghafalan dan bermakna proses menghafal. Sebagaimana lazimnya suatu proses menulis suatu tahapan, teknik atau metode tertentu. Tahfidz adalah proses menghafal sesuatu ke dalam ingatan sehingga dapat diucapkan di luar kepala dengan metode tertentu. Sedangkan orang yang menghafal Qur`an disebut hafidz/huffadz atau hamil/Hamalah Al-Qur`an.

1

Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta: Hidakarya Agung, 1990), Cet. Ke-3 h. 105

2

Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), Cet. Ke-1 h. 29Ke-1


(22)

Secara istilah menurut Abdur Rabi Nawabudin, hafal mengandung dua pokok, yaitu hafal seluruh Al-Qur`an serta mencocokkannya dengan sempurna dan senantiasa terus menerus dan sungguh-sungguh dalam menjaga hafalan dari lupa.3

Dalam kaitannya dengan hal ini menghafal Al-Qur`an, memeliharanya serta menalarnya haruslah memperhatikan beberapa unsur pokok sebagai berikut:

a. Menghayati bentuk-bentuk visual, sehingga bisa diingat kembali meski tanpa kitab.

b. Membaca secara rutin ayat-ayat yang dihafalkan.

c. Penghafal Al-Qur`an dituntut untuk menghafal secara keseluruhan baik hafalan maupun ketelitian.

d. Menekuni, merutinkan dan melindungi hafalan dari kelupaan.4

Sedangkan pengertian Al-Qur`an menurut bahasa adalah bentuk masdar dari qoro`a (ﺃرق) artinya bacaan, berbicara tentang apa yang tertulis dan padanya melihat dan menelaah.5

Menurut istilah Al-Qur`an adalah kalam Allah SWT yang diwahyukan kepada nabi Muhammad SAW sebagai mukjizat dan membacanya adalah ibadah.6

Begitu juga menurut Ibn Subki Al-Qur`an adalah lafadz yang diturunkan kepada Muhammad SAW, mengandung mukjizat setiap suratnya dan membacanya ibadah.7

Sedangkan menurut Achmad Yaman Syamsudin, Lc dalam bukunya Cara Mudah Menghafal Al-Qur`an, yang mengutip dari Dr.Muhammad Mahmud Abdullah bahwa Al-Qur`an adalah kalam Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantara Ruhul Amin (Malaikat) Jibril dan dinukilkan kepada kita dengan jalan

3

Abdur Rabi Nawabudin, Taknik Menghafal Al-Qur`an, (Bandung: CV. Sinar Baru, 1991), h.24

4

Abdurrab Nawabudin, Teknik Menghafal Al-Qur’an…, h. 27

5

Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh Jilid I (Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu, 1997), h. 46

6

Amir Syarifudin, Ushul Fiqh..., Jilid 1, h. 47

7


(23)

mutawatir (berkesinambungan), yang dinilai ibadah karena membacanya diawali dengan surat Al-Fatihah dan diakhiri dengan surat Al-Nas.8

Jadi menghafal Al-Qur`an adalah proses penghafalan Al-Qur`an secara keseluruhan, baik hafalan maupun ketelitian bacaannya serta menekuni, merutinkan dan mencurahkan perhatiannya untuk melindungi hafalan dari kelupaan. Sedangkan hafalan Al-Qur`an yang dimaksud dalam skripsi ini adalah hanya proses menghafal Al-Qur`an pada juz 30 saja.

Dengan demikian dapat diketahui bahwa hakikat dari hafalan adalah bertumpu pada ingatan. Berapa lama waktu untuk menerima respon, menyimpan dan memproduksi kembali tergantung ingatan masing-masing pribadi. Karena kekuatan ingatan antara satu orang akan berbeda dengan orang lain.

2. Hukum Menghafal Al-Qur`an

Al-Qur`an adalah kitab suci bagi pemeluk agama Islam, sebagai pedoman hidup dan sumber-sumber hukum, tidak semua manusia sanggup menghafal dan tidak semua kitab suci dapat dihafal kecuali kitab suci Al-Qur`an dan hamba-hamba yang terpilihlah yang sanggup menghafalnya.9 Hal ini telah dibuktikan dalam firman Allah SWT:



















“kemudian kitab itu kami wariskan kepada orang-orang yang kami pilih di antara hamba-hamba kami.” (Q.S Al-Fathir/35:32)

Al-Qur`an sebagai dasar hukum Islam dan pedoman hidup umat, disamping diturunkan kepada hambanya yang terpilih, Al-Qur`an diturunkan melalui ruhul Amin Jibril As dengan hafalan yang berangsur-angsur sesuai dengan kebutuhan umat di masa itu dan di masa yang akan

8

Achmad Yaman Syamsudin, Cara Mudah Menghafal Al-Qur`an (Solo: Insan Kamil, 2007) h. 15

9


(24)

datang. Selama dua puluh tiga tahun Nabi Muhammad SAW menerima wahyu Al-Qur`an dari Allah melalui Jibril As tidak melalui tulisan melainkan dengan lisan (hafalan).10

Hal ini telah dibuktikan dengan firman Allah SWT:









“kami akan membacakan (Al-Qur`an) kepadamu (Muhammad SAW) maka kamu tidak akan lupa” (Q.S. Al-A`la/87: 6).









“janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al-Qur`an karena hendak cepat-cepat (menguasai)nya.”(Q.S. Al-Qiyamah/75: 16)

































“Maka Maha Tinggi Allah raja yang sebenar-benarnya. Dan janganlah engkau (Muhammad) tergesa-gesa (membaca) Al-Qur`an sebelum selesai diwahyukan kepadamu, dan katakanlah, “Ya Tuhanku, tambahkanlah ilmu kapadaku.”(Q.S. Thahaa/20: 114)



















”Dan sesungguh, telah kami mudahkan Al-Qur`an untuk peringatan, maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran?” (Q.S. Al-Qomar/54: 17)

Ayat-ayat tersebut di atas menunjukkan bahwa Al-Qur`an diturunkan dengan hafalan (lisan) bukan dengan tulisan, setelah nabi Muhammad SAW menerima bacaan dari Jibril As, nabi dilarang

10


(25)

mendahuluinya agar supaya nabi lebih mantap hafalannya. Oleh karena itu sebagai dasar bagi orang-orang yang menghafal Al-Qur`an adalah:

a. Al-Qur`an itu diturunkan secara hafalan b. Mengikuti Nabi Muhammad SAW

c. Melaksanakan anjuran Nabi Muhammad SAW11

Atas dasar inilah para ulama dan Abdul Abbas Ahmad bin Muhammad Al-Jurjani, berkata dalam kitab Al-Syafi`i bahwa” hukum menghafal mengikuti Nabi Muhammad SAW adalah fardhu kifayah”.12

Dalam arti bahwa umat Islam harus ada (bukan harus banyak) yang hafal mengikuti Nabi Muhammad SAW untuk menjaga nilai mutawatir. Apabila hal ini tidak dilakukan maka seluruh umat Islam menanggung dosa, dan ketetapan hukum seperti itu tidak berlaku pada kitab-kitab samawi yang lain.13

Al-Zarkasyi dalam Al-Burhan berkata,”teman-teman kami menyatakan bahwa mengajarkan Al-Qur`an adalah fardhu kifayah sebagaimana menghafalkannya. Tujuannya sebagaimana dikatakan al-Juwaini adalah agar jangan sampai kemutawatiran Al-Qur`an terputus, sehingga tidak ada jalan (bagi musuh) untuk mengganti atau menyelewengkannya.14 Sedangkan dalam Nihảyat Al-Qaul Al-Mufid

Syeikh Muhammad Makki Nashr yang dikutip oleh W Hafidz Ahsin mengatakan:

sesungguhnya menghafal Al-Qur`an di luar kepala hukumnya fardhu kifayah”.15

11

Muhaimin Zen, Tata Cara Atau Problematika Menghafal Al-Qur`an..., h. 37

12

Muhaimin Zen,Tata Cara Atau Problematika Menghafal Al-Qur`an..., h. 37

13

Fahd bin Abdurrahman Ar Rumi, Ulumul Qur`an ( Yogyakarta: Titihan Ilahi Press, 1997), h.100

14

Yusuf al-Qardhawi, Menumbuhkan Cinta Kepada Al-Qur`an, Terj. dari Kayfa

Nata`amalu ma`a Al-Qur`an al-`Azhim oleh Ali Imron, (Yogyakarta: Mardhiyah Press,2007), Cet.

1, h. 74

15

W Hafidz Ahsin, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur`an, (Jakarta: Bumi Aksara ,1994), cet. 1, h. 24-25


(26)

Dengan demikian jelaslah bahwa menghafal Al-Qur`an hukumnya adalah fardhu kifayah, fardhu kifayah sebagaimana yang dimaksud ulama yaitu apabila suatu pekerjaan di suatu wilayah tidak ada yang mengerjakan maka semua orang yang ada di wilayah tersebut kena (berdosa) semua. Karena tidak melaksanakan perbuatan tersebut.

3. Niat Menghafal Al-Qur`an

Segala perbuatan yang dikerjakan manusia harus dilakukan atas dasar ikhlas karena Allah SWT semata, hal ini berdasarkan firman Allah SWT:

















































“padahal mereka hanya diperintahkan menyembah Allah, dengan ikhlas menaati-Nya semata-mata karena (menjalankan ) agama, dan juga agar melaksanakan shalat dan menunaikan zakat, dan yang demikian itulah agama yang lurus (benar).(Q.S. Al-Bayyinah/98:5)

Para penghafal Al-Qur`an harus bersungguh-sungguh memperbaiki niat dan tujuannya, karena suatu amal yang tidak berdasarkan atas keikhlasan, tidak berarti apa-apa di sisi Allah SWT. Menghafal Al-Qur`an adalah termasuk perbuatan yang baik dan merupakan ibadah yang mulia, maka harus disertai dengan niat dan tujuan ikhlas yaitu mencari rida Allah SWT dan mencari kebahagiaan di akhirat.16 Maka dari itu tidaklah dibenarkan bagi para penghafal Al-Qur`an mempunyai tujuan sebagai berikut:

a. Mencari popularitas atau berniat menjadikannya sebagai sarana mencari nafkah. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW:

16

M. Taqiyul Islam Qori`, Cara mudah menghafal Al-Qur`an (Jakarta: Gema Insani Press, 1998), h.14


(27)

“pelajarilah Al-Qur`an dan mohonlah kepada Allah SWT dengan Al-Qur`an itu sebelum Al-Qur`an dipelajari oleh orang-orang yang hendak mencari dunia. Sebab Al-Qur`an itu akan dipelajari oleh tiga jenis orang yaitu orang yang mempelajri Al-Qur`an untuk mencari kebahagiaan (popularitas), orang yang mempelajari Al-Qur`an untuk mencari makan dan orang yang mempelajari Al-Al-Qur`an untuk mencari rida Allah SWT”. (HR. Abu Hakim)

b. Berniat mencari imbalan dunaiwi dari Al-Qur`an. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW:

“Bacalah Al-Qur`an sebelum datang sekelompok orang yang membacakan Al-Qur`an seperti orang yang sedang mengadakan undian,. Mereka mengharapkan hasil yang cepat (imbalan duniawi), dan mengharapkan imbalan yang lambat (pahala akhirat).” (HR. Abu Daud dari Jabir)17

Jadi, sebelum menghafal Al-Qur`an sebaiknya seseorang yang akan menghafal Al-Qur`an meluruskan niat dan tujuan terlebih dahulu agar dalam menghafal Al-Qur`an diberi kemudahan dan mendapat rida Allah SWT.

4. Syarat-syarat dan Etika Menghafal Al-Qur`an

Menghafal Al-Qur`an bukan merupakan suatu ketentuan hukum yang harus dilakukan orang yang memeluk agama Islam. Oleh karena itu menghafal Al-Qur`an tidaklah mempunyai syarat-syarat yang mengikat sebagai ketentuan hukum. Syarat-syarat yang harus dimiliki oleh seorang

17

A`idh bin Abdullah Al-Qarni, 391 Hadits Pilihan, (Jakarta: Darul Haq, 2007), Cet. Ke-1, h.199-200


(28)

calon penghafal Al-Qur`an adalah syarat-syarat yang berhubungan dengan naluri insaniyah semata.18Syarat-syarat tersebut adalah sebagai berikut: a. Niat yang ikhlas

Niat yang ikhlas dan matang bagi calon penghafal Al-Qur`an sangat diperlukan, sebab apabila sudah ada niat yang matang dari calon penghafal berarti ada hasrat dan kalau kemauan sudah tertanam dilubuk hati tentu kesulitan apapun yang menghalanginya akan ditanggulangi.19

Keikhlasan menghafal Al-Qur`an harus sudah dipertahankan dengan terus menerus. Hal ini akan menjadi motifator yang sangat kuat untuk mencapai sukses dalam menghafal Al-Qur`an.20

b. Menjauhi sifat madzmumah

Sifat madzmumah adalah suatu sifat tercela yang harus dijauhi oleh setiap orang muslim, terutama di dalam menghafal Al-Qur`an. Sifat madzmumah ini sangat besar pengaruhnya terhadap orang-orang penghafal Al-Qur`an. Karena Al-Qur`an adalah kitab suci bagi umat Islam yang tidak boleh dinodai oleh siapapun dan dengan bentuk apapun.21

Diantara sifat-sifat tercela tersebut yang harus dijauhi seorang anak yang menghafal Al-Qur`an adalah khianat, bakhil, pemarah, memencilkan diri dari pergaulan, iri hati, sombong, dusta, ingkar, riya, banyak makan, angkuh, meremehkan orang lain, penakut, dan sebagainya.22

Sifat-sifat tercela tersebut mempunyai pengaruh yang besar terhadap perkembangan jiwa dan mengusik ketenangan hati anak yang sedang dalam proses menghafal Al-Qur`an. Apalagi pada usia remaja

18

Muhaimin Zen, Tata Cara atau problematika menghafal Al-Qur`an..., h. 239

19

Muhaimin Zen, Tata Cara atau Problematika Menghafal Al-Qur`an..., h.240

20

Abdul Aziz Abdur Rouf, Kiat Sukses Menghafal Al-Qur`an (Jakarta: Dzilal Pess, 1996), h.75

21

Muhaimin Zen, Tata Cara atau Problematika Menghafal Al-Qur`an..., h.240

22


(29)

cepat sekali terpengaruh baik pengaruh dari lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat.

c. Motivasi atau dukungan orang tua

Motivasi atau dukungan orang tua sangat penting bagi anak karena mereka juga ikut menentukan keberhasilan anak dalam menghafal Al-Qur`an.

d. Memiliki keteguhan dan kesabaran

Dalam proses menghafal Al-Qur`an akan banyak sekali ditemui berbagai macam kendala, mungkin jenuh, mungkin gangguan lingkungan karena bising dan gaduh. Mungkin gangguan batin atau mungkin karena menghadapi ayat-ayat tertentu yang mungkin dirasakan sulit menghafalnya dan lain sebagainya. Terutama dalam menjaga kelestarian menghafal Al-Qur`an .23 Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW:

“Sesungguhnya perumpamaan orang yang menghafal Al-Qur`an itu seperti perumpamaan orang yang memiliki seekor unta yang sedang ditambatkan. Jika ia ingin untanya itu tetap di tempat, maka ia harus menjaga dan menahannya, dan kalau sampai dilepas maka unta itu akan lari.”(HR. Bukhari-Muslim).24

Untuk melestarikan hafalan Al-Qur`an perlu keteguhan dan kesabaran. Karena kunci utama keberhasilan menghafal Al-Qur`an adalah ketekunan menghafal dan mengulang ayat-ayat yang telah dihafalnya. Itu sebabnya Rasulullah SAW selalu menekankan agar para penghafal Al-Qur`an bersungguh-sungguh dalam menjaga hafalannya.25

Jadi siapa pun memiliki peluang untuk menjadi hafidz Al-Qur`an 30 juz atau sebagiannya selama ia bersabar, bersemangat dan tidak putus asa, cepat atau lambat.

23

Ahsin, W Hafidz, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur`an..., h.50

24

Husaini A. Madjid Hasyim, Syarah Riyadhus Shalihin, terj. Dari Riyadhus Shalihin

oleh Mu`ammal Hamidy dan Imron A. Manan, (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1993), Cet. Ke-1, h. 339

25


(30)

e. Istiqamah

Yang dimaksud dengan istiqamah adalah konsisten terhadap hafalannya. Seorang penghafal Al-Qur`an harus senantiasa menjaga efesiensi waktu, berarti seorang penghafal akan menghargai waktu dimanapun dan kapanpun saja waktu luang.26

Dari Abu Sa`id Al- Khudri r.a dari Nabi SAW beliau bersabda:

“Barang siapa selalu disibukkan dengan membaca Al-Qur`an dan dzikir kepadaku, maka ia akan kuberi anugerah yang baik, yang diberikan kepada orang-orang yang memohon kepadaku.”(H.R.

Tirmidzi dan Al-Baihaqi)27

Sang penghafal dianjurkan memiliki waktu-waktu khusus, baik untuk menghafal materi baru maupun untuk mengulang (Muraja`ah/takrir),yang waktu tersebut tidak boleh diganggu oleh kepentingan yang lain.28

5. Metode Menghafal Al-Qur`an

Banyak sekali metode-metode yang mungkin bisa dikembangkan dalam rangka mencari alternatif terbaik untuk menghafal Al-Qur`an. Dan bisa memberikan bantuan kepada para penghafal dalam mengurangi kepayahannya menghafal Al-Qur`an, metode-metode tersebut adalah:

a. Metode Wahdah

Metode ini digunakan dengan cara menghafal satu persatu ayat-ayat yang hendak dihafalnya. Untuk mencapai hafalan awal, setiap

26

Ahsin, W Hafidz, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur`an..., h.51

27

Husaini A. Madjid Hasyim, Syarah Riyadhus Shalihin, terj. Dari Riyadhus Shalihin

oleh Mu`ammal Hamidy dan Imron A. Manan, (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1993), Cet. Ke-1, h. 337

28

Ilham Agus Sugianto, Kiat Praktis Menghafal Al-Qur`an, (Bandung: Mujahid Press, 2004), h. 54


(31)

ayat biasa dibaca sebanyak sepuluh kali atau dua puluh kali atau lebih. Sehingga mampu membentuk pola dalam bayangannya. Setelah benar-benar hafal barulah dilanjutkan pada ayat-ayat berikutnya. Dengan cara yang sama, demikian seterusnya hingga mencapai satu muka. Setelah ayat-ayat dalam satu muka telah dihafal, maka giliran menghafal urutan-urutan ayat dalam satu muka.29

b. Metode Kitabah

Kitabah artinya menulis. Pada metode ini penghafal terlebih dahulu menulis ayat-ayat yang akan dihafalnya pada secarik kertas yang telah disediakan. Kemudian ayat tersebut dibacanya sehingga lancar dan benar bacaannya, lalu dihafalnya. Menghafalnya bisa dengan metode wahdah atau dengan metode yang berkali-kali menuliskannya sehingga ia dapat sambil memperhatikan dan sambil menghafalnya dalam hati.30

c. Metode Sima`i

Sima`i artinya mendengar. Yaitu mendengarkan sesuatu bacaan untuk dihafalnya. Metode ini sangat efektif bagi penghafal tuna netra atau anak-anak yang masih kecil dibawa umur yang belum mengenal tulis baca Al-Qur`an. Metode ini dilakukan dengan dua alternatif: 1) Mendengarkan dari guru yang membimbingnya, terutama bagi

penghafal tuna netra atau anak-anak

2) Merekam terlebih dahulu ayat-ayat yang akan dihafalnya kedalam pita kaset sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya.31

d. Metode Gabungan

Metode ini adalah gabungan antara metode wahdah dan metode kitabah yakni penghafal menghafalkan ayat-ayat sampai hafal betul. Kemudian setelah selesai penghafal mencoba menulis ayat tersebut yang sudah dihafalnya diatas kertas. Jika ia mampu memproduksi

29

Ahsin, W Hafidz, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur`an..., h.83

30

Ahsin, W Hafidz, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur`an..., h.64

31


(32)

kembali ayat-ayat tersebut dalam tulisan berarti dia bisa melanjutkan ayat seterusnya32

e. Metode Jama`

Yaitu cara menghafal yang dilakukan secara kolektif, yakni ayat-ayat yang dihafal dibaca secara kolektif atau bersama-sama dipimpin oleh seorang instruktur. Pertama instruktur membacakan satu ayat atau beberapa ayat dan siswa bisa menirukan secara bersama-sama.33

Sedangkan menurut Drs.H.A. Muhaimin Zen dalam bukunya Problematika Menghafal Al-Qur`an bahwa metode menghafal Al-Qur`an yaitu ada dua macam:

a) Metode Tahfidz

Yaitu menghafal materi baru yang belum pernah dihafal dan diperdengarkan kepada guru. Metode ini dipakai setiap kali bimbingan. Santri harus mendengarkan hafalannya kepada guru, kemudian guru membacakan materi baru kepada santri atau santri membaca sendiri dihadapan guru dengan melihat Al-Qur`an yang kemudian dihafalkan dengan pengarahan guru.34

b) Metode Takriri

Adalah mengulang materi hafalan yang sudah diperdengarkan kepada guru. Pelaksanaan metode ini adalah setiap kali masuk. Santri memperdengarkan hafalan ulang kepada guru dan guru tidak memberi materi baru kepada santri. Sedangkan guru hanya bertugas mentashih hafalan dan bacaan yang kurang benar.35

Dari beberapa metode yang telah dijelaskan metode yang diterapkan di MTs Asy-Syukriyyah diantaranya yaitu menggunakan metode wahdah, tahfidz dan takriri. Karena menurut pembimbing hafalan Al-Qur`an ke tiga metode tersebut lebih mudah bagi siswa

32

Ahsin, W Hafidz, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur`an..., h.65

33

Ahsin, W Hafidz, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur`an..., h.66

34

Muhaimin Zen, Tata Cara Atau Problematika Menghafal Al-Qur`an..., h. 249

35


(33)

untuk menghafal Al-Qur`an dan selalu mengingat hafalannya dikarenakan setiap pelaksanaan hafalan Al-Qur`an para siswa diharuskan mengulang hafalan yang telah di perdengarkan kepada guru sebelum memulai hafalan Al-Qur`an.

B. Sistem Pengajaran Al-Qur`an Hadits 1. Pelajaran Al-Qur`an Hadits

Bidang studi Al-Qur`an dan Hadits termasuk kedalam kelompok bidang studi agama sebagaimana halnya dengan bidang studi aqidah Akhlak, Fiqih dan Sejarah kebudayaan Islam.36

Pelajaran Al-Qur`an Hadits menurut Departemen Agama RI, dalam buku pedoman Al-Qur`an Hadits yaitu:

Pelajaran Al-Qur`an Hadits adalah bagian dari mata pelajaran pendidikan agama Islam pada setiap madrasah yang dimaksudkan untuk memberikan motivasi, membimbing, mengarahkan pemahaman, mengembangkan kemampuan dasar dan menghayati isi yang terkandung dalam Al-Qur`an Hadits yang diharapkan dapat diwujudkan dalam perilaku yang memancarkan iman dan taqwa kepada Allah swt sesuai dengan ketentuan Al-Qur`an Hadits.37

Jadi pelajaran Al-Qur`an Hadits termasuk bagian dari pelajaran pendidikan agama Islam yang terdapat pada setiap madrasah-madrasah. Sedangkan pada sekolah-sekolah umum tidak ada jam pelajaran tersendiri untuk Al-Qur`an Hadits, yang ada pelajaran tersebut disatukan kedalam pelajaran pendidikan agama.

36

Udin Saripudin Winata dan Rustana Adi Winata, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam dan Universitas Terbuka, 1998), Cet. Ke-6, h. 191

37

Departemen Agama RI, Pedoman Khusus Al-Qur`an dan Hadits, (Jakarta: Direktorat Kelembagaan Agama Islam, 2004), h. 2


(34)

2. Kedudukan dan Fungsi Al-Qur`an Hadits

Al-Qur`an adalah sumber ajaran islam yang pertama dan utama yang di dalamnya terdapat petunjuk-petunjuk bagi manusia sekaligus menerangkan maksud dan tujuan pokok diturunkannya Al-Qur`an, diantaranya yaitu:

a. Petunjuk akidah dan kepercayaan yang harus dianut oleh manusia yang tersimpul dalam keimanan akan keesaan tuhan dan kepercayaan akan kepastian adanya hari pembalasan.

b. Petunjuk mengenai akhlak yang murni dengan jalan menerangkan norma-norma keagamaan dan susila yang harus diikuti oleh manusia dalam kehidupannya secara individual atau kolektif.

c. Petunjuk mengenai syariat dan hukum dengan jalan menerangkan dasar-dasar hukum yang harus diikuti oleh manusia dalam hubungannya dengan tuhan dan sesamanya. Atau dengan kata lain yang lebih singkat, “Al-Qur`an adalah petunjuk bagi seluruh manusia ke jalan yang harus ditempuh demi kebahagiaan hidup di dunia

maupun di akhirat”.38

Kedudukan Hadits sebagai sumber ajaran Islam sesudah Al-Qur`an, hal ini dijelaskan di dalam Al-Qur`an surat Al-Hasyr/59 ayat 7 :



















…..





“…apa yang di berikan rasul kepadamu, maka ambil (terima) lah, dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah…” (Al-Hasyr/59:7)

Sedangkan Hadits adalah sumber ajaran setelah Al-Qur`an. Hadits berfungsi sebagai sumber ajaran Islam sesudah Al-Qur`an,disebabkan karena:

a. Hadits berfungsi sebagai penguat hukum yang sudah ada dalam kitabullah.

38


(35)

b. Hadits berfungsi sebagai penafsir atau perinci atau juga pentaqyid terhadap hal-hal yang mutlaq atau pentakhsis terhadap ayat-ayat yang `am (umum).

c. Hadits dapat menerapkan dan membentuk hukum tersendiri yang tidak disebutkan dalam kitabullah.39

3. Tujuan dan fungsi pelajaran Qur`an Hadits

a. Tujuan pelajaran Al-Qur`an Hadits

Keberhasilan manusia dalam menjalani kehidupannya tidak terlepas dari usaha dan dorongan untuk mencapai suatu tujuan. Tanpa adanya suatu tujuan, maka dia akan berjalan meraba-raba dan tak tentu arah tujuan. Tujuan adalah sesuatu yang dituju, yaitu yang akan dicapai dengan suatu kegiatan atau usaha. Seiring dengan pendapat tersebut, Dr. Zakiyah Darajat mengatakan bahwa tujuan adalah suatu yang diharapkan tercapai setelah sesuatu usaha atau kegiatan selesai.40

Melihat objek pembahasan Al-Qur`an Hadits, dapat dikatakan bahwa Al-Qur`an Hadits merupakan bentuk dari suatu pendidikan Islam. Pendidikan Islam adalah sistem pendidikan yang dapat memberikan kemampuan seseorang untuk memimpin kehidupannya sesuai dengan cita-cita Islam, karena nilai-nilai Islam telah menjiwai dan mewarnai corak kepribadiannya.41 Adapun tujuan dari pendidikan

Islam adalah “perwujudan nilai-nilai Islam dalam pribadi manusia didik yang oleh pendidik muslim melalui proses yang terminal pada hasil (produk) yang berkepribadian Islam yang beriman , bertaqwa dan berilmu pengetahuan yang sanggup mengembangkan dirinya menjadi hamba Allah SWT, yang taat.42

Dasar ajaran Islam adalah Al-Qur`an dan Hadits. Dengan menyadari pentingnya memahami dan mengamalkan ajaran Islam serta

39

Mudhafar Mughni, ushul fiqh1, (Jakarta: Lingkar Studi Islam Publishing, 2003), cet. Ke-1, h. 45.

40

Zakiyah Drajat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), Cet. Ke-3, h. 29

41

Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), cet. Ke-3, h.12

42


(36)

untuk mewujudkan pendidikan Islam yang paripurna, maka pelajaran Al-Qur`an Hadits sebagai salah satu dari bagian pendidikan agama juga mengemban misi pembinaan kepribadian siswa ke arah pribadi utama menurut norma-norma agama.

Sedangkan pembelajaran Al-Qur`an dan Hadits bertujuan untuk memberikan kemampuan dasar kepada peserta didik dalam membaca, menulis, membiasakan dan menggemari membaca Al-Qur`an dan Hadits serta menanamkan pengertian pemahaman, penghayatan isi kandungan ayat-ayat Al-Qur`an dan Hadits. Untuk mendorong, membina, dan membimbing akhlak dan perilaku peserta didik dengan berpedoman kepada isi kandungan ayat-ayat Al-Qur`an dan Hadits.43

Dalam kurikulum dan hasil belajar Al-Qur`an Hadits Madrasah Tsanawiyah disebutkan dengan rinci bahwa tujuan yang hendak dicapai dari pendidikan Al-Qur`an Hadits adalah:

a. Agar siswa bersemangat untuk membaca Al-Qur`an Hadits dengan benar.

b. Mempelajari, memahami dan meyakini kebenarannya.

c. Mengamalkan ajaran-ajaran dan nilai yang terkandung di dalamnya sebagai petunjuk dan pedoman dalam seluruh aspek kehidupannya.44

Dari pernyataan di atas terlihat bahwa tujuan pengajaran Al-Qur`an Hadits mencakup tiga aspek, yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Aspek kognitif meliputi pengetahuan, konsep atau fakta yaitu dimana siswa diharapkan dapat membaca dan memahami isi dari Al-Qur`an tersebut. Afektif meliputi personal dan kepribadian atau sikap, yaitu dimana siswa diharapkan dapat meyakini dan meresapi apa yang telah ia dapat membentuk kepribadiannya sesuai petunjuk Al-Qur`an. Sedangkan aspek psikomotorik meliputi kelakuan dan keterampilan, yaitu dimana siswa diharapkan dapat merealisasikan

43

Departemen Agama RI, Pedoman Khusus Al-Qur`an dan Hadits…, h. 2

44


(37)

amalan-amalan yang telah didapatnya dari membaca dan memahami Al-Qur`an dalam kehidupan sehari-hari.

Tampak pula ada relevansi antara tujuan pelajaran Al-Qur`an Hadits dengan tujuan Islam, dengan ini semakin membuktikan bahwa Al-Qur`an Hadits merupakan salah satu mata pelajaran pokok yang harus ada dan wajib diikuti oleh setiap murid.

b. Fungsi pelajaran Al-Qur`an Hadits

Setiap mata pelajaran pasti memiliki fungsi tersendiri, sedangkan fungsi dari pelajaran Al-Qur`an Hadits yaitu:

1) Menumbuh kembangkan kemampuan peserta didik dalam membaca dan menulis Al-Qur`an Hadits.

2) Mendorong, membimbing dan membina kegemaran dan kemauan untuk membaca Al-Qur`an Hadits.

3) Menanamkan pengertian, pemahaman, penghayatan dan pengamalan kandungan ayat-ayat Al-Qur`an Hadits dalam perilaku peserta didik sehari-hari.

4) Memberikan bekal pengetahuan untuk mengikuti pendidikan pada jenjang yang setingkat lebih tinggi.45

4. Standar Kompetensi Pelajaran Al-Qur`an Hadits

Standar kompetensi pelajaran Al-Qur`an Hadits berisi sekumpulan kemampuan yang harus dikuasai peserta didik selama menempuh mata pelajaran Al-Qur`an Hadits. Adapun kemampuan-kemampuan tersebut meliputi:

a. Mampu menerapkan kaidah ilmu tajwid dalam bacaan Al-Qur`an. b. Mampu mamahami ayat-ayat Al-Qur`an tentang akhlak terhadap ibu

bapak dan sesame manusia serta memahami Hadits tentang perintah bertaqwa dan berbuat baik sesame manusia.

c. Mampu memahami sejarah turunnya Al-Qur`an, memahami ayat-ayat Al-Qur`an tentang persatuan dan persaudaraan, memahami arti hadits

45


(38)

dan macam-macamnya, dan memahami hadits-hadits tentang meyakini kebenaran dan istiqamah.

d. Mampu memahami ayat-ayat Al-Qur`an tentang syaitan sebagai musuh manusia, berlaku dermawan, dan memahami hadits-hadits tentang cinta kepada Allah dan Rasul.

e. Mampu memahami ayat-ayat Al-Qur`an tentang semangat keilmuan, tentang makanan yang halal dan baik, dan memahami hadits-hadits tentang perintah menuntut ilmu dan keutamaan orang yang menuntut ilmu.

f. Mampu memahami ayat-ayat Al-Qur`an tentang sabar dan tabah menghadapi cobaan, tentang bersikap konsekuen dan jujur, serta memahami hadits-hadits tentang taat kepada Allah, Rasul dan pemerintah.

5. Metode pembelajaran Al-Qur`an Hadits

Metode berasal dari bahasa Yunani yaitu dari kata “meta” dan

“hodos”, “meta” berarti “melalui” dan “hodos” berarti “jalan atau cara”.

Asal kata metode mengandung pengertian suatu jalan yang dilalui untuk mencapai suatu tujuan.46

Metode sangatlah berperan di dalam proses belajar mengajar, guna meraih tujuan pendidikan yang hendak dicapai. Salah satu aspek keberhasilan dari kegiatan belajar mengajar adalah adanya kemampuan guru dalam menguasai dan memilih berbagai metode yang tepat dalam mengajar. Metode yang tepat guna akan menunjang kelancaran jalannya proses belajar mengajar, sehingga materi pelajaran yang disampaikan dapat berproses secara efisien dan efektif menuju tujuan pendidikan.

Metode pengajaran yang dipakai dalam memberikan materi pelajaran Al-Qur`an Hadits adalah sebagai berikut:

46


(39)

a. Metode Ceramah

Metode ceramah adalah sebuah bentuk interaksi melalui penerangan dalam penuturan secara lisan oleh seorang guru terhadap sekelompok murid. Dalam pelaksanaan metode ceramah, seorang guru dapat mempergunakan alat-alat Bantu untuk menjelaskan uraiannya. Alat utama penghubung guru dengan murid adalah bahasa lisan (berbicara).

Adapun kabaikan metode ceramah yaitu:

1) Guru dapat menguasai seluruh arah pembicaraan dalam kelas.

2) Organisasi kelas sederhana berarti guru tak perlu mengadakan pengelompokan murid.

3) Hal-hal yang penting dan mendesak dapat segera disampaikan. 4) Melatih murid menggunakan pendengarannya dengan baik dan

menyimpulkan isi ceramah dengan cepat dan tepat. Kelemahan-kelemahan dari metode ceramah, yaitu:

1) Guru tidak dapat mengetahui sampai dimana murid telah memahami keterangan-keterangan guru.

2) Dalam diri murid dapat terbentuk konsep yang lain dari pada kata-kata yang dimaksudkan oleh guru.

3) Murid cenderung bersifat pasif.

4) Murid sukar mengkonsentrasikan perhatiannya terhadap keterangan guru, terutama pada siang dan sore hari.47

Contoh metode ceramah yaitu guru menjelaskan isi kandungan ayat Al-Qur`an.

b. Metode Tanya jawab

Metode Tanya jawab adalah penyampaian pesan pengajaran dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan siswa memberikan jawaban, atau sebaliknya siswa diberi kesempatan bertanya dan guru yang menjawab pertanyaan. Dalam kegiatan belajar mengajar melalui

47

Moehammad Mansyur, Pengantar Metodologi Pendidikan Agama, (Jakarta: PT. Singo Abadi Inti, 1982), h. 8-9


(40)

Tanya jawab, guru memberikan pertanyaan-pertanyaan atau siswa diberikan kesempatan untuk bertanya terlebih dahulu pada saat memulai pelajaran.,pada saat pertengahan atau pada akhir pelajaran. Bilamana metode Tanya jawab ini dilakukan secara tepat akan dapat meningkatkan perhatian siswa untuk belajar secara aktif.

Keunggulan-keunggulan dari metode ini:

1) Kelas akan menjadi hidup karena siswa dibawa kea rah berpikir secara aktif.

2) Siswa terlatih berani mengemukakan pertanyaan atau mebjawab atas pentanyaan yang diajukan oleh guru.

3) Dapat mengaktifkan retensi siswa terhadap pelajaran yang telah lalu. Sedangkan kelemahan-kelemahan metode ini adalah:

1) Waktu yang digunakan dalam pelajaran tersita dan kurang dapat dikontrol secara baik oleh guru karena banyaknya pertanyaan yang timbul dati siswa.

2) Kemungkinan terjadi penyimpangan perhatian siswa bilamana terdapat pertanyaan atau jawaban yang tidak berkenaan dengan sasaran yang dibicarakan.

3) Jalannya pengajaran kurang dapat terkordinir secara baik, karena timbulnya pertanyaan-pertanyaan dari siswa yang mungkin tidak dapat dijawab secara tepat, baik oleh guru maupun siswa.48

Contohnya yaitu guru menanyakan mufrodat ayat al-Qur`an yang telah ditulis di papan tulis.

c. Metode Diskusi

Metode diskusi adalah suatu metode penyampaian bahan pengajaran dengan jalan mendiskusikan bahannya sehingga menimbulkan pengertian serta perubahan sikap dari murid.49

Kelebihan-kelebihan dari metode ini, adalah:

48

Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), cet. Ke-1, h. 43-44.

49

Proyek Pengembangan Sistem Pendidikan Agama, Garis-Garis Besar Program


(41)

1) Suasana kelas menjadi bergairah, dimana para siswa mencurahkan perhatian dan pemikiran mereka terhadap masalah yang sedang dibicarakan.

2) Dapat menjalin hubungan social antar individu siswa sehingga menimbulkan rasa harga diri, toleransi, demokrasi, berfikir kritis dan sistematis.

3) Hasil diskusi dapat dipahami oleh para siswa karena mereka secara aktif mengikuti perdebatan yang berlangsung dalam kelas.

4) Adanya kesadaran para siswa dalam mengikuti dan memahami aturan-aturan yang berlaku dalam diskusi merupakan refleksi kejiwaan dan sikap mereka untuk berdisiplin dan menghargai pendapat orang lain.

Sedangkan kelemahan-kelemahannya yaitu:

1) Adanya sebagian siswa yang kurang berpartisipasi secara aktif dalam diskusi dapat menimbulkan sikap acuh tak acuh dan tidak ikut bertanggung jawab terhadap hasil diskusi.

2) Sulit meramalkan hasil yang ingin dicapai karena penggunaan waktu yang terlalu panjang.

3) Para siswa mengalami kesulitan mengeluarkan ide-ide atau pendapat mereka secara ilmiah atau sistematis.50

d. Metode Resitasi

Metode resitasi biasanya disebut metode pekerjaan rumah, karena siswa diberim tugas-tigas khusus di luar jam pelajaran. Sebenarnya penekanan metode ini terletak pada jam pelajaram berlangsung dimana siswa disuruh untuk mencari informasi atau fakta-fakta berupa data yang dapat ditemukan di laboratorium,perpustakaan, pusat sumber belajar, dan sebagainya.

Adapun kelebihan metode ini adalah:

1) Siswa lebih banyak mengalami sendiri apa yang dipelajarinya sehingga memperkuat daya retensi mereka.

50


(42)

2) Sangat berguna untuk mengisi kekosongan waktu agar siswa melakukan hal-hal yang bersifat konstruktif.

3) Siswa menjadi aktif dan memiliki rasa tanggung jawab. Sedangkan kelemahan-kelemahannya yaitu:

1) Dapat menimbulkan keraguan, karena adanya kemungkinan pekerjaan yang diberikan kepada siswa justru dikerjakan oelh orang lain.

2) Guru sering mengalami kesukaran dalam pemberian tugas yang sesuai dengan kemampuan yang dimiliki siswa.

3) Bilamana tugas terlalu dipaksakan dapat menimbulkan terganggunya kestabilan mental dan pikiran siswa.51

e. Metode kerja kelompok

Metode ini dilakukan atas dasar pandangan bahwa anak didik merupakan suatu kesatuan yang dapat dikelompokan sesuai dengan kemampuan dan minatnya untuk mencapai suatu tujuan pengajaran tertentu dengan system gotong royong.

Keunggulan yang ada pada metode ini adalah:

1) Ditinjau dari segi pedagogis; kegiatan kelompok akan dapat meningkatkan kualitas kepribadian siswa, seperti: kerjasama, toleransi, dan lain-lain.

2) Ditinjau dari psikologi; timbul persaingan yang positif antar kelompok karena mereka bekerja pada masing-masing kelompok. 3) Ditinjau dari segi social, anak yang pandai dalam kelompok tersebut

dapat membantu anak yang kurang pandai dalam menyelesaikan tugas.

Adapun kelemahannya adalah:

1) Terlalu banyak persiapan-persiapan dan pengaturan yang kompleks dibanding dengan metode lainnya.

2) Bilamana guru kurang control maka akan terjadi persaingan yang negative antar kelompok.

51


(43)

3) Tugas-tugas yang diberikan kadang-kadang hanya dikerjakan oleh segelintir siswa yang cakap dan rajin, sedangkan siswa yang malas akan menyerahkan tugas-tugasnya kepada temannya dalam kelompok tersebut.

f. Metode Drill

Metode ini sangat popular dikalangan guru-guru, karena pelaksanaannya tidak menimbulkan banyak kesukaran. Pelaksanaannya merupakan pemberian latihan dari suatu kegiatan belajar yang perlu dilaksanakan secara intensif oleh murid-murid.

Metode ini merupakan siuatu cara mengajar yang baik untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu berupa suatu ketangkasan atau keterampilan terhadap apa yang pernah dipelajari.

Kebaikan-kabaikan metode ini adalah:

1) Pembentukan kebiasaan yang dilakukan dengan menggunakan metode ini akan menambah ketepatan dan kecepatan pelaksana. 2) Pemanfaatan kebiasaan-kebiasaan tidak memerlukan banyak

konsentarsi dalam pelaksanaanya.

3) Pembentukan kebiasaan membuat gerakan-gerakan yang kompleks, rumit menjadi lebih otomatis.

Adapun kelemahan-kelemahannya adalah:

1) Menghambat bakat dan inisiatif murid, karena murid lebih banyak dibawa kepada konformitas dan diarahkan kepada uniformitas. 2) Kadang-kadang latihan yang dilaksanakan secara berulang-ulang

merupakan hal yang monoton, mudah membosankan.

3) Membentuk kebiasaan yang kaku, karena murid lebih banyak ditujukan untuk mendapatkan kecakapan memberikan respons secara otomatis tanpa menggunakan intelegensi.

4) Menggunakan verbalisme, karena murid-murid lebih banyak dilatih menghafal soal-soal dan menjawabnya secara otomatis.

Dari beberapa metode pembelajaran Al-Qur`an Hadits yang telah dijelaskan , berdasarkan hasil penelitian bahwa metode pembelajaran


(44)

Al-Qur`an Hadits yang digunakan di MTs Asy-Syukriyyah yaitu metode ceramah, tanya jawab dan drill (latihan) karena metode tersebut menurut guru bidang studi Al-Qur`an Hadits sangat efektif dalam proses belajar mengajar sehingga materi mudah dipahami siswa.

6. Pendekatan Pelajaran Al-Qur`an Hadits

Ada beberapa pendekatan yang digunakan dalam pelajaran al-Qur`an Hadits, diantaranya yaitu:

a. Keimanan, yaitu mendorong peserta didik untuk mengembangkan pemahaman dan keyakinan tentang adanya Allah swt sebagai sumber kehidupan.

b. Pengamalan, mengkondisikan peserta didik untuk mempraktekan dan merasakan hasil-hasil pengamalan isi al-Qur`an Hadits dalam kehidupan sehari-hari.

c. Pembiasaan, melaksanakan pembelajaran dengan membiasakan sikap dan perilaku yang baik yang sesuai dengan ajaran islam yang terkandung dalam al-Qur`an Hadits serta di contohkan oleh para ulama. d. Rasional, usaha meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran

al-Qur`an Hadits dengan pendekatan yang memfungsikan rasio peserta didik, sehungga isi dan nilai-nilai yang ditanamkan mudah dipahami dengan penelaran.

e. Emosional, upaya menggugah perasaan (emosi) peserta didik dalam menghayati kandungan al-Qur`an Hadits sehingga lebih terkesan dalam jiwa peserta didik.

f. Fungsional, menyajikan materi al-Qur`an Hadits yang memberikan manfaat nyata bagi peserta didik dalam kehidupan sehari-hari dalam arti luas.

g. Keteladanan, yaitu pendidikan yang menempatkan dan memeranlan guru serta komponen madrasah lainnya sebagai teladan, sebagai cerminan dari individu yang mengamalkan isi al-Qur`an Hadits.


(45)

7. Evaluasi

Secara harfiah kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris

evaluation”, dalam bahasa Arab “Al-Taqdir”, dalam bahasa Indonesia

berarti “penilaian”. Dengan demikian evaluasi secara bahasa diartikan

sebagai penilaian dalam bidang pendidikan atau penilaian mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan pendidikan.52 Sedangkan menurut istilah adalah penilaian terhadap tingkat keberhasilan siswa mencapai tujuan yang telah diterapkan dalam sebuah program.53

Evaluasi bersifat sebagai suatu control terhadap pekerjaan yang telah digariskan terlaksana atau tidak atau juga untuk mengetahui sampai dimanakah bahan-bahan yang diberikan dapat dimengerti. Dengan kata lain, sudah seberapa jauh terdidik dapat menerimanya. Sehingga dengan demikian pendidik dapat menentukan langkah-langkah selanjutnya.

Adapun tujuan evaluasi dapat dirumuskan sebagai usaha untuk mengetahui sampai dimana tujuan dapat atau untuk mengetahui sebarapa banyak terjadi perubahan-perubahan tingkah laku pada anak sebagai akibat dari proses belajar.

Evaluasi hasil belajar merupakan kegiatan berencana dan berkesinambungan. Oleh karena itu ragamnya pun banyak mulai dari yang paling sederhana sampai yang paling kompleks, diantaranya yaitu:

a. Pre Test dan Pots Test

Kegiatan pre test dilakukan guru secara rutin pada setiap akan memulai penyajian materi baru. Tujuannya untuk mengidentifikasi taraf pengetahuan siswa mengenai bahan yang akan disajikan. Sedangkan post test yaitu kegiatan evaluasi yang dilakukan guru pada setiap akhir penyajian materi. Tujuannya untuk mengetahui taraf penguasaan siswa atas materi yang telah diajarkan.

52

Moehammad Mansyur, Pengantar Metodologi Pendidikan Agama ,…h. 10-12

53


(46)

b. Evaluasi Prasyarat

Evaluasi jenis ini sangat menyerupai dengan pre test. Tujuannya untuk mengidentifikasi penguasaan siswa atas materi lama yang mendasari materi baru yang akan diajarkan.

c. Evaluasi Diagnostik

Evaluasi ini dilakukan setelah selesai penyajian sebuah satuan pelajaran dengan tujuan mengidentifikasi bagian-bagian tertentu yang belum dikuasai siswa. Instrument evaluasi ini di titikberatkan pada bahasan tertentu yang di pandang telah membuat siswa mendapatkan kesulitan.

d. Evaluasi Formatif

Evaluasi ini kurang lebih sama dengan ulangan yang dilakukan pada setiap akhir penyajian satuan pelajaran atau modul. Tujuannya untuk memperoleh umpan balik yang mirip dengan evaluasi diagnostic yakni untuk mendiagnosis kesulitan belajar siswa.

e. Evaluasi Sumatif

Ragam penilaian sumatif kurang lebih sama dengan ulangan umum yang di lakukan untuk mengukur kinerja akademik atau prestasi belajar siswa pada akhir periode pelaksanaan program pengajaran. Evaluasi ini dilakukan pada setiap akhir semester atau akhit tahun.

f. UN (Ujian Nasional)

UN (Ujian Nasional) pada prinsipnya sama dengan sumatif dalam arti alat penentu kenaikan status siswa. Namun UN yang mulai di berlakukan pad tahun 2005 itu di rancang untuk siswa yang telah menduduki kelas tertinggi pada suatu jenjang pendidikan tertentu yakni jenjang SD/MI dan seterusnya.

C. Tinjauan Tentang Prestasi Belajar 1. Pengertian Belajar

Sebelum membicarakan pengertian prestasi belajar, terlebih dahulu akan dikemukakan apa yang dimaksud dengan belajar. Para pakar


(47)

pendidikan mengemukakan pengertian yang berbeda antara satu dengan yang lainnya, namun demikian selalu mengacu pada prinsip yang sama yaitu setiap orang yang melakukan proses belajar akan mengalami suatu perubahan dalam dirinya.

Menurut Slameto belajar adalah “suatu proses usaha yang

dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri

dalam interaksi dengan lingkungannya.”54

Menurut Sardiman belajar adalah rangkaian kegiatan jiwa raga, psiko-fisik untuk menuju ke perkembangan pribadi manusia seutuhnya, yang berarti menyangkut unsur cipta, rasa dan karsa, ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.55

Menurut Dr.Mulyati dalam bukunya Psikologi Belajar bahwa belajar adalah suatu usaha sadar individu untuk mencapai tujuan peningkatan diri atau perubahan perubahan diri melalui latihan-latihan dan pengulangan-pengulangan dan perubahan yang terjadi bukan karena peristiwa kebetulan.56

Kemudian menurut Hamalik mendefinisikan belajar proses perubahan tingkah laku berkat interaksi dengan lingkungan. Seseorang dinyatakan melakukan kegiatan belajar setelah ia memperoleh hasil yakni terjadinya perubahan tingkah laku misalnya dari tidak tahu menjadi tahu.57

Ada lagi yang lebih khusus mengartikan bahwa belajar adalah menyerap pengetahuan. Belajar adalah tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut berbagai aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis seperti: perubahan dalam pengertian, pemecahan

54

Slameto, Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Menpengaruhinya (Jakarta: Rineka Cipta, 1995), h. 2

55

Sardiman, Interaksi Dan Motivasi Belajar dan mengajar, (Jakarta: CV. Rajawali, 1986}, h.21

56

Mulyati, Psikologi Belajar, (Yogyakarta: C.V. Andi Offset, 2005), h.5

57


(48)

suatu masalah atau berpikir, keterampilan, kecakapan, kebiasaan ataupun sikap.58

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan kegiatan yang dilakukan secara sadar dan rutin pada seseorang sehingga akan mengalami perubahan secara individu baik pengetahuan, sikap dan tingkah laku yang dihasilkan dari proses latihan dan pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya.

2. Pengertian prestasi belajar

Kemampuan intelektual siswa sangat menentukan keberhasilan siswa dalam memperoleh prestasi. Untuk mengetahui berhasil tidaknya seseorang dalam belajar maka perlu dilakukan suatu evaluasi, tujuannya untuk mengetahui prestasi yang diperoleh siswa setelah proses belajar mengajar berlangsung.

Adapun prestasi menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah hasil yang telah di capai dari usaha yang telah dilakukan dan dikerjakan.59.

Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses belajar. Memahami pengertian prestasi belajar secara garis besar harus bertitik tolak kepada pengertian belajar itu sendiri. Untuk itu para ahli mengemukakan pendapatnya yang berbeda-beda sesuai dengan pandangan yang mereka anut. Namun dari pendapat yang berbeda itu dapat kita temukan satu titik persamaan sehubungan dengan prestasi belajar.

Pengertian prestasi belajar yang terdapat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan

58

M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003), Cet. Ke-19, h. 85

59

Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), Cet. Ke-1 h. 787


(1)

Syarifuddin, Amir, Ushul Fiqh Jilid I (Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu, 1997). Sujiono, Anas, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: rajawali Press, 2003). Sugianto, Ilham, Kiat Praktis Menghafal Al-Qur`an, (Bandung: Mujahid Press,

2004).

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), cet. Ke-1.

Tirtonegoro, Surtatinah, Anak Supernormal dan Program Pendidikannya, (Jakarta:Bina Aksara,2006).

Usman, Basyiruddin, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), cet. Ke-1.

Winata, Udin Saripudin dan Rustana Adi Winata, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam dan Universitas Terbuka, 1998), Cet. Ke-6.

Yunus, Mahmud, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta: Hidakarya Agung, 1990), Cet. Ke-3.

, Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam (Jakarta: Hidakarya Agung, 1989). Zen, Muhaimin, Tata Cara atau Problematika Menghafal Al-Qur`an (Jakarta:


(2)

Nama : No. Responden :

Kelas : Jenis Kelamin :

Bacalah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dan berilah tanda cek list (√) pada kolom jawaban sesuai dengan pendapat kamu.

Alternativ jawaban dan skor yang disediakan adalah sebagai berikut: Untuk skor jawaban pertanyaan positif adalah sebagai berikut: Selalu (S) : 4 Kadang-kadang (KK) : 2 Sering (SR) : 3 Tidak pernah (TP) : 1 Adapun skor jawaban pertanyaan negatif adalah sebagai berikut: Selalu (S) : 1 Kadang-kadang (KK) : 3 Sering (SR) : 2 Tidak pernah (TP) :4

No Pertanyaan dan pernyataan S SR KK TP 1 Apakah kegiatan hafalan Al-Qur`an dapat

mengganggu pelajaran anda yang lain?

2 Apakah tujuan atau niat anda untuk menghafal Al-Qur`an selalu ikhlas?

3 Apakah anda merasa beribadah ketika hafalan Al-Qur`an?

4 Apakah dengan menghafal Al-Qur`an anda merasa terjauh dari sifat madzmumah atau tercela?

5 Apakah anda selalu meluangkan waktu untuk menghafal Al-Qur`an setelah selesai shalat 5 waktu?

6 Apakah anda tidak pernah merasa jenuh dalam menghafal Al-Qur`an?

7 Apakah anda merasa menghafal Al-Quran itu penting?

8 Apakah anda sering mengulang hafalan al-Qur`an di rumah?


(3)

hafalan Al-Qur`an anda?

10 Apakah dengan menghafal Al-Qur`an, anda merasa mempunyai pedoman hidup

11 Apakah anda pernah merasa iri melihat hafalan teman anda bertambah

12 Apakah motivasi belajar anda meningkat setelah mengikuti kegiatan hafalan Al-Qur`an khususnyqa pada mata pelajaran Al-Qur`an Hadits

13 Dalam menghafal Al-Qur`an, apakah anda selalu melisankan dan menghafalkan dengan ingatan 14 Apakah anda sudah hafal semua surat dalam

Al-Qur`an?

15 Sebelum memulai hafalan Al-Qur`an, apakah anda memilih-milih metode yang cocok terlebih dahulu 16 Apakah pembimbing hafalan Al-Qur`an anda

selalu memberi motivasi ketika menyetorkan hafalan

17 Apakah anda selalu mengikuti metode hafalan Al-Qur`an yang pembimbing anda berikan ketika hafalan

18 Apakah pembimbing anda selalu memperhatikan dan mengevaluasi hafalan Al-Qur`an anda di sekolah?

19 Apakah Kegiatan Hafalan Al-Qur`An Membantu Anda Dalam Kegiatan Proses Belajar Di Kelas, Terutama Pada Mata Pelajaran Al-Qur`an Hadits 20 Apakah anda selalu mendapatkan atau

memperoleh nilai yang baik dalam mata pelajaran Al-Qur`an Hadits setelah mengikuti kegiatan hafalan Al-Qur`an


(4)

LEMBAR BERITA WAWANCARA

Hari :

Tanggal : Interview : Tempat :

Pertanyaan

1. Apa yang melatarbelakangi diadakannya kegiatan hafalan Al-Qur`an? 2. Sejak kapan keiatan hafalan Al-Qur`an diadakan di MTs Asy-Syukriyyah? 3. Materi apa saja yang diberikan dalam kegiatan hafalan Al-Qur`an di MTs

Asy-Syukriyyah?

4. Metode apa yang digunakan dalam penyampaian materi hafalan Al-Qur`an di MTs Asy-Syukriyyah?

5. Bagaimana respon siswa terhadap kegiatan hafalan Al-Qur`an yang diadakan di MTs Asy-Syukriyyah?

6. Adakah mamfaat dengan diadakannya kegiatan hafalan Al-Qur`an di MTs Asyu-Sykriyyah baik oleh siswa maupun guru bidang studi Al-Qur`an Hadits? 7. kapan waktu dilaksanakannya kegiatan hafalan Al-Qur`an?

8. Adakah perubahan terhadap prestasi belajar Al-Qur`an Hadits setelah diadakannya kegiatan hafalan Al-Qur`an?

9. Adakah hambatan dalam penyampaian kegiatan hafalan Al-Qur`an di MTs Asy-Syukriyyah baik yang dirasakan oleh guru pembimbing maupun siswa? 10.Upaya apa saja yang dilakukan pembimbing kegiatan hafalan Al-Qur`an,


(5)

Jawaban :

1. Dengan diadakannya hafalan Al-Qur`an diharapkan setelah lulus dari MTs Asy-Syukriyyah siswa bisa hafal Juz `Amma dengan lancar sehingga dapat membedakan antara sekolah madrasah dengan sekolah umum dan siswa pun bisa menambah bacaannya dalam shalat.

2. Sejak 3 tahun terakhir berdirinya MTs Asy-Syukriyyah Cipondoh Tangerang. 3. Materi hafalan yang ditargetkan untuk saat ini baru juz 30 untuk kelas VII dan

VIII sedangkan untuk kelas IX ada tambahan dengan surat-surat pilihan seperti Al-Mulk, Al-Waqi`ah dan lain-lain.

4. Metode yang digunakan adalah metode wahdah yaitu dengan cara menghafal satu persatu terhadap ayat-ayat yang hendak dihafalnya dan kemudian satu persatu menyetorkan hafalannya ke pembimbing hafalan Al-Qur`an.

5. Respon siswa terhadap kegiatan hafalan Al-Qur`an bagus, mereka merasa senang karena dengan adanya kegiatan tersebut siswa dapat terbantu dalam belajar pelajaran Al-Qur`an Hadits karena materi Al-Qur`annya lebih banyak diambil dari Juz `Amma.

6. Ada, beberapa manfaat dengan diadakannya kegiatan hafalan Al-Qur`an diantaranya yaitu siswa dan guru sama-sama dapat memiliki hafalan dan dapat bertambah hafalannya setiap Minggu.

7. Waktu dilaksanakannya kegiatan hafalan Al-Qur`an setiap hari Jumat, untuk putri jam 11-12.30 dan untuk putra setelah selesai melaksanakan shalat Jumat. 8. Ada, sejak diadakannya kegiatan hafalan Al-Qur`an prestasi belajar Al-Qur`an

Hadits siswa menjadi meningkat karena dibiasakan menghafal Al-Qur`an yang ayat-ayatnya banyak terdapat di materi pelajaran Al-Qur`an Hadits. 9. Ada, hambatan tersebut diantaranya ada beberapa anak yang belum bisa baca

Al-Qur`an sehingga sulit untuk menghafal begitu pun waktu yang disediakan tidak cukup untuk anak-anak menyetorkan hafalannya.

10.Upaya yang dilakukan pembimbing diantaranya memberi waktu lebih banyak untuk hafalan dan meminta orang tua membimbingnya di rumah.


(6)