commit to user 56
BAB III PEMBAHASAN
A. Bentuk Perlindungan Hukum Bagi Nasabah Bank Terhadap Penggunaan
Anjungan Tunai Mandiri ATM Pada Transaksi Transfer Dana
Bank merupakan lembaga keuangan yang bertujuan untuk memberikan kredit dan jasa-jasa kepada masyarakat. Dalam melaksanakan usahanya bank berasaskan
demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-hatian. Sebagai lembaga kepercayaan bank dituntut untuk selalu memberikan pelayanan yang terbaik bagi
masyarakat pengguna jasa perbankan dan selalu memperhatikan kepentingan pengguna jasanya. Dalam pelaksanaan kegiatan bank maka akan ada keterkaitan
berbagai kepentingan hukum yang perlu untuk mendapat perlindungan hukum itu sendiri. Para pihak yang terkait itu bukan hanya pihak bank akan tetapi juga
pengguna jasa perbankan yang disebut dengan nasabah baik itu nasabah debitur, nasabah deposan, ataupun nasabah nondebitur-nondeposan. Selain itu perbankan
sebagai suatu badan usaha dan nasabah sebagai konsumenpengguna jasa perbankan tidak lepas dari perlindungan hukum nasional karena keterkaitan antara
pihak-pihak tersebut dapat membawa konsekuensi dan akibat hukum bagi masing-masing pihak.
Bank dan nasabahnya terikat dalam suatu hubungan hukum baik kontraktual dan nonkontraktual, tetapi di Indonesia yang berlaku dan diakui adalah hubungan
hukum secara kontraktual. Dasar hubungan bank dan nasabah secara kontraktual terdapat didalam Buku III KUHPerdata Tentang Perikatan, yaitu Pasal 1338 ayat
1 KUHPerdata yang menyatakan bahwa “Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya”. Selain itu
hubungan antara bank dan nasabah juga dapat dikatakan hubungan antara pelaku usaha dengan konsumennya. Bank adalah pelaku usaha karena merupakan suatu
badan usaha yang menyelenggarakan kegiatan usaha dibidang ekonomi sedangkan
commit to user 57
nasabah adalah konsumen yang menggunakan jasa-jasa dalam kegiatan usaha yang dijalankan oleh bank. Bank menyediakan pelayanan kepada nasabahnya
dalam bentuk pelayanan jasa perbankan. Bentuk jasa-jasa perbankan selalu mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Jasa yang ditawarkan oleh bank
antara lain adalah jasa kliring, inkaso,
safe deposit box
,
traveller’s cheque
, pengiriman uang transfer, dan lain-lain.
Perkembangan teknologi membuat segala transaksi menjadi semakin mudah, cepat dan efisien tidak terhalang oleh ruang, jarak dan waktu bagi para pelaku
transaksi. Tanpa terkecuali dalam kegiatan transaksi perbankan. Saat ini kegiatan perbankan ini sudah demikian meluas dikalangan masyarakat. Dalam menunjang
peningkatan aktivitas perbankan ke arah yang lebih maju, maka bank dalam menunjang kegiatannya menggunakan kecanggihan teknologi, maka usaha-usaha
perbankan menjadi semakin modern dengan penggunaan komputer maupun perangkat elektronik lainnya di bidang perbankan, sehingga semakin memberikan
kenyamanan dan kemudahan dalam pelayanan kepada masyarakat khususnya kepada para nasabah bank.
Pada penelitian hukum ini transaksi perbankan yang akan dikaji adalah mengenai Transaksi Transfer Dana dengan menggunakan Anjungan Tunai
Mandiri ATM. Dahulu orang melakukan transaksi transfer dana menggunakan sistem warkat
paper based
, sedangkan saat ini orang lebih menyukai menggunakan teknologi transfer dana yang terbaru yaitu menggunakan Anjungan
Tunai Mandiri. Transaksi Transfer Dana menggunakan sarana Anjungan Tunai Mandiri ATM ini termasuk dalam transfer dana elektronik
Electronic Transfer
, karena jenis transfer dana ini merupakan jenis transfer dana berdasarkan
pemakaian sarana teknologi transfer dana yang dahulu dilaksanakan dengan memakai warkat secara fisik kemudian saat ini telah diganti dengan
menggunakan teknik elektronik.
commit to user 58
Transfer Dana Via ATM ini sangat dirasakan betul manfaatnya oleh masyarakat nasabah pengguna layanan perbankan ini. Penggunaan kecanggihan
teknologi ini sangat membantu nasabah bertransaksi secara cepat, aman, efisien, praktis dan mudah dalam pengoperasiannya. Nasabah dapat melakukan transaksi
di berbagai tempat dimana ATM itu berada dalam waktu 24 jam termasuk hari libur. Hal ini sangat memperlancar dan mempermudah transaksi nasabah, karena
nasabah tidak perlu datang mengantri lagi ke bank, karena ATM ini dapat sewaktu-waktu digunakan.
Namun perlu disadari bahwa penggunaan kecanggihan teknologi tidak selamanya berjalan dengan baik dan tanpa menimbulkan masalah. Sebagai produk
teknologi yang canggih, dengan semakin canggihnya sistem elektronik dalam penggunaan ATM itu, ternyata tingkat kehambatannya juga semakin canggih.
Begitu juga dengan penggunaan Transfer Dana via ATM ini. Selain banyak dirasakan manfaatnya tetapi terkadang ada banyak permasalahan hukum yang
muncul dari penggunaan ATM ini. Masalah yang terjadi seringkali menimbulkan kerugian bagi pihak nasabah bank pengguna layanan ATM ini. Berbagai kasus
sering terjadi dengan adanya penggunaan ATM dalam transfer dana oleh nasabah bank. Kedudukan nasabah yang lemah dan terkadang tidak mengetahui seluk-
beluk produk jasa yang dikeluarkan oleh bank membuat hak-hak dan kepentingan nasabah tidak terjamin. Sering kita mengetahui bahwa pihak bank selalu ada di
posisi yang paling diuntungkan dalam setiap permasalahan yang terjadi. Pertanggungjawaban pihak bank sebagai penyelenggara layanan ATM ini
dirasakan sangat kurang dan mengesampingkan kepentingan nasabahnya. Banyak kasus yang terjadi terkait dengan transfer dana menggunakan ATM ini, dan
kebanyakan perlindungan terhadap hak-hak konsumen belum terlalu difokuskan.
Beberapa contoh kasus berkaitan dengan permasalahan transfer dana menggunakan ATM, yaitu pada tanggal 2 Agustus 2008 pukul 19.07 WIB,
seorang nasabah mengirimkan transfer dana menggunakan ATM sebuah Bank A
commit to user 59
ke rekening Bank B lain yang berbeda atas nama seseorang dengan menggunakan fasilitas ATM Bersama. Namun, hingga saat ini dana yang ditransfer tidak
diterima oleh pihak yang dituju. Berdasarkan struk ATM dan rekening koran dana nasabah sudah terkirim. Hal ini sangat merugikan nasabah karena pihak yang
dituju menganggap nasabah wanprestasi dalam pelunasan kredit mobil karena terlambat. Akibatnya nasabah didenda atas tidak diterimanya transfer tersebut
hingga lewat waktu 23 hari. Persoalan ini sebetulnya sudah nasabah laporkan ke Bank A UPN Veteran, dan Bank A cabang Pondok Labu pada tanggal 14 Agustus
2008. Selain itu juga telah nasabah juga menyampaikan ke Phone Plus Bank A tersebut. Sayangnya nasabah diminta untuk menunggu kabar selanjutnya padahal
semakin lama penyelesaian ini nasabah semakin besar membayar denda keterlambatan. Nasabah terus terang mengharap persoalan ini diselesaikan
secepatnya. Selain itu nasabah mengharap ganti rugi atau siapa pun yang terkait sebesar
denda yang
dibebankan pada
nasabah oleh
pihak yang
ditujuhttp:suarapembaca.detik.comread20080826180539995075283transf er-atm-bersama-terkirim-tapi-tidak-diterima..
Kasus lain yang terjadi baru-baru ini adalah masalah pembobolan ATM. Kasus pembobolan uang nasabah melalui mesin ATM Anjungan Tunai Mandiri
terjadi di Bali. Hingga Rabu 20 Januari 2010, sudah ada laporan hampir 20 nasabah yang tersebar di Denpasar, Kuta, Gianyar, empat di antaranya warga
asing yang tinggal di Bali terkait dengan kehilangan dana di ATM. Kepala kepolisian kota besar Denpasar Komisaris Besar I Gede Alit Widana
menyarankan kepada nasabah jika terpaksa harus melakukan transaksi melalui ATM, setelah selesai, kartu dimasukkan lagi dan melakukan acak PIN lalu tekan
pembatalan atau cancel. Ini dilakukan untuk mengelabui pelaku jika mereka memasang kamera pengintai untuk mereka aktivitas nasabah. Laporan di Polsek
Denpasar Selatan, Kuta, dan Poltabes Denpasar sebanyak 15, Polsek Ubud Ubud kabupaten
Gianyar 1,
dan Polda
Bali ada
tiga laporan
http:metro.vivanews.comnewsread123203-belum-ada-korban-pembobolan-
commit to user 60
atm-di-jakarta. Modus
pembobolan ATM
diduga dilakukan
dengan menggunakan alat pencuri data nasabah yang disebut
skimmer
. Dari kasus tersebut dapat diketahui bahwa ada permasalahan yang terjadi akibat penggunaan
ATM ini, bank kurang memperhatikan faktor keamanan informasi maupun kondisi fisik dari perangkat transaksi perbankan, sehingga membuka peluang
kejahatan. Hal ini menyebabkan dana nasabah mengalir kepada orang-orang yang tidak bertanggung jawab tentu saja ini membawa kerugian bagi nasabah.
Banyak hambatan yang terjadi dalam penegakkan perlindungan nasabah dalam menghadapi persoalan yang muncul akibat transfer dana menggunakan
ATM. Hal ini dapat disebabkan karena minimnya pengetahuan nasabah tentang dunia perbankan dan layanan jasa perbankan yang menggunakan sistem
elektronik, nasabah yang enggan ataupun belum menyadari betapa pentingnya memperjuangkan hak-hak mereka. Ada beberapa kendala yang dialami sehingga
nasabah tidak mempersoalkan kerugian yang dialaminya secara hukum lewat pengadilan. Pertama, ketidaktahuan nasabah bagaimana menuntut haknya ke
pihak bank. Kedua, kelemahan nasabah dari segi pembuktian karena nasabah tidak ahli atau tidak menguasai teknologi transaksi di ATM. Ketiga, biaya perkara
di pengadilan tidak sebanding dengan uang nasabah yang hilang ketika bertransaksi lewat ATM Jurnal Manajemen Dan Kewirausahaan,
hal 132-133, dan faktor penghambat yang lain yang mungkin disebabkan dari pihak bank
sehingga banyak nasabah yang membiarkan kerugian yang dihadapi tidak mendapat ganti rugi yang sesuai.
Kenyataan yang sering terjadi adalah pihak bank sering tidak memperhatikan dan tidak menanggapi dengan baik laporan kerugian yang diterima nasabah.
Kurangnya rasa pertanggungjawaban bank untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi nasabah membuat pihak nasabah tidak mendapat perlindungan
yang wajar dari pihak bank. Melihat kondisi banyaknya kasus yang terjadi mengenai transfer dana menggunakan ATM seperti ini maka perlu adanya
commit to user 61
perlindungan terhadap kepentingan nasabah sebagai konsumen jasa perbankan agar tercipta kedudukan yang seimbang antara bank dengan nasabah. Dalam
mengkaji perlindungan hukum bagi nasabah dalam transaksi transfer dana menggunakan ATM ini, maka perlu melihat pada:
1. Proses Transaksi Transfer Dana Menggunakan Anjungan Tunai Mandiri
Dalam proses pengunaan Transfer Dana menggunakan ATM tidak berbeda dengan transfer dana secara elektronik lainnya. Dalam transfer dana
menggunakan ATM ini lebih mengaktifkan nasabah dalam proses pelaksanaannya. Berbeda dengan sistem warkat
paper based
yang menggunakan sistem teller, transfer dana menggunakan ATM ini dilakukan
sendiri oleh nasabah tanpa ada kehadiran dan campur tangan pihak pegawai bank. Pihak-pihak yang terkait dalam transaksi transfer dana menggunakan
ATM ini adalah pihak nasabah dan pihak bank meskipun tidak secara langsung ikut dalam pelaksanaan transaksi karena tugas bank diwakilkan oleh
Mesin ATM. Berikut ini adalah skema Transaksi Transfer Dana Lewat Anjungan Tunai Mandiri:
Transaksi Transfer Dana
Gambar 2. Skema Transaksi Transfer Dana Lewat ATM Nasabah
Remitter
Kartu ATM ·
Produk Bank ·
Nomor Rahasia
untuk mengakses ATM yang
disebut dengan
PIN Personal
Identification Number
Mesin ATM ·
Produk Bank
· Sarana Alat
Transaksi Elektronik
Perbankan
Penerima
payee
commit to user 62
Dari skema tersebut dapat dilihat bahwa dalam transaksi transfer dana menggunakan ATM pihak yang melaksanakan adalah nasabah itu sendiri.
Transaksi transfer dana dilakukan dengan bantuan mesin ATM dengan cara memasukkan kartu ATM, kemudian memasukkan kodenomor rahasia yang
hanya diketahui nasabah yang sering juga disebut dengan nomor PIN Personal Identification Number yang terdiri dari 4 empat hingga 6 enam angka.
Setelah itu nasabah mengikuti petunjuk mesin ATM selanjutnya lalu memilih pilihan menu transaksi lainnya yang tersedia di layar mesin tersebut,
dilanjutkan dengan memilih pilihan menu berikutnya yaitu “Transfer“, kemudian memasukkan nomor kode bank yang dituju dan nomor rekening
penerima transfer lalu memasukkan jumlah uang yang akan di transfer dan memasukkan nomor referensi jika ada. Setelah semua ketentuan pelaksanaan
transfer berdasarkan petunjuk pada mesin ATM telah selesai dilakukan, nasabah mengambil kartu ATM miliknya kembali dan mesin ATM pun akan
mengeluarkan secarik kertas sejenis struk sebagai bukti transaksi transfer dana yang dilakukan oleh nasabah pada saat itu juga.
Hubungan antara nasabah dengan bank terkait dengan transaksi transfer dana melalui ATM, terjadi secara kontraktual, yaitu untuk mendapatkan
fasilitas ATM, nasabah terikat pada bank melalui perjanjian pembukaan rekening oleh seseorang untuk menjadi nasabah pada suatu bank. Perjanjian
dibuat secara sepihak oleh bank, dan nasabah tinggal menerima atau menolak perjanjian tersebut. Sebagai akibat hukum dari perjanjian tersebut, nasabah
harus mengikuti ketentuan dan syarat-syarat yang sudah disepakati. Di dalam perjanjian permohonan pembukaan rekening, terdapat beberapa ketentuan dan
syarat-syarat umum mengenai tabungan pada suatu bank dan ditambahkan kepada penabung perorangan dapat diberikan
Bank Card
yang berfungsi sebagai Kartu ATM. Beberapa syarat dan ketentuan yang ditetapkan oleh bank
sehubungan dengan kartu ATMnya berkisar pada ketentuan sebagai berikut:
commit to user 63
a. Segala kerugian atas penyalahgunaan Kartu ATM dalam bentuk apapun
yang disebabkan oleh kelalaian dan kesalahan penabung termasuk akibat dari hilangnya kartu ATM menjadi tanggung jawab penabung sepenuhnya.
b. Pemegang kartu bertanggung jawab penuh atas transaksi yang dilaksanakan
dengan menggunakan Kartu ATM. c.
Penggunaan kartu tunduk pada syarat-syarat dan ketentuan umum pada ketentuan penggunaan kartu ATM.
d. Kartu ATM tidak dapat dipindahtangankan dengan cara apapun.
e. Kewajiban untuk mengingat nomor PIN
Personal Identification Number
dan tidak memberitahukannya kepada orang lain.
Nasabah yang melakukan transaksi transfer dana menggunakan ATM secara otomatis akan tunduk pada ketentuan bank yang bersangkutan, karena
mesin ATM adalah sarana alat transaksi yang dikeluarkan oleh bank dan merupakan produk milik bank. Transaksi Elektronik terjadi pada saat
kesepakatan antara para pihak yang dapat berupa, antara lain pengecekan data, identitas, nomor identifikasi pribadi
personal identification numberPIN
atau sandi lewat
password
. Dalam hal ini, nasabah melakukan transaksi transfer dana sendiri, sedangkan pihak bank diwakilkan oleh mesin ATM. Meskipun
transaksi dilakukan antara nasabah dan mesin ATM, tetapi transaksi ini sah, berdasarkan syarat-syarat sahnya transaksi dalam Pasal 1320 KUHPerdata
yaitu sepakat mereka yang mengikatkan dirinya, kecakapan untuk membuat suatu perikatan, suatu hal tertentu, suatu sebab yang halal. Oleh karena itu
meskipun tidak ada pihak bank yang menyaksikan, maka dalam transaksi transfer dana via ATM oleh nasabah ini, bank bersangkutan dianggap telah
menerima transaksi transfer tersebut dan dianggap telah mengetahui adanya perbuatan hukum tersebut, ketika nasabah telah memasukkan nomor PIN
kedalam Mesin ATM dan mengikuti syarat-syarat dan petunjuk dilayar mesin ATM. Hal itu merupakan tanda telah terjadinya kesepakatan antara bank dan
nasabah untuk melakukan transfer dana.
commit to user 64
2. Masalah Bagi Nasabah
Berbagai permasalahan dapat terjadi sehubungan dengan penggunaan suatu perangkat elektronik dalam transaksi transfer dana. Masalah yang sering
timbul dalam transaksi transfer dana menggunakan ATM oleh nasabah antara lain karena:
a. Permasalahan pada ketimpangan saldo atau berkurangnya saldo milik
nasabah, atau masalah transfer yang dinyatakan batal oleh mesin ATM padahal uang telah terdebet tetapi dana yang ditransfer ke rekening
penerima tidak sampai pada tujuan. Permasalahan tersebut dapat saja terjadi karena:
1 Kesalahan ataupun kelalaian dari nasabah
Kesalahan ataupun kelalaian dari nasabah ini termasuk faktor
human eror
, dari kesalahan ataupun kelalaian ini dapat mengakibatkan salah kirim artinya transfer yang dikirim tidak akan sampai penerima
yang dituju, tetapi kepada rekening pihak lain. Kesalahan atau kelalaian ini dapat juga dipengaruhi faktor kurangnya pengetahuan nasabah
terhadap ATM yang digunakan, atau nasabah yang kesulitan mengikuti petunjuk yang terlihat di mesin ATM.
2 Gagal beroperasinya mesin ATM
Mesin ATM adalah sebuah perangkat yang dalam penggunaannya memiliki keterbatasan dan seringkali mengalami kerusakan.
3 Terganggunya suatu jaringan link jaringan sistem elektronik yang
mengoperasikan jalannya mesin ATM Terganggunya jaringan link yang menghubungkan perangkat
elektronik yang satu dengan perangkat elektronik yang lain dapat menyebabkan terjadi keterlambatan pada transaksi transfer dana
ataupun terhambatnya proses transfer dana.
commit to user 65
4 Sistem keamanan yang lemah
Kesadaran menjaga keamanan informasi produk perbankan adalah hal penting dalam meningkatkan kualitas pelayanan bank terhadap
nasabahnya, karena hal ini menyangkut keamanan dana nasabah dan transaksi perbankan yang dilakukan nasabah, hal ini juga
mempengaruhi kenyamanan nasabah dalam melakukan transaksi perbankan tanpa terkecuali transaksi transfer dana secara elektronik
melalui ATM. Namun peningkatan standar keamanan ini belum disadari betul oleh pihak bank sehingga pengawasan keamanan
informasi ini masih rendah. Misalnya, mesin ATM terletak di tempat- tempat yang strategis maupun terletak diluar lingkungan bank dan
kadang keamanan dari letak mesin ATM itu ditempatkan kurang terjamin kurang aman, sehingga dapat membuka peluang bagi pihak-
pihak yang memiliki motif-motif tidak baik, dengan cara-cara tertentu yang bertujuan mengambil keuntungan dari keberadaan ATM dan
menimbulkan kerugian bagi nasabah. Di dalam ruang ATM belum ada pelindung tertentu sehingga membuat celah pihak lain menempatkan
alat-alat tertentu, untuk mencuri databisa mengetahui PIN Personal Identification Number orang lain.
Akhir-akhir ini marak adanya penggunaan alat yang disebut Skimmer dan Spycam dalam permasalahan penggunaan ATM.
Skimmer atau ATM Skimmer, adalah alat pencuri data nasabah yang dipasang di mulut ATM, alat ini akan menyalin data si korban jika ia
memasukan kartu ATM melalui skimmer ini, setelah itu maka si penjahat yang menempatkan skimmer pada lobang ATM akan memiliki
data nasabah pemilik ATM. Alat lain yang di gunakan penjahat untuk sepenuhnya menguasai kartu ATM anda, selain Skimmer, ialah
Spycam. Alat ini berguna untuk merekam nomor PIN ATM, saat anda mengetiknya di tombol keyboard. Spycam di tempatkan sangat
tersembunyi, tidak tampak oleh mata secara sekilas, dan di letakan
commit to user 66
sebaik mungkin agar dapat menyorot tombol keyboard ATM, sehingga saat
anda ketik
PIN ia
dapat merekamnya
http:melodanta.comskimmer-dan-spycam-sebuah-alat-pembobol- atm.html. Selain spycam dan skimmer alat lain yang digunakan pelaku
kejahatan adalah menggunakan Keylogger yang berbentuk seperti keypad yang ada di ATM. Keypad palsu tersebut ditumpangkan diatas
keypad asli sehingga dapat digunakan untuk mengintip PIN nasabah. Setelah semua informasi data nasabah terkumpul, informasi tersebut di
masukkan dalam kartu ATM blank yang kemudian dapat digunakan untuk
mencuri dana
nasabah http:pesona-
it.net20100123bagaimana-penjahat-mengintip-atm-anda.
5 Kurangnya sumber daya manusia SDM perbankan yang menguasai
teknologi Perubahan sistem layanan jasa perbankan, dari secara manual dan
belum menggunakan kecanggihan teknologi, hingga saat ini menggunakan teknologi terbaru, mengharuskan para pegawai bank
untuk menguasai teknologi tersebut dalam menunjang pelayanan jasa perbankan. Dalam hal ini khususnya dalam hal transfer dana
menggunakan ATM yang dulunya menggunakan sistem warkat. Mesin ATM adalah produk perbankan dan pegawai bank seharusnya
mengetahui seluk-beluk mengenai kartu ATM dan mesin ATM bank bersangkutan.
Minimnya kemampuan
sumber daya
manusia menjadikan kurangnya penguasaan teknologi gagap teknologi akan
berdampak pada penyelesaian masalah yang terjadi dalam transfer dana menggunakan mesin ATM jika terjadi permasalahan yang berkaitan
dengan teknologi yang digunakan dalam ATM tersebut.
commit to user 67
6 Ataupun hal-hal yang berkaitan dengan:
a Penipuan
fraud
Penipuan sering dilakukan dengan modus operandi sebagai berikut:
1 Penipuan oleh pegawai bank yang tidak jujur.
2 Penipuan oleh pegawai dari nasabah pelaku transfer.
3 Penyalahgunaan
Customer-Activated Terminals.
4 Penipuan dalam penggunaan
mechine-readable instruction
yang disediakan oleh nasabah pengirim transfer. 5
Penipuan karena adanya intersepsi, alterasi atau diberikannya pesan palsu
false message
Munir Fuady, 2004: 123.
Jika dikaitkan dengan transfer dana menggunakan ATM, hal yang biasanya terjadi yaitu pengendapan dana oleh pihak bank
untuk mendapatkan bunga, penipuanpencurian nasabah bank oleh pegawai bank untuk kepentingan pribadi. Pihak pegawai bank
dapat berperan menimbulkan kerugian bagi nasabah, karena biasanya pegawai bank lebih mengetahui data-data pribadi nasabah.
Penipuan ini tidak hanya dilakukan oleh pihak bank tetapi juga bisa dilakukan oleh pihak lain yang tidak bertanggung jawab selain
pegawai bank.
b Kesalahan
errors
Kesalahan sehubungan dengan transfer dana secara elektronik, antara lain sebagai berikut:
1 Kesalahan dalam penggunaan komputer.
2 Belum adanya standar baku mengenai pengiriman messages.
commit to user 68
3 Prosedur transfer yang belum ada standarnya.
4 Pesan-pesan yang telah dilakukan
recreasi
kembali. 5
Kegagalan komputer dan kesalahan dari
Software
Munir Fuady, 2004: 123.
Kesalahan ini bisa juga disebut dengan teknologi yang eror yang menyebabkan keterlambatan, salah kirim dari transfer dana
menggunakan ATM. Mesin ATM menggunakan teknologi, dimana kelemahan teknologi yang digunakan kadang membuat mesin tidak
beroperasi dengan baik. Teknologi yang bermasalah dapat membuat mesin ATM mengalami kerusakan dan mempengaruhi
kelancaran transaksi transfer dana. Selain karena kesalahan teknologi, permasalahan dapat juga terjadi karena diakibatkan
kesalahan pengunaan komputer mesin ATM oleh nasabah.
b. Munculnya masalah yang berkaitan dengan hak-hak nasabah sebagai
konsumen jasa perbankan untuk mewujudkan kewajiban bank sebagai pelaku usaha atau dapat dikatakan merupakan permasalahan kesenjangan
antara cita-cita
Ius Constituendum
dengan kenyataan
Ius Constitutum
, yaitu antara lain:
1 Pelaku usaha sering tidak memperdulikan hak nasabah sebagai
konsumen, namun lebih mengutamakan keuntungan. 2
Pelaku usaha lebih dilindungi pemerintah karena dianggap memiliki jasa besar dalam menopang perekonomian negara.
3 Pihak pelaku usaha mudah membeli kekuasaan untuk melindungi
kepentingannya terhadap tuntutan nasabah.
commit to user 69
4 Konsumen merasa rugi jika harus menuntut pelaku usaha karena antara
biaya yang dikeluarkan lebih besar daripada ganti rugi yang didapatkan M. Ali Mansyur, 2007: 151.
Hal diatas merupakan beberapa hambatan dalam penegakkan perlindungan hukum bagi para nasabah bank yang memperjuangkan
haknya, karena posisi bank lebih kuat dibandingkan nasabahnya. Hak yang diperjuangkan dan yang sering dituntut oleh nasabah jika terjadi masalah
dalam hal transfer dana via ATM ini adalah hak atas informasi dan hak atas ganti kerugian yang diderita.
c. Salah satu masalah hukum yang utama dalam transfer dana secara
elektronik adalah masalah pembuktian. Hukum secara tradisional tidak dapat memfasilitasi data komputer sebagai alat bukti. Akan tetapi
perkembangan sekarang baik di negara dengan sistem
Civil Law
maupun
Common Law
sampai batas-batas tertentu telah mengakui
Admisibility
dari data komputer sebagai alat bukti Munir Fuady, 2004: 138. Permasalahan hukum yang seringkali dihadapi adalah ketika terkait
dengan penyampaian informasi, komunikasi, danatau transaksi secara elektronik, khususnya dalam hal pembuktian. Dalam transfer dana
menggunakan ATM perihal “pembuktian” sedikit sulit bagi nasabah yang mengalami masalah. Jika kerugian yang terjadi bukan karena kesalahan
nasabah, terkadang susah untuk membuktikan hal tersebut, karena dalam penggunaan ATM dalam transfer dana tidak ada pihak lain yang
menyaksikan selain nasabah sendiri, nasabah tidak cukup pengetahuan mengenai ATM, bukti transaksi berupa struk belum menjamin sepenuhnya
kepentingan nasabah akan terlindungi. 3.
Perlindungan Hukum Bagi Nasabah Dalam Transfer Dana Menggunakan ATM Di Indonesia dalam suatu negara hukum, supremasi hukum seharusnya
memberikan perlindungan pada masyarakat dan memperlakukan tiap-tiap
commit to user 70
warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan dan memberikan persamaan kedudukan hukum setiap orang
Pasal 27 UUD 1945 M. Ali Mansyur, 2007: 93.
Perlindungan hukum bagi nasabah di Indonesia sejak awal telah diamanatkan didalam Undang-Undang Dasar 1945, selain Pasal 27 UUD 1945
didalam ketentuan yang mengatur tentang Hak Asasi Manusia juga memberikan perlindungan hukum bagi Warga Negara Indonesia yaitu Pasal 28
dan Bab XA Pasal 28 D Ayat 1 yang menyatakan “ Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan kepastian hukum yang adil serta
perlakuan yang sama di hadapan hukum”. UUD 1945 merupakan pedoman awal yang memberikan perlindungan hukum bagi warga Negara Indonesia.
Maka dari itu, perlindungan hukum bagi nasabah bank dalam transfer dana menggunakan ATM, dapat dilihat dan dikaji dari beberapa hal sebagai berikut:
a. Bentuk Perlindungan Bagi Nasabah Bank Dalam Transfer Dana
Menggunakan ATM. Bentuk perlindungan ini, antara lain dapat dilihat menurut pendapat:
1 Marulak Pardede, menyatakan bahwa dalam sistem perbankan
Indonesia, mengenai perlindungan terhadap nasabah penyimpan dana, dapat dilakukan dengan 2 dua cara :
a Perlindungan secara implisit
Implisit deposit protection
, yaitu perlindungan yang dihasilkan oleh pengawasan dan pembinaan
bank yang efektif, yang dapat menghindarkan terjadinya kebangkrutan bank. Perlindungan ini dapat di peroleh melalui
Peraturan perundang-undangan di Bidang Perbankan, pengawasan dan pembinaan yang efektif oleh Bank Indonesia, upaya menjaga
kelangsungan usaha bank pada khususnya dan perlindungan terhadap sistem perbankan pada umumnya, memelihara tingkat
kesehatan bank, melakukan usaha dengan prinsip kehati-hatian,
commit to user 71
cara pemberian kredit yang tidak merugikan bank dan kepentingan nasabah serta menyediakan informasi risiko pada nasabah
Hermansyah: 2008:133. Perlindungan ini merupakan usaha dari perbankan sebagai
awal untuk mengantisipasi serta melindungi kepentingan nasabah terkait juga dengan transfer dana melalui ATM. Perlindungan
implisit bagi transfer dana via ATM ini dapat dilakukan dengan prinsip kehati-hatian serta menyediakan informasi risiko pada
nasabah. b
Perlindungan secara eksplisit
Explicit deposit protection
, yaitu perlindungan melalui pembentukan suatu lembaga yang menjamin
simpanan masyarakat. Perlindungan ini diperoleh melalui pembentukan lembaga yang menjamin simpanan, sebagaimana
diatur dalam Keputusan Presiden RI No. 26 Tahun 1998 tentang Jaminan Terhadap Kewajiban Bank Umum Hermansyah, 2008:
133. Saat ini Lembaga Penjamin Simpanan telah ada di Indonesia dan diatur dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2004 Tentang
Lembaga Penjamin Simpanan. Lembaga Penjamin Simpanan diperlukan dalam rangka melindungi kepentingan nasabah dan
sekaligus meningkatkan kepercayaan nasabah terhadap bank. Perlindungan ini sangat diperlukan mengingat jika terjadi kerugian
transfer dana dalam hal ini menggunakan ATM terjadi dalam jumlah besar.
2 Menurut Hermansyah, perlindungan bagi nasabah bank adalah terdiri
dari : a
Perlindungan Langsung Perlindungan secara langsung oleh dunia perbankan adalah
suatu perlindungan yang diberikan pada nasabah penyimpan dana secara langsung terhadap kemungkinan timbulnya risiko kerugian
commit to user 72
dari kegiatan usaha yang dilakukan oleh bank. Perlindungan ini terdiri atas Hak Preferen Nasabah Penyimpan Dana dan
pembentukan Lembaga Asuransi Deposito. Perlindungan kepada kepentingan nasabah penyimpan dana
yang lebih diutamakan dibandingkan dengan nasabah non debitur dan non deposan. Karena nasabah penyimpan dana menyimpankan
dananya di bank, sehingga bank berkewajiban untuk menjaga keamanan simpanan tersebut. Hal ini berlaku juga untuk
perlindungan terhadap nasabah penyimpan dana suatu bank jika terjadi permasalahan dari transfe dana yang dilakukan melalui
ATM. Indonesia tidak memiliki Lembaga Asuransi Deposito untuk menjamin simpanan nasabah tetapi Indonesia memiliki Lembaga
Penjamin Simpanan dalam rangka melindungi kepentingan nasabah dan sekaligus meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada bank
Hermansyah, 2008: 145. b
Perlindungan Tidak Langsung Perlindungan secara tidak langsung oleh dunia perbankan
terhadap kepentingan nasabah penyimpan dana adalah suatu perlindungan hukum yang diberikan kepada nasabah penyimpan
dana terhadap segala risiko kerugian yang timbul dari suatu kebijaksanaan atau timbul dari kegiatan usaha yang dilakukan oleh
bank. Hal ini adalah suatu upaya tindakan pencegahan secara internal melalui Prinsip Kehati-hatian, Batas Maksimum Pemberian
Kredit BMPK, Mengumumkan Neraca Dan Perhitungan Laba Rugi, Merger, Konsolidasi dan Akuisisi Bank Hermansyah,
2008: 134-142.
Terkait dengan transfer dana via ATM, perlindungan tidak langsung dapat dilakukan dengan menerapkan prinsip kehati-
commit to user 73
hatian, hal ini diperlukan dalam menjalankan usaha bank untuk memberikan kenyamanan dan keamanan dalam pelayanan kepada
nasabah dan dapat menjaga serta melindungi nasabah jika terjadi permasalahan dalam menggunakan produk perbankan.
b. Perlindungan Hukum Bagi Nasabah Bank Dalam Transfer Dana
Menggunakan ATM. Perlindungan yang diberikan oleh hukum bagi nasabah dapat dilihat dari:
1 Arsitektur Perbankan Indonesia API
API sendiri merupakan suatu cetak biru sistem perbankan nasional yang terdiri dari enam pilar untuk mewujudkan visi sistem perbankan
yang sehat, kuat, dan efisien guna menciptakan kestabilan sistem keuangan dalam rangka membantu mendorong pertumbuhan ekonomi
nasional. Dalam
enam pilar
API, perlindungan
konsumen terakomodasi didalam pilar yang ke enam yaitu perlindungan dan
pemberdayaan nasabah. Seringkali nasabah berada diposisi yang lemah dan kurang diuntungkan. Untuk mengatasi masalah tersebut perbankan
dan masyarakat didalam API memiliki agenda untuk meningkatkan perlindungan konsumen yaitu nasabah dengan cara menyusun
mekanisme pengaduan nasabah, membentuk mediasi perbankan, meningkatkan transparasi informasi produk dan melakukan edukasi
produk-produk dan jasa bank, termasuk risiko yang dihadapi nasabah kepada masyarakat luas. Dari beberapa program tersebut pendirian
ombudsman
untuk konsumen jasa perbankan merupakan suatu hal baru karena kita belum memiliki lembaga khusus yang menangani sengketa
antara nasabah dengan bank Hermansyah, 2008: 188-190.
commit to user 74
2 Undang- Undang Nomor 7 Tahun 1992 jo. Undang-Undang Nomor 10
Tahun 1998 Tentang Perbankan. Didalam Pasal-Pasal Undang-Undang Perbankan ini, dapat
diketahui bahwa terdapat ketentuan yang memberikan perlindungan hukum bagi nasabah bank, terkait juga dengan perlindungan dalam hal
transfer dana melalui penggunaan ATM. Ketentuan pasal-pasal tersebut dalam Undang- Undang ini antara lain:
a Perlindungan hukum diberikan dengan memperhatikan prinsip
kehati-hatian yang didasarkan pada Pasal 2 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 jo. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998.
Pasal 2 berbunyi “Perbankan Indonesia dalam melaksanakan usahanya berasaskan demokrasi ekonomi dengan menggunakan
prinsip kehati-hatian”. b
Pasal 29 ayat 2 berbunyi “ Bank wajib memelihara tingkat kesehatan bank sesuai dengan ketentuan kecukupan modal, kualitas
asset, kualitas manajemen, likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, dan aspek lain yang behubungan dengan usaha bank, dan wajib
melakukan kegiatan usaha sesuai dengan prinsip kehati-hatian”. c
Pasal 29 Ayat 3 berbunyi “Dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah dan melakukan kegiatan
usaha lainnya bank wajib menempuh cara-cara yang tidak merugikan bank dan kepentingan nasabah yang mempercayakan
dananya kepada bank”. d
Pasal 29 Ayat 4 berbunyi “Untuk kepentingan nasabah, bank wajib menyediakan informasi mengenai kemungkinan terjadinya
risiko kerugian sehubungan dengan transaksi nasabah yang dilakukan melalui bank”.
commit to user 75
e Pasal 37 B Ayat 1 berbunyi “Setiap bank wajib menjamin dana
masyarakat yang disimpan pada bank yang bersangkutan”. f
Pasal 37 B Ayat 2 berbunyi “Untuk menjamin simpanan masyarakat pada bank sebagaimana dimaksud dalam Ayat 1
dibetuk Lembaga Penjamin Simpanan” Undang- Undang Nomor 7 Tahun 1992 jo. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998
Tentang Perbankan.
3 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan
Konsumen. Undang-Undang Perlindungan Konsumen sering disebut dengan
UUPK. Undang-Undang Perlindungan Konsumen pada dasarnya bukan merupakan awal dan akhir dari hukum yang mengatur Perlindungan
Konsumen, sebab sebelumnya telah ada peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang perlindungan konsumen terkait dalam
permasalahan ini adalah Undang-Undang Perbankan M. Ali Mansyur, 2007: 95. Perlindungan bagi nasabah tidak hanya diatur didalam
hukum perbankan tetapi juga telah diakomodir didalam ketentuan Undang-Undang Perlindungan Konsumen. Hubungan perlindungan
nasabah dengan perlindungan didalam Undang-Undang ini adalah karena nasabah merupakan konsumen jasa perbankan. Dalam penelitian
ini dimana dikhususkan bahwa nasabah sebagai konsumen jasa perbankan dalam transaksi transfer dana menggunakan ATM.
Undang-Undang Perlindungan Konsumen dibentuk untuk mewujudkan keseimbangan perlindungan kepentingan konsumen dan
pelaku usaha sehingga tercipta perekonomian yang sehat. Perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum
untuk memberi perlindungan kepada konsumen Pasal 1 Ayat 1 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan
commit to user 76
Konsumen. Pasal 2 Undang-Undang Perlindungan Konsumen menyatakan bahwa Perlindungan konsumen berasaskan manfaat,
keadilan, keseimbangan, keamanan dan keselamatan konsumen, serta kepastian hukum.
Perlindungan konsumen diselenggarakan sebagai usaha bersama berdasarkan 5 lima asas yang relevan dalam pembangunan nasional,
yaitu : a
Asas manfaat dimaksudkan untuk mengamanatkan bahwa segala upaya dalam menyelenggarakan perlindungan konsumen harus
memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi kepentingan konsumen dan pelaku usaha secara keseluruhan.
b Asas keadilan dimaksudkan agar partisipasi seluruh rakyat dapat
diwujudkan secara maksimal dan memberikan kesempatan kepada konsumen dan pelaku usaha unuk memperoleh haknya dan
melaksanakan kewajibannya secara adil. c
Asas keseimbangan
dimaksudkan untuk
memberikan keseimbangan antara kepentingan konsumen, pelaku usaha, dan
pemerintah dalam arti materiil dan spiritual. d
Asas keamanan dan keselamatan konsumen dimaksudkan untuk memberikan jaminan atas keamanan dan keselamatan kepada
konsumen dalam penggunaan, pemakaian, dan pemanfaatan barang danatau jasa yang dikonsumsi atau digunakan.
e Asas kepastian hukum dimaksudkan agar pelaku usaha maupun
konsumen menaati hukum dan memperoleh keadilan dalam menyelenggarakan perlindungan konsumen, serta negara menjamin
kepastian hukum.
commit to user 77
Kelima asas yang disebutkan dalam pasal tersebut, bila diperhatikan substansinya, dapat dibagi mejadi 3 tiga asas, yaitu:
a Asas kemanfaatan yang didalamnya meliputi asas keamanan dan
keselamatan konsumen, b
Asas keadilan yang didalamnya meliputi asas kesimbangan, dan c
Asas kepastian hukum Ahmadi Miru, Sutarman Yudo, 2008: 25- 26.
Dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen diatur mengenai ketentuan-ketentuan yang berkaitan dengan perlindungan konsumen
khususnya dalam hal perlindungan nasabah bank dari jasa yang dibelididapatkan dari pelaku usaha. Ketentuan UUPK yang melindungi
nasabah sebagai konsumen jasa perbankan yang terkait dengan transfer dana melalui ATM, antara lain sebagai berikut:
a BAB III tentang Hak dan Kewajiban Bagian Pertama, Pasal 4
Tentang Hak Konsumen, yaitu: 1
hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang danatau jasa Pasal 4 huruf a;
2 hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai
kondisi dan jaminan barang danatau jasa Ayat Pasal 4 huruf c;
3 hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang
danatau jasa yang digunakan Pasal 4 huruf d; 4
hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut
Pasal 4 huruf e; 5
hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen Pasal 4 huruf f;
commit to user 78
6 hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur
serta tidak diskriminatif Pasal 4 huruf g; 7
hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi danatau penggantian, apabila barang danatau jasa yang diterima tidak
sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya Pasal 4 huruf h;
8 hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-
undangan lainnya Pasal 4 huruf i Pasal 4 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.
Hak nasabah sebagai konsumen jasa perbankan dalam hal transaksi transfer dana menggunakan ATM, juga merupakan hak
konsumen yang tersebut didalam pasal-pasal Undang-Undang Perlindungan Konsumen diatas.
b BAB III tentang Hak dan Kewajiban Bagian Kedua Pasal 7
Tentang Kewajiban Pelaku Usaha, yaitu : 1
beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya Pasal 7 huruf a;
2 memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai
kondisi dan jaminan barang danatau jasa serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan Pasal 7
huruf b; 3
memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif Pasal 7 huruf c;
4 menjamin mutu barang danatau jasa yang diproduksi danatau
diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang danatau jasa yang berlaku Pasal 7 huruf d;
commit to user 79
5 memberi kompensasi, ganti rugi danatau penggantian atas
kerugian akibat penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang danatau jasa yang diperdagangkan Pasal 7 huruf f
Pasal 7 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.
Pasal tersebut merupakan kewajiban yang harus dipenuhi bank sebagai pelaku usaha dalam melaksanakan tugas dan fungsi serta
kegiatan usahanya yang ditawarkan kepada masyarakat. c
BAB IV tentang Perbuatan Yang Dilarang Bagi Pelaku Usaha, dalam Pasal 18 Ayat 1 huruf a yang menyatakan bahwa pelaku
usaha dilarang memproduksi danatau memperdagangkan barang danatau jasa yang tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan
standar yang dipersyaratkan dan ketentuan peraturan perundang- undangan. Pasal ini jika dikaitkan dengan produk bank yaitu
transfer dana melalui ATM, pihak bank wajib menyediakan sarana transfer dana dan perangkat yang digunakan sesuai dengan standar
kelayakan transfer dana.
d BAB V tentang Ketentuan Pencantuman Klausula Baku. Dalam
Pasal 18 yang menyatakan Pelaku usaha dalam menawarkan barang danatau jasa yang ditujukan untuk diperdagangkan dilarang
membuat atau mencantumkan klausula baku pada setiap dokumen danatau perjanjian apabila:
1 menyatakan pengalihan tanggung jawab pelaku usaha Pasal
18 Ayat 1 huruf a; 2
mengaturperihal pembuktian atas hilangnya kegunaan barang atau pemanfaatan jasa yang dibeli konsumen Pasal 18 Ayat
1 huruf e
commit to user 80
3 menyatakan tunduknya konsumen kepada peraturan yang
berupa aturan baru, tambahan, lanjutan danatau pengubahan lanjutan yang dibuat sepihak oleh pelaku usaha dalam masa
konsumen memanfaatkan jasa yang dibelinya Pasal 18 Ayat 1 huruf g Pasal 18 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999
Tentang Perlindungan Konsumen.
Antara nasabah dan bank terikat suatu perjanjian. Perjanjian yang disepakati merupakan perjanjian yang dibuat secara sepihak
oleh pihak bank, sehingga didalam perjanjian tersebut terdapat beberapa klausula baku. Nasabah terkait dengan klausula baku
yang ditawarkan bank, hanya dapat bersikap menerima atau menolak, karena dalam pembuatan perjanjian yang mengikat antara
bank dan nasabah dan segala ketentuan didalam perjanjian itu dibuat secara sepihak oleh bank, tanpa keikutsertaan nasabah. Dari
klausula baku yang ada nasabah hanya memiliki pilihan menerima atau menolak untuk mengikatkan dirinya dengan bank.
e BAB VI tentang Tanggung Jawab Pelaku Usaha.
1 Pasal 19, menyatakan:
a Pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi
atas kerusakan, pencemaran, danatau kerugian konsumen akibat mengkonsumsi barang danatau jasa yang
dihasilkan atau diperdagangkan Pasal 19 Ayat 1. b
Ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dapat berupa pengembalian uang atau penggantian barang
danatau jasa yang sejenis atau setara nilainya, atau perawatan kesehatan danatau pemberian santunan yang
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku Pasal 19 Ayat 2.
commit to user 81
c Pemberian ganti rugi dilaksanakan dalam tenggang waktu
7 tujuh hari setelah tanggal transaksi Pasal 19 Ayat 3. d
Pemberian ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2 tidak menghapuskan kemungkinan adanya
tuntutan pidana berdasarkan pembuktian lebih lanjut mengenai adanya unsur kesalahan Pasal 19 Ayat 4.
e Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2
tidak berlaku apabila pelaku usaha dapat membuktikan bahwa kesalahan tersebut merupakan kesalahan konsumen
Pasal 19 Ayat 5 Pasal 19 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen. Pasal ini
merupakan pengecualian dalam hal tanggung jawab Pelaku usaha dalam hal ini yaitu bank.
2 Pasal 23 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang
Perlindungan Konsumen mengatur mengenai “Pelaku usaha yang menolak danatau tidak memberi tanggapan danatau
tidak memenuhi ganti rugi atas tuntutan konsumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat 1, ayat 2, ayat
3, dan ayat 4, dapat digugat melalui badan penyelesaian sengketa konsumen atau mengajukan ke badan peradilan di
tempat kedudukan konsumen”. 3
Pasal 28 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen mengatur “Pembuktian terhadap ada
tidaknya unsur kesalahan dalam gugatan ganti rugi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19, Pasal 22, dan Pasal 23
merupakan beban dan tanggung jawab pelaku usaha”. Pasal ini mengamanatkan bahwa beban pembuktian jika terdapat
permasalahan merupakan tanggung jawab bank.
commit to user 82
f BAB IX Pasal 44 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang
Perlindungan Konsumen mengatur tentang Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat. Pasal 44 Ayat 3 menyatakan
Tugas lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat meliputi kegiatan:
1 menyebarkan informasi dalam rangka meningkatkan kesadaran
atas hak dan kewajiban dan kehati-hatian konsumen dalam mengkonsumsi barang danatau jasa Pasal 44 huruf a;
2 memberikan nasihat kepada konsumen yang memerlukannya
Pasal 44 huruf b; 3
bekerja sama dengan instansi terkait dalam upaya mewujudkan perlindungan konsumen Pasal 44 huruf c;
4 membantu konsumen dalam memperjuangkan haknya,
termasuk menerima keluhan atau pengaduan konsumen Pasal 44 huruf d;.
5 melakukan pengawasan bersama pemerintah dan masyarakat
terhadap pelaksanaan perlindungan konsumen Pasal 44 huruf e Pasal 44 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang
Perlindungan Konsumen.
g BAB X tentang Penyelesaian Sengketa Konsumen
1 Bagian Pertama, yaitu:
a Pasal 45 Ayat 1 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999
Tentang Perlindungan Konsumen menyatakan “setiap konsumen yang dirugikan dapat menggugat pelaku usaha
melalui lembaga yang bertugas menyelesaikansengketa antara konsumen dan pelaku usaha atau melalui peradilan
yang berada dilingkungan peradilan umum”. b
Pasal 45 Ayat 2 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang
Perlindungan Konsumen
menyatakan
commit to user 83
“penyelesaian sengketa konsumen dapat ditempuh melalui Pengadilan atau diluar Pengadilan berdasarkan pilihan
sukarela para pihak yang bersengketa”.
2 Bagian Kedua yaitu Pasal 47 Undang-Undang Nomor 8 Tahun
1999 Tentang
Perlindungan Konsumen,
mengatur Penyelesaian Sengketa di luar Pengadilan. “Penyelesaian
sengketa konsumen di luar pengadilan diselenggarakan untuk mencapai kesepakatan mengenai bentuk dan besarnya ganti
rugi danatau mengenai tindakan tertentu untuk menjamin tidak akan terjadi kembali atau tidak akan terulang kembali
kerugian yang diderita oleh konsumen”.
h BAB XI yaitu Pasal 49 Ayat 1 mengatur mengenai Badan
Penyelesaian Sengketa Konsumen BPSK yaitu “Pemerintah membentuk badan penyelesaian sengketa konsumen di Daerah
Tingkat II untuk penyelesaian sengketa konsumen di luar pengadilan”.
4 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik. Kehadiran Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik, merupakan ketentuan baru yang memberikan perlindungan baru terhadap perlindungan hukum bagi
nasabah bank dalam transaksi transfer dana menggunakan ATM. Transfer dana menggunakan ATM merupakan salah satu bentuk dari
transaksi elektronik di bidang perbankan. Maka dengan hadirnya Undang-Undang ini semakin melengkapi Peraturan perundang-
undangan terdahulu yang memberikan perlindungan hukum bagi nasabah yaitu Undang-Undang Perlindungan Konsumen dan Undang-
commit to user 84
Undang Perbankan. Adanya Undang-Undang ini merupakan usaha pemerintah untuk memberikan perlindungan bagi masyarakat pengguna
teknologi, yang sering bertransaksi melalui suatu perangkat elektronik. Hal ini tentunya juga sangat terkait dengan kegiatan usaha perbankan
dalam memberikan jasa pelayanan transfer dana menggunakan ATM. Sehingga hadirnya Undang-Undang ini dapat juga melindungi nasabah
bank, dikarenakan Undang-Undang Perbankan yang ada belum mengatur tentang perlindungan nasabah bank dalam transaksi
perbankan secara elektronik, jika dikaitkan dalam permasalahan ini khususnya mengenai transfer dana menggunakan ATM.
Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Transaksi Elektronik dilaksanakan berdasarkan asas kepastian hukum, manfaat, kehati-
hatian, itikad baik, dan kebebasan memilih teknologi atau netral teknologi Pasal 3 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik. Penjabaran Asas tersebut antara lain:
a “Asas kepastian hukum” berarti landasan hukum bagi pemanfaatan
Teknologi Informasi dan Transaksi Elektronik serta segala sesuatu yang
mendukung penyelenggaraannya
yang mendapatkan
pengakuan hukum di dalam dan di luar pengadilan. b
“Asas manfaat” berarti asas bagi pemanfaatan Teknologi Informasi dan Transaksi Elektronik diupayakan untuk mendukung proses
berinformasi sehingga
dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
c “Asas kehati-hatian” berarti landasan bagi pihak yang bersangkutan
harus memperhatikan
segenap aspek
yang berpotensi
mendatangkan kerugian, baik bagi dirinya maupun bagi pihak lain dalam pemanfaatan Teknologi Informasi dan Transaksi Elektronik.
commit to user 85
d “Asas iktikad baik” berarti asas yang digunakan para pihak dalam
melakukan Transaksi Elektronik tidak bertujuan untuk secara sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum mengakibatkan
kerugian bagi pihak lain tanpa sepengetahuan pihak lain tersebut. e
“Asas kebebasan memilih teknologi atau netral teknologi” berarti asas pemanfaatan Teknologi Informasi dan Transaksi Elektronik
tidak terfokus pada penggunaan teknologi tertentu sehingga dapat mengikuti perkembangan pada masa yang akan datang.
Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Transaksi Elektronik dilaksanakan dengan tujuan untuk:
a mencerdaskan kehidupan bangsa sebagai bagian dari masyarakat
informasi dunia Pasal 4 huruf a; b
mengembangkan perdagangan dan perekonomian nasional dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat Pasal 4 huruf
b; c
meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan publik Pasal 4 huruf c;
d membuka kesempatan seluas-luasnya kepada setiap Orang untuk
memajukan pemikiran dan kemampuan di bidang penggunaan dan pemanfaatan Teknologi Informasi seoptimal mungkin dan
bertanggung jawab Pasal 4 huruf d; e
memberikan rasa aman, keadilan, dan kepastian hukum bagi pengguna dan penyelenggara Teknologi Informasi Pasal 4 huruf
e Pasal 4 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.
commit to user 86
Didalam Undang Undang Informasi dan Transaksi Elektronik ini yang mengatur perlindungan nasabah bank sebagai pengguna transaksi
elektronik dalam hal transfer dana via ATM, adalah ketentuan pasal sebagai berikut:
a BAB III tentang Informasi, dokumen, dan tanda tangan elektronik.
1 Pasal 5, berbunyi:
a Informasi Elektronik danatau Dokumen Elektronik danatau
hasil cetaknya sebagaimana dimaksud pada ayat 1 merupakan perluasan dari alat bukti yang sah sesuai dengan
Hukum Acara yang berlaku di Indonesia Pasal 5 Ayat 2. b
Informasi Elektronik
danatau Dokumen
Elektronik dinyatakan sah apabila menggunakan Sistem Elektronik
sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang ini Pasal 5 Ayat 3.
Hasil cetak dari transaksi transfer dana melalui ATM yang dilakukan nasabah berupa struk adalah sah sebagai alat
bukti. Jika ada ATM yang tidak mengeluarkan bukti struk, maka data transfer yang ada pada sistem elektronik yang
digunakan di ATM milik Bank, dapat menjadi alat bukti yang sah pula. Didalam struk ini terdapat informasi elektronik,
misalnya tanggal dan waktu pengiriman, nomor kartu, nama pengirim, nama bank asal, nama bank tujuan, nomor rekening
bank tujuan, nama penerima dan jumlah dana yang ditransfer. 2
Pasal 7, menyatakan: “Setiap Orang yang menyatakan hak, memperkuat hak yang
telah ada, atau menolak hak orang lain berdasarkan adanya Informasi Elektronik danatau Dokumen Elektronik harus
commit to user 87
memastikan bahwa Informasi Elektronik danatau Dokumen Elektronik yang ada padanya berasal dari Sistem Elektronik yang
memenuhi syarat berdasarkan Peraturan Perundang-undangan”. Pasal ini mengisyaratkan mengenai “pembuktian” jika
nasabah atau bank dalam hal transfer dana via ATM mengalami masalah yang menyebabkan kerugian, maka para pihak berhak
untuk menyatakan hak-haknya, asalkan permasalahan tersebut memang berasal dari ATM resmi milik bank yang sudah sesuai
dengan standar kelayakan. 3
Pasal 9, menyatakan: “Pelaku usaha yang menawarkan produk melalui Sistem
Elektronik harus menyediakan informasi yang lengkap dan benar berkaitan dengan syarat kontrak, produsen, dan produk yang
ditawarkan”. Hal ini merupakan kewajiban yang harus dipenuhi bank sebagai pelaku usaha dalam menawarkan produk transfer
dana melalui ATM. b
BAB IV tentang Penyelenggaraan Sertifikasi Elektronik dan Sistem Elektronik, Bagian Kedua, terdiri dari:
1 Pasal 15 menyatakan:
a Setiap
Penyelenggara Sistem
Elektronik harus
menyelenggarakan Sistem Elektronik secara andal dan aman serta bertanggung jawab terhadap beroperasinya
Sistem Elektronik sebagaimana mestinya Pasal 15 Ayat 1.
b Penyelenggara Sistem Elektronik bertanggung jawab
terhadap Penyelenggaraan Sistem Elektroniknya Pasal 15 Ayat 2.
commit to user 88
c Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 2 tidak
berlaku dalam hal dapat dibuktikan terjadinya keadaan memaksa, kesalahan, danatau kelalaian pihak pengguna
Sistem Elektronik Pasal 15 Ayat 3. Dalam Pasal tersebut ada kewajiban bank sebagai
penyelenggara sistem elektronik untuk menyelenggarakan sistem elektronik secara andal, aman, beroperasi sebagaimana
mestinya dan bertanggung jawab. Andal artinya sistem elektronik memiliki kemampuan yang sesuai dengan kebutuhan
penggunaannya, aman artinya sistem elektronik terlindungi secara fisik dan nonfisik, beroperasi sebagaimana mestinya
artinya sistem elektronik memiliki kemampuan sesuai dengan spesifikasinya. Bertanggung jawab artinya ada subjek hukum
yang bertanggung
jawab secara
hukum terhadap
penyelenggaraan sistem elektronik tersebut. Bank wajib bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan
sistem elektroniknya terkait dengan sistem elektronik yang digunakan dalam transfer dana yaitu ATM. Bank bebas dari
pertanggungjawaban jika risiko muncul akibat keadaan memaksa
overmacht
, kesalahan maupun kelalaian dari pihak lain.
2 Pasal 16, menyatakan:
a Sepanjang tidak ditentukan lain oleh undang-undang
tersendiri, setiap Penyelenggara Sistem Elektronik wajib mengoperasikan Sistem Elektronik yang memenuhi
persyaratan minimum sebagai berikut Pasal 16 Ayat 1: i
Dapat menampilkan kembali Informasi Elektronik danatau Dokumen Elektronik secara utuh sesuai
commit to user 89
dengan masa retensi yang ditetapkan dengan Peraturan Perundang-undangan Pasal 16 Ayat 1 huruf a;
ii Dapat melindungi ketersediaan, keutuhan, keotentikan,
kerahasiaan, dan keteraksesan Informasi Elektronik dalam Penyelenggaraan Sistem Elektronik tersebut
Pasal 16 Ayat 1 huruf b; iii
Dapat beroperasi sesuai dengan prosedur atau petunjuk dalam Penyelenggaraan Sistem Elektronik tersebut
Pasal 16 Ayat 1 huruf c; iv
Dilengkapi dengan prosedur atau petunjuk yang diumumkan dengan bahasa, informasi, atau simbol
yang dapat dipahami oleh pihak yang bersangkutan dengan Penyelenggaraan Sistem Elektronik tersebut
Pasal 16 Ayat 1 huruf d; v
Memiliki mekanisme yang berkelanjutan untuk menjaga
kebaruan, kejelasan,
dan kebertanggungjawaban prosedur atau petunjuk Pasal
16 Ayat 1 huruf e. Dalam penyelenggaraan Produk layanan transfer dana
menggunakan ATM, bank harus memperhatikan hal didalam pasal diatas dan dalam sistem elektronik yang digunakan
didalam ATM harus memenuhi persyaratan tersebut. c
BAB V tentang Transaksi Elektronik, Pasal 21, menyatakan 1
Pengirim atau Penerima dapat melakukan Transaksi Elektronik sendiri, melalui pihak yang dikuasakan olehnya, atau melalui
Agen Elektronik Pasal 21 Ayat 1.
commit to user 90
2 Pihak yang bertanggung jawab atas segala akibat hukum dalam
pelaksanaan Transaksi Elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diatur sebagai berikut:
a jika dilakukan sendiri, segala akibat hukum dalam
pelaksanaan Transaksi Elektronik menjadi tanggung jawab para pihak yang bertransaksi Pasal 21 Ayat 2 huruf a;
b jika dilakukan melalui Agen Elektronik, segala akibat
hukum dalam pelaksanaan transaksi elektronik menjadi tanggung jawab penyelenggara Agen Elektronik Pasal 21
Ayat 2 huruf c; 3
Jika kerugian
Transaksi Elektronik
disebabkan gagal
beroperasinya Agen Elektronik akibat tindakan pihak ketiga secara langsung terhadap Sistem Elektronik, segala akibat
hukum menjadi tanggung jawab penyelenggara Agen Elektronik Pasal 21 Ayat 3.
4 Jika
kerugian Transaksi
Elektronik disebabkan
gagal beroperasinya Agen Elektronik akibat kelalaian pengguna jasa
layanan, segala akibat hukum menjadi tanggung jawab pengguna jasa layanan Pasal 21 Ayat 4.
5 Ketentuan sebagaimana dimaksud pada Ayat 2 tidak berlaku
dalam hal dapat dibuktikan terjadinya keadaan memaksa, kesalahan, danatau kelalaian pihak pengguna Sistem Elektronik
Pasal 21 Ayat 5. Penyelenggara sistem elektronik bank sebagai penyedia Agen
Elektronik yaitu mesin ATM tidak akan bertanggungjawab jika dapat dibuktikan bahwa permasalahan yang terjadi dalam transfer
commit to user 91
dana via ATM bukan disebabkan oleh kesalahannya dan adanya keadaan memaksa.
d Bab VI Tentang Nama Domain, Hak Kekayaan Intelektual, dan
Perlindungan Hak Pribadi, Pasal 26, yaitu: 1
Kecuali ditentukan lain oleh Peraturan Perundang-undangan, penggunaan setiap informasi melalui media elektronik yang
menyangkut data pribadi seseorang harus dilakukan atas persetujuan orang yang bersangkutan Pasal 26 Ayat 1;
2 Setiap orang yang dilanggar haknya sebagaimana dimaksud
pada ayat 1 dapat mengajukan gugatan atas kerugian yang ditimbulkan berdasarkan undang-undang ini Pasal 26 Ayat 2.
Pasal diatas menunjukkan adanya perlindungan bagi data pribadi nasabah pengguna layanan ATM, dimana orang lain
yang tanpa persetujuan dari pemilik data sebenarnya dilarang menggunakan informasi data tersebut untuk mengakses sistem
informasi data elektronik milik orang lain. e
Bab VII Tentang Perbuatan Yang Dilarang, terdiri dari Pasal 28 Ayat 1, Pasal 30 Ayat 1 dan Ayat 2 dan Ayat 3, Pasal 32 Ayat 2,
Pasal 34 Ayat 1, Pasal 35, serta Pasal 36, dimana dari Pasal-pasal tersebut melarang setiap orang yang tidak memiliki hak, memasuki
menggunakan informasi elektronik milik orang lain untuk kepentingan mendapatkan keuntungan dari informasi elektronik
orang lain sehingga membuat kerugian bagi pemilik asli dari informasi yang digunakan. Perlindungan yang diberikan Undang-
undang ini terkait dengan transfer dana secara elektronik dalam hal ini adalah melalui ATM, jika hal-hal dalam pasal tersebut dilanggar
dan dapat merugikan nasabah yang melakukan transfer dana melalui ATM, maka bagi pelanggaranya akan dikenakan sanksi pidana
commit to user 92
sebagaimana yang di atur dalam Ketentuan Pidana pada BAB XI Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik. f
Bab VIII tentang Penyelesaian Sengketa, terdiri dari: 1
Pasal 38, menyatakan: a
Setiap Orang dapat mengajukan gugatan terhadap pihak yang menyelenggarakan Sistem Elektronik danatau menggunakan
Teknologi Informasi yang menimbulkan kerugian Pasal 38 Ayat 1.
b Masyarakat dapat mengajukan gugatan secara perwakilan
terhadap pihak yang menyelenggarakan Sistem Elektronik danatau menggunakan Teknologi Informasi yang berakibat
merugikan masyarakat, sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan Pasal 38 Ayat 2.
2 Pasal 39, mengenai penyelesaian sengketa, yaitu
a Gugatan perdata dilakukan sesuai dengan ketentuan
Peraturan Perundang-undangan Pasal 39 Ayat 1. b
Selain penyelesaian gugatan perdata sebagaimana dimaksud pada ayat 1, para pihak dapat menyelesaikan sengketa
melalui arbitrase, atau lembaga penyelesaian sengketa alternatif lainnya sesuai dengan ketentuan Peraturan
Perundang-undangan Pasal 39 Ayat 2. c.
Perlindungan Diluar Hukum Perlindungan bagi nasabah diluar hukum merupakan bagian dari usaha
yang terkait dengan perlindungan kepada nasabah bank yang diberikan oleh hukum untuk mewujudkan sistem dan kegiatan usaha perbankan yang
commit to user 93
baik. Hal tersebut terkait dengan perlindungan bagi nasabah bank dalam transaksi transfer dana menggunakan ATM dilakukan dalam bentuk:
1 Usaha Dari Bank Yang Bersangkutan
Langkah pengamanan yang dilakukan oleh bank adalah sebagai berikut:
a Penempatan pegawai yang
capable
dan jujur. b
Penempatan dan pengawasan hardware dan software dari komputer atau alat komunikasi lainnya secara rutin.
c Pemakaian
test key
yang baik. d
Standarisasi terhadap dokumentasi dan istilah yang dipakai. e
Melakukan perbaikan jika ada kekeliruan yang diberitahukan oleh pihak nasabah Munir Fuady, 2004: 124.
Usaha yang terpenting yang perlu dilakukan bank adalah meningkatkan dan memperbaiki sistem pengamanan baik dari segi
sumber daya maupun perangkat yang digunakan dalam transfer dana guna kelancaran dan keamanan transaksi perbankan, melindungi dana
nasabah serta dapat meningkatkan kepercayaan nasabah terhadap pihak bank.
2 Usaha Secara Internasional
Usaha secara internasional pengamanan transfer dana secara elektronik ini diprakarsai oleh organisasi atau komunitas perbankan
internasional yaitu Banking Committee TC 68 dari International Standard Organization ISO sehingga disebut ISO TC 68. Usaha
tersebut antara lain menyediakan: a
Format yang digunakan dalam
International Funds Transfer
. b
Penyediaan
Test Key.
c Penentuan
technical characteristic
dari kartu dengan
strip magnet.
commit to user 94
d Penentuan spesifikasi dari pertukaran
messages
untuk kartu kredit atau kartu debit.
e Standar untuk format teleks dalam instruksi transfer uang
interbank, dengan menggunakan SWIFT sebagai dasarnya Munir Fuady, 2004: 124-125.
3 Keterlibatan Pihak Nasabah Pengirim Transfer
Pihak nasabah dapat terlibat untuk mengetahui apakah terjadi penipuan atau kekeliruan yang berhubungan dengan transfer dana,
misalnya yang ada hubungannya dengan rekeningnya di bank tersebut Munir Fuady, 2004: 125. Usaha dari nasabah ini setidaknya dapat
membantu nasabah mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan akibat transfer dana melalui ATM, nasabah diharapkan juga lebih aktif dalam
memperjuangkan haknya, ditambah pula dengan menerapkan kehati- hatian dan memperhatikan langkah aman bertransaksi melalui ATM.
d. Perlindungan Berdasarkan Teori Tanggung Jawab
Hal pertanggungjawaban sangat penting dalam menyelesaikan suatu permasalahan yang terjadi. Pertanggungjawaban ini dapat memberikan
perlindungan hukum bagi pihak yang merasa dirugikan dalam penggunaan sesuatu dan perjanjian dengan pihak lain. Pihak terkait dengan transfer
dana melalui ATM adalah nasabah bank sebagai konsumen dan bank sebagai pelaku usaha. Hubungan hukum yang terjadi antara pihak
penyedia barang danatau jasa dengan konsumen melahirkan suatu hak dan kewajiban yang mendasari terciptanya suatu tanggung jawab. Tanggung
jawab merupakan bagian dari konsep kewajiban hukum Abdul Halim Barkatullah, 2009: 158.
commit to user 95
Untuk menentukan siapa yang harus bertanggung jawab dalam permasalahan transfer dana melalui ATM dapat dilihat dari beberapa teori
pertanggungjawaban sebagai berikut:
1 Prinsip Tanggung Jawab Berdasarkan Kesalahan.
Dalam hukum
Product Liability
, tanggung jawab perdata pelaku usaha atas kerugian yang dialami konsumen adalah akibat
menggunakan produk yang dihasilkan. Sistem tanggung jawab produk di Indonesia masih menggunakan prinsip tanggung jawab berdasarkan
kesalahan dengan pembuktian terbalik dan belum menerapkan sistem tanggung jawab mutlak Abdul Halim Barkatullah, 2009: 233.
Prinsip tanggung jawab berdasarkan unsur kesalahan
fault liability
dipegang teguh dalam KUHPerdata, khususnya Pasal 1365, Pasal 1366, dan Pasal 1367. Prinsip ini menyatakan, seseorang baru
dapat dimintakan pertanggungjawabannya secara hukum jika ada unsur kesalahan yang dilakukannya. Mengenai beban pembuktian,
asas tanggung jawab ini mengikuti Pasal 163
Herziene Indonesische Reglement
HIR atau Pasal 283
Rechtsreglement Buitengewesten
RBG dan Pasal 1865 KUHPerdata yang menyatakan barangsiapa yang mengaku mempunyai suatu hak, harus membuktikan adanya hak
atau peristiwa itu
actorie incumbit probation
Shidarta, 2000: 59.
Penulis berpendapat dengan pernyataan bahwa Indonesia menggunakan sistem pembuktian terbalik, meskipun pembuktian
terbalik dalam permasalahan yang diangkat diatur didalam Pasal 28 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan
Konsumen, tetapi jika melihat pada ketentuan Pasal 1865 KUHPerdata bahwa setiap orang yang menyatakan “Setiap orang yang
mendalilkan bahwa ia mempunyai sesuatu hak, atau, guna
commit to user 96
meneguhkan haknya sendiri maupun membantah suatu hak orang lain, menunjuk pada sutau peristiwa, diwajibkan membuktikan adanya hak
atau peristiwa tersebut”. Jika melihat ketentuan KUHPerdata diatas maka pihak bank maupun nasabah hendaknya sama-sama memiliki
kesempatan untuk membuktikan hak keduanya. Karena jika hanya satu pihak saja dalam hal ini pelaku usaha yaitu bank yang dibebani
pembuktian maka hal ini dapat merugikan konsumen karena bank sebagai pihak yang paling mengerti produk jasanya yang dikeluarkan
dapat menggunakan
segala cara
untuk menghindari
pertanggungjawabannya kepada konsumen dan membuktikan bahwa kesalahan dan kerugian bukan berasal dari pihaknya.
2 Ada beberapa teori hukum untuk menentukan siapakah yang
bertanggung jawab secara hukum terhadap kekeliruan penipuan dalam transaksi transfer dana, yaitu sebagai berikut :
a Dalam hal melakukan transfer dana, termasuk memilih alat kirim
yang cocok, selaku lembaga bisnis, bank memiliki kewajiban untuk berhati-hati
reasonable care
. Jika secara hukum dianggap lengah, bank tersebut harus bertanggung jawab.
b Kemungkinan pembebasan tanggung jawab bank jika terjadi
penipuankekeliruan dalam harus dengan tegas ditentukan dalam kontrak yang tertulis Munir Fuady, 2004: 126.
3 Selanjutnya, diantara pihak yang terlibat dalam proses transfer dana,
maka pihak bank yang lebih mungkin dimintai tanggung jawab, dengan alasan yuridis sebagai berikut:
a Sebab pihak bank pengirim yang menentukan dengan sistem apa
dana ditransfer, dengan siapa dia berurusan, dan kurir mana yang dipilih untuk mengirim dana tersebut.
commit to user 97
b Pihak bank pengirim akan lebih bertanggung jawab jika ada
ketentuan
understanding
baik tersurat maupun tersirat bahwa bank pengirim bertanggung jawab terhadap pelaksanaan transfer
yang patut untuk seluruh proses pengiriman tersebut. c
Apalagi di negara yang menganut ajaran bahwa pengiriman uang adalah semacam “titipan” oleh pihak pengirim kepada
bank pengirim agar dana tersebut dikirim, dimana untuk jasa tersebut, bank mendapat imbalan tertentu Munir Fuady, 2004:
142. Dalam Hukum Perdata risiko adalah “kewajiban untuk memikul
kerugian jikalau ada suatu kejadian diluar kesalahan salah satu pihak yang menimpa benda yang dimaksudkan dalam perjanjian” Subekti, 1995:
144. Jika kesalahan dapat dibuktikan bahwa nasabah yang menyebabkan kerugian akibat kesalahan dan kelalaiannya maka bank dapat lepas dari
pertanggungjawabannya. Ukuran pertama siapa yang mesti memikul risiko jika terjadi keterlambatan, kehilangan atau kerugian lainnya sementara
tidak ada satu pihak pun yang terlibat dalam mengkontribusi kesalahan, maka adalah
reasonable
jika yang harus memikul risiko adalah pihak pengirim, karena pada prinsipnya pihak pengirimlah yang berinisiatif
melakukan transfer dana dan untuk kepentingan dirinyalah transfer dana itu dilakukan Munir Fuady, 2004: 142.
Penulis kurang setuju dengan pernyataan diatas, karena jika kerugian atau risiko timbul bukan atas kesalahan nasabah, misalnya karena faktor-
faktor pada mesin ATM yang menyebabkan kerugian dalam hal transfer dana bagi nasabah, maka pihak bank seharusnya ikut bertanggung jawab.
ATM yang bermasalah terkadang bukan karena kesalahan yang dilakukan pihak bank dan juga karena pihak nasabah. Tetapi pertanggungjawabannya
bisa diserahkan kepada pemilik ATM tersebut, yaitu pihak bank. Karena
commit to user 98
pihak bank yang lebih mengetahui mengenai produk jasa yang dikeluarkannya sedangkan nasabah tidak tahu banyak mengenai jasa yang
digunakan.
Pandangan bahwa bank dibebaskan tanggung jawabnya dalam hal kesalahan atau kegagalan komputer adalah kurang tepat. Biasanya
kegagalan komputer diakibatkan oleh hal-hal yang dapat dihindari. Misalnya karena peralatan yang tidak bagus, pemakaian yang tidak tepat,
man power
yang tidak baik, dan lain-lain, yang kesemuanya dapat dielakkan. Sehingga pelepasan bank dari tanggung jawabnya hanya bisa
dilakukan jika bank dalam kasus tersebut tidak dapat diharapkan untuk dapat mencegah jenis kesalahan komputer tersebut Munir Fuady, 2004:
143-144. Hal ini juga berlaku bagi permasalahan yang terkait dengan mesin ATM saat transfer dana dilakukan.
Penggantian kerugian bisa saja terjadi jika terbukti dalam pembuktian bahwa pihak nasabah tidak melakukan kesalahan. Penggantian kerugian,
dapat dituntut menurut undang-undang berupa “
kosten, schaden en interessen
” Pasal 1234 KUHPerdata. Kerugian yang dapat dimintakan penggantian itu tidak hanya yang berupa biaya-biaya yang sungguh-
sungguh telah dikeluarkan
kosten
, atau kerugian yang sungguh-sungguh menimpa harta benda, tetapi juga berupa kehilangan keuntungan Subekti,
1995: 148. Nasabah yang dirugikan yang bukan karena kesalahannya berhak atas penggantian kerugian yang diterima akibat transfer dana
menggunakan ATM.
Dalam hal terjadi wanprestasi dalam pelaksanaan transfer dana melalui ATM, misalnya dikarenakan debitur bank yang diwakili mesin
ATM miliknya terlambat dalam memenuhi prestasi dikarenakan adanya kegagalan jaringan telekomunikasi ataupun kesalahan dan kerusakan
commit to user 99
mesin ATM yang menyebabkan dana nasabah yang ditransfer melalui ATM gagal atau terlambat, maka pihak yang bertanggung jawab atas
kerugian yang diderita kreditur nasabah bank adalah bank debitur. Wanprestasi yang dilakukan debitur tersebut menimbulkan hak bagi
kreditur untuk menuntut kerugian.
Jika dalam hal transaksi terjadi
overmacht
, yang menyebabkan transfer dana gagal tidak berjalan sebagaimana dikehendaki nasabah,
misalnya dikarenakan adanya pencurian atau karena bencana alam, maka dalam keadaan memaksa baik debitur maupun kreditur tidak dapat
dipersalahkan dan tidak dapat dimintai pertanggungjawaban sepenuhnya. Hal ini tentu dapat membebaskan kreditur melepaskan tanggungjwabnya,
namun jika melihat kembali pada hubungan kontraktual yang mengikat bank dan nasabahnya, dalam keadaan memaksa yang terjadi, bank tetap
ikut bertanggung jawab dan membantu menyelesaikan masalah yang timbul akibat jasa yang dihasilkan, karena bank sebagai debitur adalah
pihak penyelenggara jasa transfer dana melalui ATM, dimana jasa yang dihasilkan di konsumsi oleh nasabah selaku kreditur. Bank dianggap lebih
mengerti mengenai risiko akibat penggunaan ATM miliknya, demikian pula dengan risiko yang tidak dapat diperkirakan sebelum perjanjian
dibuat.
Berdasarkan pula pada asas keseimbangan dan keadilan, untuk memberikan kesempatan yang sama antara debitur dan kreditur
memperoleh hak dan melaksanakan kewajibannya secara adil serta memberikan keseimbangan kepentingan masing-masing pihak dalam
transfer dana ini, maka risiko jika terjadi
overmacht
menjadi tanggung jawab berdua antara nasabah dan bank.. Meski bank tidak dapat dimintai
pertanggung jawaban namun lebih adil jika bank bertanggung jawab karena bank adalah pemilik ATM.
commit to user 100
Perlindungan hukum bagi nasabah bank dalam transaksi transfer dana menggunakan ATM memang sangat sulit diterapkan jika harus mencari
dan menentukan siapa yang harus bertanggung jawab atas suatu risiko yang terjadi. Hal ini sangat tergantung pada “Pembuktian” para pihak baik
nasabah maupun bank dalam menghadapi kasus yang terjadi dalam transfer dana via ATM ini. Masing-masing pihak harus membuktikan
penyebab daripada kerugian yang terjadi, sehingga dapat di tentukan siapa yang harus bertanggung jawab dalam permasalahan yang timbul.
Dari uraian teori pertanggungjawaban tersebut diatas, penulis berpendapat bahwa bank banyak dituntut pertanggungjawabannya karena
bank adalah penyelenggara jasa transfer dana menggunakan ATM. Jika terdapat permasalahan yang terjadi pihak bank akan tetap ikut bertanggung
jawab karena dianggap lebih mengetahui tentang produk yang dikeluarkannya. Meskipun tidak bertanggung jawab sepenuhnya jika
permasalahan terjadi akibat keadaan memaksa, kesalahan, danatau kelalaian pihak nasabah, setidaknya bank harus ikut membantu dalam
pemecahan masalah yang ada.
B. Analisis Perlindungan Nasabah Bank Dalam Transaksi Transfer Dana