PERLINDUNGAN HUKUM BAGI NASABAH BANK DALAM TRANSAKSI TRANSFER DANA MENGGUNAKAN ANJUNGAN TUNAI MANDIRI (ATM)

(1)

commit to user

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI NASABAH BANK DALAM TRANSAKSI TRANSFER DANA MENGGUNAKAN

ANJUNGAN TUNAI MANDIRI (ATM)

Penulisan Hukum (Skripsi)

Disusun dan Diajukan untuk

Melengkapi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Derajat Sarjana S1 dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret

Surakarta

Oleh:

Vanesa Hesti Rahayu NIM. E0006243

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010


(2)

commit to user

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Penulisan Hukum (Skripsi)

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI NASABAH BANK DALAM TRANSAKSI TRANSFER DANA MENGGUNAKAN

ANJUNGAN TUNAI MANDIRI (ATM)

Oleh

Vanesa Hesti Rahayu NIM. E0006243

Disetujui untuk dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Penulisan Hukum (Skripsi) Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Surakarta, 10 Agustus 2010 Dosen Pembimbing

Pembimbing Utama Co. Pembimbing

Prof. Dr. Jamal Wiwoho, S.H., M.Hum. Pujiyono, S.H., M.H.


(3)

commit to user PENGESAHAN PENGUJI Penulisan Hukum (Skripsi)

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI NASABAH BANK DALAM TRANSAKSI TRANSFER DANA MENGGUNAKAN

ANJUNGAN TUNAI MANDIRI (ATM) Oleh:

Vanesa Hesti Rahayu NIM. E0006243

Telah diterima dan dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Penulisan Hukum (Skripsi) Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Pada :

Hari : Rabu

Tanggal : 22 September 2010 DEWAN PENGUJI

1. Anjar Sri. C.N, S.H., M.Hum : ……….

Ketua

2. Prof. Dr. Jamal Wiwoho, S.H., M.Hum : ……….

Sekretaris

3. Pujiyono, S.H., M.Hum : ……….

Anggota

Mengetahui Dekan,

Mohammad Jamin, S.H., M.Hum. NIP. 196109301986011001


(4)

commit to user PERNYATAAN

Nama : Vanesa Hesti Rahayu NIM : E0006243

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul :

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI NASABAH BANK DALAM

TRANSAKSI TRANSFER DANA MENGGUNAKAN ANJUNGAN TUNAI MANDIRI (ATM) adalah betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam penulisan hukum (skripsi) ini diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan penulisan hukum (skripsi) dan gelar yang saya peroleh dari penulisan hukum (skripsi) ini.

Surakarta, 10 Agustus 2010 yang membuat pernyataan

Vanesa Hesti Rahayu


(5)

commit to user ABSTRAK

Vanesa Hesti Rahayu, E 0006243. 2010. PERLINDUNGAN HUKUM BAGI

NASABAH BANK DALAM TRANSAKSI TRANSFER DANA

MENGGUNAKAN ANJUNGAN TUNAI MANDIRI (ATM). Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk perlindungan hukum bagi nasabah bank dalam transaksi transfer dana menggunakan Anjungan Tunai Mandiri (ATM), ditinjau pula apakah peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia telah ideal bagi perlindungan nasabah terkait masalah yang diangkat.

Dalam penelitian ini, metode penelitian yang digunakan merupakan penelitian hukum normatif bersifat deskriptif, yang memberikan data seteliti mungkin mengenai perlindungan hukum bagi nasabah bank dalam transaksi transfer dana menggunakan ATM. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder. Sumber data yang digunakan mencakup bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu studi kepustakaan (library research) dan dari data yang didapat kemudian dianalisis sebagai data penunjang dalam penulisan hukum ini. Analisis data dilakukan dengan menginventarisasi aturan-aturan terkait dengan perlindungan bagi nasabah bank dan menggambarkan hukum tersebut dengan logika hukum analisis kualitatif serta menggunakan metode logika deduktif, dimana menemukan hubungan dari data penelitian terhadap permasalahan yang diangkat. Kemudian menarik kesimpulan dari suatu permasalahan yang bersifat umum terhadap permasalahan konkret untuk menjawab permasalahan perlindungan hukum bagi nasabah bank dalam menghadapi permasalahan hukum yang terjadi akibat penggunaan ATM dalam transaksi transfer dana.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dihasilkan simpulan, bahwa bentuk perlindungan hukum bagi nasabah bank dalam transfer dana diberikan dengan berbagai cara yaitu oleh Arsitektur Perbankan Indonesia, Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 jo. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Dari ketiga undang-undang tersebut diatas dapat dikatakan belum ideal dalam memberikan perlindungan hukum bagi nasabah bank dalam transaksi transfer dana menggunakan ATM, dikarenakan ketentuan yang ada masih mengatur kegiatan perbankan secara umum dan belum menyentuh pada pokok persoalan yang mengatur mengenai transfer dana secara elektronik seperti dalam hal tata cara pelaksanaan transfer dana dan pertanggungjawaban para pihak terkait.


(6)

commit to user ABSTRACT

Vanesa Hesti Rahayu, E 0006243. 2010. LEGAL PROTECTION FOR CUSTOMERS IN BANK FUNDS TRANSFER TRANSACTIONS USING Automated Teller Machine (ATM). Law Faculty in Sebelas Maret University of Surakarta.

This study aims to determine the form of legal protection for bank customers in the funds transfer transaction using the Automated Teller Machine (ATM), also reviewed whether the statutory regulations applicable in Indonesia have been ideal for the protection of customer-related issues raised.

In this study, the research method used is descriptive normative legal research, which provides data as possible about legal protection for bank customers in the funds transfer transaction using the ATM. The data type used are secondary data. Source data used includes primary legal materials, legal materials, secondary and tertiary legal materials. Data collection techniques used in the literature study (library research) and from the data obtained and analyzed as supporting data in the writing of this law. Data analysis was performed with an inventory of rules relating to protection for bank customers and describe the law by legal logic and qualitative analysis using deductive logic method, which found an association of research data on issues raised. Then draw conclusions from a problem that is common to the concrete problem to answer the problem of legal protection for bank customers in dealing with legal issues arising from the use of ATMs in the funds transfer transaction.

Based on the research and discussion, resulting conclusion, that the form of legal protection for bank customers in the transfer of funds provided by a variety of ways, namely by the Indonesian Banking Architecture, UU No. 7 Year 1992 Jo. UU No. 10 Year 1998 About the Banking, UU No. 8 Year 1999 on Consumer Protection, and UU No. 11 Year 2008 About the Information and Electronic Transactions. Of the three laws mentioned above can be said has not been ideal in providing legal protection for bank customers in the funds transfer transaction using the ATM, because the existing regulations still govern the activities of banking in general and have not touched on the issues that define the electronic transfer of funds as in the procedures for transfer of funds and accountability of the parties concerned.


(7)

commit to user KATA PENGANTAR

Puji Syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala berkat dan hikmatNya sehingga Penulis dapat menyelesaikan Penulisan Hukum (skripsi) ini, dengan judul : PERLINDUNGAN HUKUM BAGI NASABAH BANK DALAM TRANSAKSI TRANSFER DANA MENGGUNAKAN ANJUNGAN TUNAI MANDIRI (ATM). Penulisan skripsi merupakan tugas akhir yang dibuat guna melengkapi persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana S1 dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Dalam menyelesaikan penulisan hukum (skripsi) ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dan dukungan, baik materiil maupun moril dari berbagai pihak. Untuk segala bantuan dan dukungannya tak lupa penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sangat besar, kepada:

1. Bapak Mohammad Jamin, S.H., M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan izin dan kesempatan bagi Penulis untuk mengembangkan pengetahuan penulis tentang ilmu hukum melalui penulisan hukum ini.

2. Ibu Ambar Budi S, S.H., M.Hum., selaku Ketua Bagian Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Bapak Sapto Hermawan, S.H., selaku pembimbing akademis, terima kasih atas bimbingannya selama penulis menuntut ilmu di Fakultas Hukum UNS. 4. Bapak Prof. Dr. Jamal Wiwoho, S.H., M.Hum., selaku Pembimbing Skripsi

yang telah membimbing dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, menyediakan waktu bimbingan dan dukungannya.

5. Bapak Pujiyono, S.H., M.H., selaku Pembimbing Skripsi, yang telah membimbing penulis, dengan kesabarannya bersedia menyediakan waktu bimbingan dan dukungannya.


(8)

commit to user

6. Bapak Lego Karjoko, Selaku ketua PPH FH UNS, atas kelancaran proses pengajuan judul dan skripsi sampai ke penunjukan dosen pembimbing.

7. Segenap dosen dan Asisten pada Fakutas Hukum serta staf Pegawai yang penulis tidak dapat sebutkan satu persatu.

8. Teristimewa untuk kedua orangtuaku tercinta, Ayahku Mayor Laut Hastho, Spd., S.H. dan Ibuku Sri Wahyuni yang selalu mendukung, memotivasi, membantu dalam segala kekuranganku, terutama doa yang selalu mendatangkan berkat di hidupku. Terima kasih atas segala kasih sayangnya. 9. Kedua adikku yang tercinta Hastho Wira Siswa dan Dewan Serui Iriantini

yang selalu membantu aku.

10.Pdtm. Arif Indrianto, S.Th yang memberikan aku selalu kekuatan dan cinta kasihnya, mendampingiku selama menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih atas kasih, doa dan dukungannya.

11.Keluarga Besarku, Mbah Kakung akan doa dan nasihatnya. Lek, Pakde, saudara sepupu yang terkasih.

12.Segenap keluarga besar GMAHK CAB. SS. SUMBERLAWANG, terima kasih untuk doanya dan semangatnya.

13.Sahabatku Elizabeth Y.W, Yuristi Laprimoni, Natalia Permana yang telah menjadi sahabat selama berkuliah, menjalani suka duka menuntut ilmu di FH UNS terima kasih untuk semangatnya, teman-teman PMK, Widya, Martha, Yurista. Kakak-kakak PMK alumni FH UNS dan semua komunitas PMK FH (yang tidak dapat tersebut satu persatu terima kasih juga dukungannya). 14.Teman-teman Angkatan 2006 Dwi, Tiwi, Hastin, Ghusnie, Kakak-kakak

Angkatan 2005, untuk semuanya rekan-rekan mahasiswa, terima kasih atas bantuannya dan arahannya.

15.Semua pihak yang yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam menyelesaikan penulisan hukum ini. Atas segala bantuan yang diberikan dengan sukarela, penulis sampaikan banyak terima kasih, semoga Tuhan yang senantiasa membalas segala kebaikan hati dan yang akan memberkati.


(9)

commit to user

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan hukum (skripsi) ini baik mengenai isinya maupun bobot ilmiahnya masih banyak terdapat kekurangan dan kekeliruan serta jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis sangat mengharapkan petunjuk, saran dan arahan yang sifatnya membangun, sehingga penulisan hukum (skripsi) ini dapat terarah kepada sasaran yang akan dibahas.

Surakarta, 10 Agustus 2010 Penulis


(10)

commit to user DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……….... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ……….... ii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ………..……….. iii

HALAMAN PERNYATAAN ………. iv

ABSTRAK ……… v

KATA PENGANTAR ……….. vii

DAFTAR ISI ……… x

DAFTAR GAMBAR ………...……….... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ……… xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ……… 1

B. Rumusan Masalah ………. 6

C. Tujuan Penelitian ………...… 7

D. Manfaat Penelitian ………. 8

E. Metode Penelitian ………. 8

F. Sistematika Penulisan Hukum ……… 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teori………... 15

1. Tinjauan Umum Tentang Perbankan …….………. a. Pengertian Perbankan ... b. Asas, Fungsi, dan Tujuan Perbankan ... c. Jasa-Jasa Perbankan ...

15 15 17 18 2. Tinjauan Tentang Perlindungan Hukum………..

a. Pengertian Hukum ……….

b. Fungsi, Tujuan dan Akibat Hukum ………... c. Pengertian Perlindungan Hukum ………..

19 19 20 20


(11)

commit to user

3. Tinjauan Tentang Perlindungan Hukum Bagi Nasabah Bank ...………. a. Hubungan Bank dengan Nasabah ………...….. b. Perlindungan Hukum Bagi Nasabah……….. c. Arsitektur Perbankan Indonesia ………. ... 4. Tinjauan Umum Tentang Transaksi ………...…

a. Pengertian Transaksi ………..……... b. Asas-Asas Dalam Transaksi ……….………. c. Syarat Sahnya Transaksi ………..……… d. Transaksi Dalam Perbankan ……….. 5. Tinjauan Umum Tentang Transfer Dana ………

a. Pengertian Transfer Dana ……….

b. Pelaku Transfer Dana ………

c. Klasifikasi Terhadap Model-Model Pengiriman Uang...……… d. Alas Hukum Mengenai Transfer Uang Via Bank ……. 6. Tinjauan Tentang Anjungan Tunai Mandiri ………...…… a. Pengertian Anjungan Tunai Mandiri (ATM) …………

b. Bank Card ……….

c. Manfaat dan Pelayanan ATM ...……… B. Kerangka Pemikiran………...…………

22 22 25 33 34 34 36 37 38 39 39 41 41 47 49 49 50 51 53

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Bentuk Perlindungan Hukum Bagi Nasabah Bank Terhadap Penggunaan Anjungan Tunai Mandiri (ATM) dalam Transfer Dana ……… B. Analisis Perlindungan Nasabah Bank dalam Transaksi

Transfer Dana Menggunakan Anjungan Tunai Mandiri (ATM) Berdasarkan Peraturan Perundang-undangan yang Berlaku Di Indonesia………

56


(12)

commit to user

BAB IV PENUTUP

A. Simpulan ………...

B. Saran ………..………

121 122

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(13)

commit to user DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Pemikiran ……… Gambar 2. Skema Transaksi Transfer Dana Lewat ATM………..

53 61


(14)

commit to user DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Contoh Bukti Struk Transaksi Transfer Dana Melalui ATM. Lampiran 2. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan


(15)

commit to user ABSTRAK

Vanesa Hesti Rahayu, E 0006243. 2010. PERLINDUNGAN HUKUM BAGI

NASABAH BANK DALAM TRANSAKSI TRANSFER DANA

MENGGUNAKAN ANJUNGAN TUNAI MANDIRI (ATM). Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk perlindungan hukum bagi nasabah bank dalam transaksi transfer dana menggunakan Anjungan Tunai Mandiri (ATM), ditinjau pula apakah peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia telah ideal bagi perlindungan nasabah terkait masalah yang diangkat.

Dalam penelitian ini, metode penelitian yang digunakan merupakan penelitian hukum normatif bersifat deskriptif, yang memberikan data seteliti mungkin mengenai perlindungan hukum bagi nasabah bank dalam transaksi transfer dana menggunakan ATM. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder. Sumber data yang digunakan mencakup bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu studi kepustakaan (library research) dan dari data yang didapat kemudian dianalisis sebagai data penunjang dalam penulisan hukum ini. Analisis data dilakukan dengan menginventarisasi aturan-aturan terkait dengan perlindungan bagi nasabah bank dan menggambarkan hukum tersebut dengan logika hukum analisis kualitatif serta menggunakan metode logika deduktif, dimana menemukan hubungan dari data penelitian terhadap permasalahan yang diangkat. Kemudian menarik kesimpulan dari suatu permasalahan yang bersifat umum terhadap permasalahan konkret untuk menjawab permasalahan perlindungan hukum bagi nasabah bank dalam menghadapi permasalahan hukum yang terjadi akibat penggunaan ATM dalam transaksi transfer dana.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dihasilkan simpulan, bahwa bentuk perlindungan hukum bagi nasabah bank dalam transfer dana diberikan dengan berbagai cara yaitu oleh Arsitektur Perbankan Indonesia, Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 jo. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Dari ketiga undang-undang tersebut diatas dapat dikatakan belum ideal dalam memberikan perlindungan hukum bagi nasabah bank dalam transaksi transfer dana menggunakan ATM, dikarenakan ketentuan yang ada masih mengatur kegiatan perbankan secara umum dan belum menyentuh pada pokok persoalan yang mengatur mengenai transfer dana secara elektronik seperti dalam hal tata cara pelaksanaan transfer dana dan pertanggungjawaban para pihak terkait.


(16)

commit to user ABSTRACT

Vanesa Hesti Rahayu, E 0006243. 2010. LEGAL PROTECTION FOR CUSTOMERS IN BANK FUNDS TRANSFER TRANSACTIONS USING Automated Teller Machine (ATM). Law Faculty in Sebelas Maret University of Surakarta.

This study aims to determine the form of legal protection for bank customers in the funds transfer transaction using the Automated Teller Machine (ATM), also reviewed whether the statutory regulations applicable in Indonesia have been ideal for the protection of customer-related issues raised.

In this study, the research method used is descriptive normative legal research, which provides data as possible about legal protection for bank customers in the funds transfer transaction using the ATM. The data type used are secondary data. Source data used includes primary legal materials, legal materials, secondary and tertiary legal materials. Data collection techniques used in the literature study (library research) and from the data obtained and analyzed as supporting data in the writing of this law. Data analysis was performed with an inventory of rules relating to protection for bank customers and describe the law by legal logic and qualitative analysis using deductive logic method, which found an association of research data on issues raised. Then draw conclusions from a problem that is common to the concrete problem to answer the problem of legal protection for bank customers in dealing with legal issues arising from the use of ATMs in the funds transfer transaction.

Based on the research and discussion, resulting conclusion, that the form of legal protection for bank customers in the transfer of funds provided by a variety of ways, namely by the Indonesian Banking Architecture, UU No. 7 Year 1992 Jo. UU No. 10 Year 1998 About the Banking, UU No. 8 Year 1999 on Consumer Protection, and UU No. 11 Year 2008 About the Information and Electronic Transactions. Of the three laws mentioned above can be said has not been ideal in providing legal protection for bank customers in the funds transfer transaction using the ATM, because the existing regulations still govern the activities of banking in general and have not touched on the issues that define the electronic transfer of funds as in the procedures for transfer of funds and accountability of the parties concerned.


(17)

commit to user BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam rangka mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, perlu adanya Pembangunan Nasional yang berkelanjutan dan terarah. Pembangunan nasional yang telah berjalan sangat bergantung pada bidang perekonomian dan bidang keuangan yang ada selama ini. Mengingat begitu pentingnya hal tersebut, salah satu yang terpenting sebagai roda penggerak dan pendukung di bidang perekonomian dan keuangan adalah sektor perbankan (dunia perbankan), maka penting adanya keseragaman dan peningkatan kebijakan di sektor perbankan di Indonesia. Hal ini penting dikarenakan hampir setiap dan/atau seluruh aktivitas dan kegiatan masyarakat selalu berhubungan dengan bank. Dengan hal ini diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan perekonomian nasional sehingga pembangunan nasional dan tujuan negara yang tertuang dalam Undang-Undang Dasar 1945 dapat tercapai.

Bank sebagai pelaku usaha dalam kegiatannya memiliki fungsi menghimpun dana dan melayani jasa perbankan. Bank merupakan lembaga kepercayaan. Sebagai lembaga kepercayaan, bank harus dapat memberikan pelayanan yang terbaik bagi nasabahnya. Dewasa ini seiring dengan perkembangan teknologi dan sistem elektronik yang maju, kegiatan perbankan dalam melayani nasabah sebagai konsumen atas jasanya pun mengalami peningkatan dengan memanfaatkan sarana sistem elektronik. “Dengan semakin maraknya berbagai produk dan pelayanan jasa baru dari perbankan di Indonesia dan adanya perkembangan teknologi komunikasi dan sistem elektronik yang semakin canggih memungkinkan transaksi dan pelayanan jasa perbankan dapat dilakukan dengan sangat cepat, mudah dan dapat terjadi diantara orang-orang yang berada pada negara yang berbeda” (H. Malayu S.P. Hasibuan, 2002: 155). “TI (teknologi informasi) secara fungsional, dalam suatu teknologi digital tertentu, memungkinkan penghematan waktu dan


(18)

commit to user

ruang, efisiensi dan kenyamanan (atau bahkan hiburan) bagi penggunanya” (Assafa Endeshaw, 2007: 11).

Salah satu jasa perbankan yang ditawarkan oleh pihak bank kepada nasabahnya adalah jasa pelayanan transfer dana. Jasa bank ini sering dikonsumsi dan digunakan oleh masyarakat luas. Dengan pemanfaatan perkembangan teknologi dan sistem elektronik, maka bank mengeluarkan alternatif baru dalam kegiatan transfer dana yang sebelumnya menggunakan sarana warkat (paper based) yaitu dengan mengeluarkan sebuah kartu atau Bank Card yang disebut dengan Automatic Teller Machine (ATM) atau dalam Bahasa Indonesia disebut dengan Anjungan Tunai Mandiri, dimana kartu ini dapat digunakan melalui suatu mesin yang terprogram khusus untuk kartu ini, sehingga nasabah tidak perlu lagi melakukan transfer dana melalui bank dan melakukan transaksi dengan sistem teller, karena dengan penggunaan ATM dapat dilakukan transaksi transfer dana secara cepat, efisien, dan dapat digunakan kapan saja dan dimana saja tempat mesin ATM itu berada tanpa ada campur tangan dari pegawai bank. Dengan menggunakan ATM, transaksi transfer dana ini dapat dimasukkan dalam golongan

Electronic Fund Transfer (Transfer Dana Elektronik).

Dari hal di atas adakalanya suatu jasa yang ditawarkan oleh bank saat ini, dengan pemanfaatan dan penggunaan jasa perbankan yang telah menggunakan kemajuan teknologi yang baru, seringkali menimbulkan persoalan dan tidak luput dari berbagai permasalahan dan ini memberikan konsekuensi hukum bagi para pihak yang terlibat, yaitu pihak bank dengan nasabah. Biasanya yang banyak menderita kerugian adalah nasabah bank itu sendiri sehingga perlu adanya payung hukum (umbrella act) atau suatu perlindungan hukum bagi para nasabah bank sebagai konsumen jasa bank, jika terjadi persoalan khususnya di sini adalah transaksi transfer dana dengan menggunakan mesin ATM.

Pada kenyataannya dalam transaksi transfer dana yang banyak dilakukan melalui perangkat elektronik misalnya dengan penggunaan ATM tidak luput dari


(19)

commit to user

berbagai persoalan dan sering menimbulkan kerugian bagi nasabah bank. Persoalan tersebut bisa terjadi akibat dari kelalaian dan kesalahan nasabah maupun persoalan yang bukan diakibatkan oleh nasabah itu sendiri, misalnya mengenai permasalahan saldo yang sudah terdebet tapi uang yang ditransfer tidak sampai pada penerima yang menjadi tujuan, transaksinya gagal karena terhambat oleh sistem bank yaitu jaringan link (jaringan sistem elektronik) antar bank sehingga menyulitkan proses transaksi, sistem keamanan yang lemah. Selain itu juga bisa terjadi karena adanya pengendapan dana oleh pihak bank untuk mendapatkan bunga, belum lagi dengan masih sering terjadinya keterlambatan dan salah kirim karena human error atau teknologi yang bermasalah, kurangnya Sumber Daya Manusia (SDM) perbankan yang menguasai teknologi (www.dannydarussalam.com/.../art.php>) dan lain hal penyebab lainnya.

Jika persoalan timbul akibat kesalahan dan kelalaian nasabah, maka dapat dibenarkan jika pihak bank tidak mau bertanggung jawab, tetapi jika persoalan timbul bukan karena diakibatkan oleh diri nasabah dan terjadi hal seperti ini, seharusnya bank ikut bertanggung jawab karena bank adalah pihak yang lebih mengetahui seluk-beluk mengenai jasa yang ditawarkan dan di berikan kepada nasabah. Nasabahpun akan mempertanyakan dan meminta penjelasan atas kerugian yang diterima, tetapi kebanyakan dari pihak bank tidak pernah serius menanggapi hal tersebut. Di sinilah letak kelemahan kedudukan nasabah bank sebagai konsumen, karena pada waktu melakukan transaksi transfer dana dengan penggunaan ATM, tidak ada pihak bank (pegawai bank) di sana yang menyaksikan. Dalam menghadapi permasalahan seperti di atas para nasabah bank pun dihadapkan terhadap persoalan kurangnya pengetahuan nasabah mengenai dunia perbankan, para nasabah seringkali membiarkan masalah tersebut tanpa menindaklanjuti usaha mereka untuk memperjuangkan hak-hak mereka sebagai pengguna jasa perbankan, meskipun ada juga beberapa nasabah yang telah sampai melakukan upaya hukum saat terjadi persoalan transfer dana yang merugikan nasabah tersebut secara materiil dalam jumlah besar.


(20)

commit to user

Ada banyak kasus yang terjadi mengenai persoalan ini, salah satu contohnya adalah beberapa waktu yang lalu, terjadi suatu peristiwa di mana seorang nasabah bank memiliki pengalaman buruk dengan sebuah bank swasta. Pada tanggal 24 Mei 2009, nasabah tersebut melakukan transfer via ATM suatu bank swasta cabang Sumber Sari Bandung sebesar Rp. 900.000,00 ke Bank swasta lain (rekening milik ayahnya). Seperti biasanya nasabah tersebut memasukkan nomor rekening si penerima berikut kode banknya lalu diikuti dengan jumlah nominalnya. Dilayar mesin ATM nasabah diminta menunggu. Setelah lama menunggu transaksi dinyatakan batal. Namun ketika, nasabah tersebut mengecek saldonya ternyata saldo telah berkurang sebanyak Rp. 900.000,00. Sesampainya dirumah nasabah tersebut komplain dan menelepon ke 14041. Namun costumer service bank tersebut menyatakan bahwa transaksi telah berhasil. Nasabah tersebut diminta menunggu sampai keesokan harinya. Keesokan harinya tanggal 25 Mei 2009 saldo kiriman belum juga diterima oleh rekening penerima. Nasabah tersebut kemudian komplain ke bank tempat ia membuka rekeningnya. Disana permintaannya ditanggapi dengan mengisi sebuah formulir. Disana costumer service sempat berkata transfer via ATM itu waktunya dua hari dan jika transfer antar bank via ATM harusnya dilakukan pada jam kerja. Sepengetahuan nasabah transfer via ATM bisa kapan saja dan saldo akan sampai detik itu juga. Terus terang nasabah ini kecewa dengan kinerja Bank tersebut. Setelah komplain itu, nasabah diminta menunggu dua minggu lamanya yaitu tanggal 8 sampai dengan 10 Juli 2009. Dengan segala usaha nasabah menyatakan komplain ketempat bank dimana ia membuka rekening. Terakhir ia komplain pada tanggal 28 Mei 2009 dengan membawa bukti hasil print buku tabungan rekening penerima untuk membuktikan bahwa pada tanggal 24 Mei 2009 tidak ada transaksi sebesar Rp 900.000,00. Pada komplain yang terakhir nasabah diperlihatkan oleh costumer service, bahwa pihak bank telah menge-mail kantor pusat Jakarta sebanyak lima kali. Namun tidak ada tanggapan. Lalu si nasabah menanyakan apakah uangnya akan kembali dan costumer service bank tersebut menjawab agar nasabah tersebut

menunggu pada proses berikutnya nanti.


(21)

(http://suarapembaca.detik.com/read/2009/06/01/142423/1140699/283/transfer-commit to user

atm-lippo-ke-nisp-dinyatakan-batal-namun-saldo-berkurang). Dari kasus dan permasalahan tersebut, hal ini tentu sangat merugikan nasabah padahal nasabah adalah pihak pengguna jasa bank yang juga merupakan anggota bank karena telah memiliki hubungan hukum atau keterikatan dengan bank lewat perjanjian yang telah disepakati dari awal sebagai nasabah diawal pembukaan rekening. Hal ini menunjukkan ketika nasabah meminta kejelasan akan permasalahannya, bank kurang peduli dan kurang bertanggung jawab terhadap kepentingan nasabahnya.

Lembaga perbankan merupakan inti dari sistem keuangan dari setiap negara. Melalui kegiatan perkreditan dan berbagai jasa lainnya, bank melayani kebutuhan pembiayaan serta melancarkan mekanisme sistem pembayaran bagi semua sektor perekonomian (Hermansyah, 2008: 7). Proses transfer dana itu proses yang kompleks dan berpotensi memunculkan risiko dan konsekuensi hukum bagi pihak yang terlibat, apalagi dengan adanya penggunaan sistem (perangkat) elektronik seperti ATM, yang digunakan pada sebuah mesin yang dalam berfungsinya memiliki keterbatasan dan kelemahan. Banyak masyarakat yang belum sadar dan kurang pengetahuan untuk menyelesaikan hak-hak mereka. Kedudukan nasabah lemah dalam hal transfer dana melalui ATM biasanya ada pada hal pembuktian. Dalam hal ketidakpuasan dari nasabah terhadap bank biasanya diakibatkan oleh tuntutan nasabah yang tidak dipenuhi bank, ataupun dikarenakan pelayanan yang buruk dari suatu bank, sehingga dapat menimbulkan kekecewaan dan hilangnya kepercayaan antara nasabah kepada bank dan ini bisa berpengaruh pada kelangsungan usaha bank tersebut.

Hubungan hukum antara nasabah dengan bank adalah berdasarkan perjanjian, maka sangat wajar jika kepentingan dan hak nasabah harus mendapatkan perlindungan hukum. Salah satu tujuan hukum adalah memberikan perlindungan kepada masyarakat. Tidak dapat disangkal bahwa memang telah ada political will

dari pemerintah untuk melindungi kepentingan nasabah bank, yaitu dari dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, selain yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 jo.


(22)

commit to user

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan (Hermansyah, 2008: 133). Karena dalam pelayanan jasanya, bank telah memakai sarana teknologi dan sistem elektronik yang semakin maju maka hal perlindungan hukum bagi nasabah juga terkait dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Selain itu telah dibentuknya Lembaga atau Badan Hukum yang mendukung dalam memberikan perlindungan terhadap nasabah sebagai konsumen jasa perbankan, seperti Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK), dan Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat sebagai sarana dalam menyelesaikan persoalan berkaitan dengan perlindungan nasabah.

Dari uraian fakta dan penjelasan diatas, maka penulis merasa perlu untuk mengkaji lebih dalam mengenai permasalahan diatas melalui suatu kajian hukum terhadap suatu bentuk perlindungan nasabah bank sebagai konsumen jasa perbankan dalam transaksi transfer dana menggunakan sarana Anjungan Tunai Mandiri yang dapat juga dikaji dari hukum positif yang berlaku di Indonesia yaitu dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 jo. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, dan ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Maka penulis tertarik dan memilih suatu judul pada penulisan hukum ini yaitu: “PERLINDUNGAN HUKUM BAGI NASABAH BANK DALAM TRANSAKSI TRANSFER DANA MENGGUNAKAN ANJUNGAN TUNAI MANDIRI (ATM)”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut, beberapa permasalahan pokok yang akan diteliti oleh penulis dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimanakah bentuk perlindungan hukum bagi nasabah bank terhadap penggunaan Anjungan Tunai Mandiri (ATM) pada transaksi transfer dana?


(23)

commit to user

2. Apakah peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia telah ideal dalam memberikan perlindungan hukum bagi nasabah bank dalam transaksi transfer dana menggunakan Anjungan Tunai Mandiri (ATM)?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian pada hakekatnya mengungkapkan apa yang hendak dicapai oleh peneliti, yang mana tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Tujuan obyektif

a. Untuk mengetahui suatu bentuk perlindungan hukum bagi nasabah bank terhadap penggunaan Anjungan Tunai Mandiri (ATM) pada transaksi transfer dana.

b. Untuk mengetahui apakah peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia telah ideal dalam memberikan perlindungan hukum bagi nasabah bank dalam transaksi transfer dana menggunakan Anjungan Tunai Mandiri (ATM).

c. Untuk memberikan penjelasan deskriptif mengenai perlindungan hukum bagi nasabah bank dalam transaksi transfer dana menggunakan Anjungan Tunai Mandiri (ATM).

2. Tujuan Subyektif

a. Menambah, memperluas dan mengaplikasikan pengetahuan dan wawasan penulis mengenai hukum tentang perlindungan nasabah bank sebagai konsumen/pengguna jasa perbankan dalam hal ini adalah berkaitan dengan transaksi transfer dana menggunakan ATM.

b. Menerapkan konsep-konsep ataupun teori-teori hukum yang diperoleh penulis dalam mendukung penelitian ini.

c. Untuk melengkapi persyaratan dalam mencapai gelar sarjana di bidang Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.


(24)

commit to user D. Manfaat Penelitian

Adapun hasil penelitian itu sangat diharapkan dapat menjadi masukan yang berguna sehingga dapat mendatangkan suatu manfaat. Manfaat dari penelitian yang penulis lakukan adalah:

1. Manfaat Teoritis

a. Memberikan manfaat pada pengembangan ilmu hukum pada umumnya dan Hukum Perdata pada khususnya.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi suatu tambahan referensi, masukan data ataupun literatur bagi penulisan hukum selanjutnya yang berguna bagi para pihak-pihak yang berkepentingan.

c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menyumbangkan pemecahan atas permasalahan yang diteliti.

2. Manfaat Praktis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu gambaran dan informasi tentang penelitian yang sejenis dan masukan bagi masyarakat luas tentang perlindungan hukum bagi nasabah bank dalam transaksi transfer dana menggunakan ATM.

b. Memberikan pendalaman, pengetahuan dan pengalaman yang baru kepada penulis mengenai permasalahan hukum yang dikaji, yang dapat berguna bagi penulis dikemudian hari.

E. Metode Penelitian

Dua syarat utama yang harus dipenuhi sebelum mengadakan penelitian ilmiah dengan baik dan dapat dipertanggungjawabkan yakni peneliti harus lebih dulu memahami konsep dasar ilmu pengetahuan (yang berisi sistem dan ilmunya) dan metodologi penelitian disiplin ilmu tersebut. Lebih jelasnya dalam suatu penelitian hukum, konsep dasar tentang ilmu hukum menyangkut sistem kerja dan isi ilmu hukum haruslah sudah dikuasai. Selanjutnya baru penguasaan metodologi


(25)

commit to user

penelitian sebagai pertanggungjawaban ilmiah terhadap komunitas pengembang ilmu hukum (Johnny Ibrahim, 2006: 25- 26).

Suatu penelitian telah dimulai, apabila seseorang berusaha untuk memecahkan suatu masalah, secara sistematis dengan metode-metode dan teknik-teknik tertentu, yakni yang ilmiah. Dengan demikian, maka suatu kegiatan ilmiah merupakan suatu usaha untuk menganalisa serta mengadakan konstruksi, secara metodologis, sistematis dan konsisten. Dalam hal ini, penelitian merupakan suatu sarana untuk mengembangkan ilmu pengetahuan baik dari segi teoritis maupun praktis. Penelitian merupakan suatu bagian pokok dari ilmu pengetahuan, yang bertujuan untuk lebih mengetahui dan lebih memperdalami segala segi kehidupan (Soerjono Soekanto, 2006: 3). Istilah “metodologi” berasal dari kata “metode” yang berarti “jalan ke”; namun demikian, menurut kebiasaan metode dirumuskan, dengan kemungkinan-kemungkinan, sebagai berikut:

1. suatu tipe pemikiran yang dipergunakan dalam penelitian dan penilaian, 2. suatu teknik yang umum bagi ilmu pengetahuan,

3. cara tertentu untuk melaksanakan suatu prosedur (Soerjono Soekanto, 2006: 5)

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa metodologi merupakan suatu unsur yang mutlak harus ada didalam penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan. Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan analisa dan konstruksi, yang dilakukan secara metodologis, sistematis dan konsisten. Metodologis berarti sesuai dengan metode atau cara tertentu; sistematis adalah berdasarkan suatu sistem; sedangkan konsisten berarti tidak adanya hal-hal yang bertentangan dalam suatu kerangka tertentu (Soerjono Soekanto, 2006: 42).


(26)

commit to user

Berdasarkan hal tersebut, maka penulis dalam penelitian ini menggunakan metode penulisan antara lain sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian

Ditinjau dari sudut tujuan penelitian hukum sendiri, maka pada penelitian ini, penulis menggunakan jenis penelitian hukum normatif. Penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder belaka, dapat dinamakan penelitian hukum normatif atau penelitian hukum kepustakaan (Soerjono Soekanto, Sri Mamuji, 1990: 15).

Penelitian hukum ini merupakan suatu penelitian hukum yang dikerjakan dengan tujuan menemukan asas atau doktrin hukum positif yang berlaku. Penelitian tipe ini lazim disebut sebagai “studi dogmatic” atau yang dikenal dengan doctrinal research (Bambang Sunggono, 2007: 86).

2. Sifat Penelitian

Dilihat dari sudut sifatnya, penelitian ini bersifat deskriptif. Suatu penelitian deskriptif dimaksudkan untuk memberikan data yang seteliti mungkin tentang manusia, keadaan atau gejala-gejala lainnya. Maksudnya adalah terutama untuk mempertegas hipotesa-hipotesa, agar dapat membantu di dalam memperkuat teori lama, atau didalam kerangka menyusun teori-teori baru (Soerjono Soekanto, 2006: 10). Dalam penelitian ini penulis ingin mendeskripsikan secara khusus suatu bentuk perlindungan hukum bagi nasabah bank dalam transaksi transfer dana melalui penggunaan Anjungan Tunai Mandiri (ATM).

3. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder (secondary data), yaitu data yang tidak diperoleh langsung dari sumbernya atau yang tidak diperoleh secara langsung dari masyarakat tetapi dari bahan pustaka. Data sekunder antara lain, mencakup dokumen-dokumen resmi,


(27)

buku-commit to user

buku, hasil-hasil penelitian yang berwujud laporan, buku harian, dan seterusnya (Soerjono Soekanto, 2006: 12).

4. Sumber Data

Didalam penelitian hukum ini, dipergunakan jenis data sekunder, yang dari sudut kekuatan mengikatnya digolongkan ke dalam beberapa sumber data, yaitu:

a) Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang bersifat autoritatif, artinya mempunyai otoritas. Bahan–bahan hukum primer terdiri dari perundang-undangan, catatan-catatan resmi atau risalah dalam pembuatan perundang-undangan dan putusan-putusan hakim (Peter Mahmud Marzuki, 2006: 141). Bahan hukum primer dalam penelitian ini adalah Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.

b) Bahan Hukum Sekunder

Bahan-bahan sekunder berupa semua publikasi tentang hukum yang bukan merupakan dokumen-dokumen resmi (Peter Mahmud Marzuki, 2006: 141). Sebagai pendukung dari data yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu terdiri dari buku-buku teks yang ditulis para ahli hukum, internet, sumber lainnya yang memiliki korelasi dengan penelitian ini.

c) Bahan Hukum Tersier

Bahan hukum tersier yakni bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder; contohnya adalah kamus atau ensiklopedia, indeks kumulatif, dan seterusnya (Soerjono Soekanto, 2006: 52).


(28)

commit to user 5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah studi kepustakaan (library research) yaitu pengumpulan data dengan jalan membaca literatur yang erat kaitannya dengan permasalahan yang dibahas berdasarkan data sekunder dari peraturan perundang-undangan, buku-buku, internet, dan jurnal. Dari data tersebut kemudian dianalisis dan dirumuskan sebagai data penunjang dalam penulisan hukum ini. Bahwa cara pengolahan bahan hukum dilakukan secara deduktif yakni menarik kesimpulan dari suatu permasalahan yang bersifat umum terhadap permasalahan konkret yang dihadapi (Jonny Ibrahim, 2006: 393).

6. Metode Analisis Data

“Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data kedalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data” (Lexy J. Moleong, 2009: 280). Data yang diperoleh (dikumpulkan) dalam penelitian ini dianalisis dengan mempergunakan teknik analisa data kualitatif. Analisis data kualitatif menurut Bogdan dan Biklen adalah “upaya yang dilakukan dengan cara bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain” (Lexy J. Moleong, 2009: 248).

Pada penelitian hukum normatif, pengolahan data hakikatnya adalah kegiatan untuk mengadakan sistematisasi terhadap bahan-bahan hukum tertulis. Sistematisasi berarti membuat klasifikasi terhadap bahan-bahan hukum tertulis tersebut untuk memudahkan pekerjaan analisis dan konstruksi (Soerjono Soekanto, 2006: 250-251). Dalam penelitian ini bersifat inventarisasi aturan-aturan hukum yaitu menggambarkan hukum dengan logika hukum analisis kualitatif menggunakan metode logika deduktif (Hari Purwadi, 2009: 4).


(29)

commit to user

Pengolahan dan analisis data pada dasarnya tergantung pada jenis datanya, bagi penelitian hukum normatif yang hanya mengenal data sekunder saja, yang terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier, maka dalam mengolah dan menganalisis bahan hukum tersebut tidak bisa melepaskan diri dari berbagai penafsiran yang dikenal dalam ilmu hukum. Penafsiran memiliki karakter hermeneutik. Hermeneutik atau penafsiran diartikan sebagi proses mengubah sesuatu atau situasi ketidaktahuan menjadi mengerti (Amiruddin, H. Zainal Asikin, 2006: 163).

F. Sistematika Penulisan Hukum

Untuk memberikan gambaran yang menyeluruh, dalam bagian ini penulis mensistematisasikan dalam bagian-bagian yang dibahas menjadi beberapa bab yang dapat saling terkait secara sistematis, terarah, dan mudah dimengerti, sehingga saling mendukung dan menjadi satu kesatuan yang bulat dan utuh, guna memberikan arahan dan gambaran penulisan dalam penelitian hukum ini.

Adapun sistematika penulisan hukum ini adalah:

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini penulis mengemukakan mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian dan selanjutnya adalah sistematika penulisan hukum.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini membahas mengenai dua hal yaitu : A. Kerangka Teoritis

Kerangka Teoritis yang mendasari penelitian ini sebagai pendukung dalam memecahkan permasalahan yang diangkat


(30)

commit to user

dan dikaji, yaitu Tinjauan Umum Tentang Perbankan, Tinjauan Umum Tentang Perlindungan Hukum Bagi Nasabah Bank, Tinjauan Umum Tentang Transaksi, Tinjauan Umum Tentang Transfer Dana, serta Tinjauan Umum Tentang Anjungan Tunai Mandiri (ATM).

B. Kerangka Pemikiran

BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini merupakan hasil penjelasan dari penelitian yang berupa bentuk perlindungan hukum bagi nasabah bank terhadap penggunaan Anjungan Tunai Mandiri (ATM) pada transaksi transfer dana serta apakah peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia telah ideal dalam memberikan perlindungan nasabah bank dalam transaksi transfer dana menggunakan Anjungan Tunai Mandiri (ATM).

BAB IV : PENUTUP

Pada bagian akhir dari penulisan penelitian ini adalah berisi kesimpulan dari pembahasan permasalahan yang diangkat penulis dan saran-saran sebagai suatu masukan maupun perbaikan dari apa yang telah didapatkan selama penelitian.

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(31)

commit to user BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori

1. Tinjauan Umum Tentang Perbankan

a. Pengertian Perbankan

Pengertian bank menurut A. Abdurrachman adalah “Bank berasal dari bahasa Italy “banca” yang berarti bence, yaitu suatu bangku tempat duduk. Sebab, pada zaman pertengahan, pihak bankir Italy yang memberikan pinjaman-pinjaman melakukan usahanya tersebut dengan duduk di bangku-bangku di halaman pasar” (Munir Fuady, 2003: 13). O.P. Simorangkir memberikan batasan definisi mengenai bank itu sendiri yaitu “Bank merupakan salah satu badan usaha lembaga keuangan yang bertujuan memberikan kredit dan jasa-jasa. Adapun pemberian kredit itu dilakukan dengan modal sendiri atau dengan dana-dana yang dipercayakan oleh pihak ketiga maupun dengan jalan memperedarkan alat-alat pembayaran baru berupa uang giral” (Sentosa Sembiring, 2000: 1).

Sementara itu Dr. B.N. Ajuha sebagaimana telah diterjemahkan oleh H. Malayu S.P. Hasibuan dari bahasa aslinya menyatakan pengertian bank yaitu ”Bank provided means by which capital is transferred from those who cannot use it profitable to those who can use it productively for the society as whole. Bank provided which channel to invest whithout any risk and at a good rate of interest” yang berarti bank menyalurkan modal dari mereka yang tidak dapat menggunakan secara menguntungkan pada mereka yang dapat membuatnya lebih produktif untuk keuntungan masyarakat. Bank juga berarti saluran untuk menginvestasikan tabungan secara aman dan dengan tingkat bunga yang menarik (H. Malayu S.P. Hasibuan, 2002: 1-2).


(32)

commit to user

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 07 Tahun 1992 tentang Perbankan yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, didalam Pasal 1 ayat (2) dinyatakan, pengertian Bank adalah “badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”.

Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya (Pasal 1 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan). Melihat pada definisi bank dan perbankan berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 jo. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan tersebut, menurut Abdulkadir Muhammad pengertian perbankan lebih luas dibandingkan dengan bank. Pengertian perbankan merupakan rumusan umum yang abstrak mencakup 3 (tiga) aspek utama, yaitu :

1) Kelembagaan bank, 2) Kegiatan usaha bank,

3) Cara dan proses pelaksanaan kegiatan usaha bank (Abdulkadir Muhammad, Rilda Murniati, 2000: 33).

Sementara itu Munir Fuady mengartikan perbankan adalah yang mengatur masalah-masalah perbankan sebagai lembaga, dan aspek kegiatannya sehari-hari, rambu-rambu yang harus dipenuhi oleh suatu bank, perilaku petugas-petugasnya, hak, kewajiban, tugas dan tanggung jawab para pihak tersangkut dengan bisnis perbankan, apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh bank, eksistensi perbankan, dan lain-lain yang berkenaan dengan dunia perbankan tersebut (Munir Fuady, 2003: 14).


(33)

commit to user

Dalam dunia perbankan yang telah disebutkan oleh Undang-Undang- Undang Nomor 7 Tahun 1992 jo. Undang-Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan ada pihak yang disebut dengan nasabah. Nasabah bank terbagi menjadi 3 (tiga), yaitu:

1) Nasabah adalah pihak yang menggunakan jasa bank (Pasal 1 ayat (16));

2) Nasabah Penyimpan adalah nasabah yang menempatkan dananya di bank dalam bentuk simpanan berdasarkan perjanjian bank dengan nasabah yang bersangkutan (Pasal 1 ayat (17));

3) Nasabah debitur adalah Nasabah yang memperoleh fasilitas kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah atau yang dipersamakan dengan itu berdasarkan perjanjian bank dengan nasabah yang bersangkutan (Pasal 1 ayat (18)).

b. Asas, Fungsi dan Tujuan Perbankan

Dalam Pasal 2, 3 dan 4 UU No. 7 Tahun 1992 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 10 Tahun 1998 Tentang perbankan, dinyatakan asas, fungsi, dan tujuan perbankan, yaitu:

1) Asas

Perbankan Indonesia dalam melaksanakan kegiatan usahanya berasaskan demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-hatian.

2) Fungsi

Fungsi utama perbankan adalah sebagai penghimpun dana dan penyalur dana masyarakat.

3) Tujuan

Perbankan Indonesia bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan,


(34)

commit to user

pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional ke arah peningkatan rakyat banyak.

Sebagai lembaga perantara, falsafah yang mendasari kegiatan usaha bank adalah kepercayaan masyarakat. Oleh karena itu, bank sebagai lembaga kepercayaan masyarakat mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

a) Dalam menerima simpanan dari Surplus Spending Unit (SSU), bank hanya memberikan pernyataan tertulis yang menjelaskan bahwa bank telah menerima simpanan dalam jumlah dan untuk jangka waktu tertentu.

b) Dalam menyalurkan dana kepada Defisit Spending Unit (DSU), bank tidak selalu meminta agunan berupa barang sebagai jaminan atas pemberian kredit yang diberikan kepada DSU yang memiliki reputasi baik.

c) Dalam melakukan kegiatannya, bank lebih banyak menggunakan dana masyarakat yang terkumpul dalam banknya dibandingkan dengan modal dari pemilik atau pemegang saham bank.

Sebagai lembaga kepercayaan bank selalu dituntut untuk selalu memperhatikan kepentingan masyarakat disamping kepentingan bank itu sendiri dalam mengembangkan usahanya (H. Malayu S.P. Hasibuan, 2002: 3-4).

c. Jasa-Jasa Perbankan

Dalam rangka menambah sumber-sumber penerimaan bagi bank serta untuk memberikan pelayanan kepada nasabahnya, bank menyediakan berbagai bentuk jasa-jasa. Bentuk jasa-jasa ini mengalami perkembangan dari waktu ke waktu, sedangkan bentuk jasa bank yang saat ini ada adalah:

1) Pengiriman uang atau transfer 2) Kliring (Clearing)


(35)

commit to user 3) Inkaso (Collection)

4) Safe Deposit Box (SDB)

5) Bank Card

6) Bank Notes

7) Traveller’s Cheque

8) Letter Of Credit (L/C)

9) Bank Garansi (Johannes Ibrahim, 2004: 123).

2. Tinjauan Tentang Perlindungan Hukum

a. Pengertian Hukum

Di bawah ini adalah beberapa pendapat para ahli hukum tentang definisi hukum sebagai berikut:

1) Immanuel Kant, hukum adalah keseluruhan syarat yang dengan ini kehendak bebas dari orang yang satu dapat menyesuaikan dengan kehendak bebas dari orang lain menuruti peraturan hukum tentang kemerdekaan.

2) E. Utrecht, hukum adalah himpunan petunjuk hidup (perintah dan larangan) yang mengatur tata tertib dalam suatu masyarakat, dan seharusnya ditaati oleh seluruh anggota masyarakat yang bersangkutan.

3) Van Kant, hukum adalah serumpun peraturan yang bersifat memaksa yang diadakan untuk mengatur dan melindungi kepentingan orang dalam masyarakat.

4) M. H. Tirtaamidjata, hukum adalah semua aturan yang harus diturut dalam tingkah laku dan tindakan dalam pergaulan hidup dengan ancaman mesti mengganti kerugian jika melanggar aturan itu yang akan membahayakan diri sendiri atau harta, umpamanya orang akan kehilangan kemerdekaannya, didenda, dan sebagainya.

5) J.T.C. Simorangkir dan Woerjono Sastropranoto, hukum ialah peraturan yang bersifat memaksa, yang menentukan tingkah laku manusia dalam lingkungan masyarakat, yang dibuat oleh badan


(36)

commit to user

resmi berwajib, pelanggaran mana terhadap peraturan tadi berakibat diambilnya tindakan, yaitu dengan hukuman (Ishaq, 2009: 3).

b. Fungsi, Tujuan dan Akibat Hukum

Fungsi hukum terdiri dari:

1) Fungsi hukum sebagai alat ketertiban dan keteraturan masyarakat. 2) Fungsi hukum sebagai sarana untuk mewujudkan keadilan sosial

lahir batin.

3) Fungsi hukum sebagai sarana penggerak pembangunan.

4) Fungsi kritis dari hukum, dimana daya kerja hukum meliputi pengawasan terhadap aparatur pengawasan, aparatur pemerintahan, dan aparatur penegak hukum termasuk didalamnya (Soedjono Dirdjosisworo, 1984: 153-155).

Tujuan hukum itu sendiri adalah hukum menghendaki kerukunan dan perdamaian dalam pergaulan hidup bersama. Hukum itu mengisi kehidupan yang jujur dan damai dalam seluruh lapisan masyarakat (Soedjono Dirdjosisworo, 1984: 17).

Akibat Hukum merupakan suatu akibat yang ditimbulkan oleh adanya suatu hubungan hukum. Hubungan hukum memberikan hak dan kewajiban yang ditentukan undang-undang, dan berakibat bahwa orang yang melanggar dapat diituntut ke pengadilan (Soedjono Dirdjosisworo, 1984: 129).

c. Pengertian Perlindungan Hukum

Dalam pergaulan hidup manusia kepentingan-kepentingan manusia senantiasa berlanggaran satu sama lain, maka tujuan hukum adalah melindungi kepentingan-kepentingan tersebut dan menunjukan usahanya untuk menyelesaikan masalah kepentingan-kepentingan yang hakekatnya bertentangan dengan cara yang adil (Soedjono Dirdjosisworo, 1984: 11).


(37)

commit to user

Hukum berfungsi sebagai perlindungan kepentingan manusia, untuk itu hukum harus dilaksanakan. Pelaksanaan hukum dapat berlangsung normal, damai, ataupun terjadi pelanggaran hukum. Jika hukum telah dilanggar maka perlu ditegakkan, sehingga hukum menjadikan kenyataan. Tiga unsur penegakkan hukum yang harus diperhatikan yaitu kepastian hukum, kemanfaatan dan keadilan (Sudikno Mertokusumo, A. Pitlo, 1993: 1).

Perlindungan hukum menurut Satjipto Rahardjo adalah suatu upaya melindungi kepentingan seseorang dengan cara mengalokasikan suatu kekuasaan kepadanya untuk bertindak dalam rangka kepentingannya tersebut. Kekuasaan itu disebut sebagai hak. Suatu kepentingan merupakan sasaran dari hak, bukan hanya karena dilindungi hukum tetapi karena pengakuan terhadapnya. Hak tidak hanya mengandung unsur perlindungan dan kepentingan, melainkan juga kehendak (Satjipto Rahardjo, 2000: 53-54). Perlindungan hukum adalah segala upaya atau perbuatan yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan bagi subjek hukum agar tercipta keteraturan dan ketertiban masyarakat. Perlindungan hukum dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :

1) Perlindungan Hukum Preventif yaitu perlindungan yang diberikan oleh pemerintah dengan tujuan untuk mencegah sebelum terjadinya pelanggaran. Hal ini terdapat dalam peraturan perundang-undangan dengan maksud untuk mencegah suatu pelanggaran serta memberikan rambu-rambu atau batasan-batasan dalam melakukan suatu kewajiban. 2) Perlindungan Hukum Represif yaitu perlindungan akhir berupa sanksi seperti denda, penjara, dan hukuman tambahan yang diberikan apabila sudah terjadi sengketa atau telah dilakukan suatu pelanggaran


(38)

commit to user

3. Tinjauan Tentang Perlindungan Hukum Bagi Nasabah Bank

a. Hubungan Bank dengan Nasabah

Dari segi kacamata hukum, hubungan antara nasabah dan bank terdiri dari 2 (dua) bentuk, yaitu :

1) Hubungan Kontraktual

Hubungan yang paling utama dan lazim antara bank dan nasabah adalah hubungan kontraktual. Hal ini berlaku hampir terhadap semua nasabah baik nasabah debitur, nasabah deposan (termasuk dalam nasabah penyimpan dana), ataupun nasabah nondebitur-nondeposan. Terhadap nasabah debitur hubungan kontraktual didasarkan suatu kontrak yang dibuat antara bank sebagai debitur dan nasabah sebagi pihak kreditur. Hukum kontrak yang mendasari hubungan bank dan nasabah debitur adalah Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata, bahwa semua perjanjian yang dibuat secara sah berkekuatan sama dengan undang-undang bagi kedua belah pihak.

Untuk hubungan kontraktual nasabah deposan atau nasabah nondebitur-nondeposan tidak terdapat ketentuan yang khusus yang diatur dalam KUHPerdata. Kontrak nasabah ini hanya tunduk pada ketentuan umum KUHPerdata tentang kontrak. Kontrak antara bank dan nasabah deposan atau nasabah nondeposan-nondebitur, lazimnya hanya diatur dalam bentuk kontrak yang sangat simpel. Dalam hal ini sama dengan kontrak kredit, diberlakukan kontrak dalam bentuk kontrak standar (kontrak baku), yang biasanya terdapat ketentuan yang berat sebelah, dimana pihak bank seringkali diuntungkan.

Oleh karena itu, ada 3 (tiga) tingkatan dari pemberlakuan hubungan kontraktual pada hubungan antara nasabah penyimpan dana dan pihak bank yaitu :


(39)

commit to user

b) Sebagai hubungan kontraktual lainnya yang lebih luas dari hanya sekedar hubungan debitur-kreditur;

c) Sebagai hubungan implied contract, yaitu hubungan kontrak yang tersirat.

Pada prinsipnya hubungan antara nasabah penyimpan dana dan bank adalah hubungan kontraktual (hubungan kreditur dan debitur), tidak mengherankan jika dalam praktek, seringkali pihak nasabah, terutama nasabah penyimpan dana tidak mendapat perlindungan yang sewajarnya oleh sektor hukum.

2) Hubungan Nonkontraktual

Ada 6 (enam) jenis hubungan hukum nonkontraktual antara bank dan nasabah, terutama nasabah deposan dan nasabah nondeposan-nondebitur, yaitu :

a) Hubungan Fidusia (Fiduciary Relation),

b) Hubungan Konfidensial, c) Hubungan Bailor-Bailee,

d) Hubungan Principal-Agen,t

e) Hubungan Mortgagor-Mortgagee, dan

f) Hubungan Trustee-Beneficiary.

Akan tetapi, berhubung hukum Indonesia tidak dengan tegas mengakui hubungan-hubungan tersebut, maka hubungan-hubungan tersebut baru dapat dilaksanakan jika disebutkan dengan tegas dalam suatu kontrak. Atau setidak-tidaknya ada kebiasaan dalam praktek perbankan untuk mengakui eksistensi kedua hubungan (hubungan kontraktual dan nonkontraktual) tersebut (Munir Fuady, 2003: 100-102).


(40)

commit to user

Hubungan antara nasabah dangan bank juga dapat dikatakan bahwa nasabah merupakan konsumen dari jasa perbankan dimana konsumen adalah pihak yang mengkonsumsi dan menggunakan jasa layanan perbankan dan Bank adalah pelaku usaha yang menyediakan jasa bagi konsumen. Pengertian pelaku usaha menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen adalah “Pelaku usaha adalah setiap perseorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum Negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi” (Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen).

Dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia, istilah “konsumen” sebagai definisi yuridis formal ditemukan pada Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen (UUPK). UUPK menyatakan, konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain maupun mahkluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan (Shidarta, 2000: 1).

Michael Leboef menyatakan mengenai pengertian konsumen, yaitu “Costumer adalah orang yang mempercayakan keinginannya kepada bank antara lain untuk memecahkan masalah (solution problem), keinginan untuk mendapatkan pelayanan komitmen, cepat, bersifat pribadi dan berkualitas” (H. Malayu. S.P. Hasibuan, 2001: 161).

Melihat pada pengertian di atas, pelaku usaha dalam hal ini adalah Bank. Bank terikat hubungan hukum dengan nasabah sebagai


(41)

commit to user

konsumen jasa perbankan atas dasar perjanjian keanggotaan diawal pembukaan rekening pada bank yang bersangkutan. Dasar dari pada adanya hubungan hukum ini adalah adanya perikatan atau perjanjian antara kedua belah pihak. Perjanjian yang dibuat oleh Bank yang mengikat kedua belah pihak didasarkan pada Asas Kebebasan Berkontrak. Dalam asas kebebasan berkontrak dinyatakan bahwa setiap orang bebas mengadakan perjanjian apa saja, baik yang sudah diatur atau belum diatur dalam undang-undang. Tetapi kebebasan tersebut dibatasi oleh tiga hal yaitu tidak dilarang oleh undang-undang, tidak bertentangan dengan ketertiban umum, tidak bertentangan dengan kesusilaan (Abdulkadir Muhammad, 2000: 225).

b. Perlindungan Hukum Bagi Nasabah

Berkaitan dengan Perlindungan Hukum Terhadap nasabah ini, Marulak Pardede mengemukakan bahwa dalam sistem perbankan Indonesia, mengenai perlindungan terhadap nasabah penyimpan dana, dapat dilakukan dengan 2 (dua ) cara :

1) Perlindungan secara implisit (Implisit deposit protection), yaitu perlindungan yang dihasilkan oleh pengawasan dan pembinaan bank yang efektif, yang dapat menghindarkan terjadinya kebangkrutan bank. Perlindungan ini dapat di peroleh melalui Peraturan perundang-undangan di Bidang Perbankan, pengawasan dan pembinaan yang efektif oleh Bank Indonesia, upaya menjaga kelangsungan usaha bank pada khususnya dan perlindungan terhadap sistem perbankan pada umumnya, memelihara tingkat kesehatan bank, melakukan usaha dengan prinsip kehati-hatian, cara pemberian kredit yang tidak merugikan bank dan kepentingan nasabah serta menyediakan informasi risiko pada nasabah.

2) Perlindungan secara eksplisit (Explicit deposit protection), yaitu perlindungan melalui pembentukan suatu lembaga yang menjamin


(42)

commit to user

simpanan masyarakat. Perlindungan ini diperoleh melalui pembentukan lembaga yang menjamin simpanan, sebagaimana diatur dalam Keputusan Presiden RI No. 26 Tahun 1998 tentang Jaminan Terhadap Kewajiban Bank Umum.

Perlindungan hukum terhadap nasabah penyimpan dana dapat juga di kategorikan dalam 2 (dua) macam, yaitu:

1) Perlindungan Tidak Langsung

Perlindungan secara tidak langsung oleh dunia perbankan terhadap kepentingan nasabah penyimpan dana adalah suatu perlindungan hukum yang diberikan kepada nasabah penyimpan dana terhadap segala risiko kerugian yang timbul dari suatu kebijaksanaan atau timbul dari kegiatan usaha yang dilakukan oleh bank. Hal ini adalah suatu upaya tindakan pencegahan secara internal melalui :

a) Prinsip Kehati-hatian

b) Batas Minimum Pemberian Kredit (BMPK)

c) Kewajiban Mengumumkan Neraca dan Perhitungan Laba Rugi d) Merger, Konsolidasi dan Akuisisi Bank

2) Perlindungan Langsung

Perlindungan secara langsung oleh dunia perbankan adalah suatu perlindungan yang diberikan pada nasabah penyimpan dana secara langsung terhadap kemungkinan timbulnya risiko kerugian dari kegiatan usaha yang dilakukan oleh bank. Perlindungan ini terdiri dari :


(43)

commit to user

a) Hak Preferen Nasabah Penyimpan Dana

Hak Preferen adalah suatu hak yang diberikan kepada seorang kreditor untuk didahulukan dari kreditor-kreditor yang lain. Dalam sistem perbankan Indonesia, nasabah penyimpan merupakan kreditor yang mempunyai hak preferen dalam arti bahwa nasabah penyimpan yang harus didahulukan dalam menerima pembayaran dari bank yang sedang mengalami kegagalan atau kesulitan dalam memenuhi kewajibannya. Berkaitan dengan itu, sebagaimana diketahui bahwa dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan telah mengatur pasal-pasal yang bertujuan memberikan perlindungan hukum kepada nasabah penyimpan dana dan simpanannya yang ada pada bank. Adapun ketentuan pasal-pasal tersebut adalah :

(1) Pasal 29 ayat (3) :

Dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah dan melakukan kegiatan usaha lainnya, bank wajib menempuh cara-cara yang tidak merugikan bank dan kepentingan nasabah yang mempercayakan dananya kepada bank.

(2) Pasal 29 ayat (4) :

Untuk kepentingan nasabah, bank wajib menyediakan informasi mengenai kemungkinan terjadinya risiko kerugian sehubungan dengan transaksi nasabah yang dilakukan melalui bank.

b) Lembaga Asuransi Deposito

Misi dari lembaga asuransi deposito adalah memelihara stabilitas dari sistem keuangan negara dengan cara


(44)

commit to user

mengasuransikan para deposan bank dan mengurangi gangguan-gangguan terhadap perekonomian nasional yang disebabkan kegagalan-kegagalan yang dialami oleh perbankan. Mengenai lembaga asuransi ini, sesungguhnya telah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 1973 tentang Jaminan Simpanan Uang Pada Bank yang ditetapkan pada tanggal 22 Agustus 1973. Sejak ditetapkannya Peraturan Pemerintah ini, belum dilaksanakan oleh Bank Indonesia.

Berkaitan dengan jaminan terhadap dana masyarakat, telah diatur dalam ketentuan Pasal-Pasal dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, yaitu Pasal 37 B ayat (1) yang menyatakan bahwa “Setiap bank wajib menjamin dana masyarakat yang disimpan pada bank yang bersangkutan” serta Pasal 37 B ayat (2) yang menyatakan bahwa “Untuk menjamin simpanan masyarakat pada bank sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1) dibentuk Lembaga Penjamin Simpanan. Pembentukan Lembaga penjamin Simpanan ini berguna untuk melindungi kepentingan nasabah dan meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada bank” (Hermansyah, 2008: 134-145).

Beberapa mekanisme yang dipergunakan dalam rangka perlindungan nasabah bank adalah sebagai berikut :

1) Pembuatan Peraturan Baru

Lewat pembuatan peraturan baru di bidang perbankan atau merevisi peraturan yang sudah ada untuk memberikan perlindungan terhadap nasabah.

2) Pelaksanaan Peraturan Yang Ada

Pelaksanaan peraturan yang ada di bidang perbankan secara lebih ketat oleh pihak otoritas moneter, khususnya peraturan yang bertujuan melindungi nasabah sehingga dapat dijamin law


(45)

commit to user

enforcement yang baik. Peraturan perbankan harus ditegakkan secara obyektif tanpa melihat siapa direktur, atau pemegang saham dari bank yang bersangkutan.

3) Perlindungan Nasabah Deposan Lewat Lembaga Asuransi Deposito Perlindungan khusus bagi nasabah deposan melalui lembaga asuransi deposito yang adil dan predictable.

4) Memperketat Perizinan Bank

Memperketat perizinan pendirian suatu bank baru adalah salah satu cara agar bank tersebut kuat dan qualified sehingga dapat memberikan keamanan bagi nasabahnya.

5) Memperketat Pengaturan di Bidang Kegiatan Bank

Ketentuan yang menyangkut kegiatan bank banyak juga yang secara langsung atau tidak langsung bertujuan melindungi nasabah. Pengaturan–pengaturan tersebut khususnya yang menyangkut kegiatan bank, adalah sebagai berikut :

a) Ketentuan mengenai permodalan yaitu mengenai kecukupan modal yang diukur dari presentase tertentu terhadap aktiva Terimbang Menurut Risiko (ATMR).

b) Ketentuan mengenai manajemen, yang dalam hal ini mengenai penilaian kualitatif mengenai manajemen.

c) Ketentuan mengenai kualitas aktiva produktif, dalm hal ini di ukur tingkat kemampuan pengembaliannya dengan kategori lancar, kurang lancar, diragukan atau macet.

d) Ketentuan mengenai likuiditas, yang diukur dengan Cash Ratio.

e) Ketentuan mengenai Rentabilitas. f) Ketentuan mengenai Solvabilitas. g) Ketentuan mengenai kesehatan bank.


(46)

commit to user 6) Memperketat Pengawasan Bank

Dalam rangka meminimalkan risiko yang ada dalam bisnis bank, maka pihak otoritas, khususnya Bank Indonesia (juga dalam hal ini Menteri Keuangan) harus melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap bank-bank yang ada. Dalam fungsi pengawasan ini Bank Indonesia maupun Menteri Keuangan tidak dapat mencampuri secara langsung urusan intern bank yang diawasinya itu. Sebab pengendalian bank tersebut tetap menjadi kewenangan pengurus bank tersebut (Munir Fuady, 2003: 104-107).

Seperti telah dijelaskan sebelumnya, karena nasabah adalah konsumen jasa perbankan maka hal perlindungan hukum nasabah terkait dengan perlindungan konsumen. Perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen (Pasal 1 ayat (1) Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen). “Perlindungan konsumen berasaskan manfaat, keadilan, keseimbangan, keamanan, dan keselamatan konsumen, serta kepastian hukum” (Pasal 2 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen).

Perlindungan konsumen diselenggarakan sebagai usaha bersama berdasarkan 5 (lima) asas yang relevan dalam pembangunan nasional, yaitu :

1) Asas manfaat dimaksudkan untuk mengamanatkan bahwa segala upaya dalam menyelenggarakan perlindungan konsumen harus memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi kepentingan konsumen dan pelaku usaha secara keseluruhan.

2) Asas keadilan dimaksudkan agar partisipasi seluruh rakyat dapat diwujudkan secara maksimal dan memberikan kesempatan kepada konsumen dan pelaku usaha unuk memperoleh haknya dan melaksanakan kewajibannya secara adil.


(47)

commit to user

3) Asas keseimbangan dimaksudkan untuk memberikan keseimbangan antara kepentingan konsumen, pelaku usaha, dan pemerintah dalam arti materiil dan spiritual.

4) Asas keamanan dan keselamatan konsumen dimaksudkan untuk memberikan jaminan atas keamanan dan keselamatan kepada konsumen dalam penggunaan, pemakaian, dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang dikonsumsi atau digunakan.

5) Asas kepastian hukum dimaksudkan agar pelaku usaha maupun konsumen menaati hukum dan memperoleh keadilan dalam menyelenggarakan perlindungan konsumen, serta negara menjamin kepastian hukum.

Kelima asas yang disebutkan dalam pasal tersebut, bila diperhatikan substansinya, dapat dibagi mejadi 3 (tiga) asas, yaitu:

1) Asas kemanfaatan yang didalamnya meliputi asas keamanan dan keselamatan konsumen,

2) Asas keadilan yang didalamnya meliputi asas kesimbangan, dan 3) Asas kepastian hukum (Ahmadi Miru, Sutarman Yudo, 2008:

25-26).

Perlindungan konsumen bertujuan :

1) meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian konsumen untuk melindungi diri;

2) mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkannya dari ekses negatif pemakaian barang dan/atau jasa;

3) meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan, dan menuntut hak-haknya sebagai konsumen;

4) menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan informasi;


(48)

commit to user

5) menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggungjawab dalam berusaha;

6) meningkatkan kualitas barang dan/atau jasa yang menjamin kelangsungan usaha produksi barang dan/atau jasa, kesehatan, kenyamanan, keamanan, dan keselamatan konsumen (Pasal 3 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 199 Tentang Perlindungan Konsumen).

Secara umum dikenal ada empat hak dasar konsumen yang dikemukakan oleh John. F.Kennedy yang juga di akomodasikan didalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen, yaitu:

1) hak untuk mendapatkan keamanan (the right safety);

2) hak untuk mendapatkan informasi (the right to be informed); 3) hak untuk memilih ( the right to choose);

4) hak untuk didengar (the right to be heard) ( Shidarta, 2000: 16-17).

Inosentius Samsul menyatakan “Dari hak-hak konsumen yang dipertentangkan dengan kewajiban produsen atau pelaku usaha, ada tiga hak konsumen yang menurut penulis (Inosentius Samsul) memiliki kompleksitas persoalan yang cukup rumit, yaitu hak atas informasi, hak atas fair agreement dan hak untuk mendapatkan ganti kerugian”(Buletin Hukum Perbankan Dan Kebanksentralan, hal 19).

Prinsip tanggung jawab merupakan perihal yang sangat penting dalam hukum perlindungan konsumen. Prinsip tanggung jawab tersebut dapat dibedakan menjadi:

1) kesalahan (liability based on fault),

2) praduga selalu bertanggung jawab (presumption of liability),

3) praduga selalu tidak bertanggung jawab (presumption of nonliability),


(49)

commit to user 4) tanggung jawab mutlak (strict liability),

5) dan pembatasan tanggung jawab (limitation of liability) (Shidarta, 2000: 59).

Di sini nasabah dipandang sebagai konsumen. Namun, nasabah mungkin tidak menyadari akan haknya untuk mendapatkan ganti rugi. Ganti rugi atas kerugian yang diderita oleh nasabah, pada dasarnya berfungsi (Ari Purwadi: 2001):

1) Memulihkan hak-hak konsumen (nasabah) yang dilanggar;

2) Memulihkan atas kerugian baik materiil maupun immateriil yang telah diderita oleh nasabah, dan

3) Memulihkan ke dalam keadaan semula (Jurnal Manajemen Dan Kewirausahaan, hal 132).

a. Arsitektur Perbankan Indonesia (API)

Arsitektur Perbankan Indonesia (API) merupakan suatu kerangka dasar sistem perbankan Indonesia yang bersifat menyeluruh dan memberikan arah, bentuk, dan tatanan industri perbankan untuk rentang

waktu lima sampai sepuluh tahun ke depan

(http://www.bi.go.id/web/id/Perbankan/Arsitektur+Perbankan+Indonesia).

API sendiri merupakan suatu cetak biru sistem perbankan nasional yang terdiri dari enam pilar untuk mewujudkan visi sistem perbankan yang sehat, kuat, dan efisien guna menciptakan kestabilan sistem keuangan dalam rangka membantu mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Enam pilar dalam API adalah (i) struktur perbankan yang sehat, (ii) sistem pengaturan yang efektif, (iii) sistem pengawasan yang independen dan efektif, (iv) industri perbankan yang kuat, (v) infrastruktur yang

mencukupi, dan (vi) perlindungan nasabah


(50)

commit to user

Perlindungan konsumen sampai saat ini belum mendapatkan tempat yang baik dalam sistem perbankan nasional. Maka masalah perlindungan dan pemberdayaan konsumen tersebut mendapat perhatian khusus melalui Pilar Keenam dalam Arsitektur Perbankan Indonesia . Hal ini menunjukan besarnya komitmen Bank Indonesia dan perbankan untuk menempatkan konsumen jasa perbankan agar memiliki posisi yang sejajar dengan bank (Hermansyah, 2008: 188).

3) Tinjauan Umum Tentang Transaksi

a. Pengertian Transaksi

Transaksi adalah perbuatan hukum antara subjek-subjek di mana masing-masing subjek saling mengikatkan diri untuk melaksanakan suatu hal. Berdasarkan KUHPerdata Transaksi diatur di dalam Buku III mengenai Hukum Perikatan. Perikatan adalah terjemahan dari istilah aslinya dalam bahasa Belanda “ verbintenis” . Perikatan artinya hal yang mengikat antara orang yang satu dan orang yang lain. Hal yang mengikat itu adalah peristiwa hukum yang dapat berupa perbuatan, misalnya jual-beli, dapat berupa kejadian, misalnya kelahiran, dapat berupa keadaan, misalnya pekarangan berdampingan. Peristiwa hukum tersebut menciptakan hubungan hukum. Hukum perikatan ini adalah bagian dari hukum harta kekayaan dan diatur dalam Buku III KUHPerdata yang meliputi hubungan antara orang dan benda, hubungan orang dengan orang (Abulkadir Muhammad, 2000: 198).

Pasal 1233 KUHPerdata menyatakan “Tiap-tiap perikatan dilahirkan baik karena persetujuan baik karena undang-undang”. Buku III KUHPerdata tidak memberikan rumus dari suatu perikatan. Menurut Ilmu Pengetahuan Hukum, dianut rumus bahwa perikatan adalah hubungan yang terjadi diantara dua orang atau lebih, yang terletak didalam lapangan harta kekayaan, dimana pihak yang satu berhak atas prestasi dan pihak lainnya wajib memenuhi prestasi tersebut. Unsur perikatan terdiri dari


(1)

commit to user

118

informasi/data ataupun usaha pengamanan), tata cara pelaksanaan transfer dana maupun pertanggungjawaban dalam hal transfer dana. Tentunya untuk memberikan perlindungan yang ideal, ketiga undang-undang tersebut lebih disempurnakan dengan pencantuman ketentuan yang bermaksud secara khusus untuk mengatur perlindungan nasabah dalam transaksi perbankan yang dilakukan secara elektronik dengan tetap berlandaskan pada asas perlindungan nasabah yang telah di sebutkan dalam ketiga undang-undang tersebut. Tetapi paling tidak upaya untuk memberikan perlindungan hukum bagi nasabah dari ketiga peraturan perundang-undangan tersebut telah ada.

Saat ini perlindungan hukum yang lebih baik bagi nasabah bank dalam transfer dana melalui ATM diberikan oleh Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, karena undang-undang ini lebih terkait dengan transaksi elektronik perbankan sebab Undang-Undang Perbankan belum mengatur tentang transaksi perbankan secara elektronik. Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik ini mengatur pertanggungjawaban antara bank sebagai penyelenggara sistem elektronik dan penyedia Agen Elektronik dengan nasabah yang lebih terkait transaksi elektronik diantaranya di dalam Pasal 15 Ayat (1), (2) dan (3), Pasal 21 Ayat (2) huruf (a) dan (c), Ayat (3), (4) dan (5). Undang-undang ini juga mengatur mengenai ketentuan bagi bank dalam menyediakan jasa transaksi perbankan secara elektronik diantaranya terdapat dalam Pasal 9, Pasal 10, Pasal 14, Pasal 16, serta mengatur mengenai pembuktian elekronik pada Pasal 5, yang mengakui bahwa struk bukti ATM sebagai hasil cetak dari informasi elektronik pada mesin ATM adalah alat bukti yang sah sesuai Hukum Acara yang berlaku di Indonesia.

Maka dari penjelasan diatas dapat dikatakan bahwa ketiga undang-undang tersebut yang memberikan perlindungan bagi nasabah, dalam hal transfer dana melalui ATM belum ideal dalam memberikan perlindungan bagi nasabah,


(2)

commit to user

sehingga kedudukan nasabah masih lemah. Namun ketiga peraturan tersebut dalam beberapa hal tetap dapat digunakan dan berlaku dalam memberikan perlindungan hukum bagi nasabah dalam transfer dana via ATM sampai ada peraturan baru yang secara khusus mengatur mengenai transfer dana baik secara elektronik maupun non elektronik yang saat ini sedang di bahas oleh pemerintah dalam RUU Transfer Dana, karena transfer dana melalui ATM ini banyak digunakan di masyarakat dan merupakan bagian dari transaksi perbankan yang menggunakan sistem dan perangkat elektronik yang dilakukan oleh nasabah sebagai konsumen jasa perbankan yang juga sering menimbulkan permasalahan hukum.

Melihat seluruh hasil pembahasan sebelumnya, maka perlindungan nasabah bank di Indonesia diatur didalam Ketentuan Perbankan yaitu Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 jo. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, serta Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik karena transfer dana yang digunakan menggunakan sarana elektronik yaitu ATM. Didukung pula mengenai langkah dan usaha perlindungan pemerintah bagi nasabah, yaitu usaha perlindungan dan pemberdayaan nasabah yang diagendakan dalam Arsitektur Perbankan Indonesia (API), langkah pengamanan transfer dana secara elektronik dan pertanggungjawaban pihak bank terhadap permasalahan tersebut. Usaha memberikan perlindungan hukum bagi nasabah tersebut sangat diharapkan dapat meningkatkan perlindungan terhadap nasabah dalam transfer dana menggunakan ATM. Meskipun usaha-usaha tersebut belum secara khusus mengatur tentang perlindungan dalam transfer dana menggunakan ATM, tetapi dapat diterapkan juga dalam melindungi kepentingan nasabah dalam permasalahan ini. Karena nasabah adalah pengguna jasa perbankan, dalam setiap transaksi yang dilakukan dengan menggunakan produk perbankan, tak terkecuali dengan transfer dana melalui ATM maka usaha perlindungan hukum bagi nasabah tersebut termasuk didalamnya.


(3)

commit to user

120

Demikianlah hasil dari penelitian dan pembahasan atas bentuk perlindungan hukum bagi nasabah bank dalam transaksi transfer dana menggunakan Anjungan Tunai Mandiri (ATM) yang juga ditinjau dari segi perundang-undangan yang berlaku di Indonesia.


(4)

commit to user

BAB IV PENUTUP

A. Simpulan

Bentuk perlindungan hukum bagi nasabah bank terhadap penggunaan Anjungan Tunai Mandiri (ATM) pada transaksi transfer dana dapat diberikan dengan berbagai cara, yakni melalui Pilar ke enam Arsitektur Perbankan Indonesia (API) tentang perlindungan dan pemberdayaan nasabah, Pasal 2 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan dimana perlindungan hukum diberikan dengan menerapkan prinsip kehati-hatian, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen dimana perlindungan hukum diberikan kepada nasabah bank sebagai konsumen jasa perbankan, serta didalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik dimana perlindungan hukum diberikan kepada nasabah dalam penggunaan ATM karena transfer dana dengan sarana ATM merupakan bentuk transaksi elektronik.

Perlindungan hukum bagi nasabah bank dalam transaksi transfer dana menggunakan ATM berdasarkan Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku di Indonesia dapat dikatakan belum ideal. Belum idealnya ketiga Undang-Undang tersebut disebabkan yang Pertama, Undang-Undang tersebut masih mengatur ketentuan mengenai perlindungan hukum bagi nasabah bank dalam kegiatan perbankan secara umum belum secara khusus mengatur mengenai transfer dana secara elektronik. Kedua, peraturan perundang-undangan tersebut belum menyentuh pada pokok persoalan yang mengatur mengenai transfer dana secara elektronik, seperti dalam hal tata cara pelaksanaan transfer dana dan hal pertanggungjawaban masing-masing pihak dalam hal transfer dana.


(5)

commit to user

122

B. Saran

1. Sebaiknya ketentuan Pasal 15 Ayat (3) maupun Pasal 21 Ayat (5) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, diperjelas mengenai “pihak pengguna sistem elektronik”, agar tidak terjadi multitafsir sehingga dapat memperjelas pihak yang bertanggung jawab terhadap segala akibat hukum dalam suatu transaksi elektronik, apakah itu pihak pengguna yang memiliki hak, pihak ketiga atau orang lain yang tidak bertanggungjawab.

2. Sebaiknya didalam ketentuan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 jo.

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan diatur secara khusus mengenai hal yang terkait dengan kegiatan usaha bank yang menggunakan perangkat elektronik untuk lebih dapat memberikan perlindungan maksimal bagi nasabah bank. Hal ini penting mengingat seiring perkembangan teknologi, saat ini dalam kegiatan perbankan banyak transaksi yang dilakukan secara elektronik.

3. Sebaiknya Pasal 28 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang

Perlindungan Konsumen, dalam gugatan ganti rugi demi mewujudkan asas keadilan dan kepastian hukum hendaknya ditambahkan aturan yang memberikan kesempatan yang sama pula bagi nasabah selaku konsumen untuk membuktikan adanya unsur kesalahan, agar nasabah diberi kesempatan membuktikan dan memperjuangkan haknya.

4. Perlu segera disusun dan disahkannya Undang-Undang Transfer Dana, dalam mewujudkan langkah antisipasi terhadap persoalan penggunaan perangkat elektronik dalam pelaksanaan transfer dana baik dari segi keamanan informasi dan perangkatnya, dalam hal ini khususnya yaitu penggunaan Anjungan Tunai Mandiri (ATM). Salah satunya dengan adanya ketentuan yang mewajibkan meletakkan perangkat keamanan misalnya kamera Closed Circuit Television


(6)

commit to user

(CCTV) disetiap ruangan ATM, untuk mengetahui setiap aktivitas yang ada di ruangan ATM.