Jawa Pos Frame: Tak masalah jatuhnya sanksi demi reformasi PSSI
Tabel 3.6 Struktur Sintaksis Berita Jawa Pos
STRUKTUR SINTAKSIS Headline Judul
FIFA Hukum Indonesia Sub Judul
Jokowi: Tak Masalah Demi Reformasi PSSI
Lead Indonesia akhirnya dijatuhi sanksi oleh FIFA Sabtu 305.
Berdasarkan surat yang diterbitkan induk sepak bola internasional itu, PSSI kehilangan hak sebagai anggota. Otomatis, seluruh tim di
Indonesia, baik klub maupun tim nasional timnas, dilarang ikut kompetisi internasional.
Latar Informasi Namun, ancaman sanksi tidak mengubah sikap Presiden Joko Widodo
Jokowi. Dia tetap mendukung penuh keputusan pembekuan PSSI oleh Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi. Kalau memang
harus dibayar demi perbaikan persepak bolaan nasional, mantan gubernur DKI Jakarta itu tidak mempermasalahkannya.
Surat sanksi FIFA kepada Indonesia ditandatangani Sekretaris Jenderal FIFA Jerome Valcke. Di sana disebutkan, PSSI kehilangan status
sebagai anggota sesuai dengan pasal 12 ayat 1 dan pasal 14 ayat 3 statuta FIFA. Selain tim dari Indonesia tidak bisa berlaga
di event internasional, PSSI tak akan mendapat kucuran dana jutaan dolar yang rutin mereka peroleh dari FIFA
Dalam surat itu juga disebutkan syarat apa saja yang bisa membuat Indonesia lolos dari hukuman. Intinya, Kemenpora dan pihak terkait
tidak lagi mengintervensi PSSI. Pengelolaan timnas dan liga harus dikembalikan ke PSSI.
Hukuman tersebut lumrah diperoleh setiap negara yang mendapat sanksi. Namun, dalam surat tersebut FIFA memberikan keringanan
dengan mengizinkan timnas U-23 Indonesia mengikuti SEA Games yang digelar di Singapura.
Ajang SEA Games sebenarnya tidak berada di bawah wewenang FIFA. Namun, dalam aturan organisasi, FIFA memang bisa melarang
sebuah negara yang disanksi untuk ikut kompetisi internasional yang disupervisi IOC International Olympic Committee. Ada kerja sama
tertulis antara FIFA dan IOC.
Namun, larangan itu tak bersifat mutlak dan mengikat. Dibutuhkan persetujuan IOC agar keinginan tersebut bisa terlaksana. Jika
diplomasi bisa dilakukan kepada IOC, negara yang disanksi bisa tetap mengikuti pergelaran-pergelaran kompetisi olahraga regional seperti
Asian Games atau SEA Games. Hal itu mengacu seperti yang dilakukan Iran pada Asian Games 2006.
Meski status Federasi Sepak Bola Iran sedang di-banned, timnas Iran tetap bisa mengikuti Asian Games. Lobi yang dilakukan Kementerian
Olahraga Iran kepada IOC menuai hasil. FIFA pun melunak.
Terasingnya PSSI dari FIFA sebenarnya bukanlah hal yang baru. Sebelum Indonesia merdeka, PSSI yang kala itu dipimpin Ir Soeratin
berupaya keras untuk mendapat pengakuan FIFA.
Pada 16 Mei 1936 upaya PSSI tersebut gagal. Dalam surat resminya, FIFA lebih memilih Nederland Inlandsche Voetbal Unie NIVU. Oleh
FIFA, PSSI dicap sebagai perkumpulan ilegal serta tak punya kekuatan di mata hukum dan negara. Kondisi itu yang membuat
NIVU-lah yang melenggang ke Piala Dunia 1938, bukan PSSI. Baru setelah NIVU bubar dan Indonesia merdeka, PSSI diterima FIFA.
Kutipan, Sumber,
pernyataan.
Joko Widodo Presiden Republik Indonesia PSSI butuh reformasi total, pembenahan manajemen, pembenahan
sistem, Berbekal lembar catatan, Jokowi lantas membeber rapor buruk PSSI
dalam beberapa tahun terakhir. Coba dilihat, sepuluh tahun terakhir, prestasi kita apa?
Jokowi pun menyebut Indonesia yang selalu gagal dalam kualifikasi Piala Dunia. Bahkan, untuk level Piala Asia pun, pada 2004 dan 2007
Indonesia hanya mampu menjejaki hingga babak I serta pada gelaran 2011
tidak lolos
kualifikasi. Kita
selama ini
ikut terus event internasional, kualifikasi Piala Dunia, di tingkat Asia,
ASEAN, tapi kita malu terus, kalah lagi, kalah lagi, kalah lagi, katanya dengan nada tinggi.
Jokowi juga menyinggung peringkat Indonesia di FIFA. Misalnya, pada 2012 Indonesia hanya bertengger di peringkat ke-156, lalu pada
2013 melorot ke peringkat ke-161. Kemudian pada 2014 dan 2015 hanya mampu naik tipis ke peringkat ke-159.
Karena itu, Jokowi meminta semua pihak melihat sepak bola nasional dari perspektif yang luas agar menyadari pentingnya pembenahan
total, terutama di tubuh PSSI. Sehingga pilihan pun harus dilakukan, apakah sekedar ingin ikut event internasional atau ingin membentuk
timnas yang berprestasi. Kalau hanya ingin ikut event internasional, tapi selalu kalah, kebanggaan kita di mana?
Sementara itu, terkait langkah yang akan ditempuh setelah jatuhnya sanksi FIFA, Jokowi menerangkan bahwa hal tersebut akan diurus
Kementerian Pemuda dan Olahraga Kemenpora. Demikian pula perihal teknis seperti bagaimana nasib pemain, wasit, dan sebagainya.
Kalau urusan teknis, tanya ke Menpora, katanya
Penutup
Akar sejarah PSSI pun mencatat bahwa PSSI lahir dari pembubaran federasi sebelumnya. Hal tersebut termaktub dalam buku ulang tahun
ke-25 PSSI yang terbit pada 1955. PSSI mengakui bahwa sebelum mereka berdiri, Soeratin dkk membubarkan federasi sepak bola
lainnya, yakni Indonesische Voetbal Bond IVB yang berdiri pada 1927 di Solo. Alasannya adalah kegagalan IVB menyatukan klub-klub
pribumi.
Pada berita yang diterbitkan Jawa Pos di atas cukup menarik melihat bagaimana Jawa Pos memberikan informasi seputar sanksi FIFA terhadap sepak bola Indonesia, dalam berita di
atas hanya terdapat satu narasumber yang dipakai yaitu Presiden Jokowi di mana posisi Jokowi mendukung Kemenpora dan menanggapi sanksi FIFA sebagai hal positif untuk sepak bola
Indonesia. Selain menggunakan satu narasumber saja, berita dari Jawa Pos sangat menarik karena mengulas akar sejarah PSSI dan contoh negara yang pernah disanksi FIFA namun tetap
bisa berlaga di ajang Internasional. Hal ini merupakan indikasi kuat bahwa Jawa Pos berada pada posisi yang mendukung SK
Kemenpora dan menanggapi positif terhadap sanksi FIFA, bukan sesuatu yang mengherankan karena Jawa Pos koran representasi masyarakat Surabaya pada khususnya dan Jawa Timur pada
umumnya, sudah menjadi rahasia umum bahwa Jawa Pos sangat dekat dengan Bonek dan Persebaya 1927 yang berseteru dengan PSSI. Tidak mengherankan pula pemberitaan yang
dimuat oleh Jawa Pos dibumbui aroma revolusi terhadap tubuh PSSI dengan mencantumkan informasi bahwa lahirnya PSSI berawal dari pembubaran federasi sebelumnya, dan mungkin saja
hal tersebut bisa terulang.
Dalam penggunaan Headline Jawa Pos secara gambla
ng menulis “FIFA Hukum Indonesia
” sebuah fakta yang memang terjadi, lebih tepatnya menghukum sepak bola Indonesia, namun fakta tersebut langsung dijawab dengan penulisan sub judul “Jokowi: Tak Masalah Demi
Refor masi PSSI”, Hal ini memberikan makna bahwa hukuman tersebut tidak terlalu menakutkan
karena akan ada gelombang reformasi di tubuh PSSI hal tersebut dijanjikan langsung oleh Presiden Jokowi.
Pada bagian Lead di atas Jawa Pos memberikan gambaran singkat tentang sanksi FIFA
terhadap Indonesia yang mengakibatkan Indonesia tidak bisa tampil di ajang internasional baik tim nasional maupun klub lokal. Sama halnya seperti cara penulisan pada headline Jawa Pos pun
langsung memberikan jawaban dengan menggunakan Latar Informasi yang memperlihatkan
sikap presiden pada paragraf kedua yang tertulis seperti di bawah ini: Namun, ancaman sanksi tidak mengubah sikap Presiden Joko Widodo
Jokowi. Dia tetap mendukung penuh keputusan pembekuan PSSI oleh Menteri Pemuda dan Olahraga Imam
Nahrawi. Kalau memang harus dibayar demi perbaikan persepak bolaan nasional, mantan
gubernur DKI Jakarta itu tidak mempermasalahkannya. Latar tersebut langsung menjawab lebih rinci atas hukuman yang di terima oleh sepak
bola Indonesia, Jokowi ditulis siap menerima resikonya demi perbaikan sepak bola nasional, sepertinya Jawa Pos memang menggunakan cara penulisaan seperti tanya jawab, fakta yang
terjadi direspon dengan frame Jawa Pos yang pro terhadap sikap Jokowi memberikan tidak adanya lagi ruang untuk berfikir berbeda atas sikap jokowi, pembaca diarahkan pada sikap untuk
mendukung langkah yang sudah dilakukan oleh pemerintah dengan tidak adanya opsi lain dari pendapat tokoh yang berbeda.
Kemudian pada bagian pertengahan berita hingga akhir berita Jawa pos menyampaikan Latar Informasi yang panjang mengenai Pasal yang diangap dilanggar oleh PSSI, contoh negara
yang pernah disanksi FIFA namun tetap bisa mengikuti kompetisi internasional, penjelasan bahwa sebenarnya SEA Games bukan berada di bawah FIFA langsung, dan yang terakhir
mengenai sejarah terbentuknya PSSI berasal dari pembubaran federasi sebelumnya yaitu Indonesische Voetbal Bond IVB.
Semua penjelasan informasi yang panjang tersebut sangat jelas terasa bahwa Jawa Pos sengaja menyusun berita dengan uraian tersebut untuk memperkuat frame Jawa Pos yang
mendukung langkah Pemerintah Jokowi membekukan PSSI, hal ini terlihat dari penulisan mengenai sanksi FIFA terhadap Indonesia tidak mendetail dan hanya menuliskan pasal yang
dilanggar, kemudian dijelaskan FIFA memberikan keringanan pada timnas Indonesia untuk tetap
berlaga pada SEA Games, kemudian Jawa Pos memberikan sebuah fakta bahwasannya ajang SEA Games atau Asian Games tidak berada dinaungan FIFA melainkan di supervisi oleh IOC
International Olympic Committee. Jawa Pos memberi kesan bahwa tanpa keringanan hukuman tersebut pun Tim Nasional Indonesia sebenarnya masih bisa bermain di SEA Games, hal ini
diperkuat dengan fakta yang dijabarkan tentang timnas Iran yang di sanksi namun tetap bisa tampil di Asian Games.
Kemudian latar informasi yang diuraikan berlanjut pada akar sejarah terbentuknya PSSI yang terbentuk karena pembubaran federasi sebelumnya, seperti penjelasan pada paragraf 15 dan
16 berikut: Sebelum Indonesia merdeka, PSSI yang kala itu dipimpin Ir Soeratin
berupaya keras untuk mendapat pengakuan FIFA.
Pada 16 Mei 1936 upaya PSSI tersebut gagal. Dalam surat resminya, FIFA lebih
memilih Nederland Inlandsche Voetbal Unie NIVU. Oleh FIFA, PSSI dicap
sebagai perkumpulan ilegal serta tak punya kekuatan di mata
hukum dan negara. Kondisi itu yang membuat NIVU-lah yang
melenggang ke Piala Dunia 1938, bukan PSSI. Baru setelah NIVU bubar dan Indonesia merdeka, PSSI diterima FIFA.
Penjelasan di atas memperlihatkan bahwa pada awalnya PSSI dianggap perkumpulan ilegal karena pada saat Indonesia belum merdeka yang diakui sebagai lembaga resmi adalah
Nederland Inlandsche Voetbal Unie NIVU. Penjelasan di atas kemudian ditutup dengan fakta bahwa lahirnya PSSI karena pembubaran federasi sebelumnya yaitu Indonesische Voetbal Bond
IVB yang berdiri pada 1927 di Solo, hal tersebut pun diakui oleh PSSI sendiri. Fakta-fakta yang ditampilkan pada latar berita Jawa Pos di atas pastinya dipilih sesuai
dengan keperluan dari Jawa Pos sendiri yang memang mendukung langkah dari pemerintahan Jokowi untuk mereformasi PSSI, dalam fakta yang di tampilkan semuanya berkaitan satu sama
lainya memberikan kesan bahwa sebenarnya FIFA bukanlah organisasi yang pantas terlalu
dipercayai juga lahir PSSI pun dari konflik organisasi yang bisa jadi sejarah tersebut bisa terulang demi perbaikan persepak bolaan nasional.
Dalam penggunaan Kutipan, Sumber, pernyataan Presiden Jokowi yang menjadi satu-
satunya narasumber berita ditempatkan pada awal awal paragraf dengan diuraikan pendapatnya secara panjang dan jelas, penggunaan sumber berita tunggal membuat pendapatnya lah terlihat
paling benar karena pembaca tidak diberi pendapat perbandingan dari tokoh lain. Ini semakin menguatkan fakta bahwa frame dari Jawa Pos persis dengan sudut pandang Jokowi.
Penutup berita dari Jawa Pos menggunakan latar dari fakta yang ditampilkan mengenai
sejarah lahirnya PSSI beserta konflik yang menyertai, seperti yang sudah diuraikan di atas Jawa Pos mencoba memperlihatkan bahwa PSSI tak terlepas dari konflik, penutup berita Jawa Pos
terlihat cocok dalam menyikapi keadaan PSSI yang carut marut.
Dalam unsur Skrip pada berita yang diterbitkan oleh Jawa Pos, cara wartawan menyusun
berita sangat menarik, karena sang wartawan hanya menempatkan satu narasumber berita yaitu Presiden Jokowi dengan dilengkapi penjabaran tentang sejarah sanksi yang pernah dijatuhkan
FIFA terhadap negara lain dan sejarah kelam pembentukan PSSI. Jawa Pos sangat jelas terlihat mengambil sikap bahwa diperlukan perbaikan pada tubuh
PSSI atau bahkan merevolusi PSSI dengan cara memberi contoh bahwa lahirnya PSSI juga karena terdapat masalah pada federasi sebelumnya, juga penggunaan pendapat dari Jokowi
semata membuat berita yang dibaca masyarakat hanya melihat dari sudut pandang pemerintah yang menghendaki terjadinya perbaikan dalam tubuh PSSI. Jawa Pos tidak memberikan ruang
pada pihak yang berseberangan pendapat dengan pemerintah.
Frame mengenai perbaikan dalam tubuh PSSI kemudian dikuatkan dengan cara wartawan memberikan gambaran-gambaran mengenai contoh negara yang pernah dijatuhkan
sanksi hingga sejarah terbentuknya PSSI latar belakang yang ditulis oleh wartawan ini dimaksukan untuk memperkuat pendapat bahwa langkah yang telah diambil pemerintah tepat
dan tidak ada yang perlu dikhawatirkan terhadap sanksi yang diterima oleh sepak bola Indonesia.
Unsur Tematik dalam berita Jawa Pos terlihat jelas dibuat untuk memperkuat frame
utamanya yaitu perbaikan sepak bola nasional dengan cara menyampaikan uraian-uraian tema yang menjawab tentang sanksi FIFA bukanlah sesuatu yang perlu ditakutkan juga menjabarkan
sikap tegas dari pemerintah, tema-tema tersebut bisa dilihat sebagai berikut: Pertama tema yang diangkat oleh Jawa Pos adalah Sanksi FIFA bukanlah sesuatu yang
terlalu ditakutkan hal ini bisa dilihat dari uraian paragraf ke 10 pada awal kalimat yang berbunyi: “
Hukuman tersebut lumrah diperoleh setiap negara yang mendapat sanksi.” wartawan dalam kalimat tersebut ingin menyampaikan bahwa hukuman yang diterima oleh Indonesia merupakan
sesuatu yang wajar dan tak perlu ditakuti. Kedua tema yang dipakai adalah dukungan presiden terhadap langkah yang telah diambil
Menpora dalam membekukan PSSI. Hal ini terlihat pada paragraf ke dua yang menegaskan bahwa resiko dijatuhkannya sanksi FIFA tidak masalah asal untuk perbaikan sepak bola
Nasional, paragraf ini seolah menjawab atas sanksi yang telah diberikan yang ditulis pada paragraf pertama.
Ketiga tema yang ditulis adalah menurunnya prestasi sepak bola Indonesia diajang Internasional tema ini ditulis pada paragraf 5 dan 6 dalam kedua paragraf ini dijelaskan mulai
dari ranking Indonesia yang melorot dan nihil prestasi dalam 10 tahun terakhir. Hal ini yang
menjadi landasan agar dilakukan pembenahan disemua sektor dalam tata kelola sepak bola nasional.
Tema keempat adalah bahwa kompetisi sepak bola SEA Games tidak berada di bawah wewenang FIFA, tema ini dimaksudkan untuk menekankan bahwa dibolehkanya timnas U-23
untuk tetap mengikuti SEA Games keputusannya tidak semata-mata dari FIFA karena FIFA tidak memiliki wewenang secara langsung, Jawa Pos juga memberi contoh kasus sepak bola Iran
yang di sanksi FIFA namun masih bisa mengikuti Ajang Asian Games. Tema kelima yang diuraikan Jawa Pos merupakan fakta bahwa pada sejarahnya PSSI
dianggap legal dan lahirnya PSSI dari pembubaran federasi sebelumnya hal ini bisa dilihat pada penutup berita Jawa Pos. Wartawan menuliskan fakta sejarah ini untuk memperlihatkan
kemungkinan dibentuknya federasi sepak bola baru demi perbaikan sepak bola nasional.
Dalam unsur Retoris yang dapat dilihat dalam berita Jawa Pos kesemuanya di pakai
untuk menekankan frame Jawa Pos sendiri tentang reformasi sepak bola nasional, beberapa penekanan retoris dapat dilihat seperti penggunaan foto Jokowi berikut kutipannya yang
ditempatkan terpisah dan tulisanya dicetak lebih besar serta penggunaan kutipan yang menyertainya seperti yang dapat dilihat di bawah ini:
Gambar 3.7 Kutipan Jokowi
Bunyi kalimat di atas adalah “Kalau hanya ikut event internasional, tapi selalu kalah
kebanggan kita di mana?”. Kalimat tersebut menyiratkan bahwa sepak bola Indonesia di bawah PSSI nihil prestasi sehingga perlu diadakan perubahan. Dalam retoris lain yaitu pada sub Judul
Jawa Pos menggunakan kalimat “Jokowi: Tak masalah demi reformasi PSSI”, kalimat ini seperti menjawab atas hukuman yang telah diterima oleh Indonesia seperti yang tertulis pada judul
berita. Jokowi ingin perubahan ditubuh PSSI meski sanksi FIFA dijatuhkan untuk Indonesia.
Tabel 3.7 Frame Jawa Pos: Tak masalah jatuhnya sanksi demi reformasi PSSI
Gam bar