Republika Frame: Momentum untuk memperbaiki sepak bola nasional dan PSSI

Strutur Sintaksis Berita Republika STRUKTUR SINTAKSIS Headline Judul Indonesia Disanksi FIFA Sub Judul Ini momentum untuk memperbaiki sepak bola nasional dan PSSI Lead Federasi Sepak Bola Dunia FIFA, yang dalam sepekan ini didera skandal, menjatuhkan sanksi bagi Indonesia. Merah Putih resmi disanksi oleh FIFA yang kembali dipimpin Sepp Blatter berdasarkan surat tertanggal, Sabtu, 30 Mei 2015, yang ditandatangani oleh Sekjen FIFA Jerome Valcke setelah rapat Executive Comittee Exco FIFA di Zurich, Swiss, Sabtu 305 Latar Informasi Sanksi itu dijatuhkan setelah FIFA mengingatkan Indonesia bahwa anggota asosiasi, dalam hal ini PSSI, harus bebas dari intervensi pemerintah. FIFA menganggap Indonesia tidak mengindahkan tiga kali surat peringatan, masing-masing tertanggal 18 Februari, 4 Mei, dan 22 Mei. PSSI disanksi hingga batas waktu yang tidak ditentukan karena melanggar pasal 13 dan 17 statuta FIFA mengenai intervensi pemerintah. Dalam Sanksi itu, FIFA menyatakan bakal mencabut sanksi untuk Indonesia jika PSSI menyelesaikan permasalahan tanpa adanya ikut campur pihak ketiga. Selain itu, FIFA juga meminta agar tanggung jawab tim nasional dan seluruh kompetisi sepak bola Indonesia diserahkan kepada PSSI. Kekecewaan muncul saat Sepp Blatter terpilih kembali menjadi presiden FIFA, Sabtu 305 dini hari. Blater memperoleh suara terbanyak melampaui rivalnya, Pangeran Ali bin al-Hussein, saat putaran pertama pemilihan presiden FIFA, di Zurich, Swiss, Jumat 295 waktu setempat. Asosiasi sepak bola negara Eropa sejak awal menolak Blater kembali memimpin FIFA. Kutipan, Sumber, pernyataan. Zuhairi Misrawi Anggota Tim Transisi Kemenpora “Sanksi FIFA bukan akhir sepak bola nasional, tetapi justru momentum untuk membenahi sepak bola nasional,” Mahfud MD Mantan Pimpinan Mahkamah Konstitusi Mahfud MD menilai dijatuhkannya sanksi FIFA menjadi momentum bagi Pemerintah Indonesia untuk melakukan perbaikan pada tubuh PSSI. “Indonesia sudah kena banned oleh FIFA. Manfaatkan pil pahit ini sebagai obat penyembuh. perbaiki segera PSSI. Setelah beres, daftar lagi ke FIFA,” KMRT Roy Suryo Mantan Menteri Pemuda dan Olahraga Sanksi tersebut merupakan hal terburuk yang pernah dialami dunia sepak bola Tanah Air, “Ini sejarah kelam dan mimpi buruk tidak hanya bagi sepak bola Indonesia, tetapi juga dunia olahraga umumnya. Secara pribadi sebagai pihak yang sudah berusaha mempersatukan KPSI-PSSI dua tahun lalu sangat upset ,” John Delaney Kepala Eksekutif Asosiasi Sepak Bola Irlandia FAI John Delaney mengaku kecewa atas terpilihnya kembali Sepp Blatter menjadi presiden FIFA untuk kelima kalinya. “Saya tidak melihat dia bertahan empat tahun. Kami sekarang harus dapat menggunakan kekuatan Eropa. Saya masih berpikir ini adalah awal dari akhir Sepp Blatter,” Stewart Regan Kepala Eksekutif Asosiasi Sepak Bola Skotlandia Stewart Regan juga mendukung pernyataan Delaney. Meski Sangat kecewa atas terpilihnya Blatter, ia tidak merasa heran dengan hasil itu. Adapun pihaknya bakal segera berkonsultasi dengan UEFA terkait perubahan penting yang diperlukan dalam FIFA. Michael Platini Presiden Badan Sepak Bola Eropa UEFA Michael Platini juga telah mengkritik Blatter. Para petinggi UEFA akan bertemu pada final Liga Champions di Berlin 6 Juni mendatang untuk membahas rencana mengenai masa depan sepak bola. Greg Dyke Ketua Federasi Sepak Bola Inggris FA “Ini adalah awal dari proses, bukan akhir. Ide Blatter mereformasi FIFA jelas diragukan. Saya akan sangat terkejut jika dia masih dalam pekerjaan ini Presiden FIFA dalam waktu dua tahun kedepan,” Penutup “Ini adalah awal dari proses, bukan akhir. Ide Blatter mereformasi FIFA jelas diragukan. Saya akan sangat terkejut jika dia masih dalam pekerjaan ini Presiden FIFA dalam waktu dua tahun kedepan,” Dilihat dari struktur sintaksis diatas terlihat frame besar dari Republika yaitu dijatuhkannya sanksi FIFA untuk sepak bola Indonesia, hal ini bisa terlihat langsung dari Headline yang dipakai oleh Republika yaitu Indonesia Disanksi FIFA, judul berita tersebut tegas dan lugas mengabarkan tentang fakta yang terjadi bahwa FIFA menjatuhkan sanksi terhadap sepak bola Indonesia. Seperti pada umunya sebuah berita yang menggunakan formula segitiga terbalik Republika memberikan pendapatnya utamanya dalam headline. Menariknya adalah penggunaan Sub Judul yang persis di bawah headline, yang berbunyi “Ini momentum untuk memperbaiki sepak bola nasional dan PSSI” penggunaan sub judul ini memperlihatkan sudut pandang lain dari Republika yang tidak hanya sekedar memberitakan tentang sanksi FIFA, Republika secara samar menonjolkan pendapat mereka melalui sub judul ini, penggunaan sub judul tersebut sebenarnya kutipan pendapat dari Zuhairi Misrawi yang dijadikan salah satu sumber berita, dalam pemilihan sub judul tersebut Republika mencoba menggaris bawahi point yang dianggap penting bagi Republika agar pembaca diberi frame Republika yang memandang sanksi FIFA tersebut selayaknya menjadi waktu yang tepat untuk perbaikan sepak bola Indonesia. Di dalam berita yang dimuat Republika di atas sebenarnya terdapat dua buah berita yang saling berkaitan seperti yang diterbitkan Kompas bedanya porsi berita dari Republika lebih seimbang dengan awal berita sampai pertengahan berita membahas tentang sanksi FIFA terhadap PSSI sedangkan dari tengah sampai penutup membahas terpilihnya kembali Sepp Blatter sebagai presiden FIFA. Kemudian pada Lead Republika memberikan gambaran tentang apa yang sedang terjadi seperti dibawah ini: Federasi Sepak Bola Dunia FIFA, yang dalam sepekan ini didera skandal, menjatuh sanksi bagi Indonesia. Merah Putih resmi disanksi oleh FIFA yang kembali dipimpin Sepp Blatter berdasarkan surat tertanggal, Sabtu, 30 Mei 2015, yang ditandatangani oleh Sekjen FIFA Jerome Valcke setelah rapat Executive Comttee Exco FIFA di Zurich, Swiss, Sabtu 305 Dalam awal kalimat diatas Republika memperlihatkan citra tidak baik terhadap institusi FIFA melalui kalimat “Federasi Sepak Bola Dunia FIFA, yang dalam sepekan ini didera skandal, menjatuhkan sanksi bagi Indonesia ” pelekatan sifat tertentu dalam sebuah lembaga mampu membuat kesan yang baik maupun buruk, dalam hal ini Republika sebelum bercerita tentang jatuhnya sanksi FIFA terhadap Indonesia terlebih dahulu mengesankan bahwa ditubuh FIFA telah terjadi skandal sebelumnya. Melalui cara ini terlihat Republika ingin memberi pemaknaan bahwa sanksi yang dijatuhkan kepada sepak bola Indonesia berasal dari lembaga yang didera banyak skandal yang tak perlu dirisaukan berlebihan karena toh FIFA sendiri memiliki banyak masalah. Dalam Latar Informasi yang dipaparkan oleh Republika diatas terdapat dua bagian latar yang disampaikan sesuai dua sub berita yang berbeda, latar yang pertama menjelaskan tetang kronologi mengapa FIFA menjatuhkan sanksi terhadap Indonesia dengan menuliskan detail perihal surat peringatan yang sudah dilayangkan kepada PSSI terlebih dahulu, masing-masing tertanggal 18 Februari, 4 Mei, dan 22 Mei. Kemudian, terdapat juga dasar pasal yang dianggap dilanggar oleh Pemerintah Indonesia sehingga FIFA menjatuhkan sanksi tersebut. Hal semacam ini tidak ditemukan didalam latar informasi yang disampaikan Kompas pada latarnya yang hanya menyampaikan informasi sebatas dijatuhkannya saksi FIFA. Dalam Latar Kedua Republika membahas mengenai terpilihnya kembali Sepp Blatter menjadi presiden FIFA, dalam latar tersebut dibumbui nada pesimisme dan citra buruk menyambut terpilihnya kembali Sepp Blatter dengan menuliskan kekecewaan dari berbagai asosiasi sepak bola negara Eropa, dalam latar ini Republika memposisikan frame pada kelompok yang tidak setuju terpilihnya kembali Sepp Blatter menjadi Presiden FIFA, hal ini bisa langsung ditangkap karena Republika sendiri hanya mengutip atau menyediakan ruang bagi kelompok yang tidak setuju terhadap kepemimpinan Blatter yang mayoritas berasal dari daratan Eropa. Republika tidak mencari latar informasi dari pendapat kelompok lain Seperti Afrika atau Amerika Selatatan, padahal secara perolehan suara mayoritas negara-negara anggota FIFA mendukung Sepp Blatter. Terbukti dari hasil voting suara, Blatter unggul telak dari pesaing terdekatnya Pangeran Ali dari Yordania. Dalam Kutipan, Sumber, pernyataan yang dipakai Republika di atas terdapat tujuh orang yang diambil pendapatnya, ketujuh orang tersebut dibagi kedalam dua sub berita, dalam sub berita pertama tentang sanksi FIFA terdapat tiga nama yang dijadikan rujukan yaitu: Zuhairi Misrawi Anggota Tim Transisi Kemenpora, Mahfud MD Mantan Pimpinan Mahkama Konstitusi, dan KMRT Roy Suryo Mantan Menteri Pemuda dan Olahraga, sementara untuk rujukan sub berita kedua tentang terpilihnya kembali Sepp Blatter Republika menggunakan sumber dari John Delaney Kepala Eksekutif Asosiasi Sepak Bola Irlandia FAI, Stewart Regan Kepala Eksekutif Asosiasi Sepak Bola Skotlandia, Michel Platini Presiden Badan Sepak Bola Eropa UEFA, dan Greg Dyke Ketua Federasi Sepak Bola Inggris FA. Menariknya adalah dalam pembuatan sub berita pertama tentang sanksi FIFA, Republika mengambil sumber berita ketiga orang tersebut melalui Twitter, hal ini menjadi menarik karena dengan cara kerja wartawan yang hanya mengutip dari twitter, wartawan akan kesusahan melakukan wawancara atau melontarkan pertanyaaan, dan dalam Twitter tentunya sangat banyak akun yang mengomentari sanksi FIFA terhadap Indonesia, dengan seperti ini maka sang wartawan hanya akan memilih mana sumber berita yang cocok dengan frame media nya, kemudian melupakan pendapat lain yang tidak sesuai. Dari keenam media besar yang dianalisis Republika satu-satunya media yang tidak mengambil pendapat dari Presiden Jokowi sebagai sumber berita, ini menarik karena Jokowi pada saat itu langsung memberi pendapatnya kepada awak mengenai sanksi FIFA. Apalagi jabatan sebagai presiden tentu pendapatnya akan menjadi sorotan untuk mengetahui apa yang akan dilakukan Presiden kedepannya, entah sebenarnya apa yang terjadi namun yang jelas dari cara pengambilan sumber informasi pada berita Republika, Republika terlihat ‘malas’ bergerak mencari in formasi, atau memang di sengaja ‘melupakan’ Jokowi, padahal pendapat Jokowi sangat ditunggu. Kemudian cara penyusunannya ketiga sumber berita diatas memperlihatkan kecondongan pada perbaikan sepak bola nasional, hal ini terbukti dari ketiga pendapat di atas dua diantaranya menilai positif dari sanksi yang dijatuhkan FIFA, pendapat tersebut disusun seperti dibawah ini: Anggota Tim Transisi Kemenpora, Zuhairi Misrawi, menyikapi dengan tenang turunnya sanksi resmi FIFA. Sanksi FIFA bukan akhir sepak bola nasional, tapi justru momentum untuk membenahi sepak bola nasional, kata Zuhairi Misrawi, seperti dikutip dari akun Twitter pribadinya. Mantan pimpinan Mahkamah Konstitusi Mahfud MD menilai dijatuhkannya sanksi FIFA menjadi momentum bagi Pemerintah Indonesia untuk melakukan perbaikan pada tubuh PSSI. Indonesia sudah kena banned oleh FIFA. Manfaatkan pil pahit ini sebagai obat penyembuh. Perbaiki segera PSSI. Setelah beres, daftar lagi ke FIFA, tulis Mahfud MD dalam jejaring sosial pribadinya, Sabtu305malam. Sementara itu, Mantan menteri pemuda dan olahraga KMRT Roy Suryo berpendapat, sanksi tersebut merupakan hal terburuk yang pernah dialami dunia sepak bola Tanah Air. Ini sejarah kelam dan mimpi buruk tidak hanya bagi sepak bola Indonesia, tetapi juga dunia olahraga umumnya. Secara pribadi, sebagai pihak yang sudah berusaha mempersatukan KPSI- PSSI dua tahun lalu sangat upset, kata Roy Suryo dalam jejaring sosial pribadinya Terlihat jelas cara penyusunan berita diatas memperlihatkan Republika mengutamakan pendapatnya yang menanggapi dengan positif sanksi FIFA terhadap Indonesia, pendapat Zuhairi Miswari Anggota Tim Transisi Kemenpora yang berpendapat bahwa sanksi tersebut justru saat yang tepat untuk perbaikan sepak bola nasional seakan pendapatnya diamini oleh Mahfud MD Mantan pimpinan Mahkamah Konstitusi dengan menempatkan Mahfud MD dibawahnya, kemudian pendapat kedua tokoh diatas diadu dengan pendapat Roy Suryo yang menyesalkan terjadinya sanksi FIFA terhadap Indonesia, yang membuat pendapat Roy Suryo berbeda sendiri. Hal lainnya sangat penting adalah sebenarnya Republika sudah memberikan intisari dari pendapatnya pada Sub Judul diatas “Ini momentum untuk memperbaiki sepak bola nasional dan PSSI” ini merujuk pada pendapat Zuhairi Misrawi dan Republika juga memaknai pendapat dari Mahfud MD sama dengan menggunakan kata “Mantan pimpinan Mahkamah Konstitusi Mahfud MD menilai dijatuhkannya sanksi FIFA menjadi momentum bagi Pemerintah Indonesia untuk melakukan perbaikan pada tubuh PSSI” padahal dalam kutipannya pendapat Mahfud MD tidak tertulis demikian, Republika mengambil kesimpulan sendiri dan memaknai sendiri atas pendapat Mahfud MD agar terlihat selaras dengan sudut pandang Republika. Sementara pada sub berita kedua pendapat yang digunakan oleh Republika adalah orang- orang dari kelompok yang tidak senang atas terpilihnya kembali Sepp Blatter, semua pendapat tersebut berasal dari asosiasi yang berada di daratan Eropa. Ini menguatkan atas apa yang peneliti ungkapkan sebelumya di dalam latar informasi bahwa Republika tidak memberikan ruang pendapat dari kelompok yang mendukung Sepp Blatter. Penutup berita merupakan bagian dari sub berita kedua, yang menggunakan pendapat dari Greg Dyke Ketua Federasi Sepak Bola Inggris FA, sama seperti yang disampaikan diatas pendapat dari Greg Dyke juga tidak senang atas terpilihnya kembali Sepp Blatter. Dalam unsur Skrip yang ada dalam berita di atas Republika menyusun peristiwa beserta pendapatnya berfokus pada dua bagian berita yang pertama adalah jatuhnya saknsi FIFA dan bagaimana dalam menanggapinya, sementara yang kedua terpilihnya kembali Sepp Blatter menjadi presiden FIFA beserta pendapat dari berbagai pihak yang terkait sepak bola. Pada bagian berita pertama dari paragraf 1-3 Republika menjelaskan secara rinci tetang kenapa, bagaimana, dan mengapa FIFA bisa menjatuhkan sanksi terhadap persepak bolan Indonesia. Kemudian mulai dari paragraf ke 4-6 dikutip tiga narasumber yaitu Zuhairi Misrawi Anggota Tim Transisi Kemenpora, Mahfud MD Mantan Pimpinan Mahkama Konstitusi, KMRT Roy Suryo Mantan Menteri Pemuda dan Olahraga. Ketiga tokoh ini pendapatnya dijabarkan di masing masing pendapat satu paragraf, dengan penysunan pendapat KMRT Roy Suryo diletakan dibagian akhir, sebagai mana yang dijelaskan diatas Roy Suryo menanggapi sanksi ini dengan nada negatif karena menganggap sebagai sejarah kelam persepak bolaan Indonesia sementara dua tokoh lainnya berpendapat dengan nada positif dengan berharap sanksi ini sebagai moment perbaikan sepak bola nasional. Cara wartawan menyusun berita seperti ini dimaksudkan untuk mengkerdilkan pendapat Roy Suryo karena ditempatkan di bagian akhir berita dan pendapatnya terasa janggal karena berbeda sendiri dengan dua tokoh lainya yaitu Zuhairi Misrawi dan Mahfud MD. Sementara dalam bagian kedua Republika berfokus pada pemberitaan terpilihnya kembali Sepp Blater menjadi Presiden FIFA dan pendapat dari berbagai pihak yang terkait sepak bola. Hal ini dituliskan pada paragraf 7-13 dari semua pendapat yang dipakai oleh Republika, semuanya menanggapi dengan nada pesimis tentang masa depan sepak bola ditangan Sepp Blatter karena Sepp Blatter sendiri integritasnya diragukan setelah FIFA terjerat sekandal korupsi. Bagian kedua dalam berita Republika di atas bisa jadi sebagai cara pandang bahwa FIFA sebagai lembaga yang telah menjatuhkan sanksi terhadap sepak bola Indonesia telah terjerat skandal korupsi dan hal ini memperlihatkan bahwa hukuman terhadap Indonesia sendiri tidak berasal dari lembaga yang memiliki reputasi baik. Unsur Tematik pada berita yang diterbitkan oleh Republika memiliki tiga bagian tema yang diuraikan, ketiga tema tersebut bisa dilihat sebagai berikut: Pertama tema yang diuraikan mengenai sanksi yang dijatuhkan FIFA, ini bisa dilihat dari paragraf 1 sampai 3 dalam uraian yang disampaikan oleh Republika cukup detail dengan runtutan mengapa sanksi bisa dijatuhkan dengan menyebut FIFA telah tiga kali memberi surat peringatan namun tidak dihiraukan oleh pemerintah, Republika juga menguraikan pasal yang dilanggar beserta sanksi yang diterima hal ini agak berbeda dengan Kompas yang mengangkat tema ini hanya dari beberapa sisi saja. Kedua tema yang diangkat adalah respon dari masyarakat mengenai sanksi FIFA ini yang diwakili dengan pendapat dari Zuhairi Misrawi Anggota Tim Transisi Kemenpora, Mahfud MD Mantan Pimpinan Mahkama Konstitusi, KMRT Roy Suryo Mantan Menteri Pemuda dan Olahraga. Seperti yang sudah dijelaskan di atas ke tiga tokoh ini terbagi dalam dua pandangan yang berbeda, pendapat Zuhairi Misrawi dan Mahfud MD menganggap jatuhnya sanksi merupakan saat yang tepat untuk perbaikan sepak bola nasional sementara KMRT Roy Suryo sangat menyayangkan sanksi tersebut dan menganggap hal tersebut merupakan sejarah kelam bagi sejarah Indonesia. Namun cara penyusunan narasumber dan penempatan pendapat dalam berita cenderung mengkerdilkan pendapat Roy Suryo. Ketiga tema yang diangkat adalah respon terpilihnya kembali Sepp Blater menjadi presiden FIFA, hal ini bisa dilihat dari sub berita kedua yang semua narasumber menanggapi dengan nada pesimisme dalam terpilihnya kembali Sepp Blatter. Republika terlihat sangat jelas memperlihatkan bahwa kepemimpinan Sepp Blatter diragukan. Unsur yang terakhir adalah Retoris dalam berita yang dimuat Republika terdapat unsur retoris yang dapat dicermati yaitu grafik dan foto seperti yang terlihat di bawah ini: Gambar 3.4 Gambar 3.5 Foto pembacaan sanksi FIFA Poin dari Sanksi FIFA Foto di atas adalah foto yang dipasang di halaman utama dan hampir memenuhi setengah bagian koran, foto tersebut merupakan foto konfrensi pers yang digelar setelah komite eksekutif FIFA menggelar rapat yang salah satunya membahas tentang sanksi terhadap Indonesia, sementara pada grafik yang ditempatkan pada tengah berita menjelaskan tentang beberapa hukuman yang bakal diterima Indonesia yang poinnya tertulis seperti di bawah ini: -PSSI kehilangan hak-haknya sebagai anggota FIFA statuta FIFA pasal 12 ayat1. -Semua tim sepak bola Indonesia tim nasional maupun klub-klubnya dilarang berhubungan keolahragaan dengan anggota FIFA yang lain termasuk AFC, termasuk mengikuti kompetisi-kompetisi yang diselenggarakan oleh FIFA dan AFC statuta FIFA pasal 14 ayat 3. -PSSI dan officialnya tidak memperoleh hak terkait program-program pengembangan FIFA, dan juga pelatihan-pelatihan, selama masa hukuman. Unsur retoris di atas berfokus pada proses pengambilan keputusan sanksi FIFA terhadap Indonesia, hal ini ditandai dengan penggunaan foto dihalaman utama dan juga penjabaran sanksi yang bakal diterima Indonesia dalam bentuk grafis, dalam infografis Republika bertolak belakang dengan Kompas, jika Kompas menampilkan infografis hanya pada bagian syarat-syarat agar sanksi bisa dicabut, sementara Republika hanya menuliskan pada sanksi yang bakal diterima oleh Indonesia. Unsur retoris lainya yang bisa dicermati adalah penggunaan sub judul yang ditempatkan persis setelah judul utama yang terkesan normatif, sub judul tersebut dicetak lebih tebal dibanding font pada isi berita, hal ini seakan memberi tanda awal mengenai gagasan Republika yang merespon dijatuhkannya sanksi FIFA, bunyi Sub J udul tersebut adalah “Ini momentum untuk memperbaiki sepak bola nasional dan PSSI”. Tabel 3.5 Frame Republika: Momentum untuk memperbaiki sepak bola nasional dan PSSI Elemen Strategi Penulisan Sintaksis Pemilihan sub judul menunjukan frame utama dibalik sekedar memberitakan sanksi FIFA, penyusunan narasumber yang menempatkan Zuhairi Misrawi dan Mahfud MD yang berpendapat saat yang tepat perbaikan sepak bola lebih menonjol dibandingkan pendapat Roy Suryo yang menyayangkan jatuhnya sanksi FIFA. Skrip Pada Unsur skrip Republika berfokus pada who atau bagaimana pendapat dari berbagai narasumber yang dikutip, cara penyusunan narasumber mengkerdilkan pendapat Roy Suryo yang diletakan diakhir pendapat narasumber lainya. Dibagian lain berita cara pengutipanya diambil dari para narasumber yang pesimis terhadap terpilihnya Sepp Blater menjadi presiden FIFA. Tematik 1 Jatuhnya Sanksi FIFA 2 pendapat dari Zuhairi Misrawi, Mahfud MD dan Roy Suryo mengenai Sanksi FIFA yang berfokus pada perbaikan Sepak bola Nasional 3 Pesimisme terhadap terpilihnya kembali Sepp Blater menjadi presiden FIFA Retoris Penggunaan foto, grafis dan pemilihan font yang dicetak lebih besar pada sub judul seakan menggaris bawahi ide utama dari berita tersebut Gambar 3.6 Headline Jawa Pos

C. Jawa Pos Frame: Tak masalah jatuhnya sanksi demi reformasi PSSI

Tabel 3.6 Struktur Sintaksis Berita Jawa Pos STRUKTUR SINTAKSIS Headline Judul FIFA Hukum Indonesia Sub Judul Jokowi: Tak Masalah Demi Reformasi PSSI Lead Indonesia akhirnya dijatuhi sanksi oleh FIFA Sabtu 305. Berdasarkan surat yang diterbitkan induk sepak bola internasional itu, PSSI kehilangan hak sebagai anggota. Otomatis, seluruh tim di Indonesia, baik klub maupun tim nasional timnas, dilarang ikut kompetisi internasional. Latar Informasi Namun, ancaman sanksi tidak mengubah sikap Presiden Joko Widodo Jokowi. Dia tetap mendukung penuh keputusan pembekuan PSSI oleh Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi. Kalau memang harus dibayar demi perbaikan persepak bolaan nasional, mantan gubernur DKI Jakarta itu tidak mempermasalahkannya. Surat sanksi FIFA kepada Indonesia ditandatangani Sekretaris Jenderal FIFA Jerome Valcke. Di sana disebutkan, PSSI kehilangan status sebagai anggota sesuai dengan pasal 12 ayat 1 dan pasal 14 ayat 3 statuta FIFA. Selain tim dari Indonesia tidak bisa berlaga di event internasional, PSSI tak akan mendapat kucuran dana jutaan dolar yang rutin mereka peroleh dari FIFA Dalam surat itu juga disebutkan syarat apa saja yang bisa membuat Indonesia lolos dari hukuman. Intinya, Kemenpora dan pihak terkait tidak lagi mengintervensi PSSI. Pengelolaan timnas dan liga harus dikembalikan ke PSSI. Hukuman tersebut lumrah diperoleh setiap negara yang mendapat sanksi. Namun, dalam surat tersebut FIFA memberikan keringanan dengan mengizinkan timnas U-23 Indonesia mengikuti SEA Games yang digelar di Singapura. Ajang SEA Games sebenarnya tidak berada di bawah wewenang FIFA. Namun, dalam aturan organisasi, FIFA memang bisa melarang sebuah negara yang disanksi untuk ikut kompetisi internasional yang disupervisi IOC International Olympic Committee. Ada kerja sama tertulis antara FIFA dan IOC. Namun, larangan itu tak bersifat mutlak dan mengikat. Dibutuhkan persetujuan IOC agar keinginan tersebut bisa terlaksana. Jika diplomasi bisa dilakukan kepada IOC, negara yang disanksi bisa tetap mengikuti pergelaran-pergelaran kompetisi olahraga regional seperti Asian Games atau SEA Games. Hal itu mengacu seperti yang dilakukan Iran pada Asian Games 2006. Meski status Federasi Sepak Bola Iran sedang di-banned, timnas Iran tetap bisa mengikuti Asian Games. Lobi yang dilakukan Kementerian Olahraga Iran kepada IOC menuai hasil. FIFA pun melunak. Terasingnya PSSI dari FIFA sebenarnya bukanlah hal yang baru. Sebelum Indonesia merdeka, PSSI yang kala itu dipimpin Ir Soeratin berupaya keras untuk mendapat pengakuan FIFA.

Dokumen yang terkait

PROBLEM JURNALIS LINGKUNGAN DI SKH RIAU POS (Studi Deskriptif Kualitatif Terhadap Jurnalis SKH Riau Pos Dalam Pemberitaan Seputar Kebakaran Hutan dan Lahan di Riau).

0 4 13

SKRIPSI PROBLEM JURNALIS LINGKUNGAN DI SKH RIAU POS (Studi Deskriptif Kualitatif Terhadap Jurnalis SKH Riau Pos Dalam Pemberitaan Seputar Kebakaran Hutan dan Lahan di Riau).

0 3 14

Studi Analisis Framing Profiling Dipo Alam dalam Pemberitaan SKH Media Indonesia Mengenai Kasus Pemboikotan Tiga Media Nasional PROFILING DIPO ALAM PADA SKH MEDIA INDONESIA Studi Analisis Framing Profiling Dipo Alam dalam Pemberitaan SKH Media Indonesia

0 3 14

PENDAHULUAN PROFILING DIPO ALAM PADA SKH MEDIA INDONESIA Studi Analisis Framing Profiling Dipo Alam dalam Pemberitaan SKH Media Indonesia Mengenai Kasus Pemboikotan Tiga Media Nasional.

0 3 27

KESIMPULAN DAN SARAN PROFILING DIPO ALAM PADA SKH MEDIA INDONESIA Studi Analisis Framing Profiling Dipo Alam dalam Pemberitaan SKH Media Indonesia Mengenai Kasus Pemboikotan Tiga Media Nasional.

0 4 15

JURNALISME DAMAI SKH KOMPAS JURNALISME DAMAI SKH KOMPAS TERKAIT ADANYA KLAIM TARI PENDET SEBAGAI BUDAYA MALAYSIA (Studi Analisis Framing Penerapan Jurnalisme Damai Pada SKH Kompas Terkait Pemberitaan Klaim Tari Pendet Sebagai Budaya Malaysia Periode Agust

0 2 19

PENDAHULUAN AGENDA POLITIK PDI PERJUANGAN MENGHADAPI PEMILU LEGISLATIF 2009 (Studi analisis isi obyektivitas pemberitaan RAKERNAS IV PDI Perjuangan pada SKH KOMPAS dan SKH REPUBLIKA periode 22 – 31 Januari 2009).

0 2 42

KESIMPULAN DAN SARAN AGENDA POLITIK PDI PERJUANGAN MENGHADAPI PEMILU LEGISLATIF 2009 (Studi analisis isi obyektivitas pemberitaan RAKERNAS IV PDI Perjuangan pada SKH KOMPAS dan SKH REPUBLIKA periode 22 – 31 Januari 2009).

0 2 93

Undang Pembuktian SKH

0 0 1

Pengumuman Pemenang talud skh

0 0 1