Republika Frame: Momentum untuk memperbaiki sepak bola nasional dan PSSI
Strutur Sintaksis Berita Republika
STRUKTUR SINTAKSIS Headline Judul
Indonesia Disanksi FIFA Sub Judul
Ini momentum untuk memperbaiki sepak bola nasional dan PSSI
Lead
Federasi Sepak Bola Dunia FIFA, yang dalam sepekan ini didera skandal, menjatuhkan sanksi bagi Indonesia. Merah Putih resmi
disanksi oleh FIFA yang kembali dipimpin Sepp Blatter berdasarkan surat tertanggal, Sabtu, 30 Mei 2015, yang ditandatangani oleh Sekjen
FIFA Jerome Valcke setelah rapat Executive Comittee Exco FIFA di Zurich, Swiss, Sabtu 305
Latar Informasi Sanksi itu dijatuhkan setelah FIFA mengingatkan Indonesia bahwa
anggota asosiasi, dalam hal ini PSSI, harus bebas dari intervensi pemerintah. FIFA menganggap Indonesia tidak mengindahkan tiga
kali surat peringatan, masing-masing tertanggal 18 Februari, 4 Mei, dan 22 Mei. PSSI disanksi hingga batas waktu yang tidak ditentukan
karena melanggar pasal 13 dan 17 statuta FIFA mengenai intervensi pemerintah.
Dalam Sanksi itu, FIFA menyatakan bakal mencabut sanksi untuk Indonesia jika PSSI menyelesaikan permasalahan tanpa adanya ikut
campur pihak ketiga. Selain itu, FIFA juga meminta agar tanggung jawab tim nasional dan seluruh kompetisi sepak bola Indonesia
diserahkan kepada PSSI. Kekecewaan muncul saat Sepp Blatter terpilih kembali menjadi
presiden FIFA, Sabtu 305 dini hari. Blater memperoleh suara terbanyak melampaui rivalnya, Pangeran Ali bin al-Hussein, saat
putaran pertama pemilihan presiden FIFA, di Zurich, Swiss, Jumat 295 waktu setempat.
Asosiasi sepak bola negara Eropa sejak awal menolak Blater kembali memimpin FIFA.
Kutipan, Sumber,
pernyataan.
Zuhairi Misrawi Anggota Tim Transisi Kemenpora “Sanksi FIFA bukan akhir sepak bola nasional, tetapi justru
momentum untuk membenahi sepak bola nasional,” Mahfud MD Mantan Pimpinan Mahkamah Konstitusi
Mahfud MD menilai dijatuhkannya sanksi FIFA menjadi momentum bagi Pemerintah Indonesia untuk melakukan perbaikan pada tubuh
PSSI. “Indonesia sudah kena banned oleh FIFA. Manfaatkan pil pahit ini sebagai obat penyembuh. perbaiki segera PSSI. Setelah beres,
daftar lagi ke FIFA,” KMRT Roy Suryo Mantan Menteri Pemuda dan Olahraga
Sanksi tersebut merupakan hal terburuk yang pernah dialami dunia
sepak bola Tanah Air, “Ini sejarah kelam dan mimpi buruk tidak hanya bagi sepak bola Indonesia, tetapi juga dunia olahraga umumnya.
Secara pribadi sebagai pihak yang sudah berusaha mempersatukan KPSI-PSSI dua tahun lalu sangat upset
,” John Delaney Kepala Eksekutif Asosiasi Sepak Bola Irlandia FAI
John Delaney mengaku kecewa atas terpilihnya kembali Sepp Blatter menjadi presiden FIFA untuk kelima kalinya.
“Saya tidak melihat dia bertahan empat tahun. Kami sekarang harus dapat menggunakan kekuatan Eropa. Saya masih berpikir ini adalah
awal dari akhir Sepp Blatter,”
Stewart Regan Kepala Eksekutif Asosiasi Sepak Bola Skotlandia Stewart Regan juga mendukung pernyataan Delaney. Meski Sangat
kecewa atas terpilihnya Blatter, ia tidak merasa heran dengan hasil itu. Adapun pihaknya bakal segera berkonsultasi dengan UEFA terkait
perubahan penting yang diperlukan dalam FIFA. Michael Platini Presiden Badan Sepak Bola Eropa UEFA
Michael Platini juga telah mengkritik Blatter. Para petinggi UEFA akan bertemu pada final Liga Champions di Berlin 6 Juni mendatang
untuk membahas rencana mengenai masa depan sepak bola. Greg Dyke Ketua Federasi Sepak Bola Inggris FA
“Ini adalah awal dari proses, bukan akhir. Ide Blatter mereformasi FIFA jelas diragukan. Saya akan sangat terkejut jika dia masih dalam
pekerjaan ini Presiden FIFA dalam waktu dua tahun kedepan,”
Penutup
“Ini adalah awal dari proses, bukan akhir. Ide Blatter mereformasi FIFA jelas diragukan. Saya akan sangat terkejut jika dia masih dalam
pekerjaan ini Presiden FIFA dalam waktu dua tahun kedepan,”
Dilihat dari struktur sintaksis diatas terlihat frame besar dari Republika yaitu dijatuhkannya sanksi FIFA untuk sepak bola Indonesia, hal ini bisa terlihat langsung dari
Headline yang dipakai oleh Republika yaitu Indonesia Disanksi FIFA, judul berita tersebut tegas
dan lugas mengabarkan tentang fakta yang terjadi bahwa FIFA menjatuhkan sanksi terhadap sepak bola Indonesia. Seperti pada umunya sebuah berita yang menggunakan formula segitiga
terbalik Republika memberikan pendapatnya utamanya dalam headline. Menariknya adalah penggunaan Sub Judul yang persis di bawah headline, yang berbunyi
“Ini momentum untuk memperbaiki sepak bola nasional dan PSSI” penggunaan sub judul ini memperlihatkan sudut pandang lain dari Republika yang tidak hanya sekedar memberitakan
tentang sanksi FIFA, Republika secara samar menonjolkan pendapat mereka melalui sub judul ini, penggunaan sub judul tersebut sebenarnya kutipan pendapat dari Zuhairi Misrawi yang
dijadikan salah satu sumber berita, dalam pemilihan sub judul tersebut Republika mencoba menggaris bawahi point yang dianggap penting bagi Republika agar pembaca diberi frame
Republika yang memandang sanksi FIFA tersebut selayaknya menjadi waktu yang tepat untuk perbaikan sepak bola Indonesia.
Di dalam berita yang dimuat Republika di atas sebenarnya terdapat dua buah berita yang saling berkaitan seperti yang diterbitkan Kompas bedanya porsi berita dari Republika lebih
seimbang dengan awal berita sampai pertengahan berita membahas tentang sanksi FIFA terhadap PSSI sedangkan dari tengah sampai penutup membahas terpilihnya kembali Sepp Blatter sebagai
presiden FIFA.
Kemudian pada Lead Republika memberikan gambaran tentang apa yang sedang terjadi
seperti dibawah ini: Federasi Sepak Bola Dunia FIFA, yang dalam sepekan ini didera skandal,
menjatuh sanksi bagi Indonesia. Merah Putih resmi disanksi oleh
FIFA yang kembali dipimpin Sepp Blatter berdasarkan surat tertanggal, Sabtu, 30 Mei 2015, yang ditandatangani oleh Sekjen FIFA
Jerome Valcke setelah rapat Executive Comttee Exco FIFA di Zurich, Swiss,
Sabtu 305
Dalam awal kalimat diatas Republika memperlihatkan citra tidak baik terhadap institusi FIFA melalui kalimat “Federasi Sepak Bola Dunia FIFA, yang dalam sepekan ini didera
skandal, menjatuhkan sanksi bagi Indonesia ” pelekatan sifat tertentu dalam sebuah lembaga
mampu membuat kesan yang baik maupun buruk, dalam hal ini Republika sebelum bercerita tentang jatuhnya sanksi FIFA terhadap Indonesia terlebih dahulu mengesankan bahwa ditubuh
FIFA telah terjadi skandal sebelumnya. Melalui cara ini terlihat Republika ingin memberi pemaknaan bahwa sanksi yang dijatuhkan kepada sepak bola Indonesia berasal dari lembaga
yang didera banyak skandal yang tak perlu dirisaukan berlebihan karena toh FIFA sendiri memiliki banyak masalah.
Dalam Latar Informasi yang dipaparkan oleh Republika diatas terdapat dua bagian latar
yang disampaikan sesuai dua sub berita yang berbeda, latar yang pertama menjelaskan tetang kronologi mengapa FIFA menjatuhkan sanksi terhadap Indonesia dengan menuliskan detail
perihal surat peringatan yang sudah dilayangkan kepada PSSI terlebih dahulu, masing-masing tertanggal 18 Februari, 4 Mei, dan 22 Mei. Kemudian, terdapat juga dasar pasal yang dianggap
dilanggar oleh Pemerintah Indonesia sehingga FIFA menjatuhkan sanksi tersebut. Hal semacam ini tidak ditemukan didalam latar informasi yang disampaikan Kompas pada latarnya yang hanya
menyampaikan informasi sebatas dijatuhkannya saksi FIFA. Dalam Latar Kedua Republika membahas mengenai terpilihnya kembali Sepp Blatter
menjadi presiden FIFA, dalam latar tersebut dibumbui nada pesimisme dan citra buruk menyambut terpilihnya kembali Sepp Blatter dengan menuliskan kekecewaan dari berbagai
asosiasi sepak bola negara Eropa, dalam latar ini Republika memposisikan frame pada kelompok yang tidak setuju terpilihnya kembali Sepp Blatter menjadi Presiden FIFA, hal ini bisa langsung
ditangkap karena Republika sendiri hanya mengutip atau menyediakan ruang bagi kelompok yang tidak setuju terhadap kepemimpinan Blatter yang mayoritas berasal dari daratan Eropa.
Republika tidak mencari latar informasi dari pendapat kelompok lain Seperti Afrika atau Amerika Selatatan, padahal secara perolehan suara mayoritas negara-negara anggota FIFA
mendukung Sepp Blatter. Terbukti dari hasil voting suara, Blatter unggul telak dari pesaing terdekatnya Pangeran Ali dari Yordania.
Dalam Kutipan, Sumber, pernyataan yang dipakai Republika di atas terdapat tujuh
orang yang diambil pendapatnya, ketujuh orang tersebut dibagi kedalam dua sub berita, dalam sub berita pertama tentang sanksi FIFA terdapat tiga nama yang dijadikan rujukan yaitu: Zuhairi
Misrawi Anggota Tim Transisi Kemenpora, Mahfud MD Mantan Pimpinan Mahkama Konstitusi, dan KMRT Roy Suryo Mantan Menteri Pemuda dan Olahraga, sementara untuk
rujukan sub berita kedua tentang terpilihnya kembali Sepp Blatter Republika menggunakan sumber dari John Delaney Kepala Eksekutif Asosiasi Sepak Bola Irlandia FAI, Stewart Regan
Kepala Eksekutif Asosiasi Sepak Bola Skotlandia, Michel Platini Presiden Badan Sepak Bola Eropa UEFA, dan Greg Dyke Ketua Federasi Sepak Bola Inggris FA.
Menariknya adalah dalam pembuatan sub berita pertama tentang sanksi FIFA, Republika mengambil sumber berita ketiga orang tersebut melalui Twitter, hal ini menjadi menarik karena
dengan cara kerja wartawan yang hanya mengutip dari twitter, wartawan akan kesusahan melakukan wawancara atau melontarkan pertanyaaan, dan dalam Twitter tentunya sangat banyak
akun yang mengomentari sanksi FIFA terhadap Indonesia, dengan seperti ini maka sang wartawan hanya akan memilih mana sumber berita yang cocok dengan frame media nya,
kemudian melupakan pendapat lain yang tidak sesuai. Dari keenam media besar yang dianalisis Republika satu-satunya media yang tidak
mengambil pendapat dari Presiden Jokowi sebagai sumber berita, ini menarik karena Jokowi pada saat itu langsung memberi pendapatnya kepada awak mengenai sanksi FIFA. Apalagi
jabatan sebagai presiden tentu pendapatnya akan menjadi sorotan untuk mengetahui apa yang akan dilakukan Presiden kedepannya, entah sebenarnya apa yang terjadi namun yang jelas dari
cara pengambilan sumber informasi pada berita Republika, Republika terlihat ‘malas’ bergerak mencari in
formasi, atau memang di sengaja ‘melupakan’ Jokowi, padahal pendapat Jokowi sangat ditunggu.
Kemudian cara penyusunannya ketiga sumber berita diatas memperlihatkan kecondongan pada perbaikan sepak bola nasional, hal ini terbukti dari ketiga pendapat di atas dua diantaranya
menilai positif dari sanksi yang dijatuhkan FIFA, pendapat tersebut disusun seperti dibawah ini: Anggota Tim Transisi Kemenpora, Zuhairi Misrawi, menyikapi dengan tenang
turunnya sanksi resmi FIFA. Sanksi FIFA bukan akhir sepak bola nasional, tapi
justru momentum untuk membenahi sepak bola nasional, kata Zuhairi Misrawi, seperti dikutip dari
akun Twitter
pribadinya. Mantan pimpinan Mahkamah Konstitusi Mahfud MD menilai
dijatuhkannya sanksi FIFA menjadi momentum bagi Pemerintah Indonesia
untuk melakukan perbaikan pada tubuh PSSI. Indonesia sudah kena banned oleh FIFA. Manfaatkan pil pahit ini sebagai obat
penyembuh. Perbaiki segera PSSI. Setelah beres, daftar lagi ke FIFA, tulis Mahfud MD
dalam jejaring
sosial pribadinya,
Sabtu305malam. Sementara itu, Mantan menteri pemuda dan olahraga KMRT Roy Suryo berpendapat,
sanksi tersebut merupakan hal terburuk yang pernah dialami dunia sepak bola Tanah Air.
Ini sejarah kelam dan mimpi buruk tidak hanya bagi sepak bola Indonesia, tetapi juga dunia olahraga umumnya. Secara pribadi, sebagai pihak yang sudah berusaha mempersatukan KPSI-
PSSI dua tahun lalu sangat upset, kata Roy Suryo dalam jejaring sosial pribadinya Terlihat jelas cara penyusunan berita diatas memperlihatkan Republika mengutamakan
pendapatnya yang menanggapi dengan positif sanksi FIFA terhadap Indonesia, pendapat Zuhairi Miswari Anggota Tim Transisi Kemenpora yang berpendapat bahwa sanksi tersebut justru saat
yang tepat untuk perbaikan sepak bola nasional seakan pendapatnya diamini oleh Mahfud MD Mantan pimpinan Mahkamah Konstitusi dengan menempatkan Mahfud MD dibawahnya,
kemudian pendapat kedua tokoh diatas diadu dengan pendapat Roy Suryo yang menyesalkan terjadinya sanksi FIFA terhadap Indonesia, yang membuat pendapat Roy Suryo berbeda sendiri.
Hal lainnya sangat penting adalah sebenarnya Republika sudah memberikan intisari dari pendapatnya pada Sub Judul diatas “Ini momentum untuk memperbaiki sepak bola nasional dan
PSSI” ini merujuk pada pendapat Zuhairi Misrawi dan Republika juga memaknai pendapat dari Mahfud MD sama dengan menggunakan kata “Mantan pimpinan Mahkamah Konstitusi Mahfud
MD menilai dijatuhkannya sanksi FIFA menjadi momentum bagi Pemerintah Indonesia untuk melakukan perbaikan pada tubuh PSSI” padahal dalam kutipannya pendapat Mahfud MD tidak
tertulis demikian, Republika mengambil kesimpulan sendiri dan memaknai sendiri atas pendapat Mahfud MD agar terlihat selaras dengan sudut pandang Republika.
Sementara pada sub berita kedua pendapat yang digunakan oleh Republika adalah orang- orang dari kelompok yang tidak senang atas terpilihnya kembali Sepp Blatter, semua pendapat
tersebut berasal dari asosiasi yang berada di daratan Eropa. Ini menguatkan atas apa yang peneliti ungkapkan sebelumya di dalam latar informasi bahwa Republika tidak memberikan
ruang pendapat dari kelompok yang mendukung Sepp Blatter.
Penutup berita merupakan bagian dari sub berita kedua, yang menggunakan pendapat
dari Greg Dyke Ketua Federasi Sepak Bola Inggris FA, sama seperti yang disampaikan diatas pendapat dari Greg Dyke juga tidak senang atas terpilihnya kembali Sepp Blatter.
Dalam unsur Skrip yang ada dalam berita di atas Republika menyusun peristiwa beserta
pendapatnya berfokus pada dua bagian berita yang pertama adalah jatuhnya saknsi FIFA dan bagaimana dalam menanggapinya, sementara yang kedua terpilihnya kembali Sepp Blatter
menjadi presiden FIFA beserta pendapat dari berbagai pihak yang terkait sepak bola. Pada bagian berita pertama dari paragraf 1-3 Republika menjelaskan secara rinci tetang
kenapa, bagaimana, dan mengapa FIFA bisa menjatuhkan sanksi terhadap persepak bolan Indonesia. Kemudian mulai dari paragraf ke 4-6 dikutip tiga narasumber yaitu Zuhairi Misrawi
Anggota Tim Transisi Kemenpora, Mahfud MD Mantan Pimpinan Mahkama Konstitusi, KMRT Roy Suryo Mantan Menteri Pemuda dan Olahraga. Ketiga tokoh ini pendapatnya
dijabarkan di masing masing pendapat satu paragraf, dengan penysunan pendapat KMRT Roy
Suryo diletakan dibagian akhir, sebagai mana yang dijelaskan diatas Roy Suryo menanggapi sanksi ini dengan nada negatif karena menganggap sebagai sejarah kelam persepak bolaan
Indonesia sementara dua tokoh lainnya berpendapat dengan nada positif dengan berharap sanksi ini sebagai moment perbaikan sepak bola nasional.
Cara wartawan menyusun berita seperti ini dimaksudkan untuk mengkerdilkan pendapat Roy Suryo karena ditempatkan di bagian akhir berita dan pendapatnya terasa janggal karena
berbeda sendiri dengan dua tokoh lainya yaitu Zuhairi Misrawi dan Mahfud MD. Sementara dalam bagian kedua Republika berfokus pada pemberitaan terpilihnya kembali
Sepp Blater menjadi Presiden FIFA dan pendapat dari berbagai pihak yang terkait sepak bola. Hal ini dituliskan pada paragraf 7-13 dari semua pendapat yang dipakai oleh Republika,
semuanya menanggapi dengan nada pesimis tentang masa depan sepak bola ditangan Sepp Blatter karena Sepp Blatter sendiri integritasnya diragukan setelah FIFA terjerat sekandal
korupsi. Bagian kedua dalam berita Republika di atas bisa jadi sebagai cara pandang bahwa FIFA
sebagai lembaga yang telah menjatuhkan sanksi terhadap sepak bola Indonesia telah terjerat skandal korupsi dan hal ini memperlihatkan bahwa hukuman terhadap Indonesia sendiri tidak
berasal dari lembaga yang memiliki reputasi baik.
Unsur Tematik pada berita yang diterbitkan oleh Republika memiliki tiga bagian tema
yang diuraikan, ketiga tema tersebut bisa dilihat sebagai berikut: Pertama tema yang diuraikan mengenai sanksi yang dijatuhkan FIFA, ini bisa dilihat dari
paragraf 1 sampai 3 dalam uraian yang disampaikan oleh Republika cukup detail dengan runtutan mengapa sanksi bisa dijatuhkan dengan menyebut FIFA telah tiga kali memberi surat
peringatan namun tidak dihiraukan oleh pemerintah, Republika juga menguraikan pasal yang dilanggar beserta sanksi yang diterima hal ini agak berbeda dengan Kompas yang mengangkat
tema ini hanya dari beberapa sisi saja. Kedua tema yang diangkat adalah respon dari masyarakat mengenai sanksi FIFA ini yang
diwakili dengan pendapat dari Zuhairi Misrawi Anggota Tim Transisi Kemenpora, Mahfud MD Mantan Pimpinan Mahkama Konstitusi, KMRT Roy Suryo Mantan Menteri Pemuda dan
Olahraga. Seperti yang sudah dijelaskan di atas ke tiga tokoh ini terbagi dalam dua pandangan yang berbeda, pendapat Zuhairi Misrawi dan Mahfud MD menganggap jatuhnya sanksi
merupakan saat yang tepat untuk perbaikan sepak bola nasional sementara KMRT Roy Suryo sangat menyayangkan sanksi tersebut dan menganggap hal tersebut merupakan sejarah kelam
bagi sejarah Indonesia. Namun cara penyusunan narasumber dan penempatan pendapat dalam berita cenderung mengkerdilkan pendapat Roy Suryo.
Ketiga tema yang diangkat adalah respon terpilihnya kembali Sepp Blater menjadi presiden FIFA, hal ini bisa dilihat dari sub berita kedua yang semua narasumber menanggapi
dengan nada pesimisme dalam terpilihnya kembali Sepp Blatter. Republika terlihat sangat jelas memperlihatkan bahwa kepemimpinan Sepp Blatter diragukan.
Unsur yang terakhir adalah Retoris dalam berita yang dimuat Republika terdapat unsur
retoris yang dapat dicermati yaitu grafik dan foto seperti yang terlihat di bawah ini:
Gambar 3.4 Gambar 3.5
Foto pembacaan sanksi FIFA Poin dari Sanksi FIFA
Foto di atas adalah foto yang dipasang di halaman utama dan hampir memenuhi setengah bagian koran, foto tersebut merupakan foto konfrensi pers yang digelar setelah komite eksekutif FIFA
menggelar rapat yang salah satunya membahas tentang sanksi terhadap Indonesia, sementara pada grafik yang ditempatkan pada tengah berita menjelaskan tentang beberapa hukuman yang
bakal diterima Indonesia yang poinnya tertulis seperti di bawah ini: -PSSI kehilangan hak-haknya sebagai anggota FIFA statuta FIFA pasal 12 ayat1.
-Semua tim sepak bola Indonesia tim nasional maupun klub-klubnya dilarang berhubungan keolahragaan dengan anggota FIFA yang lain termasuk AFC, termasuk
mengikuti kompetisi-kompetisi yang diselenggarakan oleh FIFA dan AFC statuta FIFA pasal
14 ayat
3. -PSSI dan officialnya tidak memperoleh hak terkait program-program pengembangan
FIFA, dan juga pelatihan-pelatihan, selama masa hukuman. Unsur retoris di atas berfokus pada proses pengambilan keputusan sanksi FIFA terhadap
Indonesia, hal ini ditandai dengan penggunaan foto dihalaman utama dan juga penjabaran sanksi yang bakal diterima Indonesia dalam bentuk grafis, dalam infografis Republika bertolak
belakang dengan Kompas, jika Kompas menampilkan infografis hanya pada bagian syarat-syarat agar sanksi bisa dicabut, sementara Republika hanya menuliskan pada sanksi yang bakal
diterima oleh Indonesia.
Unsur retoris lainya yang bisa dicermati adalah penggunaan sub judul yang ditempatkan persis setelah judul utama yang terkesan normatif, sub judul tersebut dicetak lebih tebal
dibanding font pada isi berita, hal ini seakan memberi tanda awal mengenai gagasan Republika yang merespon dijatuhkannya sanksi FIFA, bunyi Sub J
udul tersebut adalah “Ini momentum untuk memperbaiki sepak bola nasional dan PSSI”.
Tabel 3.5 Frame Republika: Momentum untuk memperbaiki sepak bola nasional dan PSSI
Elemen Strategi Penulisan
Sintaksis Pemilihan sub judul menunjukan frame utama dibalik sekedar memberitakan
sanksi FIFA, penyusunan narasumber yang menempatkan Zuhairi Misrawi dan Mahfud MD yang berpendapat saat yang tepat perbaikan sepak bola lebih
menonjol dibandingkan pendapat Roy Suryo yang menyayangkan jatuhnya sanksi FIFA.
Skrip Pada Unsur skrip Republika berfokus pada who atau bagaimana pendapat dari
berbagai narasumber yang dikutip, cara penyusunan narasumber mengkerdilkan pendapat Roy Suryo yang diletakan diakhir pendapat narasumber lainya.
Dibagian lain berita cara pengutipanya diambil dari para narasumber yang pesimis terhadap terpilihnya Sepp Blater menjadi presiden FIFA.
Tematik 1 Jatuhnya Sanksi FIFA 2 pendapat dari Zuhairi Misrawi, Mahfud MD dan
Roy Suryo mengenai Sanksi FIFA yang berfokus pada perbaikan Sepak bola Nasional 3 Pesimisme terhadap terpilihnya kembali Sepp Blater menjadi
presiden FIFA
Retoris Penggunaan foto, grafis dan pemilihan font yang dicetak lebih besar pada sub
judul seakan menggaris bawahi ide utama dari berita tersebut
Gambar 3.6 Headline Jawa Pos