Kehilangan Air Kajian Saluran Irigasi Tersier di Desa Namu Ukur Utara Daerah Irigasi Namu Sira-Sira Kecamatan Sei Bingei Kabupaten Langkat

Wigati dan Zahab 2010 yang menyatakan bahwa kehilangan air pada saluran- saluran irigasi conveyance loss meliputi komponen kehilangan air melalui evaporasi, perkolasi, perembesan seepage dan bocoran.

3. Kehilangan Air

Pengukuran kehilangan air pada 2 saluran tersier di Desa Namu Ukur Utara Daerah Irigasi Namu Sira Sira Kecamatan Sei Bingei Kabupaten Langkat dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Hasil pengukuran kehilangan air Lokasi Jarak m Evapotranspirasi mmhari Perkolasi mmhari Rembesan mmhari Kehilangan Air mmhari Saluran I 45 2,38 61,7 5724,72 5788,80 Saluran II 35 2,38 71,7 8058,2 8138,88 Saluran I 35 2,38 61,7 4438,32 4502,40 Dari Tabel 8 dapat dilihat jumlah kehilangan air pada saluran 2 lebih besar dari saluran 1. Kehilangan air pada saluran meliputi evapotransipirasi, perkolasi dan rembesan karena pada penelitian ini menggunakan saluran tanah. Kehilangan air yang terjadi pada kedua saluran berbeda salah satunya disebabkan perbedaan jarak pengukuran dilapangan. Dimana saluran 1 jarak pengukurannya 45 meter dan saluran 2 jarak pengukurannya 30 meter. Jika jarak pengukuran sama 30 meter dengan asumsi bahwa kehilangan air pada setiap meternya sama, maka besar kehilangan air pada saluran 1 lebih kecil yaitu sebesar 4502,40 mmhari, sedangkan pada saluran 2 sebesar 8138,88 mmhari. Evapotranspirasi Suhu rata-rata harian diperoleh dari data sekunder yaitu data suhu tahunan selama 10 tahun terakhir yang terdapat pada Lampiran 3. Suhu rata-rata yang diperoleh yaitu 26,86ยบ C. Nilai jam hari terang Lintang Utara rata-rata diperoleh Universitas Sumatera Utara dari data sekunder selama 10 tahun terakhir yang terdapat pada lampiran 3. Persen jam hari terang Lintang Utara yaitu 3,8. Pada sepanjang saluran terdapat berbagai jenis tanaman, yang digolongkan ke dalam tanaman rumput. Menurut Hansen 1992 nilai koefisien tanaman Kc untuk tanaman rumput yaitu 0,85. Berdasarkan data ini maka pada kedua saluran nilai evapotranspirasinya sebesar 2,38 mm hari. Kartasapoetra dan Sutedjo 1994 menyatakan bahwa evapotranspirasi merupakan kehilangan air melalui proses penguapan dari tumbuh-tumbuhan, yang banyaknya berbeda-beda tergantung dari kadar kelembaban dan jenis tumbuhannya. Perhitungan besar evapotranspirasi dapat dilihat pada Lampiran 5. Perkolasi Dari Tabel 8 dapat dilihat bahwa laju perkolasi pada saluran 2 lebih besar dari pada saluran 1. Kandungan pasir dan liat pada tanah mempengaruhi besar air yang lolos akibat perkolasi. Tanah pasir memiliki daya hantar air cepat tetapi kemampuan menyimpan air dan zat hara rendah, sementara tanah liat memiliki daya hantar air yang lambat. Analisis sifat fisik tanah menunjukan bahwa persentase kandungan pasir dan liat pada dasar saluran 1 lebih kecil dari pada saluran 2. Menurut Hardjowigeno 2007 tekstur liat mempunyai luas permukaan yang lebih besar sehingga kemampuan menahan air dan menyediakan unsur hara tinggi, sebaliknya tanah yang bertekstur pasir mempunyai luas permukaan yang kecil sehingga sulit menyerap menahan air dan unsur hara. Porositas yang kecil juga menunjukkan bahwa pori-pori tanah relatif kecil yang dapat menghambat gerakan air tanah sehingga penghambatan gerakan air tanah makin meninggi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Foth 1994 yang Universitas Sumatera Utara menyatakan bahwa tanah bertekstur halus lebih kuat menahan air dibanding tanah yang bertekstur kasar. Dilihat dari segi kerapatan massanya, semakin tinggi nilai kerapatan massa tanah maka semakin sulit tanah tersebut untuk dilalui oleh air, sehingga perkolasi pada saluran 1 lebih rendah. Rembesan Dari Tabel 8 dapat dilihat bahwa jumlah rembesan yang terjadi pada saluran 2 lebih besar dari pada saluran 1. Rembesan yang lebih besar pada saluran 2, karena porositas pada bagian tepi saluran 2 lebih tinggi dibandingkan dengan saluran 1. Porositas yang lebih tinggi menunjukkan kemampuan tanah lebih mudah untuk meloloskan air. Pada tepi saluran 1 fraksi liatnya lebih besar dibandingkan dengan tepi saluran 2, sehingga lebih sulit untuk meloloskan air. Kehilangan air yang terjadi pada setiap saluran akan mengurangi jumlah air yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman. Besarnya kehilangan air akan menurunkan tingkat efisiensi dari penyaluran air tersebut. Untuk meningkatkan efisiensi penyaluran maka dilakukan perbaikan pada saluran.

4. Efisiensi Irigasi

Dokumen yang terkait

Kajian Saluran Irigasi Tersier di Desa Durian Lingga Daerah Irigasi Namu Sira Sira Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat

1 75 85

Kajian Nilai Kekasaran dan Konstanta Beberapa Kondisi Saluran Tersier Pada Jaringan Irigasi Namu Sira Sira Desa Namu Ukur Utara Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat

1 6 84

Kajian Nilai Kekasaran dan Konstanta Beberapa Kondisi Saluran Tersier Pada Jaringan Irigasi Namu Sira Sira Desa Namu Ukur Utara Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat

0 0 9

Kajian Nilai Kekasaran dan Konstanta Beberapa Kondisi Saluran Tersier Pada Jaringan Irigasi Namu Sira Sira Desa Namu Ukur Utara Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat

0 0 1

Kajian Nilai Kekasaran dan Konstanta Beberapa Kondisi Saluran Tersier Pada Jaringan Irigasi Namu Sira Sira Desa Namu Ukur Utara Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat

0 0 4

Kajian Nilai Kekasaran dan Konstanta Beberapa Kondisi Saluran Tersier Pada Jaringan Irigasi Namu Sira Sira Desa Namu Ukur Utara Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat

0 0 19

Kajian Saluran Irigasi Tersier di Desa Namu Ukur Utara Daerah Irigasi Namu Sira-Sira Kecamatan Sei Bingei Kabupaten Langkat

1 1 32

Kajian Saluran Irigasi Tersier di Desa Namu Ukur Utara Daerah Irigasi Namu Sira-Sira Kecamatan Sei Bingei Kabupaten Langkat

0 0 25

Kajian Saluran Irigasi Tersier di Desa Namu Ukur Utara Daerah Irigasi Namu Sira-Sira Kecamatan Sei Bingei Kabupaten Langkat

0 0 10

Kajian Saluran Irigasi Tersier di Desa Durian Lingga Daerah Irigasi Namu Sira Sira Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat

0 0 25