Rumusan Masalah Perencanaan Proses Keperawatan

11 Inkontinensia total yang berhubungan dengan : - Perubahan pola eliminasi - Keterbatasan mobilisasi Risiko kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan : - Penurunan asupan cairan Ketidakefektifan koping individu yang berhubungan dengan : - Pengurangan tingkat aktivitas - Isolasi sosial Gangguan pola tidur yang berhubungan dengan : - Keterbatasan mobilisasi - Ketidaknyamanan Perubahan kesejajaran tubuh diakibatkan perbuhan perkembangan, kelainan postur, kelainan pembentukan tulang, gangguan perkembangan otot, kerusakan sistem muskuluskeletal. Pengkajian data harus berisi karakteristik yang bermakna dan tepat untuk mendukung penamaan diagnostik Potter Perry, 2005. Kesejajaran tubuh dan mobilisasi saliang berhubungan. Seseorang yang menpuyai kesejajaran tubuh buruk mengurangi mobilisasi. Saat mengidentifikasi diagnosa keperawatan, perawat menyusun strategi keperawatan untuk mengurangi atau mencegah bahaya berhubungan dengan kesejajaran tubuh buruk atau gangguan mobilisasi Potter Perry, 2005. Aspek fisiologis sering hanya berfokus pada asuhan keperawatan klien gangguan mobilisasi. Sedangkan aspek psikososial dan perkembangan diabaikan. Padahal aspek psikososial tersebut penting untuk kesehatan. Contoh, selama imobilisasi, interaksi sosial dan stimulus dikurangi. Sehingga klien terisolasi, menarik diri dan bosan. Klien seperti itu sering menggunakan bel pemanggil perawat untuk meminta sedikit perhatian, apabila kebutuh an sosialisasi mereka lebih besar Potter Perry, 2005.

2.2.3 Rumusan Masalah

Selain bisa ditetapkan sebagai label diagnosis, masalah mobilisasi bisa pula dijadikan etiologi untuk diagnosis keperawatan yang lain. Menurut NANDA, label diagnosis untuk masalah mobilisasi meliputi Hambatan Mobilitas Fisik atau Risiko Dissuse Syndrome. Sedangkan label diagnosis dengan masalah mobilisasi sebagai etiologi bergantung pada area fungsi atau sistem yang dipengaruhi Nanda Universitas Sumatera Utara 12

2.2.4 Perencanaan

Secara umum, tujuan asuhan keperawatan untuk klien yang mengalami gangguan mobilisasi bervariasi, bergantung pada diagnosis dan batasan karakteristik masing-masing individu. Menurut Koizier 2004 dalam Mubarak 2008, beberapa tujuan umumm untuk klien yang mengalami, atau berpotensi mengalami, masalah mobilisasi adalah sebagai berikut: 1. Meningkatkan toleransi klien untuk melakukan aktivitas fisik. 2. Mengembalikan atau memulihkan kemampuannya untuk bergerakatau berpartisipasi dalam kegiatan sehari-hari. 3. Mencegah terjadinya cedera akibat jatuh atau akibat penggunaan mekanika tubuh yang salah. 4. Meningkatkan kebugaran fisik. 5. Mencegah terjadinya komplikasi akibat imobilitas. 6. Meningkatkan kesejahteraan sosial, emosional dan intelektual Mubarak, 2008. Perawat membuat perencanaan intervensi terapeutik terhadap klien yang bermasalah kesejajaran tubuh dan mobilisasi yang aktual maupun beresiko. Perawat merencanakan terapi sesuai dengan derajat risiko klien, dan perencanaan bersifat individu disesuaikan perkembangan klien, tingkat kesehatan dan gaya hidup Mubarak, 2008. Lingkungan rumah klien merupakan hal yang penting dipertimbangkan dalam merencanakan terapi dalam mempertahankan atau meningkatkan kesejajaran tubuh dan mobilisasi. Perencanaan perawatan juga termasuk pemahaman kebutuhan klien untuk mempertahankan fungssi motorik dan kemandirian. Perawat dan klien untuk mempertahankan keterlibatan klien dalam asuhan keperawatan dan mencapai kesejajaran tubuh dan mobilisasi yang optimal dimana klien berbeda di rumah sakit ataupun di rumah Mubarak, 2008. Klien berisiko bahaya dikaitkan ketidaktepatan kesejajaran tubuh dan gangguan mobilisasi, membutuhkan rencana keperawatan langsung melalui pemberian posisi secara aktual atau potensial serta kebutuhan mobilisasi. Ahli terapi fisik merupakan sumber paling tepat bagi perawat dalam memilih jenis latihan rentang gerak Potter Perry, 2006. Universitas Sumatera Utara 13 Rencana keperawatan didasari oleh satu atau lebih tujuan berikut ini: 1. Mempertahankan kesejajaran tubuh yang tepat. 2. Mencapai kembali kesejajaran tubuh yang tepat ataupun pada tingkat optimal. 3. Mengurangi cedera pada sistem kulit dan musculoskeletal dari ketidaktepatan mekanika atau kesejajaran. 4. Mencapai ROM penuh atau optimal. 5. Mencegah kontraktur. 6. Mempertahankan kepatenan jalan nafas. 7. Mencapai ekspansi paru dan pertukaran gas optimal. 8. Memobilisasi sekresi jalan nafas. 9. Mempertahankan pola tidur normal. 10. Meningkatkan toleransi aktivitas. 11. Mencapai pola eliminasi normal. 12. Mempertahankan pola tidur normal. 13. Mencapai sosialisasi. 14. Mencapai kemandirian penuh dalam aktivitas perawatan diri. 15. Mencapai stimulasi fisik dan mental. Mempertahankan kesejajaran tubuh merupakan hal penting khususnya pada klien yang mengalami keterbatasan mobilisasi aktual maupun potensial. Misalnya pada klien koma, harus diposisikan dengan penggunaan bantaldan diubah posisinya sesering untukk mengurangi risiko kesejajaran buruk dan cedera sistem kulit maupun musculoskeletal. Frekuensi perubahan berdasarkan pengkajian klien terhadap risiko perkembangan dekubitus. Potter Perry, 2006. Sasaran. Tujuan utama bagi pasien dapat mencakup pemulihan keseimbangan cairan yang normal: tidak adanya ifeksi: tercapainya status anabolic dan berat badan yang normal: membaiknya integritas kulit; pengurangan rasa nyeri serta ketidaknyamanan; mobilitas fisik yang optimal; kemampuan koping pasien serta keluarga yang adekuat; pengetahuan pasien serta keluarga yang adekuat tentang penanganan luka bakar; dan tidak adanya komplikasi. Pencapaian semua tujuan ini memerlukan pendekatan kolaboratif antardisiplin dalam penatalaksanaan pasien. Smeltzer, 2001. Universitas Sumatera Utara 14

2.3 Asuhan Keperawatan Kasus PROGRAM DIII KEPERAWATAN