tingkat kebersihan pulp yang dihasilkan setinggi mungkin. Air pencuci menggunakan shower yang disemprotkan dipermukaan bubur kayu secara terus menerus dan airnya
tersebut turun ke tangki filtrat dengan menggunakan vakum. Pulp bewarna coklat dari digester plant selanjutnya dicuci dan disaring dimana pulp dibersihkan dari kayu
yang tidak masak knots dan dari serat kayu yang tidak terurai shives. Pulp dicuci dengan air panas atua dengan air kondensat untuk memudahkan proses pemutihan
pada tahap selanjutnya, pulp hasil pencucian ini dikirm ke unbleach tank. Proses selanjutnya disaring screening agar terbebas dari bahan-bahan pengotor yang dapat
mengurangi kulitas pulp. Proses akhir dari penyaringan berfungsi untuk memisahkan kotoran-kotoran yang terdapat dalam pulp, kemudian dikirim ke tahap bleaching
plant Anonim, 2003
2.9 Proses Pemutihan Pulp Bleaching
Proses pemutihan dapat dianggap sebagai suatu lanjutan proses pemasakan yang dimaksudkan untuk memperbaiki brightness dan kemurnian pulp. Hal ini dapat
dicapai dengan cara menghilangkan atau memutihkan bahan pewarna yang tersisa pada pulp. Lignin yang tersisa adalah suatu zat yang paling dominan untuk
menghasilkan warna pada pulp oleh karena itu ini harus dihilangkan atau diputihkan. Tujuan utama proses pemutihan secara umum dapat diringkaskan sebagai
berikut : memperbaiki brightness, memperbaiki kemurnian, serta degredasi serat selulosa seminimum mungkin Sirait, 2003
2.10 Pengelantangan
2.10.1 Kimia Dasar Pemutihan
Universitas Sumatera Utara
Proses pemutihan dapat dianggap sebagai suatu lanjutan proses pemasakan yang dimaksudkan untuk memperbaiki brightness dan kemurnian dari pulp.
Tujuan utama proses pemutihan secara umum dapat diringkaskan sebagai berikut : 1.
Memperbaiki brightness 2.
Memperbaiki kemurnian 3.
Degredasi serat selulosa seminimum mugkin Pengurangan kandungan resin didalam pulp juga faktor lain yang penting dalam
proses pemutihan Sirait, 2003
2.10.2 Teori Pemutihan
Warna pada pulp yang belum diputihkan umumnya disebabkan oleh lignin yang tersisa. Penghilangan lignin dapat lebih banyak pada proses pemasakan, tetapi
akan mengurangi hasil yang banyak sekali dan merusak serat, jadi menghasilkan kualitas pulp yang rendah. Penghilangan lignin bentuk-bentuk lignin merupakan
kehilangan sebahagian dari hasil proses pemutihan Sirait, 2003 Pemutihan Bleaching merupakan proses yang bertujuan untuk
menghilangkan kandungan lignin delignifikasi di dalam pulp atau serat sehingga diperoleh tingkat kecerahan warna yang tinggi dan stabil Greschik, 2008. Proses
pemutihan serat harus menggunakan bahan kimia yang reaktif untuk melarutkan kandungan lignin yang ada dalam serat agar diperoleh derajat kecerahan yang tinggi
Tutus, 2004. Namun demikian, harus dijaga agar penggunaan bahan kimia tersebut tidak meyebabkan pencemaran lingkungan yang berbahaya Batubara, 2006.
Universitas Sumatera Utara
Komponen lignin pada serat selulosa berperan dalam menghasilkan warna Filbo and Ulrich, 2002 kutipan Achmad_Wildan.pdf-Adobe Reader, 2010
2.10.3 Pengelantangan Dalam Suasana Asam
Prosedur pengelantangan dalam suasana asam mengikuti klorinasi dan perlakuan dengan klor dioksida, hidrogen peroksida, asam peroksiasetat dan ozon.
Klor dioksida, yang sering digunakan dalam gabungan dengan klor C+D, DC, C
D
, menyebabkan delignifikasi lebih efisien daripada klor, jika dikaitkan dengan klor aktif yang digunakan. Ini terutama disebabkan oleh kenyataan bahwa
berlawanan dengan klor, reaksi-reaksi lignin adalah reaksi oksidatif semata-mata dari unit lignin fenol CO
2
dengan radikal klor dioksida ClO
2
, yang diawali dengan pengikatan hidrogen. Produk oksidasi akhir adalah turunan asam mukonat tanpa
melepaskan metanol atau struktur kuinoid. Fragmen-fragmen tersubstitusi-klor dalam cairan pengelantang klor dioksida harus berasal dari kekuatan klor yang
dilepaskan oleh peruraian parsial klor dioksida Lindgren 1971; Gierer ;1982 Klorinasi dilakukan pada konsistensi rendah 3-4 dan suhu rendah 20-40
o
C selama 30-60 menit. Konsentrasi klor merupakan faktor penting karena jika
konsentrasi terlalu tinggi maka reaksi oksidasi juga akan terjadi dengan polisakarida, yang mengurangi sifat-sifat kekuatan. Suhu lebih tinggi hingga 60
o
C ternyata dapat diterima dalam klorinasi konsistensi sedang sekitar 10 dan konsistensi tinggi 30-
35, dalam klorinasi fasa gas, dan apabila klor dioksida digunakan sebagai tambahan Hinrich 1962; Liebergott 1965; Gullichsen 1976
Klor dioksida telah lama dikenal sebagai bahan delignifiksai dan pengelantangan yang sangat baik, tetapi juga merupakan bahan kimia yang sukar bila
Universitas Sumatera Utara
digunakan dalam proses industri berskala besar karena reaktivitasnya yang tinggi dalam fasa-gas dan daya racunnya. Namun demikian klor dioksida berangsur-angsur
menggantikan klor pada tahap pertama dari pengelantangan multi-tahap, sedangkan semula ia digunakan dalam tahap-tahap akhir. Perkembangan ini merupakan hasil
dari beberapa keuntungan dari klor dioksida, misalnya derajat putih tinggi, sifat-sifat kekuatan meningkat, penggunaan bahan kimia rendah, dan penurunan cukup besar
dalam BOD dari limbah Fergus 1973; Rapson 1979; Wintzer 1980; Reeve, Rapson 1981; Backstorm, Germgard 1981; Germgard 1982. Pada umumnya pengelantangan
klor dioksida dilakukan pada konsistensi rendah hingga sedang, pada harga-harga pH 3-5, dan pada suhu rendah pada tahap pertama atau pada suhu sekitar 70
o
C pada tahap-tahap pertengahan atau tahap akhir selama 3-5 jam Wegener, 1995
2.11 Tahapan Proses Pemutihan