12 citranya secara tidak langsung mampu menimbulkan minat dan rasa penasaran
bagi masyarakat untuk menyaksikannya.
B. Perumusan Masalah
Berangkat dari uraian di atas, maka penulis mengangkat suatu rumusan masalah sebagai berikut :
Apakah ada pengaruh citra Julia Perez terhadap minat menonton film Arwah Goyang Karawang?
C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pengaruh citra Julia Perez terhadap minat masyarakat untuk menonton film arwah goyang karawang.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Akademis
a. Menambah kekayaan ilmu pengetahuan dalam bidang ilmu
komunikasi khususnya yang berhubungan dengan citra seseorang. b.
Memperkaya referensi, terutama yang berkaitan dengan Metode eksplanatif.
2. Manfaat Praktis
Sebagai referensi bagi pihak manajemen artis tentang pengaruh citra artis dengan minat penggemar pada hasil karyanya.
13
E. Kerangka Teori
Beberapa teori telah dikembangkan oleh para pakar ilmu komunikasi dalam beragam penelitian media akan digunakan sebagai pijakan penelitian ini.
Sebagai pondasi awal penelitian, peneliti akan memaparkan tentang efek media massa kultivasi, citra dan teori tentang minat menonton film.
1. Teori Kultivasi
Salah satu teori komunikasi yang paling tepat untuk membahas dampak tv terhadap minat adalah Teori kultivasi cultivation theory oleh George Gerbner.
Gebner memulai tulisannya tentang bagaimana dampak tv terhadap sikap melalui sebuah tulisan “Living with Television: The Violenceprofile”, Journal of
Communication. Awalnya, ia melakukan penelitian tentang “Indikator Budaya” dipertengahan tahun 60-an untuk mempelajari pengaruh menonton televisi.
Gebner ingin mengetahui dunia nyata seperti apa yang dibayangkan, dipersepsikan oleh penonton televisi itu?
Menurut Gerbner, televisi menjadi media atau alat utama dimana para penonton televisi belajar tentang masyarakat dan kultur dilingkungannya. Dengan
kata lain, persepsi apa yang terbangun di benak masyarakat dan budaya sangat ditentukan oleh televisi. Ini artinya, melalui kontak anda dengan televisi menjadi
belajar tentang dunia, orang-orangnya, nilai-nilainya serta adat kebiasannya. Awal perkembangan teori kultivasi memfokuskan kajiannya pada studi televisi dan
audience, khususnya memfokuskan pada tema-tema kekerasan di televisi. Tetapi dalam perkembangannya, ia juga bisa digunakan untuk kajian di luar tema
kekerasan. Hipotesis umum dari analisis kultivasi adalah orang yang lebih lama
14 ‘hidup’ dalam dunia televisi lebih melihat dunia nyata seperti gambaran, nilai-
nilai, potret, dan ideology yang muncul pada layar televisi hipotesis ini menjelaskan bahwa realitas sama dengan yang ada di televisi.
Lebih jauh dalam Teori Kultivasi menjelaskan bahwa pada dasarnya ada dua tipe penonton televisi yang mempunyai karakteristik saling
bertentanganbertolak belakang, yaitu: 1 para pecandupenonton fanatik heavy viewers. Para pecandupenonton fanatik adalah mereka yang menonton televisi
lebih dari empat jam setiap harinya. Kelompok penonton ini sering juga disebut sebagai kahalayak ‘the television type’, serta 2 penonton biasa light viewers,
yaitu mereka yang menonton televisi dua jam atau kurang dalam setiap harinya. Teori Kultivasi pada dasarnya menyatakan bahwa para pecandu penonton
beratheavy viewers televisi membangun keyakinan yang berlebihan bahwa “dunia itu sangat menakutkan”. Hal tersebut disebabkan keyakinan mereka bahwa
“apa yang mereka lihat di televisi” yang cenderung banyak menyajikan acara kekerasan adalah “apa yang mereka yakini terjadi juga dalam kehidupan sehari-
hari”. Seperti halnya Marshall McLuhan, Gerbner menyatakan bahwa televisi
merupakan suatu kekuatan yang secara dominan dapat mempengaruhi masyarakat modern. Kekuatan tersebut berasal dari kemampuan televisi melalui berbagai
simbol untuk memberikan berbagai gambaran yang terlihat nyata dan penting seperti sebuah kehidupan sehari-hari. Televisi mampu mempengaruhi
penontonnya, sehingga apa yang ditampilkan di layar kaca dipandang sebagai
15 sebuah kehidupan yang nyata, kehidupan sehari-hari. Realitas yang tampil di
media dipandang sebagai sebuah realitas objektif. McQual dan Windahl Sumarjo, 2011:102 mencatat, teori kultivasi
menganggap bahwa televisi tidak hanya disebut sebagai jendela atau refleksi kejadian sehari-hari di sekitar kita, tetapi dunia itu sendiri. Dengan kata lain,
perilaku kekerasan yang diperlihatkan di televisi merupakan refleksi kejadian di sekitar kita. Jika adegan kekerasan itu merefleksikan aturan hukum yang tidak
bisa mengatasi situasi seperti yang digambarkan dalam adegan televisi, bisa jadi yang sebenarnya terjadi juga begitu. Jadi, kekerasan televisi dianggap sebagai
kekerasan yang memang sedang terjadi di dunia ini. Aturan hukum yang bisa digunakan untuk mengatasi perilaku kejahatan yang dipertontonkan di televisi
akan dikatakan bahwa seperti itulah hukum kita sekarang ini. Gerbner Morrison, 2010:252 menyatakan bahwa media massa,
khususnya TV, menyebabkan munculnya kepercayaan tertentu mengenai realitas yang dimiliki bersama oleh konsumen media massa. Menurutnya, ”sebagian besar
yang kita ketahui, atau apa yang kita pikir kita tahu, tidak kita alami sendiri. Kita mengetahuinya karena adanya berbagai cerita yang kita lihat dan dengar melalui
media”. Dengan kata lain pemahaman realitas melalui perantaraan media massa sehingga realitas yang kita terima adalah realitas yang diperantarai mediated
reality. Terpaan media secara jangka panjang yang dikonsumsi oleh konsumen
media massa tersebut dapat menimbulkan efek kultivasi atau cultivation berasal dari kata kerja to cultivate yang berarti ’menanam’. Morisson, 2010:253
16 menegaskan bahwa efek kultivasi atau teori kultivasi tidak membahas efek dari
satu tayangan TV tertentu tetapi mengemukakan gagasan mengenai budaya secara keseluruhan. Analisa kultivasi memberikan perhatian pada totalitas dari pola
komunikasi yang disajikan TV melalui berbagai tayangannnya secara kumulatif dalam jangka panjang.
Hal ini dapat diperoleh karena asumsi dasar teori kultivasi adalah TV adalah media yang sangat berbeda, TV membentuk cara masyarakat berpikir dan
berinteraksi dan pengaruh TV bersifat terbatas Morisson, 2010:254-255. Terkait dengan Julia Perez, secara lebih sederhana citra yang diperoleh Julia Perez yakni
dari tayangan-tayangan acara di stasiun TV akan memberikan gambaran siapa, bagaimana, mengapa, menggunakan apa artis Julia Perez tersebut mampu
menggambarkan bahwa Julia Perez merupakan artis yang seksi dan senang terhadap kesensualannya serta sering membikin sensasi.
Di Indonesia, dunia artis dengan segala aktivitasnya merupakan sebuah materi yang menarik untuk dipublikasikan kepada masyarakat. Dibuktikan dengan
banyaknya acara-acara yang membahas tentang dunia artis misalnya infotainment, silet, dan lain sebagainya. Hadirnya acara tersebut dan disiarkan hampir setiap
hari secara jangka panjang dapat membentuk persepsi, pengertian dan kepercayaan tertentu pada artis-artis yang disiarkannya. Julia Perez, adalah salah
satu artis yang tak luput dari pemberitaan-pemberitaan yang dilakukan oleh media massa terutama dalam acara-acara infotainment. Citra yang dimiliki Julia Perez
yang diperoleh berkat terpaan media massa dalam jangka panjang yakni sebagai artis yang dikenal karena keseksiannya karena saat muncul di televisi maupun
17 media yang lain selalu mengenakan pakaian-pakaian yang minim. Selain itu, Julia
Perez juga sering membuat sensasi dan hal tersebut, sangat menarik bagi pihak media massa untuk disiarkannya. Misalnya, sewaktu kasus perselisihan yang
terjadi antara Julia Perez dengan Depe, hampir setiap hari media massa khususnya televisi selalu menyiarkan hal tersebut dengan berbagai versi.
2. Pengaruh Media Terhadap Pembentukan Citra
Media massa memiliki fungsi, pertama, menyiarkan informasi. Fungsi ini adalah fungsi utama media massa karena masyarakat membutuhkan informasi
mengenai berbagai peristiwa, gagasan, atau pikiran orang lain, apa yang dilakukan orang lain, apa yang dikatakan orang lain, dan sebagainya. Kedua, sebagai sarana
pendidikan massa mass education dengan menyajikan berbagai pengetahuan sehingga khalayak bertambah pengetahuannya. Ketiga, fungsi menghibur.
Keempat, fungsi mempengaruhi yang menyebabkan media massa memiliki peran penting dalam masyarakat Effendy, 1986:65.
Pada prinsipnya, media dituntut untuk bersikap fair dan akurat karena pentingnya peran yang dimiliki. Namun, peran dan fungsi yang dimiliki media
massa dimanfaatkan untuk menggiring masyarakat pada suatu pendapat dan pemikiran tertentu sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Melalui berita-
berita yang ditampilkan, media massa mengarahkan masyarakat untuk memandang peristiwa sesuai dengan cara pandang media.
Di antara peran dan fungsinya, beragam kepentingan di dalamnya, dan kekuatan yang dimilikinya, media massa menyampaikan berita kepada
18 masyarakat. Melalui berita yang disampaikan, media massa menciptakan sebuah
wacana yang menggiring masyarakat pada suatu tujuan tertentu. Media memiliki kekuatan untuk mengarahkan masyarakat pada suatu tujuan tertentu melalui
strateginya dalam mengkonstruksi realitas. Media mempunyai peluang yang sangat besar untuk menciptakan sebuah makna dari realitas yang dikonstruksinya.
Berita adalah hasil konstruksi terhadap sebuah realitas karena pada dasamya media menceritakan sebuah peristiwa kepada masyarakat. Media melakukan
konstruksi realitas berdasarkan latar belakang, kepentingan, dan tujuan yang ingin dicapainya. Setiap media memiliki kepentingan dan tujuan yang berbeda sehingga
berita yang dihasilkannya pun berbeda. Berdasarkan tujuan yang akan dicapainya, sebuah media memilih fakta dan
menyusunnya berdasarkan fungsi masing-masing sesuai dengan wacana yang hendak dikembangkan. Dalam sebuah wacana selalu ada fakta yang ditonjolkan,
disembunyikan, bahkan dihilangkan sehingga terbentuk suatu urutan cerita yang mempunyai makna sesuai dengan frame yang dipilih oleh media. Wacana media
massa menjadi arena perang simbolik antara pihak-pihak yang berkepentingan dalam suatu peristiwa. Perdebatan yang terjadi di dalamnya dilakukan dengan
cara-cara simbolik sehingga lazim ditemukan berbagai perangkat linguistik atau perangkat wacana yang umumnya menyiratkan tendensi untuk melegitimasi diri
sendiri atau mendelegitimasi pihak lawan Sudibyo, 1999; 164. Uraian di atas menjelaskan bahwa media massa tidak selalu netral dalam
memberitakan suatu fakta sehingga ada fakta yang ditonjolkan, disembunyikan,
19 bahkan dihilangkan sehingga terbentuk suatu urutan cerita yang mempunyai
makna dan dapat mendukung maupun menurunkan citra yang diberitakan.
3. Citra
Citra atau image menurut Kotler 2001:87 yakni “An Image is sum belief, ideas, and impressions that a person has of an object” citra merupakan sejumlah
keyakinan, gambaran, dan kesan seseorang terhadap suatu obyek. Menurut Kasali 1994 :30 citra adalah kesan yang timbul karena pemahaman suatu kenyataan. Di
mana pemahaman itu sendiri timbul dari berbagai sumber salah satunya adalah opini publik, yaitu opini sekelompok organisasi dalam segmen publik. Citra
sendiri sebenarnya merupakan sesuatu yang abstrak intangible dan tidak dapat diukur secara nominal. Citra merupakan salah satu pegangan bagi banyak orang
dalam mengambil berbagai macam keputusan penting. Keputusan tersebut misalnya dalam mengkonsumsi barang atau jasa, berlangganan atau bahkan
merekomendasikan kepada orang lain. Hal ini terjadi karena seseorang cenderung menggunakan sebuah produk atau jasa tidak hanya dari segi kualitas tetapi
kredibilitas, semakin kredibel atau citra yang semakin baik tentu akan mempengaruhi keputusan seseorang.
Pentingnya citra bagi perusahaan menjadi perhatian yang utama dan aset berharga bagi setiap perusahaan yang ada. Pengertian citra dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia Soemirat Ardianto, 2003:114 adalah 1 kata benda: gambar, rupa, gambaran; 2 gambaran yang dimiliki orang banyak mengenai
pribadi, perusahaan, organisasi atau produk; 3 kesan mental atau bayangan
20 visual yang ditimbulkan oleh sebuah kata, frase atau kalimat, dan merupakan
unsur yang khas dalam karya prosa atau puisi. Secara garis besar citra adalah seperangkat keyakinan, ide, dan kesan
seseorang terhadap suatu objek tertentu. Sikap dan tindakan seseorang terhadap suatu objek ditentukan oleh citra objek tersebut yang menampilkan kondisi
terbaiknya. Pengertian citra itu sangat abstrak intangible dan tidak dapat diukur secara matematis, tetapi wujudnya dapat dirasakan baik atau buruk. Dampak dari
citra itu sendiri adalah penerimaan dan tanggapan baik positif maupun negatif yang khususnya datang dari publik khalayak sasaran dan masyarakat luas pada
umumnya. Menurut Sutojo 2004:3-7, citra yang baik mempunyai manfaat-manfaat
sebagai berikut: a
Daya saing jangka menengah dan panjang mid and long term sutainable competitive position
Citra suatu organisasi yang kuat, seiring dengan waktu akan dikenal sebagai ‘kepribadian’ perusahaan atau organisasi. Sehingga menjadi tidak mudah
dijiplak oleh perusahaan atau organisasi lain. Citra baik perusahaan atau organisasi dapat menjadi tembok pembatas bagi saingan. Terutama bagi
perusahaan atau organisasi yang berada di segmen pasar yang sama. Sehingga, apabila dikelola dengan baik, citra dapat melindungi perusahaan atau
organisasi dari kompetitor baru. Demikian juga serangan dari perusahaan atau organisasi lama dengan produk mereka yang baru.
21 b
Menjadi perisai selama masa krisis an insurance for adverse time Bagi setiap perusahaan selalu ada masa terang, masa gelap dan juga masa
remang-remang. Karena suatu hal perusahaan mengalami masa krisis yang tidak menyenangkan. Apalagi jika pemberitaan tentang masalah yang sedang
dihadapi perusahaan atau organisasi sudah diketahui oleh media massa, terutama jika perusahaan atau organisasi ternama. Akan tetapi, jika citra
perusahaan atau organisasi tersebut baik di mata masyarakat , maka seringkali masyarakat lebih mudah untuk memahami masalah yang terjadi. Pandangan
masyarakat akan memahami perusahaan atau organisasi tersebut seperti layaknya manusia yang bisa melakukan kesalahan atau kelalaian. Dan hal
inilah yang dimaksud dengan manfaat citra sebagai proteksi masa kritis. c
Menjadi daya tarik eksekutif handal attracting the best executives available Eksekutif handal merupakan harta yang sangat berharga bagi perusahaan.
Mereka adalah roda yang memutar roda bisnis sehingga tujuan jangka menengah dan jangka panjang mudah untuk dicapai. Namun sayangnya,
perusahaan yang mempunyai citra buruk akan sangat sulit untuk mendapat dan mempertahankan eksekutif handal.
d Meningkatkan efektivitas strategi pemasaran increasing the effectiveness of
marketing instruments Citra baik perusahaan dapat menunjang efektivitas strategi pemasaran suatu
produk. Contohnya, meskipun harga produk perusahaan atau organisasi yang lama dikenal sedikit lebih mahal dari perusahaan atau organisasi yang belum
22 dikenal, kebanyakan konsumen tetap memilih untuk membeli produk dari
perusahaan yang telah dikenal. e
Penghematan biaya operasional cost savings Hal ini berkaitan dengan manfaat citra yakni lebih mudah menarik eksekutif
handal. Dengan demikian maka perusahaan dapat melakukan penghematan biaya merekrut para eksekutif.
Berdasarkan uraian di atas, menunjukkan bahwa citra yang baik akan sangat menguntungkan bagi perusahaan atau organisasi maupun perorangan
artis. Dalam pembentukan citra, ada beberapa hal yang perlu dipahami sebelum
citra tersebut dikenal oleh masyarakat luas. Satu hal yang perlu jadi perhatian adalah adanya informasi yang memadai. Menurut Harrison 1995:71 informasi
yang lengkap mengenai citra meliputi empat elemen sebagai berikut: 1.
Personality Keseluruhan karakteristik yang dipahami publik sasaran seperti kejujuran,
kepercayaan dan kredibilitas. 2.
Reputation Hal yang telah dilakukan dan diyakini publik sasaran berdasarkan pengalaman
sendiri maupun pihak lain misalnya belum adanya kasus yang berhubungan dengan kriminilatas.
3. Value
Nilai-nilai yang dimiliki dengan kata lain budaya perusahaan seperti bentuk kepedulian terhadap sesama.
23 4.
Corporate Identity Merupakan komponen yang mempermudah pengenalan terhadap publik
sasaran. Identitas sendiri menurut Sutojo 2004:30 terdiri dari dua elemen yaitu nama dan logo logo dalam penelitian ini adalah personal dari artis.
Gabungan di antara keduanya seringkali disebut juga sebagai simbol. Identitas merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi
keberhasilan citra, di mana identitas yang baik merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan citra yang baik pula. Karena identitas membentuk kesan pertama
yang timbul di masyarakat. Dengan anggapan bahwa kesan merupakan awal mula dari adanya sebuah persepsi.
Artis termasuk dalam organisasi yang menggunakan nama mereka sebagai produk. Meskipun bagi masyarakat awam banyak yang tidak mengetahui, bahwa
artis hampir sama dengan perusahaan karena membutuhkan manajemen serta cara-cara tertentu untuk menjualnya. Dalam dunia hiburan, citra atau imej
memegang peranan yang sangat penting. Imej yang terbentuk dari artis itu merupakan persepsi yang ditangkap publik
saat menerima informasi apapun yang diberikan artis tersebut secara konstan. Imej bisa timbul melalui gayapenampilan, attitude maupun opini sang artis Menurut
Vivek J. Tiwary, dalam artikel “Image Imaging”. Dalam dunia bisnis terutama dunia hiburan, upaya mempopulerkan citra
adalah membuat segmen sasaran menjadi perduli dengan artis tersebut. Usaha ini perlu dilakukan agar masyarakat mempunyai persepsi jati diri perusahaan seperti
yang diharapkan oleh pihak manajemen. Adapun kegiatan ini dapat dilakukan
24 melalui tiga tahapan aktivitas yang dijabarkan sebagai berikut Sutojo, 2004:55-
63: 1.
Pembentukan persepsi segmen sasaran Citra yang ingin dibentuk harus dapat mencerminkan jati diri yang
sebenarnya, tidak lebih tidak kurang. Bila seorang artis ingin mengemukakan bahwa citra sebagai artis yang terbaik, maka merupakan sebuah keharusan di
mana keyakinan yang dimiliki untuk dapat hasil yang terbaik untuk segmen sasarannya. Agar dapat dengan mudah menguasai aliran informasi tentang
dirinya ke segmen sasaran, maka perlu dilakukan beberapa hal antara lain : a
Menentukan tipe citra yang akan disampaikan b
Mengambil inisiatif memperkenalkan citra tersebut, misalnya melalui pakaian dan lain sebagainya.
c Tidak mengutarakan citra secara berlebihan.
d Upaya membentuk citra dilakukan secara bertahap
e Memilih sarana penyampaian citra yang terbaik.
2. Memelihara persepsi
Memelihara persepsi berarti mempertahankan citra. Upaya-upaya mempertahankan citra adalah mempertahankan pelaksanaan program
periklanan atau kegiatan humas sesuai dengan rencana usaha jangka menengah yang telah disusun. Berikut merupakan cara-cara yang dilakukan
untuk memelihara citra : a
Menjadi sponsor kegiatan tahunan.
25 b
Ikut berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan amal. Misalnya menyediakan beasiswa bagi pelajar ataupun mahasiswa.
c Menyediakan bantuan bagi korban bencana alam.
d Ikut berpartisipasi dalam kegiatan donor darah.
e Menjadi sponsor pembangunan cabang olah raga tertentu.
3. Mengubah persepsi segmen sasaran yang kurang menguntungkan.
Cara terbaik untuk merubah persepsi segmen sasaran yang tidak menguntungkan adalah dengan berbenah diri dari dalam.
Selain aktivitas yang perlu dilakukan, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam mempopulerkan citra, antara lain :
a Fokus pada satu atau dua kelebihan narrow focus
b Mempunyai ciri khas unique
c Mengena appropriate
d Mendahului persepsi negative segmen sasaran foresight
e Berkesinambungan continuity
f Realistis reality
4. Minat Menonton Film
a. Pengertian minat menonton Film
Minat adalah rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Semakin kuat atau dekat hubungan
tersebut, semakin besar minatnya Djaali dalam Hutagaol, 2009:10. Minat terjadi melalui proses kognisi pemikiran terhadap suatu stimulus berupa
fenomena, objek atau kejadian yang dilakukan oleh individu yang dipengaruhi
26 oleh faktor pengalaman, proses belajar, cakrawala dan pengetahuan. Taraf
permulaan dari minat adalah adanya stimulus dari suatu objek mengenai alat indra proses pikir, proses pikir tersebut dipengaruhi oleh faktor lingkungan,
cita-cita, unsur bakat, kebutuhan, pengalaman masa lampau, harapan masa datang dan sosial ekonomi. Proses terakhir adalah proses psikologis dimana
individu menyadari tentang apa yang diterima melalui alat indra reseptor. Intensitas, frekuensi dan jumlah kejadian mampu menarik perhatian seseorang
sehingga seseorang tersebut mempunyai tanggapan atau pikiran sehingga membentuk minat Purwanto dalam Hutagaol, 2009:14.
Menonton adalah suatu kegiatan melihat, memandang, atau menatap sesuatu yang bergerak yang dilakukan oleh sesuatu atau manusia dengan
seksama dan penuh perhatian. Sedangkan film adalah karya cipta seni dan budaya yang merupakan media komunikasi massa pandang-dengar yang
dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan direkam pada pita seluloid, pita video, piringan video, danatau bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam
segala bentuk, jenis, dan ukuran melalui proses kimiawi, proses elektronik, atau proses lainnya, dengan atau tanpa suara, yang dapat dipertunjukkan
danatau ditayangkan dengan sistem proyeksi mekanik, elektronik, danatau lainnya Undang-Undang Republik Indonesia No.8 Tahun 1992 Tentang
Perfilman. Dari pengertian minat, menonoton dan film, yang dimaksud minat
menonton film adalah sebagai tingkat kesenangan yang kuat excitement dalam melakukan kegiatan melihat, memandang, atau menatap suatu karya
cipta seni atau budaya dan dibuat berdasarkan asas sinematografi yang bergerak yang dilakukan oleh sesuatu atau manusia dengan seksama dan
penuh perhatian.
27 b.
Pentingnya Minat Minat merupakan faktor psikologis yang mempengaruhi tindakan
seseorang. Pada semua usia, minat memainkan peran penting dalam kehidupan seseorang dan mempunyai dampak yang besar atas perilaku dan sikap.
Seseorang bisa menjadi malas, enggan mengerjakan sesuatu ketika ia tidak berminat terhadap kegiatan tersebut. Pentingnya keberadaan minat pada diri
manusia adalah karena minat merupakan sumber motivasi yang kuat, ia menjadi faktor pendorong untuk melakukan sesuatu. Minat pada dasarnya
adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Minat berhubungan dengan gaya gerak yang mendorong seseorang
untuk menghadapi atau berurusan dengan orang, benda, kegiatan, pengalaman yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri Djaali dalam Hutagaol, 2009:10.
Minat menambah kegembiraan pada setiap kegiatan yang ditekuni seseorang sehingga akan jauh lebih menyenangkan. Dalam minat terkandung beberapa
unsur-unsur sebagai berikut Djaali dalam Hutagaol, 2009:16: 1
Adanya sesuatu yang memberi stimulus. 2
Adanya kesediaan jiwa yang menerima stimulus. 3
Berlangsungnya dalam waktu yang cukup lama.
F. Kerangka Konsep
1.
Terpaan media
Terpaan media adalah kegiatan mendengarkan, melihat, dan membaca pesan-pesan media ataupun mempunyai pengalaman dan perhatian terhadap pesan
tersebut yang dapat terjadi pada individu atau kelompok. Terpaan media berusaha mencari data-data khalayak tentang penggunaan media baik jenis media, frekuensi
28 penggunaan maupun durasi penggunaan Ardianto dan Erdinaya, 2005:2. Bentuk
nyata dari media exposure atau terpaan media adalah mendengar, melihat, membaca atau ikut membaurkan diri dengan isi pesan.
Dalam penelitian ini, pesan media yang diukur yakni informasi tentang Julia Perez yang ada di dalam acara infotainment. Apabila isi pesan media tersebut
mampu untuk membuat audiens untuk memberikan tanggapan pada akhirnya dapat membentuk citra maka media dianggap dapat mempengaruhi audiens yang
telah diterpa oleh isi pesan media.
2.
Citra Julia Perez
Citra adalah kesan yang timbul karena pemahaman suatu kenyataan. Di mana pemahaman itu sendiri timbul dari berbagai sumber salah satunya adalah
opini publik, yaitu opini sekelompok organisasi dalam segmen publik. Citra sendiri sebenarnya merupakan sesuatu yang abstrak intangible dan tidak dapat
diukur secara nominal. Citra merupakan salah satu pegangan bagi banyak orang dalam mengambil berbagai macam keputusan penting. Keputusan tersebut
misalnya dalam mengkonsumsi barang atau jasa, berlangganan atau bahkan merekomendasikan kepada orang lain. Hal ini terjadi karena seseorang cenderung
menggunakan sebuah produk atau jasa tidak hanya dari segi kualitas tetapi kredibilitas, semakin kredibel atau citra yang semakin baik tentu akan
mempengaruhi keputusan seseorang. Dalam pembentukan citra, ada beberapa hal yang perlu dipahami sebelum
citra tersebut dikenal oleh masyarakat luas. Satu hal yang perlu jadi perhatian
29 adalah adanya informasi yang memadai. Menurut Harrison 1995:71 informasi
yang lengkap mengenai citra meliputi empat elemen sebagai berikut: 1.
Personality Keseluruhan karakteristik yang dipahami publik sasaran seperti kejujuran,
kepercayaan dan kredibilitas. 2.
Reputation Hal yang telah dilakukan dan diyakini publik sasaran berdasarkan pengalaman
sendiri maupun pihak lain misalnya belum adanya kasus yang berhubungan dengan kriminilatas.
3. Value
Nilai-nilai yang dimiliki dengan kata lain budaya perusahaan seperti bentuk kepedulian terhadap sesama.
4. Corporate Identity
Merupakan komponen yang mempermudah pengenalan terhadap publik sasaran. Identitas sendiri menurut Sutojo 2004:30 terdiri dari dua elemen
yaitu nama dan logo logo dalam penelitian ini adalah personal dari artis. Gabungan di antara keduanya seringkali disebut juga sebagai simbol.
3.
Minat Menonton Film
Minat menonton film adalah sebagai tingkat kesenangan yang kuat excitement dalam melakukan kegiatan melihat, memandang, atau menatap suatu
karya cipta seni atau budaya dan dibuat berdasarkan asas sinematografi yang
30 bergerak yang dilakukan oleh sesuatu atau manusia dengan seksama dan penuh
perhatian.
4.
Hubungan Antara Terpaan Media, Citra Julia Perez dan Minat Menonton Film Arwah Goyang Karawang
Citra atau Image merupakan sejumlah keyakinan, gambaran, dan kesan seseorang terhadap suatu obyek. Dalam penelitian ini citra yang dimiliki oleh
berbagai oleh artis dan citra ini cenderung merupakan persepsi personal masyarakat pada artis. Masyarakat memperoleh citra pada artis berkat bantuan
dari media massa, dengan demikian media massa memiliki peran yang penting dalam proses pembentukan citra terutama bagi artis. Mempertahankan eksitensi
seorang artis dalam dunia hiburan harus dilakukan secara bertahap dan tidak hanya dilakukan secara instan.
Mempertahankan eksistensi dari artis salah satunya melalui citra dengan menjaga citra atau image dari artis tersebut maka diharapkan eksistensi dalam
dunia hiburan akan tetap bertahan. Karena, jika salah mempetahankan citra, maka eksistensi dalam dunia hiburan sangat susah untuk dipertahankan.
Salah satu artis yang memiliki citra yang unik dan sudah di asosiasikan dengan sensualitas adalah Julia Perez. Artis Julia Perez JuPe sudah dikenal oleh
banyak orang yakni artis yang sering mengenakan pakaian yang kurang pantas atau seksi.
Tetapi, ternyata tidak semua orang menyukai dengan penampilan Julia Perez. Hal ini disebabkan karena ada atau dalam budaya Ketimuran lebih
31 mengutamakan adab sopan santun. Artinya dalam urusan selalu menjadikan ajaran
agama sebagai saringannya serta tidak menghalalkan segalanya termasuk penampilan.
Julia Perez adalah salah seorang artis yang termasuk senang untuk berpakaian minim atau memperlihatkan aurat. Sesuai dengan budaya ketimuran
yang berorientasi pada adab sopan santun perilaku Julia Perez dianggap tidak sesuai dengan budaya ketimuran.
Tatanan kehidupan di Indonesia masyarakat lebih cenderung mengutamakan budaya ketimuran sehingga segala sesuatu disaring dengan agama.
Berbeda dengan kebudayaan barat yakni cenderung mengkultuskan pemuasan material belaka, sehingga biasanya dijuluki sebagai Kebudayaan Materialisme.
Sedangkan budaya ketimuran yang dilandasi ajaran agama, misalnya Ajaran Agama Islam yang pada umumnya menyeimbangkan antara pemuasan material
dan pemuasan spiritual. Dalam perkembangannya dari jaman ke jaman budaya ketimuran yang
lebih dikenal dengan adab sopan santun telah mengalami pergeseran. Ini terjadi akibat pengaruh kebudayaan barat begitu kuat dan tentu saja kondisi ini berujung
dengan munculnya berbagai permasalahan-permasalahan sosial misalnya dari segi berpakaian.
Salah satu contoh artis ialah Julia Perez. Julia Perez dalam berpakaian jika dilakukan di budaya barat adalah suatu hal yang wajar tidak melanggar norma-
norma setempat karena dalam kebudayaan barat lebih mementingkan pemuasan material belaka. Tetapi, jika dilihat dari cara pandang budaya ketimuran
32 berpakaian dengan memperlihatkan aurat adalah salah satu contoh yang tidak
sesuai karena selain melanggar atauran agama juga dapat menyebabkan dampak yang negatif.
Pada tahun 2010 Julia Perez membintangi sebuah film yang berjudul film Arwah Goyang Karawang. Pada saat pengambilan gambar syuting ternyata
Julia Perez terlibat konflik atau perkelahian antar sesama artis yakni dengan Dewi Persik Depe. Adanya pemberitaan dari media massa yang cenderung dibesar-
besarkan tersebut secara tidak langsung juga ikut mengenalkan kepada masyarakat tentang adanya film yang berjudul Arwah Goyang Karawang. Adanya Julia Perez
tersebut tentunya diduga dapat mempengaruhi minat menonton film Arwah Goyang Karawang.
Tetapi secara teori citra yang dibentuk melalui kultivasi media tidak sepenuhnya dapat mempengaruhi sikap khususnya pada afektif minat menonton,
banyak variabel atau faktor lain yang dapat mengganggu kedua hubungan tersebut. Salah satu variabel yang mengganggu adalah perbedaan jenis kelamin.
Manusia secara umum dari segi fisik terbagi menjadi dua yakni laki-laki dan perempuan. Secara fisik kedua bentuk tersebut sudah berbeda, tetapi ternyata
bukan hanya segi fisik saja yang berbeda tetapi pada faktor-faktor lain juga berbeda. Misalnya tingkat kesenangan, tingkat emosional, cara berpikir dan lain
sebagainya. Berdasarkan hal tersebut, maka dalam penelitian ini faktor perbedaan jenis kelamin dijadikan sebagai variabel kontrol moderasi yang diduga dapat
mengganggu hubungan antara citra dengan minat menonton film.
33 Gambar 1.
Kerangka Hubungan Antar Variabel Penelitian Penjelasan dari kerangka hubungan antara variabel penelitian tersebut adalah
sebagai berikut : a.
Variabel pembentuk Antesendent Variable adalah variabel yang memengaruhi variabel bebas, entah secara positif atau negatif. Yang menjadi
variabel antesendent dalam penelitian ini adalah terpaan pemberitaan Julia Perez di Media Infotainment.
b. Variabel bebas Independence Variable adalah variabel yang memengaruhi
variabel terikat, entah secara positif atau negatif Sekaran, 2007:117. Yang menjadi variabel bebas dalam penelitian ini adalah citra Julia Perez.
c. Variabel Kontrol Control Variable adalah variabel yang dikendalikan atau
dibuat konstan sehingga hubungan variabel independen terhadap dependen tidak dipengaruhi oleh faktor luar yang tidak diteliti Sugiyono, 2008: 61.
Variabel kontrol dalam penelitian adalah jenis kelamin. d.
Variabel terikat Dependent Variable merupakan variabel yangmenjadi perhatian utama peneliti Sekaran, 2007:116. Yang menjadi variabel terikat
dalam penelitian ini adalah minat menonton film.
Variabel Bebas X
Citra Artis
Variabel Terikat Y
Minat Menonton Film
Variabel Antesendent
A
Terpaan Media
Variabel Kontrol Z
Jenis kelamin
34
G. Definisi Operasional Variabel