Semiotika citra kesultanan Turki Usmani dalam Film Dracula Untold

(1)

SEMIOTIKA CITRA KESULTANAN TURKI USMANI

DALAM FILM DRACULA UNTOLD

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I.)

Oleh:

AWWALIYAH NASYIAH NIM: 1111051000134

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1436 H/2015 M


(2)

(3)

(4)

(5)

i ABSTRAK

Awwaliyah Nasyiah NIM: 1111051000134

Semiotika Citra Kesultanan Turki Usmani dalam Film Dracula Untold

Dracula Untold merupakan film hollywood yang mengangkat kisah asal-usul kemunculan dracula. Dalam film ini dikisahkan tentang perjuangan Vlad III untuk melindungi warga Transylvania dari serangan Turki Usmani. Bagi para penggemar dunia vampir mapun dracula melihat film ini sebagai usaha yang bagus untuk mengisahkan asal-usul dracula yang sebenarnya. Namun di sisi lain, kalangan Muslim memiliki pendapat berbeda tentang penggambaran Turki Usmani dalam film ini. Mereka berpendapat bahwa terdapat unsur mendistorsi fakta sejarah dan memunculkan citra negatif Turki Usmani di dalamnya.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka pertanyaan penelitian ini adalah bagaimana citra Turki Usmani yang digambarkan dalam film Dracula Untold?

Apa makna denotasi, konotasi, dan mitos dalam film Dracula Untold?

Citra yang dibangun terhadap Turki Usmani dalam film Dracula Untold

terbagi dua, yakni citra positif dan citra negatif. Citra positif yang digambarkan dalam film ini adalah Turki Usmani memiliki prajurit yang tangguh dan memiliki wilayah kekuasaan yang luas. Sedangkan citra negatif yang tersirat dalam film ini adalah Turki Usmani adalah dinasti yang kejam, selalu mengedepankan kekerasan dalam mencapai kehendaknya.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan analisis semiotika Rolland Barthes, yakni mencari makna denotasi, konotasi, dan mitos. Selain itu, penelitian ini juga menggunakan konseptualisasi tentang citra, yakni citra positif dan negatif.

Dalam analisis semiotika Roland Barthes, makna denotasi merupakan makna nyata yang ditampilkan oleh penanda terhadap objek. Makna konotasi merupakan kunci dalam analisis semiotika Roland Barthes, dimana tanda memiliki makna tambahan atau makna lain dari makna yang ditampilkan. Pembaca atau penonton merupakan elemen penting dalam memaknai tanda tersebut karena diikuti dengan ideologi dan keyakinan masing-masing. Sedangkan mitos adalah bagaimana kebudayaan memaknai tentang realitas yang ditampilkan oleh tanda tersebut.

Makna denotasi dalam film Dracula Untold adalah kisah Vlad yang rela berkorban demi melindungi warga Transylvania. Makna konotasinya adalah kekejaman Turki Usmani memaksakan kehendaknya. Sedangkan mitos yang dibangun adalah penggambaran Dinasti Turki Usmani yang mengedepankan kekerasan dan pengerahan kekuatan dalam masa pemerintahannya.

Dengan demikian, dalam film Dracula Untold peneliti menemukan tanda-tanda dalam beberapa adegan yang memiliki makna tentang penggambaran Turki Usmani. Selain itu, film ini juga memunculkan citra positif dan negatif terhadap Turki Usmani.


(6)

ii

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah, segala puji dan syukur kita sampaikan kepada Allah SWT.Dialah sumber tempat bersandar, dan sumber kenikmatan hidup yang tanpa batas, Rahman dan Rahim tetap menghiasi asma-Nya, sehingga penulis diberikan kekuatan fisik dan psikis untuk dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul SEMIOTIKA CITRA KESULTANAN TURKI USMANI DALAM FILM DRACULA UNTOLD.

Shalawat serta salam tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta para keluarganya, sahabat dan para pengikutnya yang telah membuka pintu keimanan yang bertauhidkan kebenaran, kearifan hidup manusia dan pencerahan atas kegelapan manusia serta uswatun hasanah yang dijadikan sebuah pembelajaran bagi muslim dan muslimah hingga akhir zaman.

Pada kesempatan ini, izinkanlah penulis menyampaikan rasa hormat dan ucapan terimakasih pada semua pihak yang dengan tulus ikhlas telah memberikan bantuan dan dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, terutama kepada:

1. Dr. Arief Subhan M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Dr. Suparto, M.Ed, MA, selaku Wakil Dekan I, Dr. Roudhonah, M.Ag, selaku Wakil Dekan II, dan Dr. Suhaimi, M.Si, selaku Wakil Dekan III.


(7)

iii

2. Rachmat Baihaky, MA, selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) dan Fita Fathurokmah, M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI).

3. Drs. Jumroni, M.Si, selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan dan arahan praskripsi.

4. Zakaria, M.Ag, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah berkenan meluangkan waktu untuk memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis dalam proses penulisan skripsi. Terima kasih atas segala ilmu, perhatian, dan masukan bagi penulis dalam menulis skripsi

5. Seluruh Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang selama ini telah memberikan ilmu pengetahuan. Semoga ilmu yang diberikan bermanfaat.

6. Segenap pimpinan dan karyawan Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah melayani penulis dalam mempergunakan buku-buku dan literatur yang penulis butuhkan selama penyusunan skripsi ini.

7. Kedua orang tua tercinta, atas segala kasih sayang, perhatian, serta dorongan, baik dalam bentuk materi maupun moril. Juga yang tak pernah lelah dan bosan untuk senantiasa berdoa demi kelancaran penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Terima kasih kepada Nevo Amaba atas kasih sayang, support, kesabaran, dan semangat yang selalu diberikan kepada penulis.


(8)

iv

9. Kepada Nurleli yang selalu bertukar pikiran, bersama-sama mengerjakan skripsi, dan berjuang selama proses pembuatan skripsi hingga pemberkasan menuju sidang. Juga kepada Dita dan Tria, terima kasih atas kenangan, tawa, canda, maupun suka dan duka yang telah kita jalani bersama selama masa-masa kuliah.

10.Sahabat seperjuangan KPI D angkatan 2011, terimakasih atas banyaknya kenangan, motivasi, maupun inspirasi yang telah diberikan kepada penulis selama masa kuliah hingga masa penulisan skripsi. 11.Juga teruntuk sahabatku tersayang KIMCHI yang telah banyak

memberikan masukan, motivasi, serta do‟a bagi kelancaran penulis dalam menyusun skripsi ini.

Penulis menyadari tanpa adanya bantuan, dukungan, mapun do‟a dari mereka semua penulis tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Semoga segala motivasi serta doa kepada penulis dibalas oleh Allah SWT dengan balasan yang berlipat ganda. Penulis juga menyadari masih terdapat kekurangan dalam skripsi ini, oleh karena itu diharapkan adanya saran dan kritik demi kemajuan bersama. Terakhir, harapan penulis semoga skripsi ini dapat berguna bagi pembaca, khususnya mahasiswa jurusan Komunikasi Penyiaran Islam (KPI). Wassalamualaikum Wr. Wb.

Jakarta, 10 Juni 2015


(9)

v DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Siginifikansi Penelitian ... 6

E. Metodologi Penelitian ... 6

F. Tinjauan Pustaka ... 8

G. Sistematika Penulisan ... 10

BAB II KAJIAN TEORI ... 12

A. Konsep Film ... 12

1. Definisi Film ... 12

2. Jenis dan Klasifikasi Film ... 13

B. Konsep Semiotika ... 16

1. Konsep Dasar Semiotika ... 16

2. Semiotika Roland Barthes ... 18

BAB III GAMBARAN UMUM... 21

A. Sekilas Film Dracula Untold ... 21

B. Sinopsis Film Dracula Untold ... 23

C. Turki Usmani pada Zaman Kekuasan Muhammad Al-Fatih ... 24

1. Profil Sultan Muhammad Al-Fatih ... 24

2. Penaklukan Konstantinopel ... 26

D. Janisari... 28

E. Sejarah Vlad III ... 29

BAB IV ANALISIS DATA DAN TEMUAN PENELITIAN ... 33

A. Analisis Judul Film Dracula Untold ... 33

B. Makna Denotasi dan Konotasi, dan Mitos Film Dracula Untold ... 35

1. Denotasi dan Konotasi dalam Film Dracula Untold ... 35

2. Mitos dalam Film Dracula Untold... 60


(10)

vi

BAB V PENUTUP ... 72

A. Kesimpulan ... 72

B. Saran ... 73

DAFTAR PUSTAKA ... 75 LAMPIRAN


(11)

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Adegan 1...41

Tabel 4.2 Adegan 2...46

Tabel 4.3 Adegan 3...51

Table 4.4 Adegan 4...54

Tabel 4.5 Adegan 5...57


(12)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada tanggal 8 Oktober 2014, dunia perfilman hollywood menyuguhkan sebuah film berjudul Dracula Untold. Film ini diproduseri oleh Michael de Luca. Ia adalah produser film Amerika berdarah Yahudi yang terkenal dengan filmnya

The Social Network dan Ghost Rider. Film ini dikemas oleh Gary Shore, yang merupakan film debut pertamanya sebagai sutradara. Film ini ditulis oleh Matt Sazama dan Burk Sharpless.

Universal Pictures, yang terkenal dengan film-filmnya yang bertemakan monster, kali ini memproduksi film yang mengisahkan sosok dracula. Sesuai dengan judulnya, film ini berkisah tentang sosok dracula menurut sejarah. Namun, sebagai film yang bersifat komersial, tentu Gary Shore tidak sepenuhnya menceritakan kisah dracula secara benar. Dracula disini digambarkan sebagai seorang patriot yang rela mengorbankan dirinya mengikuti aliran satanisme bahkan hingga menjadi vampir dan berubah menjadi kelelawar.

Kata dracula berasal dari bahasa Rumania “dracul-ae”. Dracul berarti naga, sedangkan –ae berarti putranya dari1. Dracula merupakan sebutan untuk bangsawan Ordo Naga. Ordo Naga disini maksudnya adalah kelompok ksatria khusus yang disiapkan oleh raja Romawi, Sigismund, untuk perang salib.

1Masyuri MH, “Dracula dalam Kenyataan Sejarah Dunia”, artikel diakses pada 2 Februari


(13)

2

Distorsi sosok dracula memang sudah terjadi sejak lama. Abraham “Bram” Stoker, penulis novel horror asal Irlandia menulis novel berkisahkan dracula pada tahun 1897. Novel dracula yang ditulisnya menjadi terkenal dan menarik insan perfilman untuk mengangkat kisah dracula ke layar lebar2. Dracula yang digambarkan oleh Bram dalam novelnya adalah sosok yang mengerikan seperti setan dan sadis. Memang benar dracula adalah sosok yang sadis di sepanjang sejarah manusia, tapi dracula yang digambarkan Bram bukanlah sosok yang sebenarnya.

Sebagai sebuah film fiksi, Dracula Untold memang tidak disuguhkan sebagai film yang diproduksi berdasarkan hasil riset atas sejarah yang bisa dipertangungjawabkan. Film ini punbergenre „dark fantasy action‟, bukan film dokumenter yang mencoba menampilkan latar sejarah sungguhan.

Dracula memang nyata adanya dan memiliki kaitan dengan sejarah Turki Usmani pada masa kegemilangannya. Dracula merupakan tokoh yang sudah disumpah oleh Ordo Naga untuk memerangi kaum muslim, ia telah membunuh 1000 pasukan Turki Usmani beserta umat Islam Wallachia dengan sadis.3

Selain mengisahkan tentang sejarah dracula, film ini juga secara tidak langsung mengisahkan tentang kisah Kesultanan Turki Usmani pada masa gemilangya, yakni pada masa kepemimpinan Sultan Muhammad al-Fatih. Beliau adalah sultan Turki Utsmani yang dapat menaklukkan Konstantinopel dan membawa Islam kepada masa kejayaan di Turki.

2“Bram Stoker Biography”, artikel diakses pada 28 Januari 2015 dari

http://www.biography.com/people/bram-stoker-9495731


(14)

Namun, kaum muslim yang menonton film ini memiliki pendapat berbeda mengenai pengisahan kesultanan Turki di dalam film ini, sehingga menimbulkan polemik di masyarakat. Menurut Ustadz Felix Siauw yang dilansir di situs berita metrotvnews.com, kisah tentang Dracula yang dibuat di Hollywood itu seperti menyudutkan Islam, banyak sejarah dan penggambaran tokoh yang terdistorsi, yang akhirnya berujung pada penggambaran yang tidak sebenarnya4. Berbagai distorsi yang terdapat di dalam film ini diulas di blog pribadinya dengan judul “Dracula Untold; Upaya Stigmatisasi Negatif Islam" pada 15 Oktober 2014.

Sebelumnya, film serupa yang melibatkan tokoh Islam di dalamnya juga pernah dirilis. Tepatnya pada tahun 2012, film yang berjudul Innocence of Muslims mengisahkan tentang sosok Nabi Muhammad SAW. Film itu sempat menimbulkan polemik di negara-negara Islam dan mendapat kecaman untuk dihentikan peredarannya5.

Sebagai sebuah media komunikasi massa, film memiliki keunggulan dalam menyampaikan suatu pesan atau bahkan merubah opini. Muatan pesan yang dikandung dalam film dipercaya dapat mempengaruhi masyarakat, hal ini karena film dan masyarakat memiliki hubungan yang linier6. Film merupakan representasi dari realitas yang berkembang di masyarakat yang diproyeksikan ke dalam layar. Oleh karena itu, film sebagai sebuah representasi mengemas ulang

4Triyanisya, “Ustaz Felix Siauw Krtisi Film Dracula Untold”,

artikel diakses pada 18 Februari 2015 dari http://hiburan.metrotvnews.com/read/2014/10/21/308162/ustaz-felix-siauw-kritisi-film-dracula-untold

5Hasanudin Aco, “Film

Innocence of Muslims Lecehkan Umat Islam”, artikel diakses

pada 28 Januari 2015 dari http://www.tribunnews.com/nasional/2012/09/14/hti-film-innocence-of-muslims-lecehkan-umat-islam

6


(15)

4

realitas berdasarkan ideologi dari kebudayaannya7. Penyajian cerita dalam film mampu membuat penonton percaya, walau terkadang sebenarnya tidak logis dan tidak berdasarkan fakta.

Dunia perfilman saat ini memang didominasi oleh film-film hollywood.

Hingga kini film-film hollywood belum berhenti menjadi produsen film-film terbagus di dunia dan pendistribusiannya tersebar ke berbagai negara. Di antara film-film tersebut tidak sedikit film fiksi yang mengangkat tema sejarah, namun terdistorsi demi kepentingan komersial maupun kepentingan pihak pembuat film.

Sebagai sebuah negara yang memiliki jangkauan distribusi film terluas, tentu film-film hollywood dikonsumsi oleh negara-negara yang memiliki latar belakang budaya maupun agama yang berbeda. Oleh karena itu, tidak sedikit film-film hollywood yang menuai kontroversi di beberapa n egara, dikarenakan perbedaan tersebut.

Pengangkatan tema film yang bertema agama maupun kisah tokoh dalam suatu agama merupakan suatu hal yang sangat beresiko tinggi. Jika terdapat hal yang menyinggung pihak lain, maka akan timbul konflik. Konflik tersebut dapat berupa kecaman terhadap pembuat film yang pada akhirnya mungkin dapat menghentikan peredaran film tersebut.

Dalam film Dracula Untold terdapat banyak simbol yang mempunyai pesan tersirat maupun tersurat yang melibatkan sejarah Islam di dalamnya. Dimana simbol-simbol tersebut, yang berupa penggambaran visual maupun dialog antartokoh, telah menimbulkan polemik di masyarakat. Maka peneliti bermaksud

7


(16)

untuk melakukan penelitian secara mendalam dengan menganalisis tanda-tanda atau simbol-simbol yang menggambarkan citra Turki Usmani dalam film tersebutdengan menggunakan analisis semiotik model Roland Barthes. Penelitian ilmiah ini akan dituangkan dalam bentuk skripsi dengan judul “SEMIOTIKA

CITRA KESULTANAN TURKI USMANI DALAM FILM DRACULA

UNTOLD.”

B. Batasan dan Rumusan Masalah

1. Batasan Masalah

Untuk menghindari semakin luas dan melebarnya masalah, maka peneliti membuat batasan ruang lingkup dalam penelitian ini hanya pada adegan-adeganyang mengandung citra Turki Usmani di dalamnya, baik dalam potongan gambar, dialog antaraktor maupun dalam alur cerita. Dari 49scene yang ada, peneliti akan menganalisis 6 scene yang mengandung citra Turki Usmani di dalamnya.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka muncul pertanyaan penelitian, yakni bagaimana citra Turki Usmani yang digambarkan dalam film Dracula Untold?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana citra Turki Usmani yang digambarkan dalam film Dracula Untold.


(17)

6

D. Siginifikansi Penelitian

1. Manfaat Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam perkembangan ilmu pengetahuan di bidang Ilmu Komunikasi dan Penyiaran, khususnya pada media massa film, selain itu juga dapat memberikan kontribusi kajian tentang sejarah Islam dalam film.

2. Manfaat Praktis

Dengan melihat kisah Turki Usmani yang digambarkan dalam film ini, maka dapat dilihat bahwa film ini dapat menimbulkan opini yang buruk tentang Dinasti Turki Usmani. Maka peneliti berharap penelitian ini dapat memberikan penjelasan yang benar tentang bagaimana gambaran Turki Usmani yang seharusnya, namun dicitrakan negatif dalam film ini.

E. Metodologi Penelitian

1. Paradigma penelitian

Paradigma merupakan perspektif peneliti yang digunakan untuk mempelajari fenomena dan menginterpretasikan temuan8. Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah paradigma konstruktivis. Dalam pandangan kaum konstruktivis, realitas dianggap sebagai hasil kontruksi manusia, dan tidak pernah bebas nilai9. Peneliti menggunakan paradigma ini karena peneliti ingin mendapatkan pengembangan pemahaman yang membantu proses interpretasi suatu peristiwa.

8

Imam Gunawan,Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), h. 25.

9


(18)

2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Pendekatan kuallitatif digunakan untuk memahami makna yang tersembunyi dari suatu fenomena sosial yang ada, interaksi sosial, mengembangkan teori, meneliti kebenaran maupun sejarah10. Peneliti menggunakan pendekatan ini untuk menggali makna tanda-tanda dari adegan-adegan yang ditampilkan dalam film Dracula Untold.

3. Metode Penelitian

Dalam menganalisis data dalam penelitian ini, peneliti memilih analisis semiotika model Rolland Barthes. Gagasan Barthes ini dikenal dengan “order of signification”, mencakup denotasi (apa yang digambarkan/apa yang terlihat) dan konotasi (bagaimana penggambarannya), kemudian dikaitkan dengan mitos, yakni bagaimana kebudayaan memahami tanda-tanad tersebut11.

4. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek yang akan diteliti adalah film Dracula Untold, sedangkan yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah penggambaran citra Turki Usmani dalam film ini.

5. Tahapan Penelitian

a. Teknik Pengumpulan Data 1) Data Primer

10

Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Karya Ilmiah,

(Jakarta: KENCANA, 2014), h. 34.

11

Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, (Bandung: PT Rosdakarya, 2004), h. 128.


(19)

8

Data primer penelitian ini berupa video film Dracula Untold dalam bentuk Matroska Video File (mkv). Data ini merupakan data sumber utama yang menghasilkan sebuah data, yakni berupa adegan-adegan untuk kemudian dianalisis.

2) Data Sekunder

Selain itu peneliti juga melakukan document research, yakni dengan menelaah dan mengkaji buku, majalah, internet, dan literatur-literatur lainnya yang memiliki relevansi dengan materi dalam penelitian ini. b. Teknik Analisis Data

Setelah data primer dan data sekunder terkumpul, kemudian data-data tersebut dianalisis dengan menggunakan teknik analisis semiotika. Penelitian ini dimulai dengan mengklasifikasikan adegan-adegan dalam film Dracula Untold

yang sesuai dengan rumusan masalah penelitian. Kemudian, adegan-adegan ini dianalisis menggunakan analisis semiotika model semiotika Rolland Barthes dengan mencari makna denotasi, konotasi, dan mitos di setiap adegan.

F. Tinjauan Pustaka

Dalam penelitian ini, peneliti terinspirasi dari skripsi-skripsi terdahulu. Di antaranya adalah:

1. Skripsi yang ditulis oleh Laudia Novita Murlis (2013) berjudul “Analisis Semiotik Citra Islam Dalam Film Five Minarets in New York”. Penelitian ini menganalisis citra Islam yang digambarkan dalam film Five Minarets in New York.Kesamaan penelitian ini dengan penelitian Junita adalah


(20)

menggunakan teknik analisis Roland Barthes, namun memiliki perbedaan dalam objek yang diteliti. Penelitian Laudia objeknya adalah citra Islam, sedangkan sedangkan dalam film Dracula Untold objek penelitiannya adalah citra kesultanan Turki Usmani.

2. Penelitian yang kedua adalah penelitian yang dilakukan oleh Farouk Kahlil Gibran Bagawi (2011) yang berjudul “Analisis Semiotik Wajah Islam Dalam Film My Name Is Khan”. Penelitian ini mencoba

menggambarkan islamophobia terhadap Islam pasca terjadinya pengeboman WTC 9/11. Selain itu, isu ras juga sering ditampilkan dalam film ini. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan terdapat pada objek yang diteliti, yaitu tentang citra. Namun citra disini adalah citra Islam secara luas, sedangkan dalam film Dracula Untold

adalah lebih spesifik, yakni citra kesultanan Turki Usmani. Perbedaannya juga terletak pada subjek penelitian metode analisis yang digunakan. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Zainal, dianalisis menggunakan analisis semiotika Ferdinand de Saussure.

3. Penelitian yang ketiga berjudul “Analisis Semiotik Terhadap Film In The

Name Of God” karya Hani Taqiya (2011). Penelitian ini menganalisis

tentang makna jihad dalam film In The Name of God. Persamaan dengan penelitian ini adalah menggunakan analisis semiotik model Roland Barthes, namun berbeda di objek penelitiannya. Penelitian Hani mengangkat tema jihad dalam film, sedangkan penelitian ini mengangkat citra Turki Usmani yang digambarkan dalam film Dracula Untold.


(21)

10

G. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah penulisan skripsi ini, maka penulis menyusunnya ke dalam lima bab. Diawali dari bab I yaitu pendahuluan, hingga bab V yang berisi penutup berupa kesimpulan dan saran. Masing-masing bab juga memiliki sub-bab, yakni:

BAB I PENDAHULUAN

Berisi latar belakang masalah penelitian, batasan dan rumusan masalah, tujuan penelitian, signifikansi penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan.

BAB II KAJIAN TEORI

Membahas tentang konsep film serta teori semiotika Rolland Barthes.

BAB III GAMBARAN UMUM

Dalam bab ini diuraikan gambaran umum atau profil tentang film

Dracula Untold, sinopsis film Dracula Untold, beserta sejarah Turki Usmani dan Vlad III.

BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA

Berisi analisis judul film Dracula Untold serta analisis semiotika berupa menemukan makna denotasi, konotasi, dan mitos dari temuan data yang berupa adegan-adegan yang mengandung unsur penggambaran Turki Usmani dalam film Dracula Untold.


(22)

Berisi kesimpulan penelitian terhadap beberapa pertanyaan dari rumusan masalah penelitan, serta saran penulis yang bersifat membangun.


(23)

12 BAB II KAJIAN TEORI

A. Konsep Film

1. Definisi Film

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, film didefinisikan sebagai selaput tipis yang dibuat dari seluloid untuk tempat gambar negatif (yang akan dibuat potret) atau untuk tempat gambar positif (yang akan dimainkan di bioskop) atau lakon (cerita) gambar hidup1.

Film menyajikan cerita mengenai kehidupan atau karakter seseorang atau beberapa tokoh yang diperankan oleh pemain yang melibatkan konflik dan emosi.Film mempunyai karakteristik tersendiri, yakni menggunakan layar lebar.Karena itu dalam film memungkinkan pengambilan gambar jarak jauh atau

long shot bahkan extreme long shot.

Menurut John Vivian dalam bukunya Teori Komunikasi Massa, film sebagai media massa bisa menjadi sumber hiburan – walaupun tidak sepenuhnya berisi hiburan–film juga berisi campuran informasi, entertainment, dan persuasi2.

Komunikasi massa merupakan bentuk komunikasi yang melibatkan khalayak luas dan biasanya menggunakan teknologi media massa. Media massa merupakan salah satu jenis komunikasi yang ditujukan kepada khalayak banyak, melewati media cetak atau elektronik, sehingga pesan informasi yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat.

1

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), h. 316.

2


(24)

Media massa dapat diklasifikasikan menjadi tiga kategori, yakni media cetak, media audio visual, dan media online. Film termasuk ke dalam kategori media audio visual. Oleh karena itu, film sebagai salah satu bentuk media massa memiliki kelebihan dalam hal jangkauannya yang luas, menyampaikan pesan, dan memiliki unsur persuasi3. Namun, film sebagai media komunikasi massa juga memiliki kelemahan, yakni sifatnya yang sekilas, sehingga untuk menangkap pesan secara utuh dari film, orang tidak bisa mengalihkan perhatiannya kepada hal lain atau melakukan kegiatan lain, mereka akan terfokus pada film yang ditonton.

Film merupakan salah satu produk komunikasi massa yang memuat berbagai informasi di dalamnya. Sebagai sumber informasi, bentuk komunikasi atau makna pesan yang dihadirkan oleh film adalah semu, dimana pemberi makna yang sebenarnya bukanlah di film tersebut, melainkan orang-orang dibalik film, yakni produser, sutradara, dan penulis naskah.

2. Jenis dan Klasifikasi Film

Film dibagi ke dalam tiga jenis, yakni dokumenter, fiksi, dan eksperimental. Berikut adalah penjelasannya:

a. Film Dokumenter

Film dokumenter dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan sebagai sebuah dokumentasi dalam bentuk film mengenai peristiwa bersejarah yang mempunyai makna khusus yang berfungsi sebagai alat penerangan atau alat pendidik4. Film dokumenter merupakan jenis film yang bersifat nonfiksi, ia mengeksplorasi kejadian historis dan fenomena

3

Vivian, Teori Komunikasi Massa, h. 4-6.

4


(25)

14

alam maupun sosial yang benar-benar terjadi di masyarakat5. Film jenis ini merupakan film yang menyajikan fakta, dimana dalam pembuatannya berhubungan dengan orang-orang, tokoh, peristiwa, dan lokasi yang sebenarnya. Penonton akan lebih mudah dalam memahami dan mempercayai fakta-fakta yang disajikan dalam film jenis dokumenter, karena film jenis ini tidak menampilkan tokoh antagonis maupun protagonis seperti film fiksi. Film dokumenter dibuat dengan struktur bertutur yang sederhana.

b. Film Fiksi

Film fiksi dibuat menggunakan cerita rekaan dan memerlukan per adegan yang sudah dirancang sejak awal. Produksi film ini membutuhkan persiapan yang matang, sehingga relatif lebih lama dalam pembuatannya. Peralatan dan perlengkapan yang dibutuhkan dalam membuat film juga lebih banyak, bervariasi dan mahal.

c. Film Eksperimental

Film eksperimental memiliki struktur yang dipengaruhi oleh insting subyektif sineas seperti gagasan, ide, emosi, serta pengalaman batin. Umumnya tidak bercerita tentang apapun, bahkan kadang menentang kausalitas, film ini berbentuk abstrak dan tidak mudah dipahami karena menggunakan simbol-simbol personal yang diciptakan sendiri.

5


(26)

Sedangkan dalam hal pengklasifikasian, film dibagi berdasarkan genre. Saat ini, film-film di dunia telah memunculkan beberapa genre, di antaranya komedi, drama, horor, musikal, dan laga6. Berikut di bawah ini merupakan penjelasannya:

a. Komedi. Film ini mendeskripsikan kelucuan yang digambarkan oleh pemain. Alur ceritanya tidak kaku, tidak hambar, dan tidak hampa. Ada bumbu jenaka yang membuat penonton tidak bosan.

b. Drama. Film yang menggambarkan realita di sekitar kehidupan. Alur ceritanya terkadang dapat membuat penontonnya tersenyum atau sedih.

c. Horor. Film yang mengisahkan cerita-cerita menyeramkan. Alur ceritanya biasanya membuat jantung penonton berdegup kencang, menegangkan, dan berteriak histeris.

d. Musikal. Film jenis ini penuh dengan nuansa musik. Alur ceritanya mirip seperti drama, hanya saja di beberapa adegan para pemain bernyanyi, berdansa, bahkan bebrapa dialog menggunakan musik (seperti bernyanyi).

e. Laga (action). Film ini dipenuhi dengan aksi perkelahian, tembak-menembak, kejar-kejaran, dan adegan-adegan berbahaya lainnya yang menegangkan. Alur ceritanya sederhana, hanya saja menjadi luar biasa setelah dibumbui aksi-aksi yang membuat penonton tidak beranjak dari kursi.

6

Ekky Imanjaya, Why Not: Remaja Doyan Nonton, (Bandung: PT Mizan Bunaya Creative, 2004), h. 104.


(27)

16

B. Konsep Semiotika

1. Konsep Dasar Semiotika

Mencoba mengenal sesuatu dan alam sekitarnya merupakan salah satu karunia terbesar yang diberikan oleh Allah SWT kepada manusia. Melalui panca indera yang diberikan, manusia dapat memberi makna dari setiap derap langkah bahkan nafasnya sendiri. Manusia selalu berusaha memahami makna-makna, menginterpretasikan fakta, mengurai apa yang ada di balik kata-kata atau peristiwa yang ada di sekitarnya.

Makna yang disimpulkan oleh manusia terkadang bisa menimbulkan bias karena disebabkan oleh interpretasi yang salah. Apalagi jika sudah dikaitkan dengan ideologi, latar belakang para penyampai pesan maupun yang menginterpretasikan pesan. Oleh karena itu, dalam proses memaknai tersebut, dalam dunia akademisi terdapat kajian yang disebut “semiotika”, yakni metode pemaknaan bahasa dan atau simbol komunikasi verbal.

Secara etimologi, semiotik asal katanya adalah semeion, merupakan bahasa Yunani yang berarti tanda. Menurut Umberto Eco, yang dikutip oleh Alex Sobur dalam bukunya yang berjudul Analisis Teks Media, tanda tersebut sudah terbentuk sejak lama dan dianggap sebagai representasi dari sesuatu hal7. Sedangkan secara terminologi, semiotik diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang objek-objek, peristiwa-peristiwa, atau kebudayaan sebagai tanda.

Menurut para ahli, semiotika dibagi menjadi dua jenis, yakni semiotika signifikasi dan semiotika komunikasi. Semiotika signifikasi menekankan pada

7

Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, (Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA, 2006), h. 95..l


(28)

teori tanda dan maknanya dalam suatu hal, sedangkan pada semiotika komunikasi menekankan pada teori tanda dalam unsur-unsur komunikasi (sender, message, receiver, channel, dan acuan atau hal yang dibicarakan)8.

Semiotika memahami dunia dengan tanda-tanda. Dunia dianggap sebagai suatu sistem hubungan yang memiliki dasar „tanda‟. Oleh karena itu, semiotika mengkaji tentang keberadaan tanda. Menurut Umberto, yang dikutip oleh Indiwan Seto Wahyu Wibowo dalam bukunya Semiotika Komunikasi, tanda dianggap sebagai suatu kebohongan, dimana di dalam suatu tanda ada tanda lain yang tersembunyi dibaliknya9.

Bila dikaitkan dengan perilaku media massa, konsep kebenaran yang dianut oleh media massa bukanlah kebenaran sejati, tetapi sesuatau yang dianggap masyarakat sebagai sebuah kebenaran. Tanpa memahami konteksnya, bisa saja kebenaran semu yang ditampilkan oleh media massa seolah kebenaran sejati, padahal bisa saja kebenaran itu bersifat subjektif.

Tanda terdapat dimana-mana, kata adalah tanda, demikian pula gerak, isyarat, lampu lalu lintas, bendera, dan sebagainya. Struktur karya sastra, film, bangunan, atau kicauan burung dapat dianggap sebagai tanda. Semiotik berusaha menggali hakikat sistem tanda, memahami arti teks yang rumit, tersembunyi, dan bergantung pada kebudayaan.

8

Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA, 2009), h. 15.

9

Indiwan Seto Wahyu Wibowo, Semiotika Komunikasi: Aplikasi Praktis Bagi Penelitian dan Skripsi Komunikasi, (Jakarta: Penerbit Mitra Wacana Media, 2013), h. 9.


(29)

18

2. Semiotika Roland Barthes

Semiotika memiliki empat tokoh besar yang menjadi acuan dalam bidang kajian analisis semiotik, yakni Charles Sanders Peirce, Ferdinand de Saussure, Rolland Barthes, dan Umberto Eco. Di antara ke empat tokoh tersebut, di bawah ini penulis hanya menjabarkan model semiotika Rolland Barthes yang akan digunakan untuk kepentingan analisis peneliti.

Roland Barthes adalah penerus pemikir Saussure. Saussure tertarik pada cara kompleks pembentukan kalimat dan cara bentuk-bentuk kalimat menentukan makna, tetapi kurang tertarik pada kenyataan bahwa kalimat yang sama bisa saja menyampaikan makna yang berbeda pada orang yang berbeda situasinya. Roland Barthes meneruskan pemikiran tersebut dengan menekankan interaksi antara teks dengan pengalaman personal dan kultural penggunanya, interaksi antara konvensi dalam teks dengan konvensi yang dialami dan diharapkan oleh penggunanya.

Teori semiotik Barthes yang merupakan warisannya untuk dunia intelektual adalah konsep konotasi yang merupakan kunci semiotik dalam menganalisis budaya, dan konsep mitos yang merupakan hasil penerapan konotasi dalam berbagai bidang kehidupan.

Istilah yang digunakan oleh Barthes adalah semiologi. Model Barthes merupakan penyempurnaan dari model semiotika Saussure, yakni tentang

signifier (penanda) dan signified (petanda). Konsep pokok yang ditawarkan oleh Barthes adalah denotasi dan konotasi. Denotative (denotasi) tanda utama, sedangkan connotative (konotasi) merupakan tanda kedua. Model Barthes ini dikenal dengan model two order of signification (signifikasi dua tahap).


(30)

Second order

kultur First order

realitas tanda

Denotasi adalah makna yang nyata dari tanda. Denotasi merupakan signifikasi tahap pertama yang menjelaskan hubungan antara signifier (ekspresi) dan signified (isi) dalam sebuah tanda10. Sedangkan konotasi merupakan signifikasi tahap kedua yang menggambarkan interkasi yang tercipta ketika tanda bertemu dengan emosi pembaca serta nilai-nilai kebudayaannya11. Dengan kata lain, denotasi adalah apa yang digambarkan oleh penanda terhadap objek dan tidak memiliki makna tambahan, sedangkan konotasi adalah bagaimana cara pembaca menggambarkan atau memaknainya dan mengandung makna tambahan. Oleh karena itu, peran pembaca merupakan elemen terpenting dalam menggunakan semiotika Barthes.

Denotasi dan konotasi tidak dilihat secara terpisah, apa yang kita lihat pasti memiliki makna denotasi, dan secara tidak langsung juga akan memunculkan makna konotasi.

10

Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, h. 128.

11

Wibowo, Semiotika Komunikasi: Aplikasi Praktis Bagi Penelitian dan Skripsi Komunikasi, h.21.

Konotasi

Signifier Siginified denotasi


(31)

20

Antara denotasi dan konotasi dapat memunculkan ideologi, yang dikategorikan sebagai third orde of signification, yang disebut oleh Barthes sebagai „mitos‟. Mitos dalam semiotika Barthes adalah bagaimana kebudayaan memaknai tentang realitas yang ditampilkan oleh tanda tersebut12. Mitos merupakan tempat dimana suatu ideologi terwujud.

Semiotik pada dasarnya merupakan ilmu yang mempelajari tentang bagaimana kemanusiaan memaknai hal-hal. Namun, model yang ditawarkan Barthes lebih menekankan kepada interaksi antara teks dengan pengalaman personal dan kultural penggunanya.

12

Wibowo, Semiotika Komunikasi: Aplikasi Praktis Bagi Penelitian dan Skripsi Komunikasi, h.22.


(32)

21 BAB III

GAMBARAN UMUM

A. Sekilas Film Dracula Untold

Kepopuleran sosok dracula telah mengalami distorsi sejak munculnya buku tentang dracula yang ditulis oleh Abraham Stroker pada tahun 18971. Dracula yang digambarkan oleh Bram dalam novelnya adalah sosok yang mengerikan seperti setan dan sadis. Memang benar dracula adalah sosok yang sadis di sepanjang sejarah manusia, tapi dracula yang digambarkan Bram bukanlah sosok yang sebenarnya.

Penggambaran sosok dracula yang diangkat oleh Brampada saat itu menarik insan perfilman untuk mengangkat kisah dracula ke layar lebar.Tidak sedikit film yang mengangkat kisah draculaatau vampirseperti Dracula 2000,

Scars of Dracula, dan Son of Dracula. Juga terdapat film sekuel tentang vampir yang cukup terkenal yakni Twilight Saga, dan terakhir Dracula Untold.

Dracula Untold merupakan film yang diproduksi oleh Universal Pictures bekerjasama dengan Legendary Pictures Productions, LLC dan Michael de Luca Productions. Film ini didistribusikan oleh Columbia Pictures. Dirilis pertama kali pada tanggal 1 Oktober 2014 di Belgium, dan mulai tayang di bioskop-bioskop Indonesia pada tanggal 8 Oktober 2014.

Film ini diproduseri oleh Michael de Luca yang juga pernah merilis film bertemakan monster lainnya seperti Ghost Rider (2007)dan Fright Night (2011).

1“Bram Stoker Biography”, artikel diakses pada 28 Januari 2015 dari


(33)

22

Selain film tersebut ia juga terkenal dengan film lainnya seperti The Love Guru

(2008), The Social Network (2010), Moneyball (2011), dan 50 Shades of Grey

(2015). Ia adalah seorang produser veteran berdarah Katolik dan Yahudi yang memulai awal karirnya sebagai associate producer di film Leatherface: The Texas Chainsaw Massacre III.

Film Dracula Untold disutradarai oleh Gary shore dan ditulis oleh Matt Sazama dan Burk Sharpless. Film ini pernah masuk nominasi sebagai favorite thriller movie di People‟s Choice Awards. Namun sayangnya film ini tidak lolos

sebagai pemenang.

Anggaran yang diperkirakan digunakan selama proses produksi sekitar US $70 juta atau sekitar Rp 70 miliar. Di seluruh dunia, film ini mendapat keuntungan sebesar $215 juta atau sekitar Rp 2 triliun dengan hitungan di Amerika Serikat sebesar $56 juta atau Rp 560 milyar, dan di negara-negara non-USA meraup untung sebesar$159 juta atau sekitar Rp 1,5 triliun2.

Film yang terdiri dari 49 scene ini berdurasi 92 menit. Film ini bercerita tentang sejarah kemunculan dracula. Namun film ini bukanlah merupakan film dokumenter yang menampilkan latar sejarah sungguhan dan dapat dipertanggungjawabkan, melainkan film yang bergenre dark fantasy action.

Film ini resmi tayang Indonesia pada tanggal 8 Oktober 2014. Selain di Indonesia, film ini juga dirilis di beberapa negara seperti France, Australia, Jerman, India, Irak, Mexico, Malaysia, New Zealand, dan masih banyak lagi.

2“Dracula Untold”, artikel diakses pada tanggal 9 Maret 2015 dari


(34)

Tidak seperti di negara lainnya yang cukup antusias dan memberian respon positif terhadap film ini, di negara-negara Islam, film ini telah memicu kontroversi karena telah dinilai mendistorsi kisah sejarah Turki Usmani di dalamya. Di Malaysia misalnya, film ini diberhentikan tayang karena masyarakat Malaysia tidak menerima adanya lambang Allah yang disejajarkan dengan darah dan mendistorsi kisah Sultan Muhammad al-Fatih.

Tidak beda halnya dengan Indonesia. Ustadz muda Felix Siauw mengulas dan mengkritisi film ini di blog pribadinya. Ia menyayangkan film Hollywod telah membuat seolah-olah Islam adalah yang paling jahat. Menurutnya, film ini merupakan film yang paling mendekati sejarah asli, namun tetap saja film ini dibumbui takhayul dan hal-hal yang tidak sesuai dengan sejarah yang ada 3.

B. Sinopsis Film Dracula Untold

Film ini mengambil setting sekitar tahun 1461. Film ini berkisah tentang bagaimana lahirnya seorang dracula, juga termasuk kisah perang antara Kesultanan Turki Usmani dan Vlad III (Luke Evans).

Pada suatu hari, seorang warga menemukan helm prajurit Turki di sebuah sungai kemudian melaporkannya kepada Vlad. Vlad beranggapan bahwa Turki Usmani sedang mengintai Transylvania. Mereka mencari bagian lain dari prajurit tersebut hingga akhirnya tiba di sebuah gua di gunung Broken Tooth yang mereka kira sebagai tempat persembunyian prajurit Turki. Namun, mereka malah bertemu dengan Master Vampire (Charles Dance).

3Felix Siauw, “

Dracula Untold;Upaya Stigmatisasi Negatif Islam”, artikel diakses pada


(35)

24

Hari berikutnya, di saat Vlad dan warganya sedang merayakan Hari Paskah, ia kedatangan utusan dari Kesultanan Turki Utsmani, Hamza Bey

(Ferdinand Kingsley)untuk mengambil upeti. Selain itu, mereka juga meminta

Vlad untuk menyerahkan 1.000 anak laki-laki Transylvania termasuk anak lelakinya untuk dijadikan pasukan khususJanisari. Pasukan Janisari tersebut akan dilatih untuk membunuh tanpa moral dan etika. Vlad tidak ingin anak muda Transylvania dilatih menjadi „mesin pembunuh‟ oleh kesultanan Turki Usmani seperti dirinya dulu. Akhirnya, demi melindungi warga juga anaknya, ia mendatangi Mehmed II (Dominic Cooper) untuk bernegosiasi. Vlad menawarkan dirinya untuk menjadi pasukan Usmani, karena kekuatannya melebihi 1000 pasukan yang diminta oleh Mehmed. Namun negosiasi tersebut gagal.

Akhirnya, demi menghancurkan Kesultanan Turki Usmani dan melindungi keluarga dan warganya, Vlad menjual dirinya kepada Master Vampire agar memberinya kekuatan yang tak terkalahkan sehingga ia berubah menjadi dracula. Kekuatan tersebut hanya akan bertahan selama tiga hari jika Vlad dapat menahan dirinya untuk meminum darah, dan setelah tiga hari ia akan kembali menjadi manusia biasa. Tapi jika tidak, ia akan menjadi dracula seumur hidupnya.

C. Turki Usmani pada Zaman Kekuasan Muhammad Al-Fatih

1. Profil Sultan Muhammad Al-Fatih

Sultan Muhammad II (Muhammad al-Fatih) dilahirkan pada 27 Rajab 835 H/30 Maret 1432 M di Kota Erdine, ibu kota Usmani pada saat itu. Ia adalah putra


(36)

dari Sultan Murad II yang merupakan sultan keenam Dinasti Usmani. Beliau adalah salah seorang sultan Kerajaan Usmani yang paling terkenal. Ia merupakan sultan ketujuh dalam sejarah Dinasti Usmani. Al-Fatih merupakan gelar yang ia terima setelah ia berhasil menaklukkan Konstantinopel pada tanggal 20 Jumadil Awal 857 H atau 29 Mei 1453 M4.

Sultan Muhammad al-Fatih merupakan sultan yang paling cakap, baik sebagai jenderal maupun sebagai negarawan. Ia memiliki keintelektualan yang besar dan memiliki hasil yang besar di kesusasteraan. Setelah kematian kedua kakaknya secara tiba-tiba, Muhammad al-Fatih menjadi satu-satunya harapan bagi ayahnya untuk menjadi penerus dinasti. Oleh karena itu, Murad II sangat memperhatikan pendidikan anaknya dan mempersiapkannya sebagai pengganti dirinya.

Sejak saat itu, Muhammad al-Fatih dibekali berbagai dispilin ilmu seperti ilmu fiqih, matematika, ilmu falak, ilmu bayan, bahasa asing, astronomi, matematika, kimia, dan fisika. Selain itu ia juga dibekali ilmu strategi berperang. Selain itu, Muhammad juga fasih berbahasa asing seperti, bahasa Arab, Persia, Latin, dan Yunani.

Sultan Muhammad al-Fatih menguasai berbagai macam bahasa pada umur 17 tahun, seperti Turki, Persia, Arab, Prancis Yunani, Serbia, Hebrew, dan Latin. Ia juga menguasai ilmu lain seperti sejarah, geografi, syair, dan puisi. Ia juga terkenal ahli dalam peperangan.

4

Syed Mahmudunnasir, Islam Konsepsi dan Sejarahnya. Penerjemah Adang Affandi (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), h.343.


(37)

26

Selain terkenal sebagai jenderal perang dan berhasil memperluas kekuasaan Utsmani melebihi sultan-sultan lainnya, Muhammad al-Fatih juga dikenal sebagai seorang penyair. Ia memiliki diwan, kumpulan syair yang ia buat sendiri. Ia juga terkenal dengan toleransi beragamanya yang tinggi, hal itu terbukti dengan diberinya kebebasan beragama bagi penganut Kristen dan dibiarkannya berdiri gereja-gereja Kristen di Istanbul5.

Selain itu, ia juga terkenal peduli dengan tentara-tentaranya. Prajurit Turki Usmani yang begitu banyak diorganisir dengan baik, mereka selalu mendapat makan yang cukup dan diperlengkapi dengan senjata perang yang baik6.

2. Penaklukan Konstantinopel

Sebelum benar-benar naik takhta sebagai penguasa Usmani, Muhammad al-Fatih sudah sering diberikan kesempatan untuk mengganti ayahnya berkuasa di Usmani dalam jangka waktu yang singkat dikarenakan ia masih belia. Penyerahan kedudukan ini dikarenakan Murad II merasa letih dengan kegiatan berperang dan memutuskan turun takhta untuk beristirahat dengan tenang menghabiskan sisa hidupnya.

Muhammad al-Fatih diangkat menjadi sultan pada tanggal 5 Muharam 855 H atau 7 Febuari 1451 M. Program besar yang langsung ia canangkan ketika menjabat sebagai sultan adalah menaklukkan Konstantinopel.

Pengepungan Konstantinopel dimulai sultan pada tanggal 6 April 1453 M. Sultan Muhammad al-fatih memulai persiapan penaklukan Konstantinopel dengan membangun benteng di daratan Eropa dekat Selat Bosphorus. Dengan demikian,

5

Saepudin, Sejarah Peradaban Islam, h. 166.

6


(38)

ia dapat mengawasi selat Bosphorus dan mencegah bantuan Kristen datang ke Konstantinopel. Kaisar Byzantium yang merasa takut akan direbutnya Konstantinopel menawarkan diri untuk membayar upeti, tapi ditolak sultan.

Dalam pengepungan ini, sultan mempersiapkan sekitar 250.000 orang angkatan darat dan sekitar 180 kapal perang. Kemudian sultan mengumpulkan para panglima perangnya, lalu berkata:

“Jika kita sukses menaklukkan kota Konstantinopel, berarti sabda Rasulullah menjadi kenyataan dan mukjizatnya terbukti, dan kita akan mendapat bagian dari apa yang telah dijanjikan sabda tersebut, yaitu kemuliaan. Sebab itu, sampaikanlah kepada satu per satu pasukan, kemenangan besar yang akan didapatkan ini akan menambah kemuliaan dan keluhuran Islam. Untuk itu, setiap pasukan wajib menjadikan syariat sebagai pegangan utama dan jangan sampai ada seorang pun dari mereka yang melanggarnya. Hendaknya mereka tidak mengusik tempat ibadah dan gereja-gereja, atau mengganggu para pendeta dan orang-orang lemah tak berdaya yang tidak ikut terjun ke pertempuran.”7

Pada 29 Mei 1453 M, pasukan Usmani berhasil menerobos pertahanan Konstantinopel yang ketat, kaisar terbunuh dan kota dapat ditaklukkan. Setelah Konstantinopel berhasil ditaklukkan, Muhammad al-Fatih menuju Gereja Hagia Sophia dan memerintahkan untuk mengumandangkan azan disana, dan menggantinya menjadi masjid. Konstantinopel diganti namanya menjadi Istanbul, dan dijadikan sebagai ibu kota, pusat pemerintah Kerajaan Utsmani.

Sultan menjamin penuh keamanan penduduk Kristen di Konstantinopel dan memberi mereka kebebasan beribadah. Sultan juga membeli separuh gereja di kota kemudian mengubahnya menjadi masjid, sementara separuh gereja lainnya tetap dibiarkan sebagai rumah ibadah bagi orang Kristen.

7

Qasim A. Ibrahim dan Muhammad A. Saleh, Buku Pintar Sejarah Islam: Jejak Langkah Peradaban Islam dari Masa Nabi Hingga Masa Kini. Penerjemah Zainal Arifin (Jakarta: Zaman, 2014), h. 842.


(39)

28

Terbukanya Konstantinopel membuat arus ekspansi Turki Usmani ke Benua Eropa menjadi lebih mudah. Dengan arus ekspansi yang berlangsung sangat cepat dan luas membuat Turki Usmani memiliki kemajuan-kemajuan di bidang kehidupan lainnya, seperti bidang kemiliteran, pemerintahan, ilmu pengetahuan, agama, dan budaya.

Setelah misi besarnya terhadap Konstantinopel sudah dilakukan, sultan melanjutkan penaklukannya di Eropa. Ia dapat menaklukan Serbia, Morea, Wallachia, Bosnia, Crimea, dan Venice.

Selain itu, sultan juga memiliki rencana untuk melakukan penaklukan di Italia dan mengibarkan panji Islam di Roma. Sultan memulai rencananya dengan menduduki Pulau Rhodes, namun gagal dan berakhir menandatangani kesepakatan damai pada tahun 885 H.

Muhammad al-Fatih wafat saat merencanakan penaklukan Italia pada 4 Rabiul Awal 886 H/1481 M. Sepeninggalannya, ia telah membangun banyak masjid, sekolah, tempat pemandian, rumah sakit, dan perguruan tinggi di berbagai wilayah.

Sebelum wafat, Muhammad al-Fatih mewasiatkan kepada putra dan penerus tahtanya, Sultan Bayazid II agar senantiasa dekat dengan para ulama, berbuat adil, tidak tertipu dengan harta, dan benar-benar menjaga agama baik untuk pribadi, masyarakat, dan kerajaan.

D. Janisari

Pada masa pemerintahan Orkhan (1326-1359 M), terjadi perombakan keanggotaan dan mutasi personel-personel pimpinan dalam bidang militer.


(40)

Sebelumnya, para pasukan yang dimiliki Usmani bersifat tidak mengikat, berkumpul saat perang dan bubar saat perang usai. Kakak Orkhan, Ala‟uddin, yang diberi wewenang untuk mengurus masalah internal dinasti, khawatir akan terbentuknya faksi-faksi militer di setiap suku akibat dari tidak mengikatnya prajurit militer Usmani.

Selanjutnya Khairuddin Pasha menyarankan agar Ala‟uddin merekrut anak-anak gelandangan dan anak-anak orang Byzantium yang kehilangan ayahnya dalam perang, lalu mendidik mereka secara islami dan melatih mereka ilmu perang di barak-barak militer. Anak-anak tersebut dilindungi dari hidup menggelandang, tidak terurus, dan binasa.mereka memeluk Islam dan menjadi tameng yang menghadang musuh-musuh Islam.

Dari sistem ini berkembanglah kelompok militer atau pasukan yang disebut pasukan Jenissari atau Inkisyariah8. Pasukan ini menjadi kekuatan besar yang dipunyai Usmani dan memiliki andil besar melebarkan kekuasaan dinasti di Eropa.

E. Sejarah Vlad III

Jika ditelusuri sejarahnya, dracula sendiri memiliki kaitan dengan perkembangan Islam pada abad ke-15, khususnya dengan kerajaan Turki Usmani, yakni pada masa kepemimpinan Murad II hingga Sultan Muhammad al-Fatih.

Dracula sendiri merupakan julukan yang diberikan kepada Vlad III, anak dari Vlad II voivode (pangeran) Wallachia, atau sekarang Rumania. Wallachia merupakan negara yang berada di antara dua kekuatan besar, yakni Usmani dan

8


(41)

30

Hungaria. Pada masa Vlad II, Wallachia dikuasai oleh Kesultanan Utsmani, dan sebagai jaminan kesetiaan, Vlad III (Dracula) kemudian dikirimkan untuk disekolahkan atau diasramakan di Kesultanan Utsmani9.

Vlad III dididik di kesatuan Janisari pada saat umurnya 13 tahun, bersama adiknya Radu Cel Frumos. Usianyapada saat itu hanya selisih satu tahun lebih tua dengan Muhammad al-Fatih. Vlad III sudah disumpah dalam Ordo Naga untuk memerangi kaum Muslim. Karena itu ia sangat membenci Muhammad al-Fatih dan Islam, berbeda dengan adiknya yang masuk Islam dan menjadi panglima Janisari.

Saat Vlad II dibunuh dan dikudeta pada 1447 oleh John Hunyad dari Hungaria, Kesultanan Usmani membantu membebaskan Wallachia dari cengkeraman John Hunyad. Setelah itu Sultan Murad II meminta pada Vlad III untuk menggantikan ayahnya memimpin di Wallachia.

Berbekal bahasa Arab, Turki dan pengetahuan militer di Janisari, Vlad memanfaatkan kepemiminan yang diberikan kepadanya untuk menghancurkan kaum Muslim dengan menghancurkan benteng-benteng pertahanan Turki Usmani di Rumania.Vlad III dikenal oleh orang-orang Rumania untuk keberhasilannya dalam menghadapi serbuan bangsa Bangsa Turki dan membangun kemerdekaan dan kedaulatan Rumania (walaupun untuk waktu yang relatif singkat).

Ketika Muhammad al-Fatih menggantikan ayahnya, ia mengutus pasukan Usmani untuk melihat keadaan di Rumania. Namun, tanpa ampun Vlad III membunuh para utusan ini dengan memaku surban mereka ke kepalanya. Dengan

9Felix Siauw, “

Dracula Untold;Upaya Stigmatisasi Negatif Islam”, artikel diakses pada


(42)

dalih bahwa utusan itu bertindak kurang ajar, tidak menghormatinya dengan tidak mau melepas surbannya, dan hanya ingin membuka surbannya dihadapan Allah.

Mendengar hal ini Muhammad al-Fatih memerintahkan panglimanya Hamzah Bey membawa 1.000 pasukan untuk menangkap Dracula dan mengembalikan kestabilan di wilayah Wallachia, tetapi nasib 1.000 pasukan ini berakhir tragis. Vlad menggunakan kemampuan yang ia pelajari di Janisari, dia benar-benar memahami taktik dan strategi berperang umat Muslim. Dia berhasil mengalahkan 1.000 pasukan ini dengan carayang sadis, yakni menyula (menusuk dengan kayu dari anus hingga tembus ke kerongkongan), kemudian kayu tersebut ditancapkan di tanah sehingga seolah-olah menjadi hutan mayat (hal ini dilakukan sebagai peringatan bagi Usmani)10. Sejak itu Vlad III Dracul mendapat gelar “Tepes” atau The Impaler yang berarti Sang Penyula.

Mendapati hal ini, Muhammad al-Fatih lalu menugaskan Radu Cel Frumos, adik dari Vlad III Dracula untuk memimpin 90.000 pasukan guna menghentikan Dracula. Beliau beranggapan bahwa Radu orang yang tepat karena dataran Rumania hanya bisa dipahami orang aslinya.

Radu memimpin 90.000 menerobos hutan dan tanah berbukit Rumania untuk menyerang Vlad di benteng Poenari. Pertempuran ini sangat tidak mudah, dikarenakan daerah benteng tersebut sangat terjal tanahnya dan sulit ditembus. Akhirnya serangan Radu pada tahun 1462 M puncaknya di Benteng Poenari terjadi malam hari yang dikenal “Atacul de Noapte” atau The Night Attack11.

10

Felix Siauw, “Dracula Untold;Upaya Stigmatisasi Negatif Islam.” 11Felix Siauw, “Dracula Untold;Upaya Stigmatisasi Negatif Islam.”


(43)

32

Kemudian Radu Cel Frumos menggantikan Dracula menjadi pemimpin Wallachia setelah mengalahkannya. Vlad menyelamatkan diri dan lari meminta perlindungan pada John Hunyad, Raja Hungaria. Dracula menghabiskan sisa hidupnya dibawah kekuasaan pembunuh ayahnya. Akhirnya Vlad meninggal pada tahun 1478 M, ditebas pedang oleh pasukan Usmani.


(44)

33 BAB IV

ANALISIS DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. Analisis Judul Film Dracula Untold

Judul film yang dijadikan objek penelitian berjudul Dracula Untold.

Secara bahasa, kata Dracula Untold berasal dari bahasa Inggris yang berarti „dracula yang tak diceritakan‟. Jika melihat dari judulnya, film ini berusaha

menceritakan kepada masyarakat bahwa inilah kisah dracula yang sebenarnya yang tidak diketahui oleh masyarakat.

Kata dracula sendiri berasal dari bahasa Rumania. Terdiri dari kata dracul

(naga) dan –ae (putranya dari-). Jadi, dracula berarti son of the dragon atau Putra Naga. Dracula merupakan julukan yang diberikan kepada Vlad III, Pangeran Transylvania. Ia merupakan bagian dari Ordo Naga, yakni pasukan khusus yang sudah disiapkan oleh Raja Romawi, Sigismund, untuk perang salib. Ordo ini terdiri dari ksatria-ksatria yang sudah disumpah akan memerangi kaum muslim.

Namun, dalam salah satu adegan di dalam film ini, Putra Naga diartikan sebagai „pelindung orang tak bersalah‟. Adegan ini dapat dilihat pada saat Vlad datang menemui master vampire untuk meminta kekuatan agar dapat mengalahkan pasukan Usmani, pada menit 00:25:24.


(45)

34

Dari shot adegan di atas sudah jelas sekali terdapat distorsi tentang sosok

dracula dalam film ini. Selain itu, dalam film ini juga digambarkan bahwa

dracula dapat terbang, berubah menjadi kelelawar, dan menghisap darah manusia.

Begitu banyak distorsi kisah dracula dalam film ini. Padahal jika melihat kepada judulnya, film ini seharusnya menceritakan tentang bagaimana kisah atau asal-usul dracula yang sebenarnya tanpa dibumbui dengan berbagai mitos yang telah menjadi kepercayaan masyarakat saat ini terhadap dracula.

Distorsi sosok dracula memang sudah terjadi sejak lama. Berasal dari buku-buku novel tentang dracula yang ditulis oleh novelis asal Irlandia bernama Abraham Stroker. Dalam buku-bukunya, Bram menggambarkan dracula sebagai sosok yang mengerikan seperti setan dan sadis. Buku-buku tersebut menjadi populer hingga menarik insan perfilman untuk mengangkat kisah dracula ke layar lebar, dan akhirnya menimbulkan kepercayaan di masyarakat bahwa dracula


(46)

Jika seharusnya secara harfiah film ini menceritakan tentang asal-usul

dracula, namun dalam film ini tidak demikian. Menurut pengamatan peneliti, makna dracula untold memiliki makna lain, yakni film ini berusaha menceritakan bahwa sebenarnya ada unsur keterpaksaan seorang Pangeran (Vlad III) berubah menjadi kejam diakibatkan adanya tekanan dari Turki Usmani. dapat dilihat dalam beberapa adegan yang ada di dalam film ini, terdapat berbagai distorsi penggambaran Turki Usmani dan unsur memutarbalikkan fakta sejarah antara Vlad II dan Turki.

Bila para penggemar dunia horor, khususnya vampir atau dracula, menghargai film ini sebagai film yang berusaha menceritakan kepada masyarakat asal-usul sebenarnya dracula, namun para muslim yang menonton film ini memiliki pendapat berbeda. Mereka berpendapat bahwa terdapat unsur mencitra burukkan Turki Usmani di dalamnya.

B. Makna Denotasi dan Konotasi, dan Mitos Film Dracula Untold

1. Denotasi dan Konotasi dalam Film Dracula Untold

Umumnya film terdiri dari banyak tanda dan memiliki sebuah pesan yang ingin disampaikan oleh pembuatnya. Baik itu secara tersirat maupun tersurat, baik itu secara verbal maupun non verbal. Oleh karena itu, penulis akan menganalisis film Dracula Untold menggunakan semiotika Roland Barthes, yakni mencari makna denotasi, konotasi, dan mitos yang terdapat dalam film Dracula Untold.

Peneliti mengangkat enam scene untuk dianalisis, karena scene-scene tersebut dianggap memiliki unsur penggambaran Turki Usmani di dalamnya.


(47)

36

a. Adegan 1 (00:00:59 -00:01:25)

Adegan ini merupakan adegan prolog atau pembuka. Dalam adegan ini, diceritakan tentang kisah awal Vlad sebelum menjadi pangeran di Transylvania. Disini diceritakan ia diperbudak oleh Turki sejak kecil. Dilatih dan dibesarkan secara kejam untuk menjadi prajurit untuk Turki. Menginjak dewasa, ia menjadi prajurit yang paling ditakuti oleh musuh-musuh Turki. Ia membunuh dengan kejam dan sadis. Hingga suatu ketika akhirnya ia muak dengan tindakan kejinya, kemudian berhenti dan kembali ke Transylvania. Mengubur masa lalunya yang kelam, dan memerintah di Transylvania dengan damai.

Tabel 4.1 Adegan 1

Visual Dialog/Suara Tipe Shot

Prolog: Tahun 1442 M, Close Up, terlihat kaki seorang anak yang dirantai.

Sultan Turki

memperbudak 1000 anak laki-laki Transylvania

untuk dijadikan

pasukannya.

Close Up, latar belakang terlihat sedikit sehingga gambaran objek (budak anak-anak) terlihat.

Anak-anak ini dipukuli tanpa ampun,

Medium Close Up,

profil subjek (anak yang dicambuk) ditonjolkan namun latar belakang juga terlihat sedikit.


(48)

dilatih untuk membunuh dengan kejam,

Medium Shot, porsi objek (anak) dan latar seimbang.

dilatih haus darah akan orang-orang yang melawan.

Medium Close Up, gambar diambil hingga dada sehingga terlihat dua orang anak yang sedang berlatih.

...Turki Close Up, gambar

objek (jenderal Turki) diambil hingga bahu agar tampilannya jelas.

Denotasi:

Pada gambar pertama terlihat sepasang kaki seorang anak dengan posisi menyilang di atas tanah sedang dirantai. Di gambar kedua, terdapat dua orang anak yang tidak memakai baju hanya memakai celana panjang berada terduduk di atas tanah dan menutupi wajah mereka dengan tangan. Di dalam gambar kedua juga terlihat adanya gambar kaki seorang prajurit Turki di hadapan anak yang berada di belakang. Selanjutnya gambar ketiga, terlihat seorang anak yang sedang dicambuk punggungnya, hingga luka-luka. Anak itu terlihat sedang memegang sebatang kayu untuk menahan serangan dari anak yang di depannya. Selanjutnya pada gambar keempat, terdapat anak yang memegang sebatang kayu menyerang anak lainnya, yakni anak yang sedang dicambuk itu, membuka mulut secara lebar sambil berteriak. Pada gambar kelima, terlihat dua orang anak yang sedang


(49)

38

berlatih. Satu anak menyerang memakai pedang, dan satunya lagi menahan serangan tersebut. Kemudian di gambar terakhir, digambarkan sosok panglima Turki yang sedang menunjuk ke depan.

Konotasi:

Dikonotasikan dalam adegan ini bahwa kesultanan Turki Usmani merupakan kesultanan yang kejam. Mereka tega memperbudak anak-anak yang masih kecil demi kepentingan mereka, yakni menjadi prajurit bagi Turki. Anak-anak tersebut disiksa tanpa belas kasih dan dilatih untuk menjadi „mesin‟ pembunuh yang kejam.

Hal itu terlihat dari gambar pertama anak-anak tersebut dengan tega dirantai kakinya, dibiarkan duduk di atas tanah dan tidak memakai baju. Kemudian pada gambar kedua tangan mereka yang menutupi wajah menandakan mereka ketakutan seolah-olah ada orang di depan mereka yang hendak memukul. Dalam gambar ini digambarkan betapa takutnya anak-anak tersebut akan Turki. Pada gambar ketiga dimana seorang anak sedang dicambuk hingga penuh luka. Ini menandakan betapa kejamnya perlakuan Turki terhadap anak-anak tersebut. merenggut masa kecil mereka, dan menyiksa mereka tanpa belas kasih dan tidak berkeprikemanusiaan. Selanjutnya pada gambar keempat dan kelima digambarkan bagaimana Turki menanamkan jiwa membunuh ke dalam diri anak-anak tersebut dengan cara mengajarkan mereka bertarung dan membunuh tanpa ampun maupun belas kasihan. Kemudian pada gambar terakhir ditampilkan sosok panglima Turki yang sedang menunjukkan jari telunjuknya ke depan. Hal ini ditandakan bahwa Turki-lah yang berkuasa, merekalah subjek dari tindakan perbudakan itu terjadi.


(50)

Di dalam adegan ini Gary Shore menggambarkan Turki menjadi sosok yang begitu kejam. Shore menggunakan setting cahaya yang sengaja dibuat gelap untuk menandakan betapa kelamnya perbudakan yang dilakukan oleh Turki terhadap anak-anak Transylvania. Kata „merekrut‟ pada adegan ini oleh pembuat film digantikan menjadi „memperbudak‟. Hal itu tentu dapat menimbulkan opini yang buruk terhadap Turki Usmani.

Padahal Turki tak pernah memperbudak anak-anak tersebut ataupun menyiksa mereka dengan kejam. Melainkan mereka dididik, dibimbing, dan diasramakan dalam Turki Usmani. Juga dilatih berperang berlandaskan asas-asas Islam.

Meskipun Turki Usmani juga menjalankan sistem perbudakan, namun sistem perbudakannya jauh berbeda dengan yang digambarkan dalam adegan di atas. Mereka tidak pernah mencambuk, menyiksa, ataupun memaksa mereka untuk berperang dengan kejam tanpa asas-asas Islam.

Sebelum Islam datang, budak diekspolitasi secara fisik maupun psikologis. Jika seorang budak tidak menuruti perintah tuannya, maka ia akan mendapatkan hukuman. Siapa saja bisa dijadikan budak, dengan cara apapun, seperti dirampas, diculik, diperjualbelikan, dilelang, dan sebagainya. Namun, ketika Islam datang perbudakan sangat dibatasi, yaitu hanya tawanan perang yang boleh dijadikan budak. Tawanan-tawanan tersebut juga tidak selamanya menjadi budak, mereka bisa dibebaskan atau menerima tebusan sampai perang berhenti. Hal ini tertuang dalam surat Muhammad ayat 4 yang berbunyi:


(51)

40                                                                      

“Apabila kamu bertemu dengan orang-orang kafir (di medan perang) Maka pancunglah batang leher mereka. sehingga apabila kamu telah mengalahkan mereka Maka tawanlah mereka dan sesudah itu kamu boleh membebaskan mereka atau menerima tebusan sampai perang berakhir. Demikianlah apabila Allah menghendaki niscaya Allah akan membinasakan mereka tetapi Allah hendak menguji sebahagian kamu dengan sebahagian yang lain. dan orang-orang yang syahid pada jalan Allah, Allah tidak akan menyia-nyiakan amal mereka.”

Islam pun melarang untuk berbuat buruk terhadap budak. Islam selalu mengangkat derajat para budak bahkan dianjurkan untuk diperlakukan layaknya saudara. Memberi mereka makan dan pakaian yang layak dan tidak membebani mereka dengan pekerjaan yang berat di luar batas kemampuan mereka.

Hal ini terlihat di kesultanan Turki Usmani pada masa pemerintahan Sultan Muhammad Al-Fatih, ia sangat memperhatikan bidang militer. Para prajuritnya (yang merupakan terdiri dari budak-budak) diberi makan yang cukup dan diperlengkapi dengan persenjataan perang yang bagus1. Bahkan Sultan mengabulkan tuntutan pasukan Janisari untuk memberikan gaji atas pekerjaan mereka. Tercatat sudah dua kali terjadi reformasi gaji dalam tubuh Janisari.

b. Adegan 2 (00:03:07 - 00:03:54)

Adegan ini menceritakan tentang penemuan tutup kepala prajurit Turki oleh seorang warga Transylvania di hilir sungai. Vlad, yang mendapat laporan dari warga itu langsung mendatangi tempat dimana tutup kepala itu ditemukan.

1

Syed Mahmudunnasir, Islam Konsepsi dan Sejarahnya. Penerjemah Adang Affandi (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), h. 346.


(52)

Para penjaga dan pengawal, termasuk Vlad menjadi resah. Kemudian Vlad memerintahkan Dumitru kembali ke istana untuk memperketat penjagaan karena takut akan serangan tiba-tiba dari Turki dikarenakan ditemukannya penutup kepala milik prajurit Turki tersebut secara tiba-tiba.

Tabel 4.2 Adegan 2

Visual Dialog/Suara Tipe Shot

Dumitru: Apa yang dilakukan satu pasukan Turki disini?

Medium Close Up,

untuk

mempertegas profil seseorang.

Vlad: Pengintai Turki tak pernah sendirian, jika ada satu artinya banyak. Apapun yang mereka intai, mereka taklukkan.

Close Up, gambar Vlad dengan jelas terlihat.

Dumitru, kembali ke istana. Peringatkan penjaga dan gandakan.

Medium Long

Shot, gambar diambil dari jarak yang jauh, namun objek (para pengawal) terlihat semua.

Jika Turki melewati tanahku mendadak, itu tanda perang.

Close Up, gambar (Vlad) dengan jelas terlihat.

Dumitru: Apa yang akan kau lakukan jika menemukan mereka?

Close Up, gambar (Dumitru) dengan jelas terlihat.


(53)

42

Vlad: Yang terbaik dilakukan oleh Pangeran, negosiasi.

Close Up, gambar (Vlad) dengan jelas terlihat.

Denotasi:

Pada gambar pertama, terlihat dua orang pengawal Vlad yang sedang berdiri. Juga terlihat satu orang prajurit di belakang yang melihat ke atas dengan posisi siap mengeluarkan pedangnya. Pada gambar kedua, Vlad melihat keadaan sekitar jikalau ada lagi prajurit Turki yang lain yang sedang mengintai mereka. Kemudian pada gambar ketiga, Vlad membalikkan badannya dan berbicara kepada para pengawal dan prajuritnya, memerintahkan Dumitru kembali ke istana untuk memperketat penjagaan. Pada gambar keempat terlihat ekspresi Vlad. Kemudian pada gambar kelima diperlihatkan Dumitru. Pada gambar terakhir ditampilkan kembali sosok Vlad.

Konotasi:

Pada gambar pertama ditampilkan ekspresi bingung dan resah Dumitru dan Cazan. Mereka resah akan kedatangan Turki yang tiba-tiba dan tidak diketahui oleh mereka. Dapat dilihat juga pada gambar pertama prajurit Transylvania yang berada di belakang sedang melihat-lihat ke atas pertanda takut akan adanya prajurit Turki yang lain yang sedang bersembunyi.

Dari dialog yang diucapkan Vlad di gambar kedua dimaknai jika prajurit Turki selalu bergerak secara massal, dengan ditemukannya satu penutup kepala, berarti masih banyak prajurit Turki lainnya yang sedang bersembunyi. Oleh


(54)

karena itu, di dalam gambar kedua Vlad menampilkan ekspresi resah sambil melihat keadaan sekitar, jikalau ada prajurit Turki yang sedang bersembunyi dan memperhatikan mereka.

Kemudian di gambar selanjutnya Vlad memerintahkan Dumitru untuk memperkuat penjagaan di istana. Hal ini dikonotasikan bahwa Turki memiliki armada perang yang kuat dan tangguh. Prajurit yang dimiliki Transylvania tidak akan cukup untuk menghadang serangan dari Turki. Pengintaian yang dilakukan oleh Turki dalam adegan ini dikonotasikan sebagai tanda perang dari Turki.

Dalam gambar terakhir sosok Vlad disini digambarkan sangat protagonis. Saat Dumitru bertanya apa yang akan dilakukan Vlad jika ia menemukan prajurit Turki yang lain, Vlad berkata ia akan bernegosiasi dengan mereka. Hal ini membuat Vlad menjadi tokoh yang baik dengan tidak bermaksud balik menyerang balik Turki, melainkan bernegosiasi. Secara tersirat, penguasa Usmani (sultan usmani) memerintah dengan cara kekerasan, yakni berperang. Sedangkan Vlad disini memerintah dengan damai, dan tidak suka kekerasan.

Dikonotasikan dalam adegan ini bahwa Turki sedang mengintai Transylvania untuk mengambil wilayah mereka. Turki juga digambarkan memiliki prajurit yang tangguh. Hal itu dapat dilihat pada perkataan Vlad di gambar kedua dimana Vlad yang pernah menjadi bagian dari Janisari mengetahui bagaimana sifat prajurit Turki yang selalu menaklukkan apa yang mereka intai.

Sejak dahulu kala, dalam menghadapi peperangan, semua pihak memang selalu mengirimkan satu atau beberapa pengintai atau mata-mata untuk mengetahui apa rahasia musuhnya. Pengutusan mata-mata ini adalah untuk


(55)

44

mengetahui kekuatan pasukan yang mereka miliki, fasilitas perang, strategi perang, hingga kelemahan-kelemahan musuh yang bisa dipakai saat berperang nanti. Penyusupan mata-mata ini menjadi hal penting pada saat berperang. Namun Dengan begitu semangatnya Turki dalam melakukan ekspansi ke daerah-daerah di Eropa membuat warga Eropa resah akan datangnya perang ke wilayah mereka. Hal ini dikarenakan letak Rumania yang berada di antara dua kekuatan besar pada saat itu, yakni Usmani dan Hungaria.

Jika melihat ke dalam sejarahnya, Sultan Turki mengirim utusannya ke Wallachia (bukan Transylvania, karena sesungguhnya Vlad memerintah di Wallachia) bukan untuk mengintai maupun menandakan perang. Justru mereka diutus untuk melihat keadaan di Rumania dimana benteng-benteng pertahanan Usmani yang berada disana dihancurkan oleh Vlad. Namun, Vlad membunuh para utusan ini dengan memaku surban mereka ke kepalanya, dengan alasan utusan itu bertindak kurang ajar, tidak menghormatinya karena tidak mau melepas surbannya, dan hanya ingin membuka surbannya dihadapan Allah.

Bagi umat Islam, memakai surban merupakan lambang kesucian. Pemakaian surban dilakukan untuk mengikuti ajaran Rasulullah SAW. Namun, bagi Vlad, tidak membuka penutup kepala di depan orang yang lebih tinggi derajatnya saat berkunjung dianggap sebagai suatu bentuk tidak hormat utusan tersebut terhadap Vlad.

Banyak ulama maupun tokoh agama Islam memakai surban di kepala mereka. Hal ini merupakan bentuk syiar agama Islam di tengah-tengah sudah tercampurnya antara orang muslim dan non-muslim. Sehingga pemakaian surban


(56)

dilakukan u ntuk mencirikan muslim dan menjadi pembeda dengan non-muslim. Pemakaian surban ini secara tidak langsung sudah menjadi simbol agama Islam. Perbuatan yang dilakukan Vlad dengan memaku surban ke kepala utusan Usmani tersebut dapat dikatakan merupakan bentuk pelecehannya terhadap simbol agama Islam.

Memakai surban merupakan budaya bangsa Arab. Surban merupakan kain yang diikat atau digelung di kepala. Dalam bahasa arab, surban disebut dengan

imamah. Jenis lain dari surban adalah guthrah dan syimagh2. Guthrah merupakan kain yang dipakai di atas peci, sedangkan syimagh mirip dengan guthrah namun ada corak berwarna merah.

Para ulama berbeda pendapat tentang hukum memakai surban bagi muslim. Ada yang mengatakan sunnah, karena sifatnya meneladani kebiasaan Rasulullah SAW. Ada pula yang mengatakan mubah, karena tidak bernilai ibadah. Tidak ada hukum yang menerangkan tentang keutamaan memakai surban bagi kaum muslim, baik di dalam Al-Qur‟an maupun Hadits. Rasulullah SAW memakai surban hanyalah untuk mengikuti adat istiadat setempat. Beliau tidak pernah menganjurkan kaumnya untuk memakai surban. Memakai surban, guthrah, maupun syimagh hukumnya adalah mubah, selama tidak melanggar aturan syariat. Namun jika memakainya dengan maksud untuk mendapatkan perhatian orang maka hukumnya haram, karena merupakan pakaian syuhrah3.

2

Yulian Purnama, “Memakai Sorban Disunnahkan”, artikel diakses pada 30 April 2015 dari http://muslim.or.id/fiqh-dan-muamalah/memakai-sorban-disunnahkan.html

3

Pakaian Syuhrah merupakan jenis pakaian yang apabila dipakai mengundang perhatian orang-orang atau menjadi gunjingan dan buah bibir orang banyak.


(57)

46

c. Adegan 3 (00:10:35 – 00:11:07)

Adegan ini menampilkan Vlad yang sedang berendam di bathtub di kamarnya. Karena melihat ekspresi suaminya yang tak begitu baik, Mirena bertanya kepada Vlad apa yang menyerangnya. Kemudian ia memberitahu bahwa ia kehilangan dua orang prajuritnya hari ini. Selain itu, ia menceritakan tentang kisahnya saat ia dikirim ke Turki oleh ayahnya. Ia berkata bahwa Turki sangat tidak menginginkan keberadaannya disana.

Tabel 4.3 Adegan 3

Visual Dialog/Suara Tipe Shot

(Tidak ada suara) Medium Shot,

gambar objek (Vlad) dengan latar belakang (kamar mandi) sebanding. Vlad: Aku Seumuran

Ingeras saat dikirim ke Turki. Untuk bertarung demi mereka.

Close Up, gambar Vlad yang sedang berendam dengan jelas terlihat.

Keberadaanku sangat tak diinginkan.

Close Up, gambar Mirena dengan jelas terlihat.

Denotasi:

Pada gambar pertama, terdapat Vlad yang tidak memakai pakaian baru memasuki bak mandi yang berwarna emas dan dikelilingi oleh lilin-lilin. Dalam gambar ini terlihat bekas luka di punggung Vlad. Gambar kedua menampilkan


(58)

Vlad yang sedang berendam di bak mandi berwarna emas, di sekelilingnya terdapat lilin-lilin. Vlad berbicara sambil melihat ke langit-langit. Tubuh Vlad yang tidak memakai baju memperlihatkan luka di bahunya. Kemudian juga terdapat tangan Mirena yang diletakkan di bahu Vlad dan tangannya memegang sebuah kain berwarna putih. Pada gambar ketiga, ditampilkan Mirena dan Vlad dalam satu Frame. Mirena berbaju putih dengan rambut dikuncir ke samping duduk menatap Vlad. Juga terdapat Vlad yang gambarnya diambil sedikit menyamping dari belakang sedang menggenggam tangan Mirena.

Konotasi:

Nampaknya Gary Shore mendistorsi sejarah untuk membuat Turki menjadi sosok yang benar-benar antagonis dalam film ini. Dalam adegan ini, sosok Turki digambarkan secara verbal melalui dialog yang diucapkan oleh Vlad. Vlad menggambarkan kisah masa lalunya saat dikirim oleh ayahnya ke Turki untuk bertarung demi mereka. Melalui dialog Vlad pada gambar kedua, Vlad mengatakan bahwa Turki sangat tidak menginginkan dirinya, Turki hanya menganggapnya sebagai prajurit untuk bertarung demi mereka. Turki tidak peduli dengan kehidupan para prajuritnya.

Terlihat pada gambar pertama dimana Vlad memasuki bak mandi, bekas luka cambuk sebagai hasil dari perbudakan Turki yang dilakukan padanya ditampilkan. Hal ini sengaja ditampilkan untuk tetap membuat penonton memihak kepada Vlad dan beropini buruk terhadap Turki. Pada gambar kedua, terlihat ekpresi kesedihan Vlad saat ia menceritakan masa lalunya pada Mirena dan mengatakan bahwa keberadaanya disana hanyalah untuk bertarung demi Turki.


(59)

48

Ekspresi sedih Vlad menandakan bahwa ia sudah tidak ingin mengingat lagi kehidupan masa lalunya di Turki. Namun setelah ditemukannya penutup kepala tersebut kembali mengingatkan Vlad akan masa lalunya yang kelam di Turki. Kemudian pada gambar terakhir terlihat ekspresi simpati Mirena saat mendengar cerita Vlad. Mirena yang berbaju putih menandakan kesucian, bersih dari dosa. Vlad menggenggam tangan Mirena sebagai tanda ketakutannya akan masa lalunya saat ia berada di Turki.Dalam adegan ini Vlad dikisahkan seolah-olah akhirnya dapat kabur dari kuasa Usmani dan kekejian Usmani yang telah mengubah dirinya menjadi „monster‟ dalam membunuh musuh-musuh Usmani.

Berbeda dengan sejarahnya, sesungguhnya Vlad kabur dari pasukan Usmani pada saat ia memimpin pasukan Usmani ke Wallachia untuk membantu menghadapi serangan dari Hungaria. Vlad yang sudah disumpah oleh Ordo Naga untuk memusnahkan kaum Muslim memanfaatkan kesemptam ini untuk pergi dari kuasa Usmani. Ia malah berbalik membunuh pasukan Usmani, kemudian memimpin di Wallachia.

Vlad dikirim ke Turki bersama adiknya, Radu Cel Furmos, oleh ayahnya sebagai bentuk jaminan kesetiaan terhadap Usmani karena telah membantu Wallachia dari serangan Hungaria. Mereka dibesarkan, dididik, dan dilatih dalam kesatuan Janisari berdasarkan asas-asas Islam. Vlad membenci ayahnya yang tunduk pada Usmani, dan juga benci pada adiknya yang telah menjadi panglima perang dan memeluk Islam.

Vlad yang telah disumpah oleh Ordo Naga selalu berusaha mencari cara untuk mengkhianati Usmani. Sampai suatu saat ia dikirim memimpin pasukan ke


(1)

3. Mitos yang dibangun dalam film ini adalah penggambaran Dinasti Turki Usmani yang mengedepankan kekerasan dan pengerahan kekuatan dalam masa pemerintahannya.

Dalam film ini, penggambaran Turki Usmani banyak sekali yang menyimpang. Film ini dengan sengaja membuat Vlad sebagai tokoh protagonis, dan Turki Usmani sebagai tokoh yang antagonis. Film ini secara tidak langsung menimbulkan citra buruk di mata penonton terhadap Turki Usmani.

Berbagai mitos tentang Turki Usmani yang muncul dalam film ini berawal dari banyaknya distorsi atau pengaburan sejarah yang dibuat oleh kaum sejarawan Eropa terhadap Turki. Hal ini dikarenakan kesirikan mereka terhadap begitu pesatnya perkembangan dan luasnya daerah Islam pada masa Dinasti Usmani.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka peneliti menyampaikan beberapa saran agar dapat dijadikan bahan pertimbangan serta evaluasi terhadap film Dracula Untold. Saran-saran ini ditujukan penulis kepada:

1. Pembuat Film

Sebuah film tidak seharusnya menyinggung sebuah suku, ras, budaya, apalagi agama. Karena penonton atau audience darisebuah film bersifat heterogen, maka pembuat film harus hati-hati dalam memasukkan unsur-unsur suku, ras, budaya, maupun agama ke dalam film tersebut. 2. Penonton/Audience


(2)

74

Sebelum menonton sebuah film, penonton harus siap disuguhi dengan penggambaran akan sebuah realitas yang dibuat oleh pihak pembuat film. Karena sejatinya film bukanlah pemindahan realitas yang ada ke dalam layar, namun pembuat film selalu memasukkan nilai-nilai ideologi yang dimilikinya ke dalam realitas-realitas tersebut.

3. Universitas

Pihak universitas sebagai lembaga akademik seharusnya mampu menyediakan sarana yang memadai untuk mendukung perkuliahan khususnya di bidang perfilman. Baik itu dari segi pengajar, buku-buku, maupun fasilitas perlengkapan dalam membuat film jika diperlukan. Agar mahasiswa yang tertarik dalam dunia perfilman memiliki wadah untuk menyalurkan hobi maupun bakatnya untuk dapat membuat film-film yang berkualitas.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Abdurrachman, Oemi. Dasar-Dasar Public Relations. Bandung: PT CITRA ADITYA BAKTI, 2001.

Amin, Samsul Munir. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 2013. Anggoro, M. Linggar. Teori dan Profesi Kehumasan: Serta Aplikasinya di

Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara, 2005.

Baskin, Askurifai. Jurnalistik Televisi: Teori dan Praktik. Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2006.

Gunawan, Imam. Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik. Jakarta: Bumi Aksara, 2013.

Ibrahim, Qasim A. dan Muhammad A. Saleh. Buku Pintar Sejarah Islam: Jejak Langkah Peradaban Islam dari Masa Nabi Hingga Masa Kini. Penerjemah Zainal Arifin. Jakarta: Zaman, 2014.

Imanjaya, Ekky. Why Not: Remaja Doyan Nonton. Bandung: PT Mizan Bunaya Creative, 2004.

Irawanto, Budi. Film, Ideologi, dan Militer. Yogyakarta: Media Pressindo, 1999. Jefkins, Frank.Public Relations. Penerjemah Haris Munandar. Jakarta: Erlangga,

2003.

Mahmudunnasir, Syed. Islam Konsepsi dan Sejarahnya. Penerjemah Adang Affandi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005.

Noor, Juliansyah. Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Karya Ilmiah. Jakarta: KENCANA, 2011.

Ruslan, Rosady. Praktik dan Solusi Public Relations. Jakarta: Penerbit Ghalia Indonesia, 1999.

Saepudin, Didin. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: UIN Jakarta Press, 2007. Sobur, Alex. Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana,

Analisis Semiotik, dan Analisis Framing. Bandung: PT Rosdakarya, 2004. Sobur, Alex. Semiotika Komunikasi. Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA,

2009.

Soemirat, Soleh dan Elvinaro Ardianto. Dasar-Dasar Public Relation. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007.


(4)

76

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 2007.

Vivian, John. Teori Komunikasi Massa. Jakarta: Kencana, 2008.

Wibowo, Indiwan Seto Wahyu. Semiotika Komunikasi: Aplikasi Praktis Bagi Penelitian dan Skripsi Komunikasi. Jakarta: Penerbit Mitra Wacana Media, 2013.

Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Rajawali Press, 2008.

Website:

Artikel diakses pada tanggal 18 April 2015 dari https://sangsabda.wordpress.com/tag/perjanjian-yang-hidup/

“Bram Stoker Biography.” Artikel diakses pada 28 Januari 2015 dari http://www.biography.com/people/bram-stoker-9495731

“Dracula Untold”, artikel diakses pada tanggal 9 Maret 2015 dari http://www.imdb.com/title/tt0829150/business?ref_=ttfc_ql_4

Hasanudin Aco, “Film Innocence of Muslims Lecehkan Umat Islam”, artikel

diakses pada 28 Januari 2015 dari

http://www.tribunnews.com/nasional/2012/09/14/hti-film-innocence-of-muslims-lecehkan-umat-islam

MH, Masyuri. “Dracula dalam Kenyataan Sejarah Dunia.” Artikel diakses pada 2 Februari 2015 dari http://www.muslimedianews.com/2014/11/dracula-dalam-kenyataan-sejarah-dunia.html

Siauw, Felix. “Dracula Untold; Upaya Stigmatisasi Negatif Islam”. Artikel diakses pada 13 Mei 2015 dari http://felixsiauw.com/home/dracula-untold-upaya-stigmatisasi-negatif-islam/

Triyanisya. “Ustaz Felix Siauw Krtisi Film Dracula Untold.” Artikel diakses pada

18 Februari 2015

darihttp://hiburan.metrotvnews.com/read/2014/10/21/308162/ustaz-felix-siauw-kritisi-film-dracula-untold

Purnama, Yulian “Memakai Sorban Disunnahkan”, artikel diakses pada 30 April 2015 dari http://muslim.or.id/fiqh-dan-muamalah/memakai-sorban-disunnahkan.html


(5)

(6)