Sikap Teori Tindakan Beralasan Theory of Reasoned Action

18 sikap terhadap suatu perilaku bersama norma subyektif membentuk suatu minat untuk berperilaku tertentu Azwar, 2008: 14. Secara sederhana Teori Tindakan Beralasan ini menyatakan bahwa seseorang akan melakukan suatu perilaku apabila ia memandang perilaku itu positif dan bila ia percaya bahwa orang lain ingin agar ia melakukannya. Secara diagramatis Teori Tindakan Beralasan yang menyatakan pengaruh sikap terhadap perilaku dan norma subyektif pada minat untuk berperilaku adalah sebagai berikut: Gambar 2: Teori Tindakan Beralasan Sumber : Shih and Fang 2004 Berdasarkan diagram Teori Tindakan Beralasan di atas, tampak bahwa sikap dan norma subyektif mempengaruhi minat. Selanjutnya minat tersebut akan mempengaruhi perilaku. Jadi model Teori Tindakan Beralasan ini mencakup empat variabel yaitu: sikap terhadap perilaku attitude towards behaviour, norma subyektif subjective norms, minat berperilaku behavioral intention, dan perilaku behaviour. Penjelasan dari masing-masing komponen diatas adalah sebagai berikut:

a. Sikap

Konsep sikap pertama kali didefinisikan oleh Thurstone sebagai suatu tingkatan afeksi baik yang bersifat positif maupun negatif dalam hubungannya dengan obyek-obyek psikologis Walgito, 2001: 109. Afeksi positif merupakan SIKAP NORMA SUBYEKTIF MINAT PERILAKU 19 afeksi yang menyenangkan, sedangkan afeksi negatif merupakan afeksi yang tidak menyenangkan. Mengacu pada definisi sikap oleh Thurstone tersebut, maka suatu obyek psikologis dapat menimbulkan berbagai macam sikap atau dapat menimbulkan berbagai macam tingkatan atau derajat afeksi pada diri seseorang. Definisi sikap yang dikemukakan oleh Thurstone tersebut memandang sikap hanya terdiri atas komponen afektif saja, belum mengkaitkan hubungan sikap dan perilaku. Definisi lain mengenai sikap yang dikemukakan Newcomb yaitu: “From a cognitive point of view, then, an attitude represent an organization of valenced cognition. From a motivational point of view, an attitude represent a state of readiness for motive arousal” Walgito, 2001:108. Jika dicermati, definisi sikap ini telah mengandung komponen kognitif dan konatif, tetapi justru tidak mengandung komponen afektif. Selanjutnya Rokeah memberi batasan sikap sebagai berikut : “an attitude is a relatively enduring organization of belief around an object or situation predisposing one to respond in some preferential manner” Walgito, 2001:108. Definisi sikap yang dikemukakan Rokeah tersebut menunjukkan bahwa sikap mengandung komponen kognitif dan komponen konatif, yaitu sikap merupakan predisposing untuk merespon dan untuk berperilaku. Definisi sikap tersebut secara tidak langsung telah mengkaitkan sikap dengan perilaku. Sikap merupakan predisposisi untuk berbuat atau berperilaku. Meskipun demikian dalam definisi yang disampaikan oleh Rokeah tersebut juga belum mencantumkan komponen afeksi sebagai komponen sikap. 20 Definisi sikap yang lebih lengkap dalam arti mencakup tiga komponen dikemukakan oleh Myers Walgito, 2001: 109, di mana menurut Myers sikap merupakan “a predisposition towards some object, include one’s beliefs, and behavior tendencies concerning the object”. Berdasarkan definisi mengenai sikap yang telah disampaikan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa sikap merupakan organisasi pendapat, keyakinan seseorang mengenai obyek atau situasi yang relatif ajeg, yang disertai dengan adanya perasaan tertentu, dan memberikan dasar kepada orang tersebut untuk memberikan respon atau berperilaku dalam cara tertentu yang dipilihnya. Mengacu pada pendapat beberapa ahli yang telah mendefinisikan sikap, maka struktur sikap pada dasarnya terdiri atas tiga komponen. Adapun komponen penyusun struktur sikap tersebut adalah Walgito, 2001: 110: a. Komponen kognitif komponen perseptual, yaitu komponen sikap yang berhubungan atau berkaitan dengan pengetahuan, pandangan, keyakinan yaitu hal-hal yang berhubungan dengan bagaimana orang mempersepsi obyek sikap. Pengetahuan dan persepsi dalam komponen kognitif ini diperoleh berdasarkan pengalaman langsung dengan obyek sikap dan informasi yang berkaitan dengan berbagai sumber. Pengetahuan tersebut dan persepsi yang ditimbulkannya pada umumnya berbentuk kepercayaan, yaitu kepercayaan bahwa obyek sikap mempunyai berbagai sifat dan bahwa perilaku tertentu akan menimbulkan hasil-hasil tertentu. b. Komponen afektif komponen emosional, yaitu komponen sikap yang berhubungan dengan rasa senang atau tidak senang terhadap obyek sikap. 21 Rasa senang merupakan hal yang positif, sedangkan rasa tidak senang merupakan hal yang negatif. Komponen ini menunjukkan arah sikap, yaitu positif dan negatif. Komponen afektif ini merupakan komponen yang sangat erat kaitannya dengan emosi atau perasaan mengenai obyek sikap. Emosi dan perasaan ini menurut pendapat para ahli sangat evaluatif sifatnya, yaitu mencakup penilaian atau evaluasi seseorang terhadap obyek sikap yang “menyenangkan” atau “tidak menyenangkan”. Menurut Schiffman dan Kanuk 2008 keadaan emosional dapat meningkatkan atau menguatkan pengalaman positif maupun negative dan bahwa ingatan tentang pengalaman tersebut dapat mempengaruhi apa yang timbul dalam pikiran dan bagaimana seseorang bertindak. c. Komponen konatif Komponen perilaku atau action component, yaitu komponen sikap yang berhubungan dengan kecenderungan bertindak terhadap obyek sikap. Komponen ini menunjukkan intensitas sikap yaitu menunjukkan besar kecilnya kecenderungan bertindak atau berperilaku terhadap objek sikap. Komponen konatif ini sangat berhubungan dengan kemungkinan atau kecenderungan bahwa individu akan melakukan tindakan atau perilaku khusus atau dengan cara tertentu terhadap objek sikap tertentu. Dalam riset pemasaran dan konsumen, komponen konatif ini sering dianggap sebagai pernyataan “maksud konsumen untuk membeli”. Menurut Daniel Katz Sutisna, 2001 : 103-105 sikap memiliki empat fungsi yang bermanfaat bagi praktek pemasaran yaitu: fungsi 22 utilitarian, fungsi pembelaan-ego, fungsi pengetahuan, dan fungsi nilai- nilai ekspresif. Adapun keempat fungsi sikap tersebut adalah sebagai berikut: 1. Fungsi Utilitarian Fungsi Utilitarian berhubungan dengan prinsip-prinsip dasar imbalan dan hukuman. Konsumen mengembangkan beberapa sikap terhadap produk atas dasar apakah produk itu memberikan kesenangan atau justru kekecewaan. Jika konsumen merasakan bahwa obat sakit kepala Paramex mampu menghilangkan rasa sakit dengan capet, maka konsumen akan mengembangkan sikap positif terhadap obat sakit kepala itu. Sebaliknya jika konsumen merasakan bahwa obat sakit kepala itu tidak mampu menghilangkan rasa sakit kepala tidak memberikan manfaat, maka konsumen akan mengembangkan sikap negatif. Oleh karena itu, iklan obat sakit kepala Paramex harus berisi manfaat utility yang bisa diperoleh oleh konsumen. 2. Fungsi pertahanan ego Sikap yang diambil oleh konsumen cenderung untuk melindunginya dari tantangan eksternal maupun perasaan internal, sehingga membentuk fungsi mempertahnkan ego. Ketika konsumen merasakan bahwa dalam dirinya kurang maskulin, maka konsumen berusaha mencari produk atau merek produk yang mampu meningkatkan rasa maskulinitasnya. Orang mungkin akan mengisap 23 rokok Marlboro dan minum bir Anker untuk meyakinkan bahwa dirinya maskulin. 3. Fungsi ekspresi nilai Sikap yang dikembangkan oleh konsumen terhadap suatu merek produk bukan didasarkan atas manfaat produk itu, tetapi lebih didasarkan atas kemampuan merek produk itu mengekspresikan nilai- nilai yang ada pada dirinya self-concept. Ketika konsumen membeli suatu merek produk, manfaat inti dari produk itu tidak lagi menjadi perhatiannya, tetapi pusat perhatiannya adalah apakah merek produk itu mampu membantu dirinya dalam mengekspresikan nilai-nilai yang diinginkannya. Ketika konsumen membeli Mobil mewah BMW misalnya, pusat perhatiannya bukan manfaat produk itu memudahkan mobilitas, tetapi yang menjadi perhatian utamanya adalah gengsi kelas sosial. 4. Fungsi pengetahuan Sikap membantu konsumen mengorganisasikan informasi yang begitu banyak yang setiap hari dipaparkan pada dirinya. Berdasarkan seluruh informasi itu konsumen memilah-milah informasi yang relevan dan tidak relevan dengan kebutuhannya. Informasi yang tidak relevan akan diabaikan begitu saja. Fungsi pengetahuan juga bisa membantu mengurangi ketidakpastian atau kebingungan. Jika seorang konsumen sebelumnya telah mengetahui 24 kualitas merek produk yang akan dibelinya, maka hal itu akan mengurangi ketidakpastian atas resiko pembelian. Sikap dalam diri dibentuk tidak semata-mata hanya berasal dalam diri sendiri. Sikap juga bisa terbentuk karena ada pengaruh dari pihak luar seperti lingkungan. Seseorang akan mencoba menyesuaikan apa yang dianggap baik oleh orang lain. Hal itu bisa disebut dengan norma subyektif.

b. Norma Subyektif