Pengaruh Kredibilitas Perusahaan dan Kredibilitas Endorser terhadap Citra Merek dan Sikap Merek (Studi Kasus dalam Iklan New Honda Blade)

(1)

PENGARUH KREDIBILITAS PERUSAHAAN DAN KREDIBILITAS ENDORSER TERHADAP CITRA MEREK DAN SIKAP MEREK

(Studi Kasus Dalam Iklan New Honda Blade)

Oleh

Aprilian Hapsanto 106081002387

JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

PENGARUH KREDIBILITAS PERUSAHAAN DAN KREDIBILITAS ENDORSER TERHADAP CITRA MEREK DAN SIKAP MEREK

(Studi Kasus Dalam Iklan New Honda Blade)

Oleh

Aprilian Hapsanto 106081002387

JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(3)

(4)

(5)

(6)

i

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Aprilian Hapsanto No Induk Mahasiswa : 106081002387 Fakultas : Ekonomi Dan Bisnis

Jurusan : Manajemen

Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:

1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan mempertanggungjawabkannya

tanpa izin pemilik karya

4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data

5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas karya ini

Jikalau dikemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah melakukan pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata ditemukan bukti bahwa saya melanggar pernyataan diatas, maka saya siap untuk dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

Jakarta, 1 April 2013 Yang Menyatakan,

Aprilian Hapsanto 2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain


(7)

ii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama : Aprilian Hapsanto

Tempat tgl lahir : Bekasi, 19 April 1987 Jenis kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Alamat : Jl. Bali 2 No. 341 RT/RW 002/011 Perumnas 3, Bekasi Timur

No Tlp/Hp : 087888601975

E-mail : aprilian.hapsanto@gmail.com

PENDIDIKAN FORMAL

SD Negeri 06 Bekasi 1993 - 1999

SLTP Negeri 11 Bekasi 1999 - 2002

SMA Negeri 8 Bekasi 2002 - 2005

PENGALAMAN ORGANISASI OSIS SLTP Negeri 11 Bekasi, Periode 2000-2002

Ketua Karya Ilmiah Remaja SMA Negeri 8 Bekasi, Periode 2003-2004 Tim Sepakbola Putra SMA Negeri 8 Bekasi, Periode 2002-2005


(8)

iii ABSTRACT

The aim of this research is to know influence of corporate credibility and endorser credibility on brand image and brand attitude in New Honda Blade television advertisement. The two type of source credibility used in this research suggested can influence consumer reaction on brand images and shape their brand attitudes. First is corporate credibility which is the overall reputation of company’s honest and expertise. Second is endorser credibility, it is another type of source credibility that form by expertise, trustworthiness, and likeability.

The data in this research were analyzed using Structural Equation Modelling (SEM) methode with amos 18 program. The result of research shows that both of source credibility has significant effect on brand image. Corporate credibility has critical ratio 2,808 (> 2,56), and probability shows 0,005 (< 0,01). Endroser credibility has critical ratio 2,992 (> 2,56), and probability shows 0,003 (<0,01). Unfornetely, two type of source credibility used in this research, found that just corporate credibility can influence consumer attitude towards the brand with critical value 2,676 (> 2,56), and probability shows 0,007 (< 0,01). Endorser credibility is not enough to influence brand attitude with critical ratio 0,671 (>0.01), probability shows 0,502 (> 0,01). The other side, shape brand image on product can influence on brand attitude with critical ratio 2,614 (> 2,56), and probability shows 0,009 (< 0,01).

Keywords : Corporate Credibility, Endorser Credibility, Brand Image, Brand Attitude, Structural Equation Modelling (SEM)


(9)

iv ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kredibilitas perusahaan dan kredibilitas endorser terhadap citra merek dan sikap merek dalam iklan televisi New Honda Blade. Dua tipe kredibilitas sumber digunakan dalam penelitian ini, yang diduga dapat mempengaruhi reaksi konsumen terhadap citra merek dan sikap merek. Pertama, yaitu kredibilitas perusahaan yang terbentuk berdasarkan reputasi perusahaan berupa kejujuran dan keahlian perusahaan. Kedua, kredibilitas endorser yang merupakan tipe lain dari kredibilitas sumber terbentuk berdasarkan keahlian, kepercayaan, dan daya tarik.

Data dalam penelitian ini dianalisa dengan menggunakan metode Structural Equation Modelling (SEM) dengan program amos 18. Hasil penelitian ini menunujukkan bahwa kedua sumber kredibilitas mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap citra merek. Kredibilitas perusahaan memiliki critical ratio sebesar 2,808 (> 2,56), dan probabilitas menunjukkan nilai 0,005 (< 0,01). Sedangkan kredibilitas endorser memiliki critical ratio sebesar 2,992 (> 2,56), dan probabilitas menunjukkan nilai 0,003 (< 0,01). Namun, dari dua tipe kredibilitas sumber yang digunakan dalam penelitian ini, menemukan hanya kredibilitas perusahaan yang dapat mempengaruhi sikap konsumen terhadap merek dengan nilai critical ratio sebesar 2,676 (> 2,56), dan probabilitas menunujukkan nilai 0,007 (< 0,01). Kredibilitas endorser tidak cukup mempengaruhi sikap merek dengan nilai critical ratio 0,671 (< 2,56), probabilitas menunjukkan nilai 0,502 (> 0,01). Di sisi lain, pembentukan citra merek pada produk dapat mempengaruhi sikap merek dengan nilai critical ratio 2,614 (> 2,56), dan nilai probabilitas menunjukkan 0,009 (< 0,01).

Kata Kunci : Kredibilitas Perusahaan, Kredibilitas Endorser, Citra Merek, Sikap Merek, Structural Equation Modelling (SEM)


(10)

v

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, nikmat, dan petunjuk-Nya sehingga skripsi dengan judul “Pengaruh Kredibilitas Perusahaan dan Kredibilitas Endorser Terhadap Citra Merek dan Sikap Merek (Studi Kasus dalam Iklan New Honda Blade)” dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Manajemen Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan, petunjuk dan saran dari semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Kedua orang tuaku, khusus untuk Almarhum Ayahku yang tidak sempat menyaksikan anaknya yang bandel dan keras kepala ini agar menyelesaikan studi S1.

2. Bapak Dr. Yahya Hamja, MM selaku dosen pembimbing pertama yang telah memberikan bimbingan dan berbagai solusi untuk terselesaikannya skripsi ini. Bapak Ade Suherlan, SE. MBA, selaku dosen pembimbing kedua yang telah membantu memberikan bimbingan dan berbagai solusi untuk terselesaikannya skripsi ini.

3. Semua bapak dan ibu dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mentransfer ilmu kepada semua mahasiswa khususnya penulis.

4. Para tepokers Al-Barkah Badminton Club, Arif, Hadi, Rusdi, Imam, Epay, Heri, Adrian, Deden, Abe, Rival, Usop, yang tidak hentinya mensupport. 5. Teruntuk sahabat sejatiku almarhum Hana Rosdiana SE yang selalu memaki


(11)

vi

pernah janji kepada kawanku ini jika wisuda nanti harus mengundangnya. Semoga amal-ibadahmu diterima di sisi Allah SWT, kawan...!!!

Semoga semua pihak yang penulis sebutkan diatas diberikan balasan pahala oleh Allah SWT. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan dan memberikan masukan bagi penelitian selanjutnya. Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Jakarta, 1 April 2013


(12)

vii DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ... i

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... ii

ABSTRACT ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 9

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 9

1. Tujuan Penelitian ... 9

2. Manfaat Penelitian ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 11

A. Periklanan ... 11

B. Unsur Kredibilitas Sumber Informasi ... 15

1. Kredibilitas Perusahaan... 17

2. Kredibilitas Endorser ... 21

C. Merek ... 26

D. Asosiasi Merek ... 28

1. Citra Merek ... 30

2. Sikap Merek ... 33

E. Penelitian Terdahulu ... 38

F. Kerangka Pemikiran ... 42

G. Hipotesis ... 43

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 45


(13)

viii

B. Metode Penentuan Sampel ... 45

1. Populasi ... 45

2. Sampel ... 45

C. Metode Pengumpulan Data ... 47

1. Data Primer ... 47

2. Data Sekunder ... 47

D. Metode Analisis Data ... 48

1. Statistik Deskriptif ... 48

2. Uji Validitas Konstruk Teoritis (Measurement Model) ... 48

a. Convergent Validity ... 49

b. Average Variance Extracted ... 49

c. Construct Reliability ... 50

d. Discriminant Validity ... 51

3. Analisis SEM ... 51

E. Definisi Operasional Variabel ... 58

1. Variabel Eksogen ... 58

a. Konstruk Kredibilitas Perusahaan ... 59

b. Konstruk Kredibilitas Endorser ... 59

2. Variabel Endogen ... 60

a. Konstruk Citra Merek ... 61

b. Konstruk Sikap Merek ... 62

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 66

A. Statistik Deskriptif ... 66

1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 67

2. Karakteristik Reponden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 67

3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 68

B. Uji Validitas Konstruk Teoritis (Measurement Model) ... 68

1. Convergent Validity ... 70

2. Average Variance Extracted ... 70


(14)

ix

4. Discriminant Validity ... 75

C. Evaluasi Asumsi SEM dan Uji Model Persamaan Struktural ... 76

1. Evaluasi Asumsi SEM ... 76

a. Evaluasi Asumsi Kecukupan Sampel ... 77

b. Evaluasi Normalitas Data ... 77

c. Evaluasi Outlier ... 78

d. Evaluasi Multikolinearitas ... 85

2. Uji Model Persamaan Struktural ... 87

D. Uji Hipotesis... 88

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI ... 93

A. Kesimpulan ... 93

B. Saran ... 94

1. Bagi perusahaan ... 93

2. Bagi Peneliti ... 94

3. Bagi Akademisi ... 94

DAFTAR PUSTAKA ... 95


(15)

x

DAFTAR TABEL

No. Keterangan Halaman

1.1 Data Produksi, Penjualan, dan Ekspor Sepeda Motor

Hingga Tahun 2011 4

1.2 Data Penjualan Sepeda Motor Masing-Masing Produsen

Semester I/2012 6

1.3 Data Penjualan Sepeda Motor New Honda Blade dan Jupiter Z Semester I/2012

8

2.1 Penelitian Terdahulu 38

2.2 Keterangan Gambar Kerangka Pemikiran 43

3.1 Kriteria Goodness of Fit 55

3.2 Konstruk, Indikator, dan Skala Pengukuran 62 4.1 Evaluasi Kriteria Goodness of Fit (Measurement Model) 69

4.2 Standardized Regression Weights 69

4.3 Evaluasi Nilai AVE 72

4.4 Evaluasi Construct Reliability 74

4.5 Nilai Korelasi Antar Konstruk 75

4.6 Perbandingan Nilai √AVE dan Nilai Korelasi Antar

Konstruk 75

4.7 Uji Normalitas Data Univariate dan Multivariate 77

4.8 Evaluasi Univariate Outlier 78

4.9 Mahalanobis Distance 79

4.10 Matriks Korelasi 85

4.11 Evaluasi Kriteria Goodness of Fit (Model Persamaan

Struktural) 88


(16)

xi

DAFTAR GAMBAR

No. Keterangan Halaman

2.1 Kerangka Pemikiran 42

3.1 Diagram Jalur Penelitian 53

4.1 Data Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin 66 4.2 Grafik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir 66

4.3 Grafik Responden Berdasarkan Pekerjaan 67

4.4 Grafik Karakteristik Responden Berdasarkan Kendaraan

Operasional 67

4.5 Uji Measurement Model 68


(17)

xii

Daftar Lampiran

No Keterangan Halaman

1 Kuesioner Penelitian 100

2 Data Primer Responden 104


(18)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.

Lingkungan bisnis seringkali sulit diprediksi, banyak fenomena yang memberikan tantangan serius yang harus dihadapi perusahaan-perusahaan. Ketatnya kompetisi yang terjadi sekarang ini menuntut perusahaan untuk mengoptimalkan sumber daya dan kemampuan yang tersedia agar mampu memperoleh hasil yang maksimal, survive dan memperoleh keunggulan kompetitif. Menurut Porter dalam Utama (2007: 122) faktor utama yang harus dimiliki perusahaan adalah penguasaan dan kemampuan dalam penerapan teknologi, keinginan dan keberanian dalam mengambil resiko, kemampuan analisa kebutuhan pasar dan tingkat persaingan, serta bagaimana dalam memformulasikan strategi besaing yang meliputi low cost strategy, diferensiasi dan fokus.

Didasari atas persaingan yang semakin sengit ini perusahaan-perusahaan mulai menyadari perlunya suatu integrasi strategis dari alat-alat promosi. Hal inilah yang mendorong adanya pergeseran ke arah Integrated Marketing Communication (IMC) yang melibatkan pengkoordinasian dari berbagai elemen promosi dan aktivitas pemasaran lainnya untuk berkomunikasi dengan konsumen (Belch dan Belch, 2003: 9). Salah satu elemen penting dari bauran promosi (promotional mix) dalam IMC adalah periklanan yang merupakan semua bentuk komunikasi non-personal yang memerlukan pembayaran mengenai organisasi,


(19)

2 produk, jasa, atau ide oleh sponsor tertentu (Kotler, 2012: 495). Melalui periklanan, perusahaan dapat menciptakan hubungan interaksi jangka panjang yang menguntungkan antara perusahaan dangan konsumen (Durianto dan Liana, 2004: 36).

Periklanan merupakan salah satu elemen bauran promosi yang paling sering dipergunakan. Periklanan digunakan untuk mempengaruhi perasaan, pengetahuan, makna, kepercayaan, sikap dan citra yang berkaitan dengan produk atau merek (Dominanto, 2008: 67). Periklanan juga berperan penting sebagai salah satu sumber informasi yang diperlukan konsumen untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan suatu produk, meskipun pemberian informasi dapat dilakukan melalui packaging produk, brosur, peragaan, dan lain-lain, namun periklanan masih dianggap paling efektif untuk pemberian informasi kepada konsumen (Durianto dan Liana, 2004: 36).

Dalam menyampaikan iklan pemasar hendaknya mempertimbangkan pemilihan media promosi dengan memahami karakteristik media, kekuatan dan kelemahan media-media promosi agar efektivitas penyampaian iklan tercapai. Dalam pemilihan media promosi, memahami karakteristik media, kekuatan dan kelemahannya ditujukan untuk membantu perusahaan dalam memprediksi biaya dan ketetapan sasaran promosi pada segmentasi yang dituju, dan meminimalkan penghamburan biaya pada aktivitas promosi yang tidak penting (Soemanagara, 2008: 86). Media promosi yang umum digunakan oleh pengiklan adalah media cetak seperti surat kabar dan majalah; media siaran seperti radio dan televisi; dan media pamer seperti reklame dan poster (Machfoedz, 2010: 8). Namun, hingga


(20)

3 kini pengiklanan di media televisi masih dianggap cara paling efektif dalam mempromosikan produk terutama di Indonesia yang masyarakatnya masih brand minded dimana merek yang pernah muncul di iklan ditelevisi lebih digemari daripada yang tidak diiklankan di televisi (Hapsari, 2007: 2). Selain itu Rhenald Kasali menyatakan bahwa mengiklankan produk di televisi juga merupakan cerminan bonafiditas pengiklan, karena konsumen lebih percaya pada perusahaan yang mengiklankan produknya di televisi daripada yang tidak sama sekali (Durianto dan Liana, 2004: 40).

Lebih lanjut konsumen pada umumnya berusaha mengidentifikasi sumber pemberi pesan pada iklan. Machfoedz (2010: 8) menyatakan bahwa pesan yang disampaikan oleh sumber yang dapat dipercaya akan bersifat lebih persuasif. Oleh karena itu, beberapa penelitan mencoba mengungkap peranan penggunaan nama perusahaan dan endorser dalam sebuah iklan terhadap pembentukan citra merek dan sikap konsumen terhadap merek. Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan ditemukan bahwa penggunaan nama perusahaan dan endorser dalam sebuah merek mampu membentuk citra merek dan mempengaruhi sikap merek secara langsung atau pun tidak langsung. Maka peneliti menduga terdapat indikasi bahwa konsumen dalam mengolah informasi dalam iklan cenderung memperhatikan sumber pemberi pesan sebelum menilai merek tersebut baik/menguntungkan atau bahkan tidak baik/tidak menguntungkan di mata konsumen.

Konsumen cenderung mempercayai produsen dan juru bicara (endorser) yang kredibel dibandingkan sumber pesan yang belum diketahui kredibilitasnya.


(21)

4 Oleh karena itu, sebagaimana yang telah dikonsepkan oleh Sallam (2011:63) dalam penelitiannya, maka salah satu strategi kreatif yang dipergunakan dalam beriklan untuk membentuk citra merek serta merubah sikap konsumen terhadap merek adalah dengan menggunakan bintang iklan yang memiliki kredibilitas tinggi dan ditunjang pula dengan kredibilitas perusahaan yang tinggi.

Pemaparan yang telah disampaikan di atas tercermin pada persaingan industri motor yang ada di Indonesia. Sedikitnya ada empat nama besar yang merajai industri sepeda motor di Indonesia, yaitu Honda, Yamaha, Suzuki, dan Kawasaki. Ke-empat produsen sepeda motor tersebut berlomba-lomba menawarkan produknya kepada konsumen di Indonesia yang memang dikenal memiliki pangsa pasar besar bagi industri sepeda motor. Dari data yang dihimpun dari tahun 1996-2011 tentang data produksi, penjualan, dan ekspor sepeda motor di Indonesia sendiri cukup mencengangkan. Pada tahun 2011 saja jumlah produksi mencapai 8.006.293 unit, dan penjualan mencapai 8.043.535 unit.

Tabel 1.1

Data Produksi, Penjualan, dan Ekspor Sepeda Motor Hingga Tahun 2011

Year Production Wholesales Exports

1996 1,425,373 1,376,647 50,255

1997 1,861,111 1,801,090 51,816

1998 519,404 433,551 84,363

1999 571,953 487,751 99,651

2000 982,38 864,144 115,278

2001 1,644,133 1,575,822 74,948

2002 2,318,241 2,265,474 52,517

2003 2,814,054 2,809,896 13,806


(22)

5

2005 5,113,487 5,074,186 15,308

2006 4,458,886 4,428,274 42,448

2007 4,722,521 4,688,263 25,632

2008 6,264,265 6,215,831 64,968

2009 5,884,021 5,881,777 29,815

2010 7,395,390 7,398,644 29,395

2011 8,006,293 8,043,535 31,357

Sumber: AISI (Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia), 2012.

Data di atas menunjukkan bahwa pangsa pasar sepeda motor di Indonesia merupakan salah satu yang menggiurkan bagi produsen-produsen sepeda motor dari berbagai negara untuk berlomba-lomba memasarkan produksi sepeda motor mereka di Indonesia. Sebagai contoh, produsen-produsen motor negara Cina pernah mencoba masuk dan memasarkan produk mereka di Indonesia. Pada era tersebut motor Cina sempat booming hingga banyak yang memprediksi bahwa motor-motor produksi Jepang akan digilas habis oleh motor-motor Cina. Sebagaimana trade mark barang-barang produksi Cina, motor-motor produksi Cina ini mempunyai keunggulan persaingan berupa harga yang jauh di bawah motor-motor Jepang.

Namun, dalam keyataannya motor-motor produksi Cina hanya booming sesaat bahkan lenyap akibat tidak mampu bersaing dengan motor-motor produksi Jepang di Indonesia. Hal ini menggambarkan bahwa meskipun dari data penjualan sepeda motor di Indonesia terlihat sangat menggiurkan, namun amatlah tidak mudah memasuki dan ikut bersaing dengan produsen-produsen sepeda motor asal Jepang yang telah masuk ke pasar Indonesia jauh lebih lama.


(23)

6 Produsen-produsen motor Jepang telah menancapkan pengaruhnya di Indonesia, khususnya produsen motor Honda yang pada tahun 2012 pun tetap memimpin penjualan sepeda motor di Indonesia. Dari data penjualan yang peneliti berhasil himpun dalam kurun waktu semester I tahun 2012 diperoleh data sebagai berikut.

Tabel 1.2

Data Penjualan Sepeda Motor Masing-Masing Produsen Semester I/2012

Merek

Penjualan (Wholesales) 2012

Januari Februari Maret April Mei Juni

Honda 382.635 355.766 325.994 344.349 362.127 332.272 Yamaha 206.704 258.481 247.103 236.185 201.589 167.661 Suzuki 53.337 44.366 40.026 50.385 40.859 36.532 Kawasaki 8.563 10.734 12.196 9.717 13.093 12.138

TVS 1.362 1.440 1.370 2.293 1.827 1.865

Total 652.601 670.757 626.689 622.929 619.540 550.468 Sumber: AISI (Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia), 2012.

Penjualan sepeda motor Honda di Indonesia jauh melampaui pesaing-pesaing atau merek sepeda motor yang lain. Pencapaian yang dilakukan Honda ini merupakan hal yang mengagumkan dan harus tetap dipertahankan oleh Honda lewat PT. Astra Honda Motor sebagai perusahaan perakitan motornya di Indonesia.

PT Astra Honda Motor (AHM) sendiri merupakan pelopor industri sepeda motor di Indonesia. Di mana selama kurun waktu 30 tahun ini pasar sepeda motor domestik dikuasai oleh Honda, sebagai satu-satunya pemain dengan pangsa pasar lebih dari 50% sehingga menciptakan pasar oligopoli yang dominan (www.astra-honda.com). Pengalaman bertahun-tahun Honda sebagai produsen motor di


(24)

7 Indonesia inilah yang menjadi modal utama kepercayaan konsumen terhadap kualitas produk-produk Honda.

Pada saat ini konsumen tidak hanya memandang sepeda motor sebagai sarana angkutan, tetapi lebih sebagai identitas pribadi yang mampu mewakili citra pengendaranya disamping memperhitungkan kemampuan mesinnya. Hal ini dibuktikan dengan maraknya fenomena motor bebek sporty yang mulai banyak digandrungi oleh konsumen khususnya kawula muda. Kondisi ini coba dimanfaatkan pesaing dekat Honda yaitu Yamaha dengan serius menggarap kategori sepeda motor bebek sporty dengan mengembangkan produk Jupiter Z dengan harapan mampu merebut pangsa pasar motor bebek Honda. Hal tersebut merupakan ancaman serius bagi eksistensi Honda khususnya pangsa pasar motor bebeknya.

PT. Astra Honda Motor menjawab ancaman tersebut dengan mengeluarkan inovasi produk terbarunya yaitu sepeda motor New Honda Blade. Sepeda motor New Honda Blade memiliki tampilan model yang sporty dengan fitur seperti bentuk sayap yang aerodinamis, velg racing, dan rem cakram ganda pada kedua rodanya, serta streaping yang mengadopsi motor balap Moto GP dari Tim Repsol Honda. Tampilan fisik yang dimiliki sepeda motor New Honda Blade mencitrakan sepeda motor ini adalah sepeda motor bebek sporty yang memiliki mesin dengan akselerasi yang handal serta cocok untuk gaya kawula muda khususnya kaum adam. Sepeda motor New Honda Blade ini diharapkan mampu menjadi “Jupiter Killer” dan mempertahankan pangsa pasar Honda pada kategori motor bebek (www.tempo.co.id).


(25)

8 Pada awal peluncuran sepeda motor New Honda Blade, MURI sempat mencatat rekor penjualan New Honda Blade yang menembus 915 unit dalam sehari (www.kompas.com). Sepeda motor New Honda Blade pun sukses sebagai “Jupiter Killer” dengan mengalahkan sepeda motor Jupiter Z dari segi penjualan pada semester 1, tahun 2012.

Tabel 1.3

Data Penjualan Sepeda Motor New Honda Blade dan Jupiter Z Semester I/2012

Bulan

New Honda Blade Penjualan (Unit) Jupiter Z1

Januari 22.536 1.302

Februari 21.088 1.010

Maret 19.702 1.419

April 15.255 1.072

Mei 18.220 5.391

Juni 13.589 903

Total Penjualan 110.390 11.097

Sumber: AISI (Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia), 2012

Maka guna mendongkrak penjualan sepeda motor New Honda Blade dan melindungi dari ancaman Yamaha, PT. Astra Honda Motor terus mengeluarkan strategi-strategi khusus dan salah satunya adalah dengan merekrut pembalap Dani Pedrosa sebagai bintang iklan televisi New Honda Blade. Dani Pedrosa adalah pembalap papan atas Moto GP dari Tim Repsol Honda yang juga merupakan juara dunia arena balap Moto GP yang banyak diidolakan kawula muda khususnya laki-laki. Dani Pedrosa diharapkan dapat mewakili karakteristik sepeda motor New Honda Blade sebagai sepeda motor yang memiliki akselerasi mesin handal, serta cocok dengan gaya kawula muda khususnya kaum adam sehingga citra merek dan sikap konsumen dapat berubah terhadap sepeda motor New Honda Blade.


(26)

9 Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dibahas di atas maka peneliti menetapkan judul penelitian sebagai berikut: “PENGARUH KREDIBILITAS PERUSAHAAN DAN KREDIBILITAS ENDORSER TERHADAP CITRA MEREK DAN SIKAP MEREK (Studi Kasus Dalam Iklan Televisi New Honda Blade)”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diulas diatas maka peneliti merumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh kredibilitas perusahaan dalam pembentukan citra merek?

2. Bagaimana pengaruh kredibilitas endorser dalam pembentukan citra merek?

3. Bagaimana pengaruh kredibilitas perusahaan terhadap pembentukan sikap merek?

4. Bagaimana pengaruh kredibilitas endorser terhadap pembentukan sikap merek?

5. Bagaimana pengaruh citra merek terhadap sikap merek?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian:

1. Untuk mengukur pengaruh kredibilitas perusahaan terhadap pembentukan citra merek.


(27)

10 2. Untuk mengukur pengaruh kredibilitas endorser terhadap

pembentukan citra merek.

3. Untuk mengukur pengaruh kredibilitas perusahaan terhadap pembentukan sikap merek.

4. Untuk mengukur pengaruh citra merek terhadap sikap merek 5. Untuk mengukur pengaruh kredibilitas endorser terhadap sikap

merek.

2. Manfaat Penelitian: 1. Bagi Peneliti.

Penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan dan keilmuan mengenai pengaruh kredibilitas endorser dan kredibilitas perusahaan terhadap sikap merek dan citra merek. 2. Bagi akademisi.

Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya kepustakaan dan menyajikan informasi mengenai kredibilitas endorser, kredibilitas perusahaan, citra merek, dan sikap merek.

3. Bagi perusahaan.

Penelitian ini diharapkan menjadi bahan pertimbangan bagi perusahaan dalam mengeksekusi kampanye iklan..


(28)

11 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Periklanan

Periklanan didefinisikan sebagai semua bentuk terbayar atas presentasi nonpribadi dan promosi ide, barang, atau jasa oleh sponsor yang jelas (Kotler, 2008: 202). Moriarty, Mitchel, dan Wells (2009: 9) mendefinisikan periklanan sebagai bentuk komunikasi berbayar yang menggunakan media massa dan media interaktif untuk menjangkau audiens yang luas dalam rangka menghubungkan sponsor yang jelas dengan pembeli dan memberikan informasi tentang produk. Menurut Stanton dalam Simamora (2008: 305) periklanan adalah segala kegiatan yang dilibatkan dalam mempresentasikan sesuatu kepada audiens secara non – personal, dengan sponsor yang jelas dan biaya – suatu pesan tentang produk atau organisasi dalam.

Dari definisi periklanan diatas dapat ditarik kesimpulan adanya empat karakteristik iklan, yaitu:

1. Menjangkau audiens yang luas. 2. Sponsor dapat diidentifikasi.

3. Diluncurkan melalui satu atau beberapa media. 4. Sponsor membayar media untuk menampilkan iklan.

Simamora (2008: 305) menyatakan pengembangan program periklanan dimulai dengan menjawab pertanyaan: Siapa pasar sasaran dan apa motivasi


(29)

12 pembeli? Siapa yang menjadi audiens? Setelah itu barulah dibuat lima keputusan yang dikenal dengan 5M, yaitu:

1. Mission (tujuan periklanan).

2. Money (uang yang dapat dibelanjakan). 3. Message (pesan yang disampaikan). 4. Media (media yang akan digunakan). 5. Measurement (evaluasi & analisis)

Oleh karena itu, tahap awal dari setiap iklan harus memiliki tujuan yang didefinisikan secara jelas agar kesuksessan iklan dapat dicapai. Tujuan dan sasaran iklan ini tumbuh dari strategi pemasaran secara keseluruhan perusahaan dan tugas promosi yang ditetapkan untuk pengiklanan.

Menurut Simamora (2008: 305) tujuan utama periklanan yaitu untuk memberitahukan (to inform), membujuk (to persuade), dan mengingat (to remind). Selanjutnya Bhowmick (2012: 970) menyatakan bahwa tujuan utama periklanan pada dasarnya adalah membujuk, merubah atau memodifikasi sikap konsumen terhadap merek. Periklanan sendiri dalam prakteknya telah dianggap sebagai manajemen citra – menciptakan dan memelihara citra dan makna dalam benak konsumen (Durianto dan Liana, 2004: 38). Selain sebagai brand bulding, periklanan juga membantu untuk membentuk dan menjaga image perusahaan (Maer, dkk., 2007: 64). Roslina (2010: 340) menyatakan bahwa periklanan juga mampu membantu mengembangkan pengenalan merek, kesadaran dan citra yang pada akhirnya memperkuat kepemimpinan merek. Lebih lanjut Ghorban (2012: 32) menyatakan bahwa periklanan merupakan salah satu bagian terpenting dari


(30)

13 bauran pemasaran yang menunjukkan hubungan yang signifikan untuk mempengaruhi sikap konsumen terhadap merek

Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa periklanan memainkan peranan penting dalam kegiatan pemasaran perusahaan. Perusahaan dapat membujuk konsumen dengan bentuk pesan-pesan persuasif yang terkandung dalam iklan. Kandungan pesan-pesan persuasif pada iklan dapat meningkatkan perhatian konsumen terhadap produk yang diiklankan, yang mampu membentuk citra merek dan juga mampu merubah sikap konsumen terhadap merek yang diiklankan.

Soemanagara (2008: 82) menyatakan bahwa dalam kajian advertising, media periklanan yang dapat digunakan perusahaan dalam beriklan terdiri dari media lini atas (above the line) dan media lini bawah (below the line).

1. Media lini atas (above the line).

Media ini ditujukan untuk khalayak ramai atau massa. Seperti televisi, radio, cinema, dan surat kabar.

2. Media lini bawah (below the line).

Media yang ditujukan untuk kalangan tertentu atau mungkin juga ditujukan kepada individu. Seperti poster, brosur, multimedia.

Dari berbagai media yang disebutkan diatas, televisi dikenal sebagai media iklan paling kuat dan menjangkau spektrum konsumen yang luas (Kotler, 2008: 205). Dari segi bonafiditas pengiklan sendiri kebanyakan (calon) konsumen lebih “percaya” pada perusahaan yang mengiklankan produknya di televisi daripada tidak sama sekali (Durianto dan Liana, 2004: 40). Alasan keluasan dan bonafiditas


(31)

14 inilah sehingga media televisi menjadi favorit dari beberapa pemasar untuk mengiklankan produk barang dan jasa mereka melalui media televisi.

Salah satu media yang digunakan dalam periklanan adalah televisi. Televisi memiliki karakteristik yang paling menonjol sebagai media iklan, yakni kombinasi gambar dan suara (Machfoedz, 2010: 150). Kombinasi gambar dan suara pada iklan televisi membuat iklan televisi nampak begitu hidup dan nyata, sehingga pengiklan dapat menunjukkan dan memamerkan kelebihan dan keunggulan produknya secara detil (Jefkins, 1997: 110). Kesan realistis yang diberikan iklan televisi diharapkan dapat menggambarkan keunggulan dan kelebihan yang ingin ditampilkan pemasar sehingga konsumen dapat menangkap informasi yang diberikan.

Seperti media-media lain yang digunakan dalam periklanan, televisi juga memiliki kekuatan dan keterbatasan. Kotler (2008: 206) menyimpulkan kekuatan dan keterbatasan iklan televisi sebagai berikut:

1. Iklan televisi bisa menjadi sarana efektif untuk mendemonstrasikan atribut produk dengan jelas dan secara persuasif menjelaskan manfaat bagi konsumen.

2. Iklan televisi bisa menggambarkan pengguna dan citra penggunaan, kepribadian merek, atau hal tak berwujud lainnya secara dramatis. Keterbatasan:

1. Sifat iklan yang singkat dan seringnya ditemukan elemen kreatif yang mengganggu di dalamnya, pesan yang berhubungan dengan produk dan merek itu sendiri dapat terlewatkan.


(32)

15 2. Volume iklan yang tinggi dan bahan nonprogram pada televisi menciptakan kerumunan yang mempermudah konsumen mengabaikan atau melupakan iklan.

3. Biaya produksi dan pemasangan iklan yang mahal.

B. Unsur Kredibilitas Sumber Informasi.

Unsur kredibilitas menurut Clow dan James (2011: 25) amat penting bagi efektivitas iklan khususnya berkaitan dengan pelayanan, hal ini dikarenakan ketidakmampuan konsumen untuk memeriksa terlebih dahulu kualitas layanan untuk dikonsumsi. Belch dan Belch (2003: 169) menyatakan informasi dari sumber yang kredibel mempengaruhi keyakinan, opini, sikap, dan perilaku terhadap proses yang dikenal sebagai internalisasi, yang mana terjadi ketika penerima informasi mengadopsi opini dari keahlian pemberi pesan dan sejak itu konsumen mempercayai bahwa informasi dari sumber ini adalah akurat. Mahfoedz (2010: 8) juga menyatakan bahwa pesan yang disampaikan oleh sumber yang kredibel akan bersifat lebih persuasif bagi konsumen. Maka jelas dapat dikatakan bahwa untuk mempengaruhi pandangan konsumen terhadap barang dan jasa yang ditawarkan konsumen pemberi pesan iklan haruslah dianggap kredibel di mata konsumen.

Unsur kredibilitas sendiri didifinisikan sebagai keyakinan terhadap endorser, juru bicara, atau seseorang dalam sebuah iklan (Clow dan James, 2011: 25). Unsur kredibilitas merupakan kemampuan dan karakteristik penyampai pesan untuk dapat mempengaruhi penerima pesan (Rao, 2012: 18) Sedangkan Mowen


(33)

16 dan Minor (2002: 402) menyatakan unsur kredibilitas mengacu pada sejauh mana sumber informasi dipandang memiliki keahlian dan dipercaya. Lebih lanjut menurut Belch dan Belch (2003: 168) kredibilitas adalah tingkat di mana penerima pesan memandang sumber informasi memiliki pengetahuan, keterampilan, pengalaman dan kepercayaan yang relevan dalam memberikan informasi yang objektif dan tidak memihak.

Menurut Belch dan Belch (2003: 168) terdapat dua dimensi penting dalam konsep kredibilitas yaitu:

1. Expertise

Sumber informasi dipandang memiliki pengetahuan yang memadai. Menurut Rodriguez (2008: 89) dimensi expertise dapat dijabarkan melalui beberapa elemen seperti sumber informasi memiliki pengetahuan, berpengalaman, ahli, terlatih, dan memenuhi syarat.

2. Trustworthiness

Sumber informasi dipandang terpercaya. Menurut Rodriguez (2008: 89) dimensi trustworthiness dapat dijabarkan melalui beberapa elemen seperti sumber dapat diandalkan, dapat dipercaya, dan jujur, .

Namun, lebih lanjut dalam konteks periklanan Kotler (2012: 485) menambahkan dimensi likeability ke dalam konsep kredibilitas bila melibatkan juru bicara (endorser) sebuah produk atau jasa, yaitu sejauh mana suatu sumber pesan dianggap memiliki daya tarik (attractiveness) oleh khalayak.

Meskipun berbagai dimensi pembentuk kredibilitas dalam berbagai penelitian telah banyak diberikan, tetapi banyak peneliti menyatakan bahwa


(34)

17 expertise dan trustworthiness adalah komponen terpenting dalam kredibilitas sumber (Sallam, 2011: 3).

Maka, dimensi kredibilitas sumber terdiri dari tiga komponen pembentuk, yaitu:

1. Expertise. 2. Trustworthiness.

3. Likeability (bila menggunakan endorser/juru bicara dalam penyampaian informasi).

Menurut Goldsmith (2000: 304), Sallam (2011: 63) serta Rao (2012: 18) kredibilitas sumber penyampai informasi dikonsepkan menjadi dua bentuk yaitu kredibilitas perusahaan dan kredibilitas endorser. Lebih lanjut Bhowmick (2012: 970) menjelaskan bahwa kredibilitas perusahaan bersama-sama dengan kredibilitas endorser memainkan peranan yang sangat signifikan terhadap kulitas periklanan yang disampaikan.

Maka dapat disimpulkan bahwa perusahaan beserta endorser merupakan elemen yang penting dalam proses penyampaian periklanan. Periklanan yang ditunjang dengan perusahaan/produsen dan endorser yang kredibel di mata konsumen akan lebih dapat mempengaruhi penerimaan dan kepercayaan konsumen terhadap kualitas pesan yang disampaikan dalam periklanan.

1. Kredibilitas Perusahaan.

Komunikasi keorganisasian memainkan peran yang semakin besar dalam lingkungan bisnis karena harus melaksanakan pengamanan brand image, perusahaan dengan pengamanan brand image yang memadai selanjutnya akan


(35)

18 berkembang menjadi reputasi perusahaan (Hardjana, 2008: 1). Fombrun dalam Goldsmith (2000: 305) menyatakan bahwa reputasi perusahaan memberikan kontribusi besar terhadap kesuksessan yang diperoleh oleh perusahaan. Hal ini menyiratkan perusahaan mutlak harus memiliki reputasi di mata konsumen agar sukses dalam pasar.

Peranan reputasi perusahaan untuk kesuksessan dalam persaingan pasar begitu penting sehingga Goldsmith (2000: 305) menekankan bahwa komponen penting yang harus diperhatikan dalam membangun reputasi perusahaan adalah kredibilitas perusahaan. Hal senada juga dinyatakan oleh Li, Wang dan Yang (2011: 58) bahwa wilayah penelitian terpenting untuk memahami bagaimana membangun reputasi perusahaan yaitu dengan memfokuskan pada unsur kredibilitas yang dimiliki perusahaan.

Kredibilitas perusahaan didefinisikan sebagai seberapa jauh konsumen percaya bahwa suatu perusahaan bisa merancang dan menghadirkan produk atau jasa yang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan (Kotler, 2012: 203). Kredibilitas perusahaan juga didefinisikan sebagai persepsi konsumen terhadap kejujuran dan keahlian pemangku kepentingan perusahaan, dan merupakan intensitas keyakinan dan komunikasi pada waktu tertentu (Goldsmith, 2000: 304).

Merek perusahaan yang kredibel dapat digunakan konsumen untuk mengevaluasi produk/jasa yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut (Li, Wang, dan Yang, 2011: 60). Oleh karena itu, Hardjana (2008: 10) menyatakan bahwa kredibilitas perusahaan menentukan tingkat efektivitas komunikasi, karena


(36)

19 mengandung intensitas makna relasional dan berfungsi sebagai kerangka pemahaman komunikasi. Bromley dalam Roslina (2010: 335) menjelaskan bahwa kerangka pemahaman komunikasi akan terbentuk berdasarkan akumulasi pengalaman konsumen terhadap organisasi/perusahaan.

Lau dan Lee dalam Rafiq (2009: 34) mengungkapkan bahwa bahwa ketika suatu satuan dipercaya, maka satuan yang lebih kecil cenderung ikut dipercaya dengan baik, karena mereka termasuk satuan yang lebih besar tersebut. Teori Lau dan Lee dapat dianalogikan dengan pengertian bahwa ketika konsumen percaya terhadap perusahaan/produsen tertentu maka produk atau merek yang dihasilkan perusahaan/produsen tersebut juga akan ikut dipercaya oleh konsumen. Hal ini dibuktikan dengan penelitian yang dilakukan Suharyanti (2011: 12) bahwa kredibilitas yang dimiliki perusahaan dapat memperkuat asosiasi yang ada pada merek atau produk yang dihasilkan perusahaan.

Bhowmick (2012: 970) menjelaskan bahwa sumber pembentuk citra merek yang kuat salah satunya dipengaruhi oleh nama perusahaan yang ikut serta ke dalam merek tersebut. Hal ini diungkapkan pula oleh Aaker dan Joachimsthaler dalam Li, Wang, dan Yang (2011: 60) bahwa nama perusahaan yang kredibel dan kuat serta positif mampu meningkatkan citra merek atau produk secara keseluruhan dan mempunyai pengaruh positif terhadap ekuitas merek, sehingga berpengaruh terhadap minat beli yang tinggi pula terhadap produk atau merek yang dihasilkan. Pendapat Aaker dan Joacmisthaler diperkuat lewat hasil penelitian yang dilakukan oleh Emari, Jafari, dan Mogaddam (2012: 5700) yang menyebutkan bahwa perusahaan-perusahaan seharusnya memperkuat nama


(37)

20 perusahaan mereka, karena dengan mengikutsertakan nama perusahaan yang kuat pada produk atau jasa akan menghasilkan citra kualitas yang dimiliki oleh suatu produk atau jasa.

Dalam kaitannya dengan sikap konsumen terhadap merek beberapa penelitian seperti yang dilakukan oleh Sallam (2011: 70) dan Goldsmith (2000: 311) ditemukan kenyataan bahwa kredibilitas perusahaan dapat mempengaruhi sikap konsumen terhadap merek. Hal senada diungkapkan pula oleh Bhowmick (2012: 970) bahwa kredibilitas perusahaan mampu mempengaruhi sikap konsumen terhadap merek tertentu.

Maka dapat disimpulkan perusahaan dengan kredibilitas tinggi dapat memanfaatkannya untuk mempengaruhi respon konsumen terhadap iklannya sehingga membentuk citra merek atau produk yang dihasilkannya dan juga dapat mempengaruhi sikap konsumen terhadap merek.

Goldsmith dkk. (2000: 304) serta Newell dkk. (2001: 235) menyatakan bahwa penilaian kredibilitas perusahaan serupa tetapi tidak sama dengan kredibilitas juru bicara yang melibatkan selebritis atau orang biasa. Sebagai gambaran, beberapa penelitian dan teori seperti yang dikemukakan oleh Kotler (2012: 485) menyatakan bahwa dimensi likeability termasuk ke dalam kredibilitas juru bicara atau endorser, seperti seberapa “lucu” atau “tampan” juru bicara tersebut yang mana tidak mewakili karakteristik kredibilitas perusahaan.

Maka Newell dkk. (2001: 235), dan Sallam (2011: 65) mengemukakan bahwa dimensi pembentuk dari kredibilitas perusahaan adalah :


(38)

21 1. Corporate Expertise.

Sejauh mana perusahaan dinilai ahli oleh konsumen dalam memproduksi barang/jasa.

2. Corporate Trustworthiness.

Sejauh mana perusahaan dinilai jujur oleh konsumen dalam memasarkan barang/jasa.

2. Kredibilitas Endorser.

Seberapa kuat atau terkenalnya perusahaan di mata konsumen tetap saja dalam proses penyampaian informasi semacam iklan, perusahaan memerlukan sosok, figur, atau bintang iklan yang dapat mewakili perusahaan tersebut untuk menyampaikan informasi kepada khalayak ramai. Sosok, figur, dan bintang iklan digunakan oleh para pemasar untuk menjelaskan kelebihan produk mereka kepada konsumen.

Soemanagara (2008:118) menjelaskan pengertian maskot, figur profesi dan penampilan tokoh masyarakat sebagai berikut:

1. Maskot.

Maskot merupakan simbolisasi terhadap sesuatu yang mampu merepresentatifkan suatu keinginan, hasrat, atau kebutuhan dapat dengan mudah mengaktifkan rangsangan kepada audience agar dapat menyimpulkan arti dari simbolisasi secara sederhana atau umum.


(39)

22 2. Figur Profesi.

Iklan yang berhubungan dengan kesehatan cenderung menggunakan figur dokter atau mirip dengan dokter, walaupun hal ini dilarang keras namun kenyataannya kejadian ini terus berlangsung.

3. Penampilan Tokoh Masyarakat

Penampilan tokoh masyarakat biasanya mampu menarik perhatian audience, karena tokoh ini merupakan publik figur, atau figur yang selalu menjadi panutan publik.

Penggunaan endorser pada iklan diharapkan dapat memberikan asosiasi positif antara produk dengan endorser (Hapsari, 2008: 2). Sosok endorser iklan suatu produk atau merek bisa berasal dari kalangan selebriti dan non-selebriti. Namun, beberapa pengiklan lebih memilih menggunakan selebriti (celebrity endorser) pada iklan mereka yang digunakan untuk mengembangkan citra positif produk baru atau mengubah citra produk yang sudah ada, karena untuk melakukannya diperlukan sosok/figur yang kuat (Wiryawan dan Pratiwi, 2009: 242).

Erfgen menyatakan (2011: 2) bahwa selebriti endorser dalam iklan dapat mempengaruhi pembentukan citra merek melalui sebuah transfer nilai dari endorser kepada merek. Maka merek atau produk yang diiklankan oleh endorser akan mempunyai image yang serupa dengan image yang dimiliki oleh endorser sendiri. Penelitian yang dilakukan Wiryawan dan Pratiwi (2009: 262) serta Hapsari (2008: 15) yang menyatakan bahwa kredibilitas yang dimiliki endorser dapat mempengaruhi citra merek suatu produk.


(40)

23 Maka dapat disimpulkan bahwa kredibilitas yang dimiliki oleh endorser yang mewakili suatu merek atau produk dapat mempengaruhi pembentukan citra merek suatu produk.

Sedangkan dalam kaitannya dengan sikap terhadap merek selebriti endorser juga mampu mempengaruhi sikap konsumen terhadap merek. Hal ini dibuktikkan lewat penelitian yang dilakukan oleh Ranjbarian (2010: 404) dan Goldsmith (2000: 311) bahwa selebriti endorser dapat mempengaruhi secara langsung sikap konsumen terhadap merek. Bhowmick (2012: 970) juga menyatakan bahwa selebriti endorser dapat mempengaruhi sikap konsumen terhadap merek.

Maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan selebriti endorser dalam periklanan dapat mempengaruhi pembentukan citra merek serta mampu mempengaruhi sikap konsumen terhadap merek tertentu.

Selebriti endorser sendiri didefinisikan sebagai pandangan umum konsumen terhadap seseorang yang dikenal publik sebagai sumber informasi yang dapat dipercaya tentang suatu produk atau perusahaan yang mereka dukung (Amos, 2008: 214). Istilah lain diberikan oleh Friedman dan Friedman dalam Sallam (2011: 84) bahwa selebriti endorser merujuk kepada seseorang yang dikenal oleh publik, seperti aktor, atlit, entertainer dan orang lain dengan prestasi yang telah dicapai di bidangnya masing-masing dan kemudian mendukung produk tertentu. Sedangkan McCracken dalam Bhowmick (2012: 968) menyatakan bahwa selebriti endorser adalah seseorang yang memliki pamor di mata publik


(41)

24 dan menggunakan kepamorannya untuk mendukung suatu produk dengan tampil di dalam suatu periklanan.

Belch dan Belch (2003: 175) menjelaskan proses transformasi nilai dari selebriti endorser ke dalam sebuah produk yang diiklankan melalui tiga tahap. Tahap-tahap tersebut adalah:

1. Tahap pertama.

Konsumen akan melihat iklan yang didukung suatu selebriti dengan menerjemahkan atau mengasosiasikan pencitraan, karakteristik dan nilai tambah dari selebriti itu sendiri.

2. Tahap kedua.

Selebriti mentransfer pencitraan, karakteristik, dan nilai yang dikandung dalam diri selebriti ke dalam iklan dan produk yang didukung oleh selebriti.

3. Tahap ketiga.

Merupakan tahap terpenting dari semua tahap adalah konsumen mengasosiasikan citra, karakteristik, dan nilai yang dikandung selebriti sama dengan produk yang diiklankan.

Kredibilitas endorser sendiri didefinisikan sebagai gambaran kepercayaan juru bicara atau pendukung di dalam sebuah iklan, terhadap daya tarik, keahlian, dan kejujuran juru bicara atau pendukung iklan tersebut (Goldsmith, 2000: 304). Sedangkan menurut Belch dan Belch (2003: 168) kredibilitas endorser menggambarkan persepsi konsumen terhadap keahlian, pengetahuan. dan pengalaman yang relevan yang dimiliki endorser mengenai merek produk yang


(42)

25 diiklankan serta kepercayaan konsumen terhadap endorser untuk memberikan informasi yang tidak biasa dan objektif. Hal ini menyiratkan bahwa endorser yang memiliki kredibilitas akan membentuk kepercayaan konsumen terhadap produk atai merek yang mereka dukung.

Belch dan Belch (2003: 175) mengutarakan bahwa dalam menggunakan selebriti para pengiklan harus mencocokkan atribut produk, citra perusahaan, dan karakteristik target pasar dengan kepribadian selebritis, karena citra selebritis terhadap konsumen adalah hal yang penting bagi kemampuan selebritis untuk menarik perhatian konsumen. Oleh karena itu, pemilihan celebrity endorser dalam iklan merupakan hal yang krusial dan harus memenuhi beberapa persyaratan.

Agar informasi yang disampaikan dapat dipercaya oleh konsumen maka Kotler (2012: 485) dan Machfoedz (2010: 8) memberikan dimensi pembentuk kredibilitas endorser sebagai berikut:

1. Expertise.

Merupakan pengetahuan khusus yang dimiliki komunikator untuk melakukan klaim terhadap iklan.

2. Trustwothiness.

Menunjukkan seberapa efektif dan jujur orang tersebut di mata publik. 3. Likeability.

Sejauh mana suatu sumber memiliki daya tarik (attractiveness) di mata publik.


(43)

26 C. Merek.

UU Merek No. 15 Tahun 2001 pasal 1 ayat 1 dalam Mahendratama dan Zain (2012: 11) menyatakan merek sebagai tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa. American Marketing Association dalam Kotler (2012: 241) mendefinisikan merek sebagai sebagai nama, istilah, tanda, simbol, desain atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang bertujuan untuk mengidentifikasi barang dan layanan dari suatu penjual atau kelompok penjual dan untuk membedakannya dari para pesaing. Merek juga didefinisikan sebagai internalisasi sejumlah kesan yang diterima oleh para pelanggan dan konsumen yang mengakibatkan adanya suatu posisi khusus dalam ingatan mereka terhadap manfaat-manfaat emosional dan fungsional yang dirasakan (Knapp, 2001: 6). Sedangkan Soemanagara (2008: 100) menyatakan merek merupakan nama, simbol, desain, atau kombinasi dari kesemuanya yang mengidentifikasikan produk atau pelayanan suatu perusahaan.

Maka dapat disimpulkan merek adalah produk atau jasa yang dimensinya mendeferensiasikan merek tersebut dengan beberapa cara dari produk atau jasa lainnya yang dirancang untuk kebutuhan yang sama. Perbedaan ini bisa fungsional, rasional, atau nyata – berhubungan dengan kinerja produk dari merek. Perbedaan ini bisa juga lebih bersifat simbolis, emosional, atau tidak nyata – berhubungan dengan apa yang dipresentasikan merek.


(44)

27 Menurut Kotler (2008: 259) merek mengidentifikasikan sumber atau pembuat produk dan memungkinkan konsumen–bisa individual atau organisasi– untuk menuntut tanggung jawab atas kinerjanya kepada pabrikan atau distributor tertentu. Merek juga memainkan peranan penting sehingga konsumen mampu mengidentifikasi produk/layanan dari suatu perusahaan dan mampu membedakannya dengan kompetitor yang lainnya (Wang dan Yang, 2010:177). Hal ini menyiratkan bahwa merek memainkan peranan yang sangat penting bagi konsumen untuk mengidentifikasikan sebuah produk terhadap perusahaan pembuatnya. Konsumen akan mudah mengidentifikasikan kemampuan suatu produk dengan melihat siapa produsen/perusahaan yang menghasilkan produk/jasa tersebut.

Lebih lanjut Kotler (2008: 259) menjelaskan dengan rinci fungsi dan menfaat merek bagi perusahaan, yaitu:

1. Merek menyederhanakan penanganan atau penelusuran produk. 2. Merek membantu mengatur catatan persediaan dan catatan akuntansi. 3. Merek menawarkan perlindungan hukum kepada

perusahaan-perusahaan untuk fitur-fitur atau aspek unik produk. Nama merek dapat dilindungi melalui nama dagang terdaftar; proses manufaktur dapat dilindungi melalui hak paten; dan kemasan dapat dilindungi melalui hak cipta dan rancangan hak milik.

4. Merek menandakan tingkat kualitas tertentu sehingga pembeli yang puas dapat dengan mudah memilih produk tertentu.


(45)

28 Keberhasilan merek sendiri dapat dinilai dengan seberapa suatu merek sering menempati posisi unik dalam ingatan konsumen (Knapp, 2001: 116). Hal ini dikarenakan merek secara signifikan lebih dari hanya sekedar produk, merek mengekspresikan hubungan yang istimewa dan ikatan yang dimiliki dengan konsumen (Stinjak dan Tumpal, 2005: 169).

Maka keberhasilan suatu merek dalam pasar ditentukan oleh seberapa jauh konsumen mengasosiasikan suatu merek sehingga merek tersebut diingat oleh konsumen dan dipersepsikan positif oleh konsumen sebagai produk atau merek yang dirasa sesuai sebagai solusi pemecahan suatu permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari konsumen.

D. Asosiasi Merek.

Menurut Mahendratama dan Zain (2012: 19) asosiasi merek didefinisikan dengan segala hal yang berkaitan dengan ingatan mengenai merek. Kotler (2010: 164) menjelaskan bahwa asosiasi merek terdiri dari segala hal tentang merek – yang menggambarkan ide, perasaan, persepsi, citra, pengalaman, keyakinan, sikap, dan semua yang melekat pada merek. Asosiasi merek juga didefinisikan sebagai informasi yang terserap dan melekat di dalam memori terhadap merek yang terkandung pada merek tertentu (Low dan Lamb, 2000: 351). Sedangkan Rangkuti dalam Maer, Tanudjaja dan Banindro (2007: 65) menyatakan bahwa asosiasi merek merupakan segala atribut yang ada di dalam merek itu dan memiliki suatu tingkat kekuatan.


(46)

29 Roslina (2010: 335) menyatakan bahwa asosiasi merek yang terbentuk dalam pikiran dan benak konsumen dapat membantu konsumen dalam meringkas fakta dan spesifikasi yang sulit diproses dan diakses, sehingga konsumen dapat menghasilkan informasi yang penting dan memberikan cara untuk mendapatkannya. Low dan Lamb (2000: 351) juga menyatakan bahwa asosiasi merek dapat membantu konsumen untuk memproses, mengumpulkan, mengingat kembali informasi suatu produk ke dalam ingatan serta membantu konsumen dalam membuat keputusan pembelian. Asosiasi-asosiasi yang terbentuk terhadap suatu merek memberikan peranan yang penting dalam strategi bersaing karena asosiasi merek merupakan refleksi dari citra merek dan juga memainkan peran dalam pembentukan ekuitas merek (Pramudito. 2005: 198).

Kwun dan Oh (2007: 82) menyatakan bahwa pada umumnya para peneliti mengkonsepkan asosiasi merek ke dalam empat dimensi pembentuk yaitu kualitas yang dirasakan (perceived quality), citra merek (brand image), kesadaran merek (brand awareness), dan sikap merek (brand attitude). Begitu pula Low dan Lamb (2000: 352) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa dalam asosiasi merek terbentuk dari tiga konsep multidimensional dan saling berhubungan, yang terdiri dari citra merek (brand image), sikap merek (brand attitude), dan kualitas yang dirasakan (perceived quality). Maka dapat disimpulkan bahwa citra merek dan sikap merek merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam pembentukan asosiasi merek.


(47)

30 1. Citra Merek.

Keller dalam Tseng dan Lee (2011: 3) mendefiniskan citra merek sebagai kekhasan yang dimiliki suatu merek dan reputasi yang dimiliki merek tersebut, yang meliputi karakteristik, konsep, dan konsumen rasakan terhadap suatu merek. Selanjutnya Kotler (2008: 268) mendefinisikan citra merek sebagai penggambaran sifat ekstrinsik produk atau jasa, termasuk dimana mereka berusaha memenuhi kebutuhan psikologis atau sosial pelanggan. Sedangkan Stinjak dan Tumpal (2005: 172) menyatakan bahwa citra merek merupakan personalitas, simbol, proporsi, nilai, brand essence, dan posisi suatu merek.

Menurut Roslina (2010: 334) citra merek tersusun dari asosiasi merek yang diorganisir menjadi suatu yang berarti. Selanjutnya menurut Stinjak dan Tumpal (2005: 172) konsumen membentuk citra melalui sintetis dari semua sinyal atau asosiasi yang dihasilkan suatu merek. Hal ini sejalan dengan pendapat Mahendratama dan Zain (2012: 19) bahwa berbagai asosiasi yang diingat konsumen dapat dirangkai sehingga membentuk citra tentang merek atau brand image di dalam benak konsumen.

Maka menurut Hapsari (2007: 6) karakteristik citra merek dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Citra merek merupakan pemahaman konsumen mengenai merek secara keseluruhan, kepercayaan konsumen terhadap merek dan bagaimana pandangan konsumen tentang merek.

2. Citra merek tidak semata ditentukan oleh bagaimana pemberian nama yang baik kepada sebuah produk, tetapi juga dibutuhkan bagaimana


(48)

31 cara memperkenalkan produk tersebut agar dapat menjadi sebuah memori bagi konsumen dalam membentuk suatu persepsi akan sebuah produk.

3. Citra merek sangat berpatokan pada pemahaman, kepercayaan, dan pandangan atau persepsi konsumen terhadap suatu merek.

4. Citra merek dapat dianggap jenis asosiasi yang muncul di benak konsumen ketika mengingat sebuah merek tertentu. Asosiasi tersebut secara sederhana dapat muncul dalam bentuk pemikiran atau citra tertentu yang dikaitkan pada suatu merek.

5. Citra merek yang positif akan membuat konsumen menyukai suatu produk dengan merek yang bersangkutan di kemudian hari, sedangkan bagi produsen citra merek yang baik akan menghambat kegiatan pemasaran pesaing.

6. Citra merek merupakan faktor yang penting yang dapat membuat konsumen mengeluarkan keputusan untuk mengkonsumsi bahkan sampai kepada tahap loyalitas di dalam menggunakan suatu merek produk tertentu, karena citra merek mempengaruhi hubungan emosional antara konsumen dengan suatu merek, sehingga merek yang penawarannya sesuai dengan kebutuhan akan terpilih untuk dikonsumsi.

Kwun dan Oh (2007: 92) mengemukakan dalam penelitiannya bahwa dalam keadaan tertentu perhatian konsumen terhadap produk dengan citra merek yang baik, akan mempengaruhi secara positif dan kuat sikap konsumen terhadap


(49)

32 merek. Begitu pula dalam penelitian yang dilakukan oleh Tseng dan Lee (2011: 223) menemukan bahwa semakin positif citra merek maka semakin positif pula pembentukan sikap merek konsumen.

Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pembentukan citra merek suatu produk atau merek dapat mempengaruhi sikap konsumen terhadap merek yang pada akhirnya mempertimbangkan konsumen untuk membeli suatu merek tertentu.

Janonis dan Virvilaite (2007: 79) menyatakan bahwa citra merek berasal dari berbagai elemen identitas merek dimana periklanan adalah salah satu elemen yang sangat penting yang memberitahukan kepada konsumen tentang manfaat suatu produk dan menempatkan suatu produk dalam pikiran konsumen. Berkaitan dengan manfaat yang dberitahukan di dalam iklan, Durianto (2004: 2) menegaskan kembali tentang pentingnya penyampaian manfaat merek yaitu meskipun suatu merek membawa sejumlah atribut, konsumen sebenarnya membeli manfaat (benefit) dari produk tersebut. Sebagai gambaran dari pendapat Durianto tersebut dapat dianalogikan dengan atribut harga pada produk atau merek yang “mahal” cenderung diterjemahkan sebagai manfaat emosional sehingga konsumen merasa dirinya penting dan dihargai oleh orang lain. Maka, Roslina (2010: 334) menyimpulkan bahwa manfaat (benefit) adalah jenis informasi yang dirasakan relevan dan berhubungan dengan dugaan bahwa persepsi citra merek sangat subjektif dan dibentuk berdasarkan interpretasi konsumen.


(50)

33 Janonis dan Virvilaite (2007: 87) serta Roslina (2010: 344) dalam penelitiannya mengemukakan pembentukan citra merek pada umumnya diukur dari tiga dimensi berdasarkan manfaat (benefit) suatu produk atau merek, yaitu:

1. Manfaat fungsional.

Didesain untuk memuaskan kebutuhan konsumen dalam rangka memecahkan masalah yang berhubungan dengan konsumsi.

2. Manfaat simbolis.

Didesain untuk memenuhi keinginan konsumen untuk mempertinggi diri (self enhancement), posisi peran (role position), keanggotaan dalam suatu kelompok (group membership), atau identifikasi ego (ego identification).

3. Manfaat pengalaman.

Didesain untuk memenuhi keinginan konsumen yang berkaitan dengan kesukaan sensori (sensory pleasure), keanekaragaman (variety), dan stimulasi kognitif (cognitive stimulation).

2. Sikap Merek.

Konsep sikap sangat luas dan banyak perbedaan konteks yang menjelaskan tentang ini. Namun, Kotler (2008: 186) mendefinisikan sikap (attitude) sebagai evaluasi dalam waktu yang lama tentang yang disukai atau tidak disukai seseorang, perasaan emosional, dan kecenderungan tindakan terhadap beberapa objek atau ide. Sikap menurut Ahmadi dkk. (2010: 133) merupakan suatu kecendrungan individu untuk berperilaku secara konsisten terhadap objek yang dimaksud. Brakus dkk. (2009: 53) menyatakan sikap adalah evaluasi secara


(51)

34 menyeluruh didasari terhadap keyakinan atau reaksi perasaan yang spontan. Sikap juga didefinisikan suatu keadaan jiwa (mental) dan keadaan pikir (neural) yang dipersiapkan untuk memberikan tanggapan terhadap suatu objek, yang diorganisir melalui pengalaman serta mempengaruhi secara langsung dan atau secara dinamis pada perilaku (Dharmmesta dan Handoko, 2011: 93).

Kotler (2012: 168) menyatakan bahwa sikap menempatkan kita dalam kerangka pemikiran: menyukai atau tidak menyukai suatu objek, bergerak menuju atau beralih darinya, dan sikap menuntun kita untuk berperilaku dalam cara yang cukup konsisten terhadap objek yang sama. Dharmmesta dan Handoko (2011: 94) menambahkan bahwa sikap konsumen berdasarkan kepada pandangan konsumen terhadap produk dan proses belajar baik dari pengalaman ataupun dari yang lain.

Ranjbarian dkk., (2010: 401) menjelaskan bahwa sikap memiliki tiga komponen dasar pembentuk yaitu:

1. Affektive

Berkaitan dengan kesukaan atau perasaan kita terhadap objek. Belch dan Belch (2003: 150) mendifinisikan pula affective kepada tingkat perasaan (menyukai atau tidak menyukai) produk atau merek tertentu. 2. Cognitive

Keyakinan atau kepercayaan yang timbul dari diri kita terhadap suatu objek. Menurut Belch dan Belch (2003: 150) keyakinan meliputi atribut, karakteristik atau manfaat suatu produk atau merek tertentu.


(52)

35 3. Behavioral/Conative

Komponen yang mendorong kita mengambil tindakan terhadap suatu objek. Belch dan Belch (2003: 150) juga mendefinisikan conative atau behavioral sebagai tindakan yang konsumen ambil terhadap produk atau merek tertentu, yang meliputi pembelian, pengadopsian, atau menolak produk atau merek tertentu.

Namun, Barata (2007: 67) mengungkapkan bahwa dalam bidang pemasaran berkaitan dengan konsumen, komponen conative biasanya diungkapkan dengan niat beli konsumen dimana niat beli konsumen lebih dekat kepada perilaku daripada sikap. Dominanto (2008: 69) pun menyatakan bahwa niat membeli merupakan rencana konatif konsumen untuk membeli barang atau merek tertentu. Maka dapat diambil kesimpulan bahwa sikap merupakan elemen pendorong atau sebagai pedoman seseorang terhadap suatu objek atau fenomena yang terjadi di lingkungan sekitar orang tersebut untuk berperilaku terhadap objek atau fenomena yang orang tersebut temukan. Sedangkan komponen kognitif serta perasaan atau afeksi seseorang terhadap sebuah objek, maka inilah yang disebut sikap.

Fungsi sikap menurut Mowen dan Minor (2002: 319) terdiri dari empat fungsi, yaitu:

1. Fungsi utilitarian.

Mengacu pada ide bahwa orang mengekspresikan perasaan untuk memaksimalkan penghargaan demi meminimalkan hukuman yang mereka terima dari orang lain.


(53)

36 2. Fungsi pembelaan.

Melindungi orang dari kebenaran mendasar tentang diri sendiri atau dari kenyataan kekejaman dunia luar.

3. Fungsi pengetahuan.

Sebagai standar yang membantu sesorang untuk memahami dunia mereka.

4. Fungsi nilai–ekspresif.

Mengacu pada bagaimana seseorang mengekspresikan nilai sentral mereka kepada orang lain.

Dalam kaitannya dalam membangun ekuitas merek, pendekatan yang umum dilakukan adalah dengan membangun sikap merek yang positif (Sweldens, 2010: 1). Kwun dan Oh (2007: 84) menyatakan pula bahwa keseluruhan sikap konsumen terhadap merek adalah basis utama pembentukan asosiasi merek yang merupakan konsep inti dari kekuatan suatu merek. Sikap positif konsumen terhadap merek akan memungkinkan konsumen melakukan pembelian sedangkan sikap negatif konsumen terhadap merek akan menghalangi konsumen dalam melakukan pembelian (Rizky dan Pantawis, 2011: 184). Bagitu pula dengan yang dikemukakan oleh Sallam (2011: 64) bahwa sikap terhadap merek memainkan peranan yang penting dalam mempengaruhi niat beli konsumen.

Maka dapat disimpulkan bahwa untuk dapat mengarahkan konsumen melakukan pembelian, basis utama yang harus dilakukan oleh pemasar adalah merubah sikap konsumen agar positif terhadap produk atau merek mereka.


(54)

37 Sikap terhadap merek didefinisikan sebagai proses pengevaluasian merek dengan memperhatikan kemampuan anggapannya untuk memenuhi kebutuhan yang relevan saat ini (Kotler, 2012: 483). Emari dkk. (2012: 5693) mendefinisikan sikap terhadap merek sebagai perasaan yang terbentuk dari pengevaluasian konsumen terhadap suatu merek. Sikap terhadap merek juga didefinisikan sebagai penilaian yang dilakukan konsumen dari evaluasi secara menyeluruh terhadap merek tertentu didasarkan keyakinan terhadap suatu merek, dapat berupa keyakinan terhadap atribut produk (Ranjbarian, 2010: 401). Sedangkan Stinjak dan Tumpal (2005: 173) mendefinisikan sikap merek sebagai evaluasi secara keseluruhan terhadap merek dalam konteks kualitas dan kepuasan terhadap merek. Dari definisi para pakar tentang sikap merek diatas, maka dapat disimpulkan bahwa sikap merek merupakan hasil evalusi konsumen terhadap produk atau merek. Dalam riset konsumen, evaluasi yang dilakukan konsumen dilakukan dengan membandingkan nama merek dengan stimulus yang dapat membangkitkan respon perasaan yang menguntungkan, seperti selebriti endorser, gambar yang menyenangkan, atau musik terkenal (Sweldens, 2010: 2). Hal ini sejalan dengan Suh dan Yi (2006: 147) nyatakan bahwa evaluasi konsumen terhadap merek dilakukan melalui repon kognitif dan afektif konsumen terhadap pesan-pesan yang dibangun produsen. Peran respon kognitif dan afektif konsumen ini dipercaya sebagai konsep umum sikap merek yang mengindikasikan bahwa respon tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kualitas, komunikasi, dan pengalaman terhadap merek tertentu (Ghorban, 2012: 31). Yoo dan MacInnis (2005: 1397) pun menyatakan bahwa sejumlah penelitian telah


(55)

38 mengidentifikasikan bahwa respon kognitif dan afektif dapat memprediksi sikap konsumen terhadap merek.

Maka dapat disimpulkan bahwa untuk memprediksi sikap konsumen terhadap merek dapat ditentukan dengan respon kognitf dan afektif konsumen terhadap produk atau merek tertentu. Respon kognitif ini merupakan kepercayaan konsumen terhadap atribut yang dibawa oleh produk atau merek, dan respon afektif berkaitan dengan perasaan yang timbul terhadap produk atau merek tertentu.

E. Penelitian Terdahulu.

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No Judul Penelitian Peneliti dan Tahun

Penelitian Hasil Penelitian 1. The Influence of

Corporate Credibility on Consumer Attitudes and Purchase Intent.

Goldsmith dkk. (2001)

a. Kredibilitas

perusahaan dan kredibilitas

endorser secara bersama-sama mempengaruhi sikap konsumen terhadap iklan, sikap terhadap merek dan minat membeli.

b. Kredibilitas

endorser memiliki pengaruh yang lebih kuat terhadap sikap konsumen terhadap iklan dibandingkan kredibilitas persuahaan. c. Kredibilitas Perusahaan


(56)

39 memiliki pengaruh yang lebih kuat dalam

pembentukan sikap terhadap merek dibandingkan dengan kredibilitas endorser.

2. Consumer’s Evaluation of Brand Portfolio

Kwun dan Oh (2007) a. Perceived quality, brand awareness, dan brand image memiliki hubungan positif yang kuat terhadap brand attitude.

b. Dari ketiga komponen yang diteliti, brand image merupakan komponen paling

kuat dalam

mempengaruhi brand attitude. 3. Analisis Perbandingan

Penggunaan Celebrity Endorser Dan Typical-Person Endorser Iklan

Televisi Dan

Hubungannya Dengan Brand Image Produk. (2008)

Hapsari (2008) endorser memiliki hubungan yang sedang terhadap brand image akan tetapi celebrity endorser memiliki hubungan yang sedikit

lebih erat

dibandingkan dengan typical-person

endorser. Hal ini terjadi karena penggunaan celebrity endorser lebih sering ditayangkan di televisi dibandingkan dengan typical-person

endorser. 4. Analisis Pengaruh

Selebriti Endorser terhadap Brand Image pada Iklan Produk Kartu Prabayar XL Bebas di

Wiryawan dan

Pratiwi (2009)

Variabel yang paling membedakan persepsi konsumen atau yang

paling besar


(57)

40

Bandar Lampung. Brand Image XL

Bebas adalah

Celebrity

Attractiveness. Hal ini menunjukkan daya tarik selebriti merupakan faktor yang paling membedakan persepsi konsumen atas ketiga grup Brand Image XL Bebas. 5. Celebrity Endorser

Influence on Attitude Toward Advertisement and Brands

Ranjbarian dkk (2010)

a. Selebriti endorser mampu

mempengaruhi sikap konsumen terhadap iklan.

b. Selebriti endorser mampu

mempengaruhi sikap konsumen terhadap merek.

c. Sikap konsumen terhadap iklan mampu

mempengaruhi sikap konsumen terhadap merek

d. Selebriti endorser tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap minat membeli. 6 The Impact of Source

Credibility on Saudi Consumer’s Attitude

toward Print

Advertisement: The Moderating Role of Brand Familiarity.

Sallam (2011) a. Kredibilitas perusahaan memiliki

pengaruh yang signifikan

terhadap sikap terhadap iklan, sikap terhadap merek, dan minat membeli.

b. Kredibilitas endorser memeiliki


(58)

41 pengaruh yang signifikan

terhadap sikap terhadap iklan, sikap terhadap merek, dan minat membeli.

c. Komponen trustworthiness dalam kredibilitas perusahaan

merupakan

komponen yang paling signifikan dalam

mempengaruhi konsumen. d. Komponen

attractiveness dalam kredibilitas endorser

merupakan

komponen yang paling signifikan dalam

mempengaruhi konsumen. 7. How Brand Image,

Congruency Between Celebrity Endorser and Brand, and Brand Attitude can Influence Tweens’ purchase Intention through Peer Conformity.

Tseng dan Lee (2011)

a. Citra merek yang

baik akan

menimbulkan sikap merek yang baik pula.

b. Citra merek mempengaruhi minat membeli melalui sikap merek.

c. Kemiripan

endorser dengan merek

mempengaruhi minat membeli melalui sikap merek.

8. The mediatory impact of brand loyalty and brand

Emari dkk (2012) a. Mengikutsertakan nama perusahaan


(59)

42

image on brand equity. yang kuat pada

produk atau jasa akan

menghasilkan citra yang dimiliki oleh suatu produk atau jasa.

b. Perusahaan harus mengembangkan pembangunan merek secara menyeluruh untuk menghasilkan pengalaman merek kepada pelanggan.

F. Kerangka Pemikiran.

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

Sumber : diolah peneliti Kredibilitas

Perusahaan

X1 X2

Kredibilitas Endorser

X3 X4 X5

Citra Merek Y1 Y2 Y3 Kredibilitas Endorser

Z1 Z2 Z3

Ha1

Ha5 Ha4 Ha3


(60)

43 Gambar 2.1 di atas merupakan kerangka pemikiran dari penelitian ini yang dibangun berdasarkan kajian teori dan penelitian terdahulu yang dianggap relevan sebagai acuan untuk digunakan dalam penelitian ini.

Adapun keterangan-keterangan kerangka pemikiran di atas dijelaskan dalam tabel 2.1 di bawah ini.

Tabel 2.1

Keterangan Gambar Kerangka Pemikiran

Simbol Penjelasan Simbol

X1 Corporate Expertise. X2 Corporate Trustworthiness. X3 Endorser Expertise.

X4 Endorser Trustworthiness. X5 Endorser Likeability. Y1 Manfaat Fungsional. Y2 Manfaat Simbolik. Y3 Manfaat Pengalaman. Z1 Kognitif.

Z2 Afektif.

Ha1 Diduga terdapat pengaruh antara kredibilitas perusahaan terhadap citra merek.

Ha2 Diduga terdapat pengaruh antara kredibilitas endorser terhadap citra merek.

Ha3 Diduga terdapat pengaruh antara kredibilitas perusahaan terhadap sikap merek.

Ha4 Diduga terdapat pengaruh antara citra merek terhadap sikap merek

Ha5 Diduga terdapat pengaruh antara kredibilitas endorser terhadap sikap merek

G. Hipotesis

Hipotesis merupakan dugaan sementara atas suatu hubungan, sebab-akibat dari kinerja variabel yang perlu dibuktikan kebenarannya (Hamid, 2007: 27). Hipotesis juga merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah


(61)

44 penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan (Sugiyono, 2010: 64).

Berdasarkan tinjaun pustaka dan kerangka pemikiran yang telah dikembangkan maka peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut:

H01 : Kredibilitas perusahaan tidak memiliki pengaruh terhadap citra merek. Ha1 : Kredibilitas perusahaan memiliki pengaruh terhadap citra merek. H02 : Kredibilitas endorser tidak memiliki pengaruh terhadap citra merek. Ha2 : Kredibilitas endorser memiliki pengaruh terhadap citra merek.

H03 : Kredibilitas perusahaan tidak memiliki pengaruh langsung terhadap sikap merek.

Ha3 : Kredibilitas perusahaan memiliki pengaruh langsung terhadap sikap merek.

H04 : Citra merek tidak memiliki pengaruh terhadap sikap merek. Ha4 : Citra merek memiliki pengaruh terhadap sikap merek.

H05 : Kredibilitas endorser tidak memiliki pengaruh langsung terhadap sikap merek.


(62)

45 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian.

Penelitian ini termasuk dalam ruang lingkup penelitian Manajemen Pemasaran, bertujuan untuk menganalisis pengaruh kausalitas yang menjelaskan pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen dan pengaruh variabel dependen yang menjadi variabel independen bagi variabel dependen yang lain (variabel intervening ), yaitu Pengaruh Kredibilitas Perusahaan dan Kredibilitas Endorser terhadap Citra Merek dan Sikap Merek.

B. Metode Penentuan Sampel. 1. Populasi

Populasi merupakan kumpulan individu dengan kualitas serta ciri-ciri yang telah ditetapkan (Nazir, 2011: 271). Sedangkan menurut Riduwan dan Kuncoro (2011: 38) populasi adalah keseluruhan dari karakteristik atau unit hasil pengukuran yang menjadi objek penelitian yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian.

Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat yang berdomisili di Kelurahan Desa Segaran, Karawang.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang hanya sebagian dari populasi saja yang diambil dan dipergunakan untuk menentukan sifat serta ciri yang


(63)

46 dikehendaki dari populasi (Nazir, 2011: 271). Sampel juga merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2010: 81). Sampel yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah masyarakat Kelurahan Desa Segaran, Karawang yang pernah menggunakan dan menyaksikan iklan sepeda motor New Honda Blade.

Metode pengumpulan sampel yang digunakan adalah non probability sampling, yakni elemen-elemen populasi tidak mempunyai kesempatan yang sama untuk terpilih menjadi sampel (Indrianto, 1999: 130). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik snowball sampling yakni teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian membesar (Sugiyono, 2010: 85).

Pedoman penentuan jumlah sampel dalam penelitian ini mengacu pada pendapat Ramadiani (2010: 16) yang menyatakan bahwa syarat jumlah sampel minimum dalam penelitian dengan menggunakan metode Structural Equation Modelling (SEM) harus sesuai dengan jumlah variabel yang teramati (observed variable) dengan rumus sebagai berikut:

Jumlah Sampel

Minimum

=

K (K + 1)

2

dalam rumus diatas variabel yang teramati (observed variable) disimbolkan dengan huruf K. Dalam penelitian ini jumlah observed variable yang digunakan sebanyak 16. Maka, jumlah sampel minimum yang harus diperoleh dalam penelitian ini adalah:


(1)

112

Observation number Mahalanobis d-squared p1 p2

130 15,185 ,511 ,086

9 15,163 ,513 ,069

150 14,761 ,542 ,186

108 14,549 ,558 ,258

1 14,481 ,563 ,248

103 14,391 ,570 ,252

29 14,357 ,572 ,223

137 14,336 ,574 ,189

120 14,259 ,579 ,185

Computation of degrees of freedom (Default model)

Number of distinct sample moments: 136 Number of distinct parameters to be estimated: 38 Degrees of freedom (136 - 38): 98

Result (Default model) Minimum was achieved Chi-square = 117,343 Degrees of freedom = 98 Probability level = ,089

Regression Weights: (Group number 1 - Default model)

Estimate S.E. C.R. P Label KP4 <--- Kredibilitas_Perusahaan 1,000

KP3 <--- Kredibilitas_Perusahaan ,928 ,111 8,377 *** par_1 KP2 <--- Kredibilitas_Perusahaan ,954 ,102 9,319 *** par_2 KP1 <--- Kredibilitas_Perusahaan 1,121 ,112 10,001 *** par_3 KE4 <--- Kredibilitas_Endorser 1,000

KE3 <--- Kredibilitas_Endorser ,836 ,118 7,088 *** par_4 KE2 <--- Kredibilitas_Endorser ,877 ,133 6,618 *** par_5 KE1 <--- Kredibilitas_Endorser 1,020 ,099 10,248 *** par_6 CM4 <--- Citra_Merek 1,000

CM3 <--- Citra_Merek 1,017 ,138 7,391 *** par_7 CM2 <--- Citra_Merek 1,096 ,144 7,615 *** par_8 CM1 <--- Citra_Merek 1,187 ,146 8,107 *** par_9 SM4 <--- Sikap_Merek 1,000

SM3 <--- Sikap_Merek ,981 ,104 9,445 *** par_10 SM2 <--- Sikap_Merek 1,017 ,091 11,178 *** par_11 SM1 <--- Sikap_Merek ,901 ,084 10,712 *** par_12


(2)

113 Regression Weights: (Group number 1 - Default model)

Estimate S.E. C.R. P Label Citra_Merek <--- Kredibilitas_Perusahaan ,206 ,074 2,808 ,005 par_17 Citra_Merek <--- Kredibilitas_Endorser ,230 ,077 2,992 ,003 par_18 Sikap_Merek <--- Kredibilitas_Perusahaan ,208 ,078 2,676 ,007 par_14 Sikap_Merek <--- Kredibilitas_Endorser ,053 ,079 ,671 ,502 par_15 Sikap_Merek <--- Citra_Merek ,294 ,112 2,614 ,009 par_16 KE4 <--- Kredibilitas_Endorser 1,000

KE3 <--- Kredibilitas_Endorser ,836 ,118 7,088 *** par_1 KE2 <--- Kredibilitas_Endorser ,877 ,133 6,618 *** par_2 KE1 <--- Kredibilitas_Endorser 1,020 ,099 10,248 *** par_3

CM4 <--- Citra_Merek 1,000

CM3 <--- Citra_Merek 1,017 ,138 7,391 *** par_4

CM2 <--- Citra_Merek 1,096 ,144 7,615 *** par_5

CM1 <--- Citra_Merek 1,187 ,146 8,107 *** par_6

SM1 <--- Sikap_Merek 1,000

SM2 <--- Sikap_Merek 1,129 ,108 10,454 *** par_7

SM3 <--- Sikap_Merek 1,088 ,122 8,953 *** par_8

SM4 <--- Sikap_Merek 1,110 ,104 10,712 *** par_9

KP1 <--- Kredibilitas_Perusahaan 1,000

KP2 <--- Kredibilitas_Perusahaan ,851 ,086 9,843 *** par_10 KP3 <--- Kredibilitas_Perusahaan ,828 ,099 8,355 *** par_11 KP4 <--- Kredibilitas_Perusahaan ,892 ,089 10,001 *** par_12

Standardized Regression Weights: (Group number 1 - Default model) Estimate

KP4 <--- Kredibilitas_Perusahaan ,783 KP3 <--- Kredibilitas_Perusahaan ,673 KP2 <--- Kredibilitas_Perusahaan ,761 KP1 <--- Kredibilitas_Perusahaan ,820 KE4 <--- Kredibilitas_Endorser ,772 KE3 <--- Kredibilitas_Endorser ,644 KE2 <--- Kredibilitas_Endorser ,602 KE1 <--- Kredibilitas_Endorser ,845

CM4 <--- Citra_Merek ,706

CM3 <--- Citra_Merek ,706

CM2 <--- Citra_Merek ,715

CM1 <--- Citra_Merek ,749

SM4 <--- Sikap_Merek ,840

SM3 <--- Sikap_Merek ,702

SM2 <--- Sikap_Merek ,803


(3)

114 Covariances: (Group number 1 - Default model)

Estimate S.E. C.R. P Label Kredibilitas_Perusahaan <--> Kredibilitas_Endorser ,028 ,025 1,121 ,262 par_13 Kredibilitas_Perusahaan <--> Citra_Merek ,062 ,022 2,876 ,004 par_14 Kredibilitas_Perusahaan <--> Sikap_Merek ,084 ,025 3,387 *** par_15 Kredibilitas_Endorser <--> Citra_Merek ,075 ,025 3,021 ,003 par_16 Kredibilitas_Endorser <--> Sikap_Merek ,049 ,027 1,844 ,065 par_17 Citra_Merek <--> Sikap_Merek ,081 ,023 3,513 *** par_18

Correlations: (Group number 1 - Default model)

Estimate Kredibilitas_Perusahaan <--> Kredibilitas_Endorser ,106 Kredibilitas_Perusahaan <--> Citra_Merek ,293 Kredibilitas_Perusahaan <--> Sikap_Merek ,334 Kredibilitas_Endorser <--> Citra_Merek ,318 Kredibilitas_Endorser <--> Sikap_Merek ,175

Citra_Merek <--> Sikap_Merek ,367

Variances: (Group number 1 - Default model)

Estimate S.E. C.R. P Label Kredibilitas_Perusahaan ,240 ,043 5,517 *** par_19 Kredibilitas_Endorser ,296 ,056 5,323 *** par_20

Citra_Merek ,187 ,040 4,670 *** par_21

Sikap_Merek ,263 ,042 6,206 *** par_22

e1 ,151 ,024 6,414 *** par_23

e2 ,250 ,033 7,644 *** par_24

e3 ,159 ,023 6,794 *** par_25

e4 ,147 ,026 5,683 *** par_26

e5 ,201 ,032 6,258 *** par_27

e6 ,292 ,040 7,216 *** par_28

e7 ,402 ,053 7,542 *** par_29

e8 ,124 ,028 4,369 *** par_30

e9 ,188 ,027 6,926 *** par_31


(4)

115

Estimate S.E. C.R. P Label

e11 ,215 ,032 6,811 *** par_33

e12 ,206 ,033 6,241 *** par_34

e13 ,110 ,019 5,719 *** par_35

e14 ,261 ,034 7,692 *** par_36

e15 ,150 ,023 6,543 *** par_37

e16 ,129 ,019 6,663 *** par_38

Squared Multiple Correlations: (Group number 1 - Default model) Estimate

SM1 ,624

SM2 ,644

SM3 ,493

SM4 ,705

CM1 ,562

CM2 ,511

CM3 ,499

CM4 ,499

KE1 ,714

KE2 ,362

KE3 ,415

KE4 ,596

KP1 ,672

KP2 ,579

KP3 ,452

KP4 ,613

Model Fit Summary CMIN

Model NPAR CMIN DF P CMIN/DF

Default model 38 117,343 98 ,089 1,197

Saturated model 136 ,000 0

Independence model 16 1134,605 120 ,000 9,455 RMR, GFI

Model RMR GFI AGFI PGFI

Default model ,027 ,917 ,885 ,661 Saturated model ,000 1,000

Independence model ,120 ,434 ,359 ,383 Baseline Comparisons


(5)

116

Model NFI

Delta1

RFI rho1

IFI Delta2

TLI

rho2 CFI Default model ,897 ,873 ,981 ,977 ,981

Saturated model 1,000 1,000 1,000

Independence model ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 Parsimony-Adjusted Measures

Model PRATIO PNFI PCFI

Default model ,817 ,732 ,801

Saturated model ,000 ,000 ,000 Independence model 1,000 ,000 ,000 NCP

Model NCP LO 90 HI 90

Default model 19,343 ,000 50,704

Saturated model ,000 ,000 ,000

Independence model 1014,605 910,446 1126,204 FMIN

Model FMIN F0 LO 90 HI 90

Default model ,729 ,120 ,000 ,315

Saturated model ,000 ,000 ,000 ,000 Independence model 7,047 6,302 5,655 6,995 RMSEA

Model RMSEA LO 90 HI 90 PCLOSE

Default model ,035 ,000 ,057 ,860

Independence model ,229 ,217 ,241 ,000 AIC

Model AIC BCC BIC CAIC

Default model 193,343 202,315 310,671 348,671 Saturated model 272,000 304,111 691,913 827,913 Independence model 1166,605 1170,382 1216,006 1232,006 ECVI

Model ECVI LO 90 HI 90 MECVI

Default model 1,201 1,081 1,396 1,257 Saturated model 1,689 1,689 1,689 1,889 Independence model 7,246 6,599 7,939 7,269


(6)

117 HOELTER

Model HOELTER

.05

HOELTER .01

Default model 168 184


Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Kredibilitas Endorser Dan Kreatifitas Iklan Terhadap Sikap Merek Serta Implikasinya Terhadap Efektifitas Iklan (Studi Kasus Iklan XL Pada Mahasiswa STIM Pase Langsa – Aceh)

0 56 166

PENGARUH KREDIBILITAS SELEBRITI ENDORSER PADA EKUITAS MEREK : PENGUJIAN KREDIBILITAS MEREK SEBAGAI VARIABEL PEMEDIASI.

0 21 17

PENGARUH KREDIBILITAS SELEBRITI ENDORSER PADA EKUITAS MEREK : PENGARUH KREDIBILITAS SELEBRITI ENDORSER PADA EKUITAS MEREK : PENGUJIAN KREDIBILITAS MEREK SEBAGAI VARIABEL PEMEDIASI.

0 2 14

PENDAHULUAN PENGARUH KREDIBILITAS SELEBRITI ENDORSER PADA EKUITAS MEREK : PENGUJIAN KREDIBILITAS MEREK SEBAGAI VARIABEL PEMEDIASI.

0 2 7

LANDASAN TEORI PENGARUH KREDIBILITAS SELEBRITI ENDORSER PADA EKUITAS MEREK : PENGUJIAN KREDIBILITAS MEREK SEBAGAI VARIABEL PEMEDIASI.

2 16 21

PENUTUP PENGARUH KREDIBILITAS SELEBRITI ENDORSER PADA EKUITAS MEREK : PENGUJIAN KREDIBILITAS MEREK SEBAGAI VARIABEL PEMEDIASI.

0 2 67

PENGARUH KREDIBILITAS PERUSAHAAN DAN KREDIBILITAS ENDORSER TERHADAP SIKAP DAN MINAT BELI PENGARUH KREDIBILITAS PERUSAHAAN DAN KREDIBILITAS ENDORSER TERHADAP SIKAP DAN MINAT BELI (Studi Eksplanatif terhadap Iklan Yamaha Vega ZR Versi Slank di Televisi di

0 3 11

Analisis Pengaruh Kredibilitas Selebriti Endorser dan Kredibilitas Merek terhadap Loyalitas Merek.

0 0 18

Analisis Pengaruh Kredibilitas Endorser Dan Kreatifitas Iklan Terhadap Sikap Merek Serta Implikasinya Terhadap Efektifitas Iklan (Studi Kasus Iklan XL Pada Mahasiswa STIM Pase Langsa – Aceh)

0 0 32

ANALISIS PENGARUH KREDIBILITAS ENDORSER DAN KREATIFITAS IKLAN TERHADAP SIKAP MEREK SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP EFEKTIFITAS IKLAN (STUDI KASUS IKLAN XL PADA MAHASISWA STIM PASE LANGSA – ACEH) TESIS

0 0 16