Pengaruh media untuk induksi kalus embriogenik

17 4 HASIL 4.1 Teknik Sterilisasi Eksplan Matoa Hasil pengujian teknik sterilisasi yang dilakukan terhadap eksplan matoa yaitu berupa pucuk, daun, embrio dan endosperma disajikan pada Gambar 4, 5, 6, dan 7. Penampakan pengaruh teknik sterilisasi terhadap eksplan baik yang steril maupun yang terkontaminasi tersaji pada Gambar 8. Gambar 4 Respon eksplan pucuk matoa 3 MST terhadap perlakuan sterilisasi. 1 : bakterisida 0.2 g100 mL + fungisida 0.2 g100 mL dengan perendaman 5 menit; 2 : bakterisida 0.2 g100 mL + fungisida 0.2 g100 mL dengan perendaman 10 menit; 3 : bakterisida 0.4g100mL + fungisida 0.4 g100 mL dengan perendaman 5 menit; 4 : bakterisida 0.4 g100 mL + fungisida 0.4 g100 mL dengan perendaman 10 menit Gambar 4 menunjukkan bahwa pada komposisi bahan sterilisasi bakterisida dan fungisida masing-masing 0.4 g100 mL dengan lama perendaman 5 menit memberikan eksplan pucuk matoa tertinggi yaitu 80 dibandingkan dengan komposisi perlakuan yang lainnya. Perlakuan yang memberikan persentase kontaminasi tertinggi yaitu perlakuan bakterisida dan fungisida masing-masing 0.2 g100 mL dengan perendaman 5 menit, serta perlakuan bakterisida dan fungisida masing-masing 0.2 g100 mL dengan perendaman 10 menit yaitu sebesar 30. 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 1 2 3 4 R esp o n ek sp lan Perlakuan sterilisasi Kontaminasi Steril 18 Keempat perlakuan komposisi bahan sterilisasi yang diberikan pada eksplan daun matoa memberikan respon yang sama, yaitu semuanya menghasilkan eksplan steril 100 tanpa ada yang terkontaminasi Gambar 5. Gambar 5 Respon eksplan daun matoa 3 MST terhadap perlakuan sterilisasi. 1 : bakterisida 0.2 g100 mL + fungisida 0.2 g100 mL dengan perendaman 5 menit; 2 : bakterisida 0.2 g100 mL + fungisida 0.2 g100 mL dengan perendaman 10 menit; 3 : bakterisida 0.4 g100 mL + fungisida 0.4 g100 mL dengan perendaman 5 menit; 4 : bakterisida 0.4 g100 mL + fungisida 0.4 g100 mL dengan perendaman 10 menit Gambar 6 menunjukkan bahwa komposisi bahan sterilisasi dan waktu perendaman terbaik terhadap eksplan embrio matoa adalah bakterisida dan fungisida masing-masing 0.4 g100 mL yang direndam selama 5 menit yaitu sebesar 90, dan komposisi yang memberikan persen terendah sebesar 30 yaitu pada komposisi bakterisida dan fungisida masing-masing 0.2 g100 mL dengan lama perendaman 10 menit. Pada komposisi bakterisida dan fungisida masing-masing 0.4 g100 mL dengan lama perendaman 10 menit memberikan respon yang sama baik pada eksplan steril maupun yang terkontaminasi sebesar 50. 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 1 2 3 4 R esp o n ek sp lan Perlakuan sterilisasi Kontaminasi Steril 19 Gambar 6 Respon eksplan embrio matoa 3 MST terhadap perlakuan sterilisasi. 1 : bakterisida 0.2 g100 mL + fungisida 0.2 g100 mL dengan perendaman 5 menit; 2 : bakterisida 0.2 g100 mL + fungisida 0.2 g100 mL dengan perendaman 10 menit; 3 : bakterisida 0.4 g100 mL + fungisida 0.4 g100 mL dengan perendaman 5 menit; 4 : bakterisida 0.4 g100 mL + fungisida 0.4 g100 mL dengan perendaman 10 menit Respon yang diberikan eksplan endosperma pada perlakuan sterilisasi bakterisida dan fungisida disajikan pada Gambar 7. Persentase eksplan steril paling tinggi ditemukan pada komposisi bakterisida dan fungisida masing-masing 0.4 g100 mL yang dikocok selama 5 menit, yaitu sebesar 70, diikuti oleh komposisi konsentrasi 0.2 g100 mL dengan lama pengocokan 10 menit, kemudian komposisi konsentrasi 0.4 g100 mL yang dikocok selama 10 menit, yaitu 50. Respon persentase eksplan steril terendah ditunjukkan oleh komposisi konsentrasi bakterisida dan fungisida masing-masing 0.2 g100 mL yang dikocok selama 5 menit, yaitu 40. 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 1 2 3 4 R esp o n ek sp lan Perlakuan sterilisasi Kontaminasi Steril 20 Gambar 7 Respon eksplan endosperma matoa terhadap perlakuan sterilisasi. 1 : bakterisida 0.2 g100 mL + fungisida 0.2 g100 mL dengan perendaman 5 menit; 2 : bakterisida 0.2 g100 mL + fungisida 0.2 g100 mL dengan perendaman 10 menit; 3 : bakterisida 0.4 g100 mL + fungisida 0.4 g100 mL dengan perendaman 5 menit; 4 : bakterisida 0.4 g100 mL + fungisida 0.4 g100 mL dengan perendaman 10 menit Gambar 8 Penampakan eksplan yang diberi perlakuan sterilisasi: A. pucuk steril; B. daun steril; C. embrio steril; D. endosperma steril; E. embrio kontaminasi cendawan; F. endosperma kontaminasi cendawan; G. pucuk kontaminasi bakteri 20 40 60 80 100 1 2 3 4 R esp o n ek sp lan Perlakuan sterilisasi Kontaminasi Steril E F G C D A B 21

4.2 Komposisi Media Organogenesis Eksplan Matoa

Eksplan matoa yang dicobakan untuk pembentukan organ yaitu eksplan pucuk dan eksplan embrio. Pada eksplan pucuk tidak memberikan respon pembentukan organ, baik akar maupun tunas pada semua komposisi media yang diperkaya dengan zat pengatur tumbuh. Namun pada perlakuan komposisi media dengan zat pengatur tumbuh NAA 1 ppm dan Kinetin 1.5 ppm eksplan pucuk memberikan respon terbentuknya kalus Gambar 4.6. Respon dari eksplan embrio berupa waktu munculnya akar dan daun yang dikulturkan pada keempat perlakuan komposisi media yang diperkaya zat pengatur tumbuh disajikan pada Tabel 2 dan 3 serta Gambar 10. Penampakan eksplan embrio dapat terlihat pada Gambar 11. Tabel 2 Pengaruh media perlakuan terhadap waktu munculnya akar pada eksplan embrio Perlakuan Ulangan Waktu munculnya akar HST Media MS0 10 5.0d Media MS + NAA 0.5 ppm + Kinetin 1 ppm 10 7.0b Media MS + NAA 1 ppm + Kinetin 1.5 ppm 10 6.0c Media MS + NAA 1.5 ppm + Kinetin 2 ppm 10 8.0a Media MS + NAA 2 ppm + Kinetin 2.5 ppm 10 6.8b Angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan pengaruh yang tidak berbeda nyata berdasarkan uji lanjut Duncan pada tingkat kesalahan 5. Tabel 2 menunjukkan hasil analisis sidik ragam pada kelima perlakuan yang dicobakan terhadap waktu munculnya akar. Ada tiga perlakuan media yang berpengaruh nyata terhadap waktu munculnya akar pada eksplan embrio yang dikulturkan, yaitu kontrol, perlakuan media MS yang diperkaya dengan NAA 1 ppm dan Kinetin 1.5 ppm dan media MS dengan NAA 1.5 ppm dan Kinetin 2 ppm. Perlakuan media MS yang diperkaya dengan NAA 0.5 ppm dan Kinetin 1 ppm dan media MS dengan NAA 2 ppm dan Kinetin 2.5 ppm tidak memberikan pengaruh nyata terhadap waktu terbentuknya akar. Komposisi media MS yang tidak diperkaya dengan zat pengatur tumbuh kontrol merupakan perlakuan yang memberikan waktu munculnya akar paling cepat, yaitu 5 HST. Eksplan embrio yang memiliki waktu munculnya akar paling lambat, yaitu 8 HST adalah media MS yang diperkaya dengan NAA 2 ppm dan Kinetin 2.5 ppm. 22 Gambar 9 Penampakan eksplan pucuk pada komposisi media organogenesis: A. Eksplan pucuk yang stabil; B dan C eksplan pucuk pada media perlakuan MS yang diperkaya dengan zat pengatur tumbuh NAA 1 ppm dan Kinetin 1,5 ppm Tabel 3 Pengaruh media perlakuan terhadap waktu munculnya daun pada eksplan embrio Perlakuan Ulangan Waktu munculnya daun HST Media MS0 10 14.0d Media MS + NAA 0.5 ppm + Kinetin 1 ppm 10 18.3b Media MS + NAA 1 ppm + Kinetin 1.5 ppm 10 17.0c Media MS + NAA 1.5 ppm + Kinetin 2 ppm 10 20.0a Media MS + NAA 2 ppm + Kinetin 2.5 ppm 10 19.5a Angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan pengaruh yang tidak berbeda nyata berdasarkan uji lanjut Duncan pada tingkat kesalahan 5. Respon eksplan embrio yang dikulturkan pada ke-5 jenis perlakuan komposisi media MS yang diperkaya dengan zat pengatur tumbuh terhadap waktu munculnya daun berbeda nyata dan bervariasi. Media MS yang tidak diperkaya zat pengatur tumbuh merupakan media yang paling cepat memunculkan daun, yaitu 14 HST, diikuti oleh media MS yang diperkaya dengan NAA 1.5 ppm dan Kinetin 2 ppm yang daunnya muncul pada hari ke-17 setelah tanam. Waktu munculnya daun terlama, yaitu 20 HST, terdapat pada media MS yang diperkaya NAA 1.5 ppm dan Kinetin 2 ppm Tabel 3. Kalus A B C

Dokumen yang terkait

Pengaruh Teknik Aplikasi Zat Pengatur Tumbuh dan Umur Pindah Tanam Bibit TSS (True Shallot Seeds) terhadap Pertumbuhan dan Hasil Bawang Merah (Allium ascaloicum L.)

6 85 199

Pengaruh Berbagai Level Zat Pengatur Tumbuh Dekamon 22,43 L Dan Pupuk Kandang Domba Terhadap Produksi Dan Pertumbuhan Legum Stylo (Stylosanthes Gractlis)

0 34 66

Pengaruh Pemberian Zat Pengatur Tumbuh Hydrasil Dan Pupuk Nitrophoska Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Semangka (Citrullus Vulgaris Schard)

0 41 71

Pengaruh Pemberian Pupuk Stadya Daun Dan Zat Pengatur Tumbuh Atonik 6,5 L Terhadap Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma Cacao L.)

0 41 96

Pengaruh Berbagai Level Zat Pengatur Tumbuh Dekamon 22,43 L dan Pupuk Kandang Domba Terhadap Kualitas Legum Stylo (Stylosanthes gracilis)

1 56 64

Pengarah campuran media tanam dan zat pengatur tumbuh Giberellin terhadap pertumbuhan bibit mengkudu (Morinda citrifolia L.)

0 27 84

Pengaruh Konsentrasi Zat Pengatur Tumbuh Atonik dan Dosis Pupuk Urea terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jahe Muda (Zingiber officinale Rosc.)

4 51 92

Komposisi Media Pembibitan tl-m Zat Pengatur Tumbuh Dekamon 22,43 L Mempengaruhi Pertumbuhan Bibit Enten Tanaman Durian (Durio zibhethinus M u n*) Dibawah Naungan Tanaman Pepaya.

0 61 50

Komposisi zat pengatur tumbuh untuk organogenesis dan induksi Kalus Pometia coriaceae secara In Vitro

1 5 101

INDUKSI KALUS MANGGIS (GARCINIA MANGOSTANA L.) DARI SUMBER EKSPLAN DAUN DENGAN PEMBERIAN ZAT PENGATUR TUMBUH SECARA IN VITRO.

13 46 22