Kerangka Pemikiran TINJAUAN PUSTAKA

xlix LPS melakukan penyelesaian Bank Gagal yang tidak berdampak sistemik atau yang berdampak sistemik setelah LPP atau Komite Koordinasi menyerahkan penyelesaiannya kepada LPS. Komite Koordinasi adalah komite yang beranggotakan Menteri Keuangan, LPP, Bank Indonesia dan LPS yang memutuskan kebijakan penyelesaian dan penanganan suatu Bank Gagal yang berdampak sistemik. Pengertian sistemik adalah apabila kegagalan bank akan berdampak luar biasa baik dalam penarikan dana maupun terhadap kelancaran dan kelangsungan roda perekonomian. Kriteria dampak sistemik atau tidak sistemik dapat dinilai dari besar kecilnya modal usaha bank, banyak sedikitnya jumlah nasabah bank, luas sempitnya jangkauan kegiatan usaha bank dan lain sebagainya. Penyelesaian atau penanganan Bank Gagal dilakukan oleh LPS dengan cara sebagai berikut: a. Penyelesaian Bank Gagal yang tidak berdampak sistemik dilakukan dengan melakukan penyelamatan atau tidak melakukan penyelamatan terhadap Bank Gagal dimaksud. b. Penanganan Bank Gagal yang berdampak sistemik dilakukan dengan melakukan penyelamatan yang mengikutsertakan pemegang saham lama atau tanpa mengikutsertakan pemegang saham lama. Ketika tindakan penyelamatan yang dilakukan LPS tidak berhasil, maka dilakukanlah tindakan likuidasi. Tindakan likuidasi ini ada 2 dua macam yakni likuidasi Bank Gagal oleh LPS dan likuidasi bank oleh Pemegang Saham.

B. Kerangka Pemikiran

UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN BANK NASABAH BANK SEHAT BANK GAGAL NASABAH DEBITUR NASABAH PENYIMPAN DANA l Keterangan : Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan Undang-Undang LPS menjadi dasar pembentukan Lembaga Penjamin Simpanan LPS. Tujuan pendirian LPS adalah untuk melindungi nasabah penyimpan, sehingga nasabah penyimpan masih mempercayakan dananya untuk disimpan di bank. Karena hubungan bank dengan nasabah adalah hubungan kepercayaan. IZIN USAHA BANK DICABUT DILIKUIDASI TINDAKAN PENYELAMATAN BERHASIL TIDAK BERHASIL TIDAK DAPAT DIADAKAN PENYELAMATAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NASABAH PENYIMPAN DANA SEBELUM UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan. 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang- Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan 3. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1999 tentang BPPN 4. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 1999 tentang Pencabutan Ijin Usaha, Pembubaran dan Likuidasi Bank 5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang- Undang Nomor 23 Tahun 1998 tentang Bank Indonesia 6. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN Menjamin simpanan nasabah penyimpan sampai dengan Rp. 100 juta Turut aktif dalam memelihara sistem perbankan sesuai dengan kewenangannya li Kegiatan perbankan harus selalu dinilai kesehatannya agar tetap prima dalam melayani nasabahnya. Ketika oleh Lembaga Pengawas Perbankan LPP, sebelum LPP terbentuk kewenangannya di tangan Bank Indonesia, suatu bank dinilai sehat maka bank tersebut tetap dapat melanjutkan kegiatan perbankan. Tetapi apabila suatu bank mengalami kesulitan yang membahayakan kelangsungan usahanya atau dapat membahayakan sistem perbankan serta tindakan penyelamatan yang dilakukan LPP tidak berhasil, maka akan dinyatakan tidak sehat atau menjadi bank gagal. LPP atau Komite Koordinasi selanjutnya menyerahkan penyelesaiannya kepada LPS. Apabila bank gagal tersebut oleh LPS dinyatakan tidak dapat diambil tindakan penyelamatannya atau tindakan penyelamatan oleh LPS tidak dapat menyelamatkan bank gagal, maka langkah yang ditempuh adalah dengan mencabut ijin usahamelikuidasi bank tersebut. Ketika suatu bank dilikuidasi nasabah penyimpan dana harus berusaha keras agar simpanannya dalam bank yang dilikuidasi tersebut dapat ditarik kembali. Dalam hal ini bagaimanakah undang-undang sebelum Undang- Undang LPS dan Undang-Undang LPS memberikan perlindungan hukumnya terhadap nasabah penyimpan dana ketika terjadi likuidasi terhadap suatu bank. Apakah fungsi LPS sebagai lembaga yang melaksanakan sistem penjaminan simpanan nasabah sampai dengan Rp. 100 juta dan turut aktif dalam memelihara sistem perbankan sesuai dengan kewenangannya telah mampu memberikan suatu perlindungan hukum kepada nasabah penyimpan dana di Indonesia?

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN