Elemen – Elemen penting Dalam VE Perkembangan Value Engineering Di Indonesia

17 VE membantu untuk mengisolasi dan fokus pada teknologi dan standar baru dimana biaya tinggi dan nilai jelek mungkin terjadi. Setiap alasan untuk nilai jelek ini menyediakan sebuah kesempatan untuk memperbaiki keputusan yang dibuat dan sebuah area dimana upaya value engineering adalah tindakan yang tepat.

2.4.5. Elemen – Elemen penting Dalam VE

Elemen-elemen VE ini digunakan untuk membantu dalam analisis VE, elemen ini terdiri dari : 1. Pemilihan komponen proyek untuk studi VE 2. Pembiayaan untuk nilai 3. Pemodelan biaya 4. Pendekaan fungsional 5. Teknik sistem analisa fungsi Functional Analysis System Technique – FAST 6. Rencana kerja VE 7. Kreativitas 8. Penentuan dan pembiayaan program VE 9. Kedinamisan manusia, dan 10. Pengaturan hubungan antara pemilik, perancang dan konsultan VE Setiap elemen tersebut diatas harus digunakan dalam studi VE untuk sebuah proyek. Universitas Sumatera Utara 18

2.4.6. Perkembangan Value Engineering Di Indonesia

Value engineering VE mulai diperkenalkan di Indonesia pada tahun 1986 oleh bapak DR. Ir. Suriana Chandra melaui seminar-seminar diberbagai kota. Pada tahun itu juga, metode ini digunakan pada Proyek Pembangunan Jalan Layang Cawang. Selanjutnya pada tahun 1987, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Bappenas, Departemen Keuangan, dan Direktorat Jenderal Cipta Karya mengajukan pemakaian VE di Indonesia untuk seluruh pembangunan rumah dinas dan gedung negara di atas satu milyar rupiah. Periode sejak berikutnya tahun 1990-an sampai awal tahun 2003, perkembangan VE di Indonesia tidak banyak diketahui. Jika ditinjau dari regulasi yang dikeluarkan oleh pemerintah terkait dengan konstruksi pada periode tersebut adalah sebagai berikut: 1. Undang-Undang Perumahan Dan Pemukiman Nomor 24 tahun 1992; 2. Undang-Undang Jasa Konstruksi Nomor 18 tahun 1999; 3. Undang-Undang Tentang Bangunan Gedung Nomor 28 tahun 2002; 4. Peraturan Pemerintah Nomor 28, 29, 30 tahun 2000; 5. Keputusan Menteri Kepmen Pemukiman dan Prasarana Wilayah Kimpraswi Nomor 332KPTSM2002 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Gedung Negara. Maka tampaknya anjuran Bappenas tahun 1987 untuk menerapkan value engineering pada pembangunan rumah dinas dan gedung negara, tidak dilanjuti dengan penyusunan regulasi yang lebih tinggi tingkatan hukumnya, karena tidak ada satu klausaul pada regulasi periode tersebut yang menyinggung mengenai Universitas Sumatera Utara 19 penerapan VE. Bbeberapa praktisi memperkirakan bahwa perkembangan VE pada periode ini telah terhenti. Pada periode berikutnya mulai tahun 2003 sejak dikeluarkannya Kepres 80 tentang Pedoman Pengadaan Barang dan Jasa Instansi Pemerintah sampai awal tahun 2007, VE di Indonesia masih belum menunjukkan tanda-tanda perkembangan yang berarti. Pada periode ini kewajiban menerapkan Kepres 80 dianggap menghambat perkembangan penerapan VE khususnya pada proyek- proyek yang dibiayai oleh pemerintah. Kepres 80, disatu sisi menyatakan bahwa pihak-pihak yang terkait dengan pelaksanaan penyediaan jasa dan barang harus menghindari terjadinya pemborosan dan kebocoran keuangan, disisi lain tidak menyediakan ruang bagi penyedia untuk berkreasi mengupayakan penghematan dengan metode-metode dan inovasi-inovasi baru yang lebih baik. Value engineering yang dalam aplikasinya memerlukan keleluasaan untuk berkreasi dan inovasi terhadap desain awal seringkali tidak terakomodasi atau tidak dipahami oleh owner panitian pengadaan dan aparat penegak hukum. Keterlambatan pemahaman aparat penegak hukum terkait dengan pelaksanaan konstruksi menyebabkan mereka berpegang pada aturan-aturan kaku yang sebenarnya masih harus disempurnakan. Hal ini menyebabkan value engineering masih jarang digunakan di Indonesia.

2.4.7. Value Engineering Pada Rancang Bangun Konstruksi