1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Al- Qur’an adalah kitab suci umat Islam yang diturunkan oleh Allah
Swt. untuk seluruh umat manusia. Al-Qur ’an diturunkan di tengah-tengah
bangsa Arab yang pada waktu itu kebanyakan masih buta huruf. Meskipun begitu, mereka mempunyai satu keistimewaan yaitu ingatan yang sangat kuat.
Kenyataan kondisi bangsa Arab yang demikian, maka Nabi Muhammad Saw. memerintahkan suatu cara yang selaras dengan keadaan itu dalam menyiarkan
dan memelihara al-Qur ’an. Beliau memerintahkan bangsa Arab untuk
menghafal ayat-ayat al-Qur ’an setiap kali diturunkan serta memerintahkan para
ahli untuk menuliskannya. Dengan cara demikian, al-Qur ’an dapat senantiasa
dipelihara di masa Nabi Muhammad Saw.
1
Artinya: “Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf
seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat- Nya kepada mereka, menyucikan mereka, dan mengajarkan
mereka kitab dan Hikmah As-Sunnah. Dan Sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata
”
QS. Al- Jum’ah: 2
2
1
Manna’ Al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an, diterjemahkan oleh Aunur Rafiq El-Mazni
Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2013, cet. VIII, hlm. 139
2
Departemen Agama RI, Al- Qur’an dan Terjemahannya Special for Women, Jakarta:
Syamil, 2009, hlm. 2
Usaha-usaha untuk menghafal al- Qur’an oleh sebagian umat Islam terus
berlanjut dan hal ini merupakan salah satu upaya untuk menjaga dan memelihara kemurnian al-
Qur’an. Meskipun dalam salah satu ayat al-Qur’an Allah menegaskan dan memberikan jaminan tentang kesucian dan kemurnian
al- Qur’an selama-lamanya, namun, secara operasional menjadi tugas dan
kewajiban umat Islam untuk selalu menjaga dan memeliharanya, salah satunya adalah dengan menghafalkannya. Dengan demikian, menjaga dan memelihara
al- Qur’an merupakan kewajiban yang utama bagi setiap mukmin, demikian
juga mengajarkannya. Sebagaimana telah disebutkan di dalam suatu hadis:
Artinya: “Sebaik-baik dari kamu sekalian adalah orang yang mempelajari al-
Qur’an dan mengajarkannya” HR. Bukhari
1
Mengajarkan al- Qur’an hendaknya dimulai sejak dini sebab masa
kanak-kanak adalah masa awal perkembangan manusia sehingga nilai-nilai yang terkandung di dalam al-
Qur’an akan tertanam kuat dalam dirinya serta akan menjadi tuntunan dan pedoman hidupnya di dunia ini. Selain itu,
pembelajaran al- Qur’an yang dimulai sejak dini akan lebih mudah karena
pikiran anak-anak masih bersih dan ingatan mereka masih kuat. Sebagaimana telah disebutkan dalam peribahasa Arab:
1
Muhammad Nashiruddin al-Bani, Ringkasan Shahih Bukhari, Jakarta Selatan: Pustaka Azzam, 2013, jilid 4, cet. II, hlm. 736
Artinya : “Belajarlah sungguh-sungguh di waktu kecil dan amalkanlah di
waktu besar”
1
Salah satu pembelajaran al- Qur’an yang dimulai sejak dini adalah
tahfizul qur’an, yaitu proses mempelajari al-Qur’an dengan cara menghafalkan
ayat-ayat al- Qur’an. Semakin sering anak-anak menghafal al-Qur’an,
diharapkan akan semakin terasah konsentrasi mereka sehingga menghasilkan daya ingat yang sangat kuat dan memudahkan mereka dalam menghafal dan
memahami berbagai macam ilmu. Hamdan
Hamud al-Hajiri menyatakan dalam bukunya “Agar Anak
Mudah Menghafal Al- Qur’an” bahwa salah seorang pejabat di Departemen
Pendidikan Saudi Arabia mengadakan penelitian dan menyebutkan bahwa tingkat kemampuan siswa halakah al-Qur
’an jauh lebih unggul dibanding yang lain. Penyebab keunggulan tersebut adalah karena mereka menghafalkan al-
Qur’an. Sebagian besar siswa tahfizul qur’an menonjol dalam bidang spesialis ilmu seperti kedokteran dan akuntansi laporan penelitian diambil dari kaset
dokumentasi berjudul “Wa Laqod Yassarnal Qur’aana Lidz-dzikri” yayasan
Asjaa’.
2
Selain menghafal al- Qur’an, salat tahajud adalah salah satu
pembiasaan yang perlu dilakukan oleh setiap orang tua kepada anak-anaknya guna membentuk kepribadian anak agar menjadi insan yang bertakwa dan
mendapatkan kabar gembira berupa surga.
1
Kuliyatul Mu’alimin al-Islamiyah, Mahfudzat, Sukoharjo: tnp, tt., hlm. 6
2
Hamdan Hamud al-Hajiri, Agar Anak Mudah Menghafal Al- Qur’an, Jakarta: Darus
Sunnah, 2014, cet. III, hlm. 29-30
Terdapat sebuah pujian dari Allah kepada manusia yang bangun malam dan melaksanakan salat tahajud berupa janji masuk surga, yang
disabdakan Nabi Muhammad Saw. dan diriwayatkan oleh ‘Abdullah bin Salam
ra.:
Artinya: “Wahai manusia, sebarkanlah salam, sedekahkanlah makanan,
sambunglah tali silaturahmi, dan dirikanlah ketika orang-orang tertidur, niscaya kalian masuk surga dengan selamat
.” HR. Tirmidzi, dia berkata hadis ini sahih
1
Disyariatkannya salat malam dalam Islam memiliki hikmah yang besar dibaliknya. Salat malam memiliki keutamaan yang sangat luar biasa bagi
seorang muslim. Dalam sebuah hadis, Nabi Saw. bersabda yang artinya: “Laksanakanlah salat malam, karena salat malam itu merupakan kebiasaan
orang-orang saleh sebelum kalian, merupakan qurbah mendekatkan diri kepada Rabb kalian, merupakan ampunan dari kesalahan-kesalahan dan
pencegah dari dosa ”. HR. Tirmidzi
2
Usaha melaksanakan salat malam bagi banyak orang Islam merupakan usaha yang tidak mudah. Karena sesuatu yang bernilai tinggi selalu
membutuhkan usaha keras mendapatkannya.
3
1
Sa’ad ‘Ali bin Wahf Al-Qahthani, Tahajud Seperti Nabi, Diterjemahkan oleh Saiful
Aziz Klaten: Inas Media, 2008, hlm. 21-22
2
Syaifuddin an-Nahrawi, Keajaiban Shalat Malam, Yogyakarta: Jenius Publisher, 2012, hlm. 22
3
Ibid., hlm. 24-25
Melihat fenomena itu, lembaga pendidikan Madrasah Tsanawiyah MTs. Islam Ngruki di Pondok Pesantren Al-Mukmin dan MTs. PPMI
Assalaam di Pondok Pesantren Modern Islam Assalaam di kabupaten Sukoharjo berupaya memberlakukan kurikulum yang komperehensif, yaitu
dengan mengintegrasikan kurikulum pendidikan nasional dan kurikulum pesantren, yang bertujuan mencetak lulusan yang berhasil dalam aspek
akademik maupun non akademik. Dengan demikian, alumni dari lembaga pendidikan MTs. Islam Ngruki dan MTs. PPMI Assalaam Sukoharjo akan
diperhitungkan di masyarakat. Pembiasaan kemandirian dalam mengelola diri santri, sikap toleransi,
saling menghargai satu dengan yang lain, tanggung jawab, disiplin dengan satu konsep dan tujuan yang sama dalam mempelajari, memahami, dan
mengamalkan dienul Islam secara kaffah. Itu semua merupakan suatu aturan yang sudah diberlakukan di Pondok Pesantren Islam Al-Mukmin dan PPMI
Assalaam Sukoharjo yang menggunakan sistem asrama boarding. Sekolah berasrama dikenal dengan boarding school. Seperti yang sudah
ada dan dikenal misalnya, sistem boarding school di Madrasah Tsanawiyah MTs. Islam Ngruki Sukoharjo, Madrasah Tsanawiyah MTs. PPMI
Assalaam, boarding school di Daarun Najah Jakarta, atau di Pesantren Tahfiz Daarul
Qur’an Tangerang sendiri berkonsep boarding school. Konsep sekolah ini
mengintegrasikan dengan
nilai-nilai keagamaan
Islam, maka
dikenal Islamic Boarding School. Sebagai contoh, Madrasah Tsanawiyah MTs. Islam Ngruki dan MTs. PPMI Assalaam Sukoharjo dengan sistem
asramanya, ustazustazahnya telah berhasil mendidik santrinya menjadi manusia berilmu dan berakhlak karimah.
Upaya yang dilakukan oleh dua lembaga pendidikan tersebut untuk menghasilkan peserta didik yang berakhlak karimah adalah dengan
mempekerjakan ustazustazah yang berkompeten dalam bidangnya. Pengajar materi umum adalah lulusan dari berbagai perguruan tinggi yang mengajar
sesuai dengan bidangnya masing-masing. Pengajar materi kepesantrenan beberapa di antaranya adalah lulusan luar negeri, tetapi ada juga pengajar dua
lembaga tersebut lulusan sederajat SLTA.
1
Bertambahnya minat masyarakat menitipkan anaknya ke pesantren atau sekolah berkonsep boarding karena buruknya pergaulan para remaja di luar
pesantren, sehingga orang tua lebih memilih memasukkan anaknya ke dalam pesantren, terlebih pesantren yang berlabel atau mempunyai keunggulan
tahfizul q ur’an.
2
Program tahfiz adalah salah satu keunggulan yang dimunculkan Pondok Pesantren Islam Al-Mukmin Ngruki dan Pondok Pesantren Modern Islam
Assalaam di kabupaten Sukoharjo yang memfokuskan santriwati kelompok tahfiz untuk menghafal al-
Qur’an, baik di tingkat SLTP maupun SLTA. Semua santriwati kelompok tahfiz menginap dalam satu kamar atau santriwati yang
1
Wawancara dengan ustaz Triyatno bagian kurikulum MTs. PPMI Assalaam pada tanggal 7 Agustus 2014 di kantor administrasi
2
Direktur Pondok Pesantren Islam Al-Mukmin KH. Wahyudin dalam kajian jum’at, 27
Maret 2015 di Aula Darul Hikmah Pondok Pesantren Islam Al-Mukmin Ngruki
mengikuti kelompok tahfiz memiliki kamar khusus untuk tinggal setelah kembali dari sekolah.
1
Peraturan atau tata tertib yang berlaku sedikit berbeda dengan santriwati yang tidak tinggal di kamar kelompok tahfiz. Bagian Tahfiz di Pondok
Pesantren Al-Mukmin Ngruki memberikan jadwal setoran wajib pagi hari dari pukul 05.30 sampai 06.30, dan sore hari pukul 16.00-17.00. Selain itu,
dianjurkan bagi mereka melaksanakan salat tahajud setiap malam. Pondok Pesantren Modern Islam Assalaam memiliki waktu setoran yang sama. Sistem
pendidikan seperti ini diharapkan membuat setiap santriwati mampu belajar mandiri, memiliki kompetensi yang berbeda dengan santriwati lain terutama
kemampuan mereka dalam menghafalkan al- Qur’an hingga 30 juz.
2
Berdasarkan observasi awal yang penulis lakukan, ditemukan bahwa santriwati di Pondok Pesantren Islam Al-Mukmin Ngruki kelompok tahfiz
dibimbing oleh empat hafizhah dibantu beberapa ustazah yang masih proses menghafal al-
Qur’an. Setiap ustazah membimbing 8 sampai 10 santriwati. Sementara di Pondok Pesantren Modern Islam Assalaam terdapat 3
pembimbing tahfiz. Setiap ustazah membimbing santriwati sebanyak 20 dengan perbandingan 1:20. Padatnya jadwal menghafal al-
Qur’an bagi santriwati di pondok tidak lantas menelantarkan kegiatan-kegiatan mereka.
Bahkan, akan semakin cemerlang dan menjadi semakin mudah dari sebelumnya. Hal ini berlaku juga terhadap prestasi belajar mata pelajaran
1
Wawancara dengan ustazah Widad penanggung jawab tahfiz Pondok Pesantren Islam Al-Mukmin dan Assalaam Sukoharjo pada tanggal 7 Agustus 2014
2
Wawancara dengan ustazah Nur Latifah penanggung jawab tahfiz Pondok Pesantren Islam Al-Mukmin dan Assalaam Sukoharjo pada tanggal 7 Agustus 2014.
Qur’an Hadis. Tidak menutup kemungkinan, tingkat intensitas salat tahajud lebih banyak, dan perilaku yang lebih baik dibanding dengan santriwati yang
tidak mengikuti kelompok tahfiz al- Qur’an.
1
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, penulis tertarik untuk meneliti bagaimana pengaruh hafalan al-
Qur’an dan intensitas salat tahajud terhadap prestasi belajar mata pelajaran
Qur’an Hadis di MTs. Islam Ngruki dan MTs. Pondok Pesantren Modern Islam PPMI Assalaam. Peneliti
mengambil sampel santriwati tiga puluh dua dari kelas VIII MTs. Islam Ngruki dan delapan dari kelas VIII MTs. PPMI Assalaam semester gasal tahun
pelajaran 20142015.
B. Rumusan Masalah