Hubungan Beribadah Anak Dirumah Terhadap Hasil Belajar Akidah Akhlak Di Mts. Qotrun Nada Depok

HUBUNGAN BERIBADAH ANAK DIRUMAH
TERHADAP HASIL BELAJAR AKIDAH AKHLAK DI
MTs. QOTRUN NADA DEPOK
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam

Oleh
Syahril Aziz
109011000170

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2013

ABSTRAK
SYAHRIL AZIZ (109011000170), “Hubungan Beribadah Siswa di Rumah
Terhadap Hasil Belajar Akidah Akhlak di MTs. Qotrun Nada Depok”.

Kata Kunci: Beribadah Siswa di Rumah, Hasil Belajar Akidah Akhlak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kebiasaan belajar
terhadap hasil belajar Siswa dalam pembelajaran Akidah Akhlak, seberapa besar
kontribusi yang diberikan dan apakah dengan adanya kebiasaan beribadah ini
hasil belajar Siswa menjadi lebih optimal.
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dengan
menggunakan metode penelitian korelasi. Yaitu dengan melakukan teknik
pengumpulan data dan analisis data meliputi: observasi, soal angket. Obyek
penelitian disini ialah siswa kelas VIII di MTs. Qotrun Nada.
Dengan menggunakan teknik pengumpulan data observasi, soal angket, dan
setelah melakukan analisis data dapat disimpulkan bahwa kebiasaan beribadah
hasil belajar Siswa dalam pembelajaran akidah akhlak di MTs. Qotrun Nada
Depok yakni hasil belajar siswa meningkat dari sebelumnya meskipun masih ada
beberapa Siswa yang hasil belajarnya masih rendah.

iii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Puji dan syukur tiada terhingga penulis sampaikan kehadirat Ilahi Rabbi Allah
SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Shalawat dan salam tak lupa penulis sampaikan kepada baginda Nabi
Muhammad SAW, beserta keluarganya, sahabatnya, dan seluruh pengikutnya
yang telah mengenalkan Islam kepada seluruh umat manusia.
Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa dalam penyelesaian skripsi ini tidak
sedikit mengalami kesulitan, hambatan, dan gangguan baik yang berasal dari
penulis sendiri maupun dari luar. Namun berkat bantuan, motivasi, bimbingan dan
pengarahan dari berbagai pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Oleh karena itu dengan penuh ketulusan hati penulis menyampaikan ucapan
terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Komarudin Hidayat, MA. Selaku Rektor Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dra. Nurlena Rifa’i, Ph.d, MA. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bahrissalim, M.Ag. Selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
4. Drs. Sapiudin Shidiq, M.A. Selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama

Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Drs. Ahmad Ghalib, M.Ag. Dosen Pembimbing Skripsi yang telah
bersedia dengan tulus memberikan bimbingan, petunjuk dan saran kepada
peneliti selama menyelesaikan skripsi ini.
6. Semua Staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

iv

7. Drs. H. Bahruddin Marzuki, sebagai Kepala MTs sekaligus guru bidang
studi Akidah Akhlak MTs, Qotrun Nada beserta staf yang telah membantu
proses penelitian serta memberikan data-data yang diperlukan peneliti.
8. Bapak-bapak dan Ibu-ibu dosen serta seluruh staf Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang
telah dengan sabar dan tekun, rela mentransfer ilmunya kepada penulis
selama penulis menempuh studi di UIN Jakarta ini.
9. Untuk kedua orang tua tercinta yang tiada henti-hentinya mengucurkan
semua pengorbanan baik materi, semangat, dan yang terpenting do’a.
Semoga beliau selalu diberkahkan hidupnya.

10. Untuk yang tersayang Nazliyah Intan Sari yang dengan penuh kasih
sayang selalu memberikan kesadaran pentingnya arti kesungguhsungguhan, Ahmad Fauzi kakak yang membantu secara materil, ibenk,
Abd. Rojak, Muflihah, Uvi Silvia, Siti Maryam teman-teman yang tiada
henti memberikan semangat, dan selalu mendo’akan penulis, sehingga
penulis dapat menyelesaikan studi di UIN Jakarta.
11. Untuk teman-teman PAI E 2009 tercinta, yang selalu mengobarkan api
semangat dalam keputusasaan penulis dan telah memberikan bantuan baik
langsung maupun tidak langsung dengan penuh toleransi ikut serta
memberikan sumbangan yang amat berharga dalam penyelesaian skripsi
ini yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu.
Bagi mereka semua, tiada untaian kata dan ungkapan hati selain ucapan terima
kasih penulis, semoga Allah SWT membalas semua amal baik mereka, dan
akhirnya peneliti berharap skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi peneliti
dan umumnya kepada pembaca.

Jakarta, 24 November 2013

Penulis

v


DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... i
SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH ...................................................... ii
ABSTRAKSI ......................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iv
DAFTAR ISI .......................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ................................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR DAN BAGAN ..................................................................

xi

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xii
BAB I

Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1
B. Pembatasan Masalah ...................................................................
C. Perumusan Masalah ....................................................................
D. Tujuan Penelitian ........................................................................

E.

BAB II

6
6
6
7

Kegunaan Penelitian Penelitian ..................................................

Landasan Teori
A. Beribadah ................................................................................
1. Pengertian Ibadah ...................................................................
2. Tujuan Ibadah .........................................................................
1. Macam-macam Ibadah ...........................................................

8
10
10

11
13
16

2. Waktu-waktu beribadah .........................................................
3. Hikmah beribadah...................................................................

16
16
20
24

vi

B. Hasil Belajar ...........................................................................
1. Pengertian Hasil Belajar .........................................................

26
26
27


2. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar .......................... 27
3. Indikator Prestasi Belajar ........................................................

27
28

C. Pengertian Akidah Akhlak ..........................................................
1. Pengertian Akidah ..................................................................

29
30
32

2. Fungsi dan Peranan Akidah ....................................................
3. Pokok Bahasan Akidah ...........................................................
4. Pengertian Akhlak ..................................................................
5. Ruang Lingkup Akidah Akhlak ..............................................
D. Hasil Penelitian Yang Relevan ...................................................
E. Kerangka Berfikir .......................................................................

F. Hipotesis Penelitian ....................................................................
BAB III

Metodologi Penelitian
A. Tempat dan Waktu Penelitian .....................................................
B. Metode Penelitian .......................................................................
C. Populasi dan Sampel ...................................................................
D. Tekhnik Pengumpulan Data ........................................................

33
33
33
34
35
37

E. Instrumen Penelitian ...................................................................
F.

Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ...........................


vii

39

G. Hipotesis Statistik .......................................................................

BAB IV

Hasil Penelitian
A. Deskripsi Data ............................................................................. 40
B. Uji Instrumen Penelitian dan Uji Prasyarat Analisis ..................
C. Pengujian Persyaratan Analisis dan Pengujian Hipotesis ...........
D. Pembahasan Hasil Penelitian ......................................................
E.

BAB 5

49
51

58
72

Keterbatasan Penelitian ...............................................................

Penutup
A. Kesimpulan .................................................................................
B. Implikasi ......................................................................................

73
74
74

C. Saran ............................................................................................
75

Daftar Pustaka
Lampiran

viii

DAFTAR TABEL
No Tabel

Nama Tabel

Halaman

2.1

Jenis, Indikator, dan Cara Evaluasi Prestasi

25

3.1

Penentuan Sample Siswa

34

4.1

Rekapitulasi Variabel X

41

4.2

Deskripsi Data Kebiasaan Beribadah (Variabel X)

42

4.3

Nilai Rapot Akidah Akhlak kelas VIII

44

4.4

Deskripsi Data Rata-rata Nilai Raport Siswa

46

(Variabel Y)
4.5

Hasil Penskoran Dan Pengumpulan Data Tentang

47

Kebiasaan Beribadah Siswa dan Hasil Belajar
4.6

Hasil Uji Validitas Kuesioner Ibadah Siswa

50

4.7

Hasil Uji Realibilitas menggunakan SPSS 20

51

4.8

Hasil Uji Normalitas Kebiasaan beribadah siswa

52

4.9

Hasil Uji Normalitas Prestasi Belajar Siswa MTs.

52

Qotrun Nada
4.10

Nilai Angket dan Nilai Rata-rata Raport Siswa

53

4.11

Jumlah Variabel X dan Variabel Y

55

4.12

Interpretasi r Product Moment

59

4.13

Memahami penjelasan guru tentang shalat

61

4.14

Mengerjakan shalat dalam sehari 5 waktu

62

4.15

Merasa senang dengan melakukan shalat sunnah

62

ix

tiap hari
4.16

Siswa berusaha mengerjakan shalat tepat pada

63

waktunya
4.17

Menunda-nunda waktu shalat

64

4.18

Mengerjakan shalat tanpa disuruh orang tua

64

4.19

Contoh orang tua untuk mengerjakan shalat tepat

65

waktu
4.20

Memahami penjelasan oleh guru tentang puasa

66

4.21

Mengerjakan puasa pada bulan ramadhan

67

4.22

Mengerjakan puasa selain puasa ramadhan

67

4.23

Kebiasaan untuk mengerjakan puasa senin kamis

68

4.24

Kebiasaan membantu orang tua di rumah

69

4.25

Kebiasaan menolong orang lain

69

4.26

Kebiasaan berfikir posotif terhadap orang lain

70

4.27

Memperhatikan pelajaran yang diberikan kepada

71

guru tentang beribadah

x

DAFTAR GAMBAR DAN BAGAN
Nomor Gambar
Gambar 4.1

Nomor Gambar
Histogram kebiasaan beribadah

Halaman
43

siswa
Gambar 4.2

Histogram Hasil Belajar yang
Diperoleh Siswa

xi

47

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.

Surat Bimbingan Skripsi

Lampiran 2.

Surat Permohonan Penelitian

Lampiran 3.

Surat Telah Melakukan Penelitian

Lampiran 4:

Surat Pernyataan Jurusan

Lampiran 5:

Kuesioner Penelitian

Lampiran 6:

Laporan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII A

Lampiran 7:

Laporan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII B

Lampiran 8:

Laporan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII C

Lampiran 9:

Hasil Perhitungan SPSS 20

Lampiran 10:

Profil Sekolah

Lampiran 11:

Uji Refrensi

xii

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sesungguhnya

Ibadah adalah pengabdian, penyembahan, ketaatan,

merendahkan diri, doa, secara Ibadah berarti perbuatan yang dilakukan oleh
seseorang sebagai usaha menghubungkan dan mendekatkan dirinya kepada Allah
sebagai Tuhan yang disembah. Seperti yang telah di yakini oleh umat Islam
bahwa tidak ada satupun di antara ciptaan Allah hampa dari nilai-nilai kebaikan
atau hikmah.
Namun untuk memperoleh hikmah tersebut, sangat bergantung pada ilmu
pengetahuan manusia yang dimilikinya. Al-quran menggambarkan bahwa dari
Ibadah yang dilakukan akan menimbulkan kemaslahatan, seperti hikmah puasa
adalah agar mencapai derajat taqwa bagi pelakunya. Begitu juga dengan hikmahhikmah Ibadah-ibadah lainnya, secara umum untuk mencapai taqwa agar
memperoleh ridho Allah SWT.
Anak adalah anugrah terindah yang diberikan oleh Allah SWT. Setiap orang
ingin memiliki anak. Dalam kehidupan rumah tangga apabila dalam keluarga kecil
tersebut tidak didapati seorang anak kehidupan rumah tangga tersebut akan sunyi
senyap dan tanpa ada kebahagiaan. Sehingga, anak memiliki peran penting dalam
kehidupan keluarga, baik dalam lingkup bernegara, berbangsa dan beragama.
Anak memiliki fungsi yang sangat besar yaitu sebagai generasi penerus pada
era yang akan datang nantinya, itu salah satunya. Sehubungan dengan hal tersebut
anak harus dilatih, diasuh, dibina dan dididik dengan baik dan benar, agar kelak

1

2

mampu menjadi anak yang soleh atau solehah, berbudi pekerti luhur, dan
mempunyai etika serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi.1
Dan untuk itu masalah kebiasaan menjadi perhatian bagi setiap pembina,
baik dia orang tua maupun unsur pemerintah yang disebut pejabat beserta
jajarannya. Semua pembina mengharapkan agar setiap Siswa mempunyai
kebiasaan, kebiasaan pribadi meningkatkan ketekunan serta memperbesar
kemungkinan Siswa untuk berkreasi dan berprestasi.
Dalam kegiatan sehari-hari mendidik dan mengasuh anak, sering kali
berhadapan dengan berbagai prilaku anak yang tidak sesuai dengan harapan
pendidik. Oleh karena itu, sering timbul dalam pemikiran untuk “membiasakan”
anak. Ada berbagai pandangan di dalam permasalahan kebiasaan, perbedaan
pandangan kebiasaan itu ada yang masih berpijak kepada pandangan lama dan
pandangan baru. Pandangan lama tentang kebiasaan berpendapat bahwa untuk
membiasakan anak pendidik berusaha untuk mencegah perbuatan yang tidak
diinginkan. Sebaliknya, pandangan baru mengenai kebiasaan adalah membantu
anak dalam rasa perasaan dan perbuatan. Sebagaimana yang dikemukakan oleh
Dr. H. Hamzah Ya‟qub didalam bukunya”Etika Islam” bahwa “Orang yang sudah
menerima sesuatu pekerjaan menjadi kebiasaan atau adat dalam dirinya, maka
pekerjaan itu sukar ditinggalkan karena berakar kuat dalam pribadinya”.2
Dengan pola kebiasaan dapat menyadarkan anak bahwa anak harus mengubah
dan mengendalikan segi-segi yang tidak baik dari tingkah lakunya. Dengan
demikian, disiplin yang disodorkan dan dibebankan oleh pendidik, lambat laun
akan tertanam dalam lubuk hati anak.
Sesungguhnya hambatan dalam dunia pendidikan sekarang ini, di antaranya
adalah kesadaran inisiatif Siswa dalam tanggung jawabnya terhadap kebiasaannya
di sekolah. Hal ini memberi perhatian kepada pendidik untuk selalu memberikan
1

Ana Rizki Saputri, Pendidikan untuk anak pre natal dan anak usia dini dengan cara
islami, Jurnal Ilmiah, http://anariezqysaputry.blogspot.com/2012/06/artikel-jurnal-ilmiah.html,
Jum‟at 15 September 2013, 10:55.
2
Hamzah
ya‟qub, Etika Islam pembinaan akhlaqulkarimah, (Bandung: CV.
DIPONEGORO, 1996), cetakan VII, h. 62.

3

keteladanan kepada para Siswanya. Sebagaimana dikemukakan oleh H. Hamzah
Ya‟qub didalam bukunya”Etika Islam” bahwa : “Segala pekerjaan yang berat bagi
orang lain, menjadi mudah bagi seseorang karena sudah terbiasa. Pribahasa
mengungkapkan: “Kalah kepintaran dari kebiasaan” dan “Alah bisa karena
biasa”.3
Dengan demikian kebiasaan yang tertanam dari dalam diri Siswa akan
membawa Siswa menuju kepada perubahaan sikap yang lebih baik, serta
menjadikan Siswa untuk selalu percaya diri dan mempunyai keyakinan yang kuat
akan ajaran agama yang sesungguhnya, sehingga prilaku yang akan nampak
adalah terbinanya kesadaran hidup yang mandiri, penuh rasa tanggung jawab, dan
disiplin dalam tingkah lakunya serta dalam agamanya. Dan sebaliknya, jika Siswa
selalu dihadapkan oleh masalah dalam hidupnya, rasa bimbang dalam beribadah
tidak mustahil akan membuat mereka lalai bahkan ragu dalam beragama. Perasaan
seperti itulah yang akan muncul dalam hasil belajar akidah akhlak Siswa di
sekolah. Sebagaimana dikemukakan oleh Zakiyah Darajat dalam bukunya
”problema Remaja di Indonesia” bahwa: “ Sesungguhnya masalah kepercayaan
adalah persoalan pertama dari agama yang dihadapi para remaja umumnya, karena
masa remaja adalah masa pertarungan antara ragu dan percaya, sehingga remaja
terombang-ambing antara kedua sumbu ini. Maka dia membutuhkan kepercayaan
kepada Allah sebagai penolong moral yang meluruskan kelakuannya”.4
Hasil belajar dimaksudkan terutama dalam hal yang bersifat kognitif yang
meliputi kualitas pengetahuan Siswa dan kuantitas nilai raport. Namun tidak
terlepas dari itu, nilai afektif dan psikimotorik Siswa juga termasuk ruang lingkup
hasil belajar, namun bersifat relatif, tergantung dengan kondisi kejiwaan dan
lingkung sosial Siswa.
Secara objektif hasil belajar adalah adanya perubahan dalam kemampuan dan
tingkah laku, dimana perubahan itu mengarah pada perubahan yang lebih baik.
3

Ibid, h.64
.Zakiyah Dradjat, Problem Remaja di Indonesia, (Jakarta:Bulan Bintang, 1978), cetakan
ketiga, h. 104.
4

4

Jadi Siswa dianggap berhasil dalam pembelajaran agama Islam, manakala hasil
belajarnya menunjukkan kemajuan dalam bentuk nilai dan perubahan sikap.
Ketidak biasaan Siswa beragama akan selalu ada apabila tidak ada peran para
pendidik menjadi teladan bagi kehidupan Siswa. Pendidik mempunyai kewajiban
untuk memerintahkan anak dalam melalukan sholat.
Sebagaimana yang dijelaskan dalam firman Allah QS. At-Tahrim : 6

        
         
   
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu;
penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai
Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu
mengerjakan apa yang diperintahkan”. (Q.S. At-Tahrim : 6)
Dari sumber di atas menerangkan peranan orang tua terhadap anaknya dalam
membiasakan melaksanakan peribadatan maka pendidik berperan dalam
mengarahkan anak untuk kebiasan dalam melaksankan shalat. Karena jika anak
telah dibiasakan dalam shalatnya, maka segala aktivitasnya yang dilakukannya
akan membawa kepada sikap yang teatur dan terarah.
Dan Ibadah tidak terlepas dari pemahaman terhadap pengertian itu sendiri.
Oleh sebab itu Ibadah mencakup semua bentuk cinta dan kerelaan kepada Allah
SWT, baik dalam perkataan dan perbuatan, lahir, batin. Maka yang termasuk ke
dalam hal ini adalah shalat, zakat, puasa, haji, benar dalam berbicara, menjalankan
amanah, berbuat baik kepada orang tua, menghubungkan silaturrahmi, memenuhi
janji, amar ma‟ruf, berbuat baik kepada tetangga, anak yatim, fakir miskin dan ibn

5

sabil, berdoa, berzikir, membaca Al-Qur‟an, ikhlas, sabar, syukur, rela menerima
ketentuan Allah SWT, tawakal, raja, khauf (takut terhadap azab), dan sebagainya.
Lebih khusus lagi Ibadah dapat diklasifikasikan menjadi Ibadah umum dan
Ibadah khusus. Ibadah umum mempunyai ruang lingkup yang sangat luas, yaitu
mencakup segala amal kebajikan yang dilakukan dengan niat ikhlas dan sulit
untuk mengemukakan sistematiknya. Tetapi Ibadah khusus ditentukan oleh
syara‟(nash) bentuk dan caranya. Oleh karena itu dapat di kemukakan
sistematikanya secara garis besar berikut: Shalat, puasa, zakat.
Dan dalam pendidikan keluarga juga beperan penting dapat dilihat bahwa
pengaruh pertama yang diterima oleh seorang anak dalam hidupnya, ialah
pengaruh sosok-sosok yang berada di sekelilingnya. Di lingkungan rumah
mereka, adalah ayah dan keluarganya. Untuk lebih menjelaskan betapa pentingnya
pendidikan keluarga itu bagi tiap-tiap anak yang nantinya akan terjun ke dalam
masyarakat. Di dalam keluarga anak dididik untuk dapat memahami mana yang
baik dan yang buruk dan dari yang tidak tahu menjadi tahu dan membiasakan
perilaku yang baik dan sopan satun.
Dan dalam pendidikan juga

mempunyai alat pendidikan yaitu adalah

pembiasaan, pembiasaan yang dimaksud adalah salah satu alat pendidikan yang
penting, terutama bagi anak-anak yang masih kecil. Anak-anak kecil belum
mengerti apa yang dikatakan baik dan apa yang dikatakan buruk dalam arti susila.
Juga anak kecil belum mempunyai kewajiban-kewajiban yang harus dikerjakan
seperti pada orang dewasa tetapi hak mereka sudah mempunyainya, seperti hak
dipelihara, hak mendapat perlindungan, dan hak mendapat pendidikan. Anak
kecil belum kuat ingatannya, ia lekas melupakan apa yang sudah dan baru terjadi.
Perhatian mereka lekas dan mudah beralih kepada hal-hal yang baru, yang lain,
yang disukainya.
Karena itu sebagai pemulaan pembiasaan merupakan alat pendidikan. Sejak
dilahirkan anak-anak harus dilatih kepada kebiasaan-kebiasaan dan perbuatanperbuatan yang baik, seperti dimandikan dan ditidurkan pada waktu tertentu,

6

diberikan makan dengan teratur, dan sebagainya. Menjadi besar kebiasaankebiasaan yang baik itu harus tetap diberikan dan dilaksanakan, seperti tidur dan
bangun pada waktu yang teratur, demikian pula makan, mandi, bermain-main,
berbicara, belajar, berkerja, dan sebagainya.
Dan banyak hal-hal yang dapat dijadikan contoh misalnya: shalat apabila
anak dibiasakan dari kecil shalat maka ia akan terbiasa melakukannya maka di
sekolah maupun di rumah sudah terbiasa dan secara tidak

langsung dengan

kebiasaan melakukan ibadah anak akan paham pengertian dari ibadah tersebut
seperti shalat ada rukun, syarat dan sebagainya.
Berdasarkan uraian di atas, penulis bermaksud melaksanakan penelitian
dengan

judul



HUBUNGAN

BERIBADAH

SISWA

DI

RUMAH

TERHADAP HASIL BELAJAR AKIDAH AKHLAK DI MTS QOTRUN
NADA DEPOK”

B. Pembatasan Masalah
Untuk mendapatkan masalah secara jelas agar tidak terlalu luas ruang
lingkupnya maka penulis membatasi masalah yang akan dibahas sebagai berikut:
1.

Adakah dampak aktif beribadah di rumah dengan hasil belajar di sekolah
terutama pada mata pelajaran dan aqidah akhlak.

C. Perumusan
Berdasarkan pembatasan diatas, maka masalah yang dapat penulis rumus kan
adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana kebiasaan Ibadah Siswa di rumah ?
2. Bagaimana hasil belajar Siswa pada mata pelajaran akidah akhlak di MTs
Qotrun Nada Depok?
3. Bagaimana hubungan beribadah Siswa di rumah dengan hasil belajar
akidah akhlak di MTs Qotrun Nada?
D. Tujuan Penelitian

7

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang
hubungan beribadah Siswa di rumah terhadap hasil belajar akidah akhlak di Mts
Qotrun Nada. Adapun sasaran yang hendak diperoleh dari penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1.

Untuk mengetahui beribadah Siswa anak di rumah

2.

Untuk mengetahui hasil belajar Siswa pada mata pelajaran aqidah akhlak
di Mts Qotrun Nada.

3.

Untuk mengetahui hubungan antara beribadah Siswa di rumah terhadap
hasil belajar dan akidah akhlak di MTs Qotrun Nada.

E. Kegunaan penelitian
Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan yang berguna:
1.

Untuk memberikan sumbangan pokok-pokok pikiran semaksimal
mungkin sesuai kemampuan penulis dalam rangka meningkatkan mutu
pendidikan Agama di Mts Qotrun Nada khususnya dan di sekolah lain
umumnya.

2.

Untuk memberikan gambaran pentingnya menanamkan beribadah,
terutama bagi pelajar agar hasil belajar mereka mengalami peningkatan.

3.

Sebagai masukan bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian
dalam bidang bidang sama.

BAB II
LANDASAN TEORI
A. Beribadah
1. Pengertian Ibadah
Kata “Ibadah” yang berasal dari bahasa arab telah menjadi bahasa
Melayu yang terpakai dan di pahami secara baik oleh orang-orang yang
menggunakan bahasa Melayu atau Indonesia. Ibadah dalam istilah bahasa
Arab di artikan dengan berbakti, berkhidmat, tunduk, patuh, mengesakan dan
merendahkan diri. Dalam istilah Melayu di artikan: perbuatan untuk
menyatakan bakti kepada Allah yang di dasari ketaatan untuk mengerjakan
perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.5
Ibadah adalah bahasa Arab yang secara etimologi yang berarti taat,
patuh, merendahkan diri dan hina. Kesemua pengertian itu mempunyai makna
yang berdekatan. “Seseorang yang tunduk, patuh, merendahkan diri dan hina
di hadapan yang di sembah di sebut abid (yang beribadah)”.6
Profesor TM Hasbi Ashshidiqi, dalam kitab kuliah Ibadah membagi arti
Ibadah dalam dua arti, arti menurut bahasa dan arti menurut istilah.
a.

Ibadah dari segi bahasa berarti: taat,

menurut, mengikuti dan

sebagainya. Juga Ibadah di gunakan dalam arti doa penggunaan kata
Ibadah dalam arti taat dan sebagainya, tersebut dalam Al-Quran
Surat Yasin Ayat 60

5
6

Amir Syarifuddin, Garis-garis besar fiqih, (Jakarta: prenada media, 2003), h. 17
A. Rahman Ritonga dan Zainuddin, Fiqh Ibadah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997),

h. 1

8

9

             
 
Artinya: “Bukankah aku telah memerintahkan kepadamu Hai Bani Adam
supaya kamu tidak menyembah syaitan? Sesungguhnya syaitan itu adalah
musuh yang nyata bagi kamu", 7 (Q.S. Yasin:60)
b.

Penggunaan Ibadah dalam arti doa ialah tersebut dalam Al-Quran
surat Al-Mu‟min ayat 60

          
   
Artinya: “dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan
Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan
diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam Keadaan hina
dina".8 (Q.S. Al-Mu‟min : 60)
c.

Ibadah menurut istilah ahli tauhid, Ibadah berarti meng-Esakan
Allah, mentakzimkannya dengan sepenuh-penuhnya takzhim serta
menghinakan diri kita dan menundukkan jiwa kepadaNya.

d.

Ahli fiqih mengartikan Ibadah dengan apa yang di kerjakan untuk
mendapatkan keridhaan Allah dan mengharapkan pahala-Nya di
akhirat.

Moh.Rifai berpendapat bahwa Ibadah memiliki dua arti yaitu:
a.

Ibadah dalam arti Ibadah semata-mata ialah ketundukan jiwa
seseorang yang menumbuhkan mengetuk hati nurani, karena cinta

7

Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Quran dan Terjemahnya, (Surabaya: Jaya
Sakti, 1998), hal. 452
8
Ibid, hal. 574

10

kepada

yang

berhak

disembah

dan

berkeyakinan

bahwa

sesungguhnya di alam semesta ini ada penguasa yang tidak dapat di
jangkau oleh akal pikiran manusia, yaitu Allah.
b.

Ibadah dalam arti luas ialah segala macam perbuatan dan ucapan
yang di niatkan karena Allah. Misalnya: membaca bismillah, istigfar,
shalawat, tasbih mengajak orang lain mengaji, berdakwah dan
ucapan-ucapan baik lainnya yang di niatkan karena Allah.

2. Tujuan Ibadah
Ibadah mempunyai tujuan pokok dan tujuan tambahan. Tujuan pokoknya
adalah

mengahadapkan

diri

kepada

Allah

yang

Maha

Esa

dan

mengkonsentrasikan niat kepada-Nya dalam setiap keadaan. Dengan adanya
tujuan seseorang akan mencapai derajat yang tinggi diakhirat. Sedangkan
tujuan tambahan adalah agar terciptanya kemaslahatan diri manusia dan
terwujudnya usaha yang baik. Shalat umpamanya, di syariatkan pada
dasarnya bertujuan untuk menundukkan diri kepada Allah dengan ikhlas,
mengingatkan diri dengan berdzikir.9 Sedangkan tujuan tambahannya antara
lain adalah untuk menghindarkan diri dari perbuatan keji dan munkar,
sebagaimana di pahami dari firman Allah dalam Al-Quran surat 29 ayat 45.

           
            
Artinya: “Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, Yaitu Al kitab (Al
Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari
(perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat
Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang
lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan” .10

9

A. Rahman Ritonga dan Zainuddin, Fiqh Ibadah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997),

h. 9.
10

Departemen Agama Republik Indonesia, op, cit. h. 258

11

Karena manusia di ciptakan oleh Allah bukan untuk sekedar untuk hidup
di dunia ini kemudian mati tanpa pertanggung jawaban, tetapi manusia di
ciptakan oleh Allah hidup di dunia untuk beribadah.11 Hal ini dapat di pahami
dari firman Allah surat Adz-dzariyat ayat 56.

      
Artiinya: “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka mengabdi kepada-Ku”. (Q.S. Adz-dzariyat : 56)
Karena Allah Maha mengetahui tentang kejadian manusia, maka agar
manusia terjaga hidupnya, taqwa, di beri kewajiban Ibadah. Tegasnya
manusia di wajibkan beribadah, agar manusia itu mencapai ketaqwaan.

3. Macam-macam Ibadah
Menurut Ali Anwar Yusuf, M.Si yang berkaitan dengan ulama fiqih itu
membagi menjadi tiga macam yaitu:
a.

Ibadah mahdhah adalah Ibadah yang mengandung hubungan dengan
Allah semata-mata. Ciri-ciri Ibadah ini adalah semua ketentuan dari
aturan pelaksanaannya telah di tetapkan secara rinci melalui
penjelasan-penjelasan Al-Qur‟an atau Sunnah.

b.

Ibadah ghairu mahdhah, yaitu ibadah yang tidak hanya sekadar
menyangkut hubungan dengan Allah, tetapi juga menyangkut
hubungan sesama mahluk, atau di samping hubungan sesama
makhluk tidak terbatas pada hubungan antar manusia, tetapi juga
hubungan manusia dengan lingkungan, seperti dinyatakan dalam AlQur‟an:

“ janganlah kamu sekalian berbuat kerusakan di muka bumi sesudah Allah
memperbaikinya”.( Q. S. Al-A‟raf ayat 56).

11

Zakiah Daradjat dkk, Ilmu Fiqih, (Yogyakarta: PT. Dana wakaf, 1995, cet 1), h. 5

12

c.

Ibadah Dzil- wajhain, yaitu ibadah yang memiliki dua sifat
sekaligus, yaitu ibadah mahdhah dan ibadah ghairu mahdhah
maksudnya

adalah

sebagian

dari

maksud

dan

tujuannya

pensyariatannya dapat diketahui dan sebagian tidak dapat diketahui,
seperti nikah dan adanya‟ iddah dalam talak nikah.12
Dan Zakiah Daradjat berpendapat bahwa macam-macam ibadah
ditentukan dari pembagiannya.
a.

Pembagian ibadah didasarkan pada umum dan khususnya, maka ada
dua macam, yakni ibadah khashah dan ibadah „ammah.
-

Ibadah khashah adalah ibadah yang ketetuannya telah ditetapkan
oleh nash, seperti: shalat, zakat, puasa, haji.

-

Ibadah „ammah ialah semua pertanyaan baik, yang dilakukan
dengan niat yang baik dan semata-mata karena Allah, seperti
makan dan minum, bekerja dan lain sebagainya dengan niat
melaksanakan perbuatan itu untuk menjaga badan jasmaniyah
dalam rangka agar dapat beribadah kepada Allah.13

b.

Pembagian ibadah dari segi hal-hal yang bertalian dengan
pelaksanaannya, dibagi menjadi 3 macam:
-

Ibadah jasmaniyah ruhiyah, seperti shalat dan puasa.

-

Ibadah ruhiyah dan amaliyah, seperti zakat.

-

Ibadah jasmaniyah ruhiyah dan ruhiyah dan amaliyah, seperti
mengerjakan ibadah haji.

c.

Pembagian ibadah dari segi kepentingan perseorangan atau
masyarakat, maka dibagi dua:

d.

12
13

-

Ibadah fardu, seperti shalat dan puasa

-

Ibadah ijtima‟i, seperti zakat dan haji

Pembagian ibadah dari segi dan bentuknya

Ali Anwar Yusuf, Studi Agama Islam, (Bandung:CV Pustaka setia, 2003, cet 1), h. 146.
Zakiah Daradjat, op. cit., h. 3.

13

-

Ibadah yang berupa perkataan atau ucapan lidah seperti
membaca doa, membaca Al-Qur‟an, membaca zikir, membaca
tahmid, dan mendoakan orang bersin.

-

Ibadah yang berupa perbuatan yang tidak ditentukan bentuknya
seperti menolong orang lain, berjihad, membela diri dari
gangguan, takhizul janazah.

-

Ibadah yang berupa perkerjaan yang tertentu bentuknya meliputi
perkataan dan perbuatan seperti, shalat, zakat, puasa, haji.

-

Ibadah yang pelaksanaannya menahan diri seperti, ihram, puasa,
itikaf.

-

Ibadah yang sifatnya mengugurkan hak, seperti membebaskan
hutang, memaafkan hutang yang bersalah.14

Dan jika dilihat dari beberapa bagian ibadah memiliki banyak bagian
yang meliputi rohani dan jasmani dalam beribadah tetapi dari berbagai bagian
hanya sebagian yang dapat dimengarti. Oleh karena itu makna ibadah yang
harus kita pahami karena klo arti dari ibadah dipahami maka sudah mencakup
hal-hal yang bersifat baik.

4. Waktu- waktu beribadah
Menurut sebagian pendapat bahwa apabila ditinjau dari segi sifat, waktu,
keadaan dan hukumnya, ibadah terbagi menjadi 15 bagian yaitu:
a.

Muadda, yaitu ibadah yang dikerjakan dalam waktu yang ditetapkan
syara‟. Ibadah ini disebut dengan ibadah tunai (ada).

b.

Maqdhi, yaitu ibadah yang dikerjakan sesudah keluar waktu yang
ditentukan syara. Ibadah ini bersifat sebagai pengganti yang
tertinggal, baik karena sengaja atau tidak, seperti tertinggal karena
sakit atau sedang dalam perjalanan. Pelaksanaan ibadah ini disebut
dengan qadha.

14

Ibid., h. 4.

14

c.

Mudad, yaitu ibadah yang diulang sekali lagi dalam waktunya untuk
menambah kesempurnaan, misalnya melaksanakan shalat berjamaah
dalam waktu yang ditentukan setelah melaksanakannya secara
sendirian pada waktu yang sama.

d.

Muthlaq, yaitu ibadah yang tidak dikaitkan waktunya oleh syara
dengan sesuatu waktu yang terbatas, seperti membayar kafarat
sebagai hukuman bagi pelanggar sumpah.

e.

Muakkot, yaitu ibadah yang dikaitkan oleh syara‟ dengan waktu
yang tertentu dan terbatas, seperti shalat pada waktu shubuh, dzuhur,
ashar, maghrib, dan isya. Termasuk juga puasa pada bulan
ramadhan.

f.

Muassa‟, yaitu ibadah yang lebih luas waktunya dari yang
diperlukan untuk melaksanakan kewajiban yang dituntut pada waktu
itu, seperti shalat lima waktu. Seorang yang shalat diberikan
kepadanya hak mengerjakan shalatnya diawal waktu, dipertengahan
dan diakhirnya asal selesai dikerjakan sebelum berakhir waktunya.
Dalam jangka waktu itu boleh dikerjakan shalat sunnat.

g.

Mudhayyaq, yaitu ibadah yang waktunya sebanyak atau sepanjang
fardhu yang difardhukan pada waktu itu, seperti puasa. Dalam bulan
ramadhan, hanya dikhusukan untuk puasa wajib dan tidak boleh
dikerjakan puasa yang lain pada waktu itu seperti puasan sunnat,
nadzar dan lain-lain.

h.

Dzusyabhain, yaitu ibadah yang mempunyai persamaan dengan
mudhayyaq dan mempunyai persamaan pula dengan muassa‟, seperti
ibadah haji. Dari segi pelaksanaanya, ibadah haji menyerupai
mudayyaq, karena hanya diwajibkan sekali dalam setahum, dan dari
segi berlanjutan bulan-bulan haji itu menyerupai muassa‟

i.

Muayyam, yaitu ibadah tertentu dituntut oleh syara‟ misalnya Allah
SWT memerintahkan shalat maka mukallaf wajib melaksanakan
shalat yang diperintahkam itu, tidak adalah ibadah lain yang dapat
dipilih sebagai gantinya.

15

j.

Mukhayyar, yaitu ibadah yang boleh dipilih salah satu dari yang
diperintahkan. Seperti, kebolehan memilih antara ber-istinja‟ dengan
air dan ber-istinja dengan batu. Atau memilih kaffarat sumpah yang
terdiri dari memberi makan fakir miskin, memberi pakaian mereka
atau memerdekakan hamba sahaya (QS 5:89)

         
         
             
           
    
“Artinya Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpahmu yang
tidak dimaksud (untuk bersumpah), tetapi Dia menghukum kamu disebabkan
sumpah-sumpah yang kamu sengaja, Maka kaffarat (melanggar) sumpah itu,
ialah memberi Makan sepuluh orang miskin, Yaitu dari makanan yang biasa
kamu berikan kepada keluargamu, atau memberi pakaian kepada mereka
atau memerdekakan seorang budak. barang siapa tidak sanggup melakukan
yang demikian, Maka kaffaratnya puasa selama tiga hari. yang demikian itu
adalah kaffarat sumpah-sumpahmu bila kamu bersumpah (dan kamu
langgar). dan jagalah sumpahmu. Demikianlah Allah menerangkan
kepadamu hukum-hukum-Nya agar kamu bersyukur (kepada-Nya)”.
k.

Muhaddad, yaitu ibadah yang dibatasi kadarnya oleh syara‟, seperti
shalat fardhu dan zakat.

16

l.

Goiru Muhaddad, yaitu ibadah yang tidak dibatasi kadarnya oleh
syara‟, seperti mengeluarkan harta dijalan Allah SWT.

m. Murratab, yaitu ibadah yang harus dikerjakan secara tertib.
n.

Ma yaqbal al-takhyir wa la yaqbal al-taqdim, yaitu ibadah yang
dapat dilambatkan dan tidak dapat didahulukan dari waktunya,
seperti shalat dzuhur, magrib, dan puasa.

o.

Ma yaqbal al-taqdim wa la yaqbal attakhir, yaitu ibadah yang boleh
didahulukan dari waktunya, tetapi tidak boleh ditunda dari
waktunya, seperti shalat ashar dan isya. Shalat ashar bisa
didahulukan waktunya ke waktu dzuhur tetapi tidak boleh
ditakhirkan ke waktu maghrib dan shalat isya bisa pula didahulukan
kewaktu maghrib tetapi tidak bisa ditunda ke waktu shubuh.15

5. Hikmah beribadah
Menurut pendapat Ali Anwar Yusuf

hikmah beribadah adalah akan

melahirkan
a.

Kesadaran bahwa dirinya adalah makhluk ciptaan Allah dan harus
mengabdi dan menyembah hanya kepada- Nya, sehingga ibadah
merupakan tujuan akhir ihidupnya.

b.

Kesadaran bahwa sesudah kehidupan dunia ini ada kehidupan
akhirat sebagai masa untuk mempertanggung jawabkan pelaksanaan
perintah Allah selama menjalani kehidupan di dunia.

c.

Kesadaran bahwa dirinya diciptakan Allah bukan sekedar pelengkap
alam semesta, melainkan justru menjadi sentral alam dan segala
isinya.16

B. Hasil belajar
1. Pengertian Hasil Belajar

15

Rahman Ritonga dan Zainuddin MA, Fiqih Ibadah, (Jakarta, Gaya Media Pratama,
1997, cet 1), h. 15-17.
16
Ali Anwar Yusuf, Studi Agama Islam, (Bandung :CV Pustaka setia, 2003, cet 1), h.152.

17

Pengertian hasil dalam kamus bahasa indonesia kata hasil berarti suatu
yang diadakan ( dibuat, dijadikan, dan sebagai berikut). Oleh usaha maka dari
kata hasil bisa disimpulkan bahwa sesuatu usaha yang telah ada.17
Pengertian belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur
yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang
pendidikan.18 Skinner berpendapat bahwa belajar adalah proses adaptasi yang
berlangsung secara progresif.19
Dan menurut Reber dalam kamusnya, membatasi belajar dengan dua
macam definisi. Pertama, belajar adalah proses memperoleh pengetahuan.
Pengertian ini biasanya lebih sering dipakai dalam pembahasan psikologi
kognitif yang oleh sebagian ahli dipandang kurang representatif karena tidak
mengikut sertakan nonkognitif. Kedua belajar adalah suatu perubahan
kemampuan bereaksi yang relatif langgeng sebagai hasil latihan yang
diperkuat.20
Dan menurut Muhibbinsyah dalam Psikologi pendidikan belajar adalah
kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang fundamental dalam
penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan.21
Dan pengertian secara psikologi belajar adalah suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang
baru secara keseluruhannya, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya.22
Setiap perilaku belajar tersebut selalu ditandai oleh ciri-ciri perubahan
yang spesifik antara lain seperti dikemukakan berikut ini :
17

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional , Kamus Besar Bahasa Indonesia,(
Jakarta: Balai Pustaka, ed. Ke 3 2007), h. 146.
18
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan pendekatan Baru, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 20060, h. 89.
19
Muhibbin Syah, Psikologi belajar, (jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), h. 64.
20
Ibid., h. 66.
21
Muhibbin Syah, op. Cit., h. 87.
22
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang mempengaruhinya,, (Jakarta: PT. Rineka
Cipta, cet ke 4 2003), h. 2.

18

a.

Belajar menyebabkan perubahan pada aspek-aspek kepribadian yang
berfungsi terus menerus, yang berpengaruh pada proses belajar
selanjutnya.

b.

Belajar hanya terjadi melalui pengalaman yang bersifat individual.

c.

Belajar merupakan kegiatan yang bertujuan, yaitu arah yang ingin
dicapai melalui proses belajar.

d.

Belajar menghasilkan perubahan yang menyeluruh, melibatkan
keseluruhan tingkah laku secara integrasi.

e.

Belajar adalah proses interaksi.

f.

Belajar berlangsung dari yang paling sederhana sampai pada
kompleks.23

Dari pembahasan tersebut ditegaskan bahwa ciri khas belajar adalah
perubahan, yaitu belajar menghasilkan perubahan perilaku dalam diri peserta
didik. Belajar menghasilkan perubahan perilaku yang secara relatif tetap
dalam berpikir, merasa dan melakukan pada diri peserta didik. Perubahan
tersebut terjadi sebagai hasil latihan, pengalaman dan pengembangan yang
hasilnya tidak dapat diamati secara langsung.
Dalam

belajar,

terdapat

unsur-unsur

yang

menjadi

indikator

keberlangsungan proses belajar. Setiap ahli pendidikan sesuai dengan aliran
teori belajar yang dianutnya, memberikan aksentuasi tentang hal-hal apa yang
penting dipahami dan dilakukan agar belajar benar-benar belajar.24
Cronbach sebagai penganut aliran behaviorisme menyatakan bahwa ada
tujuh unsur utama dalam proses belajar, yang meliputi :
a.

Tujuan. Belajar dimulai karena adanya tujuan yang ingin dicapai.
tujuan ini muncul karena adanya suatu kebutuhan. perbuatan belajar
atau pengalaman belajar akan efektif bila diarahkan pada tujuan yang
jelas dan bermakna bagi individu.

23

Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Alphabeta, cet ke 8
2010), h. 53.
24
Suryono Haryanto, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: Remaja Osdakarya, cet ke
1), h. 126.

19

b.

Kesiapan. Agar mampu melaksanakan perbuatan belajar dengan
baik, anak perlu memiliki kesiapan, baik fisik, psikis, maupun
kesiapan yang berupa kematangan untuk melakukan sesuatu yang
terkait dengan pengalaman belajar.

c.

Situasi. Kegiatan belajar berlangsung dalam situasi belajar. Adapun
yang dimaksud dengan situasi belajar adalah tempat, lingkungan
sekitar, alat dan bahan yang dipelajari, guru, kepala sekolah, pagawai
administrasi, dan seluruh warga sekolah yang lain

d.

Interpretasi. Di sini anak melakukan interpretasi yaitu melihat
hubungan di antara komponen-komponen situasi belajar, melihat
makna dari hubungan tersebut dan menghubungkannya dengan
kemungkinan pencapaian tujuan.

e.

Respon. Berlandaskan hasil interpretasi tentang kemungkinannya
dalam mencapai tujuan belajar, maka anak membuat respon. respon
ini dapat berupa usaha yang terencana dan sistematis, baik juga
berupa usaha coba-coba, (trial and error)

f.

Konsekuensi. Berupa hasil, dapat hasil positif (keberhasilan) maupun
hasil negatif (kegagalan) sebagai konsekuensi respon yang dipilih
siswa

g.

Reaksi terhadap kegagalan. Kegagalan dapat menurunkan semangat,
motivasi, memperkecil usaha-usaha belajar selanjutnya. Namur,
dapat juga membangkitkan siswa karena dia mau belajar dari
kegagalan.25

Proses pembelajaran tidak selalu efektif dan efisien dan hasil proses
belajar mengajar tidak selalu optimal, karena ada sejumlah hambatan. Karena
itu, guru dalam memberikan materi relajaran hanya yang berguna dan
bermanfaat bagi para siswanya. Materi tersebut disesuaikan dengan
kubutuhan mereka akan pelajaran tersebut. Belajar seperti ini akan lebih
mengutamakan penguasaan ilmu, dan diyakini akan memberi peluang untuk
siswa lebih kreatif dan guru lebih profesional. Dengan demikian
25

Ibid., h. 126.

20

pembelajaran akan lebih membangun kreatifitas siswa untuk menguasai ilmu
pengetahuan.26

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi balajar banyak jenisnya, tetapi dapat
digolongkan menjadi dua golongan saja, yaitu faktor intern dan faktor
ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang
belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu.27
Faktor intern Faktor intern yang ada dalam diri individu terdiri atas faktor
jasmaniah, faktor psikologis dan faktor kelelahan.
a.

Faktor jasmaniah ; terdiri atas faktor kesehatan dan faktor cacat
tubuh. Agar seseorang dapat belajar dengan baik haruslah
mengusahakan kesehatan badannya tetap terjamin dengan cara selalu
mengindahkan

ketentuan-ketentuan

tentang

bekerja,

belajar,

istirahat, tidur, makan, olahraga, rekreasi dan ibadah. Keadaan cacat
tubuh juga mempengaruhi belajar. Siswa yang cacat belajarnya juga
terganggu. Jika hal ini terjadi, hendaknya ia belajar pada lembaga
pendidikan khusus atau diusahakan alat bantu agar dapat
menghindari atau mengurangi pengaruh kecacatannya itu.28
b.

Faktor Psikologis ; sekurang-kurangnya ada tujuh faktor yang
tergolong ke dalam faktor psikologis yang mempengaruhi belajar,
yaitu faktor intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan
dan kesiapan.

26

Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Alphabeta, cet ke 8
2010), h, 58.
27
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang mempengaruhinya, Cet ke 5, Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 2010, hal..54
28
Ibid., h. 55.

21

Intelegensi menurut Wechsler adalah "kecakapan global dari individu
untuk bertindak secara bertujuan, berpikir secara rasional dan berhubungan
dengan lingkungan secara efektif".29
Intelegensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar. Dalam situasi
yang sama, siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih
berhasil daripada yang mempunyai tingkat intelegensi yang rendah.30
Selain intelegensi, hal yang termasuk faktor psikologis yang dapat
mempengaruhi prestasi belajar adalah perhatian. Untuk dapat menjamin hasil
belajar yang baik, maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan
yang dipelajarinya.31
Salah satu usaha untuk membimbing perhatian anak didik yaitu melalui
pemberian rangsangan atau stimuli yang menarik perhatian anak didik.32
Faktor psikologis lainnya adalah minat, yang merupakan kecenderungan
yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan.
“Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus-menerus yang disertai
dengan rasa senang. Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila
bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak
akan belajar dengan sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya”.33
Selain minat, bakat merupakan salah satu faktor psikologis yang dapat
mempengaruhi prestasi belajar siswa. Menurut Hilgard bakat atau aptitude
adalah "the capacity to learn", dengan kata lain bakat adalah kemampuan

29

Hamalik, Oemar, psikologi belajar dan mengajar, (Bandung:Sinar Baru Algensindo,
2002), h. 89.
30
Slameto, op. Cit., h. 56.
31
Ibid., h. 56.
32
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Alphabeta, cet ke 8
2010), h..130.
33
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang mempengaruhinya, (Jakarta: PT. Rineka
Cipta, cet ke 5 2010), h. 57.

22

untuk belajar. Kemampuan itu baru akan terealisasi menjadi kecakapan yang
nyata sesudah belajar atau berlatih.34
Hal lainnya adalah motif yang merupakan daya penggerak/pendorong
yang berasal dari dalam diri seseorang yang menyebabkan orang tersebut mau
melakukan sesuatu. Dalam proses belajar haruslah diperhatikan apa yang
dapat mendorong siswa agar dapat belajar dengan baik atau padanya
mempunyai motif untuk berpikir dan memusatkan perhatian, merencanakan
dan melaksanakan kegiatan yang berhubungan/menunjang belajar.35
Faktor psikologis lainnya adalah kematangan, yaitu suatu tingkat/fase
dalam pertumbuhan seseorang, di mana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk
melaksanakan kecakapan baru. Belajar akan lebih berhasil jika anak sudah
siap (matang). Dan hal terakhir yang termasuk faktor psikologis yang dapat
mempengaruhi hasil atau prestasi belajar adalah kesiapan, yang menurut
jamies Drever adalah kesediaan untuk memberi response atau bereaksi.36
a.

Faktor kelelahan
1.

Faktor ekstern
Faktor ekstern yang berpengaruh terhadap belajar, dapat

dikelompokkan menjadi 3 faktor, yaitu faktor keluarga, faktor
sekolah