HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

30

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Karakteristik sampel penelitian meliputi kadar CA 125 preoperatif, stadium endometriosis, status dismenore, status dispareni, status nyeri pelvik kronis dan status infertilitas. Tabel 4.1. Karakteristik Sampel Penelitian. Jumlah n Persentase Kadar CA 125 Preoperatif Tinggi 14 43.8 Rendah 18 56.3 Stadium Endometriosis Stadium I 3 9.4 Stadium II 3 9.4 Stadium III 12 37.5 Stadium IV 14 43.8 Dismenore Positif 27 84.4 Negatif 5 15.6 Universitas Sumatera Utara 31 Dispareni Positif 10 31.3 Negatif 22 68.8 Nyeri Pelvik Kronis Positif 9 28.1 Negatif 23 71.9 Infertilitas Positif 24 75 Negatif 8 25 Total 32 100 Tabel 4.1 di atas menunjukkan kategorisasi sampel dengan kadar CA 125 preoperatif tinggi dan rendah. Cut point untuk menentukan batas tinggi rendahnya kadar CA 125 preoperatif; tinggi 65 UmL dan rendah ≤ 65 UmL adalah berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Cheng Ya-Min, dkk 2002 yang menyatakan bahwa pasien endometriosis dengan kadar CA 125 preoperatif lebih dari 65 UmL memiliki risiko tinggi untuk mengalami adhesi pelvik berat. 1 Berdasarkan cut point tersebut diketahui bahwa jumlah sampel dengan kadar CA 125 preoperatif tinggi adalah sebanyak 14 orang 43.8, sementara dengan kadar CA 125 rendah sebanyak 18 orang 56.3. Dilihat dari stadium endometriosis, jumlah sampel yang paling besar berada pada stadium IV, yaitu Universitas Sumatera Utara 32 sebanyak 14 orang 43.8, yang kemudian diikuti jumlah sampel dengan stadium III sebanyak 12 orang 37.5, stadium II sejumlah 3 orang 9.4 dan terakhir stadium I sebanyak 3 orang 9.4. Tabel di atas juga menunjukkan ada tidaknya keluhan-keluhan endometriosis berupa dismenore, dispareni, nyeri pelvik kronis dan infertilitas, dengan sebaran sampel sebagai berikut: Sampel dengan dismenore berjumlah 27 orang 84.4, sampel dengan dispareni sejumlah 10 orang 31.3, dengan nyeri pelvik kronis sebanyak 9 orang 28.1, dan dengan infertilitas 24 orang 75. Tabel 4.2. Deskripsi Kadar CA 125 Preoperatif pada Tiap Stadium Endometriosis. Kadar CA 125 Preoperatif Stadium Endometriosis N Range Minimum Maksimum Mean Standar Deviasi Stadium I 3 9.4 15.1 14.6 29.7 22.767 7.6252 Stadium II 3 9.4 168.8 8.7 32.5 20.967 11.9169 Stadium III 12 37.5 86.4 20.3 177.5 66.083 41.6789 Stadium IV 14 43.8 453.3 26.8 480.1 158.993 138.4551 Tabel 4.2 di atas menunjukkan gambaran kadar CA 125 preoperatif pada tiap- tiap stadium endometriosis. Pada stadium I, kadar CA 125 preoperatif memiliki interval antara 14.6 sampai 29.7 UmL dengan nilai mean 22.767 UmL dan standar deviasi 7.6252. Kadar CA 125 preoperatif pada stadium II memiliki interval antara 8.7 sampai 32.5 UmL dengan nilai mean 20.967 UmL dan standar deviasi 11.9169. Kadar CA 125 preoperatif pada stadium III memiliki interval antara 20.3 sampai Universitas Sumatera Utara 33 177.5 UmL dengan nilai mean 66.083 UmL dan standar deviasi 41.6789, serta kadar CA 125 preoperatif pada stadium IV memiliki interval antara 26.8 UmL hingga 480.1 UmL dengan nilai mean 158.993 dan standar deviasi 138.4551. Pada penelitian ini didapatkan kadar CA 125 terendah yaitu 8,7 UmL dan tertinggi yaitu 480,1 UmL. Cheng Ya-Min dkk 2002 di Taiwan meneliti kadar rata-rata serum CA 125 preoperatif pada 685 wanita yang menjalani operasi untuk endometriosis antara Juli 1988 hingga Juni 1999 mendapatkan hasil rata-rata untuk stadium endometriosis I, II, III dan IV berdasarkan American Society of Reproductive Medicine ASRM sebesar 18.8±0.9, 40.3±2,8, 77.1±3.5, dan 182±14.0. 1 Salehpour Saghar dkk 2009 di Iran mendapati kadar rata-rata CA 125 serum preoperatif pada setiap stadium yang dinilai berdasarkan ASRM1997 yaitu stadium I 13,06 ± 5,35 IUmL, stadium II 21,24 ± 11,78, stadium III 40,97 ± 25,46 dan stadium IV 71,72 ± 30,24. 2 Data pada tabel di atas berbeda dengan 2 penelitian sebelumnya dimana mean pada stadium I yang lebih tinggi daripada stadium II. Hal ini bisa terjadi karena beberapa hal, diantaranya jumlah sampel yang sedikit dan tidak sama rata pada setiap stadium dan juga dapat disebabkan lesi endometriosis yang tidak aktif, sehingga meski dijumpai perlengketan yang luas tapi kadar CA 125 yang diperoleh tidak begitu tinggi. Universitas Sumatera Utara 34 HUBUNGAN KADAR CA 125 PREOPERATIF DENGAN STADIUM ENDOMETRIOSIS Tabel 4.3. Hubungan Kadar CA 125 Preoperatif dengan Stadium Endometriosis StadiumEndometriosis Total p I II III IV Kadar CA125 Rendah n 3 3 8 4 18 .015 Expected Count 1.7 1.7 6.8 7.9 18.0 Tinggi n 4 10 14 Expected Count 1.3 1.3 5.3 6.1 14.0 Total n 3 3 12 14 32 Expected Count 3.0 3.0 12.0 14.0 32.0 Fisher’s Exact Test Sig. 2-sided Tabel 4.3 di atas menunjukkan tabel kontingensi cross tabulation antara kadar CA 125 preoperatif dengan stadium endometriosis. Terdapat 4 sel expected count 50 yang memiliki nilai kurang dari 5, dengan nilai minimum expected count sebesar 1.3. Berdasarkan hasil uji statistik dengan Fisher’s Exact Test, diketahui bahwa nilai signifikansi p two tailed sebesar 0.015 p0.05, yang berarti bahwa terdapat hubungan antara kadar CA 125 preoperatif dengan stadium endometriosis. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Cheng Ya-Min, dkk 2002 dan Salehpour Sughar, dkk 2009 yang menyatakan bahwa terdapat Universitas Sumatera Utara 35 hubungan antara kadar CA 125 preoperatif dengan stadium endometriosis secara bermakna. Tabel 4.4. Hubungan Kadar CA 125 Preoperatif dengan Stadium Endometriosis Kelompok Stadium I II dan Kelompok Stadium III IV Stad.Endometriosis Total p I II III IV KadarCA125 Rendah Count 6 12 18 .024 Expected Count 3.4 14.6 18.0 Tinggi Count 14 14 Expected Count 2.6 11.4 14.0 Total Count 6 26 32 Expected Count 6.0 26.0 32.0 Fisher’s Exact Test Sig. 2-sided Pada tabel 4.4 ini kembali dianalisis hubungan antara CA 125 preoperatif dengan stadium endometriosis, dimana stadium dibagi dalam 2 kelompok, yaitu kelompok stadium I II dan kelompok stadium III IV. Kelompok stadium I II adalah kelompok stadium minimal-ringan yang invasi lesi endometriosisnya tidak dalam sehingga memiliki tingkat kesulitan operasi yang rendah, sementara kelompok stadium III IV adalah kelompok sedang-berat yang invasi lesi endometriosisnya dalam sehingga memiliki tingkat kesulitan operasi yang tinggi karena sering dijumpai perlengketan dengan mukosa rektum, kandung kemih dan lain–lain sehingga risiko cedera ataupun perdarahan pada stadium III IV lebih tinggi dibandingkan stadium I II. Universitas Sumatera Utara 36 Berdasarkan hasil uji statistik dengan Fisher’s Exact Test, diketahui bahwa nilai signifikansi p two tailed sebesar 0.024 p0.05, yang berarti bahwa terdapat hubungan antara kadar CA 125 preoperatif dengan stadium endometriosis kelompok stadium I II dan III IV. HUBUNGAN ANTARA KELUHAN ENDOMETRIOSIS DENGAN STADIUM ENDOMETRIOSIS Tabel 4.5. Hubungan Keluhan Endometriosis dengan Stadium Endometriosis Keluhan Endometriosis Stadium Endometriosis Total p I II III IV n n n n n Dismenore ya 3 9.37 2 6.25 11 34.38 11 34.38 27 84.37 0.602 tidak 0 0 1 3.13 1 3.13 3 9.37 5 15.63 Dispareni ya 0 0 0 0 4 12.5 6 18.75 10 31.25 0.438 tidak 3 9.37 3 9.37 8 25 8 25 22 68.75 Nyeri Pelvik kronis ya 0 0 0 0 3 9.37 6 18.75 9 28.12 0.452 tidak 3 9.37 3 9.37 9 28.12 8 25 23 71.87 Infertilitas ya 2 6.25 3 9.37 5 15.63 14 43.75 24 75 0.002 tidak 1 3.12 0 0 7 21.88 8 25 Fisher’s Exact Test Sig. 2-sided Tabel 4.5. di atas menunjukkan hubungan keluhan endometriosis yaitu dismenore, dispareni, nyeri pelvik kronis dan infertilitas terhadap stadium endometriosis. Universitas Sumatera Utara 37 Dismenore dijumpai pada 27 orang 84.37, dimana paling banyak terjadi pada stadium IV yaitu 11 orang 34.38. Namun hubungan antara dismenore dengan stadium endometriosis tersebut tidak bermakna dengan p = 0.602 p0.005. Dispareni dijumpai pada 10 orang 31.25, dimana paling banyak terjadi pada stadium IV yaitu 6 orang 18.75. Namun hubungan antara dispareni dengan stadium endometriosis tersebut tidak bermakna dengan p = 0.438 p0.005. Nyeri pelvik kronis dijumpai pada 9 orang 28.12, dimana paling banyak terjadi pada stadium IV yaitu 6 orang 18.75. Namun hubungan antara nyeri pelvik kronis dengan stadium endometriosis tersebut tidak bermakna dengan p = 0.452 p0.005. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Vercellini dkk 2006 yang melakukan suatu analisis multivariat pada lebih dari 1000 pasien tentang hubungan stadium endometriosis, tipe lesi, karakteristik pasien dan keparahan gejala nyeri pelvik. Dalam penelitian ini, disimpulkan bahwa hubungannya tidak konsisten antara keluhan nyeri dengan stadium endometriosis. 18 Hal ini juga didukung oleh suatu Practice Bulletin yang dikeluarkan oleh The American College of Obstetricians Gynecologist pada tahun 2010, yang menyatakan bahwa sistem ASRM tidak berkorelasi baik terhadap gejala nyeri dan dispareni. 7 Infertilitas dijumpai pada 24 orang 75, dimana paling banyak terjadi pada stadium IV yaitu 14 orang 43,75. Dijumpai hubungan antara infertilitas dengan stadium endometriosis tersebut dengan p = 0.002 p,0,005 Walaupun demikian, hasil diatas masih penuh dengan faktor bias, karena peneliti tidak mengobservasi lebih lanjut apakah infertilitas tersebut murni disebabkan oleh endometriosis atau tidak. Universitas Sumatera Utara 38

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN