PERENCANAAN DAN PENATAAN ZONASI GREEN BELT DALAM MEREDUKSI TINGKAT ABRASI PANTAI SOGE PACITAN

(1)

SKRIPSI

Oleh :

Galuh Wahyuningtyas 20120210109

Program Studi Agroteknologi

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA YOGYAKARTA


(2)

ii

PERENCANAAN DAN PENATAAN ZONASI GREEN BELT DALAM MEREDUKSI TINGKAT ABRASI PANTAI SOGE PACITAN

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Untuk memenuhi sebagian dari persyaratan guna memperoleh Derajat Sarjana Pertanian

Oleh :

Galuh Wahyuningtyas 20120210109

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA YOGYAKARTA


(3)

(4)

iv

MOTTO

Surround yourself with positive people who will support you

when it rains, not just when it shines.

Salah satu bentuk rezeki Allah kepada kita, Dia kelilingi kita

dengan orang-orang yang baik.

Kejar masa depan dengan kesederhanaan, daripada dikejar

hutang karena bermewah-mewahan.

Saya kuat karena masa-masa sulit saya, lebih bijaksana karena

kesalahan saya, dan bahagia karena pengalaman buruk saya.

Jangan bangga dengan apa yang diberikan orang tuamu, tapi

berbanggalah dengan apa yang kamu berikan kepada orang

tuamu.

Jika dulu pemuda berjuang untuk merebut kemerdekaan, maka

sekarang saatnya pemuda harus berjuang untuk menciptakan

kesejahteraan.

Tuhan

memberikan

kesempatan

bukan

karena

Anda

membutuhkannya, tapi karena Anda begitu berharga.

Setiap kegagalan dan kesulitan bukanlah akhir dari segalanya,

tapi itu adalah cara-Nya untuk mendewasakan Anda menjadi

sosok yang luar biasa.

Jangan jadikan rasa lelah sebagai alasan untuk menyerah.

It’s not about how you start, it’s about how you finish

.


(5)

v

mendukung, baik berupa moral maupun material dan selalu mendo’akan saya

hingga saya menyelesaikan studi di jenjang ini.

2. Nova Devid Setiyarsa dan Galih Wicaksono, abang-abang kandungku, terima kasih atas do’a dan dukungannya.

3. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, terima kasih atas ilmu dan pengalaman yang telah diberikan selama ini.

4. Sahabatku, Yuyun Rian Kumalasari dan Devieka Geomalitha Apsyari, terima kasih atas dukungan moral dan do’a - do’anya selama ini.

5. Pipop Yuli Nurcahyono, yang selalu mendukung ketika saya jenuh dan malas. 6. Teman-teman baikku, Linda Kusumastuti, Nadia Dwi Larasati dan Siti Safitri Nafi’ah, terima kasih atas rasa persaudaraan,dukungan dan bantuannya selama ini.

7. Teman – teman Agroteknologi C 2012 yang selalu gotong-royong dan saling memperjuangkan satu sama lain.

8. Pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, terima kasih atas semua bantuan dan kerjasamanya.


(6)

(7)

(8)

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Peta Wilayah Administrasi Kabupaten Pacitan

Lampiran 2. Peta Orietasi Desa Sidomulyo, Kecamatan Ngadirojo, Kabupaten Pacitan

Lampiran 3. Peta dan Potensi Unggulan Kabupaten Pacitan

Lampiran 4. Pergeseran muara dan reduksi luas Pantai Soge pada 20 November 2010 (atas), 13 Februari 2011 (tengah) dan 9 September 2014 (bawah)


(9)

ix

2. Jumlah Desa, Luas Kecamatan, Jumlah Penduduk, Rata-Rata Penduduk Per Desa dan Kepadatan Penduduk Per

km2... 24

3. Banyaknya Curah Hujan Per Bulan Menurut Kecamatan (mm) di Kabupaten Pacitan Tahun 2013... 26

4. Banyaknya Hujan Bulanan, Hujan Harian Maksimum, Hari Hujan dan Rata-Rata Hujan Kabupaten Pacitan Per Bulan Tahun 2013... 27

5. Data Curah, Hari Hujan dan Rata-Rata Hujan Per Bulan Kecamatan Ngadirojo Tahun 2010... 28

6. Data Curah, Hari Hujan dan Rata-Rata Hujan Per Bulan Kecamatan Ngadirojo Tahun 2011... 28

7. Data Curah, Hari Hujan dan Rata-Rata Hujan Per Bulan Kecamatan Ngadirojo Tahun 2012... 29

8. Data Curah, Hari Hujan dan Rata-Rata Hujan Per Bulan Kecamatan Ngadirojo Tahun 2013... 29

9. Data Curah, Hari Hujan dan Rata-Rata Hujan Per Bulan Kecamatan Ngadirojo Tahun 2014... 30

10. Data Curah, Hari Hujan dan Rata-Rata Hujan Per Bulan Kecamatan Ngadirojo Tahun 2015... 30

11. Luas wilayah Desa Sidomulyo menurut penggunaannya... 34

12. Ekonomi masyarakat dilihat dari jumlah kategori penduduk menurut usia... 35

13. Jenis Data Penelitian... 41

14. Laporan Data Penghijauan Tanaman Pohon Mahoni Kanan/Kiri Jalan Provinsi/Nasional di Wilayah Kodim 0801 Pacitan TA. 2014... 57

15. Biodata Responden (Penduduk setempat)... 64

16. Biodata Responden (Pemangku Kebijakan)... 67


(10)

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka Pikir Penelitian... 8

2. Peta Rawan Bencana Provinsi Jawa Timur... 10

3. Terminologi pantai untuk keperluan pengelolaan pantai... 11

4. Terminologi pantai untuk kepentingan pantai... 12

5. Rencana Pola Ruang Wilayah Pesisir dan Pulau – Pulau Kecil Kabupaten Pacitan... 20

6. Struktur Ruang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pacitan... 22

7. Luas Kabupaten Pacitan menurut kecamatan... 31

8. Tiga sektor dominan penyerap tenaga kerja di Kabupaten Pacitan... 33

9. Kenampakan danau yang terbentuk di Pantai Soge... 43

10. Peta Rencana Pola Ruang Pesisir Pantai Soge Pacitan... 49

11. Zonasi Green Belt pesisir Pantai Soge 50 12. Kondisi Eksisting Pantai Soge... 51

13. Perencanaan zonasi green belt Pantai... 52

14. Peletakan wavebreak dan tanaman cemara laut... 52

15. Susunan tanaman cemara laut... 52

16. Perencanaan zonasi green belt.... 53

17. Jembatan penyeberangan... 53

18. Kawat bronjong dan jalan masuk air dari muara ke danau... 53

19. Tata letak kawat bronjong di tepi lahan tanaman kelapa... 54

20. Kondisi fisik Pantai Soge... 55

21. Salah satu tanaman penghijauan diPantai Soge... 56

22. Tanaman cemara laut tumbuh paling subur di Pantai Soge... 56

23. Rencana Pola Ruang Pantai Soge... 59

24. Beton wavebreaker... 73

25. Bronjong kawat untuk mengatasi longsor berkelanjutan... 77

26. Tanaman kelapa yang lambat laun roboh karena gerusan longsor... 77

27. Teknik penanaman tanaman laut dalam base beton... 82


(11)

(12)

ABSTRACT

This research, which title "Planning and Green Belt Zoning in Reducing Abrasion Level at Soge Beach Pacitan" aims to establish a green belt in the coastal zoning Soge Beach Pacitan.

This study was conducted using survey methods were analyzed by spatial and descriptive. The choosen location of research was using purposive method, based on the phenomenon that occurs in the area, namely the displacement of the river estuary in the eastern part of Soge Beach.

Local residents and stakeholders support the planning of green belt zoning. The abrasion of Soge Beach is caused by river estuary displacement is due to the tidal wave of sea water not because the overflow of the Soge river. Green belt zoning plan aimed to keeping the existence of Soge Beach estuary, so it can not moving into westward, enter to the tourism area.

The goal of green belt zoning is to develope the area around of estuary (eastern part). Casuarina (Casuarina equisetifolia) is a recommended plant of green belt zoning which is supported by the application of ring base material with a planting space of 6 meters and optimal care during the growth of plants. On the other hand, wavebreaker material can be applied to support the green belt zoning in the Soge Beach.


(13)

1

Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, secara keseluruhan memiliki garis pantai terpanjang kedua di dunia setelah Kanada, yakni sepanjang ±81.000 km (Sekretariat Kabinet Republik Indonesia, 2014). Garis pantai merupakan batas pertemuan antara bagian laut dan daratan pada saat terjadi air laut pasang tertinggi. Garis pantai ini merupakan 14% dari garis pantai yang ada di seluruh dunia. Adapun luas laut Indonesia mencapai 5,8 juta kilometer persegi atau mendekati 70% dari luas keseluruhan Indonesia (Yayasan Terumbu Karang Indonesia, 2007). Secara geologi, kepulauan Indonesia terbentuk oleh berbagai proses geologi yang sangat kuat sehingga berpengaruh pada pembentukan pantai. Salah satu daerah yang memiliki pantai adalah Kabupaten Pacitan, Jawa Timur yang terletak di sepanjang pesisir pantai selatan.

Pembangunan pariwisata di Kabupaten Pacitan, salah satunya diarahkan kepada pembangunan produk pariwisata yang ditujukan untuk pelestarian sumber daya alam, selain itu juga dijadikan sebagai andalan dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Hal ini wajar terjadi karena Kabupaten Pacitan memiliki banyak tapak alam yang layak dijadikan obyek wisata guna menarik wisatawan lokal maupun asing. Produk obyek wisata dari Kabupaten Pacitan ini bukan hanya berupa goa dan sumber air panas, namun juga berupa pantai. Beberapa obyek wisata yang ada di Kabupaten Pacitan antara lain Pantai Teleng Ria, Pantai Srau, Pantai Klayar, Goa Gong, Goa Tabuhan, Pemandian Air Hangat


(14)

2

dan juga Pantai Soge. Pantai ini merupakan pantai yang sudah lamaada, namun diperbaruidan mulai dikenal oleh wisatawan lokal dari luar daerah sejak dibangunnya Jalur Nasional, yaitu Jalur Lintas Selatan (JLS) Citraagung (Pacitan - Trenggalek - Tulungagung).

Pantai Soge, terletak di Dusun Soge, Desa Sidomulyo, Kecamatan Ngadirojo, Kabupaten Pacitan merupakan salah satu potensi wisata pantai di Pacitan yang berlokasi ±50 km dari Kota Pacitan (lampiran 3). Lanskap Pantai Soge terbentang di kawasan Samudera Hindia, dan memiliki daya tarik besar terhadap wisatawan lokal dari berbagai daerah yang melintasi JLS. Lokasi pantai yang strategis membuat wisatawan mudah untuk menemukan Pantai Soge yang tepat berada di selatan JLS dari arah Kota Pacitan. Keuntungan lain yang diperoleh dari dibangunnya JLS menjadikan Pantai Soge tempat untuk camping. Terlebih lagi dengan dibangunnya jembatan Soge di atas Sungai Soge yang seolah menjadikan kawasan ini sebagai ikon baru wisata kota Pacitan.

Kawasan pantai pada umumnya merupakan kawasan lahan pasiran dengan ciri mempunyai porositas dan suhu udara yang sangat tinggi, akibatnya kehilangan air karena infiltrasi dan evaporasi yang sangat besar. Pantai Soge, merupakan kawasan pantai yang sangat berpotensi untuk mengalami abrasi yang biasa disebut dengan erosi pantai. Kerusakan garis pantai akibat abrasi ini dipacu oleh terganggunya keseimbangan tanah di daerah pantai tersebut. Perubahan bentuk daratan disebabkan oleh keseimbangan yang terjadi antara dua peristiwa, yaitu abrasi dan akresi. Irwani (2011) menyatakan bahwa abrasi adalah pengikisan daratan di wilayah pesisir yang disebabkan oleh terjangan ombak laut, sedangkan


(15)

akresi adalah timbulnya daratan baru di wilayah pesisir yang disebabkan pengendapan lumpur yang dibawa oleh ombak laut. Faktor terjadinya abrasi bukan hanya dari faktor alam, namun juga karena aktivitas manusia di sekitar pesisir, diantaranya perusakan terumbu karang, penebangan mangrove, penambangan pasir pantai dan lain sebagainya. Sedangkan menurut Departemen Pekerjaan Umum (2007), abrasi merupakan pengikisan oleh hantaman gelombang laut yang menyebabkan berkurangnya areal daratan. Penyebab abrasi pantai dapat juga dari aktivitas bulan yang menyebabkan gelombang dan arus laut tertarik gravitasi dari bulan tersebut.

Abrasi tidak terjadi secara seketika, melainkan terjadi dalam waktu yang lama akibat terjangan gelombang yang terus-menerus terjadi. Akibatnya, lambat laun pantai akan menyempit dan semakin mendekati pemukiman yang ada di sekitar. Dampak dari abrasi antara lain adalah penyusutan lebar pantai sehingga lahan penduduk menyempit; hilangnya tempat berkumpulnya ikan-ikan perairan pantai karena terkikisnya hutan bakau atau mangrove; kerusakan infrastruktur di sepanjang pantai, misalnya tiang listrik, dermaga, jembatan, jalan, dan lain-lain. Daerah pantai yang mengalami abrasi sangat sulit untuk dipulihkan kembali. Kerusakan pantai akibat abrasi dapat mengganggu mata pencaharian penduduk di sekitar, terutama yang berpotensi sebagai nelayan. Jika pantai yang mengalami abrasi tersebut tidak segera ditanggulangi, maka akan berakibat kerusakan pantai yang semakin parah.

Akibat adanya abrasi tersebut, maka perlu adanya upaya-upaya pemulihan yang dilakukan untuk pemenuhan berbagai fungsi ekologis, ekonomi dan sosial


(16)

4

budaya yang dapat menjadi penunjang sistem penyangga kehidupan bagi daerah di sekitarnya (Granek dan Ruttenberg, 2008). Oleh karena itu, menurut Kairo et al.(2001) diperlukan komitmen terhadap pemanfaatan berkelanjutan untuk ekosistem tersebut. Keberadaan lahan pantai yang luas dengan kondisi tanah berpasir yang bersifat marjinal dan tandus serta cenderung kritis membutuhkan pengelolaan lahan yang baik, agar lahan pantai dengan luasan yang besar tersebut dapat berperan konservatif kemudian dapat dilanjutkan dengan peran produktifnya. Di sekitar Pantai Soge juga terdapat lahan kosong yang terbilang datar dan potensial untuk lahan budidaya pertanian. Akan tetapi, sebagian besar lahan kosong tersebut hanya digunakan sebagai lahan parkir para pengunjung Pantai Soge yang menurut warga setempat lebih menghasilkan.

Pertumbuhan bangunan yang tidak terkendali juga dapat memberikan pengaruh negatif terhadap penataan ruang kawasan obyek wisata Pantai Soge yang akhirnya merusak potensi vista wisata pantai. Di area pantai (selatan JLS) terdapat bangunan gubuk – gubukwarung milik sebagian warga dan juga pendatang dari luar daerah. Penataan kawasan di daerah tersebut perlu segera dilakukan untuk mengembalikan fungsinya, termasuk didalamnya penentuan zona yang digunakan untuk tujuan penanggulangan bencana maupun kelestarian sumberdaya alam.Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan RI No. 17 Tahun 2008 tentang Kawasan Konservasi di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (WP3K) menjelaskan bahwa sempadan pantai merupakan salah satu kawasan konservasi yang harus dijaga kelestariannya, dilindungi, dan dimanfaatkan secara berkelanjutan. Sempadan pantai adalah daratan sepanjang tepian yang lebarnya


(17)

proporsional dengan bentuk dan koordinasi fisik pantai, minimal 100 (seratus) meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat. Berdasarkan peraturan tersebut, maka kawasan sempadan pantai minimal 100 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat tidak diperbolehkan digunakan untuk peruntukan lain termasuk adanya bangunan. Kebijakan ini akan semakin dipertegas dengan kondisi Pantai Soge yang letak muara Sungai Soge yang mudah berpindah.

Sungai Soge mengalir dari arah utara dan berbatasan langsung dengan daratan yang merupakan pasir tambak. Pasir tambak tersebut terhimpit oleh muara sungai dan air laut. Fenomena perpindahan muara sungai yang acap kali mengubah bentuk daratan tersebut lebih dominan dipengaruhi oleh kekuatan gelombang pasang air laut dan bukan berasal dari limpahan arus Sungai Soge.

Berdasarkan uraian diatas, dibutuhkan identifikasi penyebab abrasi dan kondisi wilayah meliputi kondisi fisik, kimia dan biologi tanah di Pantai Soge.Mengatasi hal ini, maka perlu adanya resolusi mengenai zonasi kawasan yang dapat berupa zonasi sederhana maupun kompleks, tergantung pada kondisi lingkungan setempat. Oleh karena itu, adanya pemikiran tentang perencanaan zonasi green belt dapat diarahkan untuk mereduksi abrasi dan menjaga eksistensi muara Pantai Soge.

B. Perumusan Masalah

Pantai Soge, merupakan kawasan pantai yang sangat berpotensi untuk mengalami abrasi. Dalam hal ini, perlu dipikirkan beberapa solusi yang dapat mereduksi terjadinya abrasi pantai, yaitu dengan menata dan merencanakan zonasi


(18)

6

green belt di sepanjang kawasan titik pasang air laut. Dengan demikian,

permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana upaya perencanaan dan penataan zonasi green belt dalam mereduksi tingkat abrasi Pantai Soge Pacitan?

2. Bagaimana pola tanam yang cocok untuk ditanam sebagai upaya dari zonasi

green belt dalam mereduksi tingkat abrasi Pantai Soge Pacitan?

3. Jenis tanaman apa yang cocok ditanam sebagai upaya dari zonasi green belt dalam mereduksi tingkat abrasi Pantai Soge Pacitan?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk memberikan masukan kepada pihak terkait melalui penataan dan perencanaan zonasi green belt guna mereduksi terjadinya abrasi di Pantai Soge. Dengan demikian, tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Mengidentifikasi penyebab abrasi dan kondisi wilayah meliputi kondisi fisik, kimia dan biologi tanah pada Pantai Soge.

2. Menentukan zonasi perencanaan dan penataan green beltdiPantai Soge Pacitan guna mereduksi tingkat abrasi.

3. Merekomendasikan penataan dengan green belt sebagai upaya untuk mereduksi abrasi Pantai Soge Pacitan.


(19)

D. Manfaat Masukan kepada Pihak Terkait

Manfaat dari penelitian ini yaitu untuk memberikan rekomendasi masukan konsep perencanaan dan penataan zonasi green belt dalam mereduksi tingkat abrasi Pantai Soge kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Pacitan.

E. Batasan Studi

Studi mengenai perencanaan dan penataan zonasi green belt dalam mereduksi tingkat abrasi Pantai Soge Pacitan ini hanya difokuskan pada wilayah pesisir Pantai Soge, Kecamatan Ngadirojo, Kabupaten Pacitan yang rawan terkena abrasi.

F. Kerangka Pikir Penelitian

Penelitian dilaksanakan menggunakan metode survei yang hasilnya dianalisis secara deskriptif. Analisis deskriptif merupakan prosedur pemecahan masalah dengan menggambarkan keadaan subyek atau obyek penelitian berdasarkan fakta-fakta yang didapatkan dan upaya mencari hubungan satu fakta dengan fakta yang lainnya dalam aspek yang diteliti (Hadari Nawawi, 1995).

Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian adalah data primer maupun sekunder yang berhubungan dengan kondisi fisik di kawasan pesisir Pantai Soge, Kabupaten Pacitan, Provinsi Jawa Timur. Data tersebut terdiri dari peta orientasi, peta lokasi, letak geografis, topografi, jenis tanah dan iklim.


(20)

8

Berdasarkan gambar 1, secara garis besar, kondisi fisiografi Kabupaten Pacitan berupa daerah pegunungan berkapur yang potensial sebagai lahan kering. Kabupaten Pacitan memiliki banyak pantai karena terletak pada kawasan Pantai Selatan. Karakteristik Pantai Selatan memiliki gelombang ombak yang besar yang berpotensi mengakibatkan abrasi.Kondisi ini dapat mengancam kawasan Pantai Soge yang hanya memiliki luasan yang tergolong sempit dan memanjang dari barat ke timur.

Menurut Mifta Damai R. (2014), diantara pantai-pantai di Kabupaten Pacitan tersebut, baru 5 pantai saja yang dikelola oleh pemerintah daerah. Salah satu dari pantai tersebut sudah dikelola oleh tiga pilar good governance, yaitu pemerintah, swasta dan masyarakat. Sementara itu, pantai-pantai lain yang memiliki daya tarik tersendiri belum dikelola dengan baik oleh pemerintah.

Kabupaten Pacitan

Perencanaan dan Penataan Zonasi

Green Belt Pantai Soge Desa Sidomulyo, Kecamatan Ngadirojo

Peta Rawan Bencana Kondisi

Eksisting Kondisi

Fisiografi


(21)

Pengelolaan yang dimaksud baik berupa teknologi pencegahan bencanamaupun manajemen pengolahan aset belum sepenuhnya dilakukan terhadap pantai-pantai ini, termasuk Pantai Soge, Desa Sidomulyo, Kecamatan Ngadirojo, Kabupaten Pacitan ini. Tiga pilar good governance yang ada di Pantai Soge belum seimbang karena antara pemerintah dengan masyarakat masih belum terdapat keselarasan. Masyarakat setempat masih sangat gigih dengan pendiriannya untuk mengelola kawasan pariwisata Pantai Soge. Hal ini dikarenakan adanya ketidakadilan pembagian aset antara pemerintah dengan masyarakat. Jika terdapat keselarasan antara pemerintah dengan masyarakat, maka sangat diharapkan untuk dapat memberikan PAD yang optimal, meningkatkan taraf hidup masyarakat dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Beberapa hal tersebut belum dapat tercapai karena strategi pengembangan di kawasan Pantai Soge yang belum optimal.

Berdasarkan gambar peta rawan bencana berikut ini, dapat dikaitkan dengan kondisi fisiografis dan kondisi eksisting Kabupaten Pacitan. Dalam gambar tersebut disebutkan angka 2, 3, 4, 9, 10, 11, 13 dan 16, yang menunjukkan bahwa daerah Kabupaten Pacitan berpotensi terjadi bencana, antara lain, gempa, banjir, longsor, epidemi, badai, kekeringan, tsunami dan kebakaran hutan.


(22)

10

Gambar 2. Peta Rawan Bencana Provinsi Jawa Timur

Salah satu bencana yang rawan terjadi di daerah Kabupaten Pacitan terkait dengan penelitian ini adalah tsunami, karena Pacitan termasuk daerah pesisir pantai selatan Pulau Jawa yang lebih berpotensi untuk terjadi tsunami (gambar 2). Dengan adanya konsep perencanaan dan penataan zonasi green belt yang ini diharapkan mampu menjadi rekomendasi antisipasi dalam mereduksi tingkat abrasi yang terjadi di pantai-pantai Kabupaten Pacitan.

Terjadinya bencana alam di kawasan pantai seperti gelombang pasang dan tsunami tersebut dapat menimbulkan kerugian yang tak terhingga mengharuskan adanya pembangunan hutan pantai yang selama ini terabaikan. Hutan pantai dapat diwujudkan melalui pembangunan jalur hijau pada sempadan pantai yang dapat berfungsi disamping sebagai perlindungan dari ancaman gelombang pasang juga dapat menjadi obyek wisata. Jenis tanaman yang sesuai dan dapat tumbuh di daerah pantai sebaiknyamemiliki kemampuan antara lain dapat menstabilkan lahan pasir di pantai serta tahan terhadap kondisi tanah dan pasir yang marjinal dan salin.


(23)

11

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pesisir Pantai

Pantai merupakan batas antara wilayah daratan dengan wilayah lautan. Daerah daratan merupakan daerah yang terletak di atas dan di bawah permukaan daratan dimulai dari batas garis pasang tertinggi. Sedangkan daerah lautan merupakan daerah yang terletak di atas dan di bawah permukaan laut dimulai dari sisi laut pada garis surut terendah, termasuk dasar laut dan bagian bumi di bawahnya.

Sumber : N. Yuwono, 2005 Gambar 3. Terminologi pantai untuk keperluan pengelolaan pantai

Menurut N. Yuwono (2005) yang dijelaskan dalam gambar 3, daerah pantai atau pesisir adalah suatu daratan beserta perairannya dimana pada daerah tersebut masih dipengaruhi baik oleh aktifitas darat maupun aktifitas laut. Pantai adalah daerah di tepi perairan sebatas antara surut terendah dan pasang tertinggi. Garis pantai adalah garis batas pertemuan antara daratan dan lautan. Daratan


(24)

12

pantai adalah daerah di tepi laut yang masih dipengaruhi oleh aktifitas laut. Perairan pantai adalah perairan yang masih dipengaruhi oleh aktifitas daratan. Sempadan pantai adalah daerah sepanjang pantai yang diperuntukkan bagi pengamanan dan pelestarian pantai.

Sedangkan jika untuk kepentingan rekayasa teknik pantai, Bambang Triatmodjo(1999) mendefinisikan pantai sebagai berikut :

Sumber : Bambang Triadmodjo, 1999 Gambar 4. Terminologi pantai untuk kepentingan pantai

Menurut Bambang Triatmodjo (1999) yang dijelaskan dalam gambar 4,

surf zone adalah daerah yang terbentang antara bagian dalam dari gelombang

pecah sampai batas naik dan turunnya gelombang di pantai. Breaker zone adalah daerah dimana terjadi gelombang pecah. Swash zone adalah daerah yang dibatasi oleh garis batas tertinggi naiknya gelombang dan batas terendah turunnya gelombang di pantai. Offshore adalah daerah gelombang (mulai) pecah sampai ke laut lepas. Foreshore adalah daerah yang terbentang dari garis pantai pada saat surut terendah sampai batas atas uprush pada saat air pasang tertinggi. Inshore


(25)

adalah daerah antara offshore dan foreshore. Backshore adalah daerah yang dibatasi olehforeshore dan garis pantai yang terbentuk pada saat terjadi gelombang badai bersamaan dengan muka air tertinggi. Coast adalah daratan pantai yang masih terpengaruh laut secara langsung, misalnya pengaruh pasang surut, angin laut dan ekosistem pantai (hutan bakau, sand dunes). Coastal area adalah daratan pantai dan perairan pantai sampai kedalaman 100 atau 150 m.

Lahan pasir pantai merupakan lahan marjinal yang memiliki produktivitas rendah. Produktifitas lahan pasir pantai yang rendah disebabkan oleh faktor pembatas yang berupa kemampuan memegang dan menyimpan air rendah, infiltrasi dan evaporasi tinggi, kesuburan dan bahan organik sangat dan efisiensi penggunaan air rendah (Al-Omranet al. 2004). Produktivitas tanah dipengaruhi oleh kandungan C organik, KPK, tekstur dan warna.Tanah pasir dicirikan bertekstur pasir, struktur berbutir, konsistensi lepas, sangat porous, sehingga daya sangga air dan pupuk sangat rendah. Tekstur tanah pasir ini sangat berpengaruh pada status dan distribusi air, sehingga berpengaruh pada sistem perakaran, kedalaman akar (Oliver and Smettem, 2002), hara dan pH (Bulmer and Simpson, 2005). Menurut Abdul Syukur (2005), lahan pasir pantai memiliki kemampuan menyediakan udara yang berlebihan, sehingga mempercepat pengeringan dan oksidasi bahan organik.

Oleh karena itu, studi mengenai perubahan garis pantai sangatlah penting untuk ditingkatkan karena kawasan pantai merupakan kawasan yang banyak menyimpan potensi kekayaan alam yang perlu untuk dipertahankan. Selain itu,


(26)

14

terancam bahaya abrasi akan membuat banyak pihak merasa khawatir akan kehilangan dan kerusakan fasilitas tersebut.

B. Zonasi Green Belt

Faktor-faktor utama yang mempengaruhi terjadinya perubahan garis pantai, antara lain faktor Oseanografi dan antropogenik. Faktor Hidro-Oseanografi terdiri dari gelombang, arus, topografi, meteorologi, kondisi geomorfologi dan pasang surut. Abrasi dan sedimentasi di pantai dipengaruhi akibat adanya pengendapan sedimen yang dibawa oleh air laut. Selain itu, faktor antropogenik yang merupakan proses geomorfologi oleh aktivitas manusia disekitar pantai juga berpengaruh pada perubahan garis pantai.Aktivitas manusia di pantai dapat mengganggu kestabilan lingkungan pantai. Gangguan terhadap lingkungan pantai dapat dibedakan menjadi gangguan yang disengaja dan gangguan yang tidak disengaja.

Penyesuaian bentuk yang sedemikian rupa oleh pantai merupakan respons dinamis alami pantai terhadap laut, sehingga mampu meredam energi gelombang yang datang. Seringkali pertahanan alami pantai tidak dapat menahan serangan aktivitas fisik laut (gelombang, arus dan pasang surut) sehingga pantai dapat terabrasi, namun pantai akan kembali ke bentuk semula oleh pengaruh gelombang normal. Namun ada kalanya pantai yang mengalami abrasi tidak dapat kembali ke bentuk semula karena material pembentuk pantai terbawa arus ke tempat laindan tidak kembali ke tempat semula (Hidayat, 2011).

Zonasi green belt merupakan salah satu upaya yang difokuskan guna melindungi sabuk pantai yang biasanya dilakukan dengan menanam tanaman di


(27)

sepanjang pantai. Fungsi green belt sendiri dimaksudkan sebagai pelindung pantai utamanya untuk menjaga bibir pantai dari terjangan gelombang yang mengakibatkan abrasi.Eksistensi (keberadaan) green belt dapat berfungsi juga secara biologis untuk kelangsungan hidup biota lain.Jenis yang ditanam juga harus diperhatikan agar dapat menyesuaikan dengan kondisi tanah. Setiap jenis mangrove mempunyai perbedaan kepekaan terhadap lingkungan.Tanaman yang sering digunakan untuk zonasi ini adalah Cemara laut (Casuarina equisetifolia L.) dan Pandan (Pandanus tectorius Parkison ex Zucc).

Selain dengan melakukan penanaman tanaman tahan air laut, upaya perencanaan dilakukan dengan cara memasang pemecah gelombang (water break) di sepanjang titik pasang tertinggi garis pantai. Pemecah gelombang dibangun sebagai salah satu bentuk perlindungan pantai terhadap abrasi dengan menyerap energi gelombang sebelum sampai ke pantai, sehingga terjadi endapan di belakang bangunan. Endapan ini dapat menghalangi laju sedimen sepanjang pantai. Pemecah gelombang terdiri dari dua jenis, yaitu pemecah gelombang lepas pantaidan pemecah gelombang sejajar garis pantai, tergantung dengan panjang pantai yang dilindungi. Zona lepas pantai adalah bagian pantai yang terletak di luar zona gelombang pecah (breaker zone). Berikut ini adalah beberapa bentuk beton pemecah ombak yang dapat digunakan sebagai pembatas deburan air laut di sepanjang garis pantai.

Dalam perencanaan zonasi green belt ini perlu mengetahui beberapa faktor lingkungan, yaitu fisiografi pantai (topografi), pasang (lama, durasi, rentang), gelombang dan arus, iklim (cahaya, curah hujan, suhu, angin), salinitas (Adhi


(28)

16

Sudibyo, 2011). Hal yang paling utama diperhatikan adalah perlunya mengetahui terlebih dahulu batas pasang surut air laut. Pasang surut adalah gerakan naik turunnya muka laut secara berirama yang disebabkan oleh gaya tarik bulan dan matahari (Anugerah Nontji, 2002). Arus pasang surut ini berperan terhadap proses-proses di pantai seperti penyebaran sedimen dan abrasi pantai. Pasang naik akan menyebarkan sedimen ke dekat pantai, sedangkan bila surut akan menyebabkan majunya proses sedimentasi ke arah laut lepas. Arus pasang surut umumnya tidak terlalu kuat sehingga tidak dapat mengangkut sedimen yang berukuran besar. Titik pasang tertinggi akan menjadi acuan batas perencanaan zonasi agar sesuai dengan peletakan tanaman yang akan ditanam dan juga pemasangan breaker zone. Hal ini dilakukan untuk menghindari penataan yang tidak berarti di lokasi penelitian.

C. Pembagian Kawasan Pantai

Dalam mengelola wilayah pesisir dan pulau kecil, diperlukan adanya suatu proses perencanaan yang dilakukan secara terpadu dan sesuai dengan karakteristik wilayahnya sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang.Salah satu kabupaten yang difasilitasi dalammenyusun Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP-3K) adalah Kabupaten Pacitan, dimana kabupaten ini telah menyusun RSWP-3K dan mempunyai komitmen yang kuat dalam mengimplementasikan UU 27 tahun 2007. Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang secara garis besar terdiri dari tiga bagian yaitu perencanaan, pengelolaan, pengawasan dan pengendalian di Kabupaten Pacitan


(29)

ini diharapkan dapat membantu Pemerintah Kabupaten Pacitan dalam membangun wilayah pesisir dan pulau-pulau kecilnya secara optimal. Perencanaan dilakukan melalui pendekatan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Terpadu (Integrated Coastal Management) yang mengintegrasikan berbagai perencanaan yang disusun oleh sektor dan daerah sehingga terjadi keharmonisan dan saling penguatan dalam pemanfaatannya (Pemerintah Kabupaten Pacitan, 2011).

Pengembangan tata ruang kawasan pesisir sebaiknya memperhatikan garis sempadan pantai. Hal ini tertuang dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan RI No. 17 Tahun 2008 tentang Kawasan Konservasi di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (WP-3K) yang menjelaskan bahwa sempadan pantai merupakan salah satu kawasan konservasi yang harus dijaga kelestariannya, dilindungi, dan dimanfaatkan secara berkelanjutan. Sempadan pantai adalah daratan sepanjang tepian yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik pantai, minimal 100 m dari titik pasang tertinggi ke arah darat. Dari penjelasan tersebut maka disimpulkan bahwa sempadan pantai Pacitan seharusnya dapat dimanfaatkan tidak hanya sebagai lahan yang bermuatan ekonomis tetapi juga menjadi salah satu upaya penanganan mitigasi bencana bagi kawasan pesisir dan dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan.Lebar sempadan dihitung dari titik pasang tertinggi, bervariasi sesuai dengan fungsi dan aktifitas yang berada di pinggirannya, yaitu :

a. Kawasan permukiman, terdiri dari 2 tipe :


(30)

18

ii. Pantai landai dengan gelombang > 2 m, lebar sempadan 50-100 m b. Kawasan non permukiman, terdiri dari 4 tipe :

i. Pantai landai dengan gelombang < 2 m, lebar sempadan 100-200 m ii. Pantai landai dengan gelombang > 2m, lebar sempadan 150-250 m iii.Pantai curam dengan gelombang < 2 m, lebar sempadan 200-250 m iv.Pantai curam dengan gelombang > 2 m, lebar sempadan 250-300 m Rencana pola ruang bagi Kabupaten Pacitan terdiri atas kawasan lindung dan kawasan budidaya, dengan klasifikasi peruntukan lahan sebagai potensi pengembangan wilayah dan kawasan lindung.

1. Pelestarian kawasan lindung, yang berupa kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya, termasuk didalamnya adalah kawasan hutan lindung dan kawasan kars yang berfungsi sebagai kawasan konservasi dan resapan, kawasan perlindungan setempat yang terdiri atas sempadan pantai, sempadan sungai, kawasan sekitar mata air dan kawasan terbuka hijau, kawasan suaka alam laut serta kawasan rawan bencana alam, yang terdiri atas kawasan rawan tanah longsor, kawasan konservasi budaya, kawasan rawan banjir, kawasan rawan gelombang pasang dan tsunami.

2. Penetapan kawasan penyangga, merupakan kawasan pembatas antara kawasan lindung atau konservasi dengan kawasan budidaya agar tidak terjadi alih fungsi pembagian kawasan yang telah diterapkan.

3. Pengembangan kawasan budidaya, yang merupakan tempat aktivitas kegiatan penduduk Kabupaten Pacitan, baik berupa kawasan peruntukan hutan produksi, kawasan peruntukan pertanian, kawasan peruntukan


(31)

4. pertambangan,kawasan peruntukan industri, kawasan peruntukan pariwisata, kawasan peruntukan pemukiman dan kawasan peruntukan lainnya.

Kabupaten Pacitan sebagai kawasan yang diprioritaskan atau kawasan andalan direncanakan menjadi kawasan yang dapat memberikan dampak pertumbuhan ekonomi yang tinggi setidaknya dalam lingkup regional Kabupaten Pacitan. Menurut RTRWP Jawa Timur 2001-2012, wilayah andalan di jalur Lintas Selatan kabupaten Pacitan menurut jenis kawasannya salah satunya adalah sebagai kawasan pariwisata (sektor unggulan berskala nasional).Untuk mengoptimalkan dalam pengembangan sektor tersebut, maka diperlukan dukungan dengan adanya penetapan kawasan unggulan yang juga dapat memacu perkembangan wilayah secara luas.

Kabupaten Pacitan juga merupakan pintu masuk Jawa Timur di wilayah Pantai Selatan Jawa. Pengembangan koridor pantai Selatan akan berdampak pada pola penggunaan lahan dan perkembangan kegiatan di wilayah Kabupaten Pacitan.Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Jawa Timur, Kabupaten Pacitan merupakan kawasan yang diprioritaskan pengembangnnya melalui Konsep Pengembangan jalur Selatan-Selatan yaitu Jalur Pacitan–Trenggalek–Tulungagung-Banyuwangi. Kedudukan Kabupaten Pacitan dalam keterkaitannya dengan wilayah disekitarnya tidak dapat terlepas dari sistem kota-kota yang ada di koridor Pantai Selatan Jawa.


(32)

20

Sumber : RTRWKabupatenPacitan2009 hingga 2028 Bappeda Kabupaten Pacitan, 2013 Gambar 5. Rencana Pola Ruang Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Kabupaten Pacitan


(33)

Berdasarkan kondisi dan pola struktur kota-kota di wilayah selatan Kabupaten Pacitan, maka dapat ditentukan dasar perumusan struktur ruang dengan mempertimbangkan prioritas pengembangan yang ditekankan pada fungsi utama pariwisata dan goa. Penjelasan tersebut ditunjukkan dalam gambar 5 di atas tentang RZWP-3K Kabupaten Pacitan dan struktur ruang rencana tata ruang wilayah Kabupaten Pacitan dalam gambar 6 di bawah ini.Dasar tersebut kemudian dapat diarahkan kepada struktur kota di wilayah Kabupaten Pacitan dengan pertimbangan :

1. Status administrasi kota yang masih sesuai dengan melihat letak geografisnya, kesesuaian lahan, dan kebutuhan pengembangnya.

2. Keberadaan jalur lintas selatan yang memungkinkan akan mempengaruhi struktur dan besaran kota.

Gambar 5 dan 6 merupakan Rencana Pola Ruang Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Kabupaten Pacitan menurut RTRW Kabupaten Pacitan tahun 2009 hingga 2028 (Bappeda Kabupaten Pacitan, 2013).


(34)

22

Sumber : RTRW Kabupaten Pacitan 2009 hingga 2028 Bappeda Kabupaten Pacitan, 2013 Gambar 6. Struktur Ruang Rencana Tata RuangWilayah Kabupaten Pacitan


(35)

23

III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI

A. Kondisi Geografis 1. Batas Administrasi

Kabupaten Pacitan merupakan bagian dari koridor tengah di Pantai Selatan Jawa yang wilayahnya membentang sepanjang Pantai Selatan Pulau Jawa. Berdasarkan lampiran 1, dapat dilihat bahwa batas Kabupaten Pacitan: Sebelah Utara : Kabupaten Ponorogo (Jawa Timur) dan Kabupaten

Wonogiri (Jawa Tengah)

Sebelah Timur : Kabupaten Trenggalek (Jawa Timur) Sebelah Selatan : Samudera Hindia

Sebelah Barat : KabupatenWonogiri

Wilayah administrasi Kabupaten Pacitan terbagi dalam 12 kecamatan, 19 kota, dan 152 desa, sedangkan jumlah penduduk Pacitan pada tahun 2013 sebesar 543.391 jiwa. Beikut tabel 1 di bawah ini menjelaskan tentang status dan letak geografis menurut kecamatan di Kabupaten Pacitandan tabel 2tentang jumlah desa, luas kecamatan, jumlah penduduk, rata-rata penduduk per desa dan kepadatan penduduk per km2:


(36)

24

Tabel 1. Status dan Letak Geografis Menurut Kecamatan di Kabupaten Pacitan

Kecamatan Districts Jumlah Desa/ Kel Villages Status Daerah Areas Letak Location Jumlah Penduduk Population Kota Urban Pedes aan Rural Pantai Beach Bukan Pantai Non Beach

01.Donorojo 12 - 12 4 8 40.361

02.Punung 13 1 12 - 13 36.113

03.Pringkuku 13 - 13 5 8 31.695

04.Pacitan 25 15 10 3 22 71.628

05.Kebonagung 19 1 18 7 12 45.529

06.Arjosari 17 - 17 - 17 40.237

07.Nawangan 9 - 9 - 9 52.318

08.Bandar 8 - 8 - 8 44.846

09.Tegalombo 11 - 11 - 11 53.527

10.Tulakan 16 - 16 1 15 87.046

11.Ngadirojo 18 2 16 2 16 49.288

12.Sudimoro 10 - 10 4 6 34.007

Jumlah/Total 171 19 152 26 145 586.595

Sumber: Kabupaten Pacitan Dalam Angka, 2013

Tabel 2. Jumlah Desa, Luas Kecamatan, Jumlah Penduduk, Rata-Rata Penduduk Per Desa dan Kepadatan Penduduk Per km2

Kecamatan Jumlah

Desa Luas Kecamatan Jumlah Penduduk Rata-rata Penduduk per Desa Kepadatan Penduduk

010. Donorojo 12 109,09 40.776 3.398 374

020. Punung 13 108,81 37.538 2.888 345

030. Pringkuku 13 132,93 31.945 2.457 240

040. Pacitan 25 77,11 76.512 3.060 992

050. Kebonagung 19 124,85 45.481 2.394 364

060. Arjosari 17 117,34 41.338 2.432 353

070. Nawangan 9 124,06 52.578 5.842 424

080. Bandar 8 117,34 46.129 5.766 393

090. Tegalombo 11 149,26 55.842 5.077 374

100. Tulakan 16 161,62 87.032 5.440 539

110. Ngadirojo 18 95,91 49.213 2.734 513

120. Sudimoro 10 71,86 35.555 3.556 495

Jumlah 171 1.389,87 599.939 3.508 432

Tahun 2012 171 1.389,87 586.276 3.429 422

Tahun 2011 171 1.389,87 575.608 3.366 415

Tahun 2010 171 1.389,87 558.644 3.267 402

Tahun 2009 171 1.389,87 557.029 3.257 401

Tahun 2008 171 1.389,87 555.262 3.247 400

Sumber: Kantor Kecamatan Se-Kabupaten Pacitan (Hasil Registrasi Penduduk), 2013


(37)

2. Curah Hujan

Selama tahun 2013, musim penghujan di Kabupaten Pacitan terjadi pada bulan Januari - Juli dan bulan November - Desember. Diantara bulan tersebut, hari hujan terbanyak terjadi pada bulan Januari yaitu 27 hari hujan disusul dengan bulan Desember sebanyak 20 hari hujan.

Musim kemarau di Kabupaten Pacitan terjadi pada bulan Agustus - Oktober. Bulan Desember mempunyai rata-rata curah hujan yang terbesar yaitu 24,26 mm, sedangkan bulan dengan rata-rata curah hujan terkecil yaitu bulan September sebesar 2,19 mm karena sepanjang bulan ini hanya terjadi hujan dua hari saja. Air hujan ini mengalir melalui 3 sungai besar yang terdapat di Kabupaten Pacitan yaitu Sungai Grindulu - Gunungsari, Sungai Lorok - Wonodadi dan Sungai Kedungpring – Nawangan. Berdasarkan tabel 3 berikut ini, dapat dilihat curah hujan per bulan di berbagai kecamatan di Pacitan :


(38)

26

Tabel 3. Banyaknya Curah Hujan Per Bulan Menurut Kecamatan (mm) di Kabupaten Pacitan Tahun 2013

Kecamatan

District

Bulan (Month)

Jan Feb Ma

r A p r Me i J u n J u l A g t S ep O k t N o p D es

01. Donorojo 551 291 224 250 103 432 68 0 0 8 399 573

02. Punung 548 72 178 162 224 380 145 0 0 15 180 490

03. Pringkuku 639 142 243 113 103 613 249 0 5 24 225 523 04. Pacitan 636 179 169 195 90 464 234 0 3 31 227 587 05. Kebonagung 571 270 211 140 157 519 339 19 10 51 387 568 06. Arjosari 557 366 219 195 159 305 84 0 3 31 243 504 07. Nawangan 471 290 378 386 213 294 96 0 0 132 308 419

08. Bandar 590 307 275 295 239 57 66 0 0 17 211 213

09. Tegalombo 638 250 211 249 311 222 99 0 0 47 294 557 10. Tulakan 492 166 374 339 156 365 184 5 8 25 268 538 11. Ngadirojo 417 102 222 229 89 442 131 0 4 5 16 22 12. Sudimoro 602 203 116 201 116 476 307 0 13 108 353 562

TOTAL 6.712 2.638 2.820 2.754 1.960 4.569 2.002 24 46 494 3.111 5.556


(39)

Data selanjutnya tentang keterangan banyaknya curah hujan bulanan, harian maksimum, hari hujan dan rata-rata hujan per bulan di Kabupaten Pacitan tahun 2013 juga dapat dilihat pada tabel 4 di bawah ini :

Tabel 4. Banyaknya Hujan Bulanan, Hujan Harian Maksimum, Hari Hujan dan Rata-Rata Hujan Kabupaten Pacitan Per Bulan Tahun 2013

Bulan Mounth Hujan Bulanan (mm) Rainy Mounth (mm) Hujan Harian Max (mm) Rainy Max (mm) Hari Hujan (hari) Rainy Days (Days) Hujan Rata-rata/bln (mm) Mounthly Avg. (mm)

01. Januari/January 559,33 164,00 27,00 20,72 02. Februari/February 219,83 87,00 18,00 12,21

03. Maret/March 235,00 97,00 18,00 13,56

04. April/April 229,50 95,00 15,00 15,56

05. Mei/May 163,33 84,00 12,00 14,10

06. Juni/June 380,75 169,00 18,00 21,76

07. Juli/July 166,83 156,00 11,00 15,89

08. Agustus/August 2,00 10,00 1,00 4,00

09. September/September 3,83 8,00 2,00 2,19

10. Oktober/October 41,18 88,60 4,00 12,36

11. Nopember/November 259,25 93,00 17,00 15,40 12. Desember/December 463,00 152,00 20,00 24,26

Sumber : Dinas Bina Marga dan Pengairan, 2013

Selain data curah hujan di Kabupaten Pacitan, terdapat juga data curah hujan spesifik di tempat penelitian, yaitu Kecamatan Ngadirojo. Banyaknya curah hujan, hari hujan dan rata-rata hujan per bulan berturut – turut mulai tahun 2010 hingga 2015 dapat dilihat pada tabel 5 - 10 di bawah ini :


(40)

28

Tabel 5. Data Curah, Hari Hujan dan Rata-Rata Hujan Per Bulan Kecamatan Ngadirojo Tahun 2010

Sumber : KUPT Pengairan Kecamatan Ngadirojo, 2010

Tabel 6. Data Curah, Hari Hujan dan Rata-Rata Hujan Per Bulan Kecamatan Ngadirojo Tahun 2011

Sumber : KUPT Pengairan Kecamatan Ngadirojo, 2011 (mm)


(41)

Tabel 7. Data Curah, Hari Hujan dan Rata-Rata Hujan Per Bulan Kecamatan Ngadirojo Tahun 2012

Sumber : KUPT Pengairan Kecamatan Ngadirojo, 2012 Tabel 8. Data Curah, Hari Hujan dan Rata-Rata Hujan Per Bulan Kecamatan

Ngadirojo Tahun 2013

Sumber : KUPT Pengairan Kecamatan Ngadirojo, 2013 (mm)


(42)

30

Tabel 9. Data Curah, Hari Hujan dan Rata-Rata Hujan Per Bulan Kecamatan Ngadirojo Tahun 2014

Sumber : KUPT Pengairan Kecamatan Ngadirojo, 2014 Tabel 10. Data Curah, Hari Hujan dan Rata-Rata Hujan Per Bulan Kecamatan

Ngadirojo Tahun 2015


(43)

Rata-rata hujan per bulan dalam 6 tahun terakhir dari tahun 2010 – 2015 pada bulan Januari adalah 15,31 mm, bulan Februari sebesar 16,22 mm, bulan Maret sebesar 16,57 mm, bulan April sebesar 13,53 mm, bulan Mei sebesar 15,49 mm, bulan Juni sebesar 10,85 mm, bulan Juli sebesar 10,45 mm, bulan Agustus sebesar 0,17 mm, bulan September sebesar 4,27 mm, bulan Oktober sebesar 8,18 mm, bulan November sebesar 16,88 mm dan bulan Desember sebesar 20,23 mm.

Curah hujan tertinggi di Kecamatan Ngadirojo adalah pada bulan Desember, yaitu sebesar 20,23 mm, sedangkan curah hujan terendah adalah pada bulan Agustus, yaitu sebesar 0,17 mm.

3. Luas Kabupaten Pacitan Menurut Kecamatan

Berikut ini adalah luas Kabupaten Pacitan yang ditunjukkan dalam gambar 7:


(44)

32

Gambar 7 di atas menunjukkan luas Kabupaten Pacitan menurut kecamatan. Luas Kecamatan Ngadirojo adalah 95.905 m2 atau 6,90 % dari luas Kabupaten Pacitan. Kondisi fisik serta topografi Kabupaten Pacitan yang terdiri dari daerah pegunungan dan perbukitan, serta wilayah pantai atau laut, menyimpan banyak potensi di beberapa sektor ekonomi. Wilayah Kabupaten Pacitan ini mempunyai potensi untuk dikembangkan, seperti di sektor pertanian, kelautan dan perikanan, pertambangan dan kehutanan.

Luas Kabupaten Pacitan adalah 1.389,87 km2 dengan luas tanah sawah sebesar 130,15 km2 atau sekitar 9,36% dan luas tanah kering adalah 1.259,72 km2 atau sekitar 90,64%. Sebagian besar dari tanah sawah adalah sawah tadah hujan yang sebesar 51,53% dan sebagian besar dari tanah kering adalah untuk tanaman kayu-kayuan yang sebesar 35,89% .

Selain itu, pola pertaniannya merupakan pertanian lahan kering yang biasa ditanam tanaman pangan. Sebagian besar wilayahnya yang tanahnya berupa pegunungan kapur tersebut, yakni bagian dari rangkaian Pegunungan Kidul kurang cocok untuk pertanian. Oleh karena itu, untuk komoditi beras, sayur-sayuran dan buah-buahan, Kabupaten Pacitan masih mengimpor dari luar daerah.

B. Kondisi Sosial 1. Kabupaten Pacitan

Gambar 8 menunjukkan bahwa sektor pertanian merupakan sektor yang paling dominan dalam menyerap tenaga kerja di Kabupaten Pacitan, yaitu sebesar 8,19% dan sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 5,25%. Sektor


(45)

pertanian tersebut juga lebih didominasi oleh sub sektor tanaman bahan makanan yaitu dengan rata-rata persentase tahun 2008-2012 sebesar 60,98%, padahal Kabupaten Pacitan selain memiliki lahan pertanian yang luas juga masih memiliki potensi-potensi lain yang dapat dikembangkan di masing-masing kecamatan.

Gambar 8. Tiga Sektor Dominan Penyerap Tenaga Kerja di Kabupaten Pacitan

C. Kondisi Lokasi Penelitan

Tempat penelitian terdapat di Pantai Soge Desa Sidomulyo, Kecamatan Ngadirojo, Kabupaten Pacitan (lampiran 2). Luas Pantai Soge ini adalah 156.426,551 m2 atau 15,643 hektar. Berikut ini potensi umum Desa Sidomulyo : a. Batas Administrasi

Batas Desa/Kelurahan Kecamatan

Sebelah utara Desa Padi Tulakan Sebelah selatan Samudera Indonesia Ngadirojo Sebelah timur Desa Hadiluwih Ngadirojo Sebelah barat Desa Jetak Tulakan

b. Luas wilayah

Tabel 10di bawah ini menunjukkan luas wilayah menurut penggunaannya di Desa Sidomulyo :


(46)

34

Tabel 10. Luas wilayah Desa Sidomulyo menurut penggunaannya

No. Penggunaan Wilayah Luas (hektar)

1. Pemukiman 2.124,425

2. Persawahan 337,468

3 Perkebunan 4.497,483

4. Kuburan 1,266

5. Pekarangan 2.418,789

6. Perkantoran 1,265

7. Prasarana umum lainnya 2,517

8. Tegal / ladang 2.248,742

9 Pekarangan 2.418,789

10. Tanah perkebunan perorangan 2.248,742

11. Tanah bengkok 18,65

12. Sawah desa 2,38

13. Lapangan olahraga 1,6

14. Bangunan sekolah 1,8

15. Jalan 21,58

16 Hutan produksi tetap 2.248,742

TOTAL 18.594,24

Sumber : Data profil Desa/Kelurahan Sidomulyo, 2014

c. Iklim

Curah hujan : 2000 – 4000 mm Jumlah bulan hujan : 6 bulan

Suhu rata-rata harian : 30 – 40 oC Tinggi tempat dari permukaan laut : 0 – 100 m dpl d. Jenis dan kesuburan tanah

Jenis tanah : - Mediteran merah kuning

- Regosol merah kuning dan abu-abu Tekstur tanah : Lempung berdebu dan pasir berdebu Tingkat kemiringan tanah : 0 – 45o


(47)

e. Tingkat erosi tanah

Luas tanah erosi berat (abrasi air laut) : 50 hektar f. Jumlah penduduk

i. Desa Sidomulyo

Jumlah laki-laki : 2.304 jiwa Jumlah perempuan : 2.287 jiwa Jumlah total : 4.591 jiwa Jumlah kepala keluarga : 1.393 KK - KK laki-laki : 1.228 KK - KK perempuan : 165 KK ii. Dusun Soge

Menurut data Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Tahun 2011, jumlah penduduk Dusun Soge, Desa Sidomulyo, Kecamatan Ngadirojo adalah 443 jiwa, dengan jumlah laki-laki 224 jiwa dan perempuan 219 jiwa.

g. Ekonomi masyarakat

Tabel 11 di bawah ini menunjukkan tentang ekonomi masyarakat Dusun Soge menurut usianya:

Tabel 11. Ekonomi masyarakat dilihat dari jumlah kategori penduduk menurut usia

Kategori penduduk Jumlah

Jumlah angkatan kerja (usia 18-56 tahun) 2.439 orang Jumlah penduduk usia 18-56 tahun yang masih sekolah dan tidak

bekerja

126 orang

Jumlah penduduk usia 18-56 tahun yang menjadi ibu rumah tangga

1.222 orang

Jumlah penduduk usia 18-56 tahun yang bekerja penuh 1.091 orang Jumlah penduduk usia 18-56 tahun yang bekerja tidak tentu 1.348 orang


(48)

36

IV. TATA CARA PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan mulai bulan Desember 2015 sampai dengan bulan Maret 2016. Lokasi penelitian adalah di Pantai Soge yang terletak di Dusun Soge, Desa Sidomulyo, Kecamatan Ngadirojo, Kabupaten Pacitan, Provinsi Jawa Timur yang merupakan salah satu lokasi wisata di Kota Pacitan.

B. Metode Penelitian dan Analisa Data 1. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode survei, yang teknis pelaksanaannya dilakukan dengan observasi, kuesioner, wawancara dan pengumpulan data sekunder.Menurut Nizar (2014), metode survei adalah penyelidikan yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala yang ada dan mencari keterangan secara faktual, baik tentang institusi sosial, ekonomi atau politik dari suatu kelompok ataupun suatu daerah. Dalam metode survei juga dikerjakan orang dalam menangani situasi atau masalah yang serupa dan hasilnya dapat digunakan dalam perencanaan dan pengambilan keputusan di masa mendatang. Penyelidikan dilakukan dalam waktu yang bersamaan terhadap sejumlah individu dan unit, baik secara sensus atau dengan menggunakan sampel.


(49)

1. Metode Penentuan Lokasi

Pemilihan lokasi penelitian dilakukan dengan cara purposive yaitu pengambilan sampel yang secara sengaja dipilih atau pengambilan sampel dilakukan atas dasar fakta yang ada di lokasi penelitian. Dalampenelitian ini, lokasi ditentukan berdasarkan fenomena yang terjadi di daerah tersebut, yaitu perpindahan muara sungai serta kondisi kawasan sekarang yang diambil, yaitu fokus di bagian timur kawasan pantai. Bagian tersebut akan ditentukan sebagai wilayah Pantai Soge yang akan dilakukan penataan dan perencanaan berdasarkanletak lokasi wilayah pengembangan, kultur sosial masyarakat, serta potensi wilayah kawasan Pantai Soge itu sendiri.

2. Metode Penentuan Sampel

Penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan metode survei. Sugiyono (2009), memberikan saran tentang ukuran sampel untuk penelitian diantaranya adalah :

a. Ukuran sampel penelitian yang layak adalah antara 30 sampai dengan 500 b. Bila sampel dibagi dalam beberapa kategori maka jumlah anggota sampel

setiap kategori minimal 30.

Penentuan sampel dapat ditentukan dengan cara sampling dan

purposive. Adapun jumlah penduduk khususnya di Dusun Soge adalah

443jiwa yang terdiri dari 5 RT. Ukuran standar responden adalah 10% - 20%. Menurut Sumanto (1995), jumlah responden diambil 10% dari total populasi. Oleh karena itu, dalam penelitian ini, responden akan diambil sebesar 10%


(50)

38

dari jumlah keseluruhan penduduk, yaitu 45 responden untuk dijadikan obyek wawancara. Selain penduduk, wawancara responden juga dilakukan terhadap pemangku kebijakan untuk memperoleh sampling yang jumlahnya dapat ditentukan oleh peneliti sendiri sesuai dengan kebutuhan dan perannya terhadap lokasi penelitian.

Pemangku kebijakan tersebut terdiri dari pihak-pihak yang peranannya terkait dalam kegiatan di kawasan Pantai Soge, antara lain Kepala Desa Sidomulyo, Kepala Dusun Soge, Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Pacitan dan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pacitan. Kodim Kabupaten Pacitan bersama Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Pacitan mendapat mandat dari Kodam Surabaya 5 Brawijaya yang bekerja sama dengan Dinas Kehutanan ProvinsiJawa Timur untuk melakukan program penghijauan tahunan salah satunya di kawasan Pantai Soge. Selain itu, penduduk dan para sukarelawan juga ikut serta dalam pelaksanaan program kerja tersebut. Kegiatannya adalah menjadikan Pantai Soge sebagai lokasi yang dihijaukan dengan menanam beberapa jenis tanaman konservasi di kanan kiri jalan pesisir pantai. Jadi, jumlah responden yang akan diambil adalah 45 orang dari penduduk dan 10 orang dari pihak lembaga yang terkait. Sehingga, jumlah responden yang akan diambil adalah 55 orang.

Dalam penelitian ini dilakukan wawancara menggunakan kuesioner berisi seperangkat pertanyaan lisan kepada responden untuk kemudian menjawabnya secara langsung dengan harapan dapat mewakili sifat populasi secara keseluruhan. Pertanyaan-pertanyaan yang dibuat dalam


(51)

kuesionerdigunakan untuk melengkapi atau mengetahui pengalaman masyarakat tentang segala fenomena yang terjadi di lokasi penelitian melalui wawancara langsung yang selanjutnya digunakan sebagai dasar pendukung perencanaan dan penataan zonasi green belt Pantai Soge Pacitan. Pengambilan data dilakukan dengan cara memberi yang diajukan kepada responden merupakan kuesioner terbuka. Menurut Suharsimi Arikunto (2010), kuesioner terbuka merupakan kuesioner yang memberi kesempatan kepada responden untuk menjawab dengan kalimatnya sendiri.

3. Analisis Data

Analisis data yang terkumpul dilakukan secara deskriptif dan spasial. Analisis deskriptif dimaksudkan untuk memberikan penjelasan dan uraian hubungan antara satu faktor dengan faktor lain berdasarkan fakta, data dan informasi yang diperoleh selama penelitian. Menurut Hadari Nawawi (1995), metode deskriptif diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah dengan menggambarkan keadaan subyek atau obyek penelitian berdasarkan fakta-fakta yang tampak dan usaha mengemukakan hubungan satu dan dengan yang lain di dalam aspek yang diteliti. Menurut Eddy Prahasta (2014), analisis spasial adalah teknik atau proses yang melibatkan sejumlah hitungan dan evaluasi logika matematis dalam rangka menemukan hubungan atau pola yang terdapat di antara unsur-unsur spasial. Analisis spasial dilakukan untuk menetapkan zonasi green belt berdasarkan potensi wilayah yang ada.


(52)

40

Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian adalah data primer maupun sekunder yang berhubungan dengan kondisi fisik, kimia dan biologi di kawasan pesisir Pantai Soge, Kabupaten Pacitan, Provinsi Jawa Timur. Data tersebut terdiri dari peta orientasi, peta lokasi, letak geografis, topografi, jenis tanah dan iklim.

C. Jenis Data

Data yang digunakan dalam penelitian adalah data primer maupun sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung (observasi), hasil penyebaran kuesioner dan hasil wawancara dengan informan. Data sekunder diperoleh dari dokumen yang relevan, dari hasil studi pustaka dan penelusuran ke berbagai instansi yang terkait dengan penelitian.

Data sekunder dikumpulkan oleh peneliti sendiri yang diperoleh dari

databaseBappeda Kabupaten Pacitan, Kecamatan Ngadirojo dan. Data tersebut

antara laindata jumlah penduduk, jumlah pengunjung Pantai Soge, peta lokasi, letak geografis, topografi, jenis tanah dan iklim dan data pendukung lainnya.Data kondisi geografis, keadaan alam, keadaan lahan dan iklim diperoleh dari pengamatan secara langsung dengan survei lapangan yang dilakukan oleh peneliti. Dalam tabel 13 berikut ini menunjukkan jenis-jenis data penelitian yang menjadi acuan dalam pelaksanaan penelitian.


(53)

Tabel 13. Jenis Data Penelitian

No. Jenis Data Parameter Bentuk Data

Sumber data 1. Peta wilayah

Kab.Pacitan

- Soft copy BAPPEDA

2.

Peta Pola Ruang RZWP-3K

- Soft copy Dinas

Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pacitan 3. Letak Geografis a. Batas Wilayah

b. Luas wilayah c. Ketinggian

tempat

Soft copy BAPPEDA

dan Kantor Desa Sidomulyo 4. Geologi, Tanah

dan Topografi

a. Struktur geologi b. Drainase

c. Topografi

Soft copy BAPPEDA

dan Kantor Desa Sidomulyo

5. Iklim a. Suhu

b. Kelembaban c. Curah hujan

Soft copy BAPPEDA

6. Kondisi Sosial dan ekonomi

a. Jumlah penduduk b. Mata

pencaharian c. Kepadatan

penduduk

d. Potensi pertanian e. Pendidikan Hard copy dan Soft copy BAPPEDA, wawancara perangkat desa dan Kantor Desa Sidomulyo

7. Aksesibilitas - Soft copy Wawancara dan aplikasi Google Earth 8. Persepsi

Masyarakat

Kondisi wilayah dan fenomena yang sering terjadi di lokasi penelitian Wawancara langsung Wawancara langsung pemangku kebijakan dan survei penduduk di lapangan D. Luaran Penelitian

Bentuk luaran penelitian berupa laporan penelitian (naskah skripsi) dan poster berukuran 90 cm x 60 cm.


(54)

42

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Kawasan Pantai Kabupaten Pacitan

Di wilayah pesisir Kabupaten Pacitan terdapat 26 desa dari 7 kecamatan pesisir yang memiliki pantai dengan kemiringan 0-2% meliputi sekitar 4,36% dari luas wilayah yang merupakan tepi pantai, sehingga sangat memungkinkan dijadikan taman pesisir untuk dijadikan kawasan taman wisata alam.Penyusunan taman pesisir ini termasuk dalam penyusunan zonasi pada kawasan pesisir pantai dalam konsep tata kawasan sabuk pantai. Penyusunan zonasi dimaksudkan untuk menciptakan keharmonisan spasial, artinya suatu kawasan pesisir dan lautan hendaknya tidak seluruhnya diperuntukkan bagi kawasan pembangunan, namun juga menyediakan lahan bagi zona preservasi dan konservasi.

Pantai Soge berada dalam salah satu tapak pantai yang terbentang di kawasan Samudera Hindia. Pantai seluas 156.426,551 m2 atau 15,643 hektar dan sepanjang 1,42 km ini terletak di tepi Jalur Lintas Selatan (JLS) yang menghubungkan antara Pacitan – Trenggalek – Tulungagung, sehingga disebut dengan JLS Citraagung.

Di Pantai Soge terdapat muara Sungai Soge yang berkelok mengitari pasir pantai yang membentang di bagian timur pantai hingga jarak radius kurang lebih 150 meter, sehingga memberi ruang cukup luas bagi wisatawan untuk bermain dan menikmati keindahan wahana alami pantai.Muara sungai tersebut membentuk sebuah danau kecil di wilayah tersebut karena air laut tidak sepenuhnya tertarik ke tengah laut saat terjadi fenomena air pasang karena air laut


(55)

yang masuk ke area tersebut terhalangi oleh gundukan pasir. Danau kecil yang berisi air payau (air laut yang bercampur air tawar dari Sungai Soge) tersebut berada di bagian timur Pantai Soge. Obyek wisata Pantai Soge kini sudah dikenal banyak orang karena sudah memiliki akses kendaraan yang baik pasca dibangunnya Jalur Lintas Selatan. Namun demikian, kondisi pesisir Pantai Soge masih sangat rawan abrasi karena pesisir pantai berbatasan langsung dengan kekuatan gelombang air laut selatan. Dalam gambar 9 berikut ini menunjukkan kenampakan danau kecil di Pantai Soge.

Gambar 9. Kenampakan danau yang terbentuk di Pantai Soge

Lingkungan pantai merupakan daerah yang selalu mengalami perubahan. Perubahan lingkungan pantai dapat terjadi secara lambat hingga cepat, tergantung pada imbang daya antara topografi, batuan dan sifat-sifatnya dengan gelombang, pasut dan angin. Secara garis besar, proses geomorfologi yang bekerja pada pantai ada dua jenis, yaitu destruksional dan konstruksional. Destruksional adalah prose


(56)

44

yang cenderung mengubah atau merusak bentuk lahan yang ada sebelumnya, sedangkan proses konstruksional adalah proses yang menghasilkan bentuk lahan baru. Destruksional contohnya adalah peristiwa abrasi, sedangkan konstruksional contohnya adalah peristiwa akresi atau sedimentasi.

Adapun tanaman-tanaman yang ditanam di pesisir Pantai Soge berdasarkan kondisi eksisting antara lain cemara laut (Casuarina equisetifolia L.), nyamplung (Calophyllum inophyllum L.), ketapang (Terminalia catapa L.), waru

(Hibiscus tiliaceus L.), mahoni (Swietenia macrophylla), mangrove (Rhizopora

sp.). Sementara itu, tanaman semak dan perdu, antara lain pandan(Pandanus

tectorius Parkinson ex Zucc.), widuri (Ximenia americana L.) dan jenis-jenis

tanaman bergetah lainnya.

B. Kondisi Rawan Bencana di Kawasan Pesisir Pantai Soge

Salah satu bencana yang rawan terjadi di daerah Kabupaten Pacitan terkait dengan penelitian ini adalah tsunami, karena Pacitan termasuk daerah pesisir pantai selatan Pulau Jawa yang lebih berpotensi untuk terjadi tsunami. Terjadinya bencana alam di kawasan pantai seperti gelombang pasang dan tsunami tersebut dapat menimbulkan kerugian yang tak terhingga mengharuskan adanya pembangunan hutan pantai yang selama ini terabaikan. Yang diperlukan adalah upaya pembangunan hutan tanaman pantai agar dapat diwujudkan melalui pembangunan zona hijau. Zona hijau yang dimaksud adalah pada sempadan pantai yang dapat berfungsi disamping sebagai perlindungan dari ancaman gelombang pasang maupun untuk memenuhi kebutuhan kayu bagi masyarakat.


(57)

Sementara itu, Sungai Soge mengalir dari arah utara dan berbatasan langsung dengan daratan yang merupakan pasir tambak. Pasir tambak tersebut terhimpit oleh muara sungai dan air laut. Fenomena perpindahan muara sungai yang acap kali mengubah bentuk daratan tersebut lebih dominan dipengaruhi oleh kekuatan gelombang pasang air laut dan bukan berasal dari limpahan arus Sungai Soge. Kekuatan gelombang pasang tersebut yang menyebabkan daratan pantai di sekitar muara mengalami pergeseran, sehingga tidak dapat dipastikan letaknya.

Upaya zonasi green belt melalaui penanaman pohon difokuskan pada barisan terdepan pantai sekitar muara untuk mereduksi pengikisan daratan. Tanaman yang umumnya potensial untuk mereduksi abrasi adalah mangrove. Namun, mangrove beberapa kali mengalami gagal tumbuh ketika ditanam di kawasan Pantai Soge. Upaya lainnya adalah mengoptimalkan penanaman tanaman cemara laut (yang paling baik pertumbuhannya di Pantai Soge) dengan menambahkan beberapa material pendukung yang dapat menjaga pertumbuhan cemara laut hingga tumbuh besar. Cemara laut yang telah dijaga pertumbuhannya hingga besar diharapkan mampu membentuk materi penghalang biologis dalam mereduksi abrasi.

Selain itu, di wilayah pantai khususnya daerah yang menjadi obyek wisata perlu didasarkan pada jenis tanaman yang sesuai dan dapat tumbuh di daerah pantai serta memiliki kemampuan antara lain, tahan terhadap angin agar dapat menstabilkan lahan pasir di pantai, tahan terhadap kondisi tanah dan pasir yang marjinal dan salin, dapat digunakan sebagai tanaman hias untuk mempercantik


(58)

46

daerah sekitar dan tempat peristirahatan di tepi laut dan dapat ditanam dengan jenis tanaman lainnya sebagai tanaman campuran.

Berdasarkan uraian diatas,adanya resolusi mengenai zonasi kawasan yang dapat berupa zonasi sederhana maupun kompleks, tergantung pada kondisi lingkungan setempat. Oleh karena itu, adanya pemikiran tentang perencanaan zonasi green belt dapat diarahkan untuk mereduksi abrasi serta menjaga eksistensi muara Pantai Soge yang berpindah-pindah akibat kekuatan dari gelombang pasang air laut. Dengan adanya konsep perencanaan dan penataan zonasi green belt ini diharapkan mampu menjadi rekomendasi antisipasi dalam mereduksi tingkat abrasi yang terjadi di pantai-pantai Kabupaten Pacitan.

C. Konsep Penataan Ruang Kawasan Pesisir Pantai Kabupaten Pacitan Kabupaten Pacitan merupakan salah satu kabupaten yang akan dikembangkan di Provinsi Jawa Timur, termasuk pengembangan wisatanya. Pantai Soge menjadi salah satu pantai yang diarahkan untuk dikembangkan. Atas dasar tersebut maka hal ini mendukung terwujudnya suatu perencanaan guna memperbaiki kawasan, yaitu mereduksi abrasi di Pantai Soge agar kawasan obyek tetap menjadi kawasan pantai wisata yang selanjutnya dapat meningkatkan PAD Kabupaten Pacitan yang berkelanjutan. Penyusunan rencana program RZWP-3K ini sudah ada sejak tahun 2011. Perencana program adalah pihak dari Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Bali, PT. Kencana Adhi Karma dan Pemerintah Kabupaten Pacitan yang menjadi program kerja Bappeda Kabupaten Pacitan tahun 2011.


(59)

Berikut ini adalah dasar hukum Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil:

1. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaaan Wilayah Pesisir danPulau-Pulau Kecil;

2. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;

3. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah kabupaten atau kota;

4. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.16/MEN/2008 tentang Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil; dan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.17IMEN/ 2008 tentang Kawasan Konservasi di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil; 5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup;

6. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan PenataanRuang;

7. Peraturan Pemerintah Kabupaten PacitanNomor 3 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pacitan;

8. Peraturan Daerah Kabupaten Pacitan Nomor 5 Tahun 2011 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah Kabupaten Pacitan Tahun 2005 – 2025.


(60)

48

Pengembangan tata ruang kawasan pesisir sebaiknya memperhatikan garis sempadan pantai. Kondisi sempadan pantai kawasan pesisir Pacitan saat ini telah mengalami perubahan fungsi. Perubahan tersebut terlihat dari beberapa bangunan yang didirikan di sempadan pantai, baik permanen maupun semi permanen. Hal ini tertuang dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan RI No. 17 Tahun 2008 tentang Kawasan Konservasi di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (WP3K) yang menjelaskan bahwa sempadan pantai merupakan salah satu kawasan konservasi yang harus dijaga kelestariannya, dilindungi dan dimanfaatkan secara berkelanjutan.

Konsep penataan ruang kawasan pesisir Pantai Soge tersebut telah dituangkan dalam peta rencana pola ruang (gambar 10). Dalam peta tersebut sudah beserta pembagian kawasan sesuai pemanfaatan umum dan kawasan konservasi. Pada gambar 10 berikut ini merupakan peta rencana pola ruang yang merupakan bagian dari penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP-3K) oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan bersama Ditjen Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil; serta Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut Denpasar tahun 2014.


(61)

49


(62)

50


(63)

51

Gambar 12. Kondisi Eksisting Pantai Soge U


(64)

52

Gambar . Perencanaan zonasi green belt Pantai Soge

Cemara laut Base beton / cincin semen

Tanah subur U

Gambar 13. Perencanaan zonasi green belt Pantai Soge


(65)

53

U

Aliran air masuk Gambar 16. Perencanaan zonasi green belt Pantai

Gambar 17. Jembatan penyeberangan Gambar 18. Kawat bronjong dan jalan masuk air dari muara ke danau


(66)

54


(67)

D. Identifikasi dalam Penataan Kawasan Pantai Soge

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan dan penataan zonasi green belt Pantai Soge terlihat dari kondisi fisik dan lingkungan. Berikut ini merupakan analisis yang terdapat di kawasan Pantai Soge :

1. Kondisi fisik pantai

Karakteristik umum yang paling menonjol pada kawasan pesisir Pantai Soge adalah muara pantai yang mudah seringkali berpindah (lampiran 4). Lahan pasir pantai merupakan lahan marjinal yang memiliki produktivitas rendah. Gambar 20berikut ini menunjukkan kondisi fisik Pantai Soge.

Gambar 20. Kondisi fisik Pantai Soge

2. Potensi tanah Pantai Soge

Pantai Soge sudah sering mendapatkan program penghijauan, antara lain penanaman cemara laut, mangrove, mahoni, ketapang dan lain-lain. Dari beberapa tanaman tersebut, tanaman yang paling subur adalah tanaman


(68)

56

cemara laut, sedangkan tanaman mangrove seringkali mengalami kegagalan tumbuh di tanah Pantai Soge.

Gambar 21. Salah satu tanaman penghijauan diPantai Soge

Gambar 21 menunjukkan salah satu penanaman tanaman penghijauan di Pantai Soge. Sedangkan dalam gambar 22, yaitu tanaman cemara laut merupakan tanaman penghijauan yang paling baik pertumbuhannya di Pantai Soge.

Gambar 22. Tanaman cemara laut tumbuh paling subur di Pantai Soge

Sementara itu, dalam rangka perawatan kawasan sudah diterapkan program penghijauan di beberapa daerah di Kabupaten Pacitan, salah satunya di kawasan Pantai Soge. Penghijauan tersebut dilakukan berdasarkan program pemerintah didahului dengan adanya penyesuaian lahan terlebih dahulu.


(69)

Berikut ini laporan data Komando Resor Militer 0801/Dirotsaha Jaya Komando Distrik Militer 0801 mengenai penghijaun tanaman pohon di wilayah provinsi maupun nasional :

Tabel 14. Laporan Data Penghijauan Tanaman Pohon Mahoni Kanan/Kiri Jalan Provinsi/Nasional di Wilayah Kodim 0801 Pacitan TA. 2014

No.

Wilayah Jenis Tanaman Jumlah Tanaman Waktu Penanaman Kondisi Ket Hidup Mati

1.

Koramil 0801/10 Kec. Punung

Mahoni 1109 Jan - Feb 278 831

Mati karena: - Kemarau panjang - Kandungan tanah

kurang subur - Pelebaran jalan - Penggalian kabel

telkom dan PLN

2.

Koramil 0801/11 Kec. Donorojo

Mahoni 1909 Jan - Feb 573 1336

Mati karena: - Kemarau panjang - Kandungan tanah

kurang subur - Pelebaran jalan

Penggalian kabel telkom dan PLN

Sumber : Lampiran Surat Dandim 0801 No.B/XII/2015 Desember 2015

Tabel 14 di atas merupakan salah satu contoh pada tanaman mahoni yang merupakan tanaman penghijauan yang diprogramkan pemerintah melalui KODIM 0801 Kabupaten Pacitan pada tahun 2014. Data yang ditampilkan di atas menunjukkan program tahunan yang rutin dilakukan oleh pemerintah melalui Kodim 0801 Kabupaten Pacitan. Tanaman mahoni hanya merupakan salah satu contoh tanaman yang disumbangkan oleh pemerintah untuk kawasan pantai-pantai di Pacitan di tahun 2014, karena tanaman yang disumbangkan oleh pemerintah berbeda-beda di setiap tahunnya.

Tabel di atas menunjukkan bahwa penanaman tanaman penghijauan di kawasan pantai tersebut sebenarnya sudah memperhatikan kesesuaian lahan, namun kondisi cuaca yang terjadi di lapangan tidak sesuai dengan harapan.


(70)

58

Oleh karena itu, jumlah tanaman yang mati lebih banyak daripada tanaman yang bertahan hidup. Selain itu juga, karena kurangnya perawatan yang dilakukan oleh penduduk setempat yang turut bertanggung jawab terhadap pemeliharaan tanaman penghijauan.

Tanaman yang didistribusikan merupakan tanaman yang difokuskan untuk ditanam di kanan-kiri JLS, jadi, pusat (Komando Daerah Militer Surabaya 5 Brawijaya) hanya asal memasok tanaman saja. Hal ini tidak hanya berlaku untuk tanaman mahoni saja, namun juga tanaman-tanaman sebelumnya yang disumbangkan pemerintah untuk titik-titik penghijauan di Kabupaten Pacitan. Beberapa jenis tanaman yang sudah pernah disumbangkan sebelumnya antara lain trembesi, ketapang, bakau dan cemara laut. Tanaman trembesi dan ketapang ditanam di kanan-kiri JLS, sedangkan tanaman bakau dan cemara laut ditanam di daerah pesisir. Cemara laut memiliki pertumbuhan yang paling subur dan paling baik pertumbuhannya di kawasan Pantai Soge tersebut.

3. Rencana Pola Ruang Pesisir Pantai Soge

Gambar 23 di bawah ini menunjukkan rencana pola ruang pesisir Pantai Soge Pacitan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pacitan (2014).


(71)

59

Gambar 23. Rencana Pola Ruang Pantai Soge

Cagar

Alam

Konservasi

Pesisir

Darat

RTH/Lahan

Cadangan

Cagar Alam

Konservasi

Pesisir

Darat

Cagar


(72)

60

Berdasarkan Perda Tingkat I Nomor 11 Tahun 1991 untuk jenis ini dibedakan dalam 3sub jenis kawasan lindung yaitu :

a. Taman wisata alam

Definisi taman wisata alam adalah kawasan pelestarian alam di darat maupun di laut terutama dimanfaatkan untuk pariwisata dan rekreasi alam. b. Hutan wisata

Definisi hutan wisata adalah kawasan hutan yang karena keadaan dan sifat wilayahnya perlu dibina dan dipertahankan sebagai hutan dengan maksud untuk pengembangan atau pendidikan atau penyuluhan rekreasi dan olahraga. Kriteria hutan wisata adalah:

i. Kawasan yang memiliki keadaan yang menarik dan indah secara alamiah maupun buatan manusia

ii. Memenuhi kebutuhan manusia akan rekreasi dan olah raga serta terletak dekat dengan pusat-pusat kegiatan penduduk

iii.Mengandung satwa baru yang dapat dilestarikan sehingga memungkinkan perburuan secara teratur dengan mengutamakan segi rekreasi, olah raga, dan kelestarian satwa

iv.Mempunyai luas yang cukup dan lapangannya tidak membahayakan c. Kawasan suaka alam laut dan perairan lainnya

Adalah salah satu bentuk daerah yang mewakili ekosistem khas di lautan maupun perairan lainnya yang merupakan habitat alami yang memberikan tempat maupun perlindungan bagi perkembangan kenekaragaman tumbuhan dan satwa yang ada. Kawasan suaka alam laut


(1)

2. Potensi tanah Pantai Soge : Pantai Soge sudah sering mendapatkan program penghijauan, antara lain penanaman cemara laut, mangrove, mahoni, ketapang dan lain-lain. Tanaman yang baik pertumbuhannya adalah tanaman cemara laut.

3. Rencana Pola Ruang Pesisir Pantai Soge : Berdasarkan Perda Tingkat I no. 11 Tahun 1991 untuk jenis ini dibedakan dalam 3 sub jenis kawasan lindung yaitu a).Taman wisata alam, b). Hutan wisata dan c). Kawasan suaka alam laut dan perairan lainnya.

4. Kondisi iklim di Pantai Soge : Kondisi iklim di Pantai Soge tidak sesuai dengan jadwal tanam tanaman laut yang dilaksanakan oleh pemangku kebijakan.

5. Perawatan tanaman oleh penduduk setempat : Mayoritas pekerjaan penduduk di Pantai Soge adalah petani dimana mereka sudah disibukkan dengan kegiatan menggarap sawahnya sendiri yang menyebabkan tanaman yang sudah ditanam di beberapa titik pantai tidak terawat dengan maksimal, hanya beberapa orang saja yang melakukan perawatan tanaman tersebut.

D. Persepsi Masyarakat tentang Pantai Soge

Responden dalam tabel 2 dan 3 digunakan untuk menentukan persepsi masyarakat dalam tabel 4.

Tabel 3. Biodata Responden (Pemangku Kebijakan) Tabel 2. Biodata Responden (Penduduk Setempat)


(2)

Berdasarkan tabel 4, disimpulkan bahwa antara pihak pemangku kebijakan dengan penduduk setempat memiliki persamaan persepsi untuk melakukan perencanaan zonasi green belt. Sebagian besar responden mengharapkan adanya penanganan oleh pemerintah, dengan syarat harus ada pembagian pendapatan dengan porsi yang sesuai dan tidak hanya memberatkan salah satunya. Dalam hal ini pemerintah daerah diharapkan dapat meyakinkan penduduk setempat dalam upaya perencanaan dan penataan zonasi green belt di Pantai Soge. Karena, dalam mewujudkan suatu perencanaan kawasan diperlukan adanya kerjasama dan kesepakatan antara pemerintah dengan penduduk setempat. Jika kerjasama dan kesepakatan antar keduanya berjalan dengan baik, maka akan terwujud kebijakan yang dapat dikabulkan melalui perencanaan dan penataan zonasi green belt dalam mereduksi tingkat abrasi di Pantai Soge Pacitan.

E. Strategi Penataan Kawasan Pantai Soge

1. Pemasangan wavebreaker pada garis pasang tertinggi

Prioritas utama dalam strategi penataan kawasan Pantai Soge ini adalah pada upaya penanaman tanaman laut. Namun, tidak menutup kemungkinan bahwa rekomendasi untuk pemasangan wavebreaker dapat dijadikan alternatif bantuan teknis.


(3)

2. Perbaikan longsor tanah pinggiran danau

a). Pencegahan erosi dari tanggul sungai, b). Pelindung garis pantai akibat gelombang, c). Pemecah gelombang / breakwater, d). Pelindung tanah longsor dengan konstruksi dinding penahan tanah dari batu.

3. Penghijauan oleh tanaman yang sesuai dengan musim dan kesesuaian lahannya

Program-program penghijauan sebaiknya dilakukan dengan mempertimbangkan iklim dan kesesuaian lahan sehingga tidak akan banyak tanaman yang mati.

4. Penanaman tanaman laut di sepanjang tanah pasiran rentan terhadap sapuan ombak

Penanaman tanaman sudah sering dilakukan, namun hal tersebut belum cukup menciptakan zonasi green belt apabila belum ada masukan teknologi yang mumpuni.

5. Memberikan contoh kepada penduduk dalam pemanfaatan lahan pasir untuk

pertanian

Rehabilitasi lahan pada daerah dengan penduduk menengah ke bawah membutuhkan perangsang yang dapat menunjukkan bahwa rehabilitasi lahan pantai akan bermanfaat bagi mereka, baik secara langsung maupun tidak langsung, terutama pemanfaatannya untuk pertanian.

F. Rekomendasi Perencanaan dan Penataan Zonasi Green Belt

1. Penanggulangan abrasi Pantai Soge sebaiknya dilakukan dengan cara penanaman

vegetasi

Penanggulangan yang dilakukan adalah penanaman vegetasi yaitu tanaman laut. Tidak hanya sekedar menanam saja, namun juga memelihara agar didapatkan pertumbuhan tanaman laut yang baik dan terawat.

2. Dalam upaya reduksi abrasi pergerakan muara pantai dengan penanaman

vegetasi, tidak menutup kemungkinan untuk memasang wavebreaker

Pemasangan wavebreaker bertujuan untuk melindungi tanaman yang masih yang ditanam di belakangnya, terutama pada saat penanaman baru dimulai.

3. Pertumbuhan tahap awal tanaman memerlukan air dan pemupukan

Pemupukan dan penyiraman air dianjurkan untuk dilakukan mengingat bahwa lahan pasir membutuhkan agregat tanah yang baik agar akar tanaman mudah menyerap unsur hara dari pupuk yang diberikan.

4. Teknik penanaman tanaman laut menggunakan base beton

Penanaman tanaman laut di lahan pantai yang rentan terhadap sapuan ombak sebaiknya menggunakan base beton yang diisi dengan tanah urugan yang mempunyai kandungan pasir rendah (tanah subur), mengingat peranannya sebagai penahan kandungan air untuk mempertahankan viabilitas tanaman.

5. Penentuan jarak tanam vegetasi

Jarak tanam vegetasi cemara laut dalam desain ini adalah 6 m karena jari-jari tajuk tanaman cemara laut maksimal adalah 3 m. Hal ini bertujuan agar pertumbuhan cemara laut tidak terlalu berdekatan sekaligus untuk mendapatkan tujuan estestis dari pertumbuhan tanaman cemara laut di pesisir Pantai Soge.

6. Perlu pola tanam yang baik serta analisis ketahanan tanaman terhadap air laut Tanaman cemara laut (Casuarina equisetifolia). digunakan secara luas untuk


(4)

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

1. Gelombang pasang air laut menjadi penyebab yang lebih dominan terhadap fenomena abrasi Pantai Soge (perpindahan muara sungai), bukan karena limpahan arus dari Sungai Soge.

2. Zonasi green belt untuk mereduksi abrasi Pantai Soge difokuskan pada kawasan sekitar muara Sungai Soge, karena merupakan kawasan yang paling berpotensi mengalami abrasi (sering berpindahnya muara sungai).

3. Zonasi green belt diarahkan untuk menjaga eksistensi atau keberadaan muara Pantai Soge agar tidak bergeser makin ke barat memasuki kawasan yang difokuskan untuk pariwisata.

4. Tanaman cemara laut (Casuarina equisetifolia) adalah tanaman yang direkomendasikan sebagai tanaman zonasi green belt yang penanamannya didukung oleh materi base beton untuk memelihara pertumbuhan tanaman hingga cukup besar dan dapat menjadi materi penghalang abrasi karena gelombang air laut sekitar muara sungai.

5. Penambahan wavebreaker tepat pada garis pantai sekitar muara dapat dijadikan rekomendasi tambahan apabila zonasi green belt saja belum maksimal.

A. Saran

1. Perlu adanya perhatian terhadap pengembangan kawasan Pantai Soge dari Pemerintah Daerah Kabupaten Pacitan.

2. Perlu adanya good governance antara pihak desa dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Pacitan.

3. Koordinasi khusus terhadap perencanaan dan penataan kawasan Pantai Soge. 4. Perlu dilakukan kajian lebih lanjut mengenai perencanaan dan penataan zonasi

green belt dalam mereduksi tingkat abrasi di Pantai Soge Pacitan.

5. Apabila usaha perencanaan dan penataan dengan penambahan beton wavebreaker tidak efektif, maka lebih baik perencanaan dan penataan zonasi green belt difokuskan pada penanaman dan perawatan terhadap tanaman laut yang direkomendasikan berdasarkan zonasi green belt yang dipetakan.


(5)

Gambar 1. Perencanaan wavebreak dan penanaman cemara laut Pantai Soge

Gambar 2. Peletakan wavebreak dan tanaman cemara laut

Gambar1. Perencanaan zonasi green belt Pantai

Cemaralaut

Base beton / cincin semen Tanah subur U


(6)

Gambar 4 . Perencanaan jembatan penyeberangan dan kawat bronjong Pantai Soge

Gambar 5 . Jembatan penyeberangan Gambar 6 .Kawat bronjong dan jalan masuk air dari muara ke danau

U