Relokasi Pasar Kecamatan Perbaungan (Green Architecture)

(1)

RELOKASI PASAR KECAMATAN PERBAUNGAN

(GREEN ARCHITECTURE)

LAPORAN PERANCANGAN TKA-490 TUGAS AKHIR

SEMESTER B 2013/2014

Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Arsitektur

Oleh :

PANJI SEPTO CAHYO

070406056

DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

RELOKASI PASAR KECAMATAN PERBAUNGAN

(GREEN ARCHITECTURE)

Oleh :

PANJI SEPTO CAHYO

070406056

Medan, 14 Februari 2014 Disetujui oleh,

Pembimbing I Pembimbing II

Ir. Nurlisa Ginting, M.Sc Ir.Samsul Bahri, MT

NIP. 196201091987012001 NIP. 19650318199501100

(Ketua Departemen Arsitektur FT-USU)

Ir. N. Vinky Rahman, MT. NIP. 196606221997021001


(3)

SURAT HASIL PENILAIAN PROYEK AKHIR (SHP2A)

Nama : PANJI SEPTO CAHYO

NIM : 070406052

Judul Proyek Akhir : RELOKASI PASAR KECAMATAN PERBAUNGAN Tema Proyek Akhir : Green Architecture

Rekapitulasi nilai

Nilai Akhir A B+ B C+ C D E

Dengan ini mahasiswa bersangkutan dinyatakan :

No. Status

Waktu Pengumpulan Laporan Paraf Pembimbing I Paraf Pembimbing II Koordinator TKA-490

1 LULUS LANGSUNG 2 LULUS

MELENGKAPI

3 PERBAIKAN TANPA SIDANG 4 PERBAIKAN

DENGAN SIDANG 5 TIDAK LULUS

Medan, 14 Februari 2014 Ketua Departemen Arsitektr FT-USU Koordinator TKA-490 Studio Tugas Akhir

Ir. N. Vinky Rahman, MT. Wahyuni Zahrah, ST, MSi NIP. 196606221997021001 NIP. 197308192000042001


(4)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur, saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan seluruh proses penyusunan Laporan Tugas Akhir ini sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Arsitektur, Departemen Arsitektur Universitas Sumatera Utara.

Laporan Studio Tugas Akhir ini berisikan antara lain : pengumpulan data melalui studi literatur dan dari berbagai nara sumber, telaah, analisa dan penyusunan landasan - landasan teoritis (konseptual) bagi tahap perancangan serta gambar - gambar rancangan.

Selama proses hingga selesainya laporan ini, penulis tidak terlepas dari berbagai pihak yang turut andil dalam menyukseskannya. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

 Kedua orang tua saya yang tercinta Ibunda Hj. Marliah dan Ayahanda Ir. H. Soekirman, keluarga di rumah, Bang Agung, Kak Hilda, Dimas, Dipa, dan Aping. Terima kasih atas doa dan pengertiannya selama ini

 Ibu Ir. Nurlisa Ginting, M. Sc sebagai Dosen Pembimbing I atas bimbingan, dukungan dan semangat yang sangat berarti dan selalu memberikan motivasi dari awal hingga akhir.

 Bapak Ir. Samsul Bahri, MT. selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan arahan yang sangat berguna, serta motivasi yang sangat berarti.

 Bapak Devin Devriza, ST. MT. dan Bapak Yulesta Putra, ST. M.Sc selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan masukan, saran, dan kritik.

 Bapak Ir. N. Vinky Rahman, MT Sebagai Ketua Jurusan Arsitektur.

 Sahabat-sahabat saya, pengingat dan pendamping di kala suka dan duka, Grady dan Dewi, Teman-teman JF (Musa, Ajo, Dani, Ginong, dkk).

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat diharapkan untuk kelengkapan dan terwujudnya kesempurnaan sebagaimana dimaksud.


(5)

Akhir kata, Penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan penulisan laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya di lingkungan Departemen Arsitektur USU.

Hormat penulis,


(6)

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan ... ii

Kata Pengantar ... iv

Daftar Isi ... v

Daftar Gambar ... x

Daftar Tabel ... xi

Daftar Pustaka ... xiii

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang ... 1

I.2 Maksud dan Tujuan Perancangan... 4

I.3 Lingkup Kajian dan Batasan ... 4

I.4 Pendekatan Masalah ... 5

I.5 Lingkup dan Batasan ... 6

I.6 Kerangka Berpikir ... 6

I.7 Sistematika Laporan ... 7

BAB II Deskripsi Proyek II.1 Terminologi Judul ... 8

II.1.1 Pengertian Judul ... 8

II.1.2 Klasifikasi Pasar ... 9

II.1.3 Unsur-unsur pokok yang terdapat di pasar ... 12

II.1.4 Materi yang diperjualbelikan di pasar ... 13

II.1.5 Unsur-unsur penunjang pasar... 14


(7)

II.3 Lokasi ... 15

II.3.1.1 Tinjauan terhadap struktur kota ... 17

II.3.1.2 Pencapaian ... 17

II.3.3.3 Area Pelayanan Pasar Kecamatan Perbaungan ... 17

II.3.2 Analisa Pemilihan Lokasi ... 18

II.3.3.1 Deskripsi Kondisi Eksisting Lokasi ... 20

II.3.3.2 Peraturan Site ... 22

II.3.3.3 Ketinggian Bangunan ... 22

II.3.3.4 Eksisting ... 23

II.4 Tinjauan Fungsi ... 24

II.4.1 Deskripsi Pengguna dan Kegiatan ... 24

II.4.2 Deskripsi Kegiatan Pasar ... 24

II.5 Studi Banding Fungsi Sejenis ... 28

II.5.1 Pasar Beringharjo Jogjakarta ... 28

II.5.2 Pasar BSD Serpong ... 29

BAB III Elaborasi Tema III.1 Pengertian Tema ... 32

III.2 Intepretasi Tema ... 34

III.3 Keterkaitan dalam Judul ... 37

III.4 Studi Banding Tema Sejenis ... 37

III.4.1 Heping Park ... 37

III.4.2 Green Rings City of Gwangyo ... 39

III.4.3 River Frontage Green Building ... 40


(8)

BAB IV ANALISA

IV.1 Analisa Lingkungan Tapak... 42

IV.1.1 Data Site ... 42

IV.1.2 Analisa Kondisi Tapak ... 42

IV.1.3 Analisa Sirkulasi dan Pencapaian ... 43

IV.1.4 Analisa Vegetasi ... 43

IV.1.5 Analisa View ... 44

IV.1.6 Analisa Kebisingan ... 44

IV.2 Analisa Fungsional ... 45

IV.2.1 Analisa Kegiatan dan Pengguna Ruang ... 45

IV.2.1.1 Pengelompokan Ruang ... 45

IV.2.1.2 Aliran Kegiatan ... 46

IV.2.1.3 Analisa Daya Tampung Pasar ... 47

IV.2.2 Ruang ... 49

IV.2.3 Bentuk ... 53

IV.2.3.1 Penerapan Pola Masa ... 53

IV.2.3.2 Modul ... 54

IV.2.3.3 Ketinggian Bangunan ... 54

IV.2.4 Utilitas ... 55

IV.2.4.1 Sistem Air Bersih ... 55

IV.2.4.2 Sistem Air Buangan ... 55

IV.2.3.3 Sampah ... 57

BAB V KONSEP V.1 Konsep Perancangan ... 59


(9)

V.2 Konsep Tapak ... 61

V.3 Konsep Sirkulasi ... 62

V.4 Konsep Pemilihan Material Bangunan ... 62

V.5 Konsep Teknologi ... 63

V.6 Konsep Vegetasi ... 63

V.7 Konsep Rain Harvesting ... 64

Gambar 3D... 65


(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1. Eksisting Pasar Perbaungan ... 2

Gambar 1.2 Eksisting Pasar Perbaungan memenuhi jalan ... 3

Gambar 2.1 Peta Kabupaten Serdang Bedagai ... 16

Gambar 2.2 Peta Lokasi Kecamatan ... 16

Gambar 2.3 Peta Kawasan ... 16

Gambar 2.4 Wilayah Kawasan ... 18

Gambar 2.5 Dimensi Site ... 21

Gambar 2.6 Kondisi Eksisting ... 23

Gambar 2.7 Citra Udara ... 23

Gambar 2.8 Peta Satelit Pasar Beringharjo ... 28

Gambar 2.9 Tampak Depan Pasar ... 28

Gambar 2.10 Interior Pasar ... 29

Gambar 2.11 Peta Satelit BSD ... 30

Gambar 2.12 Tampak Depan BSD ... 30

Gambar 2.13 Situasi Loods BSD ... 31

Gambar 2.14 Kondisi Atap dan Sirkulasi ... 31

Gambar 3.1 Bentuk Atap Heping Park ... 38

Gambar 3.2 Layout Denah dan Sirkulasi ... 38

Gambar 3.3 Roof Garden Heping Park ... 38

Gambar 3.4 Potongan Green Ring City ... 39

Gambar 3.5 Green Ring City ... 40

Gambar 3.6 Eksterior River ... 40

Gambar 3.7 Eksterior Fukuoka ACROSS ... 41


(11)

Gambar 4.2 Analisa Kondisi Tapak ... 42

Gambar 4.3 Analisa Sirkulasi dan Pencapaian ... 43

Gambar 4.4 Analisa Vegetasi ... 43

Gambar 4.5 Analisa View ... 44

Gambar 4.6 Analisa Kebisingan ... 44

Gambar 4.7 Kondisi Saluran Pembuangan Air Kotor ... 56

Gambar 4.8 Jenis Sampah umumnya berasal dari pasar ... 57

Gambar 5.1 Konsep Rainwater Harvesting ... 58

Gambar 5.2 Fasilitas Kios ... 60

Gambar 5.3 Penzoningan ... 61

Gambar 5.4 Sirkulasi ... 62

Gambar 5.5 Pemilihan Material ... 62

Gambar 5.6 Konsep Teknologi ... 63

Gambar 5.8 Rain Harvesting ... 64


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. Pendekatan Proses Desain ... 5

Tabel 1.2 Diagram Alur Kerangka Berpikir ... 6

Tabel 2.1 Penilaian Alternatif Lokasi ... 20

Tabel 2.2 Data Jenis Dagangan ... 26

Tabel 2.3 Data Jenis Dagangan ... 27

Tabel 2.4 Data Jenis Dagangan ... 27

Tabel 2.5 Data Jenis Dagangan ... 27

Tabel 4.1 Pengelompokan Ruang ... 46

Tabel 4.2 Proyeksi Pertumbuhan Penduduk ... 48

Tabel 4.3 Pertumbuhan Pedagang ... 50

Tabel 4.4 Kebutuhan Ruang ... 53

Tabel 4.5 Kebutuhan Parkir ... 53


(13)

dengan kebutuhan penataan fisik yang dapat digunakan sebagai arahan perbaikan kondisi pasar tradisional. Arahan penataan fisik pasar tradisional yang dibuat perlu didasarkan pada kebutuhan masyarakat agar dapat lebih tepat sasaran. Dengan perumusan konsep penataan pasar tradisional yang berorientasikan pada masyarakat sebagai penggunanya, diharapkan dapat meningkatkan daya tarik dari pasar tradisional yang kemudian dapat meningkatkan daya saing antara pasar tradisional dan pasar modern. Penerapan green architecture diselaraskan pada desain bangunan sehingga tercapai keseimbangan antara bangunan, alam, dan pengguna.

Kata Kunci : relokasi, pasar, green architecture

Abstract

With the growing needs of the community, the District Perbaungan Market should be relocated to the needs of the physical arrangement which can be used as a landing improvements in traditional markets. Referral physical arrangement of the traditional markets that need to be made based on the needs of the community to be better targeted. With the formulation of the concept of the traditional market-oriented arrangement in the community as users, is expected to increase the attractiveness of the traditional market which then can increase the competitiveness of the market between traditional and modern markets. Harmonized application of green architecture in the design of the building in order to reach a balance between building, nature, and users.


(14)

dengan kebutuhan penataan fisik yang dapat digunakan sebagai arahan perbaikan kondisi pasar tradisional. Arahan penataan fisik pasar tradisional yang dibuat perlu didasarkan pada kebutuhan masyarakat agar dapat lebih tepat sasaran. Dengan perumusan konsep penataan pasar tradisional yang berorientasikan pada masyarakat sebagai penggunanya, diharapkan dapat meningkatkan daya tarik dari pasar tradisional yang kemudian dapat meningkatkan daya saing antara pasar tradisional dan pasar modern. Penerapan green architecture diselaraskan pada desain bangunan sehingga tercapai keseimbangan antara bangunan, alam, dan pengguna.

Kata Kunci : relokasi, pasar, green architecture

Abstract

With the growing needs of the community, the District Perbaungan Market should be relocated to the needs of the physical arrangement which can be used as a landing improvements in traditional markets. Referral physical arrangement of the traditional markets that need to be made based on the needs of the community to be better targeted. With the formulation of the concept of the traditional market-oriented arrangement in the community as users, is expected to increase the attractiveness of the traditional market which then can increase the competitiveness of the market between traditional and modern markets. Harmonized application of green architecture in the design of the building in order to reach a balance between building, nature, and users.


(15)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Tingginya tingkat pertumbuhan ekonomi dewasa ini membawa pengaruh yang sangat besar bagi perkembangan kota-kota di Indonesia. Perbandingan jumlah masyarakat yang tinggal di kota dengan yng tinggal di desa pada saat inipun sudah hampir memiliki angka yang seimbang. Hal tersebut merupakan bukti bahwa perkembangan suatu kota merupakan magnet bagi penyebaran penduduk, yang bila tidak diimbangi dngan pembangunan pedesaan akan dapat menyebabkan merosotnya interaksi desa-kota, yang pada hakekatnya daerah pedesaan merupakan produsen kebutuhan-kebutuhan pokok sehari-hari bagi kehidupan masyrakat perkotaan.

Berkaitan dengan hal tersebut, salah satu aspek pendukungnya adalah diperlukannya suatu wadah yang akomodatif sebagai pendukung kelancaran pendistribusian baik barang maupun manusia dari desa ke kota, dan dalam hal kedudukan desa sebagai produsen sebagian kebutuhan-kebutuhan primer masyarakat kota, maka diperlukan sebuah pasar sebagai pusat distribusi barang yang secara langsung maupun tidal langsung nantinya akan dimanfaatkan oleh masyarakat kota.

Pengertian “pasar” itu sendiri merupakan tempat para penjual dan pembeli dapat

dengan mudah saling berhubungan. Pasar dalam artian luas adalah tempat tertentu dan tetap, pusat memperjualbelikan biasanya dan terutama barang-barang keperluan seharihari. Selain itu pasar sebagai pusat pertemuan penghasil dan pemakai (produsen dan konsumen) yang sudah banyak dikenal sejak jaman dahulu kala ketika sifat perdagangan masih berupa pertukaran barang (barter).

Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli serta ditandai dengan adanya transaksi penjual pembeli secara langsung dan biasanya ada proses tawar-menawar, bangunan biasanya terdiri dari kios-kios atau gerai, los dan dasaran terbuka yang dibuka oleh penjual.

Pasar seperti ini masih banyak ditemukan di Indonesia, dan umumnya terletak dekat kawasan perumahan dan perkampungan agar memudahkan pembeli untuk mencapai pasar. Sisi negatif dari pasar tradisional adalah keadaannya yang cenderung kotor dan kumuh sehingga banyak orang yang segan berbelanja disana.


(16)

Namun pasar tradisional akhir akhir ini sudah mulai terpinggirkan dan tergerus dengan adanya pasar-pasar yang menyajikan barang dagangan yang sama dengan pasar tradisional tetapi dikemas lebih menarik dan modern, inilah nantinya memunculkan cikal bakar pasar dalam bentuk modern. Tetapi kita tidak boleh mengkambinghitamkan pasar modern sebagai penyebab hilangnya pasar tradisional, karena faktor penyebab lainnya adalah buruknya kualitas pasar tradisional dan cara pengolahan pasar itu sendiri.

Untuk itu hubungan antara pasar tradisional dengan pasar modern sebenarnya harus diperbaiki. Sehingga nantinya diperoleh suatu keselarasan antara bangunan pasar tradisional dengan pasar modern.

Salah satu contohnya adalah ”Kawasan Pasar Perbaungan”. Pasar ini merupakan pasar tradisional yang berdiri sejak tahun 1985. Dan belum pernah mengalami pembangunan kembali sehingga membuat kondisi pasar sangat memprihatinkan (Gambar 1.1). Kawasan Pasar Perbaungan berada di kabupaten Serdang Bedagai yang beribukota Sei Rampah merupakan kabupaten yang baru dimekarkan dari Kabupaten Deli Serdang sesuai dengan UU RI Nomor 36 Tahun 2003 pada tanggal 18 Desember 2003.

Gambar 1.1 Eksisting Pasar Perbaungan


(17)

Permasalahan yang terdapat pada setiap Pasar Tradisional umumnya hampir sama, yaitu belum ada arahan penataan yang jelas mengenai pasar yang seharusnya. Akibatnya tidak sedikit pasar tradisional yang akhirnya tidak dapat bertahan dan mati. Dan sebagian yang bertahan juga tidak berfungsi secara optimal. Salah satu contoh kasusnya adalah Pasar Perbaungan. Banyak pedagang cenderung memilih untuk berjualan di dekat area pintu masuk atau bahkan jalan yang mudah dijangkau oleh pembeli, sebagai imbasnya timbul kemacetan yang terelakkan, yang tak hanya merugikan pembeli dan pengguna jalan (Gambar 1.2).

Gambar 1.2 Eksisting Pasar Perbaungan memenuhi jalan

Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kembali kondisi pasar tradisional dapat berupa merelokasi dan membangun kembali meliputi bangunan pasar, dan seluruh fasilitas di dalamnya, sedangkan perbaikan non-fisik dapat berupa pengelolaan pasar, pengaturan kebijakan, serta penyuluhan kepada pedagang pasar tradisional mengenai pemeliharaan pasar.

Untuk menjaga agar pasar tradisional dapat memiliki daya tarik dan bertahan dengan semakin berkembangnya pasar modern, Pasar Kecamatan Perbaungan ini perlu direlokasi yang dibarengi dengan kebutuhan penataan fisik yang dapat digunakan sebagai arahan


(18)

perbaikan kondisi pasar tradisional. Arahan penataan fisik pasar tradisional yang dibuat perlu didasarkan pada kebutuhan masyarakat agar dapat lebih tepat sasaran. Dengan perumusan konsep penataan pasar tradisional yang berorientasikan pada masyarakat sebagai penggunanya, diharapkan dapat meningkatkan daya tarik dari pasar tradisional yang kemudian dapat meningkatkan daya saing antara pasar tradisional dan pasar modern.

I.2. Maksud dan Tujuan

Maksud dan tujuan dari Relokasi Pasar Kecamatan Perbaungan ini antara lain: a)Menciptakan lingkungan Pasar yang mampu mengatasi permasalahan sirkulasi

kendaraan, pejalan kaki dan masalah perparkiran.

b)Menciptakan wadah berjualan yang lebih layak dan efektif bagi pedagang Pasar Tradisional, nyaman, bersih bagi pengguna.

c)Menciptakan Pasar yang nyaman dan bersih, serta dapat memberi kontribusi terhadap pendapatan daerah.

d)Menciptakan pasar yang Ramah Lingkungan

e)Mengubah persepsi masyarakat terhadap kondisi Pasar Tradisional yang panas, sumpek dan bau.

I.3. Masalah Perencanaan

Masalah perancangan yang berhubungan dengan kasus proyek antara lain : a)Bagaimana menerapkan tema perancangan terhadap desainan bangunan.

b)Pengaturan sirkulasi kendaraan, pejalan kaki dan perparkiran sehingga tidak terjadi crossing yang mengakibatkan kemacetan.

c)Bagaimana menyusun organisasi ruang agar ruang dalam pasar dapat menjadi sequence yang dapat mengendalikan pola pergerakan pengunjung.

d)Bagaimana memadukan ruang dalam dan ruang luar agar dapat menciptakan keharmonisan dalam desain.

e)Bagaimana cara peletakan fasilitas-fasilitas pendukung agar tidak menggagu peletakan fasilitas utama.


(19)

I.4. Pendekatan Masalah

Dalam proses desain, penulis menggunakan bagan berikut untuk menentukan hasil desain, dapat dilihat di diagram 1.1 di bawah ini :

Dalam pendekatan masalah, metode yang akan dilakukan untuk mencapai desain

akhir Proyek “Pengembangan Kawasan Pasar Tradisional Perbaungan” ini antara lain adalah:

- Survey : Dilakukan pengamatan secara langsung di lokasi perancangan agar dapat menyimpulkan permasalahan yang terdapat di sekitar maupun di dalam site perancangan.

- Pengumpulan Data : Melakukan pengumpulan data terkait teori-teori yang terkait dengan judul maupun tema perancangan. Serta mengumpulkan faakta-fakta yang terkait dengan site perancangan.

RELOKASI PASAR KECAMATAN PERBAUNGAN


(20)

- Analisa Data : Menganalisis data yang telah diperoleh agar dapat memecahkan masalah yang terdapat di dalam maupun di luar site perancangan.

- Konsep : Mengembangkan prospek terkait solusi yang telah didapat dari permasalahan site yang ada, yang kemudian dibuat dalam bentuk konsep perancangan.

- Desain Akhir : Desain akhir merupakan kesimpulan dari hasil penyusunan skematik desain yang diterapkan pada perencanaan dan perancangan fisik Kawasan Pasar Perbaungan.

I.5. Lingkup/Batasan

Lingkup perencanaan mencakup area Pasar Perbaungan dan kawasan sesuai dengan

tujuan yang ingin dicapai dalam perancangan “Relokasi Pasar Kecamatan Perbaungan”

dengan menerapkan gagasan “Arsitektur Hijau” untuk memperoleh desain pasar dengan

tingkat fleksibilitas, kenyamanan, keamanan, efektifitas yang tinggi utililitas dan sirkulasi yang baik serta memberi kontribusi positif terhadap permasalahan lingkungan saat ini.

I.6. Kerangka Berfikir

Kerangka Berfikir dapat dilihat dalam bagan di bawah ini :

RELOKASI PASAR KECAMATAN PERBAUNGAN


(21)

I.7. Sistematika Penulisan Laporan

Adapun sistematika pembahasan pada laporan ini adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN, membahas mengenai latar belakang pemilihan judul, permasalahan yang ada, maksud dan tujuan, pendekatan masalah, ruang lingkup dan batasan masalah, kerangka berpikir, asumsi dan sistematika laporan.

BAB II DESKRIPSI PROYEK, membahas mengenai deskripsi, pengertian dan batasan proyek, studi lokal, tinjauan khusus, gambaran umum lokasi proyek, lingkup dan batasan proyek, dan studi tipologi bentuk pasar tradisional dan bangunan pusat perbelanjaan.

BAB III ELABORASI TEMA, mengemukakan mengenai tinjauan teoritis / pengertian tema, interpretasi tema, dan studi banding tema sejenis.

BAB IV ANALISA, membahas dan mempelajari masalah yang diuraikan pada bab-bab sebelumnya secara terperinci berdasarkan fakta-fakta data serta standar-standar yang sudah ada, dimulai dengan analisa mikro yang berkaitan dengan lingkungan dan analisa mikro yang berkaitan dengan tapak dan bangunan.

BAB V KONSEP, menguraikan konsep dasar perancangan pasar tradisional dan pusat perbelanjaan yang terdiri dari konsep dasar perencanaan tapak dan konsep dasar perencanaan bangunan.


(22)

BAB II

DESKRIPSI PROYEK

II.1. Terminologi Judul

Judul kasus yang diambil pada proyek Tugas Akhir ini adalah “Relokasi Pasar Kecamatan Perbaungan”, untuk memudahkan dalam memahami judul yang diambil maka akan dibahas masing-masing kata yang membentuk judul tersebut.

II.1.1. Pengertian Judul

Relokasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah pemindahan tempat. Relokasi merupakan salah satu alternatif untuk memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk menata kembali suatu lokasi yang baru karena yang lama dianggap sudah tidak layak lagi. Beberapa hal perlu memperoleh perhatian pemerintah sebagai pihak yang memfasilitasi program relokasi kolektif ini. Relokasi merupakan bagian dalam pembangunan kembali ke suatu area untuk menjadi lebih baik dan dapat menaikkan taraf hidup masyarakat sekitar, Pada pemerintahan, prinsip utama relokasi adalah kesukarelaan masyarakat untuk bersama-sama pindah ke lokasi yang baru. Untuk itu, diperlukan transparansi dan akses informasi bagi masyarakat yang bersedia ikut dalam program relokasi berkenaan dengan fasilitas yang akan mereka peroleh dalam lokasi yang baru. Pengetahuan yang cukup tentang hak- hak dan fasilitas yang akan diperoleh akan membantu mereka membuat keputusan mengikuti program dan berperan serta dalam prosesnya. Hal ini dapat meminimalkan kemungkinan untuk meninggalkan tempat yang baru tersebut dengan segala dampaknya.

- Dampak dari relokasi adalah :

Dampak positif

1. Lokasi / tempat pemasaran untuk memasarkan produk baik barang dan jasa akan semakin meluas.


(23)

Dampak negatif

1. Menimbulkan persaingan yang mungkin akan mematikan industri yang sama di dalam negeri.

2. Masuknya budaya baru yang mungkin bertentangan dengan budaya lokal.

Pengertian pasar berdasarkan ”Kamus Umum Bahasa Indonesia”, ada beberapa, antara lain :

1. Tempat orang berjual-beli ; pekan, tempat berjual beli yang diadakan oleh perkumpulan dan sebagainya dengan maksud mencari derma.

2. Tempat berbagai pertunjukan yang diadakan malam hari untuk beberapa hari lamanya

Kecamatan Perbaungan adalah salah satu kecamatan di Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara, Indonesia.

Penduduk wilayah ini berjumlah 119.828 jiwa (2004). Perbaungan merupakan kota pintu gerbang ketika memasuki Kabupaten Serdang Bedagai dari arah Medan.

Jadi dapat simpulkan pengertian dari ”Relokasi Pasar Kecamatan Perbaungan” adalah

”Pemindahan lokasi pasar menuju ke tempat yang baru dan pembangunan kembali Pasar Kecamatan Perbaungan”

II.1.2. Klasifikasi Pasar

Pasar dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis berdasarkan sudut pandang yang berbeda. Berikut merupakan jenis-jenis pasar berdasarkan klasifikasinya (Adhyzal, 2003)

- Menurut sifatnya pasar di bagi menjadi beberapa jenis, diantaranya:

a. Pasar nyata/ konkret. Tempat para penjual dan pembeli berkumpul untuk membeli barang-barang dagangan secara langsung. Contoh : pasar buah, ikan, sayur, dll


(24)

b. Pasar abstrak. Barang yang diperdagangkan tidak sampai di pasar, jual beli berlangsung tetapi hanya menurut contoh barang. Contoh : pasar bursa, obligasi, dll

- Menurut pelayanan dan area administrasi pemerintahan pasar dibagi menjadi beberapa jenis (Perda DKI, 2009), diantaranya:

a. Pasar lingkungan.

Pasar yang ruang lingkupnya meliputi suatu lingkungan kira-kira seluas satu kelurahan atau beberapa kelompok perumahan di sekitar pasar tersebut dan jenis barang diperdagangkan adalah barang kebutuhan sehari-hari.

b. Pasar wilayah.

Pasar yang ruang lingkup pelayanannya meliputi beberapa lingkungan permukiman dan barang-barang yang diperjual belikan lebih lengkap dari pasar lingkungan.

c. Pasar kota.

Pasar yang ruang lingkup pelayanannya meliputi wilayah kota dimana barang-barang yang diperjualbelikan lengkap.

d. Pasar regional.

Pasar yang ruang lingkup pelayanannya meliputi daerah kota dan sekitarnya. e. Pasar perumahan.

Merupakan toko-toko yang menempel pada rumah tinggal melayani kebutuhan rumah tangga di daerah sekitarnya, kira-kira seluas wilayah RT.

- Menurut sifat barang yang dijual pasar dibagi menjadi beberapa jenis (Perda DKI, 2009), diantaranya:

a. Pasar induk.

Pasar yang merupakan pusat pengumpulan, pusat pelelangan dan pusat penyimpanan bahan-bahan sandang pangan untuk disalurkan kepada grosir-grosir dan pusat-pusat.

b. Pasar Eceran.

Pasar dimana terdapat permintaan dan penawaran barang atau jasa secara kecil atau eceran.


(25)

c. Pasar khusus.

Pasar yang menjual atau sejenis barang tertentu, mis : pasar tekstil, bunga, buah, dll

- Menurut waktu berlangsungnya jual beli (waktu operasinya) pasar dibagi kedalam beberapa jenis (BD Simanjuntak, 2011), diantaranya:

a. Pasar siang hari Pasar yang kegiatannya antara pukul 08.00 s/d 18.00 WIB b. Pasar malam hari Pasar yang kegiatannya antara pukul 18.00 s/d 05.00 WIB c. Pasar siang malam Pasar yang kegiatannya dilakukan siang dan malam hari d. Pasar pagi Kegiatan pasar hanya dilakukan pada pagi hari

e. Pasar mingguan Kegiatan pasar hanya dilakukan sekali dalam seminggu.

- Secara operasional, pasar dibagi menjadi beberapa bagian, diantaanya: a. Pasar perusahaan daerah

b. Pusat pertokoan / perdagangan perseroan terbatas

c. Pasar tidak resmi : pasar yang belum diakui oleh pemerintah

d. Trade imporium departemen perindustrian dan perdagangan yang merupakan pusat penjajaan hasil kerajinan rakyat

e. Gelanggang dagang yang dikelola oleh departemen perdagangan dan koperasi f. Toko serba ada yang dikelola departemen perdagangan dan koperasi

g. Pusat pertokoan atau perbelanjaa swasta

- Berdasarkan jenis pelayanannya, pasar dibagi menjadi beberapa jenis (wikipedia.com), diantaranya:

a. Pasar Tradisional.

Yang dimaksud dengan pasar tradisional adalah pasar yang ada pada masa kini, yang masih memiliki karakter atau ciri-ciri pada masa lalu dimana salah satu adalah adanya interaksi sosial langsung antara penjual dan pembeli yang sifatnya tawar menawar harga barang dan jasa.

b. Pasar Khusus:


(26)

 Pasar yang ditawarkan tetap dalam keadaan khusus, misalnya pasar souvenir walaupun kemudian pasar berkembang produk yang dipasarkan adalah penunjang dari produk utama.

 Sistem pembagian perlu diperhatikan agar penyeberan keuntungan sedapat mungkin merata.

 Sistem proteksi kebakaran merupakan hal yang penting untuk diperhatikan mengingat fungsi pasar yang merupakan bangunan umum

 Memperhatikan keamanan pasar setiap sudut desain agar mencegah munculnya kriminalitas pada lokasi.

c. Pasar Modern.

Suatu kompleks toko eceran dan dihubungkan dengan fasilitas yang terencanan sebagai suatu kesatuan kelompok, untuk memberikan pelayanan perbelanjaan yang maksimal.

d. Pasar wisata.

Umumnya berkembang pada kawasan objek wisata dan tercipta dari perkembangan aktivitas wisata itu sendiri yang didukung oleh faktor-faktor lingkungan yang mendukung terhadap market tersebut, yaitu :

 Potensi wisata pada kawasan wisata

 Interest publik terhadap potensi wisata kawasan tersebut

 Adanya sarana yang mendukung terhadap potensi wisata

 Perkembangan jumalah wisata yang mengunjungi kawasan wisata II.1.3. Unsur-Unsur Pokok Yang Terdapat Dalam Pasar Tradisional

A. Konsumen

Konsumen adalah pribadi atau badan yang menikmati penggunaan fisik suatu barang dan jasa ekonomi atau seseorang yang membeli untuk dijual kembali. Dari pihak konsumen yang perlu untuk diteliti antara lain : Daya beli atau tingkat pendapatan, daya mobilitas untuk mencapai tempat belanja, waktu yang tersedia, dan tingkah laku adat dan kebiasaan.


(27)

B. Lembaga Perdagangan/Wadah

Lembaga yang melaksanakan penyaluran barang dan jasa dari produsen ke konsumen Dari pihak pedagang, hal yang perlu diperhatikan antara lain:

a. Keuntungan yang relatif baik b. Harga dan biaya penjualan c. Cara pelayanan

d. Suplai barang yang diperdagangkan

C. Barang

Mengenai penggolongan barang terdapat banyak teori. Untuk pembahasan selanjutnya diambil penggolongan barang yang merupakan hasil penyelidikan yang dilakukan oleh PD Pasar Jaya Bersama dengan LPEM F.E. UI 1971 :

a. Golongan I : Merupakan barang-barang yang dinilai sebagai barang kebutuhan sehari-hari misalnya : sayur, bumbu dapur, lauk-pauk, dll

b. Golongan II : Barang ini bukan merupakan kebutuhan sehari-hari yang dibutuhkan dalam waktu interval tertentu misalnya seminggu atau sebulan. Contohnya : pakaian, tekstil, sepatu, kosmetik.

c. Golongan III : Sifat barang yang termasuk dalam golongan ini hampir sama dengan golongan barang sekunder, akan tetapi merupakan barang-barang lux dan relatif mahal harganya bagi ukuran pembeli masyarakat Indonesia. Contohnya : tv, kamera foto, dll

d. Golongan IV : Barang-barang golongan ini dirasakan dan dibutuhkan oleh pembeli hanya sebagai insidential, atau tidak dapat ditentukan. Misalnya : mebel, onderdil mobil , dll

II.1.4. Materi Yang Diperjual Belikan Di Dalam Pasar

Materi perdagangan di pasar dapat dikelompokkan berdasarkan jenis, sifat, urgensinya, cara pengangkutannya, dan cara penyajiannnya :

A. Jenis materi yang diperjual belikan a. bahan kebutuhan rohani / pemuas diri b. bahan sandang / tekstil


(28)

B. Sifat barang yang diperjual belikan: a. Basah

b. Kering c. Tahan lama

C. Tingkat urgensi materi perdagangan

a. barang kebutuhan sehari-hari (demand good) b. barang kebutuhan berkala (convinience good)

II.1.5. Unsur-Unsur Penunjang Pasar

Yaitu pihak yang berperang dalam kelangsungan kegiatan perdagangan di pasar, unsur-unsur ini meliputi pemerintah, pengelola, bank, dan swasta :

Pertama, Pemerintah wajib memelihara kestabilan ekonomi dalam pembangunan dan kelancaran ekonomi, diantaranya dengan menguasai sektor perpasaran dalam bentuk mengelola dan menarik pajak pasar, menentukan klasifikasi pasar dalam wilayah kekuasaannya, pembangunan fisik pasar yang biasanya dilakukan dengan menggunakan anggaran daerah atau instruksi presiden.

Kedua, Dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari pemerintah sebagai pengelola menunjuk :

a. Jawatan atau dinas dibawahnya atau

b. Perusahaan daerah yang memberi otorita untuk mengelola pelayanan umum di bidang perpasaran

Adapun kegiatan yang biasanya dialksanakan oleh pengelola ini antara lain: a. Memelihara kebersihan

b. Menjaga keamanan dan ketertiban dalam pasar

c. Mengusahakan kelancaran distribusi bahan-bahan pokok kebutuhan sehari-hari.

Ketiga, Bank berperan khususnya dalam pembayaran pembangunan dan pemodalan bagi para pedagang. Misalnya pembangunan pasar Inpres dibiayai melalui bank pemerintah, kredit candak kulak bagi para pedagang kecil disalurkan melalui BRI, dll


(29)

Keempat, Dalam hal ini yang disebut swasta bisa para pedagang itu sendiri atau para pelaksana yang membiayai pembangunan pasar, dengan prinsip pembangunan fasilitas pasar dibiayai dengan dana dari masyarakat yang akan kembali kepada masyarakat dalam bentuk lain. Secara umum pasar merupakan suatu kebutuhan masyarakat melalui peranannya sebagai unsur-unsur penunjang yang menggerakkan kehidupan sehari-hari.

II.2. Pelaku dan Kegiatannya

Pelaku dan kegiatan pada pusat perbelanjaan secara garis besar terdiri dari : a. Kelompok pengunjung

Yaitu sekelompok orang atau perorangan yang mengunjungi fasilitas ini untuk mencari dan membeli barang kebutuhannya. Kegiatan pengunjung disini ada yang datang dengan tujuan membeli barang, melihat-lihat, mencari hiburan, berekreasi atau hanya berjalan-jalan.

b. Kelompok pedagang

Yaitu sekelompok orang atau perorangan yang melakukan kegiatan menjual barang kebutuhan atau jasa, sebagai pengecer akhir, yang memanfaatkan ruang toko atau pertokoan dengan sistem sewa kepada pihak pengelola

c. Kelompok Pengelola

Yaitu sekelompok orang atau badan yang mengelola dan bertanggung jawab atas segala kegiatan yang berlangsung dalam pusat perbelanjaan serta mengatur semua jalannya kegiatan tersebut, termasuk administrasi penyewaan ruang kepada para pedagang atau pemilik usaha, sehingga dapat dicapai suatu kelancaran kegiatan, kenyamanan, kemudahan dan keamanan

II.3. Lokasi

Lokasi proyek Tugas Akhir “Relokasi Pasar Kecamatan Perbaungan” ini terletak di Kelurahan Rengas Pulau, Kecamatan Perbaungan, Kota Medan, Sumatera Utara. Dapat dilihat di gambar 2.1, gambar 2.2, dan gambar 2.3).


(30)

II.3.1. Kriteria Pemilihan Lokasi

Pemilihan lokasi yang tepat merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan dari hampir semua proyek arsitektur. Namun dalam proyek ini, lokasi sudah ditentukan, karena merupakan redevelopmen dari kompleks pasar yang sudah ada. Sehingga tidak diperlukan adanya kriteria tertentu dalam pemilihan lokasi. Adapun hal yang diperlukan mengenai permasalahan lokasi ini adalah alasan apa yang bisa disampaikan sehingga lokasi tersebut memang memenuhi kelayakan untuk di-redevelopmen sebagai proyek pasar dan pusat perbelanjaan yang lebih modern dan masih mempertahankan konsep berbelanja secara tradisional.

Gambar 2.1. Peta Kabupaten Serdang Bedagai

Gambar 2.2. Peta Lokasi Kecamatan


(31)

II.3.1.1 Tinjauan Terhadap Struktur Kota

Kawasan Pasar Kecamatan Perbaungan berada di lingkungan permukiman dan tanah kosong (Gambar 2.4). Arah pengembangan pada wilayah ini adalah sebagai wilayah perdagangan dan permukiman penduduk.

II.3.1.2. Pencapaian

Lokasi site berada di jalan Mangga, sangat efisien untuk pencapaian karena banyak dilalui oleh angkutan umum, kendaraan, maupun truk barang. Untuk para pejalan kaki, site sangat mudah dijangkau karena banyak dilalui oleh berbagai jenis angkutan umum. Dalam tempo waktu ke depan akan dibangun jalan tol di kawasan ini.

II.3.1.3. Area Pelayanan Pasar Kecamatan Perbaungan

Berdasarkan jenis pasar yang telah dijelaskan sebelumnya, maka dapat dikatakan bahwa Pasar Kecamatan Perbaungan adalah pasar kecamatan, tepatnya adalah Pasar Kecamatan Perbaungan. Sehingga berdasarkan hal tersebut, dapat dikatakan Pasar Kecamatan Perbaungan memiliki kriterial sebagai berikut :

- Fasilitas pelayanan : pertokoan, perpasaran, kantor-kantor pelayanan umum dan civic center.

- Populasi pelayanan : 20.000 – 70.000 jiwa Gambar 2.4. Wilayah Kawasan


(32)

- Skala radius pelayanan : 0 - 1,5 km - Perkiraan kepadatan : 80-100 ha - Status pasar lingkungan

II.3.2. Analisa Pemilihan Lokasi

Pada site ini, dipilih 3 lokasi sebagai pembanding, lalu dicari yang terbaik sesuai kriteria yang diperlukan. Terdapat beberapa kriteria agar sebuah lokasi dapat menjadi lokasi sebuah pasar dan pusat perbelanjaan, antara lain :

1. Dekat dengan pemukiman penduduk, sehingga mempunyai konsumen yang tetap. 2. Lokasi harus dapat menjangkau masyarakat banyak

3. Dilalui oleh lintasan angkutan umum, sehingga dapat diakses oleh para pejalan kaki

4. Memiliki sarana dan utilitas yang baik di sekitar kawasannya. Sehingga nantinya tidak menimbulkan bau yang tidak sedap.

Lokasi 1 Lokasi 2 Lokasi 3

Lokasi Jalan Mangga, Melati I Perbaungan

Jalan Mangga, Melati I Perbaungan

Jalan Kedondong, Melati I Perbaungan

2 2 3

Potensi Berada di tengah-tengah permukiman

Berada di permukiman dan perkebunan

Berada di daerah yang akan mengalami perkembangan signikfikan

2 2 3

Aksesi Berada di jalur arteri penghubung antara desa dan

Berada di jalur arteri penghubung antara desa dan

Berada di jalur penghubung antar desa ke jalinsum


(33)

bilitas perkebunan PTPN-4 perkebunan PTPN-4

2 2 3

Kondis i Jalan

Lebar jalan 5 m, sangat lancar sepi karena jalan berujung kebun kelapa sawit

Lebar jalan 5 m, sangat lancar sepi karena jalan berujung kebun kelapa sawit

Lebar 10 m, lancar

1 1 3

KDB 50% 60% 60%

2 2 3

Target Pasar

Masyarakat Kota Perbaungan, masyarakat desa Melati 1, Melati 2 Pegajahan

Masyarakat Kota Perbaungan, masyarakat desa Melati 1, Melati 2 Pegajahan

Masyarakat Kota Perbaungan, masyarakat desa Melati 1, Melati 2 Pegajahan

1 2 3

Tata Guna Lahan

Sesuai dengan potensi yang berada di sekitar lokasi

Sesuai dengan potensi yang berada di sekitar lokasi

Sesuai dengan potensi yang berada di sekitar lokasi

2 3 3

Kondis i Site

Baik Baik Baik

3 3 1

Tingka T Hunian

- Permukiman Area Pabrik

Permukiman dan area pabrik -permukiman


(34)

View Lingku ngan sekitar

- Dekat dengan pabrik - Dekat dengan

pemukiman

Dekat dengan pabrik dan perkebunan

- Sawah dan pemukiman

1 1 2

Loadin g Dock

Terhalangi oleh pabrik dan perkebunan

Terhalangi oleh pabrik dan perkebunan

Terdapat jalur alternative, yang terhubung ke jalinsum

1 1 3

Total 18 20 29

Dari penilaian di atas disimpulkan bahwa lokasi di jalan Kendondong adalah merupakan lokasi yang terbaik dari 3 alternatif lokasi yang ada. Sehubungan dengan lokasi yang berdekatan dengan permukiman, akses mudah, dan lokasi yang baik untuk pasar.

II.3.3. Deskripsi Kondisi Eksisting Lokasi II.2.3.1 Luas lahan

Pasar Kecamatan Perbaungan yang ada saat ini bukan seutuhnya dikelola oleh Perusahaan Daerah Kota Medan tetapi juga sebagiannya dikelola oleh pihak Swasta. Luas gabungan dari keduanya mencapai ± 18.958 m2, tetapi yang dikelola pleh PD. Pasar hanya seluas 2400 m2.

Pasar terdiri dari bangunan eksisting, berupa kios dan ruko-ruko. Tabel 2.1. Penilaian Alternatif Lokasi


(35)

Site ini terletak pada Kecamatan Perbaungan. Termasuk kedalam wilayah pengembangan yang berorientasi sebagai Permukiman, Persawahan. Adapun site ini memiliki kelebihan dan kelemahan tertentu antara lain :

- Kelebihan:

1. Pencapaian yang mudah karena banyak dilalui oleh berbagai jenis kendaraan maupun angkutan umum.

2. Dekat dengan pemukiman penduduk, sehingga target pasar dapat dengan mudah terpenuhi, karena tersedianya jumlah pembeli yang memadai. 3. Dekat dengan lahan pertanian sehingga kebutuhan pasar dapat terpenuhi

dengan baik.

4. Rencana dalam waktu dekat pembuatan jalan lintas sumatera. - Kelemahan

1. Area Pemukiman penduduk.

2. Areanya belum terlalu berkembang. 3.

Dengan mempertimbangkan kelebihan dan kelemahannya, maka luasan pasar yang dirancang adalah kurang lebih seluas 1,2 hektar.


(36)

II.3.3.2. Peraturan Site

1. Land Use (RDTRK) : rencana detail tata ruang kota. Yaitu peruntukan dan syarat-syarat lain tentang suatu wilayah pada daerah tertentu. Peraturan ini dibuat agar penggunaan lahan pada suatu kawasan dapat terencana dan teratur.

2. GSB = Garis Sempadan Bangunan : Mengatur jarak batas bangunan dengan batas kapling, bisa batas depan, samping atau belakang. Sering garis sepadan ini hanya depan atau jalan saja, 1/2 x lebar jalan atau (1/2xlebar jalan) + 1.

GSB ideal yang seharusnya ideal untuk sebuah site adalah seperti yang diutarakan dalam penjelasan di atas, yaitu :

GSB sebelah Selatan (Jl.Kedondong) (1/2x 10m) + 1 = 6m

3. KDB (Koefisien Dasar Bangunan). Yakni perbandingan tapak dengan kawasan terbangun. Koefisien ini akan semakin kecil untuk kawasan perbelanjaan atau kawasan mahal, bisa berubah tergantung fungsi dan harga tanah atau lahan. Sebagai kawasan pusat perbelanjaan dan pasar, maka koefisen dasar bangunan yang ada di sekitar dan pada site adalah sekitar 80 % - 90 %

Maka koefisen dasar bangunan adalah : 90 % x 12227 m2 = 10999 m2

4. KLB (Koefisien Lantai Bangunan). Yaitu perbandingan luas tapak dan klasifikasi yang telah ditetapakan total luas lantai. Koefisien ini bisa lebih dari 100% untuk bangunan bertingkat.

Untuk daerah di sekitar Pasar Perbaungan, maka koefisien lantai bangunan sekitarnya adalah 1-2 lantai.

II.3.3.3. Ketinggian Bangunan

Berdasarkan survey yang telah dilakukan, maka dapat diketahui ketinggian bangunan di kawasan Pasar Kecamatan Perbaungan sebelumnya adalah. Penyajiannya adalah sebagai berikut:

1. Ketinggian Bangunan Pasar Kecamatan Perbaungan

Ketinggian bangunan Pasar Kecamatan Perbaungan adalah bangunan 1 lantai. Mulai dari kios hingga loods semuanya hampir sama ketinggiannya.


(37)

Bangunan di sekitar Pasar Kecamatan Perbaungan rata-rata adalah bangunan rumah toko dan permukiman penduduk. Ketinggiannya bervariasi, mulai dari 1 hingga yang paling tinggi adalah 3 lantai. Untuk lebih jelasnya disajikan dalam gambar berikut.

II.3.3.4. Eksisting

Tapak terletak di Jl. Kedondong berupa site tanah kosong dengan pemukiman penduduk di sekitarnya

Gambar 2.6. Kondisi Eksisting Sumber: Survey Lapangan

Gambar 2.7. Citra Udara Sumber : Google Earth


(38)

II.4. Tinjauan Fungsi

II.4.1. Deskripsi Pengguna dan Kegiatan

Pengguna pasar ini dapat dikelompokkan secara umum menjadi beberapa bagian demikian juga dengan kegiatan yang terjadi juga dapat dikelompokkan menjadi beberapa bagian besar. Penggunanya antara lain :

 Pengunjung yaitu masyarakat baik yang berasal dari daerah sekitar (dalam kota), maupun dari luar kota bisa pengunjung pasar.

 Pedagang pasar yaitu pihak yang menjajakan barang dagangan di pasar.

 Pengelola yaitu pihak yang bertugas mengawasi, mengelola, dan memberikan pelayanan fasilitas kepada para pedagang baik di pasar.

Kegiatannya antara lain :

 Berdagang yang merupakan fungsi utama dari komplek bangunan ini. Merupakan kegiatan menjajakan barang kepada para pengunjung, baik dalam bentuk kios, lods, retail, maupun pameran.

 Pembelian yang merupakan feedback dari kegiatan berdagang. Disini pembeli akan membayar untuk barang yang diinginkan.

Secara lebih lengkap akan dibahas mengenai kronologis kegiatan dan pelaku yang terdapat di komplek bangunan ini :

II.4.2. Dekripsi Kegiatan Pasar Kecamatan Perbaungan

Dikarenakan oleh lokasi pasar yang berada pada pusat Kecamatan Perbaungan, maka pasar termasuk daerah yang hidup mulai dari pagi jam 04.00 s/d 18.00 WIB..

- Pada pukul 04.00 WIB barang dagangan mulai berdatangan ke pasar Perbaungan. Kebanyakan merupakan barang dagangan yang berupa sayur dan daging.

- Pada pukul 06.30 WIB, pembeli mulai berdatangan. Sehingga suasana pasar mulai ramai.

- Pukul 06.30-18.00 WIB merupakan waktu dimana kegiatan berdagang dilaksanakan.


(39)

II.4.2. Deskripsi Persyaratan dan Kriteria Ruang

Dalam perancangan pasar, ada persyaratan dan kriteria tertentu yang perlu diperhatikan antara lain fleksibillitas, keamanan pengunjung, kenyamanan pengunjung yang dihubungkan dengan keadaan termal, pencahayaan, sirkulasi. Untuk lebih jelasnya akan dibahas sebagai berikut :

1. Fleksibilitas

Secara harfiah fleksibilitas dapat didefenisikan sebagai kemampuan untuk menyesuaikan diri. Kemudahan penyesuaian kios dan los untuk dapat menampung lebih banyak jumlah pedagang. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain :

a. Pemilihan sistem struktur b. Pembagian ruang

c. Ketinggian ruang

d. Tata letak stan, kios, dan lods 2. Kenyamanan

Kenyamanan merupakan kepuasan atau kenikmatan dalam melakukan aktivitasnya. Kenyamanan untuk ruang pusat perbelanjaan dan pasar dipengaruhi faktor keadaan termal dan pencahayaan ruang pameran.

3. Sirkulasi

Perencanaan dan perancangan sistem sirkulasi pada bangunan terutama ditekankan pada pola pengaturan pencapaian pejalan kaki, jalur sirkulasi pengunjung dan sirkulasi servis bangunan.

Kebutuhan ruang dari pasar tradisional dapat dikelompokkan menjadi empat bagian, yaitu ruang utama, pendukung, pelengkap, dan servis, dimana pembagian masing-masing kelompok diuraikan sebagai berikut:

1. Ruang Utama, termasuk didalamnya kios dan lods.

2. Ruang Pendukung, yakni Kantor Pengelola dan Pusat Jajanan Serba Ada (Pujasera).


(40)

3. Pelengkap, yakni Ruang Terbuka Hijau, Toilet, Mushalla, ATM Center, Pelayanan Kesehatan, dan Tempat Penitipan Anak.

4. Servis, yakni Loading deck, Ruang kontrol Panel, Tempat Sampah Sementara, Ruang Genset, Pos Jaga, Parkir.

Berdasaran data dari PD Pasar, diperolehlah jumlah pedagang yang terdapat di Kawasan Pasar Kecamatan Perbaungan sebelumnya (Tabel 2.2, tabel 2.3, dan tabel 2.4). Pasar yang merupakan milik swasta terdiri dari kios, lods, dan PKL. Kios berukuran 2 x 2m dan lods berukuran 1 x 2m.

Pedagang di dalam area pasar

No. Jenis Dagangan Jumlah

1. Sayur Mayur 56

2. Ikan 56

3. Ayam 15

4. Rempah-Rempah 7

5. Kain 13

6. Emas 2

7. Buah-Buahan 2

8. Bumbu 15

9. Ikan Asin 6

10. Kue 3

11. Daging 8

12. Makanan/ Minuman 7

13. Gilingan 4

14. Sepatu/ Tas /Sandal 2

15. Barang Sampah 16

16. Mainan Anak 1

17. Kelapa 3

18. Pecah Belah 2

Jumlah 218


(41)

Pedagang di luar area pasar Jl.Cipto (PKL)

No. Barang Dagangan Jumlah

1. Sayur - mayur 46

2. Ayam 1

3. Kain 5

4. Buah - Buahan 12

5. Ikan Asin 2

6. Makanan/Minuman 4

7. Gilingan 1

8. Kelapa 8

Jumlah/Total 79

Jl.Renggas

No. Jenis Dagangan Jumlah

1. Sayur - Mayur 27

2. Ikan 8

3. Ayam 7

4. Rempah - Rempah 1

5. Kain 3

6. Buah - Buahan 5

7. Ikan Asin 5

8. Daging 1

9. Makanan/Minuman 2

10. Gilingan 1

11. Sepatu/ Tas / Sandal 1

12. Kelapa 6

Jumlah/Total 67

Jl.Loro

No. Jenis Dagangan Jumlah

1. Sayur - Mayur 52

2. Kue 3

Jumlah/Total 55

Tabel 2.5 Data Jenis Dagangan Sumber : PD Pasar

Tabel 2.3 Data Jenis Dagangan


(42)

II.5. Studi Banding Fungsi Sejenis

II.5.1. Pasar Beringharjo Yogyakarta

Pasar Beringharjo merupakan salah satu pasar tradisional yang terdapat di Yogyakarta. Dalam pasar ini, diatur dengan jelas pengelompokan jenis barang dagangan yang dijual. Sehingga hal ini lebih memudahkan pengunjung untuk mencari barang yang diinginkan.

Faktor kebersihan juga merupakan salah satu hal yang dapat diambil dari pasar ini sebagai contoh studi banding, karena desain pasar yang akan dihasilkan

adalah suatu pasar tradisional yang bebas dari stereotip ”bau dan kotor”. Karena

kedua hal diatas, dianggap telah terlalu melekat pada pasar tradisional.

Pembangunan pasar ini merupakan salah satu bagian dari rancang bangun pola tata kota Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat, yang biasa disebut pola Catur Tunggal dengan cakupan empat hal, yakni keraton sebagai pusat pemerintahan, alun-alun sebagai ruang publik, masjid sebagai tempat ibadah, dan pasar sebagai pusat transaksi ekonomi. Secara penempatan, Pasar Beringharjo berada di bagian luar bangunan Keraton Yogyakarta (njobo keraton), tepatnya di utara Alun-alun Utara.

Berdasarkan data yang diperoleh dari kantor Dinas pasar Beringharjo Yogyakarta, luas tanah pasar Beringharjo Timur 12,502 M2, luas bangunan pasar 27,721,49 M2, dan luas lahan dasaran 10,696,32 M2. Dengan luas yang sebanyak itu pasar Beringharjo Timur menanpung pedagan sejumlah 2.730 orang. Dari sejumlah

Gambar 2.8. Peta Satelit Pasar Beringharjo Sumber: www.merdeka.com

Gambar 2.9. Tampak Depan Pasar Beringharjo Sumber: www.merdeka.com


(43)

pedagang tersebut, kebanyakan pedagang berasal dari Yogyakarta, tetapi sebagian para pedagang juga berasal dari luar jogja, seperti Bandung, Jakarta, Jawa Timur, dan lain-lain. Pasar Beringharjo Timur di buka setiap hari pada waktu 05:00 sampai dengan 17:00 WIB. Para pedagang pasar Beringharjo Timur menjual berbagai macam kebutuhan sehari-hari, seperti sayur-sayuran, buah-buahan, emping, krupuk, daging, ayam dan lain-lain. Selain itu terdapat penjual tas dan sepatu.

Pasar Beringharjo Timur mempunyai terdapat fasilitas-fasilitas yang cukup memadai. Fasilitas-fasilitas tersebut antara lain:

 Tempat parkir

 Mushola

 Kamar mandi atau WC sejumlah 15 unit

 Kios

 Tempat dagang losd sebanyak 3.006 unit

 Tempat penitipan anak

 Kantor pengelolaan pasar

 Tempat layanan kesehatan

 Alat pemadam kebakaran

II.5.2. Pasar BSD (Bumi Serpong Damai) Jakarta

Pasar tradisional BSD merupakan salah satu contoh pasar hasil redevelopmen pemerintah yang bisa dikatakan cukup berhasil. Pasar ini tidak memiliki bentuk yang luar

Gambar 2.10. Interior Pasar Beringharjo Sumber: www.kompas.com


(44)

biasa, namun berhasil membuat suatu bentuk sederhana, dimana masyarakat yang berbelanja merasa cukup nyaman dan efektif.

Berdasarkan tanggapan masyarakat yang ada di salah satu website, pasar BSD ini dianggap salah satu pasar tradisional yang baik. Hal itu dimulai dari sistem sirkulasi kendaraan dan ketersediaan lahan parkir untuk kendaraan. Kemudian masuk kedalam penataan kios-kios yang rapi, terorganisasi dan fungsional. Sehingga pengunjung yang datang sama sekali tidak kesulitan menemukan barang yang dicari, dikarenakan adanya pengelompokan yang jelas. Selain itu salah satu hal pendukung yang penting adalah pasar ini dikelola dengan baik, dimana semua petugas pasar, mulai dari petugas pembersih, petugas parkir, sampai kepada pengelola mempunyai kerjasama yang baik.

Pada studi banding ini, penulis mengharapkan mendapatkan suatu sistem utilitas dari pasar tradisional yang efesien yang ada pada pasar ini, sehingga dapat diterapkan dalam desain nantinya. Selain itu pengelolaan parkir dan sirkulasi kendaraan juga akan menjadi salah satu perhatian dari studi banding ini.

Gambar 2.11. Peta Satelit Pasar BSD Sumber: www.google.com

Gambar 2.12. Tampak Depan Pasar BSD Sumber: www.google.com


(45)

Gambar 2.13. Situasi Loods di Pasar BSD Sumber: www.google.com

Gambar 2.14. Kondisi atap dan Sirkulasi Di Pasar BSD Sumber: www.google.com


(46)

32

BAB III

ELABORASI TEMA

III.1. Pengertian

Pendekatan tema Pengembangan Kawasan Pasar Perbaungan adalah melalui pendekatan Arsitektur Hijau (Green Architecture).

Kata Green, berasal dari bahasa Inggris yang berarti “Hijau”, hijau adalah suatu simbol warna yang mewakili daun tumbuhan yang berklorofil, atau mewakili lingkungan dan alam.

Kata Green dalam arsitektur pada awalnya dianggap sebagai hal yang tabu sama seperti ketika kata postmodernisme dan dekonstruksi muncul beberapa tahun lebih awal. Pada saat kemunculan istilah green menimbulkan kesalahpahaman. Hal ini memancing respon untuk membicarakan masalah green itu sendiri.

Namun setelah muncul beberapa kelompok atau lembaga yang melakukan pendekatan dalam Green Movement dengan menekankan dan mengaplikasikannya sesuai dengan kemampuan dan interesnya masing-masing. Salah satunya dengan merancang sebuah rumah sementara yang menunjukkan manusia tidak menjadi asing dengan lingkungannya yang dilakukan oleh Walden Pond. Namun secara umum dapat dikatakan bahwa Green Architecture adalah gerakan untuk pelestarian alam dan lingkungan dengan mengutamakan efisiensi energi (arsitektur ramah lingkungan).

Ciri-ciri Green Architecture diantaranya:

 Peka terhadap lingkungan.

 Konservasi energi (mengkonsumsi energi seminim mungkin).

 Mengusahakan pencahayaan alami.

 Harmonis dengan lingkungan alam di mana bangunan berdiri.

 Mengusahakan penghawaan alami.


(47)

33

Dalam penerapan Green Architecture lainnya dapat dilakukan dengan berbagai cara. Misalnya: penentuan tapak bangunan, pengolahan limbah yang muncul akibat kegiatan yang terjadi di kawasan proyek.

Terdapat 6 prinsip Green Architecture sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Brenda dan Robert Vale tentang Green Architecture, yakni:

1. Konservasi energi

 Meminimalkan penggunaan energi.

 Perlindungan terhadap sumber daya alam.

 Pendayagunaan alam sebagai sumber energi sebagai keperluan studi dan rekreasi.

 Memanfaatkan limbah dengan sebaik-baiknya.

 Penentuan lokasi yang tepat guna dengan cara memilih penggunaan sumber daya alam yang sesuai dengan kebutuhan dan fungsi bangunan atau proyek. 2. Bekerja sama dengan iklim

 Bekerja sama dalam pengunaan energi dari alam.

 Memanfaatkan energi yang tersedia dengan sebaik-baiknya.

 Pencahayaan alami pada siang hari.

 Penghawaan alami.

3. Meminimalisir sumber-sumber daya baru

 Penggunaan material daur ulang.

 Penggunaan material yang dapat diperbaharui.

 Merancang bangunan dari sisa bangunan sebelumnya.

 Penggunaan material yang ramah lingkungan. 4. Ramah /menghargai pengguna di dalamnya

 Menyadari bahwa pengguna atau pemakai dari bangunan harus diperhatikan kebutuhannya. Untuk itu dilakukan pendekatan yang memperhatikan kenyamanan penggunanya namun tetap selaras dengan prinsip-prinsip Green Architecture.


(48)

34

5. Menghargai site

 Seminimal mungkin merubah tapak yang sudah ada. Memberi pori-pori bagi tanah agar tetap memiliki aliran udara.

 Interaksi bangunan terhadap site. 6. Holistik

 Seluruh prinsip-prinsip Green Architecture digabungkan dalam suatu pendekatan holistik pada lingkungan yang akan dibangun.

Green Architecture merupakan salah satu aliran dalam arsitektur yang memperhatikan keberlangsungan lingkungan hidup di dalam melakukan proses desain. Green Architecture muncul sebagai suatu solusi untuk melestarikan lingkungan hidup yang semakin rusak akibat pembangunan yang tidak memperhatikan faktor-faktor lingkungan.

Tujuan dari Green Architecture adalah menghasilkan suatu bangunan yang bersahabat dengan lingkungannya dengan tingkat efisiensi yang tinggi. Hal ini dapat dicapai dengan menerapkan konsep-konsep Green Architecture pada bangunan yang akan dirancang.

Dengan menerapkan prinsip Green pada bangunan, maka akan dapat menjawab beberapa isu global mengenai kerusakan lingkungan dan pemanasan global yang sedang terjadi saat ini.

III.2. Interpretasi Tema

Dengan maraknya permasalahan golobal yang ada saata ini , banyak negara menghadapi masalah-masalah lingkungan hidup. Hal ini banyak disebabkan karena kerusakan lingkungan yang akibatnya fatal bagi kehidupan manusia. Sala satu contohnya adalah kerusakan fisik bumi seperti rusaknya hutan yang mengakibatkan ketersediaan lahan hijau berkurang, otomatis oksigen yang diproduksi akan mengalami gangguan.

Untuk memecahkan permasalahan diatas maka ada beberapa solusi yang bisa dilakukan, yakni mengembangkan konsep-konsep kota yang berwawasan hijau (Green City). Selain itu polusi yang timbul juga menimbulkan dampak yang buruk terhadap


(49)

35

lingkungan hidup. Dengan kata lain keberlangsungan suatu kota sangat tergantung pada kualitas lingkungan perkotaan tersebut.

Di beberapa negara maju telah dikeluarkan beberapa peraturan yang berkaitan tentang lingkungan hidup seperti pembangunan suatu kawasan yang harus ramah lingkungan, kontrol terhadap emisi yang dikeluarkan kendaraan bermotor, hingga pembatasan jumlah kendaraan bermotor yang mengakibatkan polusi terhadap lingkungan. Departemen Lingkungan hidup merupakan lembaga yang harus bertugas untuk melakukan pengawasan terhadap perencanaan dan pembangunan kawasan perkotaan.

Green Architecture Dalam Konteks Kota

Pemerintah kota Medan telah menetapkan Rencana Strategik (Restra) Kota Medan sesuai dengan Peraturan Daerah No. 3 Tahun 2002, dengan visi:

“Mewujudkan Kota Medan sebagai Kota Metropolitan bercirikan Masyarakat Madani

yang menguasai Iptek, dan bermuatan Imtaq serta berwawasan Lingkungan Hidup”

Selai visi tersebut, terdapat beberapa isu lingkungan hidup di kota Medan yang

menyebabkan diperlukannya konsep pendekatan “Green” terhadap perencanaan dan

perancangan arsitektur kotanya.

Isu-isu tersebut diantaranya: pencemaran akibat limbah industri, rumah sakit, hotel, pusat perbelanjaan, restoran, sampah perkotaan, krisis persediaan air tawar, degradasi tanah dan lahan pertanian, pencemaran udara, konflik sosial, lingkungan, transportasi, dan ruang terbuka hijau.

Dengan mempertimbankan isu tersebut, maka dalam pengembangan Kawasan Pasar Perbaungan akan diterapkan konsep Green Architecture.

Penerapan tema Green Architecture pada bangunan dapat dilakukan dengan berbagai cara sebagai berikut:

 Mewujudkan suatu kawasan dengan perbandingan lahan hijau dengan lahan terbangun yang sesuai.

Sesuai dengan peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 06/PRT/M/2007 tanggal 16 Maret 2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan


(50)

36

Lingkungan dijelaskan bahwa perbandingan antara lahan hijau dengan lahan terbangun adalah 40:60 %. Hal tesebut tercantum dalam KDH (koefisien Dasar Hijau) yaitu persentase perbandingan antara luas seluruh ruang terbuka diluar bangunan gedung diperuntukkan bagi pertamanan/ penghijauan dan luas tanah perpetakan/ daerah perencanaan yang dikuasai.

 Mengembangkan Tata Vegetasi yang baik

Tata vegetasi suatu kawasan juga sangat mempengaruhi kondisi lingkungan bangunan yang terdapat pada kawasan tersebut. Dengan adanya tata vegetasi yang baik diharapkan dapat memperbaiki iklim makro dan mengurangi polusi udara terutama pada bangunan tempat manusia beraktivitas. Dengan adanya tata vegetasi yang baik dapat mengurangi emisi gas karbondioksida yang secara otomatis akan mengurangi dampak pemanasan global.

 Mengembangkan bangunan hijau (Green Building)

Dalam konsep green building pada bangunan dapat dilakukan berbagai cara sebagai berikut:

- Membuat atap Hijau (Roof-Garden)

- Menempatkan bukaan sebagai tempat masuknya cahaya dan udara pada tempat yang tepat

- Menggunakan teknologi Photovoltaic, water filtration, air filtration, dan sebaginya.

- Menghadirkan taman pada bangunan.

- Menggunakan material bangunan yang ramah lingkungan - Melakukan penanganan limbah yang efektif

- Menggunakan perabot dalam bangunan yang hemat energi dan hemat pemakaian air

- Menerapkan sistem utilitas pada bangunan yang hemat energy.  Melakukan Proses recycle dan reuse untuk air dan limbah

Untuk mewujudkan konsep green pada bangunan perlu dilakukan proses pendaur ulangan dan pemanfaatan kembali air dan limbah.


(51)

37

III.3. Keterkaitan Tema dengan Judul

Pasar tradisional merupakan salah satu topik yang sangat hangat saat ini. Banyaknya masalah yang disebabkan ketika beroperasi seperti kemacetan hingga limbah,dan sebab itu perlunya perhatian khusus dalam pemecahan masalahnya. Sebagai salah satu tempat publik, dimana berlangsungnya transaksi jual beli maka diperlukan suatu pasar yang nyaman bagi pengguna maupun pengunjung serta ramah terhadap lingkungan.

Selain itu isu krisis energi dan isu kerusakan lingkungan yang ada saat ini mengharuskan Kabupaten memerlukan banguan-bangunan yang hemat energi dan dapat

memanfaatkan sumber energi alamiah. “Pengembangan Kawasan Pasar Perbaungan”

merupakan suatu alternatif pemecahan masalah untuk memperbaiki kondisi pasar yang ada saat ini.

Dengan menerapkan kosep Green Architecture, desain yang ada akan mampu memecahkan berbagai permasalahan lingungan, seperti penghematan energi sampai pengolahan limbah.

Sesuai dengan rencana pemerintah yang ingin memperbaiki kondisi pasar tradisional menjadi tempat yang dapat menjadi alternatif bukan hanya untuk masyarakat menengah ke bawah melainkan juga dapat menjadi alternatif bagi masyarakat menegah ke atas.

Dengan adanya Pengembangan Pasar Perbaungan yang menerapkan konsep green architecture ini, diharapkan akan dapat menciptakan suatu suasana yang alami, yang dapat membuat nyaman para pengguna baik itu pedagang maupun pembeli. Serta dapat memberi kontribusi dalam pemecahan permasalahan lingungan.

III.4. Studi banding Tema Sejenis III.4.1.Heping Park, Tianjin, Cina

Ini adalah proyek Perkins Will untuk Heping Park di Tianjin, China (Gambar 3.1). Melukiskan pita tumbuh-tumbuhan yang melukiskan zona atap.


(52)

38

Proyek diberi tanda oleh 3 menara besar. Seperti halnya ruang parkir, ruang hijau di buat dengan menciptakan suatu langit-langit dengan benih tumbuh-tumbuhan setinggi level jalan. Pengembangan kembali rencana Lingkungan meliputi konstruksi kediaman bertingkat baru yang akan menekankan suatu yang lebih tinggi mutu hidup sampai pengintegrasian ruang hijau. Pita ruang hijau yang menggelombang ke seberang, memudahkan cahaya, ventilasi, dan akses ke parkiran bawah.

Pada proyek ini terlihat jelas bagaimana ruang-ruang terbangun digantikan oleh ruang ruang hijau pada atap (Green Roof), terlihat jelas bagaimana bangunan juga menjadi tempat hidup tumbuh-tumbuhan. Selain itu Green roof ini juga berfungsi sebagai ruang-ruang publik, sehingga pemanfaatan lahan menjadi sangat Efektif (Gambar 3.2 dan Gambar 3.3)

Gambar 3.1. Bentuk Bangunan Heping Park Sumber: archdaily.com

Gambar 3.2. Layout Denah dan Sirkulasi Heping Park

(Sumber: skyscraper.com)

Gambar 3.3. Roof Garden Sebagai Public Space Heping Park (Sumber: skyscraper.com)


(53)

39

III.4.2. Green Rings City of Gwanggyo (Korea Selatan)

Grup arsitektur asal Belanda, MVRDV. Telah memenangkan kompetisi untuk merancang sebuah bangunan pusat kota untuk Gwanggyo, sebuah kota baru yang akan dibangun di selatan Seoul, Korea. Direncanakan untuk menjadi swasembada kota bagi 77.000 jiwa penduduk korea. Disebut Green Ring City (Gambar 3.4)

Arsitek mengatakan bahwa semua elemen dari pusat kota akan desain

seperti cincin, dan “dengan mendorong cincin ini ke arah luar, setiap bagian dari

bangunan akan menerima teras untuk kehidupan diluar ruangan.”

Program dan kebutuhan ruang berbeda, membutuhkan peletakan serta ukuran ruang yang berbeda-beda. Pemecahan masalahnya adalah dengan memfasilitasi semua elemen dengan membentuknya kedalam bentuk cincin. Setiap bagian dari cincin-cincin tersebut akan ditanami tumbuh-tumbuhan yang juga berfungsi sebagai teras outdoor (Gambar 3.5).

Bangunan ini nantinya akan difungsikan sebagai Residensial 200.000m2, Perkantoran 48.000m2, retail sebesar 200.000m2, serta pusat rekreasi dan sarana edukasi sebesar 200.000m2.

Gambar 3.4. Potongan Bangunan Green Ring City Sumber: archdaily.com


(54)

40

III.4.3. River Frontage Green Building (Uzbekistan)

Ini adalah konsep dari bangunan perumahan yang akan dibangun di Uzbekistan, bangunan ini sungguh mengagumkan. Dengan konsep bangunan hijau, dan outdoor looks, yang tidak hanya indah di mata, tetapi juga memberikan kualitas tinggi kalangan masyarakat. Selain perumahan, bangunan ini juga akan digunakan sebagai gedung kantor dan spa.

Bangunan ramah lingkungan ini dirancang oleh arsitek llewelyn-Davies. Pemandangannya sangat menarik, penuh dengan tampilan hijau. Dengan bentuk geometris hampir seperti labirin, seperti kita menemukan sesuatu selama di dalam gedung dan menciptakan suasana segar (Gambar 3.6 dan Gambar 3.7).

Gambar 3.5. Bentuk Bangunan Green Ring City (Sumber: skyscraper.com)

Gambar 3.6. Eksterior Bagunan River Frontage (Sumber: skyscraper.com)


(55)

41

III.4.4. Fukuoka ACROS (Jepang)

Di Kota Fukuoka di Jepang, mereka memiliki sebuah bangunan yang

disebut “Fukuoka ACROS” terlihat sangat berbeda dari dua sisi: satu sisi seperti

sebuah bangunan kantor konvensional dengan dinding kaca, namun di sisi lain terdapat atap yang besar dan bertingkat dengan sebuah taman (Gambar 3.8).

Bangunan kompleks perkantoran ini merupakan pemecahan terhadap masalah urban ruang terbuka. Dengan kepadatan pembangunan fisik yang tinggi, arsitek mencoba menghadirkan bangunan yang dapat mengakomodasi fungsi privat sekaligus publik. Di sebelah utara yang menghadap jalan utama, dibuat fasade bangunan yang modern. Di sebelah selatan yang menghadap ruang terbuka, dibuat atap teras yang menyerupai sengkedan. Setiap lantai mempunyai taman yang berfungsi untuk meditasi dan relaksasi. Desain yang menampilkan unsur tanaman ke dalam bangunan ini berfungsi sebagai pemecah kesan keras pada bangunan. Dengan integrasi terhadap unsur lingkungan, bangunan ini turut menurunkan suhu mikro di sekitarnya Teras taman yang mencapai hingga sekitar 60 meter di atas tanah, berisi 35.000 tanaman yang mewakili 76 spesies.

Pada proyek ini hadirnya atap-atap hijau yang ditanami vegetasi berfungsi untuk menurunkan suhu mikro. Hadirnya atap hijau juga berfungsi menjadi taman untuk tiap lantainya yang menjadi ruang relaksasi.

Gambar 3.7. Eksterior Fukuoka ACROSS (Sumber: skyscraper.com)


(56)

BAB IV

ANALISA

IV.1 Analisis Kondisi Tapak dan Lingkungan IV.1.1 Data Site

Berikut ini akan dipaparkan data serta keterangan informasi yang berhubungan dengan site:

IV.1.2 Analisa Kondisi Tapak

Kondisi tapak mendatar tanpa banyak kontur, terletak di pemukiman penduduk, site merupakan tanah kosong yang minim vegetasi.

Gambar 4.1 Analisa Kondisi Tapak


(57)

IV.1.3 Analisa Sirkulasi Pencapaian

Area Sirkulasi berupa jalan dilalui beberapa angkutan umum, akses jalan baik dan rata, dapat dilalui kendaraan roda dua, roda tiga, dan roda empat.

IV.1.4 Analisa Vegetasi

Lahan merupakan areal kosong dengan vegetasi sekeliling, namun tidak terlalu dominan. Dapat dimanfaatkan untuk penanaman vegetasi sekeliling guna buffer udara dan kebisingan.


(58)

IV.1.5 Analisa View

View sekeliling adalah perumahan warga, tidak terlalu dapat dimanfaatkan untuk menunjuk arah orientasi bangunan yang baik.

IV.1.6 Analisa Kebisingan

Kebisingan tidak terlalu mengganggu, karena berada di lingkungan warga. Gambar 4.5 Analisa View


(59)

IV.2. Analisis Fungsional

IV.2.1. Analisa Kegiatan dan kebutuhan Ruang

IV.2.1.1. Pengelompokan Kegiatan dan Kebutuhan Ruang

Untuk pengelompokan ruang serta kegiatannya akan dipaparkan dalam tabel 4.1 berikut. Di dalamnya sudah termasuk Pasar Perbaungan, Pasar Swasta dan ruko dalam kawasan perancangan.

No. Nama

Ruang Pemakai Kegiatan Kriteria

Ruang Utama

1. Kios Pedagang,

Pembeli

Mempersiapkan Barang Dagangan, Menawarkan barang Dagangan, Transaksi jual beli, Menyimpan

barang Dagangan 2. Loods Pedagang,

Pembeli

Mempersiapkan Barang Dagangan, Menawarkan barang Dagangan, Transaksi jual beli

Pendukung 1. Pusat

makanan/ Food Court

Pedagang, Pembeli

Mepersiapkan Dagangan, Memasak, Mencuci Piring, makan, Menyimpan barang dagangan.

2. Informal Place (PKL) Pedagang, Pembeli Mempersiapkan barang dagangan, Menawarkan Barang dagangan. 3. Kantor

Pengelola

Pegawai PD Pasar

Mengawasi berlangsungnya kegiatan pasar, melakukan pembukuan.

4. Lavatory Pedagang, Pembeli

Buang Air Besar, buang Air Kecil.


(60)

Pelengkap 1. Ruang

terbuka/ Open space

Pengunjung/ Pembeli

Duduk sambil istirahat

2. Mushalla Pengelola pasar, Pedagang, pembeli

Sholat

3. Parkir Pengelola pasar, Pedagang, pembeli

Parkir Kendaraan

4. Dock Bongkar muat

Pedagang Bongkar muat barang dagangan

5. Tempat Pengelolaan Sampah

Petugas Kebersihan

6. Gudang 7. Pos Satpam

IV.2.1.2. Aliran Kegiatan

Berikut akan dideskripsikan masing-masing perilaku/ kegiatan masing-masing pengguna yang ada di Kawasan Pasar Perbaungan.

A. Pedagang Kios

Datang Membuka

Kios

Menyiapkan Barang Dagangan

Berjualan Menutup

Kios Pulang


(61)

B. Pedagang Loods

C. Pedagang Informal/PKL

D. Pengunjung/ Pembeli

E. Pengelola Pasar

F. Petugas Kebersihan

IV.2.1.3. Analisa Daya Tampung Pasar Terhadap Jumlah Pedagang

Untuk mengetahui jumlah pengunjung keseluruhan pada kawasan ini, maka terlebih dahulu harus diketahui jumlah penduduk dan jumlah pasar dalam kecamatan Perbaungan.

Datang Membongk

ar Barang

Menggelar

Dagangan Berjualan

Membereskan

Dagangan Simpan

Pulang

Datang Menggelar

Dagangan

Berjualan Membereskan

Dagangan Pulang

Belanja

Datang Mencari

Barang

Menawar Harga

Belanja Menunggu

Angkutan Pulang

Datang Masuk Ke

Kantor Memantau pasar Mengecek Pembukuan Pulang

Datang Mengecek

Kebersihan

Mengelola Sampah Di Mengumpulkan


(62)

Jumlah penduduk kecamatan Perbaungan : 119.828 jiwa (2011) Jumlah keluarga di kecamatan Perbaungan : 29.589 Kepala Keluarga Jumlah Pasar di kecamatan Perbaungan : 2 Pasar

Jumlah Pengunjung Pasar Asumsi

- Dianggap dalam satu keluarga, ada satu anggota keluarga yang berbelanja - Dianggap tiap keluarga berbelanja 1 kali untuk kebutuhan 2 hari.

- Setiap pasar memiliki jumlah pengunjung yang sama.

Maka : - Jumlah yang berbelanja per pasar : 29.589 : 2 Pasar = 14.794 Jiwa - Jumlah pengunjung per hari : 14794 : 2 = 7.397 Jiwa Pertumbuhan Penduduk Perbaungan

Tahun 2009 : 116.229 jiwa Tahun 2010 : 117.361 jiwa Tahun 2011 : 119.828 jiwa

Tahun 2009 sampai dengan 2010 : 117.361 Jiwa – 116.229 Jiwa = 1132 Jiwa (0.90 %) Tahun 2010 sampai dengan 2011 : 119.828 Jiwa – 117.361 Jiwa = 2467 Jiwa (1,92 %) Rata – Rata pertambahan penduduk = 1,41 % per Tahun

Proyeksi Pertumbuhan Penduduk Jumlah pengunjung tahun 2012 = 1,41 % x 7397 = 104

= 7.397 + 104 = 7.501 Jiwa

Jumlah pengunjung 2014 = 1.41 % x 7.606 = 107 = 7.606 + 107 = 7.713 Jiwa Jumlah pengunjung tahun 2013

= 1,41 % x 7.501 = 105 = 7.501 + 105 = 7606 Jiwa

Jumlah pengunjung 2015 = 1.41 % x 7.713 = 108 = 7.713 + 108 = 7.821 Jiwa Jumlah pengunjung 2016

= 1.41 % x 7.821 = 110 = 7.821 + 110 = 7.931 Jiwa

Jumlah pengunjung 2017 = 1.41 % x 7931 = 111 = 7931 + 111 = 8042 Jiwa Tabel 4.2 Proyeksi Pertumbuhan Penduduk


(63)

Maka, Jumlah Pengunjung Pasar Perbaungan per hari pada tahun 2017 = 8.042 Jiwa Pengunjung per jam nya = 804 Jiwa

Jumlah Pedagang

Pertumbuhan Pedagang Perbaungan Tahun 2009 : 580 Pedagang Tahun 2010 : 600 Pedagang Tahun 2011 : 670 Pedagang Tahun 2012 : 870 Pedagang

Tahun 2009 sampai dengan 2010 : 600 Pedagang – 580 Pedagang = 20 (0.03 %) Tahun 2010 sampai dengan 2011 : 670 Pedagang – 600 Pedagang = 70 (0.10 %) Tahun 2011 sampai dengan 2012 : 870 Pedagang – 670 Pedagang = 200 (0.22 %) Rata – rata pertambahan pedagang = 0.11 % per Tahun

IV.2.2 Ruang

IV.2.2.1 Besaran Ruang

Setelah mendapatkan jenis – jenis ruang yang di butuhkan maka selanjutnya akan di sajikan besaran ruang dari masing – masing ruang, antara lain :

A. Proyeksi Jumlah Kios dan Stand

Pada bangunan pasar ini, maka bagian terpenting yang harus memiliki kalkulasi sendiri adalah bagian kios dan loosd. Harus ada perkiraan pertambahan jumlah kios dan loosd yang terjadi.

Jumlah kios pada awal pertama kali dibangun tahun 1985, terdiri dari : Kios : 91

Loods : 118


(64)

Jumlah kios yang terpakai : 125 Jumlah Loosd yang terpakai : 140

Perhitungan perkiraan pertambahan kios dari pasar Perbaungan, yaitu : Pertambahan penduduk per tahun : 1.41 % tahun

Jangka waktu efektifitas bangunan : 5 Tahun

Maka dari hasil perhitungan jumlah kios dan loods dengan proyeksi sampai tahun, adalah :

Jumlah pedagang tahun 2012 Kios : (1.41 % x 125) + 125 = 126 Los : (1.41 % x 140) + 140 = 142

Jumlah pengunjung 2013

Kios : (1.41 % x 126) + 126 = 127 Los : (1.41% x 142) + 142 =144 Jumlah pengunjung tahun 2014

Kios : (1.41 % x 127) + 127 = 128 Los : (1.41% x 144) + 144 = 146

Jumlah pengunjung 2015

Kios : (1.41 % x 128) + 128 = 129 Los : (1.41 % x 146) + 146 = 148 Jumlah pengunjung 2016

Kios : (1.41 % x 128) + 128 = 129 Los : (1.41 % x 148) + 148 = 150

Jumlah pengunjung 2017

Kios : (1.41 % x 129) + 129 = 130 Los : (1.41 % x 150) + 150 = 152 Tabel 4.3 Pertumbuhan Pedagang Jangka Waktu 5 Tahun

Karena, Pasar Perbaungan dimulai dari pagi hingga sore hari. Minimal pengunjung berbelanja paling lama 2 jam. Maka jumlah pengunjung dibagi 5 menurut waktunya, karena pasar mulai ramai pukul 08.00 – 18.00 Setiap 2 jam berganti pembeli.

b. Perhitungan Jumlah Parkir Pengunjung

Di asumsikan 30% Jumlah Pengunjung berjalan kaki Parkir Mobil : 10 % x Jumlah Pengunjung

: 10 % x 8042 jiwa per hari : 804 mobil : 5


(65)

Parkir Motor : 30 % x Jumlah Pengunjung : 30 % x 8042 jiwa per hari : 2412 motor : 5

: 482 motor

Sepeda : 5 % x Jumlah Pengunjung : 5 % x 8042 Jiwa per hari : 402 sepeda : 5

: 80

Pengguna Becak : 10 % x Jumlah Pengunjung : 10 % x 8042 jiwa per hari : 804 orang : 5

: 160

80% becak hanya mengantar penumpang saja. : 160 x 80%

: 8

Angkutan Umum : 15 % x 8042 jiwa per hari : 1206 orang : 5= 241

No. Nama Ruang Jumlah Dimensi

Luas Satuan

(m2)

Luas Total

(m2) Sumber

Ruang Utama

1 Kios 150 2 x 2 m 4 m2 600 m2 Perhitungan

Loods 250 2 x 1,5 m 3 m2 750 m2 Data

sirkulasi 40% 292 m2 Data

Jumlah 1642 m2

Pendukung

2 Pusat makanan 13 3 x 4 m 12 m2 156 m2 Data

Sirkulasi 30 % 47 m2

Jumlah 203 m2


(66)

Ruang Pimpinan 1 3 x 3 m 9 m2 9 m2 Data Arsitek

Ruang Pegawai 10 org 1,65x1,4 m 2,31 m2 23,1 m2 Data Arsitek

Ruang Arsip 1 2 x 2 m 4 m2 4 m2 Data

KM/WC 1 (2org) 2,15x 1,7 3,65 m2 3,65 m2 Data Arsitek

Sirkulasi 25 % 9,9 m2

Jumlah 49,6 m2

4 Toilet Umum 16 buah 7,1 m2 113,6 m2 Data Arsitek

Sirkulasi 25 % 28,4 m2

Jumlah 142, m2

Pelengkap 5 Mushalla

Ruang Sholat 30 org 1,25 m2 37,5 m2 Data

Tempat Wudhu 2 Buah 8 m2 16 m2 Data

Sirkulasi 25 % 19,6 m2

Jumlah 73,1 m2

6 Dok Bongkar muat

Truk 1 Buah 3,5 x 7 m 24,5 m2 24,5 m2 Data Arsitek

Pick Up 3 Buah 2,5 x 5 m 37,5 m2 112,5 m2 Data Arsitek

Ruang Penerina 1 2 x 2 m 4 m2 4 m2 Data

Sirkulasi 30 % 42,3 m2

Jumlah 183,3 m2

Tambahan

7 Gudang 1 3 x 3 m 9 m2 9 m2 Data

8 Keamanan

Pos Satpam 2 3 x 3 m 9 m2 18 m2 Data

Sirkulasi 25 % 4,5 m2

Jumlah 22,5 m2


(67)

Kebutuhan Parkir

No. Parkir Jumlah Dimensi

Luas Satuan

(m2)

Luas

Total (m2) Sumber

1 Mobil 160 2,5 x 5 m 12,5 m2 2000 m2 Data Arsitek 2 Sepeda Motor 482 1 x 2 m 2 m2 964 m2 Data Arsitek

3 Becak 160 1,5x1,6 m 2,5 m2 400 m2 Data

4 Jalur Angkot

Sirkulasi 40 % 1065 m2

Total 3729m2

Tabel 4.5. Tabel Kebutuhan Parkir

R. Utama : 3284 R. Pendukung : 203 R. Pelengkap : 122.7 R. Servis : 42.9 Parkir : 3729 +

7381.6 M²

Total Kebutuhan Pasar Tradisional = 7381,6 M² Luas Lahan Pasar yang tersedia adalah 12275 M²

IV.2.3. Bentuk

IV.2.3.1. Penentuan Pola Massa Bangunan

Ruang Panel 1 3 x 4 m 12 m2 12 m2 Data

Ruang Genset 1 3 x 4 m 12 m2 12 m2 Data

Ruang Pompa 1 3 x 3 m 9 m2 9 m2 Data

Sirkulasi 30 % 9,9 m2

Jumlah 42,9 m2


(68)

Penentuan pola massa bangunan akan diambil berdasarkan tema bangunan yankni Green Architecture. Pola Massa Bangunan nantinya akan mengikuti kaidah guna memenuhi kriteria Green Architecture yang mampu menghemat energi se-efisien mungkin.

Bentuk bangunan nantinya akan mengikuti konsep-konsep hijau yang akan diterapkan pada bangunan.

IV.2.3.2. Modul Bangunan

Satuan modul yang digunakan pada perencanaan dan perancangan pasar ditentukan dengan pertimbangan terhadap beberapa faktor yaitu :

 Modul kegiatan, penentuan modul kegiatan didasarkan pada fungsi utama bangunan sebagai pusat belanja (baik tradisional maupun modern) yaitu dengan menggunakan modul kios 2m x 2m atau 3m x 4m dengan sirkulasi sebesar 40 %.

 Modul struktur, pemilihan modul struktur dipengaruhi dimensi, kekuatan, dan bentangan dari sistem struktur yang digunakan

 Modul bahan, pemilihan modul bahan terutama ditekankan pada dimensi material alami, namun tidak tertutup kemungkinan digunakan material sintesis sesuai dengan fungsi dari bagian bangunannya.

IV.2.3.3. Ketinggian Bangunan Ketinggian bangunan ditentukan dari :

 Jarak pandang manusia (skala intim). Yaitu : 1< D/H < 2, dimana D = jarak pengamat terhadap objek dan H = ketinggian objek

 Sudut elevasi (pandang) manusia yaitu 27” (D/H = 2 pada sudut pandang 27”)  Berdasarkan peraturan pemerintah setempat

 Ketinggian bangunan di lingkungan sekitar (skyline kawasan)

Berdasarkan hal tersebut, maka diketahui bahwa dengan tinggi bangunan pusat perbelanjaan yang kurang lebih 20 m, maka jarak antara bangunan dengan pedestrian pejalan kaki minimal kurang lebih 20 m juga. Namun hal ini juga akan disesuaikan dengan keadaan site.


(69)

IV.2.4. Utilitas

Seperti kasus pasar yang ada pada umumnya, sistem utiltas yang ada pada Pasar Perbaungan juga sangat buruk. Tidak adanya perawatan dan sistem pengolahan sampah yang bagus menyebabkan banyaknya saluan utilitas yang tersumbat dan akhirnya menyebabkan banjir pada pasar ini..

IV.2.4.1. Sistem Air Bersih

Terdapat dua jenis sistem pendistribusian air bersih, yaitu secara Down Feed (Dengan memanfaatkan gaya grafitasi), dan dengan sistem Up Feed (dengan bantuan pompa) (Tabel 4.6). Berikut ini akan dijelaskan kelebihan dan kekurangan dari masing-masing sistem tersebut:

Sistem Kelebihan Kelemahan

Sistem Down Feed - penyaluran air digunakan dengan memanfaatkan bantuan system gravitasi, sehingga menghemat biaya operasional bangunan

- system pemipaan lebih sedikit

- penyaluran air tidak merata

- diperlukan ruang untuk perletakan tangki pada bagian atas bangunan

Sistem Up Fedd - penyaluran air dapat merata di setiap tempat

- air pada bagian plumbing terus bergerak sehingga mengurangi peristiwa korosi pada pipa-pipa besi

- biaya operasional lebih mahal

- sistem pemipaan lebih banyak

- dapat terjadi ledakan akibat tekanan dari mesin pompa

IV.2.4.2. Sistem Air Buangan (Kotor)

Dari hasil survey yang diperoleh, sumber air buangan yang terdapat pada Pasar Perbaungan bersumber dari:

 Air buangan toilet

 Air hujan


(1)

RELOKASI PASAR KECAMATAN PERBAUNGAN

82


(2)

RELOKASI PASAR KECAMATAN PERBAUNGAN

83


(3)

RELOKASI PASAR KECAMATAN PERBAUNGAN

84


(4)

RELOKASI PASAR KECAMATAN PERBAUNGAN

85


(5)

RELOKASI PASAR KECAMATAN PERBAUNGAN

86


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Ernt Neufert. 2002. “Data Arsitek Jild II”, Jakarta: Erlangga.

Andrea, Dicky. 2010. “Redevelopment Pasar Pringgan”. Medan: Universitas Sumatera Utara

Khamaruddin AS. 2008. “Pembuatan Dan Penggunaan Unit Produksi Biogas Sederhana Skala

Pedesaan”. http://disnaksulsel.info

Damayati, F.E. .2008. “Kelayakan Usaha Bioetanol Ubi Kayu dan Molases di Kecamatan Cicurug Sukabumi(Kasus : PT Panca Jaya Raharja)”.http://iirc.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/1872/1/A08fed_abstract.pdf. Ismaya, Bambang Indra.2009.”Optimasi Suhu dan Konsentrasi Katalis pada Transesterifikasi

Minyak Sawit dengan Katalis Potasium Nitrat Terimpregnasi dalam Atapulgit” .http://www.fateta-ipb.ac.id/export.php?id=747

Sulistyowati, Dwi Yulita. 1999. “Kajian Persaingan Pasar tradisional dan Pasar Modern”. Jakatra

Erliza Hambali, Siti Mudjalipah, Armansyah Halomoan Tambunan, dkk.2008.”Teknologi Bioenergi” .Jakarta: Agromedia Pustaka.

Vivi, dkk. 2010. “Pasar Tradisional Ekologis Kota Medan (Studi Kasus: Pasar Peringgan)”. Medan: Universitas sumatera Utara