EVALUASI KOMPETENSI SDM BAGIAN KEUANGAN LAZIS DALAM PENERAPAN AKUNTANSI ZAKAT BERDASARKAN PSAK 109 (Studi Kasus Pada 10 Lembaga Amil Zakat di Daerah Istimewa Yogyakarta)

(1)

Evaluation of Human Resources Competence in Financial Department of LAZIS on Applying Accounting Zakat (PSAK 109)

(Case Study on Amil Zakat Organization at Yogyakarta)

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi Program Studi Akuntansi

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta SKRIPSI

Disusun Oleh: RIZA ANILA 20110420369

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(2)

DALAM PENERAPAN AKUNTANSI ZAKAT BERDASARKAN PSAK 109

(Studi Kasus Pada 10 Lembaga Amil Zakat di Daerah Istimewa Yogyakarta)

Evaluation of Human Resources Competence in Financial Department of LAZIS on Applying Accounting Zakat (PSAK 109)

(Case Study on Amil Zakat Organization at Yogyakarta) Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana pada Fakultas Ekonomi Program Studi Akuntansi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

SKRIPSI

Disusun Oleh: RIZA ANILA 20110420369


(3)

Nama : Riza Anila Nomor Mahasiswa : 20110420369

Menyatakan bahwa skripsi ini dengan judul: “Evaluasi Kompetensi SDM Bagian Keuangan LAZIS Dalam Penerapan Akuntansi Zakat Berdasarkan PSAK 109 (Studi Kasus Pada 10 Lembaga Amil Zakat di Daerah Istimewa Yogyakarta). Adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul tersebut belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan, dimuat dan dipublikasikan atau diteliti oleh orang lain.

Semua sumber data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan jelas apa adanya dan disebutkan dalam Daftar Pustaka. Apabila di kemudian hari diketahui pernyataan ini tidak benar maka saya bersedia karya tersebut dibatalkan.

Yogyakarta, 29 Juni 2016


(4)

So verily, with the hardship, there is relief.

Verily, with the hardship, there is relief”.

“Maka sesungguhnya setelah kesulitan itu, ada kemudahan.

Sesungguhnya

setelah kesulitan itu, ada kemudahan”.

(Q.S. 95 : 5-6)

“Think for Tomorrow,

Not for Something in The Past”.


(5)

Allah SWT, kekuatan tersembunyi dan terbesar yang menganugerahiku segalanya tanpa kurang sesuatu apapun. Allah ada lebih dekat daripada urat nadimu.

Rasulullah Muhammad SAW, semoga syafaatmu menerangi kami di akhir nanti.

Ibundaku, Ma’e Siti Maisaroh, engkau adalah alasan terbesarku untuk tetap

berdiri dan berjalan saat terjatuh dan bertahan disaat badai. Engkau adalah sekolah kehidupan terbaik yang kumiliki. Dalam namamu telah ditakdirkan

saya menjadi anakmu, bagian dari darah dagingmu, terimakasih ma’e, karena

telah menjadi malaikat yang Allah kirimkan untuk dapat kulihat, kusentuh dan kupeluk. Terlahir sebagai anakmu, adalah anugrah terindah yang Allah berikan untukku. Semoga hadirku pun dapat menjadi anugrah bagimu mak. Terimakasih ma’e...

Ayahanda, Pa’e Ahmad Kacung, banyak ilmu yang engkau ajarkan pada

anakmu ini pak, maafkan jika masih besar rasa ego dalam diri saya sehingga

seringkali membuat pa’e marah dan berdebat panjang. Sampai akhir hayat ini, pa’e akan selalu menjadi ayah yang saya rindukan dan saya sayangi. Semoga pa’e tidak lelah mengingatkan kesalahan-kesalahan dalam langkah saya di dunia ini. Terimakasih pak…


(6)

Mas Anom, mb Dewy, K’ Fadly... Terimakasih atas segala bantuan dan dukungannya kepadaku selama ini. Kalian semua adalah yang terbaik...

Adik-adikku, Uyun, Uli, Ilmi, Lala, kalian adalah penyemangatku. Salah satu alasanku untuk tetap hidup adalah karena kalian ada dan membutuhkanku. Terimakasih, karena terlahir sebagai adikku, terimakasih karena menyayangiku dengan tulus...

Bapak Dr.M. Akhyar Adnan, Ph.D., MBA., Ak., CA., terimakasih karena sudah banyak meluangkan waktu untuk mengarahkan saya menjadi lebih baik. Terimakasih telah menyadarkan saya akan hal-hal yang seringkali terlupa dan terlewatkan. Meskipun belum sempurna, namun dengan sabar bapak membantu saya menjawab segala permasalahan dan selangkah demi selangkah menyelesaikan skripsi ini. Menjadi mahasiswa dibawah bimbingan bapak, saya merasa masih sangat minim pengetahuan dan haus akan ilmu, membuat saya lebih mencintai ilmu dan agama secara bersama-sama. Terimakasih bapak, sejak awal bertemu dengan bapak di program bridjing, saya kagum dan bertekad akan mengikuti langkah bapak, Alhamdulillah saya diberi kesempatan untuk menyelesaikan tugas akhir S1 saya di bawah bimbingan bapak, terimakasih bapak…

Bapak Dr. Bambang Jatmiko, S.E., M.Si., dan ibu Barbara Gunawan, S.E., M.Si.,Ak.,CA., selaku tim penguji;

Bapak Rudy Suryanto dan Bapak Rizal Yaya, terimakasih untuk segala motivasi, ilmu dan nasihat yang bapak berikan selama ini...


(7)

Dhuafa, LAZIS Syuhada, LAZIS UII, Lumbung Zakat, Pos Keadilan Peduli

Ummat (PKPU), PPPA Daarul Qur’an, Rumah Zakat, Yatim Mandiri dan Yayasan Peduli Sehati yang telah mengizinkan dan banyak membantu peneliti dalam mengumpulkan data sehingga tersusunlah skripsi ini.

Pak Agus, bunda Ndari dan semua dosen serta kawan kerabat SEBI UMY, semoga kita semua menjadi pribadi yang sukses dunia akhirat;

Ami, yang pendiam dan smart, kadang-kadang suka banget gagal ngomong, bikin yang lain gagal paham dan gagal fokus. Supri yang sukanya ngeyel, ga ada supri ga rame (krna ga ada yang ngeyel). Tantri yang suka galau, maafkan aku ya tan klo kadang suka komen yang aneh aneh, tapi itu cuman becanda kok,, meskipun kesannya serius sih. Anis yang paling suka kepo sama anime dan jepang, anis nih juga paling suka ketawa tanpa sebab loh... Fitri yang sekarang dah jadi bumud alias ibu muda… nih fitri sukanya ngangkrem didalam kamar, keluar kamar klo laper n mau mandi. Siska, yang baik hati banget dan pinter bahasa inggris,, Mela, yang entah gimana ni cewek suka

banget ngelawak pake bahasa sundanya… kadang ekspresinya surem, tp

kadang ga jelas. Manda, yang dulunya suka galau dan baper klo ngomongin jodoh dan nikah. Sekarang merantau ke negri sebrang, msih suka baper gak

yah ni anak… Irsya, yang jadi air tenang menenggelamkan. Hati hati klo deket


(8)

serius tp bohong... tp kalian tetep menerimaku apa adanya... aq mencintai kalian dan yakin suatu saat kita akan bertemu dalam kesuksesan...

Untuk Shinichi (miftah), Eva, Luna (ummul), Usy, Sri, Lila, Burman (Tenri), Remu (Evi), eL (Laila), Ajeng, pokoke tmen temen Muallimat dulu… kalian so special,,, dan ga tergantikan dg apapun....

Temen- temen KKN, Dani, Mbok Dyah, Muna, Dio, dan semua warga Klajuran

Temen-temen kelas H, Risty, Avisha, Deny, Rahma, semuanya,,,, terimakasih teman teman...

Teman-teman Akuntansi 2011 dan temen-temen UMY, terus semangat dan semoga silaturahmi tetap terjaga.

Temen-temen yang kenal di teater Tangga, dan sekarang udah mencar kemana-mana, terimakasih untuk kebersamaan kita selama ini...

Temen-temen di Sausu, semua yang di Taliabo dan semua tmn TK, MIN, MTs, temen-temen Grup FJBS... jaga selalu kepedulian, sukses selalu untuk kita semua.

Mas Zainuri, Pak Yono, Mas Doni dan Mas Toni di Jasa Raharja yang telah

banyak memberikan bantuan dan support sampai saat ini…

Saudara-saudara sedarah, seagama, sebangsa dan setanah air yg sllu memberikan support dan doanya padaku, bude, pakde, simbah, sepupu sepupu, ponakan, teman-teman semuanya yang ga bisa disebutin satu satu... terimakasih untuk cinta kalian...


(9)

Aamiin...


(10)

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

INTISARI ... xi

ABSTRACT ... xii

KATA PENGANTAR ... xiii

DAFTAR ISI ... xv

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR GAMBAR ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Batasan Masalah Penelitian ... 6

C.Rumusan Masalah ... 6

D.Tujuan Penelitian ... 6

E. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

A.LandasanTeori ... 9

1. Pengertian Zakat, Infak/Sedekah ... 9

2. Kompetensi Sumber Daya Manusia (SDM) ... 10

3. Akuntansi Zakat ... 13

4. Akuntansi Zakat Dalam PSAK Nomor 109 ... 14

5. Lembaga Amil Zakat ... 27

B. Hasil Penelitian Terdahulu ... 28

C.Model Penelitian ... 29


(11)

D.Teknik Pengumpulan Data ... 31

E. Analisis Data ... 32

F. Definisi Operasional Variabel ... 34

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 37

A.Gambaran Umum Obyek/Subyek Penelitian ... 37

B.Karakteristik Responden ... 41

C.Evaluasi Kompetensi SDM Bagian Keuangan Berdasarkan Indikator Pendidikan dan Pengetahuan ... 42

D.Evaluasi Kompetensi SDM Bagian Keuangan Berdasarkan Indikator Pengalaman Kerja ... 55

E. Evaluasi Kompetensi SDM Bagian Keuangan Berdasarkan Indikator Kemampuan (Skill) ... 59

F. Evaluasi Kompetensi SDM Bagian Keuangan Secara Keseluruhan ... 66

G.Pembahasan ... 69

BAB V SIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN ... 66

A. Simpulan ... 66

B. Implikasi ... 67

C. Keterbatasan dan Saran Penelitian Selanjutnya ... 68 DAFTAR PUSTAKA


(12)

4.1 Karakteristik Responden... 41

4.2 Latar Belakang Pendidikan ... 43

4.3 Pengetahuan Mengenai Akuntansi ... 45

4.4 Pengetahuan Mengenai PSAK 109 ... 49

4.5 Kategori Penilaian Berdasarkan Pendidikan dan Pengetahuan ... 52

4.6 Skor Total Kompetensi SDM Berdasarkan Pendidikan dan Pengetahuan ... 53

4.7 Kategori Penilaian Berdasarkan Pendidikan dan Pengetahuan Secara Keseluruhan ... 54

4.8 Pengalaman Kerja Responden ... 55

4.9 Skor Total Kompetensi SDM Berdasarkan Pengalaman Kerja ... 57

4.10 Kategori Penilaian Berdasarkan Pengalaman Kerja Secara Keseluruhan .... 58

4.11Kemampuan (Skill) Responden ... 59

4.12 Kategori Penilaian Berdasarkan Kemampuan (Skill) ... 63

4.13 Skor Total Kompetensi SDM Berdasarkan Indikator Kemampuan (Skill) ... 64

4.14 Kategori Penilaian Berdasarkan Indikator Kemampuan (Skill) Secara Keseluruhan ... 65

4.15 Pengetahuan Mengenai Akuntansi ... 66

4.16 Kategori Penilaian Kompetensi SDM dalam Penerapan PSAK 109 ... 67


(13)

(14)

(15)

(16)

INTISARI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Kompetensi SDM bagian keuangan/akuntansi LAZIS dalam menerapkan akuntansi zakat berdasarkan PSAK 109 pada 10 Lembaga Amil Zakat di Daerah Istimewa Yogyakarta. Penelitian ini merupakan penelitian eksploratif dengan pendekatan kualitatif dan deskriptif. Data penelitian diperoleh secara langsung melalui proses wawancara.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Lembaga Amil Zakat Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki kompetensi SDM yang baik. 90% SDM bagian keuangan/akuntansi pada 10 Lembaga Amil Zakat Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki latar belakang pendidikan akuntansi. Lebih dari 50% SDM bagian keuangan/akuntansi pada 10 Lembaga Amil Zakat Daerah Istimewa Yogyakarta telah menempuh waktu bekerja lebih dari 2 tahun, sehingga memiliki pengalaman kerja yang baik. Sebagian besar Lembaga Amil Zakat Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki SDM yang memahami akuntansi zakat serta telah menerapkan PSAK 109. Kendala yang dihadapi dalam penerepan PSAK 109 bagi beberapa Lembaga Amil Zakat adalah belum tersedianya sistem yang memadai untuk menerapkan akuntansi zakat dalam PSAK 109.


(17)

ABSTRACT

This study aims to examine the human resources competence of LAZIS on applying accounting zakat (PSAK 109) in 10 (ten) of Amil Zakat Organizations in Yogyakarta. In this study, the researcher uses an analysis of explorative with qualitative and descriptive method. The data were collected based on an interview.

The study found that the LAZ has good human resources competence. About 90% of human resource at finance department in 10 (ten) LAZ have educational background in accounting. More than 50% of human resource at finance department in 10 (ten) LAZ have work experience for more than two years. Most of human resources in LAZ Yogyakarta have good understanding of zakat accounting. The main constraint in application of PSAK 109 is unavailability of an adequate system to apply the PSAK 109.

Keywords : Human Resources Competence, Lembaga Amil Zakat, Zakat Accounting, PSAK 109


(18)

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk yang besar dan merupakan negara dengan penduduk beragama Islam terbesar di dunia. Islam mengenal istilah zakat yang merupakan salah satu bagian ibadah. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2011, zakat adalah harta yang wajib dikeluarkan oleh seorang muslim atau badan usaha untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya sesuai dengan syariat Islam. Menurut Aziz (2014), zakat memiliki tujuan untuk meningkatkan keadilan, kesejahteraan masyarakat dan penanggulangan kemiskinan. Dana zakat diambil dari harta orang yang berkelebihan untuk kemudian disalurkan kepada orang yang kekurangan (Aziz, 2014).

Selain zakat, Islam juga mengajarkan umatnya untuk melakukan infak/sedekah. Sama halnya dengan zakat, infak/sedekah juga merupakan suatu kegiatan mengeluarkan harta untuk di berikan kepada orang yang berhak menerimanya. Secara substantif, zakat, infaq dan sedekah adalah bagian dari mekanisme keagamaan yang berintikan semangat pemerataan pendapatan (Aziz, 2014).


(19)

Firman Allah dalam Q.S. At-Taubah ayat 60 yang artinya :

“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu’allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yang sedang dalam perjalanan sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah dan Allah maha

mengetahui lagi maha bijaksana”.

Herdianto (2010) menyatakan bahwa zakat merupakan salah satu pilar dalam membangun perekonomian, zakat tidak hanya dijadikan sebuah ritual agama, tetapi juga mencakup dimensi sosial, ekonomi, keadilan dan kesejahteraan. Dikarenakan oleh kemampuannya untuk membangun perekonomian sebuah negara, maka dana zakat harus dikelola dengan baik, sistematis, terintegrasi, transparan dan bertanggung jawab. Harus ada penilaian dan perlakuan akuntansi yang tepat dan adil di dalam lembaga zakat (Adnan dan Abu Bakar, 2009). Menurut perkiraan BAZNAS, dana zakat di Indonesia dapat mencapai Rp.270 triliyun pertahun (Adnan, 2015). Namun potensi zakat yang sangat besar tersebut belum dapat diwujudkan sepenuhnya. Tidak sempurnanya penyerapan potensi zakat mengindikasikan kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap organisasi pengelolaan zakat di indonesia dikarenakan buruknya pengelolaan keuangan yang dilakukan oleh organisasi-organisasi pengelolaan zakat di Indonesia (Nasrullah, 2014). Padahal menurut Abioye dkk (2011), efektivitas Lembaga Amil Zakat tergantung pada tingkat dukungan dan


(20)

Regulasi pemerintah tentang pengelolaan zakat telah diatur dalam Undang-Undang nomor 38 tahun 1999 tentang pengelolaan zakat, keputusan menteri agama no. 581 tahun 1999 dan keputusan direktur jendral bimbingan masyarakat Islam dan urusan haji no. D/29 tahun 2000 tentang pedoman teknis pengelolaan zakat (Yaqin, 2013). Dalam Undang-undang No. 38 tahun 1999 pemerintah menetapkan dua macam lembaga yang menangani pengelolaan zakat di Indonesia yakni Badan Amil zakat (BAZ) dan Lembaga Amil Zakat (LAZ). Badan Amil Zakat merupakan badan pengelola zakat yang dibentuk oleh pemerintah, sedangkan Lembaga Amil Zakat merupakan organisasi pengelola zakat yang pembentukannya berasal dari masyarakat yang dikukuhkan, dibina dan dilindungi oleh pemerintah.

Pada tahun 2011, DPR beserta pemerintah merevisi Undang-undang nomor 38 tahun 1999 dan mengeluarkan Undang-undang nomor 23 tahun 2011 tentang pengelolaan zakat. Dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 2011 disebutkan bahwa secara kelembagaan, Amil Zakat terdiri atas Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS), BAZNAS provinsi dan BAZNAS Kabupaten/kota, Lembaga Amil Zakat (LAZ), dan Unit Pelaksana Zakat (UPZ) (Ipansyah dkk, 2013).

Lembaga Amil Zakat menjadi salah satu entitas nirlaba yang besar di Indonesia. Dalam Undang-Undang nomor 23 Tahun 2011 disebutkan bahwa dalam pengelolaan zakat dan infak/sedekah harus dicatat dalam sebuah


(21)

pembukuan. Pihak pengelola zakat dituntut untuk melakukan pelaporan dan pertanggung jawaban atas pelaksanaan pengelolaan zakat secara transparan. Sebagai lembaga publik, organisasi pengelola zakat diwajibkan untuk dapat menyajikan laporan keuangan sesuai dengan standar akuntansi yang baik dan dapat diterima umum. Sehingga laporan keuangan tersebut dapat di pertanggungjawabkan kepada masyarakat.

Pada awalnya, Lembaga Amil Zakat di Indonesia mengacu pada PSAK No. 45 tentang pelaporan keuangan organisasi nirlaba, namun seiring dengan kemajuan zaman dan tuntutan untuk segera memiliki suatu standar yang baku dalam pelaporan, maka Forum Zakat bersama dengan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) menyusun akuntansi zakat (Megawati dan Trisnawati, 2014). Akuntansi zakat dikeluarkan oleh IAI dalam bentuk Exposure Draft Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 109 (ED PSAK 109) tentang akuntansi zakat dan infak/sedekah. Selanjutnya ED PSAK 109 disahkan menjadi PSAK 109 dan efektif berlaku untuk tahun buku 11 Januari 2012. Pembentukan PSAK No. 109 bertujuan untuk mengatur pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan transaksi zakat dan infak/sedekah.

Firman Allah dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 282 yang artinya :

“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu’amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya.Dan hendaklah seorang penulis diantara kamu menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis enggan


(22)

Penerapan PSAK No. 109 perlu di imbangi dengan Sumber Daya Manusia yang memiliki kompetensi dalam mengaplikasikan akuntansi, terutama akuntansi zakat dan infak/sedekah. Kompetensi dapat diartikan sebagai suatu karakteristik dasar dari seorang individu yang secara sebab akibat berhubungan dengan

criterion-referenced effective dan/atau kinerja yang sangat tinggi dalam melakukan suatu pekerjaan. Berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 045 Tahun 2001, kompetensi dinyatakan sebagai seperangkat tindakan cerdas penuh tanggungjawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas di bidang pekerjaan tertentu.

Telah banyak penelitian yang menemukan bahwa kompetensi berpengaruh positif terhadap kualitas suatu output. Wati dkk (2014) menemukan bahwa kompetensi sumber daya manusia berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas laporan keuangan. Hasil penelitian Humairoh (2013) pada SKPD Kabupaten Jember menemukan bahwa apabila variabel kompetensi SDM mengalami peningkatan maka kualitas laporan keuangan pada bagian akuntansi juga akan meningkat.

Keterbatasan kompetensi yang dimiliki Sumber Daya Manusia (SDM) bagian keuangan/akuntansi pada Lembaga Amil Zakat dapat menjadi kendala dalam mewujudkan pengelolaan dan pelaporan keuangan yang berkualitas. Penelitian ini akan mengkaji tentang kompetensi SDM yang bekerja di bagian


(23)

keuangan/akuntansi dalam menerapkan akuntansi zakat berdasarkan PSAK 109 di Lembaga Amil Zakat Daerah Istimewa Yogyakarta.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul, “Evaluasi Kompetensi SDM Bagian Keuangan Dalam Penerapan Akuntansi Zakat Berdasarkan PSAK 109 (Studi Kasus Pada 10 Lembaga Amil Zakat di Daerah Istimewa Yogyakarta)”.

B. BATASAN MASALAH PENELITIAN

Penelitian ini terbatas pada kriteria obyek dan subyek penelitian yaitu hanya meneliti SDM yang bekerja di bagian keuangan pada 10 Lembaga Amil Zakat yang berada di Daerah Istimewa Yogyakarta.

C. RUMUSAN MASALAH PENELITIAN

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan, maka dapat diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah kompetensi SDM bagian keuangan/akuntansi di Lembaga Amil Zakat Daerah Istimewa Yogyakarta?

2. Bagaimanakah kompetensi SDM bagian keuangan/akuntansi dalam menerapkan PSAK 109 pada Lembaga Amil Zakat Daerah Istimewa Yogyakarta?

D. TUJUAN PENELITIAN


(24)

1. Untuk mengetahui kompetensi SDM bagian keuangan/akuntansi di Lembaga Amil Zakat Daerah Istimewa Yogyakarta.

2. Untuk mengetahui kompetensi SDM bagian keuangan/akuntansi dalam menerapkan PSAK 109 pada Lembaga Amil Zakat Daerah Istimewa Yogyakarta.

E. MANFAAT PENELITIAN

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat teoritis

a. Diharapkan dapat memberi pemahaman dan wawasan yang luas serta pengetahuan dan informasi bagi pemilik kepentingan yang ingin mendalami akuntansi syariah terutama pada bidang akuntansi zakat. b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi dan

perbandingan untuk penelitian-penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan kompetensi SDM bagian keuangan maupun terkait tentang akuntansi zakat dan PSAK 109.

2. Manfaat praktis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang relevan yang dapat bermanfaat bagi organisasi pengelola zakat dan dapat digunakan sebagai referensi oleh bagian keuangan mengenai kompetensi yang dimiliki dalam memahami dan menerapkan akuntansi zakat sesuai dengan PSAK 109.


(25)

b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang kondisi kompetensi SDM pengelola laporan keuangan di organisasi zakat sehingga dapat dijadikan sebagai acuan untuk pembuatan keputusan para

muzakki dalam membayarkan zakatnya.

c. Hasil penelitian ini dapat memberikan pengetahuan dan pertimbangan bagi masyarakat untuk memilih Lembaga Amil zakat yang dapat dipercaya dan bertanggung jawab dalam mengelola dana.

d. Dari penelitian ini praktisi akuntansi dapat membantu lembaga zakat yang belum atau sedang berproses untuk menerapkan PSAK 109 namun mengalami kendala dalam pelaksanaannya.


(26)

TINJAUAN PUSTAKA

Bab II menjelaskan mengenai landasan teori dan konsep yang mendukung penelitian, yaitu pengertian zakat, infak/sedekah, kompetensi sumber daya manusia, akuntansi zakat, PSAK 109, Lembaga Amil Zakat dan rerangka pemikiran. Selain itu bab ini juga membahas penelitian terdahulu dan rerangka teori.

A. Landasan Teori

1. Pengertian Zakat, Infak/Sedekah

Zakat berasal dari kata zaka yang berarti berkah, tumbuh dan baik. Menurut lisan al Arab, kata zaka mengandung arti suci, tumbuh, berkah dan terpuji. Zakat menurut terminology (syar’i) adalah sejumlah harta tertentu yang diwajibkan Allah SWT untuk diberikan kepada orang yang berhak menerima zakat (mustahiq) yang disebutkan didalam Al-Qur’an.

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2011, zakat adalah harta yang wajib dikeluarkan oleh seorang muslim atau badan usaha untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya sesuai dengan syariat Islam. Dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan disebutkan bahwa zakat adalah harta yang wajib dikeluarkan oleh muzakki sesuai dengan ketentuan syariah untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya (Mustahiq).


(27)

Zakat merupakan kewajiban syariah yang harus diserahkan oleh

muzakki kepada mustahiq baik melalui amil maupun secara langsung. Ketentuan zakat mengatur mengenai persyaratan nisab, haul (baik yang periodik maupun yang tidak periodik), tarif zakat (qadar), dan peruntukannya. Pengertian infak/sedekah dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan adalah harta yang diberikan secara suka rela oleh pemiliknya, baik yang peruntukannya dibatasi (ditentukan) maupun tidak dibatasi. Infak/sedekah merupakan donasi sukarela, baik ditentukan maupun tidak ditentukan peruntukannya oleh pemberi infak/sedekah. Zakat dan infak/sedekah yang diterima aoleh amil harus dikelola sesuai dengan prinsip-prinsip syariah dan tata kelola yang baik.

2. Kompetensi Sumber Daya Manusia (SDM)

Menurut Abdussamad (2013), kompetensi adalah kemampuan seseorang untuk bekerja dengan sukses serta menghasilkan prestasi kerja, dan kesuksesan suatu organisasi tergantung pada kombinasi kompetensi kepemimpinan yang efektif dan kompetensi tenaga kerjanya.

Keputusan Kepala Badan Kepegawaian negara Nomor 46A Tahun 2003 tanggal 21 Novermber 2003 dalam Yuliarta (2013) menyatakan bahwa kompetensi adalah kemampuan dan karakteristik yang dimiliki seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) berupa pengetahuan, keterampilan, sikap, dan perilaku yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas dan jabatannya, sehingga


(28)

PNS tersebut dapat melaksanakan tugasnya secara prfesional, efektif, dan efisien.

Spencer and Spencer dalam Abdussamad (2013) menyatakan bahwa ada lima karakteristik kompetensi, yaitu sebagai berikut :

a. Keterampilan (skill), kemampuan untuk mampu melaksanakan tugas-tugas fisik dan mental tertentu.

b. Pengetahuan (knowledge), yaitu informasi yang dimiliki seseorang khususnya pada bidang spesifik. Pengetahuan merupakan kompetensi yang kompleks. Biasanya tes pengetahuan mengukur kemampuan untuk memilih jawaban yang paling benar, tetapi tidak bisa melihat apakah seseorang dapat melakukan pekerjaan berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya itu.

c. Konsep diri (self concept), sikap, nilai atau self image dari orang-orang. Konsep diri yaitu semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain.

d. Motif (motive), apa yang secara konsisten di pikirkan atau keinginan-keinginan yang menyebabkan melakukan tindakan. Apa yang mendorong perilaku yang mengarah dan di pilih terhadap kegiatan atau tujuan tertentu.


(29)

e. Sifat/ciri bawaan (trait), cirri fisik dna reaksi-reaksi yang bersifat konsisten terhadap situasi atau informasi.

Menurut Prayitno (BKN, 2003:110), standar kompetensi mencakup tiga hal, yaitu :

a. Pengetahuan (Knowledge), yaitu fakta dan angka dibalik aspek teknis; b. Keterampilan (Skills), yaitu kemampuan untuk menunjukkan tugas pada

tingkat kriteria yang dapat diterima secara terus menerus dengan kegiatan yang paling sedikit;

c. Sikap (Attitude), yaitu yang ditujukan kepada pelanggan dan orang lain bahwa yang bersangkutan mampu berada dalam lingkungan kerjanya.

Yenita dalam Yuliarta (2013) menyatakan bahwa kompetensi dalam melaksanakan fungsi terdiri dari :

a. Bagian keuangan memiliki staf yang berkualifikasi dalam jumlah yang cukup.

b. Minimal staf sub bagian penatausahaan keuangan/akuntansi merupakan lulusan D3 akuntansi atau lebih.

c. Memiliki uraian peran dan fungsi yang jelas dalam melaksanakan tugas. d. Peran dan tanggung jawab ditetapkan secara jelas dalam Peraturan

Daerah.

e. Uraian tugas sesuai dengan fungsi akuntansi yang sesungguhnya. f. Terdapat pedoman mengenai prosedur dan proses akuntansi.


(30)

g. Telah melaksanakan proses akuntansi.

h. Memiliki sumber daya pendukung operasional yang cukup.

i. Dilakukannya pelatihan-pelatihan untuk membantu penguasaan, dan pengembangan keahlian dalam tugas.

3. Akuntansi Zakat

Akuntansi (accounting) merupakan proses pencatatan, penggolongan, pengikhtiaran dari transaksi-transaksi suatu perusahaan atau badan dalam nilai uang atau penyusunan laporan keuangan dan analisisnya. Pada umumnya akuntansi meliputi tujuan dan maksud penyusunan serta analisis tentang penyelenggaraan tata buku. Secara umum akuntansi dapat di definisikan sebagai suatu kegiatan yang memiliki fungsi untuk menyajikan informasi keuangan dari suatu kesatuan usaha ekonomi yang dapat digunakan dalam pengambilan keputusan.

Tidak jauh berbeda dari pengertian akuntansi pada umumnya, akuntansi zakat dapat di definisikan sebagai kegiatan yang berfungsi menyajikan informasi keuangan untuk kepentingan manajemen dalam pengambilan keputusan serta sebagai bentuk pelaporan pertanggung jawaban dana sosial yang di kelola organisasi kepada masyarakat umum sesuai dengan peraturan dan standar yang berlaku.

Pengelolaan zakat telah diatur berdasarkan Undang-Undang nomor 38 tahun 1999 tentang pengelolaan zakat, keputusan menteri agama no. 581


(31)

tahun 1999 dan keputusan direktur jendral bimbingan masyarakat Islam dan urusan haji no. D/29 tahun 2000 tentang pedoman teknis pengelolaan zakat. Standar pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan transaksi zakat dan infak/sedekah telah dikeluarkan oleh IAI dalam bentuk Exposure Draft Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 109 (ED PSAK 109) tentang akuntansi zakat dan infak/sedekah. Selanjutnya ED PSAK 109 disahkan menjadi PSAK 109 dan efektif berlaku untuk tahun buku 11 Januari 2012. 4. Akuntansi Zakat Dalam PSAK Nomor 109

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) merupakan pedoman dalam melakukan praktek akuntansi dimana uraian materi di dalamnya mencakup hampir semua aspek yang berkaitan dengan akuntansi, yang dalam penyusunannya melibatkan sekumpulan orang dengan kemampuan dalam bidang akuntansi yang tergabung dalam suatu lembaga yang dinamakan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI).

Sebelum PSAK No. 109 dikeluarkan pemerintah melalui IAI, organisasi pengelola zakat belum memiliki sebuah standar akuntansi mengenai zakat, infaq dan sedekah sehingga masing-masing organisasi pengelola zakat memiliki perbedaan dalam menyusun laporan keuangannya. 1) Karakteristik

Zakat merupakan kewajiban syariah yang harus diserahkan oleh


(32)

Ketentuan zakat mengatur mengenai persyaratan nisab, haul (baik yang periodik maupun yang tidak periodik), tarif zakat (qadar), dan peruntukannya.

Infak/sedekah merupakan donasi sukarela, baik ditentukan maupun tidak ditentukan peruntukannya oleh pemberi infak/sedekah. Zakat dan infak/sedekah yang diterima oleh amil harus dikelola sesuai dengan prinsip-prinsip syariah dan tata kelola yang baik.

2) Pengakuan dan Pengukuran a) Zakat

Penerimaan zakat diakui pada saat kas atau asset lainnya diterima. Zakat yang diterima dari muzakki diakui sebagai penambah dana zakat :

(1) Jika dalam bentuk kas maka sebesar jumlah yang diterima

(2) Jika dalam bentuk non kas maka sebesar nilai wajar asset non kas tersebut

Penentuan nilai wajar asset non kas yang diterima menggunakan harga pasar. Jika harga pasar tidak tersedia, maka dapat menggunakan metode penentuan nilai wajar lainnya sesuai yang diatur dalam PSAK yang relevan.

Zakat yang diterima diakui sebagai dana amil untuk bagian amil dan dana zakat untuk bagian nonamil. Penentuan jumlah atau


(33)

persentase bagian untuk masing-masing mustahiq ditentukan oleh amil sesuai dengan prinsip syariah dan kebijakan amil.

Jika muzakki menentukan mustahiq yang harus menerima penyaluran zakat melalui amil maka asset zakat yang diterima seluruhnya diakui sebagai dana zakat. Jika atas jasa tersebut amil mendapatkan ujrah/fee maka diakui sebagai penambah dana amil. b) Infak/sedekah

Infak/sedekah yang diterima diakui sebagai dana infak/sedekah terikat atau tidak terikat sesuai dengan tujuan pemberi infak/sedekah sebesar :

(1) Jumlah yang diterima, jika dalam bentuk kas. (2) Nilai wajar, jika dalam bentuk non kas.

Penentuan nilai wajar asset nonkas yang diterima menggunakan harga pasar untuk asset non kas tersebut. Jika harga pasar tidak tersedia, maka dapat menggunakan metode penentuan nilai wajar lainnya sesuai yang diatur dalam PSAK yang relevan.

Infak/sedekah yang ditermia diakui sebagai dana amil untuk bagian amil dan dana infak/sedekah untuk bagian penerima infak/sedekah. Penentuan jumlah atau persentase bagian untuk para penerima infak/sedekah ditentukan oleh amil sesuai dengan prinsip syariah dan kebijakan amil.


(34)

c) Dana Nonhalal

Penerimaan nonhalal adalah semua penerimaan dari kegiatan yang tidak sesuai dengan prinsip syariah, antara lain penerimaan jasa giro atau bunga yang berasal dari bank konvensional. Penerimaan nonhalal pada umumnya terjadi dalam kondisi darurat atau kondisi yang tidak diinginkan oleh entitas syariah karena secara prinsip dilarang.

Penerimaan nonhalal diakui sebagai dana nonhalal, yang terpisah dari dana zakat, dana infak/sedekah dan dana amil. Aset nonhalal disalurkan sesuai dengan syariah.

3) Penyajian

Amil menyajikan dana zakat, dana infak/sedekah, dana amil, dan dana nonhalal secara terpisah dalam neraca (laporan posisi keuangan). 4) Pengungkapan

a) Zakat

Amil harus mengungkapkan hal-hal berikut terkait dengan transaksi zakat, teteapi tidak terbatas pada :

(1) Kebijakan penyaluran zakat, seperti penentuan skala prioritas penyaluran, dan penerima;


(35)

(2) Kebijakan pembagian antara dana amil dan dana nonamil atas penerimaan zakat, seperti persentase pembagian, alasan, dan konsistensi kebijakan;

(3) Metode penentuan nilai wajar yang digunakan untuk penerimaan zakat diterima langsung mustahiq; dan

(4) Hubungan istimewa antara amil dan mustahiq yang meliputi: (a) Sifat hubungan istimewa;

(b) Jumlah dan jenis asset yang disalurkan; dan

(c) Presentase dari asset yang disalurkan tesebut dari total penyaluran selama periode.

b) Infak/sedekah

Amil harus mengungkapkan hal-hal berikut terkait dengan transaksi infak/sedekah, teteapi tidak terbatas pada :

(1) Metode penentuan nilai wajar yang digunakan untuk penerimaan infak/sedekah berupa asset nonkas;

(2) Kebijakan pembagian antara dana amil dan dana nonamil atas infak/sedekah, seperti persentase pembagian, alasan dan konsistensi kebijakan;

(3) Kebijakan penyaluran infak/sedekah, seperti penentuan skala prioritas penyaluran, dan penerima;


(36)

(4) Keberadaan dana infak/sedekah yang tidak langsung disalurkan tetapi dikelola terlebih dahulu, jika ada maka harus diungkapkan jumlah dan persentase dari seluruh penerimaan infak/sedekah selama periode pelaporan serta alasannya;

(5) Hasil yang diperoleh dari pengelolaan yang dimaksub poin (4) diungkapkan secara terpisah;

(6) Penggunaan dana infak/sedekah menjadi asset kelolaan yang diperuntukkan bagi yang berhak, jika ada, jumlah dan persentase terhadap seluruh penggunaan dana infak/sedekah serta alasannya; (7) Rincian jumlah penyaluran dana infak/sedekah yang mencakup

jumlah beban pengelolaan dan jumlah dana yang diterima langsung oleh penerima infak/sedekah;

(8) Rincian dana infak/sedekah berdasarkan peruntukannya, terikat dan tidak terikat; dan

(9) Hubungan istimewa antara amil dengan penerima infak/sedekah yang meliputi:

(a) Sifat hubungan istimewa;

(b) Jumlah dan jenis asset yang disalurkan; dan

(c) Presentase dari asset yang disalurkan tersebut dari total penyaluran selama periode.


(37)

Selain membuat pengungkapan , amil juga mengungkapkan hal-hal berikut:

(1) Keberadaan dana nonhalal, jika ada, diungkapkan mengenai kebijakan atas penerimaan dan penyaluran dana, alasan dan jumlahnya; dan

(2) Kinerja amil atas penerimaan dan penyaluran dana zakat dan dana infak/sedekah.

c) Laporan Keuangan Amil

Komponen laporan keuangan yang lengkap dari amil terdiri dari :

(1) Neraca (laporan posisi keuangan)

Neraca adalah suatu laporan keuangan yang menggambarkan posisi keuangan atau kekayaan suatu perusahaan atau organisasi pada saat tertentu. Unsur-unsur neraca (laporan posisi keuangan) sebagai berikut :

(a) Aset

Asset disusun berdasarkan urutan likuiditasnya. Dalam penyajiannya di neraca, asset dikelompokkan ke dalam asset lancar dan aset tidak lancar. Akun yang terdapat dalam Aset terdiri dari :


(38)

ii. Instrument keuangan iii. Piutang

iv. Asset tetap dan akumulasi penyusutan (b) Kewajiban

Kewajiban disusun berdasarkan tanggal jatuh tempo. Dalam penyajiannya di neraca, kewajiban dikelompokkan kedalam kewajiban jangka pendek dan kewajiban jangka panjang. Akun yang terdapat dalam kolom kewajiban terdiri dari :

i. Biaya yang masih harus dibayar ii. Kewajiban imbalan kerja (c) Saldo dana

Saldo dana atau aktiva bersih adalah sisa aktiva setelah dikurangi kewajiban. Saldo dana dalam laporan neraca terdiri dari :

i. Dana zakat

ii. Dana infak/sedekah iii. Dana amil


(39)

Ilustrasi 1 Tabel 2.1

Neraca (Laporan Posisi Keuangan)

BAZ “XXX”

Per 31 Desember 2XX2

Keterangan Rp Keterangan Rp

Aset Kewajiban

Aset lancer Kewajiban jangka pendek

Kas dan setara kas Xxx Biaya yang masih harus dibayar xxx

Instrumen keuangan Xxx

Piutang Xxx

Kewajiban jangka panjang

Imbalan kerja jangka panjang xxx

Aset tidak lancer Jumlah kewajiban xxx

Aset tetap Xxx Saldo Dana

Akumulasi penyusutan (xxx) Dana zakat xxx

Dana infak/sedekah xxx

Dana amil xxx

Dana nonhalal xxx

Jumlah dana xxx

Jumlah asset Xxx

Jumlah Kewajiban dan Saldo

Dana xxx

Sumber: IAI, 2008, PSAK 109 Akuntansi Zakat dan Infaq/Sedekah

(2) Laporan perubahan dana

Laporan perubahan dana menyajikan berbagai penerimaan dan penyaluran untuk dana zakat dan dana infak/sedekah, serta berbagai penerimaan dan penggunaan dana amil dan dana nonhalal.


(40)

(a) Penerimaan Dana

Penerimaan dana adalah penambahan sumber daya organisasi yang berasal dari pihak eksternal dan internal, baik berbentuk kas maupun non kas.

(b) Penggunaan Dana

Penggunaan dana adalah pengurangan sumber daya organisasi baik berupa kas maupun non kas dalam rangka penyaluran, pembayaran beban, atau pembayaran hutang. Ilustrasi 2 Tabel 2.2

Laporan Perubahan Dana

BAZ “XXX”

Untuk periode yang berakhir 31 Desember 2XX2

Keterangan Rp

DANA ZAKAT Penerimaan

Penerimaan dari muzakki Muzakki entitas Muzakki individual Hasil penempatan

Jumlah penerimaan dana zakat

Bagian amil atas penerimaan dana zakat

Jumlah penerimaan dana zakat setelah bagian amil

Penyaluran Fakir-Miskin Riqab Gharim Muallaf Sabilillah xxx xxx xxx xxx xxx xxx (xxx) (xxx) (xxx) (xxx) (xxx)


(41)

Keterangan Rp

Jumlah penyaluran dana zakat

Surplus (defisit) Saldo awal Saldo akhir (xxx) xxx xxx xxx

DANA INFAK SEDEKAH Penerimaan

Infak/sedekah terikat atau muqayyadah Infaksedekah tidak terikat atau mutlaqah

Bagian amil atas penerimaan dana infak/sedekah Hasil pengelolaan

Jumlah penerimaan dana infak/sedekah

Penyaluran

Infak/sedekah terikat atau muqayyadah Infak/sedekah tidak terikat atau mutlaqah Alokasi pemanfaatan asset kelolaan

(misalnya beban penyusutan dan penyisihan)

Jumlah penyaluran dana infak/sedekah

Surplus (defisit) Saldo awal Saldo akhir xxx xxx (xxx) xxx xxx (xxx) (xxx) (xxx) (xxx) xxx xxx xxx DANA AMIL Penerimaan

Bagian amil dari dana zakat

Bagian amil dari dana infak/sedekah Penerimaan lainnya

Jumlah penerimaan dana amil

Penggunaan

Beban pegawai Beban penyusutan

Beban umum dan administrasi lainnya

Jumlah penggunaan dana amil

Surplus (defisit) Saldo awal Saldo akhir xxx xxx xxx xxx (xxx) (xxx) (xxx) (xxx) xxx xxx xxx


(42)

Keterangan Rp DANA NONHALAL

Penerimaan

Bunga bank Jasa giro

Penerimaan nonhalal lainnya

Jumlah penerimaan dana nonhalal

Penggunaan

Jumlah penggunaan dana nonhalal

Surplus (defisit) Saldo awal Saldo akhir

Jumlah saldo dana zakat, dana infak/sedekah, dana amil dan dana nonhalal

xxx xxx xxx

xxx

(xxx)

xxx xxx xxx

xxx

Sumber: IAI, 2008, PSAK 109 Akuntansi Zakat dan Infaq/Sedekah (3) Laporan perubahan aset kelolaan

Laporan perubahan asset kelolaan adalah laporan yang menggambarkan perubahan dana saldo atas kuantitas dan nilai asset kelolaan, baik asset lancer kelolaan maupun tidak lancer untuk masing-masing jenis dana selama peride tertentu.


(43)

Ilustrasi 3 Tabel 2.3

Laporan Perubahan Aset Kelolaan

BAZ “XXX”

Untuk periode yang berakhir 31 Desember 2XX2 Saldo awal penam-bahan Pengu-rangan Penyi-sihan Akumulasi penyusutan Saldo akhir Dana infak/

sedekah – aset kelolaan lancar (misal piutang

bergulir) xxx xxx (xxx) (xxx) - xxx Dana infak/

sedekah – aset kelolaan tidak lancar (misal rumah sakit

atau sekolah) xxx xxx (xxx) - (xxx) xxx Sumber: IAI, 2008, PSAK 109 Akuntansi Zakat dan Infaq/Sedekah

(4) Laporan arus kas

Laporan arus kas harus melaporkan arus kas selama periode tertentu dan diklasifikasi menurut aktivitas operasi, investasi dan pendanaan.

(5) Catatan atas laporan keuangan

Catatan atas laporan keuangan menjelaskan mengenai gambaran umum organisasi, ikhtisar kebijakan akuntansi, serta penjelasan pos-pos laporan keuangan dan informasi penting


(44)

lainnya. Catatan atas laporan keuang yang disajikan amil sesuai dengan PSAK 101: Penyajian Laporan Keuangan Syariah dan PSAK yang relevan.

5. Lembaga Amil Zakat (LAZ)

Menurut Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 dan keputusan menteri agama Nomor 581 Tahun 1999 tentang pelaksanaan Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999, dan Keputusan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan Haji Nomor D/291 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Zakat. Bahwa pengelolaan zakat adalah kegiatan perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan terhadap pengumpulan pendistribusian serta pendayagunaan zakat.

Dalam regulasi pemerintah tentang zakat, diakui adanya dua jenis Organisasi Pengelola Zakat (OPZ), yaitu Badan Amil Zakat dan Lembaga Amil Zakat. Badan Amil Zakat (BAZ) dibentuk dan tersusun dari tingkat pusat sampai tingkat kecamatan. Badan Amil Zakat merupakan badan pengelola zakat yang dibentuk oleh pemerintah dan kepengurusannya tediri dari unsur masyarakat dan pemerintah, sedangkan Lembaga Amil Zakat merupakan organisasi pengelola zakat yang pembentukannya berasal dari masyarakat yang dikukuhkan, dibina dan dilindungi oleh pemerintah. Tugas utama Badan Amil Zakat dan Lembaga Amil Zakat yaitu mengumpulkan,


(45)

B. Hasil Penelitian Terdahulu

1. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Nasrullah (2014) pada Organisasi Pengelola Zakat (OPZ) di wilayah Priangan Timur, Jawa Barat menunjukkan bahwa SDM bagian keuangan/akuntansi pada setiap Organisasi Pengelola Zakat memiliki kompetensi yang baik. Selain itu, standar akuntansi zakat, infak dan sedekah (PSAK No 109) juga telah diterapkan dengan baik, sehingga kualitas laporan keuangan setiap OPZ di Priangan Timur dinyatakan baik. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa kompetensi SDM berpengaruh terhadap penerapan PSAK No. 109 pada OPZ di Priangan Timur. Namun secara parsial, pengaruh kompetensi SDM tidak signifikan terhadap kualitas laporan keuangan. Untuk menghasilkan laporan keuangan yang baik, diperlukan faktor lain selain SDM, seperti faktor eksternal atau lingkungan eksternal, pemanfaatan teknologi informasi dan pengendalian internal.

2. Windiastuti (2013) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Sumber Daya Manusia Bidang Akuntansi Dan Sistem Pengendalian Internal Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (Studi Kasus Pada Dinas Pengelolaan Keuangan Dan Asset Daerah Kota Bandung)” menyatakan bahwa kompetensi Sumber Daya Manusia Bidang Akuntansi dan Pengendalian Internal di BPKAD kota Bandung memiliki pengaruh signifikan terhadap kualitas laporan keuangan Pemerintah Daerah.


(46)

Pendidikan & Pengetahuan

Pengalaman Kerja

Kemampuan

Kompetensi SDM Bag.

Keuangan

Gambar 2.1 Model Penelitian SDM Bagian


(47)

BAB III ini menjelaskan mengenai jenis penelitian, objek/subjek penelitian, jenis data, teknik pengumpulan data, analisis data, dan definisi operasional variabel penelitian.

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian eksploratif dengan pendekatan kualitatif dan deskriptif. Penelitian eksploratif merupakan penelitian dengan model menggali informasi atas fenomena yang terjadi sehingga ditemukan jawaban atas fenomena tersebut. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menekankan pada quality atau hal yang terpenting dari sifat suatu barang/jasa berupa kejadian atau fenomena (Satori dan komariah, 2012). Penelitian deskriptif adalah penelitian yang disusun dalam rangka memberikan gambaran secara sistematis tentang informasi ilmiah yang berasal dari subyek atau obyek penelitian (Sanusi, 2011). Penelitian difokuskan pada apa yang diperoleh saat penelitian dilakukan, yag berusaha untuk menggali hal yang terkait dengan kompetensi SDM bagian keuangan dalam penerapan PSAK 109. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari SDM bagian keuangan/akuntansi di 10 Lembaga Amil Zakat yang terdapat di Yogyakarta.


(48)

B. Objek/Subjek Penelitian

Objek dari penelitian ini adalah 10 LAZ di Yogyakarta, adapun subjek penelitian ini adalah SDM bagian keuangan di Lembaga Amil Zakat yang diteliti. Peneliti memilih SDM bagian keuangan sebagai subjek penelitian karena merupakan pihak yang terkait secara langsung dalam pencatatan laporan keuangan dan penerapan PSAK 109 serta memiliki peran penting dalam proses penyusunan laporan keuangan di organisasi pengelola zakat.

C. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang pertama kali dicatat dan dikumpulkan oleh peneliti (Sanusi, 2011). Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari hasil wawancara peneliti terhadap SDM bagian keuangan di Lembaga Amil Zakat Daerah Istimewa Yogyakarta. Data sekunder adalah data yang sudah tersedia dan dikumpulkan oleh pihak lain (Sanusi, 2011). Data sekunder dalam penelitian ini berupa hasil publikasi dan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan kompetensi SDM, Akuntansi Zakat dan PSAK 109.

D. Teknik Pengumpulan Data 1. Studi Lapangan


(49)

SDM bagian keuangan di Lembaga Amil Zakat Yogyakarta. Wawancara terstandar adalah wawancara dengan menggunakan sejumlah pertanyaan yang terstandar secara baku (Satori dan Komariah, 2012).

2. Studi Literatur

Studi literatur dilakukan dengan cara membaca, mencatat, dan menganalisis data baik yang didapatkan dari buku, jurnal, artikel, berita dan sumber lainnya yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti.

E. Analisis Data

Data yang didapatkan dianalisis dengan metode deskriptif. Analisis data ini melalui 3 tahap (Miles dan Hubermen dalam Satori dan Komariah, 2012), yaitu :

1. Reduksi Data

Tahap pertama yang dilakukan peneliti dalam analisis data adalah reduksi data. Data yang telah didapat dari wawancara dengan informan direduksi oleh peneliti, yaitu ditulis rincian atas poin-poin yang fokus pada hal yang diteliti.

2. Penyajian Data

Tahap kedua dalam proses analisis data adalah penyajian data. Setelah melakukan reduksi data, maka data akan disajikan dalam bentuk tabel dan uraian singkat. Dalam tahap ini hasil wawancara disajikan dalam bentuk


(50)

skoring sehingga memudahkan peneliti dalam memahami apa yang terjadi. Kriteria skoring didasarkan pada keterangan sebagai berikut :

Tabel 3.1

Kriteria Skoring Jawaban

KRITERIA JAWABAN BOBOT

Tidak Kompeten 1

Kurang Kompeten 2

Cukup Kompeten 3

Kompeten 4

Sangat Kompeten 5

Pada tahap ini, peneliti juga melakukan analisis menggunakan klasifikasi penilaian Nilai Jangkauan Interval dengan rumus :

NJI = (�� �� ��� � −� � � ) 3. Penarikan Kesimpulan/verifikasi

Tahap ketiga dalam proses analisis data adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan yang dibuat didasarkan pada data yang telah diperoleh sehingga dapat menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu mengenai evaluasi kompetensi SDM bagian keuangan terkait penerapan akuntansi zakat berdasarkan PSAK 109 di Lembaga Amil Zakat Daerah Istimewa Yogyakarta.


(51)

F. Definisi Operasional Variabel Penelitian 1. Kompetensi SDM

Kompetensi yaitu kemampuan seseorang berkinerja untuk melaksanakan pekerjaan dengan sukses serta menghasilkan prestasi kerja, dan kesuksesan suatu organisasi tergantung pada kombinasi kompetensi kepemimpinan yang efektif dan kompetensi tenaga kerjanya (Abdussamad, 2013).

Indikator dari variabel kompetensi SDM antara lain :

a. Latar belakang pendidikan dan pengetahuan

Pendidikan merupakan proses pembelajaran melalui proses dan prosedur yang berlangsung dalam waktu yang relatif lama (Kunartinah dan Sukoco, 2010). Pada umumnya, pendidikan memiliki tujuan untuk mempersiapkan SDM yang kompeten sebelum memasuki pasar kerja. Dengan adanya pengetahuan yang telah diperoleh dari pendidikan dalam proporsi tertentu diharapkan SDM dapat memenuhi syarat-syarat yang dituntut oleh suatu pekerjaan.

Pendidikan merupakan upaya untuk mengembangkan SDM, terutama dalam hal kemampuan intelektual dan kepribadian. Untuk memperoleh dan meningkatkan kemampuan profesional individu,


(52)

dalam Kunartinah dan Sukoco (2010), dalam human resource

development, nilai-nilai kompetensi seorang karyawan/pekerja dapat dipupuk melalui program pendidikan, pengembangan atau pelatihan yang berorientasi pada tuntutan kerja aktual dengan penekanan pada pengembangan skill, knowledge and ability yang secara signifikan akan dapat memberikan standar perilaku dalam sistem dan proses kerja yang diharapkan.

b. Pengalaman kerja

Aristarini dkk (2014) menyatakan bahwa pengalaman kerja adalah tingkat penguasaan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki karyawan dalam bekerja yang dapat diukur dari masa kerja dan jenis pekerjaan yang telah dikerjakan karyawan selama periode tertentu. Pengalaman kerja adalah suatu dasar/acuan seorang karyawan dapat menempatkan diri secara tepat kondisi, berani mengambil resiko, mampu menghadapi tantangan dengan penuh tanggung jawab serta mampu berkomunikasi dengan baik terhadap berbagai pihak untuk tetap menjaga produktivitas, kinerja dan menghasilkan individu yang kompeten dalam bidangnya.

Pengalaman kerja dapat didasarkan pada masa kerja atau jangka waktu karyawan dalam bekerja. Pengalaman merupakan modal besar yang dimiliki oleh SDM profesional dalam menjalankan roda organisasi agar


(53)

dapat berhasil dan kompeten. Jika tenaga kerja memiliki banyak pengalaman kerja, maka kompetensi yang dimiliki akan sesuai dengan tuntutan pekerjaan, sehingga karyawan akan lebih termotivasi dalam bekerja dan mampu mencapai kinerja yang tinggi (Aristarini dkk, 2014).

c. Kemampuan (Skill)

Kompetensi Sumber Daya Manusia adalah kemampuan seseorang atau individu suatu organisasi (kelembagaan) atau suatu sistem untuk melaksanakan fungsi-fungsi atau kewenangannya untuk mencapai tujuannya secara efektif dan efisien (Ihsanti, 2014). Kompetensi harus dilihat sebagai kemampuan untuk mencapai kinerja, untuk menghasilkan keluaran-keluaran (output) dan hasil-hasil (outcomes).

Laporan keuangan merupakan sebuah produk yang dihasilkan oleh bidang atau disiplin ilmu akuntansi. Untuk menghasilkan laporan keuangan yang baik, diperlukan SDM bagian keuangan/akuntansi yang memahami dan kompeten dalam bidang akuntansi. Menurut Nurillah (2014), kegagalan SDM bagian keuangan/akuntansi dalam memahami dan menerapkan logika akuntansi akan berdampak pada kekeliruan laporan keuangan yang dibuat serta ketidak sesuaian laporan dengan standar yang telah ditetapkan.


(54)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV menjelaskan mengenai gambaran umum objek/subjek penelitian, karakteristik responden, hasil penelitian dan pembahasan.

A. Gambaran Umum Objek/subjek Penelitian

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer yang diperoleh langsung dari sumber pertama melalui hasil wawancara. Objek yang dijadikan target dalam penelitian ini adalah Lembaga Amil Zakat (LAZ) di Daerah Istimewa Yogyakarta yang terdaftar di Kementrian Agama Yogyakarta, yaitu:

1. Aksi Cepat Tanggap 2. Baitul Maal Hidayatullah 3. Dompet Dhuafa

4. Dompet Peduli Ummat Daarut Tauhid 5. Griyo Yatim Dhuafa

6. Lazis Muhammadiyah 7. LAZIS NU

8. LAZIS Syuhada 9. LAZIS UII


(55)

10.Lumbung Zakat

11.PosKeadilanPeduliUmmat (PKPU) 12.PPPA Daarul Qur’an

13.RZIS UGM 14.Rumah Zakat 15.YatimMandiri 16.YayasanPeduliSehati

Dari 16 objek penelitian yang terdaftar, terdapat beberapa Lembaga Amil Zakat yang tidak dapat dijadikan sebagai objek penelitian.

1. Aksi Cepat Tanggap

Aksi Cepat Tanggap merupakan sebuah organisasi sosial yang bergerak di bidang kemanusiaan. Organisasi ini juga mengumpulkan dana zakat, infak/sedekah. Namun mayoritas dana yang dikelola oleh Aksi Cepat Tanggap (ACT) merupakan dana yang diperoleh dari sumbangan sosial sehingga menjadikan organisasi Aksi Cepat Tanggap tidak bisa dijadikan sebagai objek penelitian.

2. Dompet Peduli Ummat Daarut Tauhid

Dompet Peduli Ummat Daarut Tauhid (DPU – DT) merupakan lembaga yang bergerak di bidang pemberdayaan masyarakat melalui


(56)

Yogyakarta berlokasi di Jln. H. Agus Salim no. 56 A, Yogyakarta tidak dapat menjadi objek penelitian karena peneliti sangat kesulitan untuk mendapatkan izin penelitiaan di lokasi tersebut.

3. Griyo Yatim Dhuafa

Griyo Yatim Dhuafa merupakan lembaga yang bergerak di bidang kemanusiaan dan pengelolaan dana zakat, infak, sedekah dan lain-lain. Griyo Yatim Dhuafa merupakan lembaga cabang yang berada di Yogyakarta. Sistem pencatatan dan penyusunan laporan keuangan dilakukan secara sentralisasi oleh kantor pusat yang berlokasi di daerah Tangerang. Tugas dari SDM bagian keuangan di kantor cabang Daerah Istimewa Yogyakarta adalah sebagai penerima pembayaran dana terkait. Sehingga Griyo Yatim Dhuafa tidak dapat dijadikan sebagai objek penelitian.

4. LAZIS Muhammadiyah

LAZIS Muhammadiyah atau biasa disebut LAZISMU merupakan lembaga nirlaba yang bergerak di bidang pemberdayaan masyarakat melalui pengelolaan dana zakat, infak, wakaf dan dana sosial lain. LAZIS Muhammadiyah Yogyakarta bertempat di Jl. K.H. Ahmad Dahlan Yogyakarta. LAZSIMU tidak dapat menjadi objek penelitian disebabkan karena lembaga tersebut sedang dalam tahappembenahan sistem sehingga tidak bersedia untuk dijadikan sebagai objek penelitian.


(57)

5. LAZIS NU

LAZIS NU merupakan salah satu Lembaga Amil Zakat yang terdaftar di Kementrian Agama Yogyakarta. Namun setelah peneliti melakukan pencarian lokasi berdasarkan alamat yang terdaftar yaitu di Jl. MT. Haryono 40 ‐ 42 Yogayakarta, peneliti tidak dapat menemukan lokasi kantor LAZIS NU sehingga LAZ ini tidak dapat dijadikan sebagai objek penelitian.

6. RZIS UGM

Rumah Zakat, Infaq dan Shodaqoh Universitas Gadjah Mada atau biasa disingkat denga RZIS UGM merupakan lembaga yang bergerak di bidang pemberdayaan masyarakat melalui pengelolaan dana zakat, infak, shodaqoh dan dana sosial lain. RZIS UGM bertempat di kompleks masjid UGM Yogyakarta dan tidak dapat menjadi objek penelitian disebabkan karena lembaga tersebut belum memberikan izin penelitian sampai pada saat skripsi ini disusun.

Subyek penelitian ini adalah SDM yang bekerja pada bagian keuangan di LembagaAmil Zakat Daerah Istimewa Yogyakarta. Waktu Pelaksanaan wawancara adalah pada bulan Februari – Mei 2016.


(58)

B. Karakteristik Responden

Responden yang menjadi subyek dalam penelitian ini yaitu 10 pegawai/SDM yang bekerja di bagian keuangan atau akuntansi pada 10 Lembaga Amil Zakat di Yogyakarta. Informasi lengkap mengenai SDM bagian keuangan yang dijadikan sebagai responden dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.1

Karakteristik Responden No Responden JenisKelam

in Usia PendidikanTerakhir

Lama Bekerja 1 R1 Laki-Laki 31-40 Th S-1 Akuntansi >4Tahun 2 R2 Perempuan 20-30 Th S-1 Akuntansi >4 Tahun 3 R3 Perempuan 20-30 Th D-3 Akuntansi <1 Tahun 4 R4 Laki-Laki 31-40 Th S-1 Akuntansi >4Tahun 5 R5 Laki-Laki 31-40 Th S-1 Akuntansi >4Tahun 6 R6 Perempuan 31-40 Th S-1 Akuntansi >4Tahun 7 R7 Perempuan 20-30 Th S-2 Keuangan dan

Perbankan Syariah

>4Tahun 8 R8 Perempuan 31-40 Th S-1 Akuntansi >4Tahun 9 R9 Perempuan 20-30 Th D-3 Akuntansi 3-4Tahun 10 R10 Laki-Laki 31-40 Th S-1 Psikologi 3-4Tahun Sumber : Data Primer, diolah 2016

Berdasarkan tabel 4.1 diatas dapat diketahui bahwa jumlah responden perempuan lebih banyak dari jumlah responden laki-laki, yaitu responden perempuan berjumlah 6 orang dan responden laki-laki berjumlah 4 orang. Berdasarkan karakteristik usia, penelitian ini di dominasi oleh responden dengan


(59)

usia 31-40 tahun yaitu berjumlah 6 orang dan sisanya berada pada usia 20-30 tahun berjumlah 4 orang.

Dari 10 responden terdapat dua responden yang memiliki latar belakang pendidikan non akuntansi, yaitu 1 responden dengan latar belakang pendidikan keuangan dan perbankan syariah dan 1 responden dengan latar belakang pendidikan Psikologi, sedangkan 8 responden lainnya memiliki latar belakang pendidikan di bidang akuntansi yang terdiri dari 2 responden telah menempuh pendidikan di tingkat diploma 3 dan 6 responden di tingkat strata 1.

Karakteristik responden dilihat berdasarkan lama bekerja yaitu mayoritas responden telah menempuh waktu bekerja di Lembaga Amil Zakat Tersebut selama lebih dari 4 tahun. Sedangkan sisanya terdapat satu responden dengan masa kerja kurang dari 1 tahun dan 2 responden dengan masa kerja 3 sampai 4 tahun.

C. Evaluasi Kompetensi SDM Bagian Keuangan Berdasarkan Indikator Pendidikan dan Pengetahuan

Untuk mengetahui Kompetensi Sumber Daya Manusia bagian keuangan pada Lembaga Amil Zakat di Daerah Istimewa Yogyakarta berdasarkan latar belakang pendidikan dan pengetahuan, seluruh jawaban responden direkap pada beberapa tabel dibawah ini :


(60)

Tabel 4.2

Latar Belakang Pendidikan

No Responden PendidikanTerakhir MengikutiDiklat/Pelatihan Akuntansi Zakat 1 R1 S-1 Akuntansi >4 kali

2 R2 S-1 Akuntansi 2-3 kali 3 R3 D-3 Akuntansi 1 kali 4 R4 S-1 Akuntansi >4 kali 5 R5 S-1 Akuntansi 2-3 kali 6 R6 S-1 Akuntansi Belum Pernah 7 R7 S-2 Keuangan dan

Perbankan Syariah

2-3 kali 8 R8 S-1 Akuntansi 2-3 kali 9 R9 D-3 Akuntansi 2-3 kali 10 R10 S-1 Psikologi 1 kali Sumber : Data Primer, diolah 2016

Menurut Kunartinah dan Sukoco (2010) pendidikan merupakan proses pembelajaran melalui proses dan prosedur yang berlangsung dalam waktu yang relatif lama. Latar belakang pendidikan merupakan salah satu indikator yang harus dimiliki oleh SDM untuk dapat memenuhi syarat-syarat yang dituntut dalam suatu pekerjaan. Fokus dalam penelitian ini adalah untuk melakukan evaluasi kompetensi SDM pada bagian keuangan yang berhubungan langsung dengan proses pencatatan dan penyusunan laporan keuangan. Oleh karena itu dalam penelitian ini responden diharapkan memiliki latar belakang pendidikan di bidang keuangan/akuntansi.


(61)

belakang pendidikan keuangan dan perbankan syariah dan 1 responden dengan latar belakang pendidikan psikologi. Dengan demikian total responden dengan latar belakang pendidikan akuntansi/keuangan berjumlah 9 responden dan 1 responden lainnya memiliki latar belakang pendidikan non akuntansi/keuangan yaitu R10. Dengan memiliki latar belakang pendidikan akuntansi/keuangan, 9 dari 10 responden telah memenuhi salah satu sub indikator kompetensi SDM bagian keuangan.

R10 merupakan salah satu pendiri sebuah yayasan yang didalamnya juga mengelola dana zakat. Yayasan yang didirikan oleh R10 adalah sebuah gerakan yang berfokus pada aksi peduli kemanusiaan, pemberdayaan masyarakat miskin dhuafa, yatim piatu dan diffable. Yayasan tersebut berdiri pada tahun 2011 dan masih sangat minim SDM terutama di bagian keuangan. Sehingga selain menjabat sebagai direktur, R10 yang tidak memiliki latar belakang pendidikan akuntansi juga mengisi tugas di bagian keuangan bersama satu anggota lainnya.

Selain dilihat dari latar belakang pendidikan, untuk menilai kompetensi SDM bagian keuangan dalam penerapan akuntansi zakat/PSAK 109 dapat dilihat dari jumlah partisispasi responden dalam mengikuti diklat/pelatihan terkait bidang ilmu tersebut. Pada tabel 4.2 disebutkan bahwa R6 merupakan responden yang belum pernah mengikuti diklat/pelatihan mengenai akuntansi zakat/PSAK 109. R6 menyatakan bahwa pencatatan laporan keuangan di LAZ yang


(62)

Secara umum R6 telah beberapa kali mengikuti diklat/pelatihan mengenai akuntansi dan keuangan namun beliau belum pernah mengikuti diklat/pelatihan yang secara khusus membahas akuntansi zakat/PSAK 109.

R3 dan R10 merupakan responden yang baru satu kali mengikuti diklat/pelatihan mengenai akuntansi zakat/PSAK 109. Pernyataan yang dikemukakan oleh R3 dan R10 sedikit sama dengan yang disampaikan oleh R6, yaitu telah beberapa kali mengikuti diklat/pelatihan mengenai akuntansi dan keuangan namun baru satu kali saja mengikuti diklat/pelatihan yang secara khusus membahas PSAK 109. Dari 10 responden tersebut, 5 diantaranya telah mengikuti diklat mengenai akuntansi zakat/PSAK 109 sebanyak 2-3 kali dan 2 lainnya sebanyak lebih dari 4 kali. Menurut peneliti, jumlah tersebut sudah memberikan modal pengetahuan yang cukup mengenai akuntansi zakat/PSAK 109 kepada responden yang pada dasarnya telah memiliki latar belakang pendidikan akuntansi/keuangan.

Tabel 4.3

Pengetahuan Mengenai Akuntansi

No Responden P4 P5 P6 P7 P8 Jumlah

1 R1 3 2 3 3 3 11

2 R2 4 4 4 4 4 20

3 R3 3 3 3 4 2 15

4 R4 3 3 4 3 3 16

5 R5 4 4 3 4 4 19

6 R6 3 4 3 3 4 16


(63)

No Responden P4 P5 P6 P7 P8 Jumlah

8 R8 4 4 4 3 3 18

9 R9 4 4 4 3 3 18

10 R10 3 4 3 4 5 18 Jumlah 35 35 33 35 33

Sumber : Data Primer, diolah 2016

Pendidikan maupun pelatihan yang berorientasi pada akuntansi/keuangan diharapkan dapat memberi pengetahuan yang memadai bagi SDM bagian keuangan dalam mengaplikasikan akuntansi zakat/PSAK 109. Tabel 4.3 menampilkan hasil wawancara peneliti dengan responden yang telah diolah dalam bentuk skoring daripertanyaan ke-4 sampai pertanyaan ke-8 dalam indikator latar belakang pendidikan dan pengetahuan. Kriteria skoring yang digunakan peneliti telah dijelaskan pada BAB III, tabel 3.1.

P4 merupakan pertanyaan untuk menggali pengetahuan responden mengenai akuntansi secara umum. Pada pertanyaan ini terdapat 5 responden dengan nilai 4 (kompeten), dan 5 responden dengan nilai 3 (cukup kompeten). Responden yang berada pada kriteria cukup kompeten merupakan responden yang menjelaskan pengertian akuntansi secara praktis berdasarkan pengalaman responden selama bekerja di bagian keuangan/akuntansi. Sedangkan responden dengan kriteria kompeten merupakan responden yang menjelaskan pengertian akuntansi dengan gambling, baik secara praktis dan teoritis.


(64)

P5 merupakan pertanyaan yang digunakan untuk mengetahui pemahaman responden mengenai siklus akuntansi. Pada pertanyaan ini terdapat 1 responden dengan kriteria kurang kompeten, yaitu R1. Menurut R1, siklus akuntansi bermula dari adanya transaksi yang dicatat dalam sebuah sistem dan selanjutnya sistem tersebut akan memproses pencatatan transaksi menjadi laporan keuangan. Siklus akuntansi yang disampaikan oleh R1 merupakan penjelasan yang didasarkan pada pengalaman responden selama bekerja di lembaga tersebut yang telah memiliki sistem keuangan yang baik.

Pertanyaan selanjutnya yaitu P6 merupakan dasar peneliti untuk mengetahui pemahaman responden berkaitan dengan akuntansi zakat. Pertanyaan ini membahas hal yang sama dengan pertanyaan P4, hanya saja dalam hal ini peneliti lebih menekankan pada akuntansi zakat. Hasil wawancara menunjukkan bahwa 10 responden dapat menjawab dan menjelaskan pertanyaan tersebut sehingga peneliti memutuskan untuk memberikan penilaian bahwa beberapa responden dapat dikatakan cukup kompeten.

Pada P7, peneliti mengajukan pertanyaan terkait peraturan/standar mengenai akuntansi zakat. Pertanyaan ini digunakan sebagai dasar untuk mengetahui sejauh mana responden memahami standar akuntansi yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan. 50% dari responden dapat menjelaskan dengan baik namun 50% lainnya hanya menjelaskan secara garis


(65)

LAZ cabang yang melakukan kegiatan orperasional keuangan secara terpusat. Sehingga untuk mendapatkan pemahaman secara mendalam menganai standar akuntansi zakat yang di terapkan, responden mengalami sedikit kesulitan. Dari 10 LAZ yang diteliti, 8 diantaranya telah menggunakan PSAK 109, sedangkan 2 lainnya sedang dalam proses pembenahan sistem untuk menggunakan pencatatan yang sesuai dengan PSAK 109.

P8 membahas mengenai elemen laporan keuangan yang terdapat dalam standar akuntansi zakat yang digunakan. Hasil wawancara menunjukkan bahwa seluruh responden dapat menjawab dan menjelaskan kasus tersebut. Diantara 10 responden, terdapat 1 responden dengan skor 5 yang merupakan skor maksimal dalam penelitian, yaitu R10 yang merupakan responden dengan latar belakang pendidikan non akuntansi dan baru 1 kali mengikuti diklat/pelatihan terkait akuntansi zakat berdasarkan PSAK 109. Meskipun tdak memiliki dasar pendidikan akuntansi, namun R10 memiliki keinginan yang kuat dalam menguasai akuntansi zakat sehingga beliau banyak melakukan pembelajaran melalui buku dan media lainnya.

Pertanyaan selanjutnya yang diajukan oleh peneliti mengacu pada PSAK 109 yang bertujuan untuk mengetahui pemahaman responden terhadap PSAK 109 serta penerapannya. Hasil wawancara dapat dilihat pada tabel berikut.


(66)

Tabel 4.4

Pengetahuan Mengenai PSAK 109

No Responden P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 P16 P17 P18 P19 P20 P21 1 R1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 2 R2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 R3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 R4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 R5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 6 R6 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 7 R7 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 8 R8 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 9 R9 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 10 R10 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 Sumber : Data Primer, diolah 2016

Untuk mempermudah peneliti menarik kesimpulan dalam upaya mengetahui pemahaman responden serta penerapan PSAK 109, hasil wawancara disimpulkan dalam bentuk skoring. Lembaga Amil Zakat yang telah menerapkan PSAK 109 diharapkan telah menerapkan, memahami dan mampu menjawab seluruh pertanyaan dengan baik. Pertanyaan yang diajukan pada P14 adalah mengenai pernyataan nomor 14 dalam PSAK 109, “Jika mustahiq ditentukan oleh muzakki, maka asset zakat yang diterima seluruhnya diakui sebagai dana zakat, dan jika amil


(67)

memang terdapat muzakki yang menentukan mustahiq, namun mustahiq yang ditentukan hanya sebatas pada kriteria tertentu. Sehingga untuk penyalurannya, LAZ tetap mengacu kepada 8 golongan yang berhak menerima zakat namun berada pada kriteria yang disebutkan oleh muzakki. Sehingga amil tetap mendapat bagian sebesar 12,5% dari dana zakat. Sedangkan responden lain menyatakan bahwa dalam penyaluran dana zakat, LAZ tetap mengacu kepada 8

asnaf yang telah disebutkan dalam Al-Qur’an (Q.S. 9:60). Penyaluran dana yang ditentukan oleh donatur selama ini adalah dana yang diperoleh dari hibah, infaq maupun sedekah.

Pertanyaan yang diajukan pada P15 berkaitan dengan pernyataan nomor 15 dan 16 dalam PSAK 109, yaitu penurunan nilai asset zakat nonkas diperlakukan sebagai pengurang dana zakat jika terjadi bukan karena kelalaian amil, jika terjadi karena kelalaian amil maka diperlakukan sebagai pengurang dana amil. R9 menyatakan bahwa LAZ belum pernah mengalami kasus yang menyebabkan nilai aset zakat non kas menurun.

P18, P19, P20 dan P21 merupakan pertanyaan tentang poin ke 35 dalam PSAK 109 yaitu mengenai pengungkapan hal-hal yang terkait dengan transaksi zakat. R1 menyatakan bahwa pada laporan keuangan belum diungkapkan hal-hal yang berkaitan dengan penyaluran dana zakat, seperti kebijakan penyaluran dana, metode penentuan nilai wajar dan rincian jumlah beban pengelolaan.


(1)

untuk laporan keuangannya itu ya ada neraca, laporan pengumpulan dan penyaluran, laporan aktifitas sama arus kas nya itu ada mbak.

R6 Akuntansi ya dari mulai transaksi, mulai kas masuk ya, kalo realnya ya ini, catatan penerimaan masuk, pengeluaran, catatan kasir, setiap bulan akan dikroscek, cash opname ya, antara catatan kasir sama uang yang ada, sama yang di sistem. Kita disini yang disusun laporan keuangannya sebelum konsolidasi sampai di neraca dari mulai kas setara kas, laporan penerimaan, laporan penyaluran, laporan asset, laporan rekening antar kantor. Itu udah sesuai PSAK 109. Sistem kita kan sudah online ya dan itu sudah disesuaikan dengan PSAK, kita tinggal menggunakan SOP sesuai dengan prosedur.

R7 Akuntansi kalau yang saya pelajari itu seni pencatatan ya mbak. Mulai dari transaksi sampai akhirnya jadi laporan keuangan yang bisa digunakan ya, biasanya untuk pertanggungjawaban kita dalam mengelola dana zakat ini ke muzakki dan ke pusat karena ini dana umat ya. Kita sudah pakai PSAK 109. Kalau untuk elemennya itu ya ada penerimaan dan penyaluran dana, trus asset kelolaan, neraca juga, sama arus kas ya. R8 Akuntansi kan seni pencatatan, pengolahan, penyusunan laporan

keuangan sampai penyajian laporan keuangan yang dipertanggung jawabkan kepada para muzakki ya. Kalo akuntansi zakat itu kalau secara khusus dulu waktu kuliah belum sempat diajarkan ya. Intinya ya pencatatan penerimaan zakat dan pengelolaannya. Peraturan mengenai akuntansi zakat sih kita pakainya itu ya, PSAK nomor 109.

R9 Akuntansi itu pencatatan dan penyusunan dan pengolahan laporan keuangan dari bukti transaksi ke jurnal, ke buku besar sampe jadi laporan keuangan. Ya akuntansi itu pencatatan. Kalo akuntansi zakat itu ya berarti pencatatan zakat. Itu kalo disini udah pake PSAK nomor 109 itu ya. Kalo elemennya sih ada neraca, laporan dana dan penggunaan dana, arus kas, itu ada empat atau lima ya.

R10 Akuntansi ya pencatatan. Pencatatan keuangan. Kalo akuntansi zakat ya berarti pencatatan keuangan zakat. Nah disini kita sedang berusaha untuk mengganti sistem ke PSAK nomor 109 itu. Cuman kita kesulitan karena memang gak ada background akuntansinya sama sekali. Bagaimana cara menyusun jurnal awalnya itu kan kita masih bingung. Mungkin dari dosennya ada yang bisa memberi penjelasan gimana sih supaya kita yang gak tau akuntansi itu bisa bikin jurnal gitu. Kalo disini laporan keuangannya ya sederhana mbak. Masih sangat sederhana banget berupa


(2)

laporan penerimaan sama penyaliran aja. Belum sampai ke neraca dan yang lain-lainnya itu.

B. Hasil Wawancara Terkait Pengetahuan Mengenai PSAK 109

R Pernyataan

R1 Disini kan udah otomatis, pake sistem jadi kita cuman masukin transaksi nanti udah menjurnal sendiri. Kalo diaukinya ya ketika ada dana, kalo yang di sistem itu menambah kas dan penerimaan dana zakat, itu dipisahkan berdasarkan akun. Kalo nonkas nilai wajarnya ditentukan, kalo misal kendaraan ya kita liat kondisi kendaraannya kira-kira laku berapa, kalo misal barang berharga seperti emas ya kita liat harga pasarnya. Ada donasi khusus itu yang ditentukan ya, kita salurinnya ke asnafnya, tapi kita sesuaikan sama program, program ekonomi atau dakwah. Kalau ada kecelakaan itu auditor kami menyampaikan itu tanggung jawab kami. Misal ada kambing atau sapi trus mati, itu dana amil yang dikurangi untuk mengganti. Akrena itu kan amanah dan kita tanggung jawab untuk mengganti itu.

R2 Dana yang masuk kita akui nya ya sesuai sama peruntukannya, kalo dana zakat ya diakui dana zakat, untuk potongan dana amil itu sesuai syariah ya. Kalo yang masuk itu dalam bentuk nonkas atau barang kita hitungnya berapa kira kira harganya kalo di pasaran nih. Kita cek. Kalo ada kecelakaan ya kita kurangi dari dana amil. Karna itu kan udah jadi tanggung jawab kami sebagai amil ya. Iya, di neraca itu disajikan terpisah antara dana zakat, dana infak, dana amil sama dana nonhalal. R3 Setau saya disini belum ada di cantumkan itu mbak (kebijakan

pembagian antara dana amil dan dana non amil atas penerimaan zakat seperti persentase pembagian, alasan dan konsistensi kebijakan). Walaupun mungkin seharusnya ada ya. Untuk nilai wajarnya juga kita belum cantumkan gimana metodenya.

R4 Dana itu pada dasarnya memang harus diakui waktu diterimanya ya kalau zakat. Ketentuan pembagian dana amil ya sesuai aturan Islam itu, 1/8 nya. Dana zakat itu memang harus terpisah dicatatnya dalam neraca itu, jadi ada dana zakat, dana infak, dana amil sama dana nonhalal. Kalau yang sudah disalurkan ya disitu sebagai pengurang, iya sesuai dengan jumlahnya kalau kas ya sesuai nominalnya, kalau nonkas ya sesuai nilai


(3)

wajarnya.

R5 Disini itu ya ada dana masuk, itu yang dicatat. Karna kan kalau zakat itu gak ada yang namanya piutang. Iya sesuai akunnya, kalo dana zakat masuknya ya di akun dana untuk zakat. Bagian amil kan diaturnya 12,5% dari dana zakatnya, kita ambilnya dari situ. Belum ada, (pengungkapan kebijakan-kebijakan) kita belum cantumkan.

R6 Kita udah pake sistem ya jadi disini jurnalnya otomatis, kita tinggal klik aja dananya masuk di kategori mana. Ada zakat yang ditentukan sama muzakki itu masuknya khusus, tapi tetep masuk dana zakat, misalnya untuk beasiswa. Jadi nanti temen-temen itu nanti ngasih memo semacam SOP perintah untuk penyaluran dana dari donatur itu diperuntukkan untuk beasiswa. Amil ya tetep dapat bagian, karena ini cuman ditentukan untuk apa gitu, gak secara mendetil karena zakat itu kan udah ditentukan 8 asnaf itu ya.

R7 Nilai wajar sih kita pakai harga pasar. Atau perkiraan biasanya kita survey atau browsing kan bisa kalo ada yang kita gak tau perkiraan harganya gitu. Kalau itu sih belum ya (belum diungkapkan metode penentuan nilai wajar dalam laporan keuangan).

R8 Kalo disini pencatatan hanya di penerimaan aja. Sebenernya kalo mau bahas PSAK 109 mbaknya malah cocoknya ke pusat deh. Saya kurang paham sama sistem yang di pusat mbak, kayaknya ada dua waktu detraining itu. Tapi kalo zakat kita diakuinya waktu dana masuk ya. Karna kan kalo zakat ga ada piutang. Cabang mah hanya pencatatan aja, R9 Kalo untuk penentuan nilai wajar kita pakai harga pasar. Untuk kasus ini

(penurunan nilai asset zakat nonkas) kita belum pernah ada mbak, soalnya kan kita dapetnya zakat itu biasanya berupa sembako, beras, jadi belum pernah ada yang zakat selain itu dan sampai mengurangi nilainya gitu. Pembagian dana amilnya kita sesuai dengan ketentuan syariah itu ya mbak. Metode penentuan nilai wajarnya belum kita cantumkan di laporan keuangannya.

R10 Iya, zakat yang diterima kita akui waktu dana itu masuk. Kalo untuk donasi yang berupa barang itu ya, barang second itu kita gak masukin nilainya. Karna dari donaturnya sendiri gak mau disebutkan jumlah barangnya dalam bentuk uang gitu. Kalo dana amilnya ya dipotongnya 1/8 kan, nah untuk ketentuan yang lainnya ini saya juga lagi belajar. Karna butuh proses juga kan untuk memperbarui sitem itu. Kita pengennya cepet kelar ini supaya bisa diaudit juga. Kalo untuk dana


(4)

nonhalal iya kita pisah, harus itu, karna jangan sampai dana itu kena makan kan ga boleh.

C. Hasil Wawancara Terkait Kemampuan (Skill) Responden

R Pernyataan

R1 Saldo neraca ya harus seimbang, karena salah satu alat ukur neraca itu ya balance. Tapi dosen saya tu pernah bilang, balance itu belum tentu benar, tidak balance itu sudah pasti salah. Kalo di sistem gak mungkin selisih antara aktiva sama passive. Yang selisih itu antara saldo di neraca sama saldo di real kas. Jadi nyarinya ya mungkin di kasir salah nyatet misal kurang nol. Kalo neraca gak pernah ga balance kecuali sistemnya lagi error. Kalo jurnal juga gak pernah salah, karena sudah kemudahan sistem ya, kita bikin adjustmen itu kalo ada salah catat aja ya. Gak perlu buka buku lagi lah, kan otomatis.

R2 Iya, jurnal harian itu ada dan itupun memang harus selesai tepat waktu. Kita sih Alhamdulillah selalu selesai tepat waktu kecuali kalo ada masalah di sistem ya, kayak perbaikan gitu itu yang bikin agak lama. tapi kita selalu tepat waktu. Iya, harus imbang, kan kalo gak ya berarti salah dong. Bisa jadi dari jurnalnya, dari input juga bisa salah masukin saldo. Jadi ya ada penyesuaiannya.

R3 Kadang sih masih buka-buka buku, iya, ya kadang nanya juga kalo ada yang gak ngerti. Setau saya memang harus seimbang saldonya, karena kalo gak seimbang itu pasti salah. Bisa dari mana-mana salahnya, tapi paling sering itu dari transaksi awal. Karena gak teliti jadi salah input akhirnya salah ke selanjutnya. Ya ka nada jurnal penyesuaian mbak, jadi tinggal di sesuaikan aja jurnalnya sama yang bener.

R4 Kesalahan itu biasanya di pencatatan ya, salah saldo. Itu efeknya bisa ke neraca. Solusinya ya kalau neraca gak balance, harus ditelusur, begitu ketemu, dibuatkan adjustmen. Iya, pembalik, itu kan lebih gampang. Saya sih gak pernah ya selama ini (apakah pernah kembali membuka buku). Kalo masalah lain sih selama masih terkait sama keuangan bisa di selesaikan sendiri.

R5 Kalau masalah gak balance itu ya berarti ada kesalahan. Kan memang begitu teorinya mbak, neraca itu kan memang harus seimbang iya kan? Berarti ada yang salah di pencatatan, iya di awalnya masuk jurnalnya jadi salah. Itu ya harus di sesuaikan. Caranya ya buat jurnal penyesuaian.


(5)

Kalo saya enggak sih (tidak pernah kembali membuka buku) ya bisa di selesaikan sendiri lah.

R6 Kadang ada salah input di buku besarnya, tiap bulan itu ada koreksi, kalo ada yang salah ya kita koreksi. Kalo neraca itu ya harus balance ya, kalo gak balance berarti jurnalnya salah. Ada yang gak bener dalam pencatatannya ini. Mungkin sumber pencatatannya salah karena nanti akhirnya juga akan salah kan jurnal itu sumber dari transaksi ya. Kalo jurnalnya salah itu ya kita bikin penyesuaian, kecuali kalo itu kita gak menghapus jurnal itu ya kita balik kan kita gak bisa mengganti transaksi. Di akhir tahun itu penyesuaian di sesuai-in.

R7 Kesalahan sih biasanya karena salah input ya. Dan itu bisa di sesuaikan, misal kita bikin adjustment atau kita bikin jurnal pembalinya aja, dikosongin saldonya, terus baru kita ganti sama jurnal yang baru. Neraca sih harus balance, kenapa, karena kalo gak balance pasti ada yang salah nih. Jadi biasanya kita telusuri nih dari awalnya ya, itu pencatatannya, penerimaan dananya, duh jangan-jangan salah input saldo kan bisa aja. Iya kalo jurnal harian itu harus selesai di hari yang sama ya, karena kan memang seperti itu aturannya.

R8 Kalo saldo neraca itu ya harus imbang. Kalo ga imbang ya salah berarti. Ada yang salah di pencatatannya, harus ditelusuridari pencatatannya dulu. Takutnya dari bukti transaksi ternyata salah masukin angka kan bisa juga. Kalo salah gitu ya dibikinin jurnal penyesuaian, biasanya saldonya di nol-in dulu, terus dibikin yang baru. Kerja disini tuh ga pake mikir, jadi gak perlu buka buku lagi. Kalopun ada masalah mengenai akuntansi ya saya bisa selesein sendiri sih, kita kroscek. Kalo ada perubahan sistem tu kita dikasih modul dan sosialisasi, Alhamdulillah sepanjang ini tanpa training kita udah bisa jalan sendiri. Kalopun training itu via online waktu malem, kan lebih hemat waktu kan. Kalo jurnal harian kita harus selesai jam 5 sore. Kalopun belum selesai biasanya karena ada kendala teknis misalnya mati lampu gitu.

R9 Jurnal itu kalo salah kan efeknya kemana-mana. Jadi ya harus teliti kan mbak. Kalo misal ada yang salah nih kita bikin penyesuaian ya misal saldo yang salah berapa kita input aja kekurangannya. Buka buku sih kadang-kadang soalnya perlu juga itu buat refresh kan. Biasa sih kerja sendiri kalo ada yang gak paham kita Tanya ke temen lah.

R10 Kalo untuk buka buku itu pasti ya karenai ini saya lagi belajar juga gimana caranya bikin laporan yang sesuai sama PSAK 109. Kalo untuk jurnal-jurnalnya yang secara mendalam itu saya masih kurang paham itu


(6)

gimana. Kalo ada mungkin yang bisa mengajarkan gimana cara menjurnal bagi orang non akunting mbak. Selama ini kita belum jurnal, cuma kita catet aja ini penerimaan sama pengeluarannya. Saya sih butuh banget kalo ada yang mau bantu bikin laporan keuangan ini, bisa diliat sendiri laporannya masih sangat sederhana ya. Kalo kita ya laporan yang seperti ini kita selalu selesai tahunan ya (menunjukkan laporan pencatatn keuangan). Kita audit juga, tapi internal. Kalo misal mau dipertanggungjawabkan ya kita bisa jelaskan.