Pengalihan Objek Jaminan Fidusia Tanpa Perjanjian Tertulis Dari Perspektif Hukum Pidana di Indonesia (Studi Putusan PN Sleman No.330/Pid.Sus/2015/PN.Snm Dan Putusan PN Purworejo No.15/Pid.Sus/2015/PN.Pwr)

(1)

DAFTAR PUSTAKA A. BUKU

Albertus Andi Prajitno, Andreas, Hukum Fidusia, Selaras, Malang, 2010.

Ali, Ahmad, Menguak Tabir Hukum Suatu Kajian Philosophis Dan Sosiologis, PT.Chandra Pratama, Jakarta, 1996.

Chazawi, Adami, Pelajaran Hukum Pidana, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2001.

Chidir, Muhammad, Pengertian-pengertian Elementer Hukum Perjanjian Perdata, Mandar Maju, Bandung, 1993.

Darus Badrulzaman, Mariam, Bab-Bab Tentang Creditverband, Gadai, dan Fidusia, Alumni, Bandung, 1987.

Eka Putra, Mohammad dan Abul Khair, Sistem Pidana Di Dalam KUHP Dan Pengaturannya Menurut Konsep KUHP Baru, USU Press, Medan, 2010. Fuady, Munir, Hukum Tentang Pembiayaan Konsumen, PT. Citra AdityaBakti,

Bandung, 2002.

---, Hukum Perkreditan Kontemporer, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1996. Herowati Poesoko, Parate Executie Obyek Hak Tanggungan (Inkonsistensi,

Konflik Norma dan Kesesatan Penalaran dalam UUHT), LaksBang Pressindo, Yogyakarta, 2007.

Hoey Tiong, Oey, Fiducia Sebagai Jaminan Unsur-Unsur Perikatan, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1983.


(2)

HS, Salim, Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, cetakan kedelapan, 2014.

Ibrahim, Johannes, Cross Default & Cross Collateral Sebagai Upaya Penyelesaian Kredit Bermasalah, Refika Aditama , Bandung, 2004.

Ibrahim, Johnny, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Bayu Media, Surabaya, 2007.

Kamello, Tan,Hukum Jaminan Fidusia Suatu Kebutuhan Yang Didambakan, PT. Alumni, Bandung, cetakan kedua, 2004.

Kansil. C.S.T, Pengantar Ilmu Hukum, Balai Pustaka, Jakarta, cetakan keduabelas, 2002.

Lamintang, P.A.F., Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, PT.Citra Aditya Bakti, Bandung, 1997.

---, Delik-Delik Khusus Kejahatan Jabatan dan Kejahatan-Kejahatan Jabatan Tertentu Sebagai Tindak Pidana Korupsi, Pionir Jaya, Bandung, 1991.

Manan, Abdul, Penerapan Hukum Acara Perdata di lingkungan Peradilan Agama, Yayasan Al Hikmah, Jakarta, 2000.

Maramis, Frans, Hukum Pidana Umum Dan Tertulis di Indonesia, Rajawali Pers, Jakarta, Cetakan kedua, 2013.

Marlina, Hukum Penitensier, Refika Aditama, Bandung, 2011.

Marzuki, Mahmud,Penelitian Hukum, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2009.


(3)

Mertokusumo, Sudikno, Hukum Acara Perdata Indonesia, Liberty, Yogyakarta, 1985.

Mertokusumo, Soedikno dan A. Pitlo, Bab-Bab Tentang Penemuan Hukum, cetakan pertama, PT. Citra Aditya Bakti, Yogya, 1993.

Moeljatno, Azas-Azas Hukum Pidana, Rineka Cipta, Jakarta, 2008. Mulyadi, Lilik, Peradilan Bom Bali, Djambatan, Jakarta, 2007. Nazir, M, Metode Penelitian Kualitatif, Alfabeta, Bandung, 2012.

Nawawi Arief, Barda, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana (Perkembangan Penyusunan Konsep KUHP Baru),Kencana, Semarang, cetakan kelima, 2014.

---, Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan Hukum Pidana dalam Penanggulangan Kejahatan, Kencana Media Group , Jakarta, 2007.

---, Pembaharuan Hukum Pidana Dalam Perspektif Kajian Perbandingan, Citra Aditya Bakti, Semarang, cetakan kedua, 2015.

Poernomo, Bambang, Asas-Asas Hukum Pidana, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1978. Prasetyo, Teguh, Hukum Pidana, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, cetakan

kelima, 2014.

Rachmadi Usman, Pilihan Penyelesaian Sengketa di Luar Pengadilan, PT.Citra Aditya Bakti, Bandung, 2013.

Riduan Syahrani dan Abdurrahman, Hukum Dan Peradilan, Alumni, Bandung, 1978.

Rifai, Ahmad, Penemuan Hukum oleh Hakim Dalam Perspektif Hukum Progresif, sinar grafika, Jakarta, cetakan kedua, 2011.


(4)

Samidjo, Ilmu Negara, Armico, Bandung, 2002.

Satrio, J., Hukum Jaminan Hak Jaminan Kebendaan Fidusi, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, cetakan kedua , 2002.

Setiadi, Edi dan Rena Yulia, Hukum Pidana Ekonomi, Graha Ilmu, Yogjakarta, 2010.

Sholehudin, Sistem Sanksi Dalam Hukum Pidana (Ide Dasar Double Track System dan Implementasinya), PT. Rajawali Pers, Jakarta, 2002.

Sianturi, SR , Asas-asas Hukum Pidana Indonesia dan Penerapanya, Alumni Ahaem-Peteheam , Jakarta, cetakan keempat, 1996.

Soedjono Dirdjosisworo, Pengantar Ilmu Hukum, PT. Raja Grafindo Persada, Cetakan keenambelas, Jakarta, 2013.

Soekanto, Soerjono, Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia, Jakarta, cetakan ketiga, 1986.

Sofyan, Andi Sofyan dan Abd. Asis, Hukum Acara Pidana Suatu Pengantar, Prenadamedia Group, Jakarta, cetakan kedua, 2014.

Subekti, Aneka Perjanjian, PT. Alumni, Bandung, cetakan kedelapan, 1985. Sudarto, Hukum Dan Hukum Pidana, Alumni, Bandung, 1983.

---, Kapita Selekta Hukum Pidana, PT.Alumni , Bandung, 1981.

Suparni, Niniek, Eksistensi Pidana Denda Dalam Sistem Pidana dan Pemidanaan, Sinar Grafika, Jakarta, cetakan kedua, 2007.

Syahrani Riduan dan Abdurrahman, Hukum dan Peradilan, Alumni, Bandung, 1978.


(5)

Triwulan Tutik, Titik, Hukum Perdata Dalam Sistem Hukum Nasional, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, cetakan ketiga, 2011.

Wisnubruto, AL., Praktik Persidangan Pidana, Cahaya Atma Pustaka, Yogyakarta, 2014.

Wiyanto, Roni, Asas-Asas Hukum Pidana Indonesia, Mandar Maju, Bandung, 2012.

Yahman, Karakteristik Wanprestasi dan Tindak Pidana Penipuan Yang Lahir Dari Hubungan Kontraktual, Prenadamedia Group, Jakarta, 2014.

Yahya Harahap, M., Beberapa Tinjauan Mengenai Sistem Peradilan dan Penyelesaian Sengketa, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1997.

---., Hukum Acara Perdata, Sinar Grafika, Jakarta, cetakan keempat, 2006. ---, Segi-Segi Hukum Perjanjian, Alumni, Bandung, cetakan kedua, 1986. Yurizal, Aspek Pidana Dalam Undang-Undang No.42 Tahun 1999 Tentang

Jaminan Fidusia, Media Nusa Creative, Malang, cetakan kesepuluh, 2015.

B. TESIS/ JURNAL/ MAKALAH/ DISERTASI :

Edy Wibowo, Mengapa Putusan Pemidanaan Hakim Cenderung Lebih Ringan Daripada Tuntutan?, Majalah Hukum Varia Peradilan Tahun Ke XXII No.257 April 2007.

Mirwan Syarief Bawazier, Tesis:Akibat Hukum jika debitor wanprestasi dalam pembiayaan konsumen dengan jaminan fidusia pada PT.FIF Di kota Pekalongan, Program Studi Magister Kenotariatan Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro Semarang, 2010.


(6)

Oktiandri Chopsoh, Jurnal:Krisis Ekonomi di Indonesia Tahun 1997-1998, Fakultas Ekonomi, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2011.

Rilla Rininta Eka Satriya, Jurnal:Pengalihan Objek Jaminan Fidusia Oleh Debitur Tanpa Persetujuan Kreditur Dalam Perjanjian Kredit Bank, Program Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Narotama Surabaya, 2015.

RN Pawitri, Tesis:Tinjauan Yuridis Tindak Pidana Terhadap Jaminan Fidusia (Studi Putusan Pengadilan Negeri Wates Nomor : 109/Pid.Sus/2014/PN.Wat), Universitas Sebelas Maret Surakarta, Surakarta, 2016.

C. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 19992 Tentang Perbankan

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Pokok Agraria

Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2015 Tentang Tata CaraPendaftaran Jaminan Fidusia dan Biaya Pembuatan Akta Jaminan.


(7)

D. WEBSITE :

Arkemo Africo, Jaminan Fidusia,

(diakses pada tanggal 20 Januari 2017 pukul 17.45 WIB)

Chairul Huda, Perumusan Tindak Pidana dalam Peraturan Perundang-undangan, Artikel Hukum Tata Negara dalam Peraturan Perundang-undangan,

(Direktorat Jendral

Peraturan Perundang-undangan, 2009, diakses pada hari Kamis, 19 Januari 2017, Pukul 21.19 WIB)

Dulkadir, Penyelesaian Perkara Perdata,

Grace P Nugroho, Eksekusi Terhadap Benda Objek Perjanjian Fidusia Dengan

Akta Di Bawah Tanga tanggal 04 Desember 2016, Pukul 20.00 WIB)

Kompas (diakses pada tanggal 14 Januari 2017, Pukul.21.10 WIB)

Surya Malang, http://suryamalang.tribunnews.com/2016/08/19, (diakses pada tanggal 14 Januari 2017, Pukul 22.00 WIB)

Unan Pribadi, Pelanggaran-Pelanggaran Hukum Dalam Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Fidusia, (Kepala Sub Bidang Pelayanan Hukum Umum Kanwil Kementerian Hukum


(8)

dan HAMDIY, Diakses Pada hari Kamis, 01 Desember 2016, Pukul 08:46. WIB)

Yunus Syalham, Penyalahgunaan Kekuatan Eksekusi Pada Jaminan Fidusia,

Purworejo-Jawa Tengah. Diakses pada Kamis, tanggal 01 Desember 2016, Pukul 20.30 WIB)


(9)

BAB III

PENERAPAN HUKUM PIDANA TERHADAP PELAKU PENGALIHAN OBJEK JAMINAN FIDUSIA TANPA PERJANJIAN TERLEBIH DAHULU

DARI PENERIMA FIDUSIA

(STUDI PUTUSAN PN SLEMANNO.330/PID.SUS/2015/PN.SNM DAN PUTUSAN PN PURWOREJONO.15/PID.SUS/2015/PN.PWR)

A.Pengalihan Objek Jaminan Fidusia Sebagai Tindak Pidana Menurut UU No.42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia

Pertumbuhan ekonomi Indonesia sedang berkembang.. Denyut pergerakan ekonomi ini dimanfaatkan oleh para pelaku usaha untuk membangun bisnis di bidang jasa pembiayaan konsumen yang mulai popular sejak tahun 1974 Hubungan hukum yang terjalin antara konsumen dengan perusahaan pembiayaan terwujud dalam bentuk perjanjian kredit dengan jaminan fidusia, sehingga bentuk perikatan ini harus tunduk pada beberapa aturan terkait diantaranya KUH Perdata Pasal 1313, Pasal 1338, Pasal 1320, UU Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia, PP Nomor 21 Tahun 2015 tentang Tata cara Pendaftaran Jaminan Fidusia. Perjanjian kredit sebagai perjanjian pokok kemudian melahirkan perjanjian turunan yang bersifat accessoir yaitu perjanjian jaminan fidusia dari Leasing (Kreditor) kepada Konsumen (Debitor) demi melindungi dan memberikan kepastian bagi Kreditor bahwa hutang atau kredit yang diberikan kepada Debitor akan terbayar jika terjadi Debitor cidera janji, yaitu dengan eksekusi objek benda jaminan fidusia.


(10)

Apabila kita membaca beberapa putusan pengadilan dr tingkat pertama sampai dengan tingkat kasasi Mahkamah Agung (”MA”), kita akan menjumpai banyak sekali persoalan yang muncul dalam praktek perjanjian fidusia ini. Dari sekian banyak kasus dengan kondisi yang berbeda kita dapat menarik satu benang merah yang menjadi akar persoalan. Misalnya dalam Pasal 5 ayat (1) UU Fidusia diatur bahwa pembebanan Objek Jaminan Fidusia dibuat dengan akta notaries, yang kemudian didaftarkan pada Kantor Pendaftaran Fidusia dalam lingkup Departemen Hukum dan HAM Republik Indonesia (“Depkumham”) sebagaimana diatur dalam Pasal 11 ayat (1) UUJF.194

Suatu perjanjian dalam bentuk apapun, kedua belah pihak sedang mengikatkan dirinya untuk melaksanakan sesuatu yang telah diperjanjikan atau bahasa hukumnya disebut dengan prestasi. Namun pada kenyataannya tidak menutup kemungkinan dapat terjadi bahwa salah satu pihak tidak melaksanakan apa yang telah diperjanjikan. Prestasi merupakan kewajiban yang harus dipenuhi atau dilakukan oleh debitur dalam setiap perikatan, baik perikatan yang bersumber dari perjanjian maupun dari Undang-Undang. Berdasarkan Pasal 1234 KUHPerdata, wujud dari suatu prestasi yaitu memberi sesuatu, berbuat sesuatu,

Atas pendaftaran Objek Jaminan Fidusia ini maka penerima Fidusia akan menerima Sertifikat Jaminan Fidusia dengan tanggal berlaku sesuai dengan pendaftaran , disinilah pangkal persoalannya bahwa jaminan fidusia baru berlaku pada saat didaftarkan bukan pada saat dibuatnya akta jaminan fidusia.

194Arkemo Africo, Jaminan Fidusia,


(11)

dan tidak berbuat sesuatu. Adakalanya prestasi tidak dapat dilakukan oleh debitur atau pemberi fidusia sebagaimana mestinya, ini dikarenakan195

a. Karena kesalahan debitur, baik karena kesengajaan maupun karena kelalaian, maka disebut wanprestasi

:

b. Karena keadaan memaksa, yakni diluar kemampuan debitur yang disebut juga overmacht.

Pasal 4 UUJF mengatakan bahwa debitur dan kreditur dalam perjanjian fidusia berkewajiban untuk memenuhi prestasi. Secara a contrario dapat dikatakan bahwa apabila debitur atau kreditur tidak memenuhi kewajiban melakukan prestasi, maka salah satu pihak dapat dikatakan wanprestasi. Yang menjadi perhatian utama dalam masalah Jaminan Fidusia adalah wanprestasi dari debitur. Dalam hukum perjanjian, jika seorang debitur tidak memenuhi isi perjanjian atau tidak melakukan hal-hal yang dijanjikan, maka debitur tersebut telah melakukan wanprestasi dengan segala akibat hukumnya. Apabila dalam suatu perjanjian debitur tidak melaksanakan apa yang telah diperjanjikan karena kesalahannya maka dapat dikatakan debitur tersebut telah melakukan wanprestasi. Kesalahan itu dapat berupa sengaja dan tidak berprestasi, telah lalai atau ingkar janji atau bahkan melanggar perjanjian dengan melakukan sesuatu hal yang dilarang atau tidak boleh dilakukan. Hal ini berakibat hukum yaitu pihak yang

195Rilla Rininta Eka Satriya, Jurnal, Tesis:Pengalihan Objek Jaminan Fidusia Oleh

Debitur Tanpa Persetujuan Kreditur Dalam Perjanjian Kredit Bank, Program Magister


(12)

dirugikan dapat menuntut pelaksanaan dari prestasi atau konsekuensi lain yang diatur dalam perjanjian seperti ganti kerugian.196

Perbuatan wanprestasi yang sering dilakukan oleh debitur dalam perjanjian jaminan fidusia adalah melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukan, yaitu dengan mengalihkan objek Jaminan Fidusia yang bukan merupakan benda persediaan kepada pihak ketiga tanpa persetujuan tertulis dari kreditur. Apabila debitur tidak memenuhi kewajiban atau melakukan wanprestasi, kreditur dapat menarik benda Jaminan Fidusia untuk dijual guna menutupi utang debitur. Tindakan tersebut bukan merupakan perbuatan hukum yang bertentangan dengan UUJF bahkan debitur mempunyai kewajiban untuk menyerahkan benda Jaminan Fidusia tersebut kepada kreditur untuk dapat dijual. Dalam pemberian kredit oleh Lembaga Pembiayaan, kreditur memperbolehkan atau mempercayakan kepada debitur untuk tetap bisa menggunakan barang jaminan untuk dapat dipergunakan sesuai dengan fungsinya. Namun selama mempergunakan barang jaminan tersebut, debitur diwajibkan untuk dapat memelihara dengan sebaik-baiknya. Hal ini sejalan dengan salah satu asas yang dianut dalam UUJF yaitu asas itikad baik. Dalam asas ini bahwa pemberi jaminan fidusia yang tetap menguasai benda jaminan harus mempunyai itikad baik. Asas itikad baik disini memiliki arti subjektif sebagai kejujuran bukan arti objektif sebagai kepatutan seperti dalam hukum perjanjian. Dengan asas ini diharapkan bahwa pemberi


(13)

Jaminan Fidusia wajib memelihara benda jaminan, tidak mengalihkan, menyewakan dan menggadaikannya kepada pihak lain.197

Prakteknya, seringkali debitur tetap melakukan mengalihkan objek Jaminan Fidusia yang tidak merupakan benda persediaan kepada pihak ketiga tanpa persetujuan kreditur. Faktor yang menyebabkan debitur melakukan hal yang bertentangan dengan hukum tersebut adalah salah satunya karena debitur membutuhkan dana untuk membayar angsuran kredit setiap bulannya. Dalam UUJF jelas diatur bahwa debitur dilarang untuk mengalihkan objek Jaminan Fidusia yang tidak merupakan benda persediaan kepada pihak ketiga tanpa ada persetujuan dari kreditur.198

Menurut UUJF dalam Pasal 23 ayat (2), bahwa pemberi fidusia dilarang mengalihkan, menggadaikan,atau menyewakan kepada pihak lain benda yang menjadi objek Jaminan Fidusa yang tidak merupakan benda persediaan, kecuali dengan persetujuan tertulis terlebih dahulu dari penerima fidusia. Benda yang tidak merupakan benda persedian yang dimaksud dalam Pasal 23 ayat (2) UUJF ini adalah misalnya mesin produksi, mobil pribadi, atau rumah pribadi yang menjadi objek Jaminan Fidusia.199

197

Tan Kamello, Op.cit., hal. 170

198Ibid.,

199Penjelasan Pasal 23 Ayat (2) Undang-Undang No. 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan

Fidusia

Apabila debitur mengalihkan objek Jaminan Fidusia yang tidak merupakan benda persediaan kepada pihak ketiga tanpa persetujuan tertulis maka akibat hukum yang ditimbulkan yaitu berupa perbuatan wanprestasi serta sanksi pidana sebagaimana diatur dalam Pasal 36 UUJF.


(14)

Dengan dimasukkannya ketentuan Pasal 36 tersebut yang terdapat dalam UUJF dapat diambil kesimpulan bahwa jelas pengalihan objek jaminan fidusia tanpa adanya perjanjian terlebih dahulu merupakan tindak pidana menurut Undang-Undang Jaminan Fidusia Nomor 42 Tahun 1999, dengan pengecualian dari ketentuan ini, adalah bahwa pemberi fidusia dapat mengalihkan atas benda persediaan yang menjadi objek jaminan fidusia.200

B.Penerapan Hukum Pidana Terhadap Pelaku Pengalihan Objek Jaminan Fidusia Tanpa Perjanjian Terlebih Dahulu Dari Penerima Fidusia

1. Putusan PN Sleman No.330/Pid.Sus/2015/PN.Snm a. Kronologis201

Tindak pidana jaminan fidusia ini dilakukan oleh Mustofa Ahmad. Kasus ini bermula pada tanggal 26 februari 2014, mustofa hendak mengajukan aplikasi permohonan kredit berupa 1 unit truk kepada PT. Mandiri Tunas Finance. Permohonan kredit tersebut terdakwa ajukan berdasrkan ide dari Budi laksono dalam kasus ini masih menjadi daftar pencarian orang. Sebenarnya Mustofa dalam mengajukan kredit hanya berperan sebagai atas nama saja karena merasa kasihan dengan Budi Laksono yang usahanya sedang mengalami kebangkrutan. Kemudian dilakukan survey oleh PT. Mandiri Tunas Finance, akhirnya permohonan kredit terdakwa disetujui karena terdakwa punya usaha transportasi dan ditindaklanjuti dengan penandatangan perjanjian pembiayaan konsumen pada

200H. Salim, Op.Cit., hal. 88


(15)

hari kamis tanggal 22 Mei 2014 di PT Mandiri Tunas Finance. Didalam perjanjian pembiayaan konsumen tersebut pada Pasal 10 disebutkan terdakwa sebagai debitur tidak boleh meminjamkan, menyewakan, menjual, memindahkan atau dengan cara lain melepaskan barang atau memberatkan barang itu dengan pemindahan secara fidusia lainnya, gadai, beban hipotik atau hak tanggungan atau kepentingan jaminan lainnya kepada pihak ketiga. Setelah ditandatanganinya perjanjian pembiayaan konsumen tersebut kemudian diterbitkan sertifikat jaminan fidusia Nomor : W13.00480616.AH.05.01 Tahun 2014 tanggal 05 Juni 2014.

Kemudian pada hari senin tanggal 26 mei 2015 terdakwa menerima 1 (satu) unit Hono Dutro 130 HD 6,8 PS bak kayu warna hijau tahun 2014 dari PT. Mandiri Tunas Finance, kendaraan yang dibeli Mustofa diatasnamakan istrinya atas permintaan Mustofa. Setelah Mustofa menerima truk tersebut, kemudian terdakwa serahkan secara oper kredit kepada saudara Budi Laksono dan Saudari Herlinawati karena dari awalnya nama terdakwa hanya digunakan sebagai atas nama saja dan adanya surat pernyataan yang dibuat oleh saudara Budi Laksono dan saydari Herlinawati tertanggal 15 Juli 2014 yang isinya bahwa sebenarnya yang mengambil kredit truk di PT. Mandiri Tunas Finance adalah saudara Budi Laksono dan Saudari Herlinawati tetapi penyerahan ini tanpa sepengetahuan dan izin tertulis dari pihak PT. Mandiri Tunas Finance. Faktanya Mustofa melakukan kredit atas 2 (dua) buah truk namun yang bermasalah 1 truk yaitu merk Hino Tipe Dutro 130 PS bak kayu. Dalam perjanjian pembiayaan konsumen atas truk merk Hino Tipe Dutro 130 PS bak kayu tersebut Mustofa akan mengembalikan pinjamannya atas truk tersebut dalam jangka waktu 4 Tahun. Kemudian pada


(16)

bulan September 2014 angsuran mulai bermasalah, dan ternyata Mustofa telah terlambat mengangsur sudah 4 bulan. Kemudian pihak PT. Mandiri Tunas Finance datang kerumah Mustofa untuk menyelesaikan masalah tersebut namun pihak PT. Mandiri Tunas Finance tidak ketemu dengan Mustofa, tetapi ketemu dengan istrinya dan saat itu istrinya menginformasikan bahwa truk tersebut telah dipindahtangankan atau dijual kepada orang lain. Kemudian pihak PT. Mandiri Tunas Finance mengatakan bahwa solusi atau jalan keluarnya adalah Mustofa harus melunasi sisa pinjamannya atau kendaraannya kembali untuk ditarik. Jumlah pembiayaan yang dikeluarkan oleh PT. Mandiri Tunas Finance sebesar Rp. 235.000.000., Mustofa harus mengangsur sebesar Rp. 6.910.000 setiap bulannya. Selama 12 bulan, Mustofa baru mengangsur 4 kali. Pihak PT. Mandiri Tunas Finance sudah melakukan pencarian kendaraan tersebut namun sampai pada persidangan berjalan pencarian atas kendaraan tersebut belum ditemukan.

b. Dakwaan

Dalam kasus ini Penuntut Umum membuat surat dakwaan alternatif, yaitu: 1. Pasal 35 Undang-Undang RI No. 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia.

“Setiap orang yang dengan sengaja memalsukan, mengubah, menghilangkan atau dengan cara apapun memberikan keterangan secara menyesatkan, yang jika hal tersebut diketahui oleh salah satu pihak tidak melahirkan perjanjian Jaminan Fidusia, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling sedikit Rp. 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah) dan paling banyak Rp.100.000.000,- (seratus juta rupiah).”

2. Pasal 36 Undang-Undang RI No. 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia.

“Pemberi Fidusia yang mengalihkan, menggadaikan, atau menyewakan Benda yang menjadi obyek jaminan Fidusia sebagaimana dimaksud dalam


(17)

pasal 23 ayat (2) yang dilakukan tanpa persetujuan tertulis terlebih dahulu dari Penerima Fidusia, dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan denda paling banyak Rp.50.000.000,- (lima puluh juta rupiah).” 3. Pasal 378 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).

“Barang siapa dengan sengaja dan melawan hukum memiliki barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang lain, tetapi yang ada dalam kekuasaannya bukan karena kejahatan diancam karena penggelapan, dengan pidana penjara paling lama empat tahun atau pidana denda paling banyak sembilan ratus rupiah.”

4. Pasal 372 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).

“Barangsiapa dengan maksud hendak menguntungkan diri sendiri atau orang lain dengan melawan hak, baik dengan memakai nama palsu atau keadaan palsu, baik dengan akal dan tipu muslihat, maupun dengan karangan perkataan-perkataan bohong, membujuk orang supaya memberikan suatu barang, membuat utang atau menghapuskan piutang, dihukum karena penipuan, dengan hukuman penjara selama-lamanya empat tahun.”

c. Tuntutan Pidana

Tuntutan Penuntut Umum dalam perkara ini pada pokoknya menuntut majelis hakim yang memeriksa dan mengadili perkara ini memutus sebagai berikut :

1. Menyatakan Terdakwa Mustofa Ahmad bin Bawati Ahmad terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah dalam melakukan Tindak Pidana mengalihkan barang jaminan fidusia tanpa izin tertulis dari penerima fidusia sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam dakwaan kesatu yaitu Pasal 36 UURI No. 42 Tahun 1996 tentang Jaminan Fidusia.


(18)

2. Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa berupa pidana penjara selama 1 (satu) tahun dikurangi selama terdakwa berada dalam tahanan dengan perintah terdakwa tetap ditahan.

3. Menetapkan barang bukti berupa :

a. 1 (satu) lembar sertifikat jaminan fidusia No. : W13.00480616.AH.05.01 tanggal 05 Juni 2014.

b. 1 (satu) buah buku salinan akta fidusia No. 22 tanggal 03 Juni 2014.

c. 1 (satu) bundel aplikasi kredit atas nama Mustofa Ahmad.

Dikembalikan ke PT. Mandiri Tunas Finance.

d. Surat Pernyataan yang ditanda tangani oleh Budi Laksono dan Herlinawati tanggal 15 Juli 2014 tetap, terlampir dalam Berkas Perkara.

4. Menetapkan agar terdakwa membayar biaya perkara sebesar Rp. 2.000,00 (dua ribu rupiah).

d. Fakta Hukum

Fakta hukum yang diperoleh berdasarkan pemeriksaan di pengadilan : 1) Bahwa pada awalnya tanggal 26 Februari 2014, terdakwa mengajukan

aplikasi permohonan kredit berupa 1 (satu) unit truk kepada PT. Mandiri Tunas Finance. Setelah dilakukan survey oleh PT. Mandiri Tunas Finance, akhirnya permohonan kredit terdakwa disetujui dan


(19)

konsumen pada hari Kamis tanggal 22 mei 2014 di PT. Mandiri Tunas Finance. Dalam perjanjian pembiayaan konsumen tersebut terdakwa bertindak untuk dan atas nama terdakwa pribadi. Dalam Pasal 10 perjanjian pembiayaan konsumen tersebut disebutkan terdakwa sebagai debitur tidak boleh meminjamkan, menyewakan, menjual, memindahkan atau dengan cara lain melepaskan barang atau memberatkan barang itu dengan pemindahan secara fidusia lainnya, gadai, beban hipotik atau hak tanggungan atau kepentingan jaminan lainnya kepada pihak ketiga. Setelah ditandatanganinya perjanjian pembiayaan konsumen tersebut kemudian diterbitkan sertifikat jaminan fidusia Nomor : W13.00480616.AH.05.01 Tahun 2014 tanggal 05 Juni 2014 dimana yang tercantum sebagai pemberi Fidusia adalah saudara Ririn Lestari yang merupakan istri terdakwa sedangkan Sertifikat Jaminan Fidusia tersebut diberikan untuk menjamin pelunasan utang terdakwa.

2) Bahwa pada hari Senin tanggal 26 Mei terdakwa menerima 1 (satu) unit Hino Dutro 130 HD 6,8 PS bak kayu warna hijau tahun 2014 dari PT. Mandiri Tunas Finance. Setelah terdakwa menerima truk tersebut dari PT. Mandiri Tunas Finance, kemudian terdakwa membawanya kerumah terdakwa dan pada tanggal 15 Juli 2014 truk tersebut terdakwa serahkan secara oper kredit kepada Saudara Budi Laksono sehingga kemudian 1 (satu) unit Hino Dutro 130 HD 6,8 PS bak kayu warna hijau tahun 2014 dibawa oleh saudari Budi Laksono dan


(20)

Saudari Herlinawati yang sampai dengan saat ini tidak diketahui keberadaannya.

3) Bahwa terdakwa mengalihkan 1 (satu) unit Hino Dutro 130 HD 6,8 PS bak kayu warna hijau tahun 2014 dibawa oleh saudara Budi Laksono (DPO) dengan cara menyewakan dengan maksud uang sewanya untuk membayar cicilannya.

4) Bahwa hingga saat ini cicilan pembayaran pembayaran masih menunggak banyak karena baru dibayar 4 bulan oleh Terdakwa.

e. Pertimbangan Hakim

Oleh karena dakwaan disusun secara alternatif maka Majelis Hakim mempunyai keleluasaan untuk mempertimbangkan dakwaan yang unsur-unsurnya dipandangan berkesesuaian dengan fakta-fakta yang terungkap dipersidangan yaitu dakwaan kedua Pasal 36 UU RI No. 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia yang unsur-unsurnya yaitu :

1) Unsur Pemberi Fidusia

2) Unsur Mengalihkan Menggadaikan atau menyewakan benda yang menjadi obyek jaminan fidusia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (2)

3) Unsur Dilakukan tanpa persetujuan tertulis terlebih dahulu dari Penerima Fidusia


(21)

1) Unsur “Pemberi Fidusia”

Menimbang bahwa Fidusia adalah pengalihan hak kepemilikan suatu benda atas dasar kepercayaan dengan ketentuan bahwa benda yang hak kepemilikannya dialihkan tersebut tetap dalam penguasaan pemilik benda. Berdasarkan ketentuan Pasal 1 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia maka yang dimaksud Pemberi Fidusia adalah orang perseorangan atau korporasi pemilik benda yang menjadi objek Jaminan Fidusia.

Menimbang bahwa yang dimaksud dengan unsur ini adalah orang sebagai subyek hukum yang merupakan pemberi fidusia yang didakwa melakukan perbuatan pidana sebagaimana didakwakan oleh Penuntut Umum dalam surat dakwaannya bahwa sebagai subyek hukum ia adalah pendukung hak dan kewajiban yang dapat mempertanggungjawabkan perbuatannya sehingga ia adalah subjek hukum yang cakap.

Menimbang bahwa dalam perkara ini Penuntut Umum telah menhadirkan seorang yang bernama Mustofa Ahmad Bin Bawadi Ahmad yang identitas lengkapnya sebagaiman tertera dalam surat dakwaan Penuntut Umum telah dibenarkan sebagai identitas dirinya.

Menimbang bahwa berdasarkan fakta Terdakwa dan PT. Mandiri Tunas Finance, terikat dalam perjanjian pembiayaan konsumen yang ditandatangani pada hari Kamis tanggal 22 Mei 2014 di PT. Mandiri Tunas Finance dalam kaitan pembelian satu unit truk. Dan setelah ditandatanganinya perjanjian pembiayaan konsumen tersebut kemudian diterbitkan Sertifikat Jaminan Fidusia Nomor :


(22)

W13.00480616.AH.05.01 Tahun 2014 tanggal 05-06-2014 dimana yang tercantum sebagai pemberi fidusia adalah Terdakwa sendiri dengan surat kendaraan atas nama saudari Ririn Lestari yang merupakan istri terdakwa sedangkan sertifikat jaminan fidusia tersebut diberikan untuk menjamin pelunasan utang terdakwa. Bahwa berdasarkan fakta tersebut maka terdakwa dalam perkara ini adala sebagai pemberi fidusia.

Menimbang bahwa selama persidangan atas diri terdakwa tidak ditemukan adanya unsur pemaaf maupun unsur yang menghapuskan pidana, sehingga terdakwa dapat diminta mempertanggungjawabkan dihadapan hukum.

Menimbang bahwa berdasarkan uraian tersebut dengan demikian, unsur “Pemberi Fidusia” terpenuhi.

2) Unsur “yang mengalihkan, menggadaikan atau menyewakan benda yang menjadi obyek jaminan fidusia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (2)” :

Menimbang bahwa ketentuan Pasal 23 ayat (2) UUJF bermaterikan hukum bahwa Pemberi Fidusia dilarang mengalihkan, menggadaikan atau menyewakan kepada pihak lain benda yang menjadi obyek jaminan fidusia yang tidak merupakan benda persediaan, kecuali dengan persetujuan tertulis terlebih dahulu dari Penerima Fidusia.

Menimbang bahwa berdasarkan fakta bahwa terdakwa Mustofa Ahmad bin Bawadi Ahmad pada awalnya tanggal 26 Februaru 2914, mengajukan aplikasi


(23)

Permohonan kredit berupa 1 (satu) unit truk tersebut setelah dilakukan survey oleh PT. Mandiri Tunas Finance, akhirnya permohonan kredit terdakwa disetujui dan ditindaklanjuti dengan penandatanganan perjanjian pembiayaan konsumen pada hari kamis tanggal 22 mei 2014 di PT. Mandiri Tunas Finance. Dalam perjanjian pembiayaan konsumen tersebut terdakwa bertindak untuk dan atas nama terdakwa pribadi. Dalam Pasal 10 perjanjian pembiayaan konsumen tersebut disebutkan terdakwa sebagai debitur tidak boleh meminjamkan, menyewakan, menjual, memindahkan atau dengan cara lain melepaskan barang atau memberatkan barang itu dengan pemindahan secara fidusia lainnya, gadai, beban hipotik (hak tanggungan) atau kepentingan jaminan lainnya kepada pihak ketiga. Setelah ditandatanganinnya perjanjian pembiayaan konsumen tersebut kemudian diterbitkan sertifikat Nomor : W13.00480616.AH.05.01 Tahun 2014 tanggal 05-06-2014 dimana yang tercantum sebagai Pemberi Fidusia adalah saudari Ririn Lestari yang merupakan istri terdakwa sedangkan Sertifikat Jaminan Fidusia tersebut diberikan untuk menjamin pelunasan utang terdakwa.

Bahwa pada hari senin tanggal 26 Mei 2014 terdakwa menerima 1 (satu) unit Hino Dutro 130 HD 6,8 PS bak kayu warna hijau tahun 2014 dari PT. Mandiri Tunas Finance.

Setelah terdakwa menerima truk tersebut dari PT. Mandiri Tunas Finance, kemudian terdakwa membawanya kerumah terdakwa dan pada tanggal 15 Juli 2014 truk tersebut terdakwa serahkan secara oper kredit kepada saudara Budi Laksono dan saudari Herlinawati tanpa sepengetahuan dan seijin tertulis dari PT. Mandiri Tunas Finance, terdakwa menyerahkan truk tersebut kepada saudara Budi


(24)

Laksono dan Saudari Herlinawati dengan cara menyewakan atau oper kredit sehingga kemudian 1 (satu) unit Hino Dutro 130 HD 6,8 PS bak kayu warna hijau tahun 2014 dibawa saudara Budi Laksono dan Saudari Herlinawati yang sampai saat ini tidak diketahui keberadaannya.

Menimbang bahwa berdasarkan uraian pertimbangan tersebut dengan demikian unsur ini dinyatakan telah terpenuhi.

3) Unsur “dilakukan tanpa persetujuan tertulis terlebih dahulu dari Penerima Fidusia” :

Menimbang bahwa berdasarkan fakta yang terungkap dipersidangan perbuatan Terdakwa dalam mengalihkan barang fidusia berupa 1 (satu) unit Hino Dutro 130 HD 6,8 PS bak kayu warna hijau tahun 2014 kepada saudara Budi Laksono dan saudari Herlinawati dilakukan tanpa ada izin tertulis lebih dahulu dari PT. Mandiri Tunas Finance selaku penerima Fidusia sebagaimana yang telah diperjanjikan dan diketahui oleh Terdakwa sebagai pemberi fidusia.

Menimbang bahwa dengan demikian unsur “dilakukan tanpa persetujuan tertulis terlebih dahulu dari penerima fidusia” terpenuhi.

Menimbang bahwa oleh karena berdasarkan uraian-uraian pertimbangan tersebut seluruh unsur Pasal 36 UU RI No. 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia telah terpenuhi, maka terdakwa dinyatakan telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana mengalihkan barang jaminan fidusia tanpa izin tertulis dari penerima fidusia sebagaimana didakwakan dalam


(25)

Menimbang, bahwa sebelum Majelis Hakim menjatuhkan Pidana terlebih dahulu akan dipertimbangkan hal-hal yang meringankan dan memberatkan dari diri dan perbuatan Terdakwa sebagai berikut :

Hal-hal yang memberatkan :

Perbuatan Terdakwa telah menginngkari kepercayaan PT. Mandiri Tunas Finance sehingga menimbulkan kerugian materi bagi PT. Mandiri Tunas Finance.

Hal-hal yang meringankan :

a) Terdakwa sopan dan tidak berbelit di persidangan serta menyesali perbuatannya.

b) Terdakwa belum pernah dihukum.

Mengingat ketentuan Pasal 36 UU RI No. 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia, Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Acara Pidana, dan Peraturan perundangundangan lain yang bersangkutan dengan perkara ini.

f. Putusan

Majelis hakim dalam menjatuhkan putusan ini dengan mengingat ketentuan Pasal 36 Undang-Undang Republik Indonesia No.42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia dan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Acara Pidana, memutuskan :


(26)

a. Menyatakan terdakwa Mustofa Ahmad Bin Bawadi Ahmad telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan Tindak Pidana mengalihkan barang jaminan fidusia tanpa izin tertulis dari penerima fidusia;

b. Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa berupa pidana penjara selama 9 (sembilan) bulan;

c. Menetapkan lamanya Terdakwa dalam masa penangkapan dan penahanan dikurangkan seluruhnya dengan masa pidana yang dijatuhkan;

d. Menetapkan Terdakwa tetap berada dalam tahanan; e. Menetapkan Barang Bukti berupa :

a. 1 (satu) lembar sertifikat jamina fidusia No. : W13.00480616.AH.05.01 tanggal 05 Juni 2014.

b. 1 (satu) buah buku salinan akta fidusia No. 22 tanggal 03 Juni 2014.

c. 1 (satu) bendel aplikasi kredit atas nama Mustofa Ahmad.

Dikembalikan ke PT. Mandiri Tunas Finance

a. Surat pernyataan yang di tanda tangani oleh Bukti Laksono dan Herlinawati tanggal 15 Juli 2014 tetap terlampir dalam Berkas Perkara

f. Membebankan kepada Terdakwa untuk membayar biaya perkara sebesar Rp. 2.000.00 (dua ribu rupiah)


(27)

2. Putusan PN Purworejo No.15/Pid.Sus/2015/PN.Pwr a. Kronologis202

Tindak Pidana ini dilakukan oleh Rio Chandra Bin Nurani Bramantya. Awal mula kasus ini yaitu terjadi sekitar bukan februari 2014. Rio disuruh oleh Hari Ompong yang masih menjadi Daftar Pencarian Orang untuk mengambil sepeda motor ke dealer Honda secara kredit menggunakan atas namanya dan hari Ompong menjanjikan akan memberikan imbalan sebesar Rp. 1.200.000,- (satu juta dua ratus ribu rupiah) dan Rio pada saat itu menyetujuinnya. Kemudian pada hari Jumat tanggal 28 Februari 2014 terdakwa datang kesalah satu dealer honda didaerah Purworejo lalu mengajukan aplikasi kredit kepemilikan 1 (satu) unit sepeda motor Honda New Vario Techno FI Noka : MH1JFB127EK276762 Nosin : JFB1E2228873 warna hitam putih, kemudian seolah-olah dilakukan survei oleh Ade Kukilo yang juga masih dalam Daftar Pencarian Orang (DPO), yang pembiayaannya kredit kepemilikan sepeda motor tersebut dibiayai oleh PT. ADIRA FINANCE dengan angsuran perbulan yang dikenakan kepada Terdakwa sebesar Rp. 530.000,- (Lima Ratus tiga puluh ribu rupiah)dengan jangka waktu 47 (empat puluh tujuh) bulan sesuai dengan Perjanjian Pembiayaan Nomor : 040714101613 tertanggal 28 Februari 2014, dan Perjanjian selama dalam masa angsuran kendaraan tersebut tidak boleh dipindahtangankan tanpa sepengetahuan dari pihak PT. ADIRA FINANCE dan telah dibuatkan Sertifikat Jaminan Fidusia

202

Ditelaah dari Putusan Pengadilan Negeri Purworejo Nomor 15/Pid.Sus/2015/PN.Pwr Putusan ini penulis dapatkan dari direktori Mahkamah Agung.


(28)

Nomor : W13-00192796.AH.05.01 Tahun 2014 tertanggal 17 Maret 2014 antara Rio dengan Pihak PT. Adira Finance.

Setelah Rio Chandra mendapatkan sepeda motor tersebut sekitar akhir bulan Februari 2014, kemudian Rio dihubungi oleh Agung yang masih dalam Daftar Pencarian Orang. Agung merupakan suruhan Hari Ompong, Rio dan Agung janjian bertemu di Desa Kalisemo Kecamatan Loano Purworejo, selanjutnya Rio mengoperalihkan sepeda motor tersebut kepada Agung tanpa pemberitahuan secara resmi terlebih dahulu kepada pihak PT. Adira Finance, setelah itu Rio menerima uang sebesar Rp. 1.200.000,- (satu juta dua ratus ribu rupiah) dari Agung.

Kemudian sekitar bulan Mei 2014 pihak PT. Adira Finance mendapati telah terjadi tunggakan dari aplikasi Rio hingga 6 (enam) bulan selanjutnya pihak PT. Adira Finance melalui M. Hafid Arbanta selaku Remedial Officer melakukan pengecekan dengan mendatangi Rio dan diketahui jika ternyata Rio telah mengalihkan sepeda motor kepada orang lain tanpa sepengetahuan dari Pihak PT. Adira Finance dan saat itu Rio berjanji akan membayar seluruh tunggakan tersebut namun sampai dengan berlangsungnya proses peradilan, Rio tidak pernah membayarnya, sehingga dengan adanya kejadian tersebut pihak PT. Adira Finance merasa dirugikan dan melaporkan Rio kepada pihak kepolisian untuk diproses lebih lanjut. Akibat dari perbuatan Rio tersebut, Pihak PT. Adira Finance mengalami kerugian sebesar Rp. 24.909.994,- (dua puluh empat juta sembilan ratus sembilan ribu sembilan ratus sembilan puluh empat).


(29)

b. Dakwaan

Dalam kasus ini Penuntut Umum membuat surat dakwaan alternatif, yaitu: 1. Pasal 36 Undang-Undang RI No. 42 Tahun 1999 tentang Jaminan

Fidusia.

“Pemberi Fidusia yang mengalihkan, menggadaikan, atau menyewakan Benda yang menjadi obyek jaminan Fidusia sebagaimana dimaksud dalam pasal 23 ayat (2) yang dilakukan tanpa persetujuan tertulis terlebih dahulu dari Penerima Fidusia, dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan denda paling banyak Rp.50.000.000,- (lima puluh juta rupiah).”

2. Pasal 372 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).

“Barangsiapa dengan maksud hendak menguntungkan diri sendiri atau orang lain dengan melawan hak, baik dengan memakai nama palsu atau keadaan palsu, baik dengan akal dan tipu muslihat, maupun dengan karangan perkataan-perkataan bohong, membujuk orang supaya memberikan suatu barang, membuat utang atau menghapuskan piutang, dihukum karena penipuan, dengan hukuman penjara selama-lamanya empat tahun.”

Dakwaan Pertama Rio didakwa dalam Pasal 36 UU RI No. 42 Tahun 1996 Tentang Jaminan Fidusia. Kemudian pada dakwaan kedua, didakwa dalam Pasal 372 KUHP.

c. Tuntutan Pidana

Penuntut Umum memuntut Terdakwa pada persidangan, yaitu menuntut supaya Majelis Hakim memutuskan sebagai berikut:

1) Menyatakan Terdakwa Rio Chandra Bin Nurani Bramantya telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana


(30)

penggelapan melanggar Pasal 372 KUHP sebagaimana dakwaan alternatif kedua Penuntut Umum;

2) Menjatuhkan pidana terhadap ia terdakwa Rio Chandra Bin Nurani Bramantya atas kesalahannya dengan pidana penjara selama 1 (satu) tahun dan 6 (enam) bulan dikurangi selama Terdakwa berada dalam tahanan dengan perintah agar Terdakwa tetap ditahan.

3) Menyatakan barang bukti berupa :

a) 1 (satu) lembar Sertifikat Jaminan Fidusai Nomor : W13.00192796.AH.05.01 tahun 2014 tanggal 07 Maret 2014;

b) 1 (satu) bundel Akta Jaminan Fidusia Nomor : 338 tanggal 05 Maret 2014 dikembalikan kepada Pihak PT. Adira Finance;

c) 1 (satu) buah Surat Pernyataan atas nama Rio Chandra; Tetap terlampir dalam berkas perkara.

4) Menetapkan agar ia Terdakwa dibebani membayar biaya perkara sebesar Rp. 2.000,00 (Dua Ribu rupiah)

d. Fakta Hukum

Fakta-fakta hukum yang diperoleh selama persidangan yaitu :

1) Bahwa benar terdakwa telah mengalihkan barang berupa 1 (satu) unit Sepeda Motor Honda New Vario Techno FI Tipe Scootermatic, No Ka : MH1JFB127EK276762, No Sin : JFB1E2228873 pada orang lain tanpa seijin dan sepengetahuan dari PT. Adira Finance kurang lebih pada bulan Mei 2014;


(31)

2) Bahwa benar pada bulan Februari 2014, terdakwa didatangi Heri Ompong dengan tujuan meminta tolong Terdakwa agar dipinjam namanya untuk ambil sepeda motor Honda New Vario dengan cara kredot dan Hari Ompong menjanjikan imbalan sebesar Rp. 1.200.000,00 (satu juta dua ratus ribu rupiah);

3) Bahwa benar Hari Ompong yang menyiapkan persyaratannya dan yang membayar uang muka serta angsuran pertamanya;

4) Bahwa benar Pihak Adira datang yaitu Ade Kukilo kerumah Terdakwa untuk mensurvei dan Terdakwa hanya menandatangani dokumen-dokumen pengajuan kredit yang diajukan Ade Kukilo dan Terdakwa sama sekali tidak datang ke dealer Honda berkaitan pengajuan kredit tersebut.

5) Bahwa benar 1 (satu) unit Sepeda Motor Honda New Vario Techno FI Tipe Scootermatic, No Ka : MH1JFB127EK276762, No Sin: JFB1E2228873 diambil atas nama Terdakwa dengan cara kredit melalui Adira dengan dibebani Fidusia, sebagaimana tertuang dalam Akta Jaminan Fidusia Nomor : 338 Tanggal 05 Maret 2014 yang dibuat oleh Notaris Retno Agustianningsih, SH., M.Kn dan telah didaftarkan oleh PT. Adira Dinamika Multi Finance, tbk Cabang Magelang dengan Kantor Cabang Pembantu Purworejo dengan Nomor : W.13.00192796.05.01 Tahun 2014 tanggal 07 maret 2014; 6) Bahwa benar sekitar bulan februari 2014 sekira pukul 14.00 WIB,


(32)

dab kemudian terdakwa ditelepon Agung yang mengaku suruhan dari Hari Ompong untuk mengambil sepeda motor tersebut;

7) Bahwa benar terdakwa bersama saksi Sugeng mengantarkan sepeda motor itu dan diserahkan kepada Agung dipinggir jalan dekat Pasar Sejiwan, Kec. Loano, Kab. Purworejo dan pada saat itu terdakwa menerima uang imbalan sebesar Rp. 1.200.000,00 (satu juta dua ratus ribu rupiah);

8) Bahwa benar pembayaran angsuran kredit sepeda motor itu macet, sehingga terdakwa didatangi pegawai Adira, dan terdakwa menjelaskan jika dirinya hanya dipinjam nama oleh Hari Ompong untuk membeli sepeda motor tersebut melalui kredit oleh Adira;

9) Bahwa benar terdakwa sehari-hari kerja di Barata pencucian mobil dan terdakwa digaji sebesar Rp.1.000.000, 00 (satu juta rupiah);

10) Bahwa benar terdakwa sebelumnya memang berteman dengan Hari Ompong dan Agung.

11) Bahwa benar saksi-saksi dan terdakwa membenarkan barang bukti di persidangan.

e. Pertimbangan Hakim

Dikarenakan fakta hukum terungkap bahwa Terdakwa hanya diminta tolong Hari Ompong untuk mengajukan kredit atas nama Terdakwa dengan dijanjikan diberi imbalan uang sebesar Rp. 1.200.000,00., (satu juta dua ratus ribu rupiah), terdakwa hanya menandatangani dokumen-dokumen yang diberikan oleh Ade Kukilo dan beralihnya sepeda motor Honda New Vario Techno ke Hari


(33)

Ompon melalui Agung bukan permintaan Terdakwa, sehingga dan dalam hal ini Majelis Hakim akan mempertimbangkan Dakwaan Kedua yaitu melanggar Pasal 372 KUHP yang Unsur-Unsurnya sebagai berikut :

a. Unsur barang siapa;

b. Unsur dengan sengaja dan melawan hukum;

c. Unsur mengaku sebagai milik sendiri barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang lain, tetapi yang ada dalam kekuasaannya bukan karena kejahatan;

1. Unsur Kesatu, “Barang Siapa”

Menimbang, bahwa unsur “barang siapa’ ini mengacu pada subyek hukum orang perorangan yang diduga sebagai pelaku tindak pidana yang didakwakan sebagaimana dalam surat dakwaan dari Penuntut Umum ;

Menimbang, bahwa berdasarkan pemeriksaan di persidangan dimana terdakwa Rio Chandra yang identitasnya telah diakui oleh terdakwa sendiri seperti yang termuat dalam surat dakwaan penuntut Umum, sehingga Majelis Hakim berkesimpulan dan berkeyakinan bahwa Terdakwa yang diperiksa dipersidangan adalah sama dengan terdakwa yang diduga melakukan tindak pidana seperti yang didakwakan dalam dakwaan Penuntut Umum yaitu Rio Chandra Bin Nurani Bramantya sehingga tidak terjadi error in persona;


(34)

2. Unsur Kedua, “Dengan Sengaja dan Melawan Hukum”

Menimbang, bahwa kata “dengan sengaja” mengacu kepada bentuk “kesengajaan” dimana kesengajaan merupakan salah satu bentuk dari kesalahan di samping adanya kelalaian dimana seseorang baru dapat dipidana jika terdapat unsur kesalahan yang dikenal dengan prinsip/adagium “actus non facit reum, nisi mens sit rea” atau dalam bahasa Belanda dikenal dengan “Geen Straf Zonder Schuld” atau di Indonesia dikenal dengan istilah “tiada pidana tanpa kesalahan.”

Menimbang, bahwa menurut Pompe bahwa definisi mengenai kesengajaan (Dolus, intent, opzet vorsats) terdapat dalam MvT (Memorie van Toelichting) yang mengartikan sebagai “mengendaki dan mengetahui” (willens en wetens) ; Menimbang, bahwa kesengajaan dengan maksud berarti adanya motif yang mendorong seseorang untuk melakukan suatu perbuatan tertentu, berupa usaha untuk mencapai tujuan akhir yaitu yang memenuhi apa yang dikehendaki orang tersebut, dan kesengajaan harus dilihat dari sikap bathin dan niat dari terdakwa untuk melakukan perbuatan tersebut ;

Menimbang, berdasarkan fakta hukum dalam persidangan jelas bahwa perbuatan terdakwa yang mau namanya dipinjam Hari Ompong untuk kredit sepeda motor Honda New Vario dengan janji imbalan uang sebesar Rp. 1.200.000,00 (satu juta dua ratus ribu rupiah), yang kemudian terdakwa mau saja menandatangani dokumen-dokumen yang diajukan Ade Kukilo hingga akhirnya sepeda motor itu dikirim dan oleh terdakwa diserahkan kepada Agung yang mengaku suruhan Hari Ompong tanpa ijin dan sepengetahuan PT. Adira Finance dan merugikan PT. Adira Finance dan jelas hal itu selain bertentangan dengan


(35)

undang-undang juga melanggar kaidah hukum yang tidak tertulis seperti agama, kesusilaan, kepatutan dan sebagainya.

Menimbang, bahwa dengan demikian maka unsur kedua Pasal tersebut telah terpenuhi;

3. Unsur Ketiga, “Mengaku sebagai milik sendiri barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang lain, tetapi yang ada dalam kekuasaannya bukan karena kejahatan”

Menimbang, bahwa apakah perbuatan terdakwa dapat dikatakan perbuatan mengaku sebagai milik sendiri barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian milik orang lain, akan dipertimbangkan sebagai berikut :

Menimbang, bahwa fakta hukum yang terungka diketahui bahwa awalnya terdakwa didatangi Hari Ompong dan meminta tolong agar terdakwa dipinjami namanya untuk proses pengajuan kredit sepeda motor Honda New Vario Techno pada Adira dengan janji imbalan uang sebesar Rp. 1.200.000,00 (satu juta dua ratus ribu rupiah), kemudian datangla petugas dari Adira bernama Ade Kukilo yang mensurvei dan menyerahkan dokumen-dokumen untuk ditandatangani terdakwa hingga permohonan kredit disetujui dan sepeda motor diserahkan ketangan terdakwa, dan setelah itu atas telepon dari Agung yang mengaku suruhan dari Hari Ompong, maka sepeda motor itu diserahkan dari terdakwa kepada Agung dan terdakwa akhirnya memperoleh imbalan uang sebesar Rp. 1.200.000,00 (satu juta dua ratus ribu rupiah) ;

Menimbang, bahwa berdasarkan fakta hukum tersebut maka terbukti bahwa terdakwa dengan menandatangani dokumen-dokumen pengajuan kredit


(36)

sepeda motor Honda New Vario Techno yang diajukan Ade Kukilo atas namanya hingga terdakwa menerima sepeda motor itu, terdakwa tidak menerangkan kepada Adira keadaan dan kondisi yang sebenarnya, sehingga perbuatan terdakwa termasuk kedalam kategori mengaku sebagai pemilik atau pembeli dari sepeda motor Honda New Vario Techno tersebut ;

Menimbang, bahwa kemudian akan dipertimbangkan apakah sepeda motor tersebut dalam kekuasaan terdakwa merupakan hasil kejahatan atau bukan akan dipertimbangkan sebagai berikut :

Menimbang, bahwa fakta hukum yang terungkap diketahui bahwa setelah permohonan kredit disetujui maka sepeda motor dserahkan ke tanan terdakwa, dan setelah itu atas telpon dari Agung yang mengaku suruhan dari Hari Ompong, maka sepeda motor itu diserahkan dari terdakwa kepada Agung di Pasar Sejiwan, Kec. Loana dan terdakwa akhirnya memperoleh imbalan uang sebesar Rp.1.200.000,00 (satu juta dua ratus ribu rupiah) ;

Menimbang, bahwa sepeda motor Honda New Vario Techno dalam kekuasaan terdakwa bukanlah hasil kejahatan karena terdakwa menggunakan persyaratan dan telah menandatangani dokumen-dokumen pengajuan kredit ke Adira dan telah disetujui hingga akhirnya sepeda motor diserahkan dari dealer ke terdakwa. Mengenai janji imbalan uang dari Hari Ompong juga berdasarkan fakta hukum belum dibayarkan saat diserahkan sepeda motor itu dari Dealer ke terdakwa dan baru dibayarkan imbalan tersebut setelah terdakwa menyerahkan sepeda motor itu kepada Agung di Pasar Sejiwan ;


(37)

Menimbang, bahwa dengan demikian unsur ketiga pasal ini telah terpenuhi;

Menimbang, bahwa berdasarkan uraian pertimbangan diatas, maka semua unsur dari unsur dakwaan alternatif kedua tersebut telah terpenuhi, maka perbuatan terdakwa telah terbukti secara sah dan ditambah keyakinan Majelis Hakim bahwa terdakwa bersalah melakukan tindak pidana penggelapan seperti dalam dakwaan alternatif kedua tersebut dan karenanya terdakwa harus dijatuhi hukuman setimpal dengan perbuatannya dan dakwaan kesatu tidak perlu dipertimbangkan lagi dan oleh karena dakwaan alternatif kedua telah terbukti, maka dakwaan alternatif pertama tidak perlu dibuktikan lagi ;

HAL-HAL YANG MEMBERATKAN :

1. Perbuatan terdakwa meresahkan masyarakat ; 2. Perbuatan Terdakwa merugikan PT. Adira Finance ;

HAL-HAL YANG MERINGANKAN :

1. Terdakwa berlaku sopan dipersidangan dan mengaku secara terus teran, menyesali perbuatannya dan berjanji tidak akan mengulangi lagi perbuatannya ;

2. Terdakwa belum pernah dihukum ;

Menimbang, bahwa berdasarkan hal yang memberatkan dan hal-hal yang meringankan sebagaimana telah dipertimbangkan diatas, dikaitkan pula dengan tujuan pemidanaan yang bukan semata-mata sebagai pembalasan atas perbuatan terdakwa, melainkan bertujuan untuk mmebina dan mendidik agar terdakwa menyadari dan


(38)

menginsyafi kesalahannya sehingga menjadi anggota masyarakat yang baik dikemudian hari, maka Majelis Hakim memandang adil dan patut apabila terdakwa diajtuhi pidana seperti yang akan disebutkan dalam amar putusan dibawah ini

f. Putusan

Memperhatikan Pasal 372 KUHP, serta ketentuan hukum lain yang berkaitan dengan perkara ini ;

1. Meyatakan Terdakwa Rio Chandra Bin Nurani Bramantya telah terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana penggelapan

2. Menjatuhkan pidana selama terhadap terdakwa oleh karena itu dengan pidana penjara selama 10 (sepuluh) Bulan

3. Menetapkan masa penahanan yang telah dijalan oleh terdakwa dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan

4. Menetapkan terdakwa tetap berada dalam tahanan 5. Menyatakan barang bukti berupa :

a. 1 (satu) lembar Sertifikat Jaminan Fidusia Nomor : W13.00192796.AH.05.01 tahun 2014 tanggal 07 Maret 2014

b. 1 (satu) bundel Akta Jaminan Fidusia Nomor : 338 tanggal 05 Maret 2014

Dikembalikan kepada pihak PT. Adira Finance c. 1 (satu) buah surat pernyataan atas nama Rio Chandra


(39)

6. Membebankan kepada terdakwa untuk membayar biaya perkara sebesar Rp. 2.000, 00 (dua ribu rupiah)

3. Analisis Putusan

Tabel 1

Pelanggaran Perjanjian Jaminan Fidusia dilihat dari Kronologis Kasus

No Putusan Kronologis

1 No.330/Pid.Sus/2015/PN.Smn Terdakwa atas nama Mustofa Ahmad Bin Bawadi Ahmad pada tanggal 26 februari 2014, mustofa hendak mengajukan aplikasi permohonan kredit berupa 1 unit truk kepada PT. Mandiri Tunas Finance. Permohonan kredit tersebut terdakwa ajukan berdasrkan ide dari Budi laksono dalam kasus ini masih menjadi daftar pencarian orang. Sebenarnya Mustofa dalam mengajukan kredit hanya berperan sebagai atas nama saja karena merasa kasihan dengan Budi Laksono yang usahanya sedang mengalami kebangkrutan. Kemudian dilakukan survey oleh PT. Mandiri Tunas Finance, akhirnya permohonan kredit terdakwa disetujui


(40)

karena terdakwa punya usaha transportasi dan ditindaklanjuti dengan penandatangan perjanjian pembiayaan konsumen pada hari kamis tanggal 22 Mei 2014 di PT Mandiri Tunas Finance.

2 No. 15/Pid.Sus/2015/PN.Pwr Terdakwa atas nama Rio Chandra Bin Nurani Bramantya bukan februari 2014. Rio disuruh oleh Hari Ompong yang masih menjadi Daftar Pencarian Orang untuk mengambil sepeda motor ke dealer Honda secara kredit menggunakan atas namanya dan hari Ompong menjanjikan akan memberikan imbalan sebesar Rp. 1.200.000,- (satu juta dua ratus ribu rupiah) dan Rio pada saat itu menyetujuinnya. Kemudian pada hari Jumat tanggal 28 Februari 2014 terdakwa datang kesalah satu dealer honda didaerah Purworejo lalu mengajukan aplikasi kredit kepemilikan 1 (satu) unit sepeda motor Honda New Vario Techno FI Noka : MH1JFB127EK276762 Nosin :


(41)

JFB1E2228873 warna hitam putih, kemudian seolah-olah dilakukan survei oleh Ade Kukilo yang juga masih dalam Daftar Pencarian Orang (DPO), yang pembiayaannya kredit kepemilikan sepeda motor tersebut dibiayai oleh PT. ADIRA FINANCE dengan angsuran perbulan yang dikenakan kepada Terdakwa sebesar Rp. 530.000,- (Lima Ratus tiga puluh ribu rupiah)

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat terhadap kedua kasus tersebut dapat disimpulkan bahwa para pelaku pelanggaran perjanjian jaminan fidusia dilakukan karena atas dasar suruhan dari orang lain, baik karena merasa kasihan maupun karena mendapatkan iming-iming imbalan berupa uang tunai. Hal ini terlihat dari terdakwa Mustofa yang disuruh oleh sdr.Budi Laksono dan Terdakwa Rio chandra yang disuruh oleh sdr. Hari Ompong.

Tabel 2

Pelanggaran Perjanjian Jaminan Fidusia dilihat dari Dakwaan Penuntut Umum

No Nomor Putusan Isi Dakwaan

1 No.330/Pid.Sus/2015/PN.Smn Pertama :


(42)

Tahun 1999 tentang jaminan fidusia. Kedua :

Pasal 36 Undang-Undang RI No.42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia Ketiga :

Pasal 378 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

Keempat:

Pasal 372 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

No.15/Pid.Sus/2015/PN.Pwr Pertama :

Pasal 36 Undang-Undang No.42 Tahun 1999 tentang jaminan fidusia

Kedua:

Pasal 372 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

Surat dakwaan pada hakikatnya adalah kesimpulan dari Penuntut Umum tentang apa yang dilakukan oleh tersangka berdasarkan hasil penyidikan dan dasar bagi Penuntut Umum dalam mengajukan terdakwa ke sidang pengadilan. Dasar


(43)

penyusunan surat dakwaan dapat dilihat pada Pasal 143 ayat (2) KUHAP yang menyatakan:203

a. Nama lengkap, tempat lahir, umur, atau tanggal lahir, jenis kelamin, kebangsaan, tempat tinggal, agama, dan pekerjaan tersangka.

“penuntut umum membuat surat dakwaan yang diberi tanggal dan ditandatangani serta berisi :

b. Uraian secara cermat, jelas dan lengkap mengenai tindak pidana yang didakwakan dengan menyebutkan waktu dan tempat tindak pidana itu dilakukan.”

Dengan demikian, syarat sahnya suatu surat dakwaan minimal harus memuat:204 1. Syarat formil, yaitu identitas lengkap terdakwa, diberi tanggal pengajuan

surat dakwaan dan ditandatangani oleh Jaksa Penuntut Umum. 2. Syarat Materil yang meliputi :

a. Uraian secara cermat, jelas, dan lengkap mengenai tindak pidana yang didakwakan.

b. Waktu tindak pidana dilakukan (tempus delicti) c. Tempat tindak pidana dilakukan (locus delicti)

Bentuk-bentuk surat dakwaan:205

a. Dakwaan Tunggal

Dalam dakwaan ini terdakwa biasanya hanya melakukan satu macam perbuatan saja.

b. Dakwaan Alternatif

203 Lihat Kitab Undang-Undang Hukum Pidana 204

AL. Wisnubruto, Praktik Persidangan Pidana, Cahaya Atma Pustaka, Yogyakarta, 2014, hal.50.

205 Andi Sofyan dan Abd. Asis, Hukum Acara Pidana Suatu Pengantar, Prenadamedia


(44)

Yaitu dakwaan yang mengecualikan antara satu dengan yang lainnya, ditandai dengan kata “atau”. Menurut Van Bemmelen dakwaan dibuat secara alternatif karna dua hal, yaitu :

1. Jika Penuntut Umum tidak mengetahui perbuatan mana, apakah yang satu ataukah yang lain akan terbukti nanti di persidangan. 2. Jika Penuntut Umum ragu, peraturan hukum pidana yang mana

yang akan diterapkan oleh hakim atas perbuatan yang menurut pertimbangannya telah nyata tersebut.

3. Dakwaan Subsidair

Yaitu dakwaan yang diurutkan mulai dari yang paling berat sampai dengan yang paling ringan digunakan dalam tindak pidana yang berakibat peristiwa yang diatur dalam pasal lain. Contoh :

Misalnya dalam kasus pembunuhan secara berencana menggunakan dakwaan yaitu Dakwaan Primer :Pasal 340 KUHP, Dakwaan subsidair: Pasal 338 KUHP, dan lebih subsidair: Pasal 355 KUHP, lebih subsidair lagi Pasal 353 KUHP.

4. Dakwaan Kumulatif

Yaitu dakwaan yang diatur dalam Pasal 141 KUHAP yaitu bahwa penuntut umum dapat melakukan penggabungan perkara dan membuatnya dalam satu surat dakwaan, apabila pada waktu yang sama atau hampir bersamaan ia menerima beberapa berkas perkara dalam hal :


(45)

a. Beberapa tindak pidana yang dilakukan oleh seorang yang sama dan kepentingan pemeriksaan tidak menjadikan halangan terhadap penggabungannya.

b. Beberapa tindak pidana yang bersangkut paut satu dengan yang lain.

c. Beberapa tindak pidana yang bersangkut paut satu dengan yang lain, akan tetapi yang satu dengan yang lain itu ada hubungannya yang dalam hal ini penggabungan tersebut perlu bagi kepentingan pemeriksaan.

Dengan demikian, dakwaan kumulatif adalah :

a. Beberapa tindak pidana yang dilakukan satu orang yang sama. b. Beberapa tindak pidana yang bersangkut paut.

c. Beberapa tindak pidana yang tidak bersangkutan.

Dalam dua kasus diatas, terlihat Penuntut Umum cenderung menggunakan Dakwaan Alternatif. Penuntut Umum dalam membuat Dakwaan tersebut saling mengecualikan satu sama lain yaitu Dalam Putusan PN Sleman No.330/Pid.sus/2015/PN.Smn dengan dakwaan Pasal 36 Undang-Undang Jaminan Fidusia, Pasal 35 Undang-Undang Jaminan Fidusia, Pasal 372 dan Pasal 378 KUHP kemudian dakwaan pada Putusan PN Purworejo No.15/Pid.Sus/2015/PN.Pwr.


(46)

Tabel 3

Pelanggaran Perjanjian Jaminan Fidusia dilihat dari Tuntutan Penuntut Umum

No Nomor Putusan Isi Tuntutan

1 No.330/Pid.Sus/2015/PN.Smn 5. Menyatakan Terdakwa Mustofa Ahmad bin Bawati Ahmad terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah dalam melakukan Tindak Pidana mengalihkan barang jaminan fidusia tanpa izin tertulis dari penerima fidusia sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam dakwaan kesatu yaitu Pasal 36 UURI No. 42 Tahun 1996 tentang Jaminan Fidusia. 6. Menjatuhkan pidana terhadap

terdakwa berupa pidana penjara selama 1 (satu) tahun dikurangi selama terdakwa berada dalam tahanan dengan perintah terdakwa tetap ditahan.

7. Menetapkan barang bukti berupa : e. 1 (satu) lembar sertifikat jaminan

fidusia No. : W13.00480616.AH.05.01 tanggal


(47)

05 Juni 2014.

f. 1 (satu) buah buku salinan akta fidusia No. 22 tanggal 03 Juni 2014.

g. 1 (satu) bundel aplikasi kredit atas nama Mustofa Ahmad.

Dikembalikan ke PT. Mandiri Tunas Finance.

h. Surat Pernyataan yang ditanda tangani oleh Budi Laksono dan Herlinawati tanggal 15 Juli 2014 tetap, terlampir dalam Berkas Perkara.

8. Menetapkan agar terdakwa membayar biaya perkara sebesar Rp. 2.000,00 (dua ribu rupiah).

2 No. 15/Pid.Sus/2015/PN.Pwr 5) Menyatakan Terdakwa Rio Chandra Bin Nurani Bramantya telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana penggelapan melanggar Pasal 372 KUHP sebagaimana dakwaan


(48)

alternatif kedua Penuntut Umum; 6) Menjatuhkan pidana terhadap ia

terdakwa Rio Chandra Bin Nurani Bramantya atas kesalahannya dengan pidana penjara selama 1 (satu) tahun dan 6 (enam) bulan dikurangi selama Terdakwa berada dalam tahanan dengan perintah agar Terdakwa tetap ditahan.

7) Menyatakan barang bukti berupa : d) 1 (satu) lembar Sertifikat Jaminan

Fidusia Nomor : W13.00192796.AH.05.01 tahun 2014 tanggal 07 Maret 2014;

e) 1 (satu) bundel Akta Jaminan Fidusia Nomor : 338 tanggal 05 Maret 2014 dikembalikan kepada Pihak PT. Adira Finance;

f) 1 (satu) buah Surat Pernyataan atas nama Rio Chandra;

Tetap terlampir dalam berkas perkara. 8) Menetapkan agar ia Terdakwa


(49)

sebesar Rp. 2.000,00 (Dua Ribu rupiah)

Menurut Darwin Prints Tuntutan Pidana atau Requisitoir adalah surat yang dibuat oleh penuntut umum setelah pemeriksaan selesai dan kemudian dibacakan dan diserahkan kepada hakim dan terdakwa atau penasihat hukum. Adapun isi requisitoir itu sebenarnya tidak diatur dalam undnag-undang tetapi biasanya memuat suatu kesimpulan oleh penuntut umum yang bersangkutan berdasarkan proses pembuktian, yaitu apakah ketentuan atau pasal-pasal yang didakwakan kepada terdakwa terbukti atau tidak. Jika ternyata selama proses pembuktian telah terbukti, maka akan disebutkan berapa lama ancaman hukumannya yang dapat dijatuhkan kepada terdakwa, tetapi apabila tidak terbukti maka penuntut umum memuat tuntutannya kepada terdakwa yaitu bebas dari segala hukum. Dengan demikian pembacaan requisitoir oleh penuntut umum kepada terdakwa, yaitu setelah proses pemeriksaan bukti-bukti atau secara pembuktiann, baik oleh terdakwa atau penasihat hukumnya maupun penuntut umum.206

1. Identitas terdakwa secara lengkap, yaitu :

Adapun isi daripada requisitoir atau surat tuntutan hukum pada umumnya, antara lain berisi hal-hal sebagai berikut:

(a) Nama lengkap.

206Ibid., hal.341-342


(50)

(b) Tempat lahir, umur dan tanggal lahir. (c) Jenis kelamin

(d) Kebangsaan (e) Tempat tinggal (f) Agama

(g) Pekerjaan 2. Isi dakwaan.

3. Fakta-fakta yang terungkap dalam persidangan, seperti: a. Keterangan saksi

b. Keterangan terdakwa c. Keterangan ahli d. Barang bukti

4. Visum et Repertum (jika tindak pidana yang dilakukan melukai tubuh

korban)

5. Fakta-fakta yuridis.

6. Pembahasan yuridis, yaitu penuntut umum membuktikan satu persatu tentang pasal-pasal yang didakwakan, yaitu apakah telah terbukti atau tidak.

7. Pertimbangan tentang hal-hal yang memberatkan dan meringankan terdakwa

8. Tuntutan hukum (menuntut), yaitu penuntutan umum meminta kepada majelis hakim agar terdakwa dijatuhi berapa lamanya hukuman atau


(51)

pembebasan atau pelepasan terdakwa dari segala tuntutan lainnya atau pidana tambahan.

9. Diberi nomor register dan tanggal serta ditanda tangani oleh penuntut umum.

Pada putusan pertama yaitu Putusan PN Slemab No.330/Pid.Sus/2015/PN.Snm, Penuntut Umum menuntut terdakwa bersalah melakukan Tindak Pidana mengalihkan barang jaminan fidusia tanpa izin tertulis dari penerima fidusia sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam dakwaan kesatu yaitu Pasal 36 UURI No. 42 Tahun 1996 tentang Jaminan Fidusia sesuai dengan dakwaan kedua. Pasal 36 UUJF merumuskan sanksi pidana secara kumulatif yaitu adanya ancaman pidana penjara dan pidana denda, namun dalam tuntutannya, Penuntut Umum tidak menuntut terdakwa dengan pidana denda terhadap terdakwa, Penuntut Umum hanya menuntut terdakwa dengan pidan penjara yaitu menjatuhkan terdakwa berupa pidana penjara selama 1 (satu) tahun dikurangi selama terdakwa berada dalam tahanan dengan perintah terdakwa tetap ditahan. Berbeda halnya dalam Putusan PN Purworejo No.15/Pid.Sus/2015/PN.Pwr dalam putusan tersebut Penuntut Umum menuntut Terdakwa bersalah melakukan tindak pidana penggelapan melanggar Pasal 372 KUHP sebagaimana dakwaan alternatif kedua Penuntut Umum. Karena dalam Pasal 372 KUHP hanya merumuskan sanksi tunggal, maka Penuntut Umum hanya menjatuhkan Pidana penjara saja yaitu, dengan pidana penjara selama 1 (satu) tahun dan 6 (enam) bulan dikurangi selama Terdakwa berada dalam tahanan dengan perintah agar Terdakwa tetap ditahan.


(52)

Tabel 4

Pelanggaran Perjanjian Jaminan Fidusia dilihat dari Putusan Pengadilan Negeri

No Nomor Putusan Isi Putusan

1 No.330/Pid.Sus/2015/PN.Snm g. Menyatakan terdakwa Mustofa Ahmad Bin Bawadi Ahmad telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan Tindak Pidana mengalihkan barang jaminan fidusia tanpa izin tertulis dari penerima fidusia;

h. Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa berupa pidana penjara selama 9 (sembilan) bulan;

i. Menetapkan lamanya Terdakwa dalam masa penangkapan dan penahanan dikurangkan seluruhnya dengan masa pidana yang dijatuhkan; j. Menetapkan Terdakwa tetap berada

dalam tahanan;

k. Menetapkan Barang Bukti berupa : d. 1 (satu) lembar sertifikat jamina

fidusia No. : W13.00480616.AH.05.01 tanggal


(53)

05 Juni 2014.

e. 1 (satu) buah buku salinan akta fidusia No. 22 tanggal 03 Juni 2014.

f. 1 (satu) bendel aplikasi kredit atas nama Mustofa Ahmad.

Dikembalikan ke PT. Mandiri Tunas Finance

g. Surat pernyataan yang di tanda tangani oleh Bukti Laksono dan Herlinawati tanggal 15 Juli 2014 tetap terlampir dalam Berkas Perkara l. Membebankan kepada Terdakwa

untuk membayar biaya perkara sebesar Rp. 2.000.00 (dua ribu rupiah)

2 No.15/Pid.Sus/2015/PN.Pwr 7. Menyatakan Terdakwa Rio Chandra Bin Nurani Bramantya telah terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana penggelapan

8. Menjatuhkan pidana selama terhadap terdakwa oleh karena itu dengan


(54)

pidana penjara selama 10 (sepuluh) Bulan

9. Menetapkan masa penahanan yang telah dijalan oleh terdakwa dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan

10.Menetapkan terdakwa tetap berada dalam tahanan

11.Menyatakan barang bukti berupa : d. 1 (satu) lembar Sertifikat Jaminan

Fidusia Nomor : W13.00192796.AH.05.01 tahun 2014 tanggal 07 Maret 2014

e. 1 (satu) bundel Akta Jaminan Fidusia Nomor : 338 tanggal 05 Maret 2014

Dikembalikan kepada pihak PT. Adira Finance

f. 1 (satu) buah surat pernyataan atas nama Rio Chandra

Tetap terlampir dalam berkas perkara


(55)

untuk membayar biaya perkara sebesar Rp. 2.000, 00 (dua ribu rupiah)

Putusan pengadilan menurut Pasal 1 KUHP adalah :

“pernyataan hakim yang diucapkan dalam sidang pengadilan terbuka, yang dapat berupa pemidanaan atau bebas atau lepas dari segala tuntutan hukum dalam hal serta menurut cara yang diatur dalam Undang-Undang ini.”

Menurut Pasal 197 KUHP, bahwa :

(1) Surat putusan pemidanaan memuat:

a. Kepala putusan yang dituliskan “DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA”

b. Nama lengkap, tempat lahir, umur atau tanggal, jenis kelamin, kebangsaan, tempat tinggal, agama dan pekerjaan terdakwa.

c. Dakwaan, sebagaimana terdapat dalam surat dakwaan.

d. Pertimbangan yang disusun secara ringkas mengenai fakta dan keadaan beserta alat pembuktian yang diperoleh dari pemeriksaan di sidang yang menjadi dasar penentuan kesalahan terdakwa

e. Tuntutan pidana, sebagaimana yang terdapat dalam surat tuntutan f. Pasal peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar pemidanaan

atau tindakan dan pasal peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar hukum dari putusan, disertai keadaan yang memberatkan dan yang meringankan terdakwa

g. Hari dan tanggal diadakannya musyawarah majelis hakim kecuali perkara diperiksa oleh hakim tunggal

h. Pernyataan kesalahan terdakwa, pernyataan telah terpenuhi semua unsur dalam rumusan tindak pidana disertai dengan kualifikasinya dan pemidanaan atau tindakan yang dijatuhkan.

i. Ketentuan kepada siapa biaya perkara dibebankan dengan menyebutkan jumlahnya yang pasti dan ketentuan mengenai barang bukti.

j. Keterangan bahwa seluruh surat ternyata palsu atau keterangan dimana letaknya kepalsuan itu, jika terdapat surat autentik dianggap palsu. k. Perintah supaya terdakwa ditahan atau tetap dalam tahanan atau

dibebaskan.

l. Hari dan tanggal putusan, nama penuntut umum, nama hakim yang memutus dan nama putusan.


(56)

Dalam menegakkan hukum ada tiga unsur yang harus selalu diperhatikan, yaitu kepastian hukum (Rechtssicherheit), kemanfaatan (Zweckmassigkeit), dan keadilan (Gerechtigkeit).207Kepastian hukum merupakan perlindungan yustisiabel terhadap tindakan sewenang wenang yang berarti bahwa seseorang akan dapat memperoleh sesuatu yang diharapkan dalam keadaan tertentu. Masyarakat mengharapkan manfaat dalam pelaksanaan atau penegakan hukum, maka pelaksanaan hukum atau penegakan hukum harus memberi manfaat atau kegunaan bagi masyarakat. Unsur yang ketiga adalah keadilan. Masyarakat sangat mengharapkan bahwa dalam pelaksanaan atau penegakan hukum keadilan harus diperhatikan. Meskipun hukum bersifat umum dan mengikat setiap orang, namun dalam pelaksanaan atau penegakan hukum tersebut harus adil. Jika dalam penegakan hukum hanya diperhatikan kepastian hukum saja, maka unsur lainnya dikorbankan. Demikian jika yang diperhatikan hanya kemanfaatan, maka kepastian hukum dan keadilan akan dikorbankan, begitu pula sebaliknya.208

Putusan hakim merupakan mahkota dan puncak dari suatu perkara yang sedang diperiksa dan diadili oleh hakim tersebut. Oleh sebab itu, hakim dalam membuat putusna harus memperhatikan segala aspek di dalamnya, mulai dari perlunya kehati-hatian, dihindari sedikit mungkin ketidakcermatan, baik yang bersifat formal maupun materiil sampai dengan adanya kecakapan teknik

207Soedikno Mertokusumo dan A. Pitlo, Bab-Bab Tentang Penemuan Hukum, cetakan


(57)

membuatnya. Dalam proses penjatuhan hukum tersebut, hakim harus meyakini apakah seorang terdakwa melakukan tindak pidana atau tidak.209

Menurut Edy Wibowo, bahwa sebagian besar pengadilan pidana di Indonesia menjatuhkan pidana lebih ringan dibanding tuntutan Penuntut Umum. Apabila hal itu dikaitkan dengan independensi kekuasaan kehakiman (the independence of judicary) yang merdeka yang merupakan nilai dasar demokrasi yang dijamin oleh konstitusi dan peraturan perundang-undangan yang berlaku, sepintas kecenderungan putusan pidana yang lebih ringan dari tuntutan tidak menjadi masalah, sebab hal tersebut sepenuhnya menjadi kewenangan dan kebebasan hakim yang bersangkutan untuk mempertimbangkan putusan berdasarkan keyakinannya dilandasi dengan pengetahuannya, kejujuran dan keseksamaannya secara bertanggung jawab sehingga putusannya mencerminkan tujuan hukum yaitu menciptakan keadilan, kepastian hukum dan kemanfaatan.

Berdasarkan tabel putusan diatas, terlihat bahwa putusan yang dijatuhkan terhadap para terdakwa berbeda, terdakwa Mustofa dijatuhi Pasal 36 UUJF sedangkan terdakwa Rio dijatuhi Pasal 372 KUHP. Adapun lamanya sanksi yang dijatuhkan oleh hakim pada dua putusan tersebut lebih ringan dari pada tuntutan. Pada terdakwa Mustofa dituntut penjara selama 1 tahun dan dijatuhkan putusan pidana penjara selama 9 (sembilan) bulan sedangkan pada terdakwa Rio dituntut pidan penjara selama 1 tahun dan 6 bulan penjara dan dijatuhkan putusan pidana penjara selama 10 (sepuluh) bulan.

210

209

Ahmad Rifai, Penemuan Hukum oleh Hakim Dalam Perspektif Hukum Progresif, sinar grafika, Jakarta, cetakan ke-II, 2011, hal.94

210 Edy Wibowo, Mengapa Putusan Pemidanaan Hakim Cenderung Lebih Ringan


(58)

Terdapat perbedaan dalam pengenaan pasal terhadap kedua putusan tersebut, padahal jika dilihat dari kronologis, kedua perbuatan pelanggaran jaminan fidusia sama sama dilakukan atas dasar suruhan oranglain. Putusan Terdakwa Mustofa dalam Putusan No.330/Pid.sus/2015/PN.Snm yang dijatuhi Pasal 36 UUJF. Dalam putusan ini penulis berpendapat bahwa berdasarkan fakta hukum yang ada tindakan yang dilakukan oleh terdakwa seperti yang telah diuraikan sebelumnya memang telah terbukti secara sah dan meyakinkan dan telahmemenuhi unsur-unsuryang terdapat dalam Pasal 36 UUJF Yaitu unsur :

a. Unsur Pemberi Fidusia

Berdasarkan Pasal 1 ayat (5) UUJF disebutkan bahwa Pemberi Fidusia adalah orang perseorangan atau korporasi pemilik benda yang menjadi obyek fidusia. Mengenai siapa yang menjadi Pemberi Fidusia dalam perkara ini dapat kita lihat dalam perjanjian pembiayaan konsumen yang ditandatangani pada hari Kamis tanggal 22 Mei 2014 di PT. Mandiri Tunas Finance dalam kaitan pembelian satu unit truk. Perjanjian pembiayaan konsumen tersebut telah ditanda tangani kemudian diterbitkan Sertifikat Jaminan Fidusia Nomor : W13.00480616.AH.05.01 Tahun 2014 tanggal 05-06-2014 dimana yang tercantum sebagai pemberi fidusia adalah Mustofa Ahmad Bin Bawadi Ahmad dengan surat kendaraan atas nama saudari Ririn Lestari yang merupakan istri dari Mustofa Ahmad.

Berdasarkan fakta tersebut maka jelas yang menjadi Pemberi Fidusia adalah Mustofa Ahmad Bin Bawadi Ahmad yang merupakan terdakwa dalam perkara tersebut.


(59)

b. Unsur yang mengalihkan, menggadaikan atau menyewakan benda yang menjadi obyek jaminan fidusia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (2).

Mengenai ketentuan ini yaitu bersifat alternatif, apabila dengan terpenuhinya salah satu perbuatan dalam unsur ini, maka unsur ini dapat dikatakan telah terpenuhi. Unsur-unsur perbuatan pidana yang diancam dalam ketentuan ini meliputi :

1) Mengalihkan benda objek jaminan fidusia 2) Menggadaikan benda objek jaminan fidusia 3) Menyewakan benda objek jaminan fidusia

Menurut H. Salim dalam bukunya yaitu Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia mengatakan bahwa :211

Berdasarkan fakta bahwa setelah terdakwa menerima truk tersebut dari PT. Mandiri Tunas Finance, kemudian terdakwa membawanya kerumah terdakwa dan pada tanggal 15 Juli 2014 truk tersebut terdakwa serahkan secara oper kredit kepada saudara Budi Laksono dan saudari Herlinawati tanpa sepengetahuan dan seijin tertulis dari PT. Mandiri Tunas Finance, terdakwa menyerahkan truk tersebut kepada saudara Budi Laksono dan Saudari Herlinawati dengan cara menyewakan atau oper kredit sehingga kemudian 1 (satu) unit Hino Dutro 130

“yang dimaksud dengan mengalihkan antara lain termasuk dengan menjual atau menyewakan dalam rangka kegiatan usahanya.”

211H.Salim HS, Op.Cit., hal.88


(60)

HD 6,8 PS bak kayu warna hijau tahun 2014 dibawa saudara Budi Laksono dan Saudari Herlinawati yang sampai saat ini tidak diketahui keberadaannya.

Dengan demikian salah satu unsur dari Unsur yang mengalihkan, menggadaikan atau menyewakan benda yang menjadi obyek jaminan fidusia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (2) terpenuhi yaitu unsur mengalihkan.

c. Unsur dilakukan tanpa persetujuan tertulis terlebih dahulu dari Penerima Fidusia.

Berdasarkan fakta yang terungkap dipersidangan perbuatan Terdakwa dalam mengalihkan barang fidusia berupa 1 (satu) unit Hino Dutro 130 HD 6,8 PS bak kayu warna hijau tahun 2014 kepada saudara Budi Laksono dan saudari Herlinawati dilakukan tanpa sepengetahuan dan tidak ada izin tertulis lebih dahulu dari PT. Mandiri Tunas Finance selaku penerima Fidusia sebagaimana yang telah diperjanjikan dan diketahui oleh Terdakwa sebagai pemberi fidusia.Maka dengan demikian unsur dilakukan tanpa persetujuan tertulis terlebih dahulu dari penerima fidusia terpenuhi.

Dengan demikian pertimbangan yang digunakan majelis hakim yang lebih memilih pasal yang terdapat dalam Undang-Undang Jaminan Fidusia daripada Kitab Undang-Undang Hukum Pidana adalah sudah tepat. Sebab apa yang telah terbukti dalam persidangan sejalan dengan apa yang diputuskan oleh Hakim.

Namun, hal berbeda terjadi pada putusan Sleman dengan No.15/Pid.sus/2015/PN.PWR, Putusan yang dijatuhkan kepada Terdakwa yakni,


(61)

Pasal 372 KUHP, dalam putusan tersebut terdakwa dikenakan delik penggelapan, dengan unsur-unsur :

a. Unsur barang siapa;

b. Unsur dengan sengaja dan melawan hukum;

c. Unsur mengaku sebagai milik sendiri barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang lain, tetapi yang ada dalam kekuasaannya bukan karena kejahatan;

Mengenai dengan sengaja melawan hukum, Dalam pertimbangan hukumnya, hakim memerhatikan fakta hukum bahwa Terdakwa diminta oleh temannya untuk mengajukan kredit atas nama Terdakwa atau dengan kata lain meminjam nama dengan dijanjikan imbalan berupa uang. Terdakwa kemudian datang kesalah satu dealer honda didaerah Purworejo lalu mengajukan aplikasi kredit kepemilikan 1 (satu) unit sepeda motor Honda New Vario Techno FI Noka : MH1JFB127EK276762 Nosin : JFB1E2228873 warna hitam putih, kemudian seolah-olah dilakukan survei oleh Ade Kukilo, kemudian setelah semua persyaratan terpenuhi terdakwa menandatangani dokumen kredit kendaraan bermotor. Setelah terdakwa mendapatkan sepeda motor tersebut sekitar akhir bulan Februari 2014, kemudian terdakwa dihubungi oleh Agung yang masih dalam Daftar Pencarian Orang. Agung merupakan suruhan Hari Ompong, yang merupakan teman terdakwa, kemudian terdakwa dan Agung janjian bertemu di Desa Kalisemo Kecamatan Loano Purworejo, selanjutnya terdakwa mengoperalihkan sepeda motor tersebut kepada Agung tanpa pemberitahuan secara resmi terlebih dahulu kepada pihak PT. Adira Finance, setelah itu terdakwa


(62)

menerima uang sebesar Rp. 1.200.000,- (satu juta dua ratus ribu rupiah) dari Agung

Pembayaran angsuran kredit menjadi macet, sehingga Terdakwa didatangi oleh pegawai Kreditor, kemudian Terdakwa menjelaskan jika dirinya hanya dipinjam nama oleh rekannya untuk membeli sepeda motor tersebut melalui kredit. Atas perbuatan Terdakwa tersebut hakim menemukan adanya niat dan sikap batin dalam dirinya dengan maksud agar Terdakwa dapat memperoleh imbalan uang dan menikmati uang tersebut untuk keperluan sehari-hari.

Hakim menyatakan, perbuatan Terdakwa yang mau namanya dipinjam untuk pengajuan kredit kendaraan dengan janji imbalan uang, yang karenanya Terdakwa mau saja menandatangani dokumen-dokumen kredit hingga akhirnya kendaraan dikirim padanya dan oleh Terdakwa kemudian diserahkan kepada rekannya tanpa ijin ataupun sepengetahuan kreditor, jelas hal demikian selain bertentangan dengan undang-undang juga melanggar kaidah hukum yang tidak tertulis seperti kesusilaan, kepatutan, dan sebagainya.

Terhadap unsur ketiga dari pasal penggelapan yaitu mengaku sebagai milik sendiri barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang lain, tetapi yang ada dalam kekuasaannya bukan karena kejahatan, Majelis Hakim membuat pertimbangan hukum:

Menimbang, bahwa berdasarkan fakta hukum tersebut maka terbukti bahwa terdakwa dengan menandatangani dokumen-dokumen pengajuan kredit sepeda motor Honda New Vario Techno yang diajukan Ade Kukilo atas namanya hingga terdakwa menerima sepeda motor itu, terdakwa tidak menerangkan kepada Adira


(63)

keadaan dan kondisi yang sebenarnya, sehingga perbuatan terdakwa termasuk kedalam kategori mengaku sebagai pemilik atau pembeli dari sepeda motor Honda New Vario Techno tersebut ;

Menimbang, bahwa fakta hukum yang terungkap diketahui bahwa setelah permohonan kredit disetujui maka sepeda motor dserahkan ke tanan terdakwa, dan setelah itu atas telpon dari Agung yang mengaku suruhan dari Hari Ompong, maka sepeda motor itu diserahkan dari terdakwa kepada Agung di Pasar Sejiwan, Kec. Loana dan terdakwa akhirnya memperoleh imbalan uang sebesar Rp.1.200.000,00 (satu juta dua ratus ribu rupiah) ;

Menimbang, bahwa sepeda motor Honda New Vario Techno dalam kekuasaan terdakwa bukanlah hasil kejahatan karena terdakwa menggunakan persyaratan dan telah menandatangani dokumen-dokumen pengajuan kredit ke Adira dan telah disetujui hingga akhirnya sepeda motor diserahkan dari dealer ke terdakwa. Mengenai janji imbalan uang dari Hari Ompong juga berdasarkan fakta hukum belum dibayarkan saat diserahkan sepeda motor itu dari Dealer ke terdakwa dan baru dibayarkan imbalan tersebut setelah terdakwa menyerahkan sepeda motor itu kepada Agung di Pasar Sejiwan ;

Jika ditelaah secara yuridis, pertimbangan hakim serta putusan hakim yang memilih dakwaan penggelapan dalam Pasal 372 KUHP daripada Undang-Undang Fidusia adalah menyimpang dari kaedah dasar.Hal ini didasarkan bahwa dalam hal apabila ketentuan pidana yang merupakan suatu ketentuan pidana yang bersifat khusus, dalam arti secara lebih khusus mengatur perilaku yang sebenarnya telah diatur didalam satu ketentuan pidana,


(64)

maka ketentuan pidana yang bersifat khusus itulah yang harus diberlakukan. Atau dengan kata lain berlakulah asas hukum pidana yaitu Lex specialis

derogate legi generali.212Maka berdasarkan hal tersebut secara teori KUHP

tidak dapat diberlakukan lagi terhadap perkara jaminan fidusia.Dr. Yurizal mengatakan213

a. 1 (satu) lembar Sertifikat Jaminan Fidusia Nomor : W13.00192796.AH.05.01 tahun 2014 tanggal 07 Maret 2014

:

“apabila debitor mengalihkan benda obyek fidusia yang dilakukan dibawah tangan kepada pihak lain tidak dapat dijerat dengan Undang-Undang Fidusia, karena tidak sah atau legalnya perjanjian jaminan fidusia tersebut tanpa sepengetahuan kreditor dan dapat dilaporkan atas tuduhan penggelapan sesuai Pasal 372 KUHPidana oleh kreditor.”

Selain itu jika dilihat dari fakta hukum yang terungkap dalam Persidangan, terdapat beberapa barang bukti sebagai berikut:

b. 1 (satu) bundel Akta Jaminan Fidusia Nomor : 338 tanggal 05 Maret 2014

Bukti berupa surat tersebut menunjukan bahwa perjanjian pembiayaan konsumen tersebut dilakukan secara sah melalui akta jaminan fidusia yang ditandatangani oleh Notaris, dan perjanjian pembiayaan konsumen dengan jaminan fidusia tersebut telah didaftarkan hal ini ditandai dengan adanya sertifikat jaminan fidusia. Dengan demikian pelanggaran yang telah dilakukan oleh Terdakwa Rio Chandra adalah pelanggaran dalam perjanjian jaminan fidusia


(65)

bukan merupakan tindakan pidana berupa penggelapan. Berdasarkan hal tersebut, maka penulis berpendapat putusan hakim dalam Putusan Pengadilan Negeri Purworejo Nomor. 15/Pid.Sus/2015/PN.Pwr adalah tidak tepat, menurut penulis berdasarkan fakta hukum yang terdapat dalam putusan tersebut seharusnya terdakwa atas nama Rio Chandra dikenakan Pasal 36 UUJF, yang mana unsurnya adalah sebagai berikut :

1. Unsur Pemberi Fidusia

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 42 tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia, bahwa Pemberi Fidusia adalah orang perseorangan atau korporasipemilik Benda yang menjadi obyek Jaminan Fidusia. Pasal ini memberi kekhususan bahwa pihak yang dapat melakukan tindak pidana hanyalahpemberi fidusia.

Berdasarkan fakta dalam persidangan, bahwa pada hari Jumat tanggal 28 Februari 2014 terdakwa datang kesalah satu dealer honda didaerah Purworejo lalu mengajukan aplikasi kredit kepemilikan 1 (satu) unit sepeda motor Honda New Vario Techno FI Noka : MH1JFB127EK276762 Nosin : JFB1E2228873 warna hitam putih, kemudian seolah-olah dilakukan survei oleh Ade Kukilo yang juga masih dalam Daftar Pencarian Orang (DPO), yang pembiayaannya kredit kepemilikan sepeda motor tersebut dibiayai oleh PT. ADIRA FINANCE dengan angsuran perbulan yang dikenakan kepada Terdakwa sebesar Rp. 530.000,- (Lima Ratus tiga puluh ribu rupiah) dengan jangka waktu 47 (empat puluh tujuh) bulan sesuai dengan Perjanjian Pembiayaan Nomor : 040714101613 tertanggal 28 Februari 2014, dan Perjanjian selama dalam masa angsuran kendaraan tersebut tidak boleh dipindahtangankan tanpa sepengetahuan dari pihak PT. ADIRA


(1)

skripsi ini menjadi mudah dan terarah. Untuk itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih, rasa hormat dan penghargaan yang besar kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, SH. M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

2. Bapak

Universitas Sumatera Utara

3. Ibu Puspa Melati Hasibuan , S.H., M.Hum, selaku Wakil Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

4. Bapak Dr. Jelly Leviza, S.H., M.Hum, selaku Wakil Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

5. Bapak Dr. Hamdan, S.H., M.Hum, selaku Ketua Departemen Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah banyak membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

6. Ibu Liza Erwina S.H., M.Hum, selaku Sekretaris Departemen Hukum Pidana, yang telah banyak membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

7. Bapak Prof. Dr. Syafruddin Kalo S.H., M.Hum, selaku dosen pembimbing skripsi ke-I, yang telah menyediakan waktu untuk membimbing dan memberikan ilmunya untuk penyelesaian skripsi ini. Dosen yang luar biasa dalam mendidik para mahasiswa untuk dapat menjadi generasi penerus yang berilmu dan bermoral.

8. Ibu Rafiqoh Lubis S.H., M.Hum, selaku dosen pembimbing skripsi ke-II, yang telah menyediakan serta meluangkan waktunya untuk membimbing dan memberikan ilmunya untuk penyelesaian skripsi ini. Dosen yang luar


(2)

biasa dalam mendidik para mahasiswa untuk dapat menjadi generasi penerus yang berilmu dan bermoral.

9. Bapak Arief S.H., M.Hum, selaku dosen Pembimbing Akademik penulis yang telah membimbing selama masa perkuliahan penulis.

10. Seluruh Staf Pengajar Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang selama ini telah mengajar dan mendidik penulis dalam proses perkuliahan. 11. Khusus kepada kedua orangtua penulis, yang selalu mendukung, memberi

semangat, dan selalu mendoakan penulis. Ayahanda Azizon Asnawi S.H., M.H dan Ibunda Nuradillah yang sangat berjasa dan berperan luar biasa serta menjadi penyemangat terpenting dalam kehidupan penulis sehingga penulis dapat tumbuh sampai pada saat ini dan mampu menyelesaikan pendidikan di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

12. Kakak Tercinta, Ummul Fitri Azizon S.Kom., MMsi dan abang ipar Dafitri Oktavian S.T., yang telah berjasa dalam membantu dan mendoakan penulis, Adik tersayang Muna Ulya Azizon, Nanda Rafina, M.Althaf Bilqis yang selalu meringankan tangannya untuk membantu dan mendoakan penulis untuk kesuksekan penulis hingga saat ini. Keponakan Tersayang Qaireen Mumtaz Dalofa yang selalu menjadi penyemangat dan penghibur dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

13. Segenap Keluarga Besar Pengadilan Negeri Batam yang telah memberi izin kepada penulis untuk melakukan magang selama 20 hari sehingga


(3)

14. GS ku, Sutan Sorik, Dara Ade Suandi, Desita Muzdalifah, Nurliza Fitriyani, M.Fazli, Denny Wahyudi, Yohana Sidabutar, Bunga Wulansari dan Inang Sambuku Wahyuzi Munthe dan Amanda Serena. Yang telah menemani perjalan kuliah penulis. Semoga hubungan ini terus berlanjut selamanya.

15. Seluruh Tim Court Monitoring KPK-FH USU, Ibu Nurmalawaty S.H., M.Hum Bapak Dr. Jusmadi SH., M.S, Bapak Boy Laksamana SH., M.Hum, Abangda Susilo S.H, Dwi Rizky S.H, Rizky Dwi S.H, Kakanda Rini Anggreani S.H, Wahyuzi Dalimunthe, Amanda Serena, M. Zikri, Saufie Fitra, Bahrain Daulay, adinda Andre Afriansyah, Hari, Basri.

16. Keluarga Besar BTM Aladdinsyah SH dan Keluarga Besar IMADANA. 17. Abangda Gerry Putra Suwardi SH, yang selalu memberi semangat dan

membantu penulis dalam mengerjakan skripsi ini.

Medan, Januari 2017 Penulis

130200013 NazmaHusna


(4)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI

ABSTRAK

BAB 1: PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 11

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ... 11

D. Keaslian Penulisan ... 12

E. Tinjauan Pustaka ... 13

1. Pengertian dan Unsur-Unsur Tindak Pidana ... 13

2. Pengertian Pertanggungjawaban Pidana ... 19

3. Pengertian Perjanjian Jaminan Fidusia ... 25

F. Metode Penelitian ... 31

G. Sistematika Penulisan ... 34

BAB II: ASPEK HUKUM PIDANA PADA PERJANJIAN JAMINAN

FIDUSIA


(5)

2. Jaminan Fidusia Sebagai Jaminan dengan

Hak Kebendaan ... 43 3. Pelanggaran-Pelanggaran Perjanjian Jaminan Fidusia

Dalam Hukum Perdata Serta Penyelesaiannya ... 65 B. Aspek Hukum Pidana Pada Perjanjian Jaminan Fidusia

1. KebijakanHukumPidanaSebagai Salah Satu

UpayaPenanggulanganTindakPidanaPelanggaranJaminanFid usia ... 80 2. Perbuatan-Perbuatan yang Termasuk Tindak Pidana

Terhadap Perjanjian Jaminan Fidusia ... 86 3. Perumusan Sanksi Pidana Pelanggaran Perjanjian

Jaminan Fidusia ... 107

BAB III : PENERAPAN HUKUM PIDANA TERHADAP PELAKU

PENGALIHAN OBJEK JAMINAN FIDUSIA TANPA PERJANJIAN TERLEBIH DAHULU DARI PENERIMA FIDUSIA (STUDI PUTUSAN PN SLEMAN NO.330/PID.SUS/2015/PN.SNM DAN PUTUSAN PN PURWOREJO NO.15/PID.SUS/2015/PN.PWR)

A. Pengalihan Objek Jaminan Fidusia Sebagai Tindak Pidana Menurut UU No. 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan


(6)

B. Penerapan Hukum Pidana Terhadap Pelaku Pengalihan Objek Jaminan Fidusia Tanpa Perjanjian Terlebih Dahulu dari Penerima

Fidusia ... 132

1. Putusan PN Sleman No.330/PID.SUS/2015/PN.SNM a. Kronologis ... 132

b. Dakwaan ... 134

c. Tuntutan Pidana ... 135

d. Fakta Hukum ... 136

e. Pertimbangan Hakim ... 138

f. Putusan ... 143

2. Putusan PN Purworejo No.15/PID.SUS/2015/PN.Pwr a. Kronologis ... 145

b. Dakwaan ... 147

c. Tuntutan Pidana ... 147

d. Fakta Hukum ... 148

e. Pertimbangan Hakim ... 150

f. Putusan ... 156

3. Analisis Putusan ... 157

BAB IV: KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 186


Dokumen yang terkait

Hukum Tidak Tertulis Sebagai Sumber Hukum untuk Putusan Pengadilan Perkara Pidana

7 92 392

Analisis Putusan Mahkamah Agung Mengenai Putusan yang Dijatuhkan Diluar Pasal yang Didakwakan dalam Perkaran Tindak Pidana Narkotika Kajian Terhadap Putusan Mahkamah Agung Nomor 238 K/Pid.Sus/2012 dan Putusan Mahkamah Agung Nomor 2497 K/Pid.Sus/2011)

18 146 155

Analisis Putusan Hakim Tentang Jaminan Fidusia ( Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan )

10 112 117

TINJAUAN YURIDIS TINDAK PIDANA TERHADAP JAMINAN FIDUSIA (Studi Putusan Pengadilan Negeri Wates Nomor: 109/Pid.Sus/2014/PN.Wat).

0 0 14

Perlindungan Hukum Terhadap Penerima Fidusia Dalam Hal Terjadi Pengalihan Objek Jaminan Fidusia Tanpa Persetujuan Penerima Fidusia.

0 0 13

Perlindungan Hukum Kreditur Pemegang Hak Fidusia Terhadap Objek Jaminan Fidusia Yang Disita Pengadilan Berkaitan Dengan Tindak Pidana Pencucian Uang (Studi Putusan Ma No. 1607 K Pid.Sus 2012)

1 2 20

Perlindungan Hukum Kreditur Pemegang Hak Fidusia Terhadap Objek Jaminan Fidusia Yang Disita Pengadilan Berkaitan Dengan Tindak Pidana Pencucian Uang (Studi Putusan Ma No. 1607 K Pid.Sus 2012)

0 0 2

Perlindungan Hukum Kreditur Pemegang Hak Fidusia Terhadap Objek Jaminan Fidusia Yang Disita Pengadilan Berkaitan Dengan Tindak Pidana Pencucian Uang (Studi Putusan Ma No. 1607 K Pid.Sus 2012)

0 0 31

Perlindungan Hukum Kreditur Pemegang Hak Fidusia Terhadap Objek Jaminan Fidusia Yang Disita Pengadilan Berkaitan Dengan Tindak Pidana Pencucian Uang (Studi Putusan Ma No. 1607 K Pid.Sus 2012)

0 0 35

Perlindungan Hukum Kreditur Pemegang Hak Fidusia Terhadap Objek Jaminan Fidusia Yang Disita Pengadilan Berkaitan Dengan Tindak Pidana Pencucian Uang (Studi Putusan Ma No. 1607 K Pid.Sus 2012)

0 0 5