Hubungan Akses KB dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi Hormonal dan non Hormonal pada Akseptor KB Aktif di Wilayah Kerja Puskesmas Siabu Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2016
LAMPIRAN I
KUESIONER PENELITIAN
Hubungan Akses KB Dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi Hormonal dan Non Hormonal Pada Akseptor KB Aktif Di Wilayah Kerja Puskesmas
Kec.Siabu Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2016 A. Identitas Responden
Mohon di isi sesuai jawaban anda: No. Responden
1. Nama Responden :
2. Alamat Responden : 3. Pendidikan Responden : B. Pemilihan Alat Kontrasepsi Hormonal
1. Apakah ibu sudah pernah menjadi pengguna KB? a. Ya
b. Tidak
2. Jika ya Kontrasepsi apa yang sudah ibu pakai? a. IUD
b. Metode Operasi Wanita/Sterilisasi c. Pil
d. Suntik e. Implan f. Kondom
C. Jarak ke Pelayanan KB/ Puskesmas
1. Biasanya ibu datang ke Puskesmas menggunakan apa? a. Berjalan kaki, alasannya...
b. Memakai kendaraan (Sepeda Motor, Sepeda, Mobil Pribadi, Angkot dan lain-lain), alasannya...
2. Apakah jarak dari rumah ibu ke pelayanan KB/ Puskesmas begitu sulit? a. Ya
b. Tidak
3. Jika Ya, kesulitan yang bagaimana yang sering ibu dapatkan pada saat menuju Puskesmas? Sebutkan...
4. Jika tidak, apa alasannya? sebutkan…….
D. Pertanyan Tentang Biaya
1. Apakah ibu membayar setelah mendapatkan pelayanan KB? a. Ya
(2)
2. Jika ya berapa biaya yang ibu keluarkan dalam penggunaan
/pemasangan alat kontrasepsi yang ibu pergunakan ? Sebutkan……
3. Jika tidak, alasannya?...
4. Apakah ibu dikenakan biaya lain selain untuk mendapatkan alat kontrasepsi?
a. Ya b. Tidak
5. Berapa kali dalam sebulan ibu berkunjung ke puskesmas…….
6. Bagaimana dengan ongkos/ biaya kendaran yang ibu gunakan untuk sampai di puskesmas?
a. Murah b. Mahal
E. Pertanyaan Pengetahuan Tentang Pemilihan Alat Kontrasepsi Hormonal dan non Hormonal
No. Pertanyaan Benar Salah
1. Kontrasepsi adalah upaya mencegah pertemuan antara sel telur yang matang dan sperma untuk mencegah kehamilan.
2. Macam- macam kontrasepsi Hormonal antara lain Pil, Suntik, Implan
3. Cara kerja kontrasepsi Pil itu bisa menghambat ovulasi dan kesuburan bisa kembali setelah pengguna pil dihentikan
4. Kelemahan pemakaian kontrasepsi Pil dapat mengurangi Produksi ASI
5. Ibu penderita diabetes tidak bisa menggunakan kontrasepsi pil
6. Pemasangan kontrasepsi Implan/ susuk dipasangkan daerah bokong.
7. Kegunaan Implan adalah tidak mempengaruhi ASI, dan bisa dipakai sampai jangka 5 tahun 8. Penggunaan kontrasepsi implan efektif selama 3-5
tahun
9. Implan di pasang bagian lengan sebelah kiri 10. Kontrasepsi Implan sangat efektif dan nyaman
digunakan pada perempuan dalam usia reproduksi 11. Waktu yang tepat pemasangan alat kontrasepsi
Implan pada waktu selama haid
12. Pemakian kontrasepsi Suntik itu seharusnya sebelah lengan kiri
(3)
13. Pemakaian alat kontrasepsi suntik bisa dilakukan di klinik bersalin
14. Alat kontrasepsi hormonal antara lain Pil, Suntik, Implan
15. Alat kontrasepsi Suntik dapat di beli warung 16. Efek samping pengguaan alat kontrasepsi Suntik
bisa menaikkan berat badan
17. Keuntungan pemakaian kontrasepsiSuntik bisa menurunkan penyakit anemia
18. Cara kerja suntik bisa mencegah kehamilan dan selaput lendir rahim tipis
19. Alat kontrasepsi Suntik bisa mengakibatkan terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian penggunaan.
20. Menurut ibu, keuntungan kontrasepsi suntik bisa mencegah kehamilan, tidak memiliki pengaruh terhadap pemberian ASI, dan tidak berpengaruh pada hubungan intim.
21. Kontrasepsi adalah upaya mencegah pertemuan antara sel telur yang matang dan sperma untuk mencegah kehamilan
22. Macam- macam alat kontrasepsi non Hormonal antara lain IUD, Metode Operasi Wanita/ Sterilisasi, Metode Operasi Pria
23. Cara kerja kontrasepsi
- Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke rahim
- Efektif dengan segera yaitu 24 jam dari pemasangan
24. Sepengetahuan ibu, apakah manfaat IUD/ Spiral? IUD/ Spiral berguna mencegah kehamilan
25. Keuntungan memakai IUD/Spiral?
- Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat- ingat (seperti pemakaian Pil KB)
- Tidak mempengaruhi produksi ASI - Tidak mempengaruhi hubungan seksual - Dapat di pasang segera setelah melahirkan 26. IUD/Spiral tidak ada interaksi dengan
obat/hormon
27. IUD/Spiral dapat dibuka sebelum waktunya bila dijumpai:
(4)
- Terjadi pendarahan
28. Bagian tubuh yang mana dilakukan pemotongan Vasektomi/ Sterilisasi Pria
- Skrotum
- Penis/ alat kelamin laki- laki
28. Keuntungan Metode Operasi Pria/ sterilisasi - Perlindungan terhadap terjadinya
kehamilan sangat tinggi, dapat digunakan seumur hidup
- Tidak mengganggu kehidupan seksual suami istri
29. Kelemahan pemakaian Metode Operasi Pria/ Sterilisasi
- Harus ada tindakan pembedahan - Sifatnya permanen
30 Yang tidak bisa melakukan Metode Operasi Pria/ Sterilisasi.
- Penderita hernia
- Memiliki penyakit jantung dan paru-paru 31. Kelemahan Metode Operasi Wanita/ Sterilisasi
- Resiko dan efek samping pembedahan - Infeksi mungkin saja terjadi, bila prosedur
operasi tidak benar
- Tidak mempengaruhi proses menyusui 32. Metode Operasi wanita/ Sterilisasi adalah
tindakan yang dilakukakn pada kedua saluran telur wanita yang mengakibatkan orang yang
bersangkutan tidak akan mendapat keturunan lagi. 33. Metode Operasi Wanita/ sterilisasi boleh di
pasang pada saat hamil
-34. Metode Operasi Wanita/Sterilisasi tidak boleh di pasang pada wanita yang memiliki riwayat penyakit jantung
35. Efek samping pemakaian kondom antara lain: - Sangat efektif jika digunakan pada waktu
istri menyusui. - Alergi terhadap karet
36. Kondom adalah satu alat kontrasepsi yang terbuat dari karet berbentuk tabung tidak tembus cairan dimana salah satu ujungnya tertutup rapat dan dilengkapi kantung untuk menampung sperma
(5)
37 Cara kerja kondom akan menghalagi sperma masuk kedalam rahim dan bisa melidungi wanita dari kehamilan yang tidak diinginkan
38. Keuntungan memakai kondom?
- Dapat mencegah penyakit menular seksual - Murah dan mudah di dapat tanpa resep
dokter
39 Ibu yang tidak boleh memakai metode operasi wanita/sterilisasi
- Belum memberikan persetujuan tertulis 40. Ibu yang menderita penyakit diabetes bisa
memakai alat kontrasepsi
g. Sumber pelayanan
1. Waktu pemasangan alat kontrasepsi hormonal (pil, suntik, implan) ibu mendapatkan pelayanan dimana? Sebutkan...
2. Berapa kali ibu melakukan kunjungan ke Pelayanan KB dalam sebulan? Sebutkan...
3. Berapa jam dari rumah ibu ke pelayanan KB?...
4. Apa yang menjadi kendala bagi ibu waktu menuju ke pelayanan KB/ Puskesmas?...
5. Hambatan yang bagaimana ibu dapatkan waktu menuju ke pelayanan KB?...
6. Pernahkah ibu mendapatkan kendala sewaktu pemasangan alat kontrasepsi? Sebutkan...
7. Waktu ibu mau memakai alat kontrasepsi pernahkah ibu menjumpai bahwa alat untuk pemasangan ada kekurangan?....
8. Jenis transportasi yang bagaimana ibu pakai waktu pergi ke pelayanan KB? Sebutkan...
9. Pernakah ibu tidak mendapatkan pelayanan KB saat di puskesmas?... 10. Pernahkah keluarga (suami) ibu melarang menggunakan KB?... 11. Menurut ibu apakah di dalam agama memasang KB itu dilarang?
Sebutkan...
(6)
Uji Validitas dan Reliabilitas Item-Total Statistics Pertanyaan Corrected Item-Total Correlation Keterangan Cronbach's Alpha if Item
Deleted
Keterangan
P1 .494 vailid .921 Reliabel
p2 .509 vailid .921 Reliabel
P3 .509 vailid .921 Reliabel
P4 .380 vailid .923 Reliabel
P5 .425 vailid .922 Reliabel
P6 .380 vailid .923 Reliabel
P7 .373 vailid .923 Reliabel
P8 .425 vailid .922 Reliabel
P9 .431 vailid .922 Reliabel
P10 .373 vailid .923 Reliabel
P11 .431 vailid .922 Reliabel
P12 .509 Vailid .921 Reliabel
P13 .622 Vailid .920 Reliabel
P14 .386 Vailid .922 Reliabel
P15 .622 Vailid .920 Reliabel
P16 .494 Vailid .921 Reliabel
P17 .367 Vailid .923 Reliabel
P18 .612 Vailid .920 Reliabel
P19 .320 Vailid .923 Reliabel
P20 .346 Vailid .923 Reliabel
P21 .573 Vailid .920 Reliabel
P22 .622 Vailid .920 Reliabel
P23 .612 Vailid .920 Reliabel
P24 .612 Vailid .920 Reliabel
P25 .404 Vailid .922 Reliabel
P27 .573 Vailid .920 Reliabel
P28 .404 Vailid .922 Reliabel
P29 .573 Vailid .920 Reliabel
P30 .422 Vailid .922 Reliabel
P31 .422 Vailid .922 Reliabel
(7)
P33 .511 Vailid .921 Reliabel
P34 .325 Vailid .923 Reliabel
P35 .393 Vailid .922 Reliabel
P36 .509 Vailid .921 Reliabel
P37 .466 Vailid .922 Reliabel
P38 .330 Vailid .923 Reliabel
P39 .466 Vailid .922 Reliabel
(8)
Uji univariate Frequency Table
pengetahuan untuk pertanyaan 1
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Salah 26 25.2 25.2 25.2
Benar 77 74.8 74.8 100.0
Total 103 100.0 100.0
pengetahuan untuk pertanyaan 2
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Salah 63 61.2 61.2 61.2
Benar 40 38.8 38.8 100.0
Total 103 100.0 100.0
pengetahuan untuk pertanyaan 3
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Salah 55 53.4 53.4 53.4
Benar 48 46.6 46.6 100.0
Total 103 100.0 100.0
pengetahuan untuk pertanyaan 4
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Salah 53 51.5 51.5 51.5
Benar 50 48.5 48.5 100.0
(9)
pengetahuan untuk pertanyaan 5
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Salah 47 45.6 45.6 45.6
Benar 56 54.4 54.4 100.0
Total 103 100.0 100.0
pengetahuan untuk pertanyaan 6
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Salah 53 51.5 51.5 51.5
Benar 50 48.5 48.5 100.0
Total 103 100.0 100.0
pengetahuan untuk pertanyaan 7
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Salah 53 51.5 51.5 51.5
Benar 50 48.5 48.5 100.0
Total 103 100.0 100.0
pengetahuan untuk pertanyaan 8
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Salah 59 57.3 57.3 57.3
Benar 44 42.7 42.7 100.0
Total 103 100.0 100.0
pengetahuan untuk pertanyaan 9
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Salah 52 50.5 50.5 50.5
Benar 51 49.5 49.5 100.0
(10)
pengetahuan untuk pertanyaan 10
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Salah 53 51.5 51.5 51.5
Benar 50 48.5 48.5 100.0
Total 103 100.0 100.0
pengetahuan untuk pertanyaan 11
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Salah 50 48.5 48.5 48.5
Benar 53 51.5 51.5 100.0
Total 103 100.0 100.0
pengetahuan untuk pertanyaan 12
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Salah 65 63.1 63.1 63.1
Benar 38 36.9 36.9 100.0
Total 103 100.0 100.0
engetahuan untuk pertanyaan 13
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Salah 37 35.9 35.9 35.9
Benar 66 64.1 64.1 100.0
Total 103 100.0 100.0
pengetahuan untuk pertanyaan 14
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Salah 57 55.3 55.3 55.3
Benar 46 44.7 44.7 100.0
(11)
pengetahuan untuk pertanyaan 15
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Salah 26 25.2 25.2 25.2
Benar 77 74.8 74.8 100.0
Total 103 100.0 100.0
pengetahuan untuk pertanyaan 16
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Salah 55 53.4 53.4 53.4
Benar 48 46.6 46.6 100.0
Total 103 100.0 100.0
pengetahuan untuk pertanyaan 17
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Salah 58 56.3 56.3 56.3
Benar 45 43.7 43.7 100.0
Total 103 100.0 100.0
pengetahuan untuk pertanyaan 18
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Salah 57 55.3 55.3 55.3
Benar 46 44.7 44.7 100.0
Total 103 100.0 100.0
pengetahuan untuk pertanyaan 19
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Salah 50 48.5 48.5 48.5
Benar 53 51.5 51.5 100.0
(12)
pengetahuan untuk pertanyaan 20
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Salah 52 50.5 50.5 50.5
Benar 51 49.5 49.5 100.0
Total 103 100.0 100.0
pengetahuan untuk pertanyaan 21
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Salah 61 59.2 59.2 59.2
Benar 42 40.8 40.8 100.0
Total 103 100.0 100.0
pengetahuan untuk pertanyaan 22
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Salah 62 60.2 60.2 60.2
Benar 41 39.8 39.8 100.0
Total 103 100.0 100.0
pengetahuan untuk pertanyaan 23
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Salah 52 50.5 50.5 50.5
Benar 51 49.5 49.5 100.0
Total 103 100.0 100.0
pengetahuan untuk pertanyaan 24
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Salah 57 55.3 55.3 55.3
Benar 46 44.7 44.7 100.0
(13)
pengetahuan untuk pertanyaan 25
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Salah 58 56.3 56.3 56.3
Benar 45 43.7 43.7 100.0
Total 103 100.0 100.0
pengetahuan untuk pertanyaan 26
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Salah 52 50.5 50.5 50.5
Benar 51 49.5 49.5 100.0
Total 103 100.0 100.0
pengetahuan untuk pertanyaan 27
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Salah 55 53.4 53.4 53.4
Benar 48 46.6 46.6 100.0
Total 103 100.0 100.0
pengetahuan untuk pertanyaan 28
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Salah 55 53.4 53.4 53.4
Benar 48 46.6 46.6 100.0
Total 103 100.0 100.0
pengetahuan untuk pertanyaan 29
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Salah 49 47.6 47.6 47.6
Benar 54 52.4 52.4 100.0
(14)
pengetahuan untuk pertanyaan 30
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Salah 48 46.6 46.6 46.6
Benar 55 53.4 53.4 100.0
Total 103 100.0 100.0
pengetahuan untuk pertanyaan 31
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Salah 63 61.2 61.2 61.2
Benar 40 38.8 38.8 100.0
Total 103 100.0 100.0
pengetahuan untuk pertanyaan 32
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Salah 56 54.4 54.4 54.4
Benar 47 45.6 45.6 100.0
Total 103 100.0 100.0
pengetahuan untuk pertanyaan 33
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Salah 60 58.3 58.3 58.3
Benar 43 41.7 41.7 100.0
Total 103 100.0 100.0
pengetahuan untuk pertanyaan 34
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Salah 33 32.0 32.0 32.0
Benar 70 68.0 68.0 100.0
(15)
pengetahuan untuk pertanyaan 35
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Salah 55 53.4 53.4 53.4
Benar 48 46.6 46.6 100.0
Total 103 100.0 100.0
pengetahuan untuk pertanyaan 36
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Salah 51 49.5 49.5 49.5
Benar 52 50.5 50.5 100.0
Total 103 100.0 100.0
pengetahuan untuk pertanyaan 37
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Salah 52 50.5 50.5 50.5
Benar 51 49.5 49.5 100.0
Total 103 100.0 100.0
pengetahuan untuk pertanyaan 38
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Salah 52 50.5 50.5 50.5
Benar 51 49.5 49.5 100.0
Total 103 100.0 100.0
pengetahuan untuk pertanyaan 39
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Salah 53 51.5 51.5 51.5
Benar 50 48.5 48.5 100.0
(16)
pengetahuan untuk pertanyaan 40
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Salah 55 53.4 53.4 53.4
Benar 48 46.6 46.6 100.0
Total 103 100.0 100.0
jarak
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid sulit 53 51.5 51.5 51.5
mudah 50 48.5 48.5 100.0
Total 103 100.0 100.0
biaya
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Gratis 48 46.6 46.6 46.6
biaya sendiri 55 53.4 53.4 100.0
Total 103 100.0 100.0
pilihan alkon
Frequency Percent Valid Percent
Cumulati ve Percent
Valid non hormonal 36 35.0 35.0 35.0
Hormonal 67 65.0 65.0 100.0
Total 103 100.0 100.0
sumber pelayanan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid puskesmas 27 26.2 26.2 26.2
bkkbn 76 73.8 73.8 100.0
(17)
Pengetahuan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Kurang 51 49.5 49.5 49.5
Baik 52 50.5 50.5 100.0
Total 103 100.0 100.0
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent jarak * pilihan alkon 103 100.0% 0 .0% 103 100.0% sumber pelayanan *
pilihan alkon 103 100.0% 0 .0% 103 100.0%
Pengetahuan * pilihan
(18)
Pengetahuan * pilihan alkon
Crosstab
pilihan alkon
Total non hormonal hormonal
Pengetahuan Kurang Count 13 38 51
% within
Pengetahuan 25.5% 74.5% 100.0%
% within pilihan
alkon 36.1% 56.7% 49.5%
% of Total 12.6% 36.9% 49.5%
Baik Count 23 29 52
% within
Pengetahuan 44.2% 55.8% 100.0%
% within pilihan
alkon 63.9% 43.3% 50.5%
% of Total 22.3% 28.2% 50.5%
Total Count 36 67 103
% within
Pengetahuan 35.0% 65.0% 100.0%
% within pilihan
alkon 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 35.0% 65.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided) Pearson Chi-Square 3.977a 1 .046
Continuity
Correctionb 3.196 1 .074
Likelihood Ratio 4.018 1 .045
Fisher's Exact Test .063 .037
Linear-by-Linear
Association 3.939 1 .047
N of Valid Casesb 103
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 17,83.
(19)
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided) Pearson Chi-Square 3.977a 1 .046
Continuity
Correctionb 3.196 1 .074
Likelihood Ratio 4.018 1 .045
Fisher's Exact Test .063 .037
Linear-by-Linear
Association 3.939 1 .047
N of Valid Casesb 103
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 17,83.
b. Computed only for a 2x2 table
(20)
sumber pelayanan * pilihan alkon Crosstab pilihan alkon Total non hormonal hormona l sumber pelayanan
puskesmas Count 4 23 27
% within sumber
pelayanan 14.8% 85.2% 100.0%
% within pilihan
alkon 11.1% 34.3% 26.2%
% of Total 3.9% 22.3% 26.2%
bkkbn Count 32 44 76
% within sumber
pelayanan 42.1% 57.9% 100.0%
% within pilihan
alkon 88.9% 65.7% 73.8%
% of Total 31.1% 42.7% 73.8%
Total Count 36 67 103
% within sumber
pelayanan 35.0% 65.0% 100.0%
% within pilihan
alkon 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 35.0% 65.0% 100.0%
PChi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided) Pearson Chi-Square 6.526a 1 .011
Continuity
Correctionb 5.381 1 .020
Likelihood Ratio 7.204 1 .007
Fisher's Exact Test .011 .008
Linear-by-Linear
Association 6.463 1 .011
N of Valid Casesb 103
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9,44.
(21)
PChi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided) Pearson Chi-Square 6.526a 1 .011
Continuity
Correctionb 5.381 1 .020
Likelihood Ratio 7.204 1 .007
Fisher's Exact Test .011 .008
Linear-by-Linear
Association 6.463 1 .011
N of Valid Casesb 103
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9,44.
b. Computed only for a 2x2 table
jarak * pilihan alkon
Crosstab
pilihan alkon
Total non hormonal hormonal
Jarak sulit Count 9 44 53
% within jarak 17.0% 83.0% 100.0%
% within pilihan
alkon 25.0% 65.7% 51.5%
% of Total 8.7% 42.7% 51.5%
mudah Count 27 23 50
% within jarak 54.0% 46.0% 100.0%
% within pilihan
alkon 75.0% 34.3% 48.5%
% of Total 26.2% 22.3% 48.5%
Total Count 36 67 103
% within jarak 35.0% 65.0% 100.0%
% within pilihan
alkon 100.0% 100.0% 100.0%
(22)
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided) Pearson Chi-Square 15.508a 1 .000
Continuity
Correctionb 13.922 1 .000
Likelihood Ratio 16.025 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear
Association 15.357 1 .000
N of Valid Casesb 103
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 17,48.
b. Computed only for a 2x2 table
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent sumber pelayanan *
(23)
sumber pelayanan * pilihan alkon Crosstabulation pilihan alkon Total non hormonal hormona l sumber pelayanan
puskesmas Count 4 23 27
% within sumber
pelayanan 14.8% 85.2% 100.0%
% within pilihan
alkon 11.1% 34.3% 26.2%
% of Total 3.9% 22.3% 26.2%
Bkkbn Count 32 44 76
% within sumber
pelayanan 42.1% 57.9% 100.0%
% within pilihan
alkon 88.9% 65.7% 73.8%
% of Total 31.1% 42.7% 73.8%
Total Count 36 67 103
% within sumber
pelayanan 35.0% 65.0% 100.0%
% within pilihan
alkon 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 35.0% 65.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided) Pearson Chi-Square 6.526a 1 .011
Continuity
Correctionb 5.381 1 .020
Likelihood Ratio 7.204 1 .007
Fisher's Exact Test .011 .008
Linear-by-Linear
Association 6.463 1 .011
N of Valid Casesb 103
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9,44.
(24)
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided) Pearson Chi-Square 6.526a 1 .011
Continuity
Correctionb 5.381 1 .020
Likelihood Ratio 7.204 1 .007
Fisher's Exact Test .011 .008
Linear-by-Linear
Association 6.463 1 .011
N of Valid Casesb 103
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9,44.
b. Computed only for a 2x2 table
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
biaya * pilihan
(25)
biaya * pilihan alkon Crosstabulation
pilihan alkon
Total non hormonal hormonal
Biaya Gratis Count 9 48 57
% within biaya 15.8% 84.2% 100.0%
% within pilihan
alkon 25.0% 71.6% 55.3%
% of Total 8.7% 46.6% 55.3%
biaya sendiri Count 27 19 46
% within biaya 58.7% 41.3% 100.0%
% within pilihan
alkon 75.0% 28.4% 44.7%
% of Total 26.2% 18.4% 44.7%
Total Count 36 67 103
% within biaya 35.0% 65.0% 100.0%
% within pilihan
alkon 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 35.0% 65.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided) Pearson Chi-Square 20.613a 1 .000
Continuity
Correctionb 18.769 1 .000
Likelihood Ratio 21.218 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear
Association 20.412 1 .000
N of Valid Casesb 103
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 16,08.
b. Computed only for a 2x2 table
(26)
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
jarak * pilihan
alkon 103 100.0% 0 .0% 103 100.0%
jarak * pilihan alkon Crosstabulation
pilihan alkon
Total non hormonal hormonal
jarak sulit Count 9 44 53
% within jarak 17.0% 83.0% 100.0%
% within pilihan
alkon 25.0% 65.7% 51.5%
% of Total 8.7% 42.7% 51.5%
mudah Count 27 23 50
% within jarak 54.0% 46.0% 100.0%
% within pilihan
alkon 75.0% 34.3% 48.5%
% of Total 26.2% 22.3% 48.5%
Total Count 36 67 103
% within jarak 35.0% 65.0% 100.0%
% within pilihan
alkon 100.0% 100.0% 100.0%
(27)
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided) Pearson Chi-Square 15.508a 1 .000
Continuity
Correctionb 13.922 1 .000
Likelihood Ratio 16.025 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear
Association 15.357 1 .000
N of Valid Casesb 103
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 17,48.
b. Computed only for a 2x2 table
(28)
(29)
(30)
DAFTAR PUSTAKA
Arum Stya, dan Sujiyatini, 2009.Panduan lengkap pelayanan KB Terkini. Yogyakarta: Mitra Medika Press.
Atriana Nara, 2014. Hubungan Pengetahuan, Sikap, Akses Pelayanan Kesehatan, Jumlah Sumber Informasi Dan Dukungan Keluarga Dengan Pemanfaatan Fasilitas Persalinan Yang Memadai Oleh Ibu Bersalin Di Puskesmas
Kawangu Kabupaten Sumba Timur.Skiripsi Universitas Udayana Denpasar.
Ayu, 2014. Faktor yang Berhubungan Dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi Di
Wilayah Kerja Puskesmas pundata baji. [Skiripsi] Universitas Hasanuddin.
Arikunto, 2006.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta
Azwar, A.,1996. Pengantar Administrasi Kesehatan. Edisi Ketiga. Jakarta:Binarupa Aksara
Bahtiar dan Hidayahtussani. 2013. Akses Akseptor Kb Kontrasepsi Hormonal Dan Non Hormonal. Jurnal Stikes Yasri Mataram.
Bappenas, 2010. Kependudukan dan Keluarga Berencana. Jakarta diakses tanggal 10 Desember 2015.
Baziad, Ali. 2002. Kontrasepsi Hormonal. Jakarta : YBP-Sarwono
Bintari, S. 2012. Faktor yang Berhubungan Dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi
Di Wilayah Kerja Puskesmas Pundata Baji, Skiripsi. Fakultas kesehatan
masyarakat Universitas Hasanuddin.
BkkbN, 2005. Upaya Peningkatan Pemakain Kontrasepsi IUD. Jakarta. BkkbN. , 2005. Pendidikan dan Prilaku Kesehatan. Jakarta. Rienika Cipta. BKKBN, 2006. Pendidikan dan Prilaku Kesehatan. Jakarta. BKKBN.
BKKBN. 2012. Laporan Pencapaian KB Aktif Sumatera Utara. BKKBN. Sumatera Utara
BKKBN. 2012. Angka Pemakaian Kontrasepsi Nasional. Retrieved November 9 2014 from http://bkkbn.go.id/kependudukan/survey.
BKKBN, 2013 Laporan Umpan Balik Analisis Data Evaluasi data Hasil Pelkon
dan Dalap Propinsi Bali. www.bkkbn.go.id/ news datail.Php? nid 790. di
(31)
BKKBN, 2014. Target dan Pencapaian Akseptor Aktif, Mandailing Natal. BKKBN.
Depkes RI, 1991. Propil Kesehatan Indonesia di akses dari http// www.google.co.id pada tanggal 22 oktober 2015.
Dewi, 2013. Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana. Jakarta.
Elisa, 2014. Hubungan pengetahuan dan sikap ibu pus akseptor kontrasepsi non
hormonal tentang hormonal desa tanjung morawa. Skiripsi. Fakultas
Kesehatan Masyarakat. Universita Sumatera Utara.
Emon, S. 2008. Perlakuan Kontap Pria Digunakan Kembali? Available from:http://www.Posmetro Padang.com diakses 20 november 2015
Efendi, Sifian dan Tukiran (Ed). 2012 Metode Penelitian Survei. Jakarta : Penerbit LP3ES.
Ghozali. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 20. Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.
Hartanto, 2004. Keluarga berencana dan Kontrasepsi. Penerbit Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.
Irianto, 2014. Pelayanan Keluarga Berencan. Penerbit Alpabeta. Bandung.
Kurniawati, dkk, 2014. Kependudukan dan Pelayanan KB. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Kuncoro. 2013. Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Khalimah, Umi. 2007. Hubungan Antara Karakteristik dan Sikap Ibu Balitdengan Praktek Imunisasi Campak di Wilayah Kerja Puskesmas Sekaran Gunung
pati Semarang. Skripsi. Universitas Negeri Semarang.
Lemeshow, dkk, 1997. Besar Sampel Dalam Penelitian Kesehatan. Penerbit Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Manuaba, 2002. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana
Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta; EGC.
Manuaba, I.B.C. 2006. Ilmu kebidanan, Penyakit kandungan dan Keluarga
(32)
Mashfufah, 2006. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Metode Kontrasepsi Dengan Pemakaian Kontrasepsi Hormonal dan Non Hormonal
di Rw III Desa Karangasri, Ngawi. Universitas Sebelas Maret.
Maya cobalt, 2011. faktor- faktor yang Berhubungan Pemilihan Alat Kontrasepsi
Hormonal di Wilayah Kerja Puskesmas Mayaran Semarang.[Skiripsi]
STIKES Telogorejo Semarang.
Meilani N,dkk, 2010. Pelayanan Keluarga Berencana. Penerbit Fitramaya, Yogyakarta.
Mulyani, dkk. 2013. Keluarga Berencana dan Alat Kontrasepsi. Penerbit Nuha Medika. Yogyakarta.
Mulyadi, 2005. Akutansi Biaya. Penerbit Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen. Yogyakarta.
Notoatmodjo.2010. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasinya. Jakarta. RinekaCipta
Notoatmodjo, 2012. Promosi Kesehatan dan Prilaku Kesehatan. Jakarta Reanika cipta
Nursalam, 2002. Manejemen Keperawatan, Penerapan dalam Praktik
Keperawatan Profesional. Jakarta : Salemba Medika
Nursalam, 2008. Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta, Salemba Medika.
Panuntun ,S, Siswanto, A, Kurniawati, L V,. Hubungan Antara Akses KB dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi Hormonal dan Non Hormonal di Kabupaten
Purworejo. Jurnal Kedokteran Masyarakat. Vol.25/NO. 2 Juni 2009
Universitas Gajah Mada.
Propil Kesehatan Mandailing Natal, 2013. Dinas Kesehatan Mandailing Natal. Purwastuti, 2014. Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana. Penerbit
Pustaka Baru Press.
Saifuddin, 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo, Jakarta.
Sandro, 2010 Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Hormonal Pada Akseptor KB di kelurahan Suka Raja
(33)
Sastroasmoro, 2008. Dasar – dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi ke- 3 Jakarta
SDKI, 2012. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2012.http://www.bkkbn.go.id/litbang/pusdu/Hasil20%Penelitian/SDKI2%. Laporan %20 Pendahuluan %SDKI% 2012.pdf. Diakses 1 April 2016. Sulistyawati, 2011. Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta. Penerbit Selamba
Medika
Susanti, 2009. faktor-faktor yang berhubungan dengan partisipasi ibu balita dalam pemanfaatan pelayanan gizi balita di posyandu kelurahan sukasari
kecamatan tangerang kota tangerang. Skiripsi. Uversitas Islam Negeri.
Jakarta
Tukiran, 2010. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data. Penerbit Salemba Medika. Jakarta
(34)
BAB III
METODE PENELITAN
2.3 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian survei bersifat deskriptif analitik dengan rancangan penelitian cross sectional dimana pengambilan data dilakukan hanya sekali saja pada kurun waktu tertentu yang bertujuan untuk mengetahui Hubungan Akses KB Dengan Pemilahan Alat Kontrasepsi Hormonal dan non hormonal Pada Akseptor KB Aktif di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Siabu Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2016.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitan 3.2.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian di lakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Siabu Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2016.
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan Juli 2015- Maret 2016.
3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang akan diteliti (Notoatmodjo, 2010) Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh akseptor KB aktif yaitu akseptor yang saat ini menggunakan alat kontrasepsi di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Siabu Sebanyak 3.576 Akseptor.
(35)
3.3.2 Sampel
Sampel dalam penelitian merupakan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2010) sampel terdiri dari bagian populasi terjangkau yang dapat dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui sampling (Nursalam, 2008) sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari jumlah akseptor KB aktif yang menggunakan Kontrasepsi Hormonal di Wilayah Kerja Puskesmas Siabu. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagian akseptor KB aktif di Puskesmas Siabu. Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus uji hipotesis yang dikemukakan oleh Lemeshow (1997), yaitu:
n= + )]2
2
n= [1,96 +1,282 ]2
( 0,7 - 0,83)2 n= 103
Keterangan:
n : Besar sampel
Z1-α/2 : Nilai distribusi normal baku pada 5% sebesar 1,96.
Z1- β : Nilai distribusi normal baku pada β 10% sebesar 1,282
P0 : Proporsi Akseptor KB Aktif yang menjadi Akseptor alat kontrasepsi
(36)
Pa :Perkiraan Proporsi Akseptor KB Aktif yang diharapkan menjadi
Akseptor hormonal sebesar 70% (0,7)
Setelah dilakukan perhitungan menggunakan rumus di atas maka diketahui jumlah sampel minimal 103 orang. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara
accidental sampling yaitu pengambilan sampel dilakukan dengan mewawancarai
peserta KB aktif yang datang berkunjung ke Puskesmas dan BKKBN (Notoatmodjo, 2005).
3.4 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan data primer dan sekunder.
1. Data Primer
Data yang diperoleh dengan wawancara dengan responden, dengan berpedoman pada kuesioner penelitian yang telah dipersiapkan sebelumnya. 2. Data Sekunder
Data yang diperoleh dengan cara mengumpulkan data dari laporan pemilihan jumlah akseptor yang menggunakan alat kontrasepsi hormonal di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Siabu Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2016.
(37)
3.5 Defenisi Operasional
3.5.1 Defenisi Operasional Variabel Dependen
Pemilihan alat kontrasepsi hormonal adalah akseptor KB aktif yang menggunakan alat kontrasepsi hormonal dengan tujuan untuk mencegah kehamilan di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Siabu Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2016.
3.5.2 Defenisi Operasional Variabel Independen
Pedoman awal pengumpulan informasi yang sesuia dengan penelitian, digunakan defenisi variabel independen yang di kembangkan dalam uraian di bawah ini:
1. Jarak adalah letak wilayah (geografis) yang berhubungan dengan keterjangkauan dari rumah masyarakat ke pelayanan KB (BKKBN dan Puskesmas).
2. Pengetahuan adalah segala yang diketahui oleh akseptor tentang kepesertaan penggunaan alat kontrasepsi hormonal.
3. Biaya akses KB adalah pandangan tentang biaya yang dikeluarkan untuk pemasangan alat kontrasepsi.
4. Sumber pelayanan adalah (BKKBN dan Puskesmas) dimana akseptor mendapatkan pelayanan KB.
(38)
3.6 Instrumen dan Aspek Pengukuran 3.6.1 Instrumen
Alat untuk pengumpulan data adalah kuesioner, yang berisi pertanyaan tentang jarak, pengetahuan dan biaya terhadap pemilihan alat kontrasepsi hormonal di Puskesmas Siabu Kecamatan Siabu Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2016.
3.6.2 Aspek Pengukuran
1. Pemilihan alat Kontrasepsi Hormonal
a. Hormonal, jika akseptor menggunakan alat kontrasepsi pil, suntik dan implan.
b. Non Hormonal, jika akseptor menggunakan alat kontrasepsi IUD, MOP dan MOW.
2. Jarak yang dimaksudkan disini adalah mudahnya jangkauan akseptor dari rumah ke pelayanan KB (BKKBN dan Puskesmas). Selanjutnya dari hasil pengukuran jarak dikategorikan menjadi:
a. Sulit artinya masih bisa dilalui dengan berjalan kaki tetapi jalan yang dilalui tersebut menuju Puskesmas banyak kendala sehingga akseptor menjadi malas ke pelayanan KB/ Puskesmas dan akseptor merasa rugi untuk mengeluarkan biaya untuk menuju ke pelayanan KB/ Puskesmas.
b. Mudah artinya masih bisa dilalui dengan berjalan kaki dan menggunakan kendaraan.
(39)
3. Pengetahuan
Pengetahuan di ukur melalui jawaban kuesioner, pertanyaan yang di ajukan adalah 40 pertanyaan. Setiap jawaban yang benar akan diberi skor 1 dan jawaban yang salah akan diberi skor 0. Total skor maksimal 40 dan total skor minimal adalah 0. Tingkat pengetahuan dapat dikategorikan menjadi 2 kategori yaitu:
a). Baik : Apabila responden memperoleh ≥60% atau ≥ 24 skor total yang benar dari 40 pertanyaan.
b). Kurang : Apabila responden memperoleh <60% atau < 24 skor yang benar dari 40 pertanyaan. (Effendi,2012).
4. Biaya pemasangan KB merupakan jumlah pengeluaran yang dikeluarkan/ diperoleh responden pada pelayanan alat kontrasepsi dan alat itu sendiri. Biaya pemasangan dikategorikan menjadi 2 (dua) kategori yang harus diberikan yaitu:
a. Biaya sendiri untuk pemasangan alat kontrasepsi b. Gratis (biaya alat kontrasepsi dari pemerintah)
5. Sumber pelayanan dimaksudkan disini adalah pelayanan kesehatan yang tidak terhalang oleh keadaan geografis, sosial budaya,organisasi atau hambatan bangsa .
a. BKKBN b. Puskesmas
(40)
3.7 Metode Pengolahan Data
Menurut Arikunto (2006) data yang telah didapatkan akan diolah dengan tahap- tahap berikut:
1. Editing data yaitu yang melakukan pengecekan kembali apakah semua
item pertanyaan telah terisi dan melihat apakah ada kekeliruan yang mungkin dapat mengganggu pengolahan data selanjutnya.
2. Coding data yaitu memberikan kode berupa nomor pada lembaran
kuesioner untuk memudahkan pengolahan data.
3. Tabulating data yaitu mengelompokkan responden yang telah dibuat
pada tiap-tiap variabel yang di ukur dan selanjutnya dimasukkan kedalam tabel distribusi frekuensi.
3.8 Analisis Data
Hasil analisis data disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentase. Analisa data dilakukan dengan cara bertahap yaitu sebagai berikut: 1. Analisis Univariat yang dilakukan tiap variabel dari hasil penelitian yang
menggambarkan deskriptif yaitu menampilkan variabel independen dalam penelitian ini berdasarkan jarak, pengetahuan, biaya, pendidikan sedangkan variabel dependen yaitu kepesertaan pengguna alat kontrasepsi hormonal. 2. Analisis Bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan masing- masing
variabel independen yaitu jarak, pengetahuan, biaya dan pendidikan dengan variabel dependen yaitu kepesertaan penggunaalat kontrasepsi hormonal menggunakan Chi Square test dengan tingkat kepercayaan 95%, α= 0,05 dengan kriteria:
(41)
a. Ho ditolak jika p <α (0,05) maka terdapat hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen
b. Ho diterima jika p > α (0,05) maka tidak terdapat hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen.
3.9 Uji Vadilitas dan Reliabilitas
Sebelum penyebaran kuesioner pada sampel penelitian, butir- butir pertanyaan pada kuesioner harus diuji validitas dan reliabilitas melalui uji pearson
product moment. Responden yang dijadikan uji coba adalah wanita pasangan usia
subur yang berada di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Siabu Kabupaten Mandailing Natal yang dilaksanakan pada hari Senin 7 Maret 2016.
Untuk menginterpretasikan hasil statistik uji vadilitas dipergunakan nilai dari Corected item- total correlation yang dibandingkan dengan nilai dari
corected item- total correlation lebih besar dari rtabel (0,361). Sedangkan
menginterpretasikan hasil statistik uji realibilitas dipergunakan alpha if item
deleted. Dikatakan reliabel jika nilai dari alpa if item deleted lebih besar dari 0,6
(Ghozali, 2005 dan Kuncoro, 2003).
Berdasarkan hasil uji validitas dan reabilitas maka dikatakan bahwa kuesioner dengan jumlah pertanyaan pada bagian pengetahuan 40 butir, jarak 4 butir, biaya 6 butir, sumber pelayanan 12 butir, alat kontrasepsi hormonal 2 butir ini valid dan reliabel serta layak untuk digunnakan dalam penelitian.
(42)
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Secara Geografis letak Wilayah Kerja Puskesmas Siabu berada pada dataran rendah dan sebagian rawa, dengan luas wilayah ± 345,36 km2. Secara administratif Wilayah Kerja Puskesmas Siabu terdiri atas 18 Desa / Kelurahan . Setiap tahun jumlah penduduk Wilayah Kerja Puskesmas Siabu semakin bertambah. Pada tahun 2016 jumlah penduduk desa / kelurahan di Wilayah Kerja Puskesmas Siabu adalah 28. 567 jiwa dengan jumlah laki-laki 13. 783 jiwa dan jumlah perempuan 14. 784 jiwa.
Secara geografi maka batas-batas Kecamatan Siabu Kabupaten Mandailing Natal adalah sebagai berikut:
- Sebelah Utara berbatasan dengan Saba Oteng - Sebelah Selatan berbatasan dengan Aek Milas - Sebelah Barat berbatasan dengan Simaninggir - Sebelah Timur berbatasan dengan Bonan Dolok.
4.1.1 Sarana Penunjang di Puskesmas Siabu a. Jumlah sarana
- Puskesmas Induk : 1 unit - Kendaraan Roda : --
- Pustu : 2 unit terdiri dari 1. Pustu Aek Mual
(43)
2. Pustu Sihepeng.
4.2 Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi karateristik akseptor yang di peroleh meliputi : pengetahuan, jarak, biaya, dan sumber pelayanan dan pemilihan alat kontrasepsi hormonal dan non hormonal dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
4.2.1 Karateristik Akseptor KB Aktif
Karateristik akseptor KB aktif yang diteliti dalam penelitian ini meliputi pendidikan, pengetahuan, jarak, biaya, sumber pelayanan di Wilayah Kerja Puskesmas Siabu Kabupaten Mandailing Natal.
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Karateristik Akseptor KB Aktif No
Karateristik Responden Jumlah
n %
1. Pengetahuan Kurang Baik 51 52 49,5 50,5 2. Biaya
Gratis (biaya alat kontrasepsi pemerintah) Biaya sendiri 48 55 46,6 53,4 3. Jarak Sulit Mudah 53 50 51,5 48,5 4. Sumber pelayanan
BKKBN Puskesmas 76 27 73,8 26,2
Jumlah 103 100,0
Berdasarkan Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa dari 103 akseptor KB aktif yang telah diteliti sebagian besar akseptor KB aktif yang berpengetahuan, kurang
(44)
tentang pemilihan alat kontrasepsi hormonal dan non hormoal yaitu sebanyak 51 akseptor (49,5%) sedangkan yang pengetahuan baik sebanyak 52 akseptor (50,5%). Berdasarkan biaya pemasangan kontrasepsi yang mereka peroleh adalah gratis yaitu dibiayai oleh pemerintah sebanyak 48 akseptor (46,6%) sedangkan yang mengeluarkan biaya sendiri sebanyak 55 akseptor (53,4%). Berdasarkan jarak (sulit dan mudah menjangkau ke sarana pelayanan KB (BKKBN dan Puskesmas) adalah sulit sebanyak 53 akseptor (51,5%) sedangkan yang mudah sebanyak 50 akseptor (48,5%).
Berdasarkan sumber pelayanan yang digunakan memasang alat kontrasepsi adalah BKKBN sebanyak 76 akseptor (73,8%) sedangkan Puskesmas sebanyak 27 akseptor (26,2%).
4.2.2 Distribusi Pemilihan Alat Kontrasepsi Hormonal dan non Hormonal yang digunakan akseptor KB aktif di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Siabu.
Untuk melihat distribusi pemilihan alat kontrasepsi hormonal dan non hormonal yang digunakan akseptor KB aktif di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Siabu dapat dilihat pada Tabel 4.2 sebagai berikut.
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Pemilihan Alat Kontrasepsi Hormonal dan non Hormonal di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Siabu.
No
Pemilihan alat kontrasepsi
Jumlah
n %
1. Hormonal 67 65,0
2. Non Hormonal 36 35,0
(45)
Berdasarkan Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa mayoritas akseptor pemilihan alat kontrasepsi hormonal yaitu 67 akseptor (65,5%) dan yang menggunakan alat kontrasepsi non hormonal 36 akseptor (35,0%).
Untuk melihat frekuensi pengetahuan akseptor tentang pemilihan alat kontrasepsi hormonal dan non hormonal sebanyak 40 pertanyaan dan dijabarkan pada Tabel 4.3.
4.2.3 Distribusi Reponden Berdasarkan Pengetahuan Akseptor KB Aktif dalam pemilihan alat kontrasepsi hormonal dan non hormonal.
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Jawaban Pengetahuan tentang pemilihan alat kontrasepsi Hormonal dan non Hormonal di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Siabu.
No Uraian Jawaban pengetahuan Jawaban
Benar Salah
n % n %
1. Kontrasepsi adalah upaya mencegah pertemuan antara sel telur yang matang dan sperma untuk mencegah kehamilan.
77
74.8 26 25.2 2. kontrasepsi hormonal
Antara lain pil, suntik, implan.
40 38,8 63 61,2 3. Cara kerja kontrasepsi pil bisa menghambat ovulasi
dan kesuburan
55 53,4 48 46,6 4. Kelemahan pemakaian kontrasepsi pil dapat
mengurangi produksi ASI
53 51,5 50 48,5 5. Ibu penderita diabetes tidak bisa menggunakan
kontrasepsi pil
47 45,6 56 54,4 6. Pemasangan alat kontrasepsi implan/susuk dipasang
didaerah bokong
50 48,5 53 51,5 7. Kegunaan implan adalah tidak mempengaruhi ASI,
dan bisa dipakai sampai jangka 5 tahun
50 48,5 53 51,5 8. Penggunaan kontrasepsi implan efektif selama 3- 5
tahun
(46)
Lanjutan Tabel 4.3
No Uraian jawaban Pengetahuan
Jawaban Benar Salah
n % n %
9. Implan dipasang bagian lengan sebelah kiri 51 49,5 52 50,5
10. Kontrasepsi implan sangat efektif dan nyaman digunakan pada perempuan dalam usia reproduksi
50 48,5 53 50,5
11. Waktu yang tepat pemasangan alat kontrasepsi implan pada waktu selama haid
50 48,5 53 51,5
12. Pemakaian kontrasepsi suntik itu seharusnya sebelah lenngan kiri
38 36,9 65 63,1
13. Pemakaian alat kontrasepsi suntik bisa dilakukan diklinik bersalin
66 64,1 37 35,9
14. Alat kontrasepsi hormonal antara lain pil, suntik, implan
46 44,7 57 56,3
15. Alat kontrasepsi suntik dapat dibeli di warung 77 74,8 26 25,2
16. Efek samping penggunaan alat kontrasepsi suntik bisa menaikkan berat badan
48 46,6 55 53,4
17. Keuntungan pemakaian kontrasepsi suntik bisa menurunkan penyakit anemia
45 43,7 58 56,3
18. Cara kerja suntik bisa mencegah kehamilan dan selaput lendir rahim tipis.
46 44,7 57 55,3
19. Alat kontrasepsi suntik bisa mengakibatkan terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian penggunaan
53 51,5 50 48,5
20 Menurut ibu, keuntungan kontrasepsi suntik bisa mencegah kehamilan, tidak memiliki pengaruh terhadap pemberian ASI, dan tidak berpengaruh pada hubungan intim
51 49,5 52 50,5
21. kontrasepsi adalah upaya mencegah pertemuan antara sel telur yang matang dan sperma untuk mencegah kehamilan
42 40,8 61 59,2
22. Macam- macam alat kontrasepsi non Hormonal antara lain IUD, Metode Operasi Wanita/ Sterilisasi, Metode Operasi Pria
41 39,0 62 60,2
23. Cara kerja kontrasepsi Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke rahim
50 49,0 52 51,0 24. Sepengetahuan ibu, apakah manfaat IUD/ Spiral
berguna mencegah kehamilan
(47)
Lanjutan Tabel 4.3
No Uraian jawaban pengetahuan
Jawaban Benar Salah
n % n %
25. Keuntungan memakai IUD/Spiral Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat- ingat seperti pemakaian Pil KB
44 43,1 58 56,9
26. IUD/Spiral tidak ada interaksi dengan obat/hormon
51 49,5 52 50,5 27. IUD/Spiral dapat dibuka sebelum waktunya
bila dijumpai: Terjadi infeksi dan Terjadi pendarahan
49 47,6 54 52,4
28. Bagian tubuh yang mana dilakukan pemotongan Vasektomi/ Sterilisasi Pria
a.Skrotum b. Penis
48 46,6 55 53,4
29. Keuntungan MOP perlindungan terhadap terjadinya kehamilan sangat tinggi, dapat digunakan seumur hidup.
54 52,9 48 47,1
30. Kelemahan pemakaian Metode Operasi Pria/ Sterilisasi Harus ada tindakan pembedahan
55 53,4 48 46,6 31. Yang tidak bisa melakukan Metode Operasi
Pria/ Sterilisasi Penderita hernia
41 39,8 62 60,2 32. Kelemahan Metode Operasi Wanita/ Sterilisasi
Resiko dan efek samping pembedahan Infeksi mungkin saja terjadi, bila prosedur operasi tidak benar Tidak mempengaruhi proses menyusui
47 45,6 56 54,4
33. Metode Operasi wanita/ Sterilisasi adalah tindakan yang dilakukakn pada kedua saluran telur wanita yang mengakibatkan orang yang bersangkutan tidak akan mendapat keturunan lagi.
43 41,7 60 58,3
34. Metode Operasi Wanita/ sterilisasi boleh di pasang pada saat hamil
69 67,0 34 33,0 35. Metode Operasi Wanita tidak boleh di pasang
pada wanita yang memiliki riwayat penyakit jantung
48 46,6 55 53,4
36. Efek samping pemakaian kondom antara lain Sangat efektif jika digunakan pada waktu istri menyusui.
(48)
Lanjutan Tabel 4.3
N o Uraian jawaban pengetahuan
Jawaban Benar Salah
n % n %
37. Kondom adalah satu alat kontrasepsi yang terbuat dari karet berbentuk tabung tidak tembus cairan dimana salah satu ujungnya tertutup rapat dan dilengkapi kantung untuk menampung sperma
51 49,5 52 50,5
38. Cara kerja kondom akan menghalagi sperma masuk kedalam rahim dan bisa melidungi wanita dari kehamilan yang tidak diinginkan
51 49,5 52 50,5
39. Keuntungan memakai kondom? Dapat mencegah penyakit menular seksual
50 48,5 53 51,5 40. Ibu yang tidak boleh memakai metode operasi
wanita/sterilisasi belum memberikan persetujuan tertulis
48 46,6 55 53,4
Berdasarkan Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa sebesar 61,2% akseptor menjawab salah tentang macam- macam alat kontrasepsi hormonal seperti pil, suntik, implan, sebesar 56,9% akseptor menjawab salah keuntungan memakai IUD/Spiral Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat- ingat seperti pemakaian Pil KB, sebesar 53,5% akseptor menjawab salah cara kerja suntik bisa mencegah kehamilan, sebesar 54,4% akseptor menjawab salah Ibu penderita diabetes tidak bisa menggunakan kontrasepsi pil, sebesar 60,2% akseptor menjawab salah yang tidak bisa melakukan Metode Operasi Pria/ Sterilisasi penderita hernia.
4.3 Analisis Bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk menjelaskan hubungan antara masing- masing variabel bebas yang meliputi pengetahuan, jarak, biaya, dan sumber pelayanan dengan variabel terikat yaitu pemilihan alat kontrasepsi hormonal dan
(49)
non hormonal menggunakan uji chi- square. Dikatan ada hubungan yang bermakna secara statistik jika diperoleh nilai P < 0,05. Hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat menggunakan uji chi- square dapat dilihat sebagai berikut:
4.3.1 Hubungan Pengetahuan, Jarak, Biaya, Sumber Pelayanan dengan pemilihan alat kontrasepsi hormonal dan non hormonal di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Siabu Tahun 2016
Tabel 4.4 Hubungan Pengetahuan, Jarak, Biaya, Sumber Pelayanan dengan pemilihan alat kontrasepsi hormonal dan non hormonal di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Siabu.
No. Variable
Pemilihan Alat Kontrasepsi Total
P value Hormonal Non
Hormonal n %
n % n %
1. Pengetahuan
Kurang 38 36,1 13 56,7 103 100 0,046
Baik 29 43,3 23 63,9
2. Jarak
Sulit 9 25,0 44 65,7 103 100 0,001
Mudah 27 75,0 23 34,3
3. Biaya
Gratis (alat kontrasepsi dari
pemerintah)
48 71,6 9 25,0 103 100 0,001
Biaya Sendiri 19 28,4 27 75,0 4. Sumber
pelayanan BKKBN Puskesmas 44 23 65,7 34,3 4 32 11,1 88,9
103 10 0
0,011
Dari tabel 4.4 dapat dilihat bahwa responden memilih alat kontrasepsi hormonal dengan pengetahuan kurang sebanyak 38 orang atau sebesar 74,5% dan responden yang memilih alat kontrasepsi non hormonal sebanyak 13 orang atau sebesar 25,5%. Sedangkan responden yang memilih alat kontrasepsi hormonal
(50)
dengan pengetahuan baik sebanyak 29 atau sebesar 55,8% dan responden yang memilih alat kontrasepsi non hormonal sebanyak 23 orang atau sebanyak 44,2%.
Kemudian responden yang memilih alat kontrasepsi hormonal dengan jarak yang sulit sebanyak 9 orang atau sebanyak 17,0% dan responden yang memilih alat kontrasepsi non hormonal yang jarak sulit sebanyak 44 orang atau sebanyak 83,0%. Sedangkan yang memilih alat kontrasepsi hormonal dengan jarak yang mudah sebanyak 27 orang atau sebanyak 55,0 dan responden yang memilih alat kontrasepsi non hormonal dengan jarak mudah sebanyak 23 orang atau sebesar 46,0%.
Selain itu responden yang memilih alat kontrasepsi hormonal dengan biaya yang gratis (alat kontrasepsi dari pemerintah) sebanyak 48 orang atau sebesar 84,2% dan responden yang memilih alat kontrasepsi non hormonal yang biaya gratis sebanyak 9 orang atau sebesar 15,8%. Sedangkan yang memilih alat kontrasepsi hormonal dengan biaya sendiri sebanyak 19 orang atau sebesar 41,3% dan responden yang memilih alat kontrasepsi non hormonal sebanyak 27 atau sebesar 58,7%.
Kemudian responden yang memilih untuk pemasangan alat kontrasepsi hormonal dengan sumber pelayanan BKKBN sebanyak 44 orang atau sebesar 57,9 dan responden yang memilih alat kontrasepsi non hormonal yang melakukan pemasangan KB sebanyak 32 atau sebesar 42,1. Sedangkan yang memilih alat kontrasepsi hormonal untuk pemasangan KB di Puskesmas sebanyak 23 orang atau sebesar 85,2% dan responden yang lebih memilih alat kontrasepsi non
(51)
hormonal untuk melakukan pemasangan KB di Puskesmas sebanyak 4 orang atau sebesar 14,8% .
Berdasarkan hasil analisis bivariat antara variabel pengetahuan, jarak, biaya, sumber pelayanan dengan pemilihan alat kontrasepsi hormonal dan non hormonal di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Siabu ditemukan bahwa:
1. Hasil dari analisis hubungan antara pengetahuan dengan pemilihan alat kontrasepsi hormonal dengan uji statistik chi- square menunjukkan bahwa ada hubungan pengetahuan dengan pemilihan alat kontrasepsi hormonal dan non hormonal yang digunakan akseptor. Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikan atau p=0,046 lebih kecil dari 0,05.
2. Hasil dari analisis ada hubungan antara jarak (sulit menjangkau ke sarana pelayanan KB (BKKBN dan Puskesmas) dengan pemilihan alat kontrasepsi hormonal dengan hasil uji statistik chi- square menunjukkan bahwa ada hubungan jarak dengan pemilihan alat kontrasepsi hormonal dan non hormonal yang digunakan akseptor. Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikan atau p=0,001 lebih kecil dari 0,05
3. Hasil dari analisis hubungan antara biaya untuk pemasangan atau pemilihan alat kontrasepsi hormonal dengan hasil uji statistik chi- square menunjukkan bahwa ada hubungan biaya dengan pemasangan atau pemilihan alat kontrasepsi hormonal dan non hormonal yang digunakan akseptor. Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikan atau p=0,001 lebih kecil dari 0,05
(52)
4. Hasil dari analisis ada hubungan dengan sumber pelayanan (BKKBN dan Puskesmas) dengan pemilihan alat kontrasepsi hormonal dengan hasil uji statistik chi- square menunjukkan bahwa ada hubungan sumber pelayanan dengan pemilihan alat kontrasepsi hormonal dan non hormonal dengan akseptor. Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikan atau p=0,011 lebih kecil dari 0,05.
(53)
BAB V PEMBAHASAN
4.1.1 Hubungan pengetahuan dengan pemilihan alat kontrasepsi hormonal dan non hormonal pada akseptor KB aktif di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Siabu Tahun 2016.
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan ini terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan dominan yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku seseorang (Notoatmodjo, 2003).
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentang hubungan pengetahuan dengan pemilihan alat kontrasepsi hormonal dan non hormonal pada akseptor KB aktif di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Siabu yaitu yang memiliki pengetahuan kurang sebanyak 51 akseptor (49,5%) sedangkan pengetahuan baik sebanyak 52 akseptor (50,5%).
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan pada pertanyaan pengetahuan sebagian besar yang menjawab salah pada pertanyaan nomor 2 dan 25 tentang macam-macam alat kontrasepsi dan keuntungan memakai IUD/ spiral yaitu sebesar 61,2% dan 56,9%.
Hasil tabulasi silang antara pengetahuan dengan pemilihan alat kontrasepsi hormonal dan non hormonal dengan memiliki pengetahuan kurang adalah 13 orang (36,1%) dan 38 orang (56,7%). Berdasarkan hasil uji chi- square menunjukkan bahwa ada hubungan pengetahuan dengan pemilihan alat
(54)
kontrasepsi hormonal dan non hormonal yang digunakan akseptor KB aktif (p=0,046).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Elisa (2014) yang mengatakan bahwa ada hubungan pengetahuan yang signifikan dalam pemilihan alat kontrasepsi pada akseptor KB (p=0,002). Namun, berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Sandro (2010) yang mengatakan bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan keterjangkauan biaya pelayanan KB (p=0,348).
Pengetahuan peserta KB yang baik tentang hakekat program KB akan mempengaruhi mereka dalam memilih motode/alat kontrasepsi yang akan digunakan termasuk keleluasaan atau kebebasan pilihan, kecocokan, pelihan efektif tidaknya, kenyamanan dan keamanan, juga dalam memilih pelayanan yang lebih sesuai dan lengkap karena wawasan sudah lebih baik, sehingga dengan demikian kesadaran mereka tinggi untuk terus memanfaatkan pelayanan (Purba,2009).
Hal ini sesuai dengan pendapat Blum dan Notoatmodjo (2003) yang mengatakan bahwa tindakan seorang individu termasuk kemandirian dan tanggung jawab dalam berperilaku sangat dipengaruhi oleh dominan kognitif atau pengetahuan. Tindakan kemandirian setiap individu yang lebih nyata akan lebih langgeng dan bertahan apabila hal ini didasari oleh pengetahuan yang kuat.
5.1.1 Hubungan jarak dengan pemilihan alat kontrasepsi hormonal dan non hormonal pada akseptor KB aktif di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Siabu Tahun 2016.
Jarak adalah letak wilayah (geografis) berhubungan dengan keterjangkauan tempat dan waktu. Keterjangkauan tempat berhubungan dengan
(55)
tempat dan lokasi sarana pelayanan kesehatan dan tempat tinggal masyarakat dapat diukur dari jarak, waktu dan biaya perjalanan. Tempat tinggal masyarakat dengan pusat pelayanan kesehatan yang diukur dengan radius kolimeter (Razak, 2000).
Hasil analisis yang dilakukan menunjukkan bahwa ada hubungan antara jarak (sulit menjangkau ke sarana pelayanan KB/ BKKBN dan Puskesmas) dengan pemilihan alat kontrasepsi hormonal dan non hormonal dengan nilai p=0,001. Hasil penelitian tentang variabel jarak (sulit dan mudah menjangkau ke sarana pelayanan KB (BKKBN dan Puskesmas) adalah sulit sebanyak 53 akseptor (51,5%) sedangkan yang mudah sebanyak 50 akseptor (48,5%).
Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara yang telah dilakukan di lapangan menunjukkan masih ada akseptor yang berjalan kaki menuju pelayanan KB. Berbagai alasan yang diungkapkan oleh akseptor seperti merasa jarak dari rumah menuju puskesmas sulit untuk dilalui dan juga jarak dari rumah ke puskesmas harus menggunakan kendaraan umum supaya bisa datang ke puskesmas. Hal tersebut menunjukkan bahwa untuk mendapatkan pelayanan KB harus bisa meluangkan waktu yang cukup dan biaya. Selain itu yang menyebabkan akseptor kurang berminat menuju Puskesmas atau BKKBN dikarenakan pelayanan di Puskesmas dana BKKBN masih kurang dan persediaan KB di Puskesmas sangat minim sehingga tidak semua akseptor dapat memasang atau memperoleh KB.
(56)
4.1.2 Hubungan biaya dengan pemilihan alat kontrasepsi hormonal dan non hormonal pada akseptor KB aktif di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Siabu Tahun 2016.
Berdasarkan hasil distribusi frekuensi tentang biaya pemasangan kontrasepsi, biaya gratis sebanyak 48 akseptor (46,6%) sedangkan yang mengeluarkan biaya sendiri sebanyak 55 akseptor ( 53,4%). Pemilihan alat kontrasepsi hormonal diperoleh bahwa dari 19 orang (28,4%) yang gratis, sedangkan dengan biaya sendiri sebanyak 48 orang (71,6%). Pemilihan alat kontrasepsi non hormonal sebanyak 27 orang (75,0%) secara gratis dan 9 orang (25,0%) dengan biaya sendiri.
Hasil uji chi- square yang telah dilakukan menunjukkan bahwa ada hubungan biaya dengan pemasangan dengan pemilihan alat kontrasepsi hormonal dan non hormonal yang digunakan akseptor KB aktif (p=0,001). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yani (2015) di Kecamatan Medan Tembung yang menyebutkan bahwa ada hubungan biaya pemasangan dengan janis alat kontrasepsi yang digunakan akseptor (p=0,001).
Berdasarkan hasil tersebut menunjukkan bahwa pemerintah seharusnya melakukan pelayanan KB secara gratis kepada setiap masyarakat terutama kepada WUS. Kurangnya ketersediaan KB di Puskesmas membuat masayarakat harus mengeluarkan biaya yang lebih untuk melakukan pemasangan KB. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan biaya yang dikeluarkan oleh akseptor saat melakukan pemasangan KB biasanya Rp 10.000,- per- akseptor pada KB hormonal dan KB non hormonal adalah Rp 100.000,- per- akseptor.
(57)
Tingkat ekonomi mempengaruhi pemilihan jenis- jenis alat kontrasepsi. Hal ini disebabkan karena untuk mendapatkan pelayanan kontrasepsi yang diperlukan akseptor harus menyediakan dana yang diperlukan. walaupun jika dihitung dari segi keekonomisannya, kontrasepsi jangka panjang jauh lebih murah dibanding dengan alat kontrasepsi jangka pendek, tetapi kadang masyarakat melihatnya dari berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk sekali pasang saja. Untuk sekali pemasangan alat kontrasepsi jangka panjang bisa aktif selama 3-5 tahun. Bahkan seumur hidup sampai masa menopause. Sedangkan alat kontrasepsi jangka pendek hanya mempunyai masa aktif 1- 3 bulan saja, yang artinya untuk mendapatkan efek yang sama dengan alat kontrassepsi jangka panjang, seseorang harus melakukan 12-36 kali suntikan bahkan berpuluh- puluh kali lipat (Saifuddin, 2003).
4.1.3 Hubungan sumber pelayanan dengan pemilihan alat kontrasepsi hormonal dan non hormonal pada akseptor KB aktif di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Siabu Tahun 2016.
Hasil distribusi frekuensi tentang sumber pelayanan yang digunakan memasang alat kontrasepsi adalah BKKBN sebanyak 76 akseptor (73,8%) sedangkan di Puskesmas sebanyak 27 akseptor (26,2%). Berdasarkan hasil distribusi akseptor KB hormonal yang melakukan pemasangan KB di BKKBN sebanyak 44 orang (65,7%), dan di Puskesmas 23 orang (34,3%). Pada akseptor KB non hormonal yang melakukan pemasangan KB di BKKBN sebanyak 32 orang (88,9%) dan di puskesmas 4 orang (11,1%). Berdasarkan hasil tersebut menunjukkan bahwa BKKBN lebih diminati masyarakat dibandingkan dengan Puskesmas.
(58)
Berdasarkan hasil chi-square yang telah dilakukan menunjukkan ada hubungan dengan sumber pelayanan (puskesmas, BKKBN) dengan pemilihan alat kontrasepsi hormonal dan non hormonal pada akseptor KB aktif di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Siabu (p=0,011).
Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan akseptor lebih memilih ke BKKN dibandingkan dengan Puskesmas. Hal terasebut dikarenakan pelayanan di BKKBN lebih baik dibandingkan dengan Puskesmas. Terjadinya kekurangan KB di Puskesmas membuat akseptor lebih memilih melakukan pemasangan KB di BKKBN dan petugas Puskesmas juga menyarankan untuk melakukan pemasangan KB di BKKBN apabila persediaan KB telah habis.
Pelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan kesehatan yang dapat memuaskan setiap pemakai jasa sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk, serta penyelenggaraannya sesuai kode etik dan standar yang telah ditetapkan. Kualitas pelayanan kesehatan di puskesmas merupakan suatu fenomena unik, sebab dimensi dan indikatornya dapat berbeda diantara orang-orang yang terlibat dalam pelayanan kesehatan. Untuk mengatasi perbedaan dipakai suatu pedoman yaitu hakikat dasar dari penyelenggaraan pelayanan kesehatan, yaitu memenuhi kebutuhan dan tuntutan para pemakai jasa pelayanan kesehatan (Azwar, 2009).
(59)
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Ada hubungan antara pengetahuan dengan pemilihan alat kontrasepsi
hormonal dan non hormonal pada akseptor KB aktif di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Siabu.
2. Ada hubungan antara jarak pengetahuan dengan pemilihan alat kontrasepsi hormonal dan non hormonal pada akseptor KB aktif di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Siabu.
3. Ada hubungan antara biaya pemasangan KB dengan pemilihan alat kontrasepsi hormonal dan non hormonal pada akseptor KB aktif di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Siabu.
4. Ada hubungan antara sumber pelayanan (Puskesmas dan BKKBN) dengan pemilihan alat kontrasepsi hormonal dan non hormonal pada akseptor KB aktif di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Siabu.
6.2 Saran
1. kepada masyarakat diharapkan lebih aktif dalam mencari informasi tentang penggunaan dan pelayanan KB hormonal dan non hormonal untuk mendapatkan pelayanan yang lebih baik.
(60)
2. Diharapkan bagi pihak Puskesmas Kecamatan Siabu memberikan informasi dan pelayanan yang lebih baik, serta melakukan promosi tentang KB di desa-desa yang memiliki jarak tempuh yang cukup jauh dari Puskesmas.
(61)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akses KB
Menurut BKKBN (2005) akses KB atau jangkauan pelayanan KB ini dimaksudkan agar akseptor dapat memperoleh informasi yang memadai dan pelayanan KB yang memuaskan. Penggolongan akses Keluarga Berencana yang di tinjau dari beberapa sudut, yaitu : Akses fisik (jarak), Akses ekonomi (biaya), Akses administrasi (sumber pelayanan), Akses kognitif (pengetahuan) Keluarga Berencana.
Menurut Sri Panuntun (2004) dalam Bahtiar dan Hidayahtussani (2013) Akses KB adalah keterjangkauan individu terhadap pelayan kesehatan atau KB. Menurut Wijono (1999) dalam Madya (2008), bahwa akses berarti pelayanan kesehatan tidak terhalang oleh keadaan geografis, sosial budaya, organisasi atau hambatan bangsa.
Akses pelayanan yang efektif hanya dapat dijamin jika pelayan terjangkau secara finansial, dianggap sesuai, dan dapat diterima oleh wanita sebagai pengguna pelayanan. Beberapa faktor seperti jarak dari tempat pelayanan, kekurangan alat- alat dan persediaan di tempat pelayanan, dan kekurangan dana untuk biaya transportasi dan pengobatan sering kali dianggap sebagai kendala oleh pasien dan klien (Koblinsky, 1997 dalam Bahtiar dan Hidayahtussani, 2013). Menurut Atriana Nara (2014) Akses pelayanan kesehatan adalah pelayanan kesehatan itu harus dapat dicapai oleh masyarakat, tidak terhalang oleh keadaan geografis, sosial, ekonomi. Salah satunya yaitu keadaan geografis yang
(62)
dapat diukur dengan jarak, lama perjalanan, jenis transportasi dan atau hambatan fisik lain, yang dapat menghalangi seseorang untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.
2.2 Kontrasepsi
Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang berarti mencegah atau melawan sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang dan sperma yang mengakibatkan kehamilan. Jadi kontrasepsi adalah upaya mencegah pertemuan antara sel telur yang matang dan sperma untuk mencegah kehamilan (Purwastuti, 2014) .
Metode kontrasepsi bekerja dengan dasar mencegah sperma laki- laki mencapai dan membuahi sel telur wanita (fertilisasi), atau mencegah telur yang sudah dibuahi untuk berimplentasi (melekat) dan berkembang didalam rahim. Kontrasepsi dapat bersifat reversible (kembali) atau permanen (tetap). Kontrasepsi yang reversible adalah metode kontrasepsi yang dapat dihentikan setiap saat tanpa efek lama dalam mengembalikan kesuburan atau kemampuan untuk kembali memiliki anak. Metode kontrasepsi permanen atau yang kita sebut sterilisasi adalah metode kontrasepsi yang tidak dapat mengembalikan kesuburan karena melibatkan tindakan operasi. Metode kontrasepsi juga dapat digolongkan berdasarkan cara kerjanya yaitu metode barrier (penghalang), contohnya kondom yang menghalangi sperma, metode hormonal seperti konsumsi pil, dan metode non hormonal atau alami yang tidak menggunakan alat- alat bantu maupun hormonal, namun berdasarkan fisiologis seorang wanita dengan tujuan untuk mencegah fertilisasi (Saifuddin, 2006).
(63)
Faktor yang mempengaruhi pemilihan kontrasepsi adalah efektivitas, keamanan, frekuensi pemakaian, efek samping, serta kemauan dan kemampuan untuk melakukan kontrasepsi secara teratur dan benar. Selain hal tersebut, pertimbangan kontrasepsi juga didasarkan atas biaya serta peran dari agama dan kultur mengenai kontrasepsi tersebut (Sulistyawati, 2011).
2.3 Metode Kontrasepsi Hormonal
Kotrasepsi hormonal adalah salah satu metode kontrasepsi yang paling efektifdan reversibel untuk mencegah terjadinya konsepsi.Jenis hormon yang terkandung adalah estrogen dan progesteron (Baziad, 2002).
Kontrasepsi hormonal terdiri dari peroral Pil, Oral Kombinasi, minipil,
(morning after pill), injeksi atau suntikan (depomedroksi progesterone) ditambah
estrogen atau cyclofem, Depo Medroksi Progesteron Asetat atau DMPA, dan Depo Noretisteron Anantat atau Depo Noristerat atau NETEN, sub kutis (implant), Pada dasarnya cara kerja dari kontrasepsi hormonal adalah hormon estrogen dan progesteron telah sejak awal menekan sekresi gonadotropin. Akibat adanya pengaruh progesteron sejak awal, proses implantasi akan terganggu, pembentukan lendir serviks tidak fisiologis, dan motilitas tuba terganggu, sehingga transportasi telur dengan sendirinya akan terganggu pula (Purwastuti, 2014).
(64)
2.3.1 Kontrasepsi Oral
Kontrasepsi oral atau pil mencakup pil kombinasi dan sekuensial yaitu berisi estrogen dan progesterone dan pil yang berisi progesterone dikenal dengan istilah mini pil. Pada tahun 1930 Dr. Kurzrok menunjukkan bahwa estrogen oral dapat meredakan dismenorhea dan menghambat ovulasi (Meilani dkk, 2010).
Kontrasepsi oral ini juga sangat efektif dan reversibel, harus diminum setiap hari, kemudian pada bulan pertama pemakaian, efek samping berupa mual dan perdarahan bercak yang tidak berbahaya dan segera akan hilang, efek samping yang serius sangat jarang terjadi, dan ini dapat digunkan oleh semua perempuan usia reproduksi, baik yang sudah mempunyai anak maupun belum, dapat mulai diminum setiap saat bila yakin sedang tidak hamil, tidak dianjurkan pada ibu menyusui dan dapat dipakai sebagai kontrasepsi darurat.
Jenis Pil :
1) Monofasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif estrogen atau progestin dalam dosis yang sama, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif.
2) Bifasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon atau progestin dalam 2 dosis yang berdeda, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif.
3) Trifasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormone aktif estrogen atau progestin dalam 3 dosis yang berbeda, dengan tablet tanpa hormon aktif.
(65)
1) Menghambat ovulasi
2) Membuat endometrium tidak mendukung untuk implementasi 3) Membuat lender servik tidak bias ditembus sperma
4) Pergerakan tuba terganggu sehingga transportasi ovum terganggu. Manfaat :
1) Memiliki efektivitas yang tinggi (hampir menyerupai efektivitas tubektomi), apabila digunakan setiap hari (1 kehamilan per 1000 perempuan dalam tahun pertama penggunaan).
2) Resiko terhadap kesehatan sangat kecil 3) Tidak mengganggu hubungan seksual
4) Siklus haid menjadi teratur, jumlah darah haid berkurang (mencegah anemia) dan tidak terjadi nyeri haid.
5) Kesuburan cepat kembali setelah penggunaan pil dihentikan
6) Metode ini dapat membantu mencegah kehamilan ektopik, kanker ovarium, penyakit radang panggul, kelainan jinak pada payudara, dismenore, jerawat. 7) Dan mudah dihentikan setiap saat.
Kelebihan:
1) Reversibel (kesuburan dapat pulih 100%) dan jangka waktu pulihnya kesuburan yang cepat.
2) Meredakan dismenorea dan menorhagi, siklus haid menjadi teratur dan mengurangi resiko anemia.
3) Dapat digunakan pada jangka waktu yang lama.
(66)
5) Mengurangi terjadinya kista ovarium, kanker endometrium dan ovarium, kehamilan ektopik, dan penyakit radang panggul.
Kelemahan :
1) Pil harus diminum setiap hari.
2) Dapat mengurangi produksi ASI (karna terdapat hormon estrogen).
3) Kenaikan metabolism sehingga sebagian akseptor akan menjadi lebih gemuk. 4) Dapat meningkatkan tekanan darah (pada kontrasepsi yang menggunakan
turunan estrogen yang jenisnya etinilestradiol). 5) Tidak mencegah infeksi menular seksual. 6) Kontraindikasi
7) Kehamilan (diketahui atau dicurigai).
8) Kerusakan hati, kerusakan fungsi hati, atau hepatitis.
9) Perempuan dengan riwayat gangguan faktor pembekuan darah > 20 tahun. 10)Perempuan dengan thrombosis vena atau arteri pada masa lalu/ saa tini. 11)Perempuan dengan penyakit kardiovaskuler termasuk stroke, jantung iskemik,
atau tekanan darah > 160/90 mmHg.
12)Perempuan dengan perdarahan pervaginam yang tidak diketahui sebabnya. 13)Diabetes mellitus dengan komplikasi.
(67)
2.3.2 Kontrasepsi Suntik
Pada tahun 1990 metode ini telah dilisensi sebagai pemilihan metode kontrasepsi pilihan pertama. Sampai saat ini jenis metode suntik yang digunakan adalah suntikan kombinasi dan suntikan progestin (Mulyani dkk, 2013).
Kontrasepsi suntik sangat efektif, aman, dapat dipakai oleh semua perempuan dalam usia reproduksi, kesuburan lebih lambat rata-rata empat bulan, cocok pada laktasi karna tidak menekan produksi ASI
Jenis Suntik :
Tersedia 2 jenis kontrasepsi suntikan yang hanya mengandung progestin yaitu sebagai berikut :
a. Depo mendroksi progesteron asetat (DMPA) mengandung 150 mg DMPA yang diberikan setiap tiga bulan dengan cara disuntik intramuscular (di daerah bokong).
b. Depo nerotisteron anentat (Depo Nosisterat), mengandung 200 mg, nerotindronenantat, diberikan setiap dua bulan dengan cara di suntik intramuscular.
1. Cara kerja
a. Mencegah ovulasi.
b. Mengentalkan lender serviks sehingga menurunkan kemampuan penetrasi sperma.
c. Menjadikan selaput lender rahim tipis dan atrofi. d. Menghambat transportasi gamet oleh tuba. 2. Efektivitas
(1)
DAFTAR ISI
HALAMAN
HALAMAN PERYATAAN KEASLIAN SKIRIPSI……….. iii
LEMBAR PENGESAHAN ... iv
ABSTRAK ... v
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... xv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 10
1.3 Tujuan Penelitian ... 10
1.4 Hipotesis Penelitian ... 11
1.5 Manfaat Penelitian ... 12
BAB III TINJAUAN PUSTAKA ... 13
2.1 Akses KB ... 13
2.2 Kontrasepsi ... 14
2.3 Metode Kontrasepsi Hormonal ... 15
2.3.1 Kontrasepsi Oral ... 15
2.3.2 Kontrasepsi Suntik... 18
2.3.3 Kontrasepsi Implan ... 20
2.4 Metode Kontrasepsi Non Hormonal ... 25
2.4. 1 Kontrasepsi IUD ... 26
2.4.2 Kontrasepsi Kondom ... 28
2.4.3 Kontrasepsi MOP ... 30
2.4.1 Kontrasepsi MOW ... 31
2.5 Faktor - faktor yang Berhubungan Hubungan dengan Akses KB Pemilihan Alat Kontrasepsi Hormonal dan non Hormonal ... 34
2.5.1 Jarak Tempuh Ke PelayananKesehatan... 34
2.5.2 Pengetahuan ... 35
2.5.3 Biaya ... 36
2.5.4 Sumber Pelayanan ... 38
2.6 Kerangka Konsep ... 40
BAB III METODE PENELITIAN ... 41
3.1 Jenis Penelitian ... 41
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 41
3.2.1 Lokasi Penelitian ... 41
(2)
xi
3.3 Populasi dan Sampel ... 41
3.3.1 Populasi ... 41
3.3.2 Sampel ... 42
3.4 Metode Pengumpulan Data ... 43
3.4.1 Data Primer ... 43
3.4.2 Data Sekunder ... 43
3.5 Variabel dan Defenisi Operasional ... 44
3.6 Metode Pengukuran ... 44
3.7 Metode Analisa Data ... 46
3.8 Analisis Data ... 47
3.9 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 48
BAB IV HASIL PENELITIAN ... 49
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian... 49
4.1.1 Sarana Penunjang di Puskesmas ... 49
4.2 Analisis Univariat ... 50
4.2.1 Karateristik Akseptor KB Aktif... 50
4.2.2 Distribusi Pemilihan Alat Kontrasepsi Hormonal dan non Hormonal ... 4.2.3 Distribusi Pengetahuan Akseptor KB Aktif Hormonal dan Non Hormonal ... 52
4.3 Analisis Bivariat ... 56
4.3.1 Hubungan Pengetahuan, Jarak, Biaya, Sumber Pelayanan dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi Hormonal dan Non Hormonal ... 57
BAB V PEMBAHASAN ... 60
5.1 Hubungan Pengetahuan Dengan Pemilihan alat Kontrasepsi Hormonal dan non Hormonal di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Siabu ... 60
5.2 Hubungan Jarak Dengan Pemilihan alat Kontrasepsi Hormonal dan non Hormonal di Wilayah Kerja PuskesmasKecamatan Siabu ... 62
5.3 Hubungan Biaya Dengan Pemilihan alat Kontrasepsi Hormonal dan non Hormonal di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Siabu ... 62
5.4 Hubungan Sumber PelayananDengan Pemilihan alat Kontrasepsi Hormonal dan non Hormonal di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Siabu... 64
BAB VI KESIMPILAN DAN SARAN ... 65
6.1 Kesimpulan ... 65
6.2 Saran ... 65 DAFTAR PUSTAKA
(3)
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Karateristik
Akseptor KB Aktif ... 50 Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Pemilihan Alat Kontrasepsi Hormonal
dan non Hormonal………... 51
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Jawaban Pengetahuan... 52 Tabel 4.4 Distribusi Hubungan Pengetahuan, Jarak, Biaya, Sumber
Pelayanan Dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi Hormonal dan Non Hormonal... 57
(4)
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Konsep... 28 Gambar 2.2 Sampel... 30
(5)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuesioner Penelitian Lampiran 2. Master Data
Lampiran 3. Output SPSS
Lampiran 4. Surat Izin Penelitian
(6)
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : SERI MUSLIMAH
TempatLahir : Simaninggir Tanggal Lahir : 20 Juli 1990 Suku Bangsa : Mandailing
Agama : Islam
Nama Ayah : Alm. Drs. Ishak Rambe Suku Bangsa Ayah : Mandailing
Nama Ibu : Siti Adawiyah Lubis Suku Bangsa Ibu : Mandailing
Pendidikan Formal
SD Negeri Simaninggir : 1996 –2002 MTs Guppi Simaninggir : 2002 – 2005 Man 1 Padang Sidimpuan : 2005 – 2008 AKBID Sehat Medan : 2008 – 2011 Lama Studi di FKM USU : 2013 – 2016