a. Ho ditolak jika p α 0,05 maka terdapat hubungan antara variabel
independen dengan variabel dependen b.
Ho diterima jika p α 0,05 maka tidak terdapat hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen.
3.9 Uji Vadilitas dan Reliabilitas
Sebelum penyebaran kuesioner pada sampel penelitian, butir- butir pertanyaan pada kuesioner harus diuji validitas dan reliabilitas melalui uji pearson
product moment. Responden yang dijadikan uji coba adalah wanita pasangan usia
subur yang berada di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Siabu Kabupaten Mandailing Natal yang dilaksanakan pada hari Senin 7 Maret 2016.
Untuk menginterpretasikan hasil statistik uji vadilitas dipergunakan nilai dari Corected item- total correlation yang dibandingkan dengan nilai dari
corected item- total correlation lebih besar dari rtabel 0,361. Sedangkan
menginterpretasikan hasil statistik uji realibilitas dipergunakan alpha if item deleted
. Dikatakan reliabel jika nilai dari alpa if item deleted lebih besar dari 0,6 Ghozali, 2005 dan Kuncoro, 2003.
Berdasarkan hasil uji validitas dan reabilitas maka dikatakan bahwa kuesioner dengan jumlah pertanyaan pada bagian pengetahuan 40 butir, jarak 4
butir, biaya 6 butir, sumber pelayanan 12 butir, alat kontrasepsi hormonal 2 butir ini valid dan reliabel serta layak untuk digunnakan dalam penelitian.
Universitas Sumatera Utara
64
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Secara Geografis letak Wilayah Kerja Puskesmas Siabu berada pada dataran rendah dan sebagian rawa, dengan luas wilayah ± 345,36 km
2
. Secara administratif Wilayah Kerja Puskesmas Siabu terdiri atas 18 Desa Kelurahan .
Setiap tahun jumlah penduduk Wilayah Kerja Puskesmas Siabu semakin bertambah. Pada tahun 2016 jumlah penduduk desa kelurahan di Wilayah Kerja
Puskesmas Siabu adalah 28. 567 jiwa dengan jumlah laki-laki 13. 783 jiwa dan jumlah perempuan 14. 784 jiwa.
Secara geografi maka batas-batas Kecamatan Siabu Kabupaten Mandailing Natal adalah sebagai berikut:
- Sebelah Utara berbatasan dengan Saba Oteng
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Aek Milas
- Sebelah Barat berbatasan dengan Simaninggir
- Sebelah Timur berbatasan dengan Bonan Dolok.
4.1.1 Sarana Penunjang di Puskesmas Siabu a.
Jumlah sarana
- Puskesmas Induk
: 1 unit -
Kendaraan Roda : --
- Pustu
: 2 unit terdiri dari 1. Pustu Aek Mual
Universitas Sumatera Utara
2. Pustu Sihepeng.
4.2 Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi karateristik akseptor yang di peroleh meliputi : pengetahuan, jarak, biaya, dan
sumber pelayanan dan pemilihan alat kontrasepsi hormonal dan non hormonal dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
4.2.1 Karateristik Akseptor KB Aktif
Karateristik akseptor KB aktif yang diteliti dalam penelitian ini meliputi pendidikan, pengetahuan, jarak, biaya, sumber pelayanan di Wilayah
Kerja Puskesmas Siabu Kabupaten Mandailing Natal. Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Karateristik Akseptor KB Aktif
No Karateristik Responden
Jumlah n
1.
Pengetahuan
Kurang Baik
51 52
49,5 50,5
2.
Biaya Gratis
biaya alat
kontrasepsi pemerintah Biaya sendiri
48 55
46,6 53,4
3. Jarak
Sulit Mudah
53 50
51,5 48,5
4. Sumber pelayanan
BKKBN Puskesmas
76 27
73,8 26,2
Jumlah 103
100,0
Berdasarkan Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa dari 103 akseptor KB aktif yang telah diteliti sebagian besar akseptor KB aktif yang berpengetahuan, kurang
Universitas Sumatera Utara
tentang pemilihan alat kontrasepsi hormonal dan non hormoal yaitu sebanyak 51 akseptor 49,5 sedangkan yang pengetahuan baik sebanyak 52 akseptor
50,5. Berdasarkan biaya pemasangan kontrasepsi yang mereka peroleh adalah gratis yaitu dibiayai oleh pemerintah sebanyak 48 akseptor 46,6 sedangkan
yang mengeluarkan biaya sendiri sebanyak 55 akseptor 53,4. Berdasarkan jarak sulit dan mudah menjangkau ke sarana pelayanan KB BKKBN dan
Puskesmas adalah sulit sebanyak 53 akseptor 51,5 sedangkan yang mudah sebanyak 50 akseptor 48,5.
Berdasarkan sumber pelayanan yang digunakan memasang alat kontrasepsi adalah BKKBN sebanyak 76 akseptor 73,8 sedangkan Puskesmas
sebanyak 27 akseptor 26,2.
4.2.2 Distribusi Pemilihan Alat Kontrasepsi Hormonal dan non Hormonal
yang digunakan akseptor KB aktif di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Siabu.
Untuk melihat distribusi pemilihan alat kontrasepsi hormonal dan non
hormonal yang digunakan akseptor KB aktif di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Siabu dapat dilihat pada Tabel 4.2 sebagai berikut.
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Pemilihan Alat Kontrasepsi Hormonal dan non Hormonal di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Siabu.
No Pemilihan alat kontrasepsi
Jumlah n
1. Hormonal 67
65,0 2. Non Hormonal
36 35,0
Jumlah 103
100,0
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa mayoritas akseptor pemilihan alat kontrasepsi hormonal yaitu 67 akseptor 65,5 dan yang menggunakan alat
kontrasepsi non hormonal 36 akseptor 35,0. Untuk melihat frekuensi pengetahuan akseptor tentang pemilihan alat
kontrasepsi hormonal dan non hormonal sebanyak 40 pertanyaan dan dijabarkan pada Tabel 4.3.
4.2.3 Distribusi Reponden Berdasarkan Pengetahuan Akseptor KB Aktif dalam pemilihan alat kontrasepsi hormonal dan non hormonal.
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Jawaban Pengetahuan tentang pemilihan
alat kontrasepsi Hormonal dan non Hormonal di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Siabu.
No Uraian Jawaban pengetahuan
Jawaban Benar
Salah n
n 1. Kontrasepsi adalah upaya mencegah pertemuan
antara sel telur yang matang dan sperma untuk mencegah kehamilan.
77 74.8
26 25.2
2. kontrasepsi hormonal
Antara lain pil, suntik, implan. 40 38,8 63 61,2
3. Cara kerja kontrasepsi pil bisa menghambat ovulasi
dan kesuburan 55 53,4 48 46,6
4. Kelemahan pemakaian kontrasepsi pil dapat
mengurangi produksi ASI 53 51,5 50 48,5
5. Ibu penderita diabetes tidak bisa menggunakan
kontrasepsi pil 47 45,6 56 54,4
6. Pemasangan alat kontrasepsi implansusuk dipasang
didaerah bokong 50 48,5 53 51,5
7. Kegunaan implan adalah tidak mempengaruhi ASI,
dan bisa dipakai sampai jangka 5 tahun 50 48,5 53 51,5
8. Penggunaan kontrasepsi implan efektif selama 3- 5
tahun 44 43,1 58 56,9
Universitas Sumatera Utara
Lanjutan Tabel 4.3
No Uraian jawaban Pengetahuan
Jawaban Benar
Salah n
n 9.
Implan dipasang bagian lengan sebelah kiri 51 49,5 52 50,5
10. Kontrasepsi implan sangat efektif dan nyaman
digunakan pada perempuan dalam usia reproduksi 50 48,5 53 50,5
11.
Waktu yang tepat pemasangan alat kontrasepsi implan pada waktu selama haid
50 48,5 53 51,5
12.
Pemakaian kontrasepsi suntik itu seharusnya sebelah lenngan kiri
38 36,9 65 63,1
13.
Pemakaian alat kontrasepsi suntik bisa dilakukan diklinik bersalin
66 64,1 37 35,9
14.
Alat kontrasepsi hormonal antara lain pil, suntik, implan
46 44,7 57 56,3
15.
Alat kontrasepsi suntik dapat dibeli di warung 77 74,8 26 25,2
16. Efek samping penggunaan alat kontrasepsi suntik
bisa menaikkan berat badan 48 46,6 55 53,4
17. Keuntungan pemakaian kontrasepsi suntik bisa
menurunkan penyakit anemia 45 43,7 58 56,3
18.
Cara kerja suntik bisa mencegah kehamilan dan selaput lendir rahim tipis.
46 44,7 57 55,3
19. Alat kontrasepsi suntik bisa mengakibatkan
terlambatnya kembali
kesuburan setelah
penghentian penggunaan 53 51,5 50 48,5
20 Menurut ibu, keuntungan kontrasepsi suntik bisa
mencegah kehamilan, tidak memiliki pengaruh terhadap pemberian ASI, dan tidak berpengaruh
pada hubungan intim 51 49,5 52 50,5
21. kontrasepsi adalah upaya mencegah pertemuan
antara sel telur yang matang dan sperma untuk mencegah kehamilan
42 40,8 61 59,2
22. Macam- macam alat kontrasepsi non Hormonal
antara lain IUD, Metode Operasi Wanita Sterilisasi, Metode Operasi Pria
41 39,0 62 60,2
23. Cara kerja kontrasepsi Menghambat kemampuan
sperma untuk masuk ke rahim 50 49,0 52 51,0
24. Sepengetahuan ibu, apakah manfaat IUD Spiral
berguna mencegah kehamilan 46 45,5 55 54,5
Universitas Sumatera Utara
Lanjutan Tabel 4.3
No Uraian jawaban pengetahuan
Jawaban Benar
Salah n
n
25. Keuntungan memakai
IUDSpiral Sangat
efektif karena tidak perlu lagi mengingat- ingat seperti pemakaian Pil KB
44 43,1
58 56,9
26. IUDSpiral tidak
ada interaksi
dengan obathormon
51 49,5
52 50,5
27. IUDSpiral dapat dibuka sebelum waktunya bila dijumpai: Terjadi infeksi dan Terjadi
pendarahan 49
47,6 54
52,4
28. Bagian tubuh
yang mana
dilakukan pemotongan Vasektomi Sterilisasi Pria
a.Skrotum b. Penis 48
46,6 55
53,4
29. Keuntungan MOP
perlindungan terhadap
terjadinya kehamilan sangat tinggi, dapat digunakan seumur hidup.
54 52,9
48 47,1
30. Kelemahan pemakaian Metode Operasi Pria Sterilisasi Harus ada tindakan pembedahan
55 53,4
48 46,6
31. Yang tidak bisa melakukan Metode Operasi Pria Sterilisasi Penderita hernia
41 39,8
62 60,2
32. Kelemahan Metode Operasi Wanita Sterilisasi Resiko dan efek samping pembedahan Infeksi
mungkin saja terjadi, bila prosedur operasi tidak benar Tidak mempengaruhi proses
menyusui 47
45,6 56
54,4
33. Metode Operasi wanita Sterilisasi adalah tindakan yang dilakukakn pada kedua saluran
telur wanita yang mengakibatkan orang yang bersangkutan tidak akan mendapat keturunan
lagi. 43
41,7 60
58,3
34. Metode Operasi Wanita sterilisasi boleh di pasang pada saat hamil
69 67,0
34 33,0
35. Metode Operasi Wanita tidak boleh di pasang pada wanita yang memiliki riwayat penyakit
jantung 48
46,6 55
53,4
36. Efek samping pemakaian kondom antara lain Sangat efektif jika digunakan pada waktu istri
menyusui. 52
50,5 51
49,5
Universitas Sumatera Utara
Lanjutan Tabel 4.3
N o Uraian jawaban pengetahuan
Jawaban Benar
Salah n
n
37. Kondom adalah satu alat kontrasepsi yang
terbuat dari karet berbentuk tabung tidak tembus cairan dimana salah satu ujungnya
tertutup rapat dan dilengkapi kantung untuk menampung sperma
51 49,5
52 50,5
38. Cara kerja kondom akan menghalagi sperma
masuk kedalam rahim dan bisa melidungi wanita dari kehamilan yang tidak diinginkan
51 49,5
52 50,5
39. Keuntungan
memakai kondom?
Dapat mencegah penyakit menular seksual
50 48,5
53 51,5
40. Ibu yang tidak boleh memakai metode operasi
wanitasterilisasi belum
memberikan persetujuan tertulis
48 46,6
55 53,4
Berdasarkan Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa sebesar 61,2 akseptor menjawab salah tentang macam- macam alat kontrasepsi hormonal seperti pil,
suntik, implan, sebesar 56,9 akseptor menjawab salah keuntungan memakai IUDSpiral Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat- ingat seperti
pemakaian Pil KB, sebesar 53,5 akseptor menjawab salah cara kerja suntik bisa mencegah kehamilan, sebesar 54,4 akseptor menjawab salah Ibu penderita
diabetes tidak bisa menggunakan kontrasepsi pil, sebesar 60,2 akseptor menjawab salah yang tidak bisa melakukan Metode Operasi Pria Sterilisasi
penderita hernia.
4.3 Analisis Bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk menjelaskan hubungan antara masing- masing variabel bebas yang meliputi pengetahuan, jarak, biaya, dan sumber
pelayanan dengan variabel terikat yaitu pemilihan alat kontrasepsi hormonal dan
Universitas Sumatera Utara
non hormonal menggunakan uji chi- square. Dikatan ada hubungan yang bermakna secara statistik jika diperoleh nilai P 0,05. Hubungan antara variabel
bebas dengan variabel terikat menggunakan uji chi- square dapat dilihat sebagai berikut:
4.3.1 Hubungan Pengetahuan, Jarak, Biaya, Sumber Pelayanan dengan pemilihan alat kontrasepsi hormonal dan non hormonal di Wilayah
Kerja Puskesmas Kecamatan Siabu Tahun 2016
Tabel 4.4 Hubungan Pengetahuan, Jarak, Biaya, Sumber Pelayanan
dengan pemilihan alat kontrasepsi hormonal dan non hormonal di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Siabu.
No. Variable
Pemilihan Alat Kontrasepsi Total
P value Hormonal
Non Hormonal
n n
n
1. Pengetahuan
Kurang 38
36,1 13
56,7 103
100 0,046 Baik
29 43,3
23 63,9
2.
Jarak
Sulit 9
25,0 44
65,7 103
100 0,001 Mudah
27 75,0
23 34,3
3. Biaya
Gratis alat
kontrasepsi dari
pemerintah 48
71,6 9
25,0 103
100 0,001
Biaya Sendiri 19
28,4 27 75,0
4. Sumber
pelayanan BKKBN
Puskesmas 44
23 65,7
34,3 4
32 11,1
88,9 103
10 0,011
Dari tabel 4.4 dapat dilihat bahwa responden memilih alat kontrasepsi hormonal dengan pengetahuan kurang sebanyak 38 orang atau sebesar 74,5 dan
responden yang memilih alat kontrasepsi non hormonal sebanyak 13 orang atau sebesar 25,5. Sedangkan responden yang memilih alat kontrasepsi hormonal
Universitas Sumatera Utara
dengan pengetahuan baik sebanyak 29 atau sebesar 55,8 dan responden yang memilih alat kontrasepsi non hormonal sebanyak 23 orang atau sebanyak 44,2.
Kemudian responden yang memilih alat kontrasepsi hormonal dengan jarak yang sulit sebanyak 9 orang atau sebanyak 17,0 dan responden yang
memilih alat kontrasepsi non hormonal yang jarak sulit sebanyak 44 orang atau sebanyak 83,0. Sedangkan yang memilih alat kontrasepsi hormonal dengan
jarak yang mudah sebanyak 27 orang atau sebanyak 55,0 dan responden yang memilih alat kontrasepsi non hormonal dengan jarak mudah sebanyak 23 orang
atau sebesar 46,0. Selain itu responden yang memilih alat kontrasepsi hormonal dengan
biaya yang gratis alat kontrasepsi dari pemerintah sebanyak 48 orang atau sebesar 84,2 dan responden yang memilih alat kontrasepsi non hormonal yang
biaya gratis sebanyak 9 orang atau sebesar 15,8. Sedangkan yang memilih alat kontrasepsi hormonal dengan biaya sendiri sebanyak 19 orang atau sebesar 41,3
dan responden yang memilih alat kontrasepsi non hormonal sebanyak 27 atau sebesar 58,7.
Kemudian responden yang memilih untuk pemasangan alat kontrasepsi hormonal dengan sumber pelayanan BKKBN sebanyak 44 orang atau sebesar 57,9
dan responden yang memilih alat kontrasepsi non hormonal yang melakukan pemasangan KB sebanyak 32 atau sebesar 42,1. Sedangkan yang memilih alat
kontrasepsi hormonal untuk pemasangan KB di Puskesmas sebanyak 23 orang atau sebesar 85,2 dan responden yang lebih memilih alat kontrasepsi non
Universitas Sumatera Utara
hormonal untuk melakukan pemasangan KB di Puskesmas sebanyak 4 orang atau sebesar 14,8 .
Berdasarkan hasil analisis bivariat antara variabel pengetahuan, jarak, biaya, sumber pelayanan dengan pemilihan alat kontrasepsi hormonal dan non
hormonal di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Siabu ditemukan bahwa: 1.
Hasil dari analisis hubungan antara pengetahuan dengan pemilihan alat kontrasepsi hormonal dengan uji statistik chi- square menunjukkan bahwa
ada hubungan pengetahuan dengan pemilihan alat kontrasepsi hormonal dan non hormonal yang digunakan akseptor. Hal ini dapat dilihat dari nilai
signifikan atau p=0,046 lebih kecil dari 0,05. 2.
Hasil dari analisis ada hubungan antara jarak sulit menjangkau ke sarana pelayanan KB BKKBN dan Puskesmas dengan pemilihan alat kontrasepsi
hormonal dengan hasil uji statistik chi- square menunjukkan bahwa ada hubungan jarak dengan pemilihan alat kontrasepsi hormonal dan non
hormonal yang digunakan akseptor. Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikan atau p=0,001 lebih kecil dari 0,05
3. Hasil dari analisis hubungan antara biaya untuk pemasangan atau pemilihan
alat kontrasepsi hormonal dengan hasil uji statistik chi- square menunjukkan bahwa ada hubungan biaya dengan pemasangan atau
pemilihan alat kontrasepsi hormonal dan non hormonal yang digunakan akseptor. Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikan atau p=0,001 lebih kecil
dari 0,05
Universitas Sumatera Utara
4. Hasil dari analisis ada hubungan dengan sumber pelayanan BKKBN dan
Puskesmas dengan pemilihan alat kontrasepsi hormonal dengan hasil uji statistik chi- square menunjukkan bahwa ada hubungan sumber pelayanan
dengan pemilihan alat kontrasepsi hormonal dan non hormonal dengan akseptor. Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikan atau p=0,011 lebih kecil
dari 0,05.
Universitas Sumatera Utara
BAB V PEMBAHASAN
4.1.1 Hubungan pengetahuan dengan pemilihan alat kontrasepsi hormonal dan non hormonal pada akseptor KB aktif di Wilayah Kerja
Puskesmas Kecamatan Siabu Tahun 2016.
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan ini terjadi
melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan dominan yang sangat penting untuk
terbentuknya perilaku seseorang Notoatmodjo, 2003. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentang hubungan
pengetahuan dengan pemilihan alat kontrasepsi hormonal dan non hormonal pada akseptor KB aktif di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Siabu yaitu yang
memiliki pengetahuan kurang sebanyak 51 akseptor 49,5 sedangkan pengetahuan baik sebanyak 52 akseptor 50,5.
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan pada pertanyaan pengetahuan sebagian besar yang menjawab salah pada pertanyaan nomor 2 dan 25 tentang
macam-macam alat kontrasepsi dan keuntungan memakai IUD spiral yaitu sebesar 61,2 dan 56,9.
Hasil tabulasi silang antara pengetahuan dengan pemilihan alat kontrasepsi hormonal dan non hormonal dengan memiliki pengetahuan kurang adalah 13
orang 36,1 dan 38 orang 56,7. Berdasarkan hasil uji chi- square menunjukkan bahwa ada hubungan pengetahuan dengan pemilihan alat
Universitas Sumatera Utara
kontrasepsi hormonal dan non hormonal yang digunakan akseptor KB aktif p=0,046.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Elisa 2014 yang mengatakan bahwa ada hubungan pengetahuan yang signifikan dalam pemilihan
alat kontrasepsi pada akseptor KB p=0,002. Namun, berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Sandro 2010 yang mengatakan bahwa tidak ada hubungan
antara pengetahuan dengan keterjangkauan biaya pelayanan KB p=0,348. Pengetahuan peserta KB yang baik tentang hakekat program KB akan
mempengaruhi mereka dalam memilih motodealat kontrasepsi yang akan digunakan termasuk keleluasaan atau kebebasan pilihan, kecocokan, pelihan
efektif tidaknya, kenyamanan dan keamanan, juga dalam memilih pelayanan yang lebih sesuai dan lengkap karena wawasan sudah lebih baik, sehingga dengan
demikian kesadaran mereka tinggi untuk terus memanfaatkan pelayanan Purba,2009.
Hal ini sesuai dengan pendapat Blum dan Notoatmodjo 2003 yang mengatakan bahwa tindakan seorang individu termasuk kemandirian dan
tanggung jawab dalam berperilaku sangat dipengaruhi oleh dominan kognitif atau pengetahuan. Tindakan kemandirian setiap individu yang lebih nyata akan lebih
langgeng dan bertahan apabila hal ini didasari oleh pengetahuan yang kuat.
5.1.1 Hubungan jarak dengan pemilihan alat kontrasepsi hormonal dan non hormonal pada akseptor KB aktif di Wilayah Kerja Puskesmas
Kecamatan Siabu Tahun 2016.
Jarak adalah
letak wilayah
geografis berhubungan
dengan keterjangkauan tempat dan waktu. Keterjangkauan tempat berhubungan dengan
Universitas Sumatera Utara
tempat dan lokasi sarana pelayanan kesehatan dan tempat tinggal masyarakat dapat diukur dari jarak, waktu dan biaya perjalanan. Tempat tinggal
masyarakat dengan pusat pelayanan kesehatan yang diukur dengan radius kolimeter Razak, 2000.
Hasil analisis yang dilakukan menunjukkan bahwa ada hubungan antara jarak sulit menjangkau ke sarana pelayanan KB BKKBN dan Puskesmas
dengan pemilihan alat kontrasepsi hormonal dan non hormonal dengan nilai p=0,001. Hasil penelitian tentang variabel jarak sulit dan mudah menjangkau ke
sarana pelayanan KB BKKBN dan Puskesmas adalah sulit sebanyak 53 akseptor 51,5 sedangkan yang mudah sebanyak 50 akseptor 48,5.
Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara yang telah dilakukan di lapangan menunjukkan masih ada akseptor yang berjalan kaki menuju pelayanan
KB. Berbagai alasan yang diungkapkan oleh akseptor seperti merasa jarak dari rumah menuju puskesmas sulit untuk dilalui dan juga jarak dari rumah ke
puskesmas harus menggunakan kendaraan umum supaya bisa datang ke puskesmas. Hal tersebut menunjukkan bahwa untuk mendapatkan pelayanan KB
harus bisa meluangkan waktu yang cukup dan biaya. Selain itu yang menyebabkan akseptor kurang berminat menuju Puskesmas atau BKKBN
dikarenakan pelayanan di Puskesmas dana BKKBN masih kurang dan persediaan KB di Puskesmas sangat minim sehingga tidak semua akseptor dapat memasang
atau memperoleh KB.
Universitas Sumatera Utara
4.1.2 Hubungan biaya dengan pemilihan alat kontrasepsi hormonal dan non hormonal pada akseptor KB aktif di Wilayah Kerja Puskesmas
Kecamatan Siabu Tahun 2016.
Berdasarkan hasil distribusi frekuensi tentang biaya pemasangan kontrasepsi, biaya gratis sebanyak 48 akseptor 46,6 sedangkan yang
mengeluarkan biaya sendiri sebanyak 55 akseptor 53,4. Pemilihan alat kontrasepsi hormonal diperoleh bahwa dari 19 orang 28,4 yang gratis,
sedangkan dengan biaya sendiri sebanyak 48 orang 71,6. Pemilihan alat kontrasepsi non hormonal sebanyak 27 orang 75,0 secara gratis dan 9 orang
25,0 dengan biaya sendiri. Hasil uji chi- square yang telah dilakukan menunjukkan bahwa ada
hubungan biaya dengan pemasangan dengan pemilihan alat kontrasepsi hormonal dan non hormonal yang digunakan akseptor KB aktif p=0,001. Hasil penelitian
ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yani 2015 di Kecamatan Medan Tembung yang menyebutkan bahwa ada hubungan biaya pemasangan
dengan janis alat kontrasepsi yang digunakan akseptor p=0,001. Berdasarkan hasil tersebut menunjukkan bahwa pemerintah seharusnya
melakukan pelayanan KB secara gratis kepada setiap masyarakat terutama kepada WUS. Kurangnya ketersediaan KB di Puskesmas membuat masayarakat harus
mengeluarkan biaya yang lebih untuk melakukan pemasangan KB. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan biaya yang dikeluarkan oleh akseptor saat
melakukan pemasangan KB biasanya Rp 10.000,- per- akseptor pada KB hormonal dan KB non hormonal adalah Rp 100.000,- per- akseptor.
Universitas Sumatera Utara
Tingkat ekonomi mempengaruhi pemilihan jenis- jenis alat kontrasepsi. Hal ini disebabkan karena untuk mendapatkan pelayanan kontrasepsi yang
diperlukan akseptor harus menyediakan dana yang diperlukan. walaupun jika dihitung dari segi keekonomisannya, kontrasepsi jangka panjang jauh lebih murah
dibanding dengan alat kontrasepsi jangka pendek, tetapi kadang masyarakat melihatnya dari berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk sekali pasang saja.
Untuk sekali pemasangan alat kontrasepsi jangka panjang bisa aktif selama 3-5 tahun. Bahkan seumur hidup sampai masa menopause. Sedangkan alat kontrasepsi
jangka pendek hanya mempunyai masa aktif 1- 3 bulan saja, yang artinya untuk mendapatkan efek yang sama dengan alat kontrassepsi jangka panjang, seseorang
harus melakukan 12-36 kali suntikan bahkan berpuluh- puluh kali lipat Saifuddin, 2003.
4.1.3 Hubungan sumber pelayanan dengan pemilihan alat kontrasepsi hormonal dan non hormonal pada akseptor KB aktif di Wilayah
Kerja Puskesmas Kecamatan Siabu Tahun 2016.
Hasil distribusi frekuensi tentang sumber pelayanan yang digunakan memasang alat kontrasepsi adalah BKKBN sebanyak 76 akseptor 73,8
sedangkan di Puskesmas sebanyak 27 akseptor 26,2. Berdasarkan hasil distribusi akseptor KB hormonal yang melakukan pemasangan KB di BKKBN
sebanyak 44 orang 65,7, dan di Puskesmas 23 orang 34,3. Pada akseptor KB non hormonal yang melakukan pemasangan KB di BKKBN sebanyak 32
orang 88,9 dan di puskesmas 4 orang 11,1. Berdasarkan hasil tersebut menunjukkan bahwa BKKBN lebih diminati masyarakat dibandingkan dengan
Puskesmas.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan hasil chi-square yang telah dilakukan menunjukkan ada hubungan dengan sumber pelayanan puskesmas, BKKBN dengan pemilihan alat
kontrasepsi hormonal dan non hormonal pada akseptor KB aktif di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Siabu p=0,011.
Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan akseptor lebih memilih ke BKKN dibandingkan dengan Puskesmas. Hal terasebut dikarenakan pelayanan di
BKKBN lebih baik dibandingkan dengan Puskesmas. Terjadinya kekurangan KB di Puskesmas membuat akseptor lebih memilih melakukan pemasangan KB di
BKKBN dan petugas Puskesmas juga menyarankan untuk melakukan pemasangan KB di BKKBN apabila persediaan KB telah habis.
Pelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan kesehatan yang dapat memuaskan setiap pemakai jasa sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata
penduduk, serta penyelenggaraannya sesuai kode etik dan standar yang telah ditetapkan. Kualitas pelayanan kesehatan di puskesmas merupakan suatu
fenomena unik, sebab dimensi dan indikatornya dapat berbeda diantara orang- orang yang terlibat dalam pelayanan kesehatan. Untuk mengatasi perbedaan
dipakai suatu pedoman yaitu hakikat dasar dari penyelenggaraan pelayanan kesehatan, yaitu memenuhi kebutuhan dan tuntutan para pemakai jasa pelayanan
kesehatan Azwar, 2009.
Universitas Sumatera Utara
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan