berita ataupun informasi agar menambah daya tarik kemasnya dalam bentuk wawancara, dialog, talkshow, reportase dan sebagainya.
II.2.6 Dampak Acara Televisi
Media televisi sebagaimana media massa lainnya berperan sebagai alat informasi, hiburan, kontrol sosial, dan penghubung wilayah secara strategis. Bersamaan dengan jalannya
proses penyampaian isi pesan media televisi kepada pemirsa, maka isi pesan itu juga akan diinterpretasikan secara berbeda-beda menurut visi pemirsa. Serta dampak yang ditimbulkan
juga beragam ragam. Hal ini terjadi karena tingkat pemahaman dan kebutuhan pemirsa terhadap isi pesan acara
televisi berkaitan erat dengan status sosial ekonomi serta situasi dan kondisi pemirsa pada saat menonton televisi. Dengan demikian apa yang diasumsikan televisi sebagai suatu acara yang
penting untuk disajikan bagi pemirsa, belum tentu penting bagi khalayak. Ada tiga dampak yang ditimbulkan dari acara televisi terhadap pemirsa :
1. Dampak kognitif yaitu kemampuan seseorang atau pemirsa untuk menyerap dan
memahami acara yang ditayangkan televisi yang melahirkan pengetahuan bagi pemirsa. 2.
Dampak peniruan yaitu pemirsa dihadapkan pada trendi aktual yang ditayangkan televisi. 3.
Dampak perilaku yaitu proses tertanamnya nilai-nilai sosial budaya yang telah ditayangkan acara televisi yang diterapkan dalam kehidupan pemirsa sehari-hari
Kuswandi, 1996:99.
II.3 Program Acara Reality Show
Reality show adalah program televisi termuda yang banyak digemari dan popular saat ini, tidak hanya di negara asalnya Amerika, namun juga di Indonesia. Bukti kepopularan program
reality show di Indonesia adalah meroketnya rating dan polling sms yang datang dari segala lapisan usia dalam membela idola mereka. Belum lagi program acara ini manjadi produk wajib
bagi semua stasiun televisi di Indonesia, semua berlomba-lomba untuk menayangkan program reality show sebagai produk stasiun tersebut. Rating tinggi dan iklan gila-gilaan, yang
merupakan indikasi kelarisan, kemudian memicu diproduksinya judul-judul tertentu sampai banyak episode, contohnya Amazing Race kini sudah samapi 7 episode, Indonesia Idol sudah
memasuki episode 5, The Apprentice kini sudah episode 4 dan masih banyak lagi. Disini tampak jelasnya adanya fenomena populernya reality show di kalangan masyarakat yang menonton
televisi. Kegemaran dan akhirnya keputusan untuk memilih menonton reality show dipengaruhi
oleh archetype, karena archetype merupakan struktur dalam diri individu yang menjadi motivasi dasar, dan yang menjadi acuan kebutuhan dasar seorang individu. Disini seseorang akan
berusaha menemukan pemenuhan keinginan dasarnya sehingga adanya kepuasan dalam hidup, dimana keinginan dasarnya dipengaruhi oleh archetype apa yang dominan pada diri individu.
Sehingga saat individu gemar menonton reality show atau paling tidak memutuskan untuk menonton reality show, apakah hal ini benar dipengaruhi oleh archetype yang dominan dalam
dirinya, ataukah archetype tidak mempengaruhi kegemaran menonton reality show http:lib.atmajaya.ac.id
.
II.4 Teori Penggunaan dan Kepuasan Uses and Gratification Theory
Pendekatan Uses and Gratification dijabarkan untuk pertama kalinya dalam sebuah artikel yang ditulis oleh Elihu Katz 1959. Katz berpendapat bahwa penelitian komunikasi pada
masa itu kebanyakan bertujuan hanya untuk mencari jawaban atas pertanyaan “ apa yang
dilakukan media pada orang banyak?” Katz, Blumer dan Michael Gurevitch 1974 mengemukakan konsep dasar teori ini yaitu meneliti asal mula kebutuhan secara psikologis dan
sosial, yang menimbulkan harapan-harapan tertentu dari media massa atau sumber-sumber lain, yang membawa pada pola terpaan media yang berlainan dan menimbulkan pemenuhan
kebutuhan dan akibat-akibat lain, barangkali juga termasuk yang tidak kita inginkan. Pendekatan Uses and Gratification berangkat dari pandangan bahwa komunikasi khususnya media massa
tidak mempunyai kekuatan mempengaruhi khalayak Severin, 2005:354. Dalam bentuk paling sederhana, teori ini adalah memposisikan khalayak anggota
kebutuhan atau dorongan tertentu yang dipuaskan oleh sumber media dan non media. Kebutuhan aktual dipuaskan oleh media yang disebut media gratifications. Sejumlah penetili
mengklasifikasikan penggunaan dan kepuasan ke dalam empat kategori, yakni cognition pengetahuan, diversion hiburan. Social utility kepentingan sosial dan withdrawal pelarian.
Cognition kognisipengetahuan mendasari seseorang melakukan sesuatu. Seseorang menggunakan media massa untuk memperoleh informasi tentang sesuatu, kemudian dia
menggunakan media sebagai bagian dari kognisi. Diversion hiburan merupakan kebutuhan dasar dari manusia lainnya. Hiburan dapat diperoleh melalui beberapa bentuk yang dikemukakan
oleh para peneliti sebagai berikut : stimulation atau pencarian untuk mengurangi rasa bosan atau melepaskan diri dari kegiatan rutin, relaxation atau santai atau pelarian dari tekanan atau
masalah, emotional release atau pelepasan emosi dari perasaan dan energi yang terpendam. Kategori berikutnya adalah social utility kepentingan sosial. Pakar-pakar psikologi
mendefenisikan penetapan integrasi sosial, mencakup kebutuhan untuk memperkuat hubungan dengan keluarga, teman dan yang lainnya dalam masyarakat. Kebutuhan ini diperoleh melalui
pembicaraan atau diskusi tentang suatu program televisi, film terbaru, atau program siaran terbaru di radio. Yang terakhir adalah withdrawal pelarian. Orang menggunakan media tidak
hanya untuk tujuan santai, tetapi untuk pelarian. Karena orang menggunakan media massa untuk mengatasi rintangan antara mereka dan orang-orang lain, atau untuk menghindari aktivitas lain
Ardianto,2004:28. Dalam literatur tentang manfaat dan gratifikasi, ada beberapa cara mengklasifikasikan
kebutuhan dan gratifikasi audiens. Sebagian mengatakan soal gratifikasi langsung dan gratifikasi terabai. Peneliti lain menyebutkan sebagai informatif- mendidik dan khayali-pelarian-hiburan.
McQuail, Blumler, Brown 1972, berdasarkan penelitian mereka di inggris, mengusulkan kategori-kategori berikut :
1. Pengalihan – pelarian dari rutinitas dan masalah; pelepasan emosi.
2. Hubungan personal – manfaat sosial informasi dalam percakapan; pengganti media untuk
kepentingan perkawanan. 3.
Indentitas pribadi atau psikologi individu – penguatan diri atau penambah keyakinan; pemahaman diri; eksplorasi realita; dan sebagainya.
4. Pengawasan – informasi mengenai hal-hal yang mungkin mempengaruhi seseorang atau
akan membantu seorang melakukan atau menuntaskan sesuatu. Inti dari teori Uses and Gratification adalah khalayak pada dasarnya menggunakan
media berdasarkan motif-motif tertentu. Media dianggap berusaha memenuhi motif khalayak. Jika motif ini terpenuhi maka kebutuhan khalayak akan terpenuhi. Pada akhirnya media yang
mampu memenuhi kebutuhan khalayak disebut media yang aktif Kriyantono, 2006:203-204.
Inti dari sebuah laporan yang lengkap dari sebuah penelitian Levy 1978, menyimpulkan bahwa di samping menyampaikan informasi kepada pemirsa, berita-berita televisi juga menguji
persepsi dan sikap pemirsa terhadap peristiwa-peristiwa maupun orang-orang “baru”. Namun demikian, partisipasi berjarak dengan realitas “yang disucihamakan” dan diselamatkan oleh
pembaca berita selebriti. Banyak pemirsa yang katanya “secara aktif” memilih di antara siaran- siaran yang tengah bersaing, “mengatur jadwal mereka agar berada di dekat pesawat televisi
pada jam berita, dan member perhatian yang akrab tapi selektif terhadap acara tersebut”. Katz, Gurevitch dan Hass 1973 memandang media sebagai alat yang digunakan oleh individu-
individu untuk berhubungan dengan yang lain. Para penekiti tersebut membuat daftar 35 kebutuhan yang diambil dari literatur tentang fungsi-fungsi sosial dan psikologis media massa
dan kemudian menggolongkannya ke dalam lima kategori, yaitu: 1.
Kebutuhan kognitif – memperoleh informasi, pengetahuan dan pemahaman. 2.
Kebutuhan afektif – emosional, pengalaman menyenangkan, estetis. 3.
Kebutuhan integratif personal – memperkuat kredibilitas, rasa percaya diri stabilitas dan status.
4. Kebutuhan integratif sosial – mempererat hubugan dengan keluarga, teman dan
sebagainya. 5.
Kebutuhan pelepasan ketegangan – pelarian dan pengalihan Severin,2005:356-357
Elemen “pola terpaan media yang berlainan”pada teori Uses and Gratification berkaitan dengan media exposure atau terpaan media, karena mengacu pada kegiatan menggunakan media.
Exposure tidak hanya menyangkut apakah seseorang secara fisik cukup dekat dengan kehadiran media massa, akan tetapi apakah seseorang itu benar-benar terbuka dengan pesan media massa
tersebut. Exposure merupakan kegiatan mendengar, melihat dan membaca pesan-pesan media massa ataupun mempunyai pengalaman dan perhatian terhadap pesan tersebut yang terjadi pada
individu atau kelompok. Menurut Bovee dan Arens 1992, media exposure berkaitan dengan
berapa banyak orang melihat program yang ditayangkan di suatu media. Biasanya yang menjadi kendala adalah sejumlah orang saja dari keseluruhan pemirsa, pendengar ataupun pembaca yang
berkenaan untuk melihat atau mendengar isi pesan yang ada. Terpaan media, menurut Rosengren 1974 dapat dioperasionalisasikan menjadi jumlah waktu yang digunakan dalam berbagai jenis
media, isi media yang dikonsumsi dan berbagai hubungan antara individu konsumen media dengan isi media yang dikonsumsi. Sedangkan menurut Sari 1993 dapat dioperasionalisasikan
menjadi jenis media yang digunakan, frekuensi penggunaan dan durasi penggunaan Kriyantono, 2006:204-205.
II. 5 Teori Perbedaan Individual Individual Differences Theory
Teori ini diperkenalkan oleh Melvin D. Defleur yang dengan lengkapnya adalah “Individual Differences Theory of Mass Communication Effect”. Teori ini menelaah tentang
perbedaan-perbedaan di antara individu-individu sebagai sasaran media massa ketika mereka diterpa sehingga menimbulkan efek tertentu.
Menurut teori ini, individu-individu sebagai anggota khalayak sasaran media massa secara selektif manaruh perhatian terhadap pesan-pesan terutama jika berkaitan dengan
kepentingannya, konsisten dengan sikap-sikapnya, sesuai dengan kepercayaan yang didukung oleh nilai-nilainya. Tanggapannya terhadap pesan-pesan tersebut diubah oleh tatanan
psikologisnya. Jadi, efek media massa pada khalayak massa itu tidak seragam, melainkan beragam disebabkan secara individual berbeda satu sama lain dalam struktur kejiwaannya.
Anggapan dasar teori ini ialah bahwa manusia amat bervariasi dalam organisasi psikologisnya secara pribadi. Variasi ini sebagaian dimulai dari dukungan perbedaan secara
biologis, tetapi ini dikarenakan pengetahuan secara individual yang berbeda. Manusia yang dibesarkan yang secara tajam berbeda, menghadapi titik-titik pandangan yang berbeda secara
tajam pula. Dari lingkungan yang dipelajarinya itu, mereka menghendaki seperangkat sikap, nilai dan kepercayaan yang merupakan tatanan psikologisnya masing-masing pribadi yang
membedakannya dari yang lain. Teori perbedaan individual ini mengandung rangsangan-rangsangan khusus yang
menimbulkan interaksi yang berbeda dengan watak-watak perorangan anggota khalayak. Oleh karena terdapat perbedaan individual setiap pribadi anggota khalayak, maka secara alamiah dapat
diduga akan muncul efek yang bervariasi sesuai dengan perbedaan individual itu Effendi, 1993:275-276.
II.6 Teori Pembalajaran Sosial Social Learning Theory