“PERBANDINGAN KONSTRUKSI PEMBERITAAN POLEMIK DAHLAN ISKAN DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT (DPR) (Analisis Framing pada Detiknews.com dan Kompas.com Dalam Kasus Dugaan Pemerasan DPR Kepada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Edisi 1-9 November 2012)”

(1)

i PERBANDINGAN KONSTRUKSI PEMBERITAAN POLEMIK DAHLAN

ISKAN DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT (DPR) Analisis Framing pada Detiknews.com dan Kompas.com Dalam Kasus Dugaan Pemerasan DPR Kepada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Edisi

1-9 November 2012

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang

Sebagai Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana (S -1) Komunikasi

Agung Setiawan 08220174

JURUSAN ILMU KOMUNIKSI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


(2)

ii LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI

Nama : Agung Setiawan

NIM : 08220174

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Jurusan : Ilmu Komunikasi

Konsentrasi : Jurnalistik Judul skripsi :

“PERBANDINGAN KONSTRUKSI PEMBERITAAN POLEMIK DAHLAN

ISKAN DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT (DPR)

(Analisis Framing pada Detiknews.com dan Kompas.com Dalam Kasus Dugaan Pemerasan DPR Kepada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Edisi 1-9

November 2012)”


(3)

(4)

iv PERNYATAAN ORISINALITAS

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Agung Setiawan

Tempat, tanggal lahir : Malang, 13 Agustus 1989 Nomor Induk Mahasiswa : 08220174

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Jurusan : Ilmu Komunikasi

Menyatakan bahwa karya ilmiah (skripsi) dengan judul:

“PERBANDINGAN KONSTRUKSI PEMBERITAAN POLEMIK

DAHLAN ISKAN DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT (DPR). (Analisis Framing pada Detiknews.com dan Kompas.com Dalam Kasus Dugaan Pemerasan DPR Kepada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Edisi 1-9

November 2012)”.

Adalah bukan karya tulis ilmiah (skripsi) orang lain, baik sebagian ataupun seluruhnya, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah saya sebutkan sumbernya dengan benar.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapatkan sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Malang,

Yang Menyatakan,


(5)

v BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI

1. Nama : Agung Setiawan

2. NIM : 08220174

3. Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

4. Jurusan : Ilmu Komunikasi

5. Konsentrasi : Jurnalistik

6. Judul skripsi : PERBANDINGAN KONSTRUKSI PEMBERITAAN

POLEMIK DAHLAN ISKAN DAN DEWAN

PERWAKILAN RAKYAT (DPR).

(Analisis Framing pada Detiknews.com dan Kompas.com Dalam Kasus Dugaan Pemerasan DPR Kepada Badan Usaha Milik Negara Edisi 1-9 November 2012).

8. Pembimbing : 1. Widiya Yutanti, MA

2. Dr. Drs. Muslimin Machmud, M.Si. 9. Kronologi Bimbingan:


(6)

vi MOTTO

Terus berusaha dan berdoa....

“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan” (Alam nasyroh: 6)


(7)

vii LEMBAR PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan khusus untuk kedua orang tua yang tidak hentinya memberikan dukungan dan doa demi kesuksesan bagi penulis. Serta untuk keluarga besar dan sahabat saya yang selalu memberi motivasi. Semoga Allah SWT mencurahkan rahmat dan rezeki kepada mereka.


(8)

viii ABSTRAK

Agung Setiawan, 08220174

“PERBANDINGAN KONSTRUKSI PEMBERITAAN POLEMIK

DAHLAN ISKAN DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT (DPR) (Analisis Framing pada Detiknews.com dan Kompas.com Dalam Kasus Dugaan Pemerasan DPR Kepada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Edisi 1-9 November 2012)”

Pembimbing : 1. Widiya Yutanti, MA.

2. Dr. Drs. Muslimin Machmud, M.Si. Bibliografi : 16 Buku, 1 jurnal, 7 Website

(xxi +102 halaman + 3 tabel + 14 gambar + lampiran). Kata kunci: Berita, Konstruksi. Dahlan Iskan. Media Online

Berita pada media online berkembang begitu cepat dan populer di Indonesia. Sejatinya berita dituntut adil, seimbang dan mendidik. Namun prakteknya berita telah mengalami konstruksi dan rentan berbagai kepentingan baik media, politik dan ekonomi. Bersamaan dengan momen tahun politik dan persaingan media yang ketat inilah yang menarik peneliti ingin mengetahui bagaimana perbandingan konstruksi pemberitaan polemik Dahlan Iskan dengan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) pada kasus dugaan pemerasan BUMN. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui perbandingan konstruksi pemberitaan yang dilakukan kedua media tersebut.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif, dengan metode analisis framing Model Pan dan Kosicki. Teknik analisis data terbagi empat struktur yaitu: struktur sintaksis, skrip, tematik, dan retoris. Pemilihan berita berdasarkan Headline utama yang dimuat Kompas.com dan Detik.com tanggal 1 sampai 9 Novenber 2012. Yang pada akhirnya ditemukan maing-masing 9 berita dari Kompas.com dan 9 berita dari Detik.com. Teori yang digunakan yaitu teori level hirarki media yang menjelaskan mengenai lima tingkatan yang mempengaruhi produksi berita pada media yaitu pada tingkatan individu-individu, rutinitas media, pengaruh organisasi, pengaruh luar organisasi, pengaruh idelogi.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, Kompas.com dan Detik.com memiliki kesamaan tema pemberitaan yang dimuat, meskipun sudut pandang kedua media tersebut berbeda, selain itu, kedua media ini menggunakan narasumber dan kutipan pernyataan narasumber sebagai sikap ketidaksetujuan terhadap kasus ini. Kompas.com lebih kritis dalam pemberitaanya terhadap sikap Dahlan jika dibandingkan dengan Detik.com yang lebih menyoroti anggota DPR. Dan bias pada pemberitaan ke dua media ini terlihat besar dan sering dilakukan hampir pada setiap pemberitaan.


(9)

ix Penelitian ini menyimpulkan bahwa ideologi masing-masing media masih berperan cukup besar terhadap konstruksi pemberitaan. Selain itu, Kompas.com banyak mengambil sudut pandang kontra jika dibandingkan dengan Detik.com yang lebih banyak memberitakan pro terkait kasus ini. Terdapat banyak kelemahan dalam penelitian ini sehingga disarankan kepada penelitian selanjutnya untuk melakukan analisa proses produksi berita media online di Indonesia. Agar praktek konstruksi berita bisa digeneralisasikan serta dapat dideskripsikan dengan jelas.


(10)

x ABSTRACT

Agung Setiawan, 08220174

Advisors: 1. Widiya Yutanti, MA.

2. Dr. Drs. Muslimin Machmud, M.Si. Bibliography: 16 books, 1 journal, 7 Websites

(xxi +102 pages + 3 tabel + 14 images + attachements). Keywords: News, Construction. Dahlan Iskan. Online Media

The news to the online media developed so fast and popular in Indonesia. The identity of the news was it was demanded just, balanced and educational. However, his practice the news experienced the construction and susceptible various good interests of the media, politics and economics. Along with torque and the competition for this tight media of the political year that attracted the researcher want to knew how the construction comparison of the reporting of Dahlan Iskan polemics with the the People's Representative Council in the case of the assumption of extortion of BUMN. The purpose of this research to find out how the construction comparison of the reporting that was carried out by the two medias

This research used the qualitative approach descriptive, with the analysis method framing the Pan and Kosicki model. Technically the analysis of the data was divided four structures that is the structure of syntax, the script, thematic, and rhetorical. The news election was based on Headline main that was contained by Kompas.com and Detik.com the date 1 to 9 Novenber 2012. found by each one 9 news from Kompas.com and 9 news from Detik.com. The theory that was used that is the theory of the level of the hierarchy of the media that explained concerning five stages that influenced the production of the news to the media that is in individuals's stage, the media's routine, the influence of the organisation, the outside influence of the organisation, the influence idelogy

Results of this research showed that, Kompas.com and Detik.com had the similarity of the theme of the reporting that was contained, although the point of view of the two medias was different, moreover, the two medias used the informant and the quotation of the informant's statement as the attitude not accept towards this case. Kompas.com more crotical news him towards the Dahlan attitude if compared with Detik.com that more focussed on the member DPR. And the ray in the reporting to two medias was seen big and often was carried out almost in each reporting

This research concluded that the ideology respectively the media still was playing a quite big role towards the construction of the reporting. Moreover, Kompas.com often took the point of view contra if compared with Detik.com that more often reported for related this case. Gotten by many weaknesses in this research so as to be suggested to the further research to carry out the analysis of the process of the production of the news of the online media in Indonesia. So that the practice of the construction of the news could be generalised as well as described clearly.


(11)

xi KATA PENGANTAR

Assalamualaikum, Wr. Wb.

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat, rahmat dan bimbingan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang disusun untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang dengan judul :

“PERBANDINGAN KONSTRUKSI PEMBERITAAN POLEMIK

DAHLAN ISKAN DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT (DPR). (Analisis Framing pada Detiknews.com dan Kompas.com Dalam Kasus Dugaan Pemerasan DPR Kepada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Edisi 1-9 November 2012)”.

Ada rasa haru dan bahagia menyelimuti hati ketika akhirnya harapan dapat tercapai. Namun penulis tidak berjuang sendirian, banyak pihak yang telah membantu untuk meraihnya. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW

2. Kepada bapak H. Hariono dan ibunda Supiani serta kakak-kakakku, adik-adikku juga seluruh keluarga besarku yang senantiasa yang tiada hentinya memberikan, saran, doa, dan motivasi yang luar biasa, sehingga terselesaikannya skripsi ini.

3. Ibu Widiya Yutanti, MA selaku dosen pembimbing I dan bapak Dr. Muslimin Machmud, M.Si, selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan kesempatan peneliti untuk mengerjakan karya ilmiah ini. juga yang selalu


(12)

xii menyampaikan ilmu, memberikan pencerahan, bimbingan dan pengarahan sehingga skripsi dapat berjalan dengan baik dan terselesaikan.

4. Seluruh dosen komunikasi yang memberikan sumbangsih waktu dan ilmunya kepada kita. Semoga Allah SWT membalas semua jasa-jasa beliau berlipat ganda.

5. Serta kepada seluruh teman-teman dan sahabat-sahabatku yang bernaung di Jurnalistik Klub: Agiyan, Ariz, Cipa, Novi, Afif, serta teman-teman IKOM kelas C yang rame dan penuh canda tawa selama kuliah: Angger, Azmi, Hastoro, Fernanda, Adam, Ardiya, Aulia, Vicky, Zaid, Dendi, Rama, Saprol, Happy, Nawir, dan pihak lain yang juga turut memberikan bantuan dan belum sempat saya sebutkan satu-persatu, semoga Allah SWT membalas semua amal kebaikan dengan pahala yang berlipat.

Akhir kata dengan segala kekurangan dan keterbatasan kemampuan yang ada, sehingga apabila masih terdapat kekurangan dalam penyusunan skripsi ini, maka penulis menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya serta mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk memperbaiki penulisan skripsi ini. Semoga dapat berguna dan bermanfaat bagi pihak yang membutuhkannya.

Wassalamu’alaikum, Wr. Wb.

Malang,


(13)

xiii DAFTAR ISI

COVER

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN ORISINALITAS ... iv

BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI ... v

MOTTO ... vi

LEMBAR PERSEMBAHAN ... vii

ABSTRAK ... viii

KATA PENGANTAR ... xi

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR GAMBAR ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN………... ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang... ... 1

B. Rumusan Masalah. ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

Manfaat Akademis……… ... 7

Manfaat Praktis………... .... 8

E. Tinjauan Pustaka………... .. 8

E.1 Pengertian Konstruksi...……….... 8

E.2 Konstruksi Media Massa………... .. 9


(14)

xiv

E.2 Teori Level Hirarki ... .... 12

E.3 Strategi Pembingkaian... .... 14

F.1 Berita... ... 17

F.1.1 Pengertian Berita... 17

F. 1.2 Kelayakan Berita... 18

F. 1.3 Proses Produksi Berita... ... 19

F.1.4 Objektifitas dalam pemberitaan... ... 22

F. 2 Pers... ... 24

F. 2.1 Peran dan Fungsi Pers... .... 24

F.3 Jurnalisme Online... .. 25

F.3.1 Pengertian Jurnalisme Online... .. 25

F.3.2 Keuntungan Jurnalisme Media Online... .. 26

G.4. Framing... ... 27

G.4.1 Konsep Framing... ... 27

G.1.1 Efek Framing... ... 29

G.1.2 Framing Model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki... ... 31

H. Metode Penelitian……… ... 33

H.1 Pendekatan Penelitian……… ... 33

H.2 Ruang Lingkup Penelitian………..…. . 34

H.3 Teknik Pengumpulan Data……….... ... 36

a). Data Primer ……….. .... 36

b). Data Sekunder………... . 36

H.4 Teknik Analisis Data………. .. 36

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN……….... .. 40

A. Kompas ………... ... 40


(15)

xv

A.2 Profil Kompas.com... ... 42

A.2.1 Desain dan Fitur Baru... ... 43

A.2.2 Logo... ... 44

A.2.3 Logo Tipe... ... 44

A.2.4 Tagline... .... 45

A.2.5 Visi Kompas... .... 45

A.2.6 Misi Kompas... ... 45

A.2.7 Motto Kompas... ... 45

B. Detik.com... ... 47

B.1 Sejarah Detik.com... ... 47

BAB III PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA…………... ... 51

A.1. Konstruksi Kompas.com... ... 51

A.1.1 Berita tanggal 1 November 2012 (Judul: Dahlan, Jadi Pahlawan atau Pecundang?)... ... 52

A.1.2. Berita tanggal 2 November 2012 (Judul: Kredibilitas dan Reputasi Dahlan Dipertaruhkan)... ... 55

A.1.3. Berita tanggal 3 November 2012 (Judul: Cita-cita Dahlan Iskan Bukan Menteri)... ... 58

A.1.4. Berita tanggal 4 November 2012 (Judul: Si Tukang Peras Anggaran....)... ... 60

A.1.5. Berita tanggal 5 November 2012 (Judul: Ada Anggota DPR yang Minta 2.000 Ton Gula!)... ... 62

A.1.6. Berita Tanggal 6 November 2012 (Judul: PDI P Sebut Dahlan Iskan Kampungan)... ... 65

A.1.7. Berita tanggal 7 November 2012 (Judul: Dahlan Tak Mau “Ngadu” ke Presiden)... ... 67

A.1.8. Berita tanggal 8 November 2012 (Judul: Idris Laena Bantah Tuduhan Dahlan)... ... 69

A.1.9. Berita tanggal 9 November 2012 (Judul: 10 Kelompok Pemeras dan Pengintervensi BUMN)... ... 71


(16)

xvi

B.1.Konstruksi Detik.com ... 74

B.1.1. Berita tanggal 1 November 2012 (Judul: Astaga! ‘Upeti’ BUMN Cuma Rp 100 juta, Oknum DPR Malah Tertawa)... 75

B.1.2. Berita tanggal 2 November 2012 (Judul: Tak Laporkan Pemerasan BUMN ke KPK, Reputasi Dahlan Iskan Dipertaruhkan ... 76

B.1.3 Berita Tanggal 3 November 2012 (Judul: Laporan Dahlan Iskan ke BK Penting untuk Bongkar Praktek Kotor DPR)... ... 78

B.1.4 Berita Tanggal 4 November 2012 (Judul: Golkar Serang Dahlan Iskan Soal Anggota DPR Tukang Palak)... . 80

B.1.5 Berita Tanggal 5 November 2012 (Judul: Ini Alasan Dahlan Tak Mau Ungkap 2 Nama Anggota DPR ‘Tukang Palak’)... ... 83

B.1.6. Berita tanggal 6 November 2012 (Judul: Pertemuan Dengan Dahlan Tertutup, BK DPR Dinilai Hanya “CariPanggung”) ... 86

B.1.7. Berita tanggal 7 November 2012 (Judul: “Lawan Dahlan Iskan, Effendi Simbolon: Kita Lihat Siapa Menang ... 87

B.1.8. Berita Tanggal 8 November 2012 (Judul: Bahkan di Makkah Pun, Anggota DPR Itu Maih Telepon Tagih Jatah Ke BUMN ... 91

B.1.9. Berita tanggal 9 November 2012 (Judul: Ini Dia 5 Angota DPR Pemeras BUMN Di Surat Dahlan Iskan... 93

C. 1. Hasil Perbandingan Kompas.com dengan Detik.com.. ... 95

BAB IV PENUTUP ... 98

A. Kesimpulan ... 98

B. Saran ... 101

B.1 Saran Akademis ... 101


(17)

xvii DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Tabel 1.1 Data Analisis Kompas.com dan Detik... 35 Tabel 1.2 Tabel 1.2.: Kerangka Framing Pan dan Kosicki ………... 39 Tabel 3.1.Hasil Perbandingan Konstruksi Pemberitaan Dahlan Iskan dengan DPR... 97


(18)

xviii DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Gambar 1.1: Proses Konstruksi Sosial Media Massa... 11

Gambar 1.2: Model Teori Hirarki... 13

Gambar Kompas.com A.1.1. Foto Dahlan Iskan... 54

Gambar A.1.2. Foto Dahlan Iskan... 57

Gambar A.1.5. Sebagian Tulisan pada Gedung DPR... 64

Gambar A.1.6. Foto Dahlan Iskan... 67

Gambar A.1.7. Foto Dahlan Iskan... 69

Gambar B.1.2. Foto Dahlan Iskan... 77

Gambar B.1.3. Foto Dahlan Iskan... 80

Gambar B.1.4. Foto Simpatisan Partai Golkar... 82

Gambar B.1.5. Foto Dahlan Iskan... 84

Gambar B.1.6. Foto Gedung DPR RI... 87

Gambar B.1.7. Foto Dahlan Iskan... 90

Gambar B.1.8. Foto Dahlan Iskan dengan Pemred... 92


(19)

xix DAFTAR LAMPIRAN

1. Kliping Berita tanggal 1 November 2012 (sumber: Kompas.com dan Detik.com)

2. Kliping Berita tanggal 2 November 2012 (sumber: Kompas.com dan Detik.com)

3. Kliping Berita tanggal 3 November 2012 (sumber: Kompas.com dan Detik.com)

4. Kliping Berita tanggal 4 November 2012 (sumber: Kompas.com dan Detik.com)

5. Kliping Berita tanggal 5 November 2012 (sumber: Kompas.com dan Detik.com)

6. Kliping Berita tanggal 6 November 2012 (sumber: Kompas.com dan Detik.com)

7. Kliping Berita tanggal 7 November 2012 (sumber: Kompas.com dan Detik.com)

8. Kliping Berita tanggal 8 November 2012 (sumber: Kompas.com dan Detik.com)

9. Kliping Berita tanggal 9 November 2012 (sumber: Kompas.com dan Detik.com)


(20)

xx Daftar Pustaka:

Baran, Stanley J. 2011, Pengantar Komunikasi Massa, Literasi Media dan Budaya. Jakarta : Salemba Humanika.

Bungin, Burhan. 2008, Konstruksi Sosial Media Massa. Jakarta: Kencana Effendy, Onong U. 2000. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung :

Citra Aditia.

Eriyanto. 2002, Analisis Framing; Konstruksi, Ideologi dan Politik Media. Yogyakarta: LKIS.

Foust, C. James. 2005. Online Journalism: Principles and Practices of News for the Web. Arizona. Holcomb Hathaway publishers. Hamad, Ibnu. 2004. Konstruksi Realitas Politik Dalam Media Massa.

Jakarta: Granit.

Hamidi. 2007, Metode Penelitian dan Teori Komunikasi. Malang: UMM Press.

Kusumaningrat, Hikmat, Purnama. 2005. Jurnalistik Teori dan Praktik, Bandung: Rosdakarya.

Nurudin. 2007, Pengantar Komunikasi Masssa. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

2009, Jurnalisme Masa Kini. Jakarta: Rajawali Pers.

Santana, Septiawan. 2005, Jurnalisme Kontemporer. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Shaffat, Idri. 2008. Kebebasan, Tanggung Jawab, dan Penyimpangan Pers. Jakarta: Prestisi Pustaka.

Sobur, Alex. 2006, Analisis Teks Media, Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing. Bandung: CV. Alfabeta.

Sugiyono. 2008, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Suhandang, Kustadi. 2010, Pengantar Jurnalistik, Seputar Organisasi, Produk, & Kode Etik. Bandung: Nuansa.


(21)

xxi Tamburaka, Apriadi. 2012, Agenda Setting Media Massa. Jakarta:

Rajawali Pers

Winarni. 2003, Komunikasi Massa, Malang: UMM Press Jurnal:

Nugroho, Y., Putri, DA., Laksmi, S, 2012, Memetakan Lansekap Industri Media Kontemporer di Indonesia (Edisi Bahasa Indonesia). Laporan. Bermedia, Memberdayakan Masyarakat: Memahami kebijakan dan tatakelola media di Indonesia melalui kacamata hak warga negara, Riset kerjasama antara Centre for Innovation Policy and Governance dan HIVOS Kantor Regional Asia Tenggara, didanai oleh Ford Foundation. Jakarta: CIPG dan HIVOS.

Sumber Non Buku:

 Anonim, A. 2013. “Top Site Indonesia”, diakses melalui

http://www.alexa.com/topsites/countries/ID.html pada tanggal 22 Januari pukul 19.25 wib.

 Dwi, 2012, “Pengguna internet Indonesia lebih banyak daripada Inggris” diakses melalui http://www.merdeka.com/teknologi/pengguna-internet-indonesia-lebih-banyak-daripada-inggris.html pada tanggal 22 januari pukul 20:35 wib.

 Hans, Bachtiar, Elvan. 2012, “Dahlan Iskan Melawan” diakses melalui http://majalah.detik.com/read/2012/11/03/133920/2080525/1314/dahlan-iskan-melawan pada tanggal 19 Januari 2013 pukul 02:40 wib).

 Joko. 2013, “Survei: Jokowi dan Dahlan Iskan Cawapres Favorit” diakses melalui

http://jogja.tribunnews.com/2013/04/28/survei-jokowi-dan-dahlan-iskan-cawapres-favorit.html pada tanggal 14 Maret 2013 pukul 14.25 wib.

www.Detik.com.

 www.Kompas.com.

 Yusuf, Olif. 2012, “2013, Pengguna Internet Indonesia Bisa Tembus 82 Juta”,diakses melalui

http://tekno.kompas.com/read/2012/12/13/10103065/2013.pengguna.intern et.indonesia.bisa.tembus.82.juta.html pada tanggal 22 Januari pukul 20:00 wib


(22)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tidak dapat dipungkiri, media massa mempunyai peran yang sangat besar terhadap proses komunikasi di masyarakat. Media massa sendiri terbagi menjadi dua jenis, yakni media cetak yaitu suatu media yang statis dan mengutamakan pesan-pesan. Contohnya seperti: majalah mingguan, surat kabar harian, majalah dwi mingguan (Eriyanto, 2002: 35), sedangkan media elektronik yaitu radio, televisi, dan internet (online) dan pada awalnya media elektronik online kurang diminati seluruh lapisan masyarakat karena sulit untuk diakses serta jaringan internet di berbagai daerah Indonesia kurang merata, sehingga masyarakat memilih media cetak yang terjangkau. Namun seiring berkembangnya teknologi dari waktu ke waktu, internet menjadi media informasi dan kebutuhan bagi masyarakat. Melalui internet kita dapat berkomunikasi dengan orang-orang di seluruh dunia tanpa mengenal batas-batas wilayah geografis dan selain berkomunikasi, kebutuhan akan informasi dan gaya hidup juga menjadi salah satu faktor besar ketergantungan masyarakat terhadap penggunaan media ini. Internet sendiri merupakan kepanjangan dari interconnection networking atau secara sederhana dapat diartikan sebuah jaringan global dari sebuah jaringan komputer yang dihubungkan oleh jaringan satelit komunikasi.


(23)

2 Kelebihan dari internet tentu saja dengan adanya tampilan visual yang menarik sehingga penyajian informasi yang diberikan kepada audiens lebih mudah dan cepat diterima. Kebanyakan kini masyarakat menghabiskan waktunya di depan komputer atau smartphone yang telah terhubung dengan internet untuk mendapatkan berita pada portal berita melalui halaman search atau mencari di indeks berita.

Dulu orang sering kali mengenal jurnalisme adalah media cetak. Namun sekarang jurnalisme online hadir di tengah-tengah masyarakat. Jurnalisme online sendiri merupakan proses penyampaian informasi atau pesan yang menggunakan internet sebagai medianya. Istilah jurnalisme dikenal juga dengan istilah jurnalistik yaitu orang-orang yang melakukan kegiatan mencari, mengolah kemudian memberitakan kepada masyarakat melalui media massa.

Berkembang dan banyak di Indonesia, media massa cetak dan elektronik kini sudah melakukan konvergensi atau penggabungan antara media konvensional (media cetak dan elektronik) dengan media internet yang dikenal dengan jurnalistik online. Kini masyarakat dapat mengetahui informasi dan pemberitaan terbaru saat itu juga melalui situs online. Misalnya: Metrotvnews.com, mediaindonesia.com, liputan6.com, Kompas.com, tvonenews.com, vivanes.com,

Detik.com, dan masih banyak lagi. Hampir semua media news online

menghubungkan dengan jejaring sosial seperti twitter dan facebook.

Karakteristik jurnalisme online yang paling terlihat adalah kemudahan penerbit online dalam membuat peralihan penerbitan dan mengarsipkan berita untuk dapat dilihat saat ini maupun nanti, ini juga dapat dilakukan jurnalistik


(24)

3 konvensional, namun jurnalistik online dimungkinkan untuk melakukan lebih mudah dan cepat karena informasi yang disebarkan menggunakan jaringan internet sehingga memungkinkan berita dimuat saat itu juga.

Jurnalistik online atau biasa disebut dengan portal berita adalah tipe baru jurnalistik karena sejumlah fitur dan karakteristik berbeda dari jurnalisme tradisional. Fiturnya yang menawarkan kemungkinan tidak terbatas dalam memproses dan menyebarkan berita. Pavlik dalam Santana (2005: 137) menyebutkaan bahwa tipe baru jurnalisme sebagai “contextual journalism”. Karena mengintegrasikan tiga fitur komunikasi yang unik, kemampuan-kemampuan multimedia berdasarkan bentuk digital serta kualitas-kualitas interaktif komunikasi online dan fitur-fitur yang ditatanya.

Jurnalisme pada media online selalu menginformasikan berita yang teraktual yang sedang terjadi dan berkembang di Tanah Air. Seperti halnya kasus pemberitaan perseteruan Dahlan Iskan dengan Dewan Perwakilan Rakyat (selanjutnya disebut DPR) akhir-akhir ini yang menarik. Dahlan Iskan yang merupakan mantan Dirut PLN dan saat ini menjabat sebagai Menteri Badan Usaha Milik Negara (selanjutnya disebut BUMN) bersitegang dengan DPR.

Kronologi ini bermula ketika pertengahan bulan Mei 2011, Panja dan pimpinan BPK sepakat mengaudit PLN, BP Migas, PT. Perusahaan Gas Negara (PGN), dan Kementrian ESDM. Dari hasil audit itu ditemukan fakta PLN kehilangan penghematan sebesar Rp.37,5 triliun. Panja sektor hulu listrik komisi VII menilai sebuah inefisiensi PLN.


(25)

4 Kemudian pada akhir 2011, panja sektor hulu listrik kembali membahas hasil audit. Panja memberikan kesempatan kepada PLN, BP Migas, PGN, dan kementerian ESDM untuk melakukan perbaikan sesuai hasil audit (sumber: majalah detik.com edisi 49 tangggal 5 November 2012 “Dahlan Iskan Melawan”) . Hingga kini berita tersebut timbul dan tenggelam begitu saja tanpa adanya solusi.

Hal yang perlu disadari, saat berita sampai kepada masyarakat sesungguhnya merupakan hasil rekonstruksi berita. Yaitu proses aktif yang dilakukan baik oleh wartawan, juru kamera, editor, pemimpin redaksi dalam mengemas berita agar terlihat menarik. Dalam mengambil keputusan mengenai isi mana yang akan ditonjolkan tentu melibatkan nilai dan ideologi pada wartawan yang terlibat dalam proses produksi dalam sebuah berita (Sobur, 2006: 163).

Realitas yang disajikan secara menonjol atau menarik mempunyai peluang besar untuk diperhatikan dan mempengaruhi khalayak dalam memahami realitas. Karena itu dalam praktiknya framing dijalankan oleh media dengan menyeleksi isu tertentu dan mengabaikan isu lain, serta menonjolkan aspek isu tersebut dengan menggunakan berbagai strategi wacana (Sobur, 2006: 104).

Pemilihan Dahlan Iskan dalam penelitian ini dikarenakan figur ini populer di kalangan masyarakat. Menurut Joko dalam tulisannya yang dimuat pada portal berita tribunnews.com, dari survei yang pernah dilakukan oleh Lembaga Klimatologi Politik (LKI) pada bulan April 2013. Dahlan Iskan menempati posisi dua dari 13 pilihan tokoh populer Indonesia, serta Dahlan Iskan pernah berkecimpung di media cetak yang besar yaitu Jawa Pos.


(26)

5 Tentu saja pemberitaan yang gencar terhadap Dahlan Iskan memunculkan opini yang berbeda-beda di masyarakat. Media online Detik.com dengan Kompas.com merupakan portal berita yang besar di Indonesia, kedua media ini sama-sama memberitakan pemerasan BUMN dengan cara pandang yang berbeda-beda, dengan membidik segmen masyarakat kelas menengah sebagai konsumennya. Selain itu kedua media memiliki pengunjung atau pembaca yang banyak, itu terlihat dari peringkat website terpopuler di Indonesia versi Alexa.com. Detiknews.com di peringkat 7, sementara Kompas.com berada di peringkat 12 sebagai portal berita yang sering diakses (sumber: Alexa.com diakses 22 Januari 2012. Pukul 20:35 WIB).

Banyak kajian penelitian mengenai analisis framing terutama pada media cetak dan televisi juga menjadi faktor peneliti lebih memilih menggunakan media online. Selain itu juga karena Indonesia termasuk sebagai negara terbesar dalam pengguna internet. Dwi menuliskan pada portal Merdeka.com mengenai daftar yang dirilis pada tahun 2012 oleh Internet World Stats yang menunjukkan bahwa Indonesia menjadi negara ke-8 dari 10 negara sebagai pengakses internet tertingggi di dunia.

Dalam tulisan Oik Yusuf yang dimuat pada portal Kompas.com memberitakan bahwa menurut survei yang dilselenggarakan oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII). Pengguna internet di Indonesia tahun 2012 mencapai 63 juta orang atau 24,23 persen dari total populasi negara ini. APJII dalam melakukan surveinya mengggunakan wawancara dan kuisioner untuk memperoleh gambaran mengenai pengguna internet di Indonesia. Survei itu dilakukan di 42 kota di 31 provinsi antara bulan April hingga Juli 2012, dengan


(27)

6 jumlah responden 2.000 orang yang berasal dari kategori umur 12-65 tahun dan status ekonomi.

Selain itu juga, yang melatar belakangi peneliti yaitu karena tahun ini adalah tahun politik, dengan adanya pemilihan umum yang dilaksanakan dalam tahun ini seperti pemiilihan Legislatif, pemilihan Gubernur, dan juga pemillihan Presiden. Sehingga tidak menutup kemungkinan media memanfaatkan suasana menjelang pemilihan umum ini untuk mencari popularitas agar mudah dikenal oleh masyarakat.

Untuk melihat dan mengetahui bagaimana cara pandang yang digunakan wartawan ketika menyeleksi isu dan menulis berita tentang Dahlan Iskan dan DPR pada kasus pemerasan BUMN. Peneliti menggunakan analisis framing sebagai metode penelitian. Senada dengan yang diungkapkan oleh Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki yang melihat framing sebagai sebuah cara untuk mengetahui bagaimana suatu media mengemas berita dan mengkonstruksi realitas melalui pemakaian strategi kata, kalimat, lead, hubungan antar kalimat, foto, grafik dan perangkat lainnya untuk membantu dirinya mengungkapkan pemaknaan mereka sehingga dapat dipahami oleh pembaca. Juga dikarenakan model ini lebih lengkap struktur teknis perangkat-perangkatnya jika dibandingkan dengan model yang lain seperti model perangkat framing Edelman, Gamson maupun Entman.

Dari beberapa alasan yang dijelaskan di atas serta perbedaan pemberitaan yang telah di muat oleh Kompas.com dan Detik.com. Hal inilah yang kemudian mendorong penulis untuk melakukan penelitian yang berjudul:


(28)

7

“PERBANDINGAN KONSTRUKSI PEMBERITAAN POLEMIK

DAHLAN ISKAN DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT (DPR). (Analisis Framing pada Detiknews.com dan Kompas.com Dalam Kasus Dugaan Pemerasan DPR Kepada Badan Usaha Milik Negara Edisi 1-9 November 2012)”.

Rumusan Masalah:

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas. Maka dalam penelitian ini yang hendak dibahas adalah bagaimana perbandingan konstruksi pemberitaan situs Detiknews.com dan Kompas.com tentang polemik Dahlan Iskan dengan DPR. Pada kasus dugaan pemerasan DPR kepada BUMN Edisi 1-9 November 2012?

B. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu ingin mengetahui perbandingan konstruksi pemberitaan situs Detiknews.com dan Kompas.com tentang polemik Dahlan Iskan dengan DPR. Pada kasus dugaan pemerasan DPR kepada BUMN Edisi 1-9 November 2012.

C. Manfaat Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan beberapa manfaat yang diharapkan nantinya dapat dirasakan oleh berbagai pihak. Beberapa manfaat yang dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Manfaat Akademis

a) Penelitian ini diharapkan bisa dipergunakan sebagai referensi bagi kalangan akademisi dan juga berguna sebagai pendalaman kajian ilmu


(29)

8 komunikasi khususnya lingkup jurnalistik online Kompas.com dan Detik.com.

b) Sebagai upaya untuk mengembangkan serta mengimplementasikan ilmu yang diperoleh selama kuliah.

2. Manfaat Praktis

a) Penelitian ini diharapkan memberikan pemahaman dan gambaran mengenai konstruksi pemberitaan pada media online.

b) dapat memberikan informasi kepada masyarakat umumnya mengenai konstruksi berita pada media online agar lebih selektif dalam pemberitaan pada media online

D. Tinjauan Pustaka

E.1 Pengertian Konstruksi

Sejarah konstruksi tidak dapat dipisahkan dari oleh Peter L Berger dan Thomas Luckman (1996) melalui bukunya “ The Sosial Construction of Reality : A Treatise in the Sociological of Knowledge”, dan kemudian diterbitkan dalam edisi bahasa Indonesia dibawah judul “Tafsir Sosial atas Kenyataan : Risalah tentang Sosiologi Pengetahuan “(1990). Dalam buku tersebut menggambarkan proses sosial melalui tindakan dan interaksinya, di mana individu secara intens menciptakan suatu realitas yang dimiliki dan dialami bersama secara subyektif (Sobur, 2006: 91).


(30)

9 Tentu saja ketika melakukan proses pemberitaan baik di media cetak, elektronik dan internet tidak dapat dipisahkan dari orang-orang media (internal media). Mengutip tentang proses konstruksi realitas, menurut Ibnu Hamad, prinsipnya adalah setiap upaya ‘menceritakan” (konseptualisasi) sebuah peristiwa, keadaan atau benda. Setiap hasil laporan (berita) merupakan hasil konstruksi realitas atas kejadian yang dilaporkan media massa. Berdasarkan sifat dan faktanya menunjukkan bahwa pekerjaan media massa adalah menceritakan peristiwa-peristiwa, maka kesibukan utama media massa adalah mengkonstruksi berbagai realitas yang akan disiarkan.

Sementara itu Tankard, Hendrikson, Silbermann, Bliss, Ghanem (1991) menyatakan bingkai (frame) bisa didefinisikan sebagai “ gagasan” pengaturan pusat untuk isi berita yang memberikan konteks dan mengajukan isu melalui penggunaan pilihan, penekanan, pengecualian, dan pemerincian (Tamburaka, 2012: 64). Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa konstruksi (framing) adalah upaya media atau wartawan menceritakan, membangun laporan (berita) suatu peristiwa dengan menggunakan pilihan, penekanan kata maupun gambar.

E.1.2 Konstruksi Media Massa

Hampir semua media masssa melakukan konstruksi berita, tujuannya selain untuk meringkas peristiwa yang panjang, juga untuk memasukkan pesan ingin disampaikan oleh media. Dalam buku (Tamburaka, 2012: 84) Konstruksi Realitas oleh Media Massa Prinsip dasar dari National Assosiation For Media Literacy Educations’s (2007) adalah sebagai beikut:


(31)

10 2. Setiap media memiliki karakteristik, kekuatan, dan keunikan

“membangun bahasa” yang berbeda.

3. Pesan media diproduksi untuk suatu tujuan

4. Semua pesan media berisi penanaman nilai dan tujuan yang ingin dicapai

5. Manusia menggunakan kemampuan, keyakinan, dan pengalaman mereka untuk membangun sendiri arti pesan media.

6. Media dan pesan media dapat mempengaruhi keyakinan, sikap, nilai, perilaku, dan proses demokrasi.

Menurut Hamidi (2007: 81), hasil konstruksi pemberitaan itu bisa di lihat dari head-line, halaman pertama, judul yang mencolok, frekuensi pemuatan, rubrik-rubrik utama atau penyajian-penyajian yang memiliki nilai berita yang tinggi/konflik. maka dapat diidentifikasikan pesan berita itu hendak di arahkan kepada siapa dan dengan tujuan apa.

E.1.3 Proses dan Tahapan Konstruksi

Menurut Bungin (2008: 195-200), tahapan-tahapan dalam proses konstruksi sosial media massa itu sebagai berikut:

1) Tahap menyiapkan materi konstruksi: ada tiga hal penting dalam tahapan ini yakni: keberpihakan media massa kepada kapitalisme, keberpihakan semu kepada masyarakat, keberpihakan kepada kepentingan umum.


(32)

11 2) Tahap sebaran konstruksi: prinsip dasar dari sebaran konstruksi sosial media massa adalah semua informasi harus sampai pada khalayak secara tepat berdasarkan agenda media. Apa yang dipandang penting oleh media, menjadi penting pula bagi pemirsa atau pembaca.

3) Tahap pembentukan konstruksi realitas: pembentukan konstruksi berlangsung melalui: (1) konstruksi realitas pembenaran; (2) kedua kesediaan dikonstruksi oleh media massa; (3) sebagai pilihan konsumtif.

4) Tahap Konfirmasi. Konfirmasi adalah tahapan ketika media massa maupun penonton memberi argumentasi dan akuntabilitas terhadap pilihannya untuk terlibat dalam pembentukan konstruksi.

Gambar 1.1: Proses Konstruksi Sosial Media Massa (sumber: Bungin, 2008: 195)

Proses Sosiologi Simultan

EKSTERNALISASI OBJEKTIFASI INTERNALISASI M e d i a M a s s a Realitas terkonstruksi: - Lebih cepat

- Lebih luas - Sebaran merata

- Membentuk opini massa - Masssa cenderung terkonstruksi

- Opini massa cenderung apriori


(33)

12 Pada gambar di atas menjelaskan bahwa konstruksi sosial tidak berlangsung dalam ruang hampa, namun sarat dengan kepentingan-kepentingan. Eksternalisasi adalah penyesuaian diri individu dengan dunia sosiokultural sebagai produk manusia. Internalisasi adalah proses di mana individu mengidentifikasikan dirinya dengan lembaga-lembaga sosial atau organisasi sosial tempat individu menjadi anggotanya. Sedangkan obyektivasi adalah interaksi sosial yang terjadi dalam dunia intersubyektif yang di lembagakan atau mengalami proses institusionalisasi.

E.2. Teori Level Hirarki

Selain media yang mempunyai kekuatan yang besar untuk mempengaruhi khalayaknya. Media juga memiliki pengaruh yang besar terhadap proses pembuatan berita. Terdapat teori dari Shoemaker dan Reese yang dikutip dari buku Sobur (2006: 138-139) yang menjelaskan lima level atau tingkat yang mempengaruhi produksi berita atau teks pada media massa yang dikenal dengan teori hirarki media, antara lain sebagai berikut:


(34)

13 Gambar 1.2: Model Teori Hirarki (sumber: Sobur, 2006: 138-139)

Tingkat ideologis

Tingkat ekstramedia

Tingkat organisasi

Tingkat rutinitas media

Tingkat individual

1. Pengaruh individu-individu pekerja media. Di antaranya adalah karakteristik pekerja komunikasi, latar belakang personal dan professional.

2. Pengaruh rutinitas media. Apa yang dihasilkan oleh media massa dipengaruhi oleh kegiatan seleksi-seleksi yang dilakukan oleh komunikator, termasuk tenggat waktu (deadline) dan rintangan waktu yang lain, keterbatasan tempat (space), struktur piramida terbalik dalam penulisan berita dan kepercayaan reporter pada sumber-sumber resmi dalam berita yang dihasilkan

3. Pengaruh organisasional. Salah satu tujuan yang penting dari media massa adalah keuntungan materil. Tujuan-tujuan dari media akan berpengaruh pada isi yang dihasilkan.

4. Pengaruh dari luar organisasi media. Pengaruh ini meliputi lobi dari kelompok kepentingan terhadap isi media, pseudoevent dari praktisi public relations dan pemerintah yang membuat peraturan-peraturan di bidang pers.


(35)

14 5. Pengaruh ideologi. Ideologi merupakan sebuah pengaruh yang paling menyeluruh dari semua pengaruh. Ideologi di sini diartikan sebagai mekanisme simbolik yang menyediakan kekuatan kohesif yang mempersatukan di dalam masyarakat (Shoemaker, Reese, 1991 dalam Sobur 2006, 138-139).

E.3. Strategi Pembingkaian.

Hal yang paling penting dari proses produksi berita adalah mengemas atau membingkai (framing) berita. Bagaimanapun sebuah isu yang akan ditonjolkan jika mengemasnya kurang baik maka isu yang baik itu akan kurang menarik juga, bahkan pesan yang ingin disampaikan barang kali kurang mengena atau bias. Maka berita itu harus dikonstruksi sedemikian rupa dibentuk dengan baik, agar konstruksi pesan itu bisa dimaknai oleh audiens.

Wartawan atau pemimpin redaksi dapat menempatkan berita utama (headline) di halaman muka atau halaman dalam, atau memilih tokoh politik yang satu dengan menyingkirkan tokoh politik yang lain untuk ditonjolkan dalam media massa. Semuanya itu dilakukan dengan mengacu kepada “politik redaksi”, kepribadian dan pencitraaan media massa. Wartawan atau pimpinan redaksi sebagai gatekeeper kemudian berkembang menjadi agenda setter sebagaimana yang dikenal dalam teori agenda setting atau agenda media.

Wibowo dalam buku Agenda Setting Media Massa (Tamburaka, 2012) menjelaskan sejumlah strategi yang sering dilakukan dalam pembingkaian pesan sebagai berikut:


(36)

15 a) Pengulangan kata: Hubungan antar kalimat yang dilakukan dengan cara melakukan pengulangan kata, dipercaya manjur jika digunakan di dalam strategi pembingkaian karena mampu menonjolkan gagasan inti.

b) Sinonim: Penggunaan bentuk sinonim (sebutan lain untuk hal yang sama) sebagai penghubung antar kalimat juga diyakini sangat efektif di dalam strategi pembingkaian. Target utamanya, mencegah kebosanan pembaca..

c) Kesamaan topik: Menghubungkan kalimat satu dengan lainnya dalam rangka strategi pembingkaian, bisa pula dilakukan dengan membangun kesamaan topik. Kata “pendekatan antropologi’’ pada lain waktu dalam tulisan yang sama bisa menggunakan “pendekatan melalui ilmu tentang manusia”.

Hampir tidak ada wartawan atau pemimpin redaksi yang menyajikan berita secara utuh dari awal sampai akhir secara kronologis melalui media massa. Hal itu disebabkan oleh adanya keterbatasan tempat (kolom) pada media berita online dan media cetak (surat kabar dan majalah) atau keterbatasan waktu pada media elektronik (radio dan televisi).

Arifin Arifin dalam Tamburaka (2012: 95).menyatakan bahwa:

“pembingkaian (framing) yang dilakukan oleh wartawan atau media massa adalah upaya melakukan konstruksi realitas politik dengan cara memberikan penonjolan terhadap substansi-substansi persoalan dan esensi dari berbagai peristiwa dan isu politik yang diberitakan. Penonjolan tersebut tentu disertai motif dan tujuan serta kepentingan tertentu dari wartawan atau pemimpin redaksi media massa sesuai dengan politik redaksi serta visi dan misi yang sudah ditetapkan sebagai kerangka acuan baku. Motif tujuan dan


(37)

16 kepentingan yang tersirat dalam frame sebuah institusi media massa dapat bersifat politik atau bersifat ekonomi”.

Meskipun dalam undang-undang (selanjutnya disebut UU) no. 40 tahun 1999 (Shaffat, 2008: 85) tentang pers menyebutkan bahwa kemerdekaan pers adalah sebuah wujud kedaulatan rakyat yang berasaskan prinsip-prinsip demokrasi keadilan, dan supremasi hukum, sehingga kemerdekaan atau kebebasan yang sekarang telah didapatkan sudah semestinya diimbangi dengan tanggung jawab. Tanggung jawab pers berkaitan erat dengan fungsi, hak, kewajiban, dan peranan pers seperti yang diatur dalam UU no. 40 tahun 1999 pasal 3, 4, 5, 6. Namun wartawan sering kali mengacuhkan UU ini.

Arti pentingnya tanggung jawab yang harus dimiliki pers ini, tercermin dalam norma-norma tanggung jawab pers yang juga diatur dalam kode etik wartawan Indonesia dan kode etik aliansi jurnalis independen. Adapun kode etik jurnalis (versi baru) pasal 2 menjelaskan tanggung jawab pers, meskipun dalam praktiknya, banyak wartawan yang mengabaikan kode etik pers tersebut (Shaffat, 2008: 101):

“Wartawan Indonesia dengan penuh rasa tanggung jawab dan bijaksana mempertimbangkan patut atau tidaknya menyiarkan berita tulisan atau gambar, yang dapat membahayakan keselamatan dan keamanan Negara, persatuan dan kesatuan bangsa, menyinggung perasaan agama, kepercayaan, dan keyakinan yang dilindungi oleh undang-undang”.


(38)

17 F.1. Berita

F.1.1 Pengertian Berita

Begitu banyak pengertian yang menjelaskan apa itu berita yang satu sama lain berbeda disebabkan pandangannya dan sudut yang berbeda. Secara etimologi, “news” berasal dari bahasa inggris yang berarti “berita”, dan berasal dari kata “new” (baru) dengan konotasi kepada hal-hal yang baru. Dengan arti segala yang baru merupakan informasi yang penting bagi khalayak (Tamburaka, 134-135).

Sementara itu dari istilah lain, “berita” dalam bahasa Indonesia mendekati istilah “bericht (en)’’ dalam bahasa Belanda. Besar kemungkinan kedua istilah itu berketurunan, mengingat Indonesia lama dijajah Belanda. Dalam bahasa Belanda istilah “bericht (en)’’dijelaskan sebagai “mededeling” (pengumuman) yang berakar kata dari “made (delen)” dengan sinonim pada “blekend maken” (memberitahukan, mengumumkan, membuat terkenal) dan “vertelen” (menceritakan atau memberitahukan).

Sedangkan Departemen Pendidikan RI membakukan istilah “berita” dengan pengertian sebagai laporan mengenai kejadian atau peristiwa yang hangat. Juga “berita” disamakan maknanya dengan “khabar” dan informasi (resmi)”, yang berarti penerangan, keterangan, atau pemberitahuan (Suhandang, 2010: 103).

Effendy (2000: 131) menulis pengertian berita yang dikemukakan oleh Prof. Mitchel V. Charnley dalam buku “reporting”, yang berbunyi sebagai berikut:


(39)

18 “ News is the timely report of facts or opinion of either interst or importance, or both, to a considerable number of people. (Berita adalah laporan tercepat mengenai fakta atau opini yang mengandung hal yang menarik minat atau penting, atau kedua-duanya bagi sejumlah besar penduduk).

Dari pengertian yang dijelaskan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa berita adalah laporan dari peristiwa yang baru terjadi (aktual) dalam kehidupan sehari-hari yang menarik perhatian dan penting bagi kelangsungan hidup masyarakat. Artinya penting di sini yaitu menyangkut langsung kehidupan masyarakat, seperti: kebijakan pemerintah yang berakibat mempersulit atau mempermudah masyarakat, bencana alam, dsb.

F.1.2. Kelayakan Berita

Tentu saja tidak semua peristiwa bisa dijadikan berita. Hanya berita yang bernilai yang menarik perhatian pembaca, pendengar, atau penonton. Frasser Bond menyebutkan empat faktor utama berita yang memiliki nilai untuk menarik perhatian orang banyak, yaitu: 1). Ketepatan waktu (Timeliness). Umumnya pembaca menginginkan berita yang selalu baru atau aktual, 2). Kedekatan tempat kejadian (proximity). Khalayak lebih tertarik perhatiannya terhadap berita tentang peristiwa yang dekat dengan daerah sekitarnya daripada yang jauh. 3). Besarnya (size). Sesuatu peristiwa yang besar dan disajikan dalam porsi yang besar pula selalu memikat perhatian orang banyak, misal: jumlah korban bencana alam yang mencapai ribuan, korupsi yang mencapai miliaran rupiah, dsb. 4). Kepentingan (importance).

Sejak dahulu orang menyenangi berita yang sesuai dengan


(40)

19 Karena itu pula mereka selalu mencari informasi yang bisa memenuhi dan sesuai dengan kepentingannya. Sudah barang tentu berita yang berkaitan dengan kepentingannya akan lebih menarik kepentingannya (Suhandang, 2010: 144-145).

Sementara itu menurut Kusumanigrat (2005, 47-57) yang layak disebut berita harus memenuhi lima unsur, diantaranya yaitu: 1). berita harus akurat, 2). Berita harus lengkap, adil, dan berimbang, 3). Obyektif, 4. Ringkas dan jelas, 5). Hangat. Jenis Berita juga terbagi ke dalam beberapa jenis , yaitu: a). Berita langsung (straight news), b). Berita menyeluruh (comprehensive news), c). Berita mendalam (depth reporting), d). Berita penyelidikan (investigative reporting), e). Berita khas bercerita (feature news), dan yang terakhir f). Cerita bergambar (photo news).

F.1.3. Proses Produksi Berita.

F. Fraser Bond menulis dalam An introduction to journalism (1961: 1) mengenai teknis pembuatan berita (news processing), meliputi:

1. News Planning = perencanaan berita. Dalam tahap ini redaksi melakukan

rapat proyeksi, yakni perencanaan tentang informasi yang akan disajikan. Acuannya adalah visi, misi, rubrikasi, nilai berita, dan kode etik jurnalistik. Dalam rapat inilah ditentukan jenis dan tema-tema tulisan/berita yang akan dibuat dan dimuat, lalu dilakukan pembagian tugas di antara para wartawan.

2. News Hunting = pengumpulan bahan berita. Setelah rapat proyeksi dan pembagian tugas, para wartawan melakukan pengumpulan bahan berita,


(41)

20 berupa fakta dan data, melalui peliputan, penelusuran referensi atau pengumpulan data melalui literatur, dan wawancara.

3. News Writing = penulisan naskah. Setelah data terkumpul, dilakukan

penulisan naskah.

4. News Editing = penyuntingan naskah. Naskah yang sudah ditulis harus disunting dari segi redaksional (bahasa) dan isi (substansi). Dalam tahap ini dilakukan perbaikan kalimat, kata, sistematika penulisan, dan substansi naskah, termasuk pembuatan judul yang menarik dan layak jual serta penyesuaian naskah dengan space atau kolom yang tersedia.

Setelah keempat proses tadi dilalui, sampailah pada proses berikutnya, yakni proses pracetak berupa Desain Grafis, berupa lay out (tata letak), artistik, pemberian ilustrasi atau foto, desain cover, dll. Setelah itu langsung ke percetakan (printing process). Yakni penyebarluasan informasi yang sudah dikemas dalam bentuk media massa (cetak). Ini tugas bagian marketing atau bagian usaha (Business Department) sirkulasi/distribusi, promosi, dan iklan. Bagian ini harus menjual media tersebut dan mendapatkan iklan.

Aktivitas atau proses jurnalistik utamanya menghasilkan berita, selain jenis tulisan lain seperti artikel dan feature. Tahap-tahap pembuatannya adalah sebagai berikut:

1. Mengumpulkan fakta dan data peristiwa yang bernilai berita –aktual, faktual, penting, dan menarik dengan “mengisi” enam unsur berita 5W+1H (What/Apa yang terjadi, Who/Siapa yang terlibat dalam kejadian


(42)

21 itu, Where/Di mana kejadiannya, When/Kapan terjadinya, Why/Kenapa hal itu terjadi, dan How/Bagaimana proses kejadiannya).

2. Fakta dan data yang sudah dihimpun dituliskan berdasarkan rumus 5W+1H dengan menggunakan bahasa jurnalistik (spesifik) = kalimatnya pendek-pendek, baku, dan sederhana; dan komunikatif = jelas, langsung ke pokok masalah (straight to the point), mudah dipahami orang awam.

3. Komposisi naskah berita terdiri atas: head (Judul), date line (Baris Tanggal), yaitu nama tempat berangsungnya peristiwa atau tempat berita dibuat, plus nama media Anda, lead (Teras) atau paragraf pertama yang berisi bagian paling penting atau hal yang paling menarik, dan body (Isi) berupa uraian penjelasan dari yang sudah tertuang di lead.

Sementara itu proses pembuatan berita pada media online seperti yang dijelaskan dalam jurnal observasi (Nugroho, Putri, dan Laksmi, 2012: 90), menyebutkan bahwa produksi berita pada media online dalam hal ini pada vivanews.com. Secara mengejutkan tidak jauh berbeda dengan produksi berita untuk media konvensional. Pertama, reporter di lapangan mengirim berita ke ruang redaksi, melalui email atau bentuk komunikasi lain. Kedua, ruang redaksi memiliki kewajiban untuk menyeleksi dan mengecek kesahihan beritanya.Ketiga, berita yang terseleksi kemudian dilihat lagi dan ika perlu, ditulis ulang oleh redaktur. Keempat, redaktur mengunggah berita yang telah terseleksi tersebut ke

Content Management Sharing (CMS), kemudian redaktur CMS bisa melakukan

cek-ulang dan meneliti bahasa naskahnya. Terakhir, berita yang telah diproses oleh redaktur CMSsiap untuk dipublikasikan (sumber: wawancara dengan Nezar


(43)

22 Patria, wartawan vivanews.com, 12/10/11 dalam Nugroho, Putri, dan Laksmi, 2012: 9).

F.1.4 Objektifitas dalam pemberitaan:

Berita diwajibkan objektif dan sebisa mungkin wartawan menghindari menggunakan opininya. Tuchman menyediakan strategi atau prosedur ketika wartawan atau media melakukan proses produksi berita (Eriyanto, 2002: 115-116).

a) Pertama, menampilkan semua kemungkinan konflik yang muncul.

b) Kedua, menampilkan fakta-fakta pendukung tersebut, berfungsi sebagai

argumentasi, apa yang disajikan wartawan bukanlah khayalan atau opini pribadi wartawan.

c) Ketiga, pemakaian kutipan pendapat, untuk menyatakan bahwa apa yang

disajikan benar-benar bukan pendapat wartawan dan pendapat pakar politik tertentu. Pandangan pakar politik tersebut perlu disebut dan ditulis kutipannya.

d) Keempat, menyusun informasi dalam tata urutan tertentu. Format yang


(44)

23 Pada penjelasan lain, Nurudin (2009) menulis mengenai kriteria objektifitas berdasarkan dari model teori komunikasi massa McQuails’s yang pernah disampaikan Westersahl pada tahun 1983 sebagai berikut:

Gambar 1.3: McQuails’s Mass Communication Theory

Truth Informativeness Relevance Balance Neutrality

(Sumber: Nurudin, 2009: 81-82).

Pada gambar diatas, Westersthal membagi objektivitas ke dalam dua kriteria, yakni faktualitas dan impersialitas. Faktualitas bisa diwujudkan jika didukung oleh kebenaran (truth) dan relevansi (relevance). Sementara itu, imparsialitas hanya bisa ditegakkan jika didukung oleh keseimbangan (balance) dan netralitas (neutrality).

1. Faktualitas. Adalah bentuk reportase yang berkaitan dengan peristiwa dan pernyataan yang bisa dicek ke narasumber dan bebas dari opini, atau setidaknya bebas dari komentar wartawan. Faktualitas jika diringkas adalah berita yang mengandung fakta-fakta dan berita yang dibuat berdasar perasaan, penilaian, atau rekayasa manusia. Dengan kata lain, faktualitas adalah adanya unsur fakta yang memeang benar-benar terjadi.

Objectivity


(45)

24 Fakta disini adalah fakta yang secara indrawi bisa dibuktikan kebenarannya.

2. Imparsialitas mempunyai dua kategori keseimbangan dan netral. Keseimbangan yang dimaksud disini adalah pemberitaan yang ditulis wartawan harus bebas dari interpretasi dan opini.

F.2 Pers

F.2.1 Peran dan fungsi pers

Pers berasal dari perkataan Belanda yakni “pers” yang artinya menekan atau mengepres. Kata pers merupakan padanan dari kata press dalam bahasa Inggris yang juga berarti menekan atau mengepres. Jadi, secara harfiah kata pers atau press mengacu pada pengertian komunikasi yang dilakukan dengan perantaraan barang cetakan. Berdasarkan penjelasan di atas, ada dua pengertian mengenai pers, yaitu pers dalam arti sempit yakni yang menyangkut kegiatan komunikasi yang hanya dilakukan dengan perantaraan barang cetakan, sedangkan pers dalam arti luas adalah yang menyangkut kegiatan komunikasi baik yang dilakukan dengan media cetak maupun dengan media elektronik (Kusumaningrat, 2005: 17).

Pers merupakan lembaga sosial menurut Effendy (2000: 87), pers adalah sebagai lembaga sosial atau lembaga kemasyarkatan yang merupakan subsistem dari sistem pemerintahan di negara di mana ia beroperasi, bersama-sama dengan subsistem lainnya. Fungsi pers yaitu sebagai sarana yang menyiarkan produk jurnalistiknya. Fungsi pers berarti fungsi jurnalistik. Fungsi-fungsinya sebagai


(46)

25 berikut: a) Menyiarkan informasi, b). Mendidik, c). Menghibur, D). Mempengaruhi (Effendy, 2000: 93-94).

F.3 Jurnalisme Online

F.3.1 Pengertian Jurnalisme Online

Nurudin (2009: 2) menjelasakan bahwa kata Jurnalisme diambil dari bahasa Prancis Journal yang berasal dari istilah latin diurnal atau diary yang berarti ’’harian” atau ’’setiap hari”. Pengertian jurnalisme adalah kegiatan yang berhubungan dengan proses mencari, mengolah, dan menyiarkan informasi kepada khlayak dan disebarkan melalui media massa (cetak dan elektronik) (Nurudin, 2009: 7-9). Sedangkan online memiliki pengertian terhubung dengan suatu jaringan komunikasi nirkabel.

Jurnalistik diartikan sebagai kata sifat dari jurnalisme atau karakteristik dari jurnalisme. Dengan demikian bisa dikatakan jurnalistik sebagai kata sifat ciri khas dari jurnalisme. MacDougall menyebutkan bahwa Journalisme adalah kegiatan menghimpun berita, mencari fakta, dan melaporkan peristiwa (Suhandang, 2005: 15). Maka dapat diartikan jurnalisme online adalah suatu kegiatan yang rutin mencari, memperoleh, menghimpun kemudian menyebarkan berita melalui jaringan internet sebagai medianya kepada khalayak.

Produk jurnalistik pertama yaitu Acta Diurna merupakan sebuah buletin yang ditulis tangan dan berisi ulasan kejadian sehari-hari di masyarakat. Acta Diurna terbit di Romawi Kuno pada Masa Kaisar Julio Cesar berkuasa, dan


(47)

26 menjadi cikal bakal surat kabar. Ruang lingkup jurnalisme meliputi jurnalisme cetak (surat kabar, majalah berita, majalah khusus), jurnalime siaran (televisi, radio), dan jurnalisme online (internet). Menurut Hilf (2007), internet merupakan medium terbaru yang mengkonvergensikan seluruh karakteristik dari bentuk-bentuk terdahulu. Karena itu, apa yang berubah bukanlah substansinya, melainkan mode-mode produksi dan perangkatnya (Santana, 2005: 135).

Perkembangan jurnalisme online tidak dapat dilepaskan dari penemuan WWW (World Wide Web). Dari sinilah interaksi penyebaran informasi menggunakan internet dimulai. Sementara itu, Tipe baru jurnalisme memiliki sejumlah fitur dan karakteristik yang berbeda dari jurnalisme tradisional. Fitur-fitur uniknya mengemuka dalam teknologinya, menawarkan kemungkinan-kemungkinan tidak terbatas dalam memproses dan menyebarkan berita. Jurnalisme online tidak akan menghapus jurnalisme tradisonal, namun menggabungkan fungsi-fungsi dari teknologi internet dengan media tradisional.

F.3.2 Keuntungan Jurnalisme Media Online:

Keuntungan jurnalisme online secara detail lebih dikemukakan James C. Foust dalam bukunya, Online Journalism : Principles and Practices of News for The Web (2005):

1. Audience control: audiens lebih leluasa

2. Nonlinearity: tiap berita yang disampaikan dapat berdiri sendiri atau tidak

berurutan


(48)

27

4. Unlimited space: memungkinkan jumlah berita dimuat jauh lebih lengkap,

tidak terbatas ketimbang media lainnya

5. Immediacy: cepat dan langsung

6. Multimedia capability: bisa menyertakan teks, suara, gambar, video, dan komponen lainnya di dalam berita

7. Interactivity: memungkinkan adanya partisipasi dari pembacanya

Adapun peneliti menambahkan sendiri mengenai kelemahan media online diantaranya yaitu:

1. Tidak semua masyarakat bisa menggunakan internet, sebagian orang masih kesulitan untuk menggunakannya.

2. Besarnya ukuran portal berita sehingga mempengaruhi pada kecepatan pada saat searching di website tersebut.

3. Akses koneksi internet yang tidak merata dan lambat di daerah-daerah Indonesia.

G. Framing

G.1 Konsep Framing

Begitu banyak konsep mengenai framing, pengertian konsep menurut Hamidi (2007: 3) adalah suatu pernyataan singkat tentang suatu fenomena. Sementara itu, analisis framing merupakan versi terbaru dari pendekatan analisis wacana, khususnya untuk menganalisis teks media. Gagasan mengenai framing, pertama kali dilontarkan oleh Beterson tahun 1955.


(49)

28 Pada awalnya frame sebagai stuktur konseptual atau perangkat kepercayaan yang mengorganisir pandangan politik, kebijakan, dan wacana, serta yang menyediakan kategori-kategori standar untuk mengapresiasi realitas. Konsep ini kemudian dikembangkan lebih jauh oleh Goffman pada 1974, yang mengandaikan frame sebagai kepingan-kepingan perilaku (strips of behavior) yang membimbing individu dalam membaca realitas (Sobur, 2006: 161-162).

Berdasarkan konsepnya, Gamson mendefinisikan framing dalam dua pendekatan, yaitu pendekatan secara kultural yang menghasilkan framing dalam level kultural dan pendekatan psikologis yang menghasilkan framing dalam level individual. Dalam level kultural, frame pertama-tama dapat dimaknai sebagai batasan-batasan wacana serta elemen-elemen konstitutif yang tersebar dalam konstruktif wacana. Sedangkan asumsi dasar dari framing level individu adalah bahwa individu selalu bertindak atau mengambil keputusan secara sadar, rasional, dan intensional. Individu selalu menyertakan pengalaman hidup, wawasan sosial, dan kecenderungan psikologisnya dalam menginterpretasikan pesan yang ia terima.

Sementara itu, Konsep framing juga mengacu pada perspektif dramaturgi yang dipelopori Erving Goffman. Dramaturgi adalah sebuah kerangka analisis dari presentasi simbol yang mempunyai efek persuasif. Dramaturgi melihat realitas seperti layaknya sebuah drama, masing-masing aktor menampilkan dan berperan menurut karakter masing-masing. Manusia berperilaku laksana dalam suatu panggung untuk menciptakan kesan yang meyakinkan kepada khalayak.


(50)

29 Dalam perspektif komunikasi, framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan ketika menyeleksi isu dan menulis berita. Cara pandang atau perspektif itu pada akhirnya menentukan fakta apa yang diambil, bagian mana yang ditonjolkan dan dihilangkan, dan hendak dibawa kemana berita tersebut.

Menurut Zhondang Pan and Gerald M.Kosicki definisi framing yaitu Strategi konstruksi dan memproses berita. Perangkat kognisi yang digunakan dalam mengkode informasi, menafsirkan peristiwa, dan dihubungkan dengan rutinitas dan konvensi pembentukan berita (Eriyanto, 2002: 68).

Dengan kata lain framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana prespektif atau cara pandang yang digunakan wartawan ketika menyeleksi isu dan menulis berita (Sobur, 2006: 162). Melihat berita dan media seperti ini berarti menempatkan berita sebagai institusi sosial. Berita ditempatkan, dicari, dan disebarkan lewat praktik profesional dalam organisasi. Karenanya, hasil dari suatu proses berita adalah produk dari proses institusional.

Praktik ini menyertakan hubungan dengan institusi di mana berita itu dilaporkan. Berita adalah produk dari institusi sosial dan melekat dalam hubungannya dengan institusi lainnya. Berita adalah produk dari profesionalisme yang menentukan bagaimana peristiwa setiap hari dibentuk dan dikonstruksi.

G.1.1 Efek Framing

Salah satu efek framing yang paling mendasar adalah realitas sosial yang kompleks, penuh dimensi dan tidak berarturan disajikan dalam berita sebagai


(51)

30 sesuatu yang sederhana, beraturan, dan memenuhi logika tertentu. Eriyanto (2002: 141-149) menjelaskan efek framing antara lain:

a) Menonjolkan aspek tertentu mengaburkan aspek lain : Berita secara sadar atau tidak diarahkan pada aspek tertentu. Akibatnya, ada aspek lainnya yang tidak mendapatkan perhatian yang memadai. Pemberitaan suatu peristiwa dari perpektif politik misalnya, mengabaikan aspek lain: ekonomi, sosial, dan sebagainya.

b) Menampilkan sisi tertentu melupakan sisi lain.: Dengan menampilkan sisi yang seperti ini dalam berita, ada sisi lain yang terlupakan

c) Menampilkan aktor tertentu menyembunyikan aktor lainnya.: Efek yang segera terlihat adalah memfokuskan pada satu pihak atau aktor tertentu menyebabkan aktor lain yang mungkin relevan dan penting dalam pemberitaan menjadi tersembunyi.

d) Mobilisasi Massa: Ketika isu dikemas dengan bingkai tertentu bisa mengakibatkan pemahaman khalayak yang berbeda atas suatu isu menjadi pandangan yang sama terhadap isu tersebut. Itu seringkali ditandai dengan menciptakan masalah bersama, musuh bersama, dan pahlawan bersama. Hanya dengan itu khalayak bisa digerakkan dan dimobilisasi.

e) Menggiring Khalayak Pada Ingatan Tertentu: Individu mengetahui peristiwa sosial dari pemberitaan media. Karenanya, perhatian khalayak, bagaimana orang mengkonstruksi realitas sebagian besar


(52)

31 berasal dari apa yang diberitakan media. Media adalah tempat di mana khalayak memperoleh informasi mengenai realitas politik dan sosial yang terjadi di sekitar mereka.

Peristiwa-peristiwa tertentu yang dramatis dan diabadikan, ternyata mempunyai pengaruh pada bagaimana seseorang melihat peristiwa. W. Lance Bennet dan Regina G. Lawrence (Eriyanto, 2002: 150) menyebut sebagai ikon berita (news icon). Apa yang khalayak tahu tentang realitas sedikit banyak tergantung pada bagaimana dia menggambarkannya.

G.1.2 Framing Model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki

Model framing yang diperkenalkan oleh Pan dan Kosicki ini adalah salah satu model yang paling populer dan banyak dipakai. Model itu sendiri diperkenalkan lewat suatu tulisan jurnal Political Communication, “Framing

Analysis: An Approach to new discourse”, Political Communication, Vol.10,

No.1, 1993 halaman 55-75. Tulisan itu semula adalah makalah yang dipresentasikan pada Konvensi Asosiasi Komunikasi Internasional di Florida (Eriyanto, 2002: 251).

Bagi Pan dan Kosicki, analisis framing ini dapat menjadi salah satu alternatif dalam menganalisis teks media di samping analisis isi kuantitatif. Analisis framing dilihat sebagaimana publik tentang suatu isu atau kebijakan dikonstruksikan dan dinegoisasikan. Model yang diperkenalkan oleh Pan dan Kosicki ini tidak dapat dilepaskan dari konteks sosial politik Amerika.

Framing didefinisikan sebagai proses membuat suatu pesan lebih menonjol, menempatkan informasi lebih daripada yang lain sehingga khalayak


(53)

32 lebih tertuju pada pesan tersebut. Menurut Pan dan Kosicki, ada dua konsepsi dari framing yang saling berkaitan. Bagaimana suatu berita diproduksi dan peristiwa dikonstruksi oleh wartawan. Wartawan bukanlah agen tunggal yang menafsirkan peristiwa sebab paling tidak ada tiga pihak yang saling berhubungan: wartawan, sumber, kahalayak.

Setiap pihak menafsirkan dan mengkonstruksi realitas, dengan penafsiran sendiri dan berusaha agar penafsirannya yang paling dominan dan menonjol. Dalam mengkonstruksi suatu realitas, wartawan tidak hanya menggunakan konsepsi yang digunakan yang ada dalam pikirannya semata.

Pertama, proses konstruksi itu juga melibatkan nilai sosial yang melibatkan dalam diri wartawan. Kedua, ketika menulis dan mengkonstruksikan berita wartawan bukanlah berhadapan dengan publik kosong. Bahkan ketika peristiwa ditulis, dan kata mulai disusun, khalayak menjadi pertimbangan dari wartawan. Hal ini karena wartawan bukan menulis untuk dirinnya sendiri, melainkan untuk dinikmati dan dipahami oleh pembaca. Melalui proses inilah nilai-nilai sosial yang dominan yang ada dalam masyarakat ikut mempengaruhi pemaknaan.

Ketiga, proses konstruksi itu juga ditentukan oleh proses produksi yang selalu melibatkan standar kerja, profesi jurnalistik, dan standar professional dari wartawan. Wartawan memakai strategis kata, kalimat, lead, hubungan antar kalimat, foto, grafik, dan perangkat lain untuk membantu dirinya mengungkapkan pemaknaan mereka sehingga dapat dipahami oleh pembaca. Perangkat wacana itu


(54)

33 dapat juga menjadi alat bagi peneliti untuk memahami bagaimana media mengemas berita.

H. Metode Penelitian

H.1 Pendekatan Penelitian

Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode analisis framing dari model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki dengan tipe deskriptif yang bertujuan untuk menjelaskan atau menggambarkan subyek yang diangkat pada penelitian ini yaitu konstruksi pemberitaan Dahlan Iskan dengan DPR pada

Kompas.com dan Detik.com selama kurun waktu 1-9 November 2012 terkait

kasus dugaan pemerasan BUMN.

Dasar penelitian ini adalah studi isi media dengan menggunakan metode framing model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki yang diharapkan bisa membedah konstruksi pemberitaan konslik Dahlan Iskan dengan DPR pada

Detik.com dan Kompas.com. Model Pan Kosicky berasumsi bahwa setiap berita

memiliki frame yang berfungsi sebagai pusat dari organisasi ide. Frame adalah suatu ide yang dihubungkan dengan elemen yang berbeda dalam teks berita seperti kutipan, latar informasi, pemakaian kata atau kalimat tertentu ke dalam teks secara keseluruhan. Model ini merupakan modifikasi dari dimensi operasional analisis wacana Van Djik. Yang mengoperasionalkan empat struktur teks berita sebagai perangkat framing, yaitu: sintaksis, skrip, tematik, dan retoris.


(55)

34 H.2 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah berita-berita kasus dugaan pemerasan BUMN yang melibatkan Dahlan Iskan dengan DPR. Obyek penelitian ini portal Kompas.com dan Detik.com edisi 1-9 November 2012. Pemilihan edisi tersebut didasarkan pada rentang waktu kemunculanya pemberitaan yang saat itu juga mendapat perhatian dari publik yang besar dan gencarnya pendapat opini dari berbagai kalangan serta alasan lain pemilihan edisi itu adalah yang menjadi headline (berita utama) pemberitaan pada masing-masing media tersebut.

Dengan perinciannya dari media Detik.com 9 berita dan Kompas.com 9 berita. Pembatasan pada rentan 1-9 November 2012 seminggu karena kasus ini menjadi perhatian publik selama kurun waktu tersebut, sebelum akhirnya muncul pemberitaan kasus-kasus besar, antara lain yaitu berita tentang korupsi proyek Hambalang dan Jokowi. Adapun elemen-elemen yang dibandingkan adalah sesuai dengan elemen atau struktur yang ada dalam model Pan dan Kosicki yaitu: Sintaksis, Skrip, Tematik, dan Retoris


(56)

35 Tabel 1.1 Analisis Data Kompas.com dan Detik.com

No Kompas.com Detik.com Tanggal Terbit

1. Dahlan, Jadi Pecundang atau

Pahlawan?

Astaga! ‘Upeti’ BUMN Cuma Rp 100 juta, Oknum DPR

Malah Tertawa

(1 November 2012)

2. Kredibilitas dan Reputasi

Dahlan Iskan Dipertaruhkan

Tak Laporkan Pemerasan BUMN ke KPK,

Reputasi Dahlan Iskan Dipertaruhkan

(2 November 2012)

3. Cita-cita Dahlan Iskan

Bukan Menteri

Laporan Dahlan Iskan ke BK Penting untuk Bongkar

Praktek Kotor DPR

(3 November 2012)

4. Si Tukang Peras

Anggaran....

Golkar Serang Dahlan Iskan Soal Anggota DPR Tukang Palak

(4 November 2012)

5. Ada Anggota DPR yang

Minta 2.000 Ton Gula!

Ini Alasan Dahlan Tak Mau Ungkap 2 Nama Anggota

DPR ‘Tukang Palak’

( 5 November 2012)

6 PDI-P Sebut Dahlan

Iskan Kampungan

Pertemuan Dengan Dahlan Tertutup, BK DPR Dinilai Hanya Cari ‘Panggung’

(6 November 2012)

7 Dahlan Tak Mau

‘Ngadu’ ke Presiden

Lawan Dahlan Iskan, Efendi Simbolon: Kita Lihat Siapa

Menang!

(7 November 2012)

8 Idris Laena Bantah Tuduhan

Dahlan

Bahkan di Makkah Pun, Anggota DPR Itu Maih Telepon Tagih

Jatah Ke BUMN

(8 November 2012)

9 10 Kelompok Pemeras

dan Pengintervensi BUMN

Ini Dia 5 Anggota DPR Pemeras BUMN di Surat

Dahlan Iskan

(9 November 2012)


(57)

36 H.3 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik dokumentasi dan jenis datanya adalah:

a. Data primer

Data yang diperoleh langsung dari sumbernya, berupa pemberitaan tentang konflik Dahlan Iskan dengan DPR pada kasus pemerasan DPR kepada BUMN edisi 1-9 November 2012 kemudian dikliping, setelah dikliping, data-data tersebut akan dikategorikan atau dikelompokkan dalam empat struktur besar (sintaksis, skrip, tematik, dan retoris) sesuai dengan perangkat framing yang dikembangkan oleh Pan dan kosicki.

b. Data sekunder

Data untuk melengkapi data primer berupa referensi lain seperti: profil Kompas.com dan Detik.com, buku, internet, jurnal, atau dokumentasi lain yang sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti. Data ini dijadikan bahan tambahan untuk menambah referensi peneliti.

H.4 Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis framing model Pan dan Kosicki. Menurut Zhongdan Pan dan Gerald M. Kosicki (1993) dalam buku Alex Sobur, framing dibagi menjadi empat struktur besar. Struktur sintaksis, stuktur skrip, struktur tematik, stuktur retoris, yang masing-masing penjelasanya yaitu:


(58)

37 a) Struktur sintaksis. Sintaksis berhubungan dengan bagaiamana wartawan menyusun peristiwa- pernyataan, opini, kutipan, pengamatan atas peristiwa- ke dalam bentuk susunan umum berita. Struktur sintaksis ini dengan demikian dapat diamati dari bagan berita (lead yang dipakai, latar, headline, kutipan, yang diambil, dan sebagainya).

b) Struktur skrip. Skrip berhubungan dengan bagaimana wartawan mengisahkan atau menceritakan peristiwa ke dalam bentuk berita. Struktur ini melihat bagaimana strategi cara bercerita atau cara bertutur yang dipakai oleh wartawan dalam mengemas peristiwa ke dalam bentuk berita.

c) Struktur tematik. Tematik berhubungan dengan bagaiamana wartawan mengungkapkan pandangannya atas peristiwa ke dalam proposisi, kalimat atau hubungan antarkalimat yang membentuk teks secara keseluruhan.

d) Struktur retoris. Retoris berhubungan dengan bagaiamana wartawan menekankan arti tertentu ke dalam berita (Sobur. 2006: 176).

Dalam menentukan model dari metode framing, peneliti telah membandingkan dari beberapa model-model lainnya. Seperti dalam model yang diperkenalkan oleh Edelman maupun Entman tidak merinci secara detail elemen retoris. Hanya tentang bagaimana peristiwa dipahami oleh media, bagaimana peristiwa itu disajikan oleh media. Meskipun dalam tingkat analisisnya menunjukkan contoh bagaimana kata, kalimat dan gambar dapat dianalisis sebagai bagian dari integral memahami frame. Tetapi kedua model itu tidak menggambarkan detail mengenai elemen retoris tersebut.


(59)

38 Sementara dalam model yang diperkenalkan Gamson dan Kosicki, disertakan dalam unit analisis apa saja elemen retoris. Dalam model Gamson banyak ditekankan penandaan dalam bentuk simbolik, baik lewat kiasan maupun retorika yang secara tidak langsung mengarahkan perhatian khalayak. Sebaliknya, dalam model Pan dan Kosicki banyak diadaptasi pendekatan linguistik dengan memasukkan elemen, seperti pemakaian kata, pemilihan struktur, dan bentuk kalimat yang mengarahkan bagaimana peristiwa dibingkai oleh media.

Dengan kesimpulan perbandingan diatas, peneliti menggunakan model Pan dan Kosicki. Karena selain keempat struktur tersebut merupakan suatu rangkaian yang dapat menunjukkan framing dari suatu media, juga perangkat ini lebih lengkap secara struktur jika dibandingkan dengan perangkat-perangkat framing lainnya seperti model Edelman, Entman, dan Gamson. Kecenderungan atau kecondongan wartawan dalam memahami suatu peristiwa dapat diamati dari keempat struktur tersebut.


(60)

39 Tabel 1.2.: Kerangka Framing Pan dan Kosicki

STRUKTUR PERANGKAT FRAMING UNIT YANG DIAMATI

SINTAKSIS

Cara wartawan

menyusun fakta

Skema berita Headline, lead, latar

informasi, kutipan, sumber, pernyataan, penutup.

SKRIP

Cara wartawan

mengisahkan fakta

Kelengkapan berita 5W+1H

TEMATIK Cara wartawan menulis berita

Detail

Maksud kalimat,hubungan Nominalisasi antar kalimat

Koherensi Bentuk kalimat Kata ganti

Paragraf, proposisi, kalimat, hubungan antar kalimat.

RETORIS Cara wartawan menekankan fakta

Leksikon Grafis Metafora Pengandaian

Kata, idiom, gambar,/foto, grafik.


(1)

H.2 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah berita-berita kasus dugaan pemerasan BUMN yang melibatkan Dahlan Iskan dengan DPR. Obyek penelitian ini portal Kompas.com dan Detik.com edisi 1-9 November 2012. Pemilihan edisi tersebut didasarkan pada rentang waktu kemunculanya pemberitaan yang saat itu juga mendapat perhatian dari publik yang besar dan gencarnya pendapat opini dari berbagai kalangan serta alasan lain pemilihan edisi itu adalah yang menjadi headline (berita utama)pemberitaan pada masing-masing media tersebut.

Dengan perinciannya dari media Detik.com 9 berita dan Kompas.com 9 berita. Pembatasan pada rentan 1-9 November 2012 seminggu karena kasus ini menjadi perhatian publik selama kurun waktu tersebut, sebelum akhirnya muncul pemberitaan kasus-kasus besar, antara lain yaitu berita tentang korupsi proyek Hambalang dan Jokowi. Adapun elemen-elemen yang dibandingkan adalah sesuai dengan elemen atau struktur yang ada dalam model Pan dan Kosicki yaitu: Sintaksis, Skrip, Tematik, dan Retoris


(2)

Tabel 1.1 Analisis Data Kompas.com dan Detik.com

No Kompas.com Detik.com Tanggal Terbit

1. Dahlan, Jadi Pecundang atau Pahlawan?

Astaga! ‘Upeti’ BUMN Cuma Rp 100 juta, Oknum DPR

Malah Tertawa

(1 November 2012)

2. Kredibilitas dan Reputasi Dahlan Iskan Dipertaruhkan

Tak Laporkan Pemerasan BUMN ke KPK,

Reputasi Dahlan Iskan Dipertaruhkan

(2 November 2012)

3. Cita-cita Dahlan Iskan Bukan Menteri

Laporan Dahlan Iskan ke BK Penting untuk Bongkar

Praktek Kotor DPR

(3 November 2012)

4. Si Tukang Peras

Anggaran....

Golkar Serang Dahlan Iskan Soal Anggota DPR Tukang Palak

(4 November 2012)

5. Ada Anggota DPR yang

Minta 2.000 Ton Gula!

Ini Alasan Dahlan Tak Mau Ungkap 2 Nama Anggota

DPR ‘Tukang Palak’

( 5 November 2012)

6 PDI-P Sebut Dahlan Iskan Kampungan

Pertemuan Dengan Dahlan Tertutup, BK DPR Dinilai Hanya Cari ‘Panggung’

(6 November 2012)

7 Dahlan Tak Mau

‘Ngadu’ ke Presiden

Lawan Dahlan Iskan, Efendi Simbolon: Kita Lihat Siapa

Menang!

(7 November 2012)

8 Idris Laena Bantah Tuduhan Dahlan

Bahkan di Makkah Pun, Anggota DPR Itu Maih Telepon Tagih

Jatah Ke BUMN

(8 November 2012)

9 10 Kelompok Pemeras dan Pengintervensi BUMN

Ini Dia 5 Anggota DPR Pemeras BUMN di Surat

Dahlan Iskan

(9 November 2012)


(3)

H.3 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik dokumentasi dan jenis datanya adalah:

a. Data primer

Data yang diperoleh langsung dari sumbernya, berupa pemberitaan tentang konflik Dahlan Iskan dengan DPR pada kasus pemerasan DPR kepada BUMN edisi 1-9 November 2012 kemudian dikliping, setelah dikliping, data-data tersebut akan dikategorikan atau dikelompokkan dalam empat struktur besar (sintaksis, skrip, tematik, dan retoris) sesuai dengan perangkat framing yang dikembangkan oleh Pan dan kosicki.

b. Data sekunder

Data untuk melengkapi data primer berupa referensi lain seperti: profil Kompas.com dan Detik.com, buku, internet, jurnal, atau dokumentasi lain yang sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti. Data ini dijadikan bahan tambahan untuk menambah referensi peneliti.

H.4 Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis framing model Pan dan Kosicki. Menurut Zhongdan Pan dan Gerald M. Kosicki (1993) dalam buku Alex Sobur, framing dibagi menjadi empat struktur besar. Struktur sintaksis, stuktur skrip, struktur tematik, stuktur retoris, yang masing-masing penjelasanya yaitu:


(4)

a) Struktur sintaksis. Sintaksis berhubungan dengan bagaiamana wartawan menyusun peristiwa- pernyataan, opini, kutipan, pengamatan atas peristiwa- ke dalam bentuk susunan umum berita. Struktur sintaksis ini dengan demikian dapat diamati dari bagan berita (lead yang dipakai, latar, headline, kutipan, yang diambil, dan sebagainya).

b) Struktur skrip. Skrip berhubungan dengan bagaimana wartawan mengisahkan atau menceritakan peristiwa ke dalam bentuk berita. Struktur ini melihat bagaimana strategi cara bercerita atau cara bertutur yang dipakai oleh wartawan dalam mengemas peristiwa ke dalam bentuk berita.

c) Struktur tematik. Tematik berhubungan dengan bagaiamana wartawan mengungkapkan pandangannya atas peristiwa ke dalam proposisi, kalimat atau hubungan antarkalimat yang membentuk teks secara keseluruhan.

d) Struktur retoris. Retoris berhubungan dengan bagaiamana wartawan menekankan arti tertentu ke dalam berita (Sobur. 2006: 176).

Dalam menentukan model dari metode framing, peneliti telah membandingkan dari beberapa model-model lainnya. Seperti dalam model yang diperkenalkan oleh Edelman maupun Entman tidak merinci secara detail elemen retoris. Hanya tentang bagaimana peristiwa dipahami oleh media, bagaimana peristiwa itu disajikan oleh media. Meskipun dalam tingkat analisisnya menunjukkan contoh bagaimana kata, kalimat dan gambar dapat dianalisis sebagai bagian dari integral memahami frame. Tetapi kedua model itu tidak menggambarkan detail mengenai elemen retoris tersebut.


(5)

Sementara dalam model yang diperkenalkan Gamson dan Kosicki, disertakan dalam unit analisis apa saja elemen retoris. Dalam model Gamson banyak ditekankan penandaan dalam bentuk simbolik, baik lewat kiasan maupun retorika yang secara tidak langsung mengarahkan perhatian khalayak. Sebaliknya, dalam model Pan dan Kosicki banyak diadaptasi pendekatan linguistik dengan memasukkan elemen, seperti pemakaian kata, pemilihan struktur, dan bentuk kalimat yang mengarahkan bagaimana peristiwa dibingkai oleh media.

Dengan kesimpulan perbandingan diatas, peneliti menggunakan model Pan dan Kosicki. Karena selain keempat struktur tersebut merupakan suatu rangkaian yang dapat menunjukkan framing dari suatu media, juga perangkat ini lebih lengkap secara struktur jika dibandingkan dengan perangkat-perangkat framing lainnya seperti model Edelman, Entman, dan Gamson. Kecenderungan atau kecondongan wartawan dalam memahami suatu peristiwa dapat diamati dari keempat struktur tersebut.


(6)

Tabel 1.2.: Kerangka Framing Pan dan Kosicki

STRUKTUR PERANGKAT FRAMING UNIT YANG DIAMATI

SINTAKSIS

Cara wartawan menyusun fakta

Skema berita Headline, lead, latar

informasi, kutipan, sumber, pernyataan, penutup.

SKRIP

Cara wartawan mengisahkan fakta

Kelengkapan berita 5W+1H

TEMATIK Cara wartawan menulis berita

Detail

Maksud kalimat,hubungan Nominalisasi antar kalimat

Koherensi Bentuk kalimat Kata ganti

Paragraf, proposisi, kalimat, hubungan antar kalimat.

RETORIS Cara wartawan menekankan fakta

Leksikon Grafis Metafora Pengandaian

Kata, idiom, gambar,/foto, grafik.


Dokumen yang terkait

OBJEKTIVITAS PEMBERITAAN DUGAAN PEMERASAN BUMN ( Analisis Isi pada Harian Kompas edisi 02 sampai 14 November 2012 )

0 3 38

Praktik pengawasan etika dewan perwakilan rakyat republik Indonesia

0 13 14

Relasi Bahasa, Kuasa, dan Ideologi Tokoh di Media (Analisis Wacana Kritis Isu Korupsi dalam Pemberitaan Dahlan Iskan Melawan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat di Koran Tempo)

0 20 123

PEMBINGKAIAN BERITA PENGUNGKAPAN MENTERI BUMN DAHLAN ISKAN TENTENG PEMERASAN YANG DILAKUKAN OLEH ANGGOTA DPR KEPADA BUMN (Studi Analisis Framing Pembingkaian Berita Pengungkapan Menteri BUMN Dahlan Iskan Tentang Pemerasan yang Dilakukan Anggota DPR Kepada

0 0 98

PEMBINGKAIAN BERITA PENGUNGKAPAN MENTERI BUMN DAHLAN ISKAN TENTANG PEMERASAN YANG DILAKUKAN OLEH ANGGOTA DPR KEPADA BUMN.

0 0 98

PEMBINGKAIAN BERITA PENGUNGKAPAN MENTERI BUMN DAHLAN ISKAN TENTENG PEMERASAN YANG DILAKUKAN OLEH ANGGOTA DPR KEPADA BUMN (Studi Analisis Framing Pembingkaian Berita Pengungkapan Menteri BUMN Dahlan Iskan Tentang Pemerasan yang Dilakukan Anggota DPR Kepada

0 0 98

PANDANGAN MEDIA TERHADAP SIKAP POLITIK DAHLAN ISKAN (Analisis Wacana Tajuk Rencana Tentang Sikap Politik Dahlan Iskan Membeberkan Pemerasan Anggota DPR Terhadap BUMN Pada Harian Jawa Pos dan Media Indonesia Periode 1 Oktober – 30 November 2012).

0 0 15

J.D.I.H. - Dewan Perwakilan Rakyat

0 0 1

PEMBINGKAIAN BERITA PENGUNGKAPAN MENTERI BUMN DAHLAN ISKAN TENTENG PEMERASAN YANG DILAKUKAN OLEH ANGGOTA DPR KEPADA BUMN (Studi Analisis Framing Pembingkaian Berita Pengungkapan Menteri BUMN Dahlan Iskan Tentang Pemerasan yang Dilakukan Anggota DPR Kepada

0 0 17

PEMBINGKAIAN BERITA PENGUNGKAPAN MENTERI BUMN DAHLAN ISKAN TENTANG PEMERASAN YANG DILAKUKAN OLEH ANGGOTA DPR KEPADA BUMN

0 0 17