PEMBINGKAIAN BERITA PENGUNGKAPAN MENTERI BUMN DAHLAN ISKAN TENTENG PEMERASAN YANG DILAKUKAN OLEH ANGGOTA DPR KEPADA BUMN (Studi Analisis Framing Pembingkaian Berita Pengungkapan Menteri BUMN Dahlan Iskan Tentang Pemerasan yang Dilakukan Anggota DPR Kepada

PEMBINGKAIAN BERITA PENGUNGKAPAN MENTERI BUMN DAHLAN ISKAN
TENTENG PEMERASAN YANG DILAKUKAN OLEH ANGGOTA DPR KEPADA
BUMN
(Studi Analisis Fr aming Pembingkaian Ber ita Pengungkapan Menter i BUMN Dahlan Iskan
Tentang Pemer asan yang Dilakukan Anggota DPR Kepada BUMN Sur at Kabar Har ian J awa
Pos Dan KOMPAS Edisi 6,7,8 November 2012)

SKRIPSI

OLEH :
Ar my Tauriza Putri
NPM : 0743010204

YAYASAN KESEJ AHTERAAN, PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN” J AWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
SURABAYA
2012

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

PEMBINGKAIAN BERITA PENGUNGKAPAN MENTERI BUMN DAHLAN ISKAN
TENTENG PEMERASAN YANG DILAKUKAN OLEH ANGGOTA DPR KEPADA BUMN
(Studi Analisis Framing Pembingkaian Berita Pengungkapan Menteri BUMN Dahlan Iskan
Tentang Pemerasan yang Dilakukan Anggota DPR Kepada BUMN Surat Kabar Harian Jawa Pos
Dan KOMPAS Edisi 6,7,8 November 2012)
Oleh :
Army Tauriza Putri

Pembimbing

Tim Penguji
1. Ketua

Juwito. S. Sos, Msi
NPT 3.6704.95.0036.1

Juwito. S. Sos, Msi
NPT 3.6704.95.0036.1


2. Sekertaris

Drs. Saifuddin Zuhri, Msi
NPT. 3.70006.94.0035.1
3. Anggota

Zainal Abidin, S.Sos, Msi. M.Ed
NPT. 3.7305.99.0170.1
Mengetahui
DEKAN

Dra. Hj. Suparwati, Msi
NIP. 79550718 198302 2001

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

KATA PENGANTAR


Dengan mengucap puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat
dan rahmatNya sehingga penulis dapat diberikan kesempatan untuk menyelesaikan
skripsi

yang

berjudul :

PENGUNGKAPAN

PEMBINGKAIAN BERITA UTAMA KASUS

MENTERI

BUMN

DAHLAN

ISKAN


TENTANG

PEMERASAN OLEH ANGGOTA DPR KEPADA BUMN.
Penulis akui bahwa kesulitan selalu ada di setiap proses pembuatan skripsi
ini, tetapi faktor kesulitan itu lebih banyak datang dari diri sendiri. Semua proses
kelancaran pada saat pembuatan skripsi penelitian tidak lepas dari segala bantuan
dari berbagai pihak yang sengaja maupun tak sengaja telah memberikan
sumbangsihnya.
Selama

melakukan

penulisan

penelitian

ini,

tak


lupa

penulis

menyampaikan rasa terima kasih pada Bapak Juwito S. Sos. M.Si. sebagai dosen
pembimbing yang telah membantu penulis selama menyelesaikan skripsi ini.
Adapun penulis sampaikan rasa terima kasih kepada:
1. Allah

SWT,

Karena telah melimpahkan segala karuniaNya, sehingga

penulis mendapatkan kemudahan selama proses penulisan skripsi ini.
2. Prof. Dr. Ir. H. Teguh Suedarto, Mp, selaku Rektor UPN “Veteran” Jatim
3. Ibu Dra. Hj. Suparwati, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik UPN “Veteran” Jawa Timur.
4. Bapak Juwito, S.Sos, M.Si. selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi.
5. Dosen-dosen Ilmu Komunikasi yang telah banyak memberikan ilmu dan
masukan-masukan dalam menyelesaikan penulisan proposal skripsi ini.

Serta tak lupa penulis memberikan rasa terima kasih secara khusus kepada:
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

ii

1.

Kedua orang tuak, mamaku (Ommy) ku berjanji takkan khianati pintanya,
papaku (Arifin) dengarlah, betapa sesunguhnya ku mencintaimu, serta
dukungan dan bimbingannya dengan penuh kasih sayang serta perhatiannya
secara moril maupun materil, dan juga atas do’a yang tak henti-hentinya
beliau haturkan untuk penulis.

2.

Suami ku tercinta Dedet Andriyanto yang memberikan waktu, tenaga dan
semangat untuk penulis, anakku Keysha Aura Syafitri yang selalu
membangkitkan semangat dan memberikan dukungan penulis agar
menyelesaikan skripsi ini, meskipun terdapat suka maupun duka dalam

mengerjakan skripsi ini. “I Love You So Much”.

3.

Penulis mengucapkan terimakasih pada tante (sri) yang selalu memberikan
dorongan agar penulis dapat menyelesaikan study ini.

4.

Tak lupa penulis ucapkan rasa terima kasih secara khusus kepada sahabat
dan sepupuku : Devi Agenop,Deasy,Riza,Denis,Ila,Eta’,Yudi dan lain-lain.
Yang selalu memberi semangat pada penulis “Mbak put, ayo buruan
ngerjain sskripsinys!” (terutama Dea)
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan, maka kritik dan saran yang bersifat membangun sangatlah
dibutuhkan guna memperbaiki kekurangan yang ada.
Akhir kata semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca,
khususnya teman-teman di Jurusan Ilmu Komunikasi.
Surabaya, 10 Desember 2012


Penulis

iv

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN…………………………………………………………………….i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………ii
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………….iii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………………1
1.1 Latar Belakang……………………………………………………………………………….1
1.2 Perumusan Masalah………………………………………………………………………….13
1.3 Tujuan Penelitian…………………………………………………………………………….14
1.4 Kegunaan Penelitian…………………………………………………………………………14
BAB II KAJIAN PUSTAKA…………………………………………………………………..16
2.1 Surat Kabar Sebagai Media Massa…………………………………………………………..16

2.2 Berita dan Kontruksi Realitas……………………………………………………………….17
2.3 Ideologi Pada Media Massa…………………………………………………………………20
2.4 Teori Perpanjangan Gerbang………………………………………………………………..22
2.5 Model Hierarchi of Influence……………………………………………………………….24
2.6 Analisis Framing……………………………………………………………………………..25
2.7 Proses Framing……………………………………………………………………………….27
2.8 Perangkat Framnig Zhongdang Pan dan Geralad M. Kosicki……………………………….30
2.9 Kerangka Berfikir……………………………………………………………………………38
BAB III METODE PENELITIAN……………………………………………………………...41
3.1 Tipe Penelitian……………………………………………………………………………….41
3.2 Subjek dan Objek Penelitian………………………………………………………………..41
3.3 Unit Analisis…………………………………………………………………………………42
3.4 Populasi dan Korpus………………………………………………………………………..42

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3.5 Teknik Pengumpulan Data…………………………………………………………………44
3.6 Teknik Analisis Data………………………………………………………………………45
3.7 Langkah – langkah Framing……………………………………………………………….46

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………47
LAMPIRAN…………………………………………………………………………………...48

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

ABSTRAK

Army Tauriza Putri. Pembingkaian Berita Pengungkapan Menteri BUMN Dahlan Iskan Tentang
Pemerasan Oleh Anggota DPR Kepada BUMN.(Studi Analisis Framing Beita Pengungkapan
Menteri BUMN Dahlan Iskan Tentang Pemerasan Oleh Anggota DPR Kepada BUMN Pada
Surat Kabar Harian Jawa Pos dan Kompas)
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pembingkaian berita pada surat kabar
harian Jawa Pos dan Kompas dalam berita Pengungkapn Menteri BUMN Dahlan Iskan Tentang
Pemerasan Oleh Anggota DPR Kepada BUMN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode penelitian kualitatif, yang menggunakan analisis framing dari Zhongdang Pan dan
Geralad M. Kosicki. Korpus dari penelitian tersebut yaitu : berita-berita yang membahas pertama
kalinya Dahlan membongkar nama oknum yang terlibat pada surat kabar Jawa Pos dan Kompas,
tanggal 6 – 8 November 2012. Hasil penelitian dari Jawa Pos, yaitu tahap-tahap Dahlan
menyerahkan nama oknum DPR kepada BK DPR. Pada Kompas diperoleh hasil bahwa Dahlan

harus mnyerahkan bukti-bukti yang ada, dan melaporkannya ke KPK.
Kata Kunci : Frame, berita,pengungkapan Dahlan Iskan kepada BK DPR, Jawa Pos dan Kompas.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Media massa merupakan sebuah alat yang digunakan untuk menyampaikan berbagi
informasi dari narasumber kepada khalayaknya. Sebagai mana menurut Mc Quail, dalam
bukunya Mass Communication Theoris (2000:6), menyebutkan bahwa peran media massa
sebagai Window on event and experience. Media massa dipandang sebagai jendela yang
memungkinkan khalayak melihat apa yang terjadi diluar sana. Media massa juga berperan sebagi
filter atau gate keeper yang menyeleksi berbagai hal yang layak untuk diberi perhatian atau
tidak. Adapun media massa dalam memilih isu, informasi atau bentuk content lainya berdasarkan
para pengelolanya. Oleh media massa, khalayak diberikan tentang informasi apa saja yang layak
diketahui dan mendapat perhatian. Disinilah letak pentingnya peranan media massa sebagi
realitas simbolik yang diangap merepresentasikan realitas objektif sosial dan berpengaruh pada
realitas sosial dan relitas subjektif yang ada pada prilaku interaksi sosial masyarakat.
Media massa juga digunakan untuk menyampaikan pendapat atau inspirasi baik dari
pihak masyarakat atau pemerintahan. Selain itu media adalah sebuah institusi wakil dari
masyarakat untuk menyampaikan berbagai realitas yang terjadi dilingkungan sekitar kita. Media
juga merupakan satu gambaran umum tentang banyak hal, tentang kemampuan untuk berperan
sebagi institusi yang dapat membentuk opini public, antara lain karena media juga dapat
berkembang menjadi kelompok penekanan atas suatu idea atau gagasan, bahkan menjadi suatu
kepentingan atau citra yang direpresentasikan untuk diletakan dalam konteks kehidupan yang
lebih empiris. Sehubungan dengan hal tersebut, media juga dapat memberiakan pengaruh –
pengaruh yang positif ataupun yang negatif. Tentu saja atribut – atribut normatif ini bersifat
sangat relatif subjek yang bergantung pada kepentingan apa dan siapa yang diwakilinya,
meskipun seharusnya media massa bersifat objektif. Media massa berdasarkan kepentingan yang
diperankan merupakan sebuah kekuatan raksasa yang sangat diperhitungkan. Bahkan terlebih
lagi posisi media sebagai institusi informasi dapat dipandang sebagai faktor menentukan dalam
proses – proses perubahan unsur – unsur sosial, budaya dan politik yang ada.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Media massa sebagai fungsi kontrol sosial bagi masyarakat, memiliki kekuatan yang
signifikan dalam mempengaruhi khalayaknya. Adapun fungsi kontrol sosial yang dimiliki oleh
media massa mempunyai kebebasan yang bertanggung jawab dalam menyampaikan serta
menyebarkan informasi mengenai kebijakan pemerintah kepada setiap khalayak atau masyarakat.
Tidak ada kejadian sekecil apapun yang tidak diberitakan oleh media masssa, sehingga semua
kejadian dipastikan dapat mempengaruhi tingkah laku atau pola pikir masyarakat dalam sebuah
negara. Oleh karena itu sebagai institusi yang bergerak pada bidang informasi, dapat disebut
sebagai salah satu urat nadi pemerintahan. Walaupun demikian, kebebasan dan tanggung jawab
yang dianut oleh media massa juga harus berlandaskan etika profesi dan hukum yang berlaku
dinegara yang bersangkutan. Hal ini dapat menyebabkan media massa bukan lagi saluran yang
seimbang, di mana masing – masing pihak memiliki kepentingan dan penekanan batas dan
memberikan penafsiran terhadap realitas.
Menurut Stuart Hall, logika media sebagai transakai bebas mengandalkan semua pihak
dan kelompok dalam masyarakat mempunyai posisi seimbang dan setara. Jikalau terjadi
perebutan dan pemaknaan, maka perebutan itu terjadi secara tidak adil (Eriyanto, 2001 : 39).
Akan tetapi mayoritas yang terjadi justru sebaliknya, media massa selam ini dikuasai oleh
kelompok dominan dalam masyarakat. Secara teoritis, media massa bertujuan menyampaikan
informasi dengan benar secara efectif dan efisien. Pada prakteknya apa yang disebut sebagai
kebenaran sebuah realita ternyata sangat ditentukan oleh jalinan banyak kepentingan survival
media itu sendiri, baik dalam pengertian bisnis ataupun politis. Seperti dalam ungkapan Budi
Susanto (1992 : 62) “ kebenaran milik perusahaan” atau bahkan kelompok dominan tertentu
yang menjadi penentu atau acuan untuk kebenaran – kebenaran lainnya. Atas kebenaran milik
perusahaan itulah realitas yang ditampilkan oleh media massa bukan sekedar realitas yang
tertunda melainkan juga realitas yang tersunting. Sehingga dibalik sebuah realitas yang
tersunting ini juga terdapat pemilihan atas fakta atau informassi yang dianggap penting namun
demi kepentingan survival menjadi tidak perlu disebar luaskan.
Media tidak hanya mengemukakan realitas macam apa yang akan mengemuka, namun
juga siapa yang layak dan tidak layak masuk dalam realitas itu. Dalam hal ini, media menjadi
sebuah kontrol yang bukan lagi semata – mata sebagaimana yang dicita – citakan. Yakni “…
kontrol, kritik dalam korelasi pada setiap bentuk kekuasaan agar kekuasaan selalu bermanfaat…”

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

(Leksono, 1998 : 24 ) tetapi kontrol yang mampu mempengaruhi bahkan mengatur isi pikiran
dan keyakinan – keyakinan masyarakat itu sendiri (Sobur, 2003 : 114).
Dalam perkembangannya, media massa terutama surat kabar telah mengalami kemajuan
yang sangat pesat pada saat ini. Terbukti bahwa tampak banyaknya jumlah dan beragamnya jenis
surat kabar yang beredar di masyarakat. Hal ini menuntut setiap penerbit surat kabar untuk selalu
berupaya meningkatkan kualitas isi dan penapilan surat kabarnya. Masing – masing penerbit
surat kabar bersaing untuk merebut perhatian pembacanya, dengan menampilkan beragam
informasi yang disukai oleh pembaca. Surat kabar tidak lagi hanya dikenal sebagai informasi
yang hanya menyajikan berita – berita aktual dan akurat saja, akan tetapi tampak adanya unsur –
unsur bisnis dan iklan yang tentu saja sebagai penunjang perusahaan surat kabar agar tetap
bertahan.
Surat kabar sebagai media massa cetak didefinisikan sebagai media yang statis dan
mengutamakan pesan – pesan visual. Media ini terdiri dari lembaran dengan sejumlah kata –
kata, gambar, dan foto. Media cetak adlah suatu dokumen atas segala hal yang dikatakan orang
lain dan rekaman peristiwa yang ditangkap oleh seorang jurnalis dan diubah dalam bentuk kata –
kata, gambar, dan foto (Kalasi : 1992,9).
Surat kabar hadir disebabkan oleh kebutuhan akan informasi dan komunikasi. Peran surat
kabar dalam menyampaikan pesan – pesan pada masyarakat luas menjadi sangat penting,
sehingga apabila sehari saja mereka tidak membaca akan sangat kehilangan (Yusuf, 1990 : 5).
Seberapa penting arti kebenaran surat kabar dinilai berbeda – beda oleh tiap – tiap orang, dimana
kebutuhan informasi setiap orang dan setiap kelompok masyarakat tidaklah sama. Keingintahuan
orang dan masyarakat tumbuh sejalan dengan tingkat perkembangan dan dipengaruhi oleh
pendidikan, lingkungan masyarakat, pekerjaan, dan pergaulan (Oetama, 1987 : 120 – 121).
Namun ketika kebebasan pers marak seperti sekarang ini, banyak media cetak lebih
mengutamakan berita yang cenderung berbau sensasional. Masalah objektifitas pemberitaanpun
menjadi perdebatan klasik dalam studi media.
Berikut salah satu perdebatan yang mewakili dua pandangan pro dan kontra objektifitas
pemberitaan adalah John C, Merril dan Everrete E. Denis. Merril berpendapat bahwa jurnalisme
yang objektif adalah mustahil. Semua karya jurnalistik pada dasarnya subjektif, mulai dari proses
pencasrian berita, peliputan, penulisan sampai penyutingan berita. Nilai – nilai subjektif
wartawan ikut mempengaruhi semua proses kerja jurnalistik. Sebaliknya menurut denis bahwa,

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

jurnalisme subjektif bukan sesuatu yang mustahil, karena semua proses kerja jurnalistik pada
dasarnya dapat diukur dengan nilai – nilai objektif, misalnya memisahkan fakta dan opini,
menghindari pandangan emosional dalam melihat peristiwa

dan memberiakn perinsip

keseimbangan dan keadialan, serta melihat peristiwa dari dua sisi. Dennis percaya bahwa
jurnalisme akan objektif mungkin jika mengadopsi metode dan prosedur yang dapat membatasi
subjektifitas wartawan maupun redaktur. (Siahaan, 2001 : 60).
Untuk membuat informasi menjadi lebih bermakana biasanya sebuah media cetak
melekukan penonjolan – penonjolan terhadap suatu berita. Dalam mengambil keputusan
mengenai sisi mana yang ditonjolkan tentu melibatkan nilai dan idiologi para wartawan yang
terlibat dalam proses produksi sebuat berita. (Sobur : 2004,163)
Ketika produksi media massa sampai kepada masyarakat sesungguhnya merupakan hasil
sebuah “rekontruksi realita”. Bahwa peristiwa yang disaksikan reporter dan juru kamera diproses
melalui editing dan reediting, penyuntingan dan penyuntingan lagi, baik reporter dan juru
kamera maupun editor dan redaktur atau pemimpin redaksi. Suatu proses yang cukup unik
meskipun berlangsung dengan cepat. Ini yang disebut proses rekontruksi atau realita. (Pareno,
2005 : 4)
Tidak setiap informasi mengandung dan memiliki nilai berita. Setiap informasi yang
tidak memiliki nilai berita, menurut pandangan jurnalistik tidak layak untuk dimuat, disiarkan,
atau ditayangkan oleh media massa. Hanya informasi yang memiliki nilai berita, atau membawa
banyak manfaat kepada khalayak yang patut mendapat perhatian dari media.
Seperti yang dikatakan oleh Assegaf dalam buku sumarinda, berita adalah laporan
tentang fakta atau ide yang termasa, yang dipilih oleh staff redaksi suatu harian untuk disiarkan,
yang dapat menarik perhatian pembaca, entah karena dia luar biasa, entah karena penting atau
akibatnya, entah pula karena dia mencakup segi – segi human interest humor, emosi dan
ketegangan. (2005 : 65)
Dalam hal ini peneliti memilih dan menggunakan metode analisis framing sebagai
metode penelitian untuk mengetahui bagaimana prespektif atau cara pandang yang digunakan
wartawan ketika menyeleksi sebuah isu dan menulis sebuah berita. Sebagai analisis teks media,
framing merupakan salah satu alternatif model analisis yang dapat mengungkap fakta. Melaui
medel analisis framing akan dapat diketahui siapa yang mengendalikan siapa, siapa lawan siapa,
mana kawan mana lawan, mana patron mana klien, siapa yang diuntungkan siapa yang

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

dirugiakan, dan seterusnya. (Eriyanto, 2004 : iv). Dengan mengunakan metode analisis framing
diharapkan sebuah realitas akan dapat terbongkar, selain itu untuk mengetahui bagaimana
pembingkaian sebuah berita oleh sebuah media kedalam bentuk frame sehingga menghasilkan
kontruksi makna berita yang spesifik.
Framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana prespektif atau cara pandang
yang digunakan oleh wartawan ketika menyeleksi isu dan menulis berita. Cara pandang atau
prespektif itu pada akhirnya menentukan fakta apa yang diambil, bagaimana yang ditonjolkan
dan dihilangkan, dan hendak dibawa keman berita tersebut, mengkontruksi tentang realitass
suatu peristiwa. (Eriyanto, 2005 : 224)
Guna membuat informasi menjadi lebih bermakna, sebuah media cetak biasanya
melakukan penonjolan – penonjolan tehadap suatu berita. Nilai dan ideology para wartawan
yang terlibat dalam proses produksi sebuah media tak lepas dalam keterlibatan pengambilan
keputusan mengenai sisi – sisi mana yang akan ditonjolkan. (Soubur, 2001 : 163)
Sehingga realitas yang disajikan secara menonjol atau mencolok mempunyai peluang
besar untuk diperhatikan atau mempunyai khalayak dalam memahami realitas. Dalam
prakteknya, framing dijalankan oleh media dengan menyeleksi isu tertentu dan mengabaikan isi
lain, serta menonjolkan aspek isu tersebut dengan menggunakan berbagai wacana (Sobur, 2001 :
64). Misalnya dengan penempatan mencolok (sebagi headline, didepan atau dibelakang),
pengulangan, pemakaian grafis, untuk mendukung, memperkuat pemakaian label tertentu ketika
menggambarkan oarng atau dimensi tertentu dari kontriksi berita menjadi bermakana dan diingat
oleh khalayak.
Antara media satu dengan yang lainnya terdapat perbedaan dalam membingkai atau
mengkonstruksi suatu realita. Meskipun peristiwanya sama tetapi dengan cara dan teknik apa
peristiwa ditekankan dan ditonjolkan oleh media itu membentuk perbedaan kontruksi. Seperti
halnya harian Kompas dan Jawa Pos yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam melekukan
analisis framing. Kedua harian ini memiliki cara pandang berbeda dalam menyeleksi suatu isu
dan menulis berita mengenai Pengungkapan Menteri BUMN Dahlan Iskan tetang kasus
pemerasan oleh anggota DPR kepada BUMN pada tanggal 5 November 2012 . Dalam hal ini
subjek penelitian adalah surat kabar Kompas dan Jawa Pos, sedangkan objek dalam penelitian ini
yakni berita tentang Pengungkapan Menteri BUMN Dahlan Iskan tetang kasus pemerasan oleh
anggota DPR kepada BUMN pada tanggal 5 November 2012.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Adapun media yang dipilih dalam penelitian ini adalah pada harian Jawa Pos dan kompas
periode 6 – 8 November 2012. Karena pada kedua surat kabar ini berita mengenai Pengungkapan
Menteri BUMN Dahlan Iskan tetang kasus pemerasan oleh anggota DPR kepada BUMN
diberitakan secara kontinu dan pada periode terbit yang sama.
Surat kabar Kompas dipilih karena merupakan harian yang bersifat nasional, paling
prestisius dan paling laku di Indonesia, leih dari setengah juta copy terjual setiap harinya.
Kompas juga merupakan surat kabar yang berkualitas dan tebesar di Asia Tenggara. Sebagai
surat kabar yang terbesar dan terlaris di Indonesia, kompas juga merupakan surat kabar yang
berusaha menjadi perwujudan dari aspirasi dan cita – cita bangsa secara positif. Hal ini dapat
dilihat dari bagian kompas membingkai suatu isu tentang Pengungkapan Menteri BUMN Dahlan
Iskan tetang kasus pemerasan oleh anggota DPR kepada BUMN, menonjolkan aspek – aspek
tertentu, menyoroti tentang kronologis peristiwa pengungkapan kasus tersebut. Sesuai dengan
visinya kompas yakni manusia dan kemanusiaan, sehingga harian ini berusaha untuk senantiasa
peka akan nasib manusia dan berpegang pada ungkapan klasik dalam jurnalistik yaitu menghibur
yang papar dan mengingatkan yang mapan.
Surat kabar Kompas sangat diakui keberadaanya di Indonesia dan dengan tegas
dinyatakan sebgai surat kabar yang independent atau nonpemerintah. Dalam menulis relaitas
Kompas termasuk media yang menganut system both side cover yang artinya menyajikan dua
sisi yang berbeda. Kompas bersifat historis, maksudnya laporan itu tidak berarti kelengapan
fakta dengan data – data dan nilai – nilai, dengan laporan semacam itu Kompas akan membantu
pembacanya untuk mempertimbangkan fakta yang dihadapinya, tidak hanya berdasarkan
pengalaman dan kebudayaan mas kini tapi juga berdasarkan pengalaman dan ingatan historis.
Selain itu Kompas memiliki reputasi kedalam analiris dangan gaya penulisan yang rapi.
Sedangkan pemilihan surat kabar Jawa Pos dikarenakan Jawa Pos merupakan surat kabar
pertama dan sampai sekarang satu – satunya yang berkembang menjadi konglomerat pers
melalui konsentrasi secara eksklusif di pasar propinsi. Jawa Pos memiliki misi idiil dan misi
bisnis sebagai pilar utama untuk kelangsungan hidup perusahaan. Pemberitaan Jawa Pos
beritanya lebih condong sebagi “ perpanjang tangan pemerintah” yang artinya selalu
memberikan informasi dari pihak pemerintah, dampak yang ditimbulkan, dan upaya – upaya
yang dilakukan pemerintah terkait. Salah satu sarana yang dipakai oleh media massa dalam

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

mengkontruksi realitas, adalah menggunakn bahasa sebagai bahan baku guna memproduksi
berita. Akan tetapi bagi media massa, bahasa bukan sekedar alat komunikasi untuk
menyampaikan fakta, namun juga menentukan gambar/citra tertentu yang hendak ditanamkan
kepada public. Gaya bahasa yang digunakan pun cenderung bersifat informative dan terkesan
sebagai “juru bicara” pemerintah, artinya pemilihan kata – kata serta alur cerita yang dibawakan
memiliki tujuan agar rakyat mengetahui tujuan dari pemerintah. Dari sisi pemberitaan, Jawa Pos
cukup berimbang antara pihak pemerintah dan masyarakat, namun berbeda dengan surat kabar
Kompass yang pemberitnya lebih terkesan menyudutkan pemerintah dalam setiap edisisnya.
Kesan tersebut tampak dari penggunaan gaya bahasa, serta pemilihan judul yang digunakan,
sehingga mengakibatkan pemberitaan Kompas kurang berimbang.
Berita Pengungkapan Menteri BUMN Dahlan Iskan tetang kasus pemerasan oleh anggota
DPR kepada BUMN. “Dahlan Iskan memenuhi janjinya untuk menyerahkan nama oknum DPR
yang terlibat dalam kasus pemerasan tiga BUMN yakni PT Garam (persero), PT Merpati
Nusantara Airlines (MNA) dan PT PAL Indonesia (persero) kepada Badan Kehormatan (BK)
DPR, namun Dahlan hanya menyerahkan dua nama saja dan sisanya akan diungkap pada hari
Rabu, 7 November 2012 secara tertulis kepada BK DPR”. Kasus ini banyak menjadi sorotan
media, seperti halnya harian Jawa Pos dan Kompas yang memuatnya pada headline halaman
utama selama beberapa hari dan masih tetap menberitakan perkembangan berita tersebut sampai
pada proses terungkapnya nama – nama Dirut BUMN yang terlibat dalam kasus ini.
Dalam membingkai atau mengkontruksi suatu realitas, antara media cetak satu dengan
media cetak yang lain terdapat perbedaan isu. Isu yang berkembang pada surat kabar harian Jawa
Pos yakni lebih memihak dan beritanya tidak imbang, serta seringkali langsung menulis apa yang
didaptkan dari narasumber pada surat kabar harian Kompas yakni lebih imbang dan tidak
memihak. Lebih kepada kebenaran pencarian data.
Adanya perbedaan surat kabar Kompas dan Jawa Pos dalam mengkontruksi atau
membingkai berita dikarenakan adanya perbedaan cara pandang wartawan dari masing – masing
media dalam media dalm mempresepsi suatu peristiwa. Perbedaan dari cara kedua harian
tersebut mengemas berita disebebkan adanya perbedaan kebijakan redaksi juga perbedaan visi
misi dari masing – masing, akan diloloskan. Sebaliknya jika tidak sejalan apa lagi menghalangi,
maka tidak akan diloloskan. (Pareno, 2005 : 5)

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Analisis framing tidak lepas dari tokoh – tokohnya, antara lain Edelman, Robert
Entaman, Wiliam Gamson, Zhongdang Pan dan Gerald M Kosicki.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan analisis framing milik Zhongdang Pan dan
Gerald M. Kosicki, karena pada perangkat Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki menyebutkan
bahwa framing sebagai cara mengetahui bagaimana suatu media mengemas berita dan
mengkontruksi realitas melalui pemaknaan kata, kalimat, lead, hubungan antar kalimat, foto,
grafik, dan perangkat lain untuk membantu media tersebut menungkapkan pemaknaan mereka
sehingga dapat dipahami oleh pembaca. Kerena berita dilihat dari berbagai symbol yang disusun
lewat perangkat simbolik yang dipakai dan akan dikontruksi dalam memori khalayak. Dengan
kata lain tak ada pesan atau stimuli yang bersifat objektif, sebaliknya berita dilihat sebagai
seperangkat kode yang membutuhkan interpretasi makna. Teks berita tidak hadir begitu saja
sebaliknya teks berita dilihat sebagai teks yang dibentuk lewat struktur dan informasi tertentu,
melibatkan proses produksi dan konsumsi dari suatu teks (Eriyanto, 2002: 251)
Dalam pendekatan ini perangkat framing dibagi menjadi empat bagian struktur besar.
Pertama, struktur sintaksis yaitu bagaimana wartawan menyususn peristiwa, opini kedalam
bentuk susunan berita. Kedua, struktur skrip yaitu berhubungan dengan bagaimana wartawan
menceritakan peristiwa kedalam bentuk berita. Ketiga, struktur tematik yaitu bagiamana wartwan
mengungkapakan pandangan atas peristiwa ke dalam proosisi dan kalimat. Keempat, struktur
retoris yaitu bagaimana wartawan menekankan arti tertentu kedalam berita.
Alasan peneliti menggunakan perangkat framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki,
sebab model ini memuat bagaimana wartawan mengkontruksi dan memproses berita tentang
Pengungkpan Menteri BUMN Dahlan Iskan Tentang Pemerasan Oleh Anggota DPR Kepada
BUMN baik dari nilai politik maupun segi pemakian kalimat, lead maupun perangkat lain untuk
mengungkapkan fakta serta pemaknaan sehingga dapat dimengerti oleh pembaca. Sehingga
dengan jelas dapat terlihat maksud – maksud yang tersembunyi dalam pembingkaian berita yang
dimuat oleh surat kabar Jawa Pos dan Kompas dalam memberitakan berita tersebut. Selain itu
model Pan dan Kosicki memiliki seluruh elemen framing yaitu makrostrutrual, mikrostruktural
dan retoris.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka permasalahan
dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :
“ Bagaimana pembingkaian berita Pengungkapan Menteri BUMN Dahlan Iskan tetang kasus
pemerasan oleh anggota DPR kepada BUMN?”

1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk
“Mengetahui Berita Pengungkapan Menteri BUMN Dahlan Iskan tetang kasus pemerasan oleh
anggota DPR kepada BUMN”

1.4 Kegunaan penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini adalah :
1. Kegunaan secara Teoritis
Yaitu penelitian ini diharapkan dapat menambah kajian Ilmu Komunikasi tentang
pembingkaian berita dengan mengaplikasikan teori – teori khususnya toeri komunikasi tentang
pemahaman pesan yang dikemas oleh media melalui analisis framing, sehingga hasil penelitian
ini diharapkan dapat menjadi landasan pemikiran untuk peneliti berikutnya.

2. Kegunaan Secara Praktis
Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan acuan dua pihak :
a. Pengelolaan surat kabar Jawa Pos dan Kompas
1. Pengelolahan dalam melakukan intropeksi mengenai kebijakan seleksi isu dan
penekanan aspek – aspek relitas.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2. Membantu memahami bagaimana melakukan strategi wacana, yaitu upaya
menyuguhkan berita tentang pandangan tertentu agar lebih diterima khalayak misal :
berita, pemakaian ruang (space), pemakaian grafik, pemakaian table ketika
menggambarkan orang/peristiwa yang dibicarakan
b. Khalayak Konsuman Media
Memberiksn wawasan / cara pandang khalayak media akan melihat media mengkontruksi
realitas sebagai sebuah berita sehingga khalayak lebih kreatif dan kritis dalam
menanggapi isi berita.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB II
KAJ IAN PUSTAKA

2.1 Surat Kabar Sebagai Media Massa
Media massa, seperti halnya pesan lisan dan isyarat, sudah menjadi bagian tak
terpisahkan dari komunitas menusia. Pada hakikatnya, media adalah perpanjangan lidah dan
tangan yang berjasa meningkatkan kapasitas menusia untuk mengembangkan struktur sosialnya
(Rivers, 2003:27). Media massa merupakan lokasi (forum) yang semakin berperan untuk
menampilkan peristiwa – peristiwa kehidupan masyarakat, baik yang bertaraf nasional maupun
internasional (McQuail, 1994:3).
McQuail juga menyatakan bahwa media massa merupakan filter yang menyaring
sebagaian pengalaman dan menyoroti pengalaman lainya dan sekaligus kendala yang
menghalangi kebenaran (Littlejohn dalam Eriyanto, 2000:xii). Oleh sebab itu, media massa
berperan dalam melakukan kontrol sosial terhadap masyarakat.
Sebagai media yang dijual beikan pertama kali, surat kabar dibuat di Amerika, ketika
seseorang tukang becak berkebangsaa Inggris, Benyamin Harris, hijrah ke Amerika tahun 1960
(Djuroto, 2005:5). Surat kabar pada massa awal ditandai oleh : wujud yang tetap, bersifat
komersial (Dijual secara bebas), bertujuan banyak (memberi informasi, mencatat, menyajikan
adpertensi, hiburan, dan desa – desus), bersifat umum dan terbuka (McQuail, 1994 : 2).
Surat kabar disebutkan sebagai sebutan bagi penerbit pers yng masuk dalam media massa
cetak, yaitu berupa lembaran berisi berita – berita, karangan – karangan dan iklan yang

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

diterbitkan secara berkala: bisa harian, mingguan, bulanan, dan diedarkan secara umum
(Junaedhi, 1991:257)

1.2 Berita dan Kontruksi Realitas
Hasil proses penelusuran dan pengolahan fakta diungkap dalam berita. Berita sendiri
merupakan rekontruksi fakta sosial yang diceritakan sebagai fakta wacana media (Siahaan,
20001:74). Sumarinda menyatakan bahwa berita adalah laporan tecepat mengenai fakta atau
ide terbaru yang benar, menarik, dan atau penting bagi sebagaian besar khalayak, melalui
media berkala (Sumarinda, 2005:65)
Wartawan bisa jadi mempunyai pandangan dan konsepsi yang berbeda ketika melihat
suatu peristiwa, dan itu dapat dilihat bagaimana mereka mengkontruksi peristiwa itu, yang
diwujudkan dalam teks berita. Berita dalam pandangan kontuksi sosial, bukan merupak
peristiwa atau fakta dalam arti yang riil (Eriyanto, 2005:17).
Berita yang muncul dalam benak manusia itu bukan suatu peristiwa, ia adalah sesuatu
yang diserap setelah peristiwa. Ia tidak identik dengan peristiwa, melainkan sebuah upaya
untuk merekontruksi kerangaka inti peristiwa tersebut, inti yang disesuaikan dengan
kerangaka acuan yang dipertimbangkan agar peristiwa itu memiliki arti bagi pembaca
(Sobur, 2002:v).
Dalam penjelasan ontology paradigma kontruktivis, realitas merupakan kontruksi sosial
yang diciptakan oleh individu. Namun demkian kebenaran suatu realitas sosial bersifat nisbi,
yang berlaku sesuai konteks spesifik yang dinilai relevan loeh pelaku sosial (Hidayat dalm

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Bungin, 2004:3). Pada kenyataanya, relitas sosial tidak berdiri sendiri tanpa kehadiran
individu baik dalam meupun diluar realitas tersebut (Bungin, 2004:5). Maka media yang
membentuk dan menyampaikan fakta dari peristiwa dapat disebut agen kontruksi realitas.
Berger dan Luckman (1990:1) menjelaskan realitass sosial dengan memisahkan
pemahaman “kenyataan” dan “pengetahuan”. Realitas diartiakan sebagai kualitas yang
terdapat didalam berbagi realitass, yang diakui memiliki keberadaan (being) yang tidak
tergantung kepada kehendak kita. Sedangkan pengetahuan didefinisikan sebagai kepastian
bahwa realitas itu nyata (real) dan memiliki karakteristik yang spesifik.
Menurut Berger dan Luckman (1990:xx, Nugroho 1999:123). Pengetahuan masyarakat
yang dimaksud adalah realitas sosial masyarakat. Realitas sosial tersebut adalah pengetahuan
yang bersifat keseharian yang hidup dan berkembang dimasyarakat seperti konsep, kesadaran
umum, wacana public, sebagi hasil dari kontruksi sosial. Relitas sosial dikontruksi melalui
proses eksternalisasi, objektifitas, dan internalisasi (Bungin, 2004:5 – 6).
Realitas hadir karena dihadirkan oleh konsep subjektif wartawan. Realitas terciptablewat
kontruksi, sudut pandang tertentu dari wartawan. Disini, tidak ada relitas yang bersifat
objektif, karena realitas itu tercipta lewat kontruksi dan pandangan tertentu (Eriyanto,
2005:19). Karena fakta itu diproduksi dan ditampilakan secara simbolik, maka realitas itu
tergantung pada bagaimana ia dilihat dan bagaimana fakta tersebut dikontuksi. Fakta yang
sama bisa menghasilkan fakta yang berbeda – beda ketika ia dilihat dan dipahami dengan
cara yang berbeda (Eriyanto, 2005:21).
Menurut Fishman, ada dua kecenderungan studi bagaiman proses produksi berita dilihat.
Pandangan pertama sering disebut sebagi pandangan seleksi berita (selectivity news). Seleksi

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

ini dari wartawan di lapangan yang akan memilih mana yang penting dan mana yang tidak.
Setelah berita itu masuk ke tanggan redaktur, akan diseleksi, lagi dan disunting dengan
menekankan bagian mana yang perlu dikurangi dan bagian mana yang perlu ditambah,
seolah – olah ada realitas yang benar – benar riil yang ada diluar diri wartawan. Realitas yang
riil itulah yang akan diseleksi oleh wartawan untuk kemudian dibentuk dalam sebuah berita.
Pendekatan kedua adalah pendekatan pembentukan berita (creation of news). Dalam
prespekitif ini, peristiwa itu bukan diseleksi, melainkan sebaliknya, dibentuk. Wartawan –
lah yang membentuk peristiwa, mana yang disebut peristiwa dan mana yang tidak. Peristiwa
dan realitas bukanlah diseleksi, melainkan dikreasi oleh wartawan (Eriyanto, 2005:100- 101).

1.3 Ideologi Pada Media Massa
Pekerjaan media sebagai agen kontruksi realitas, berlatar belakang pada ideology yang
dimiliki oleh masing – masing media. Bagaimana peristiwa dibingkai bukan semata – mata
disebabkan oleh struktur skema wartawan, melainkan juga rutinitas kerja dan institusi media
yang secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi pemaknaan peristiwa. Wartawan
hidup dalam intitusi media dengan seperangkat aturan, pola kerja, dan aktivitas masing –
masing, bisa terjadi instuisi media itu yang mengkontrol dalam pola kerja tertentu yang
mengharuskan wartawan melihat peristiwa dalam kemasan tertentu, atau bisa juga terjadi
wartawan sebagai bagian dari anggota komunitas menyerap nilai – nilai yang ada dalam
komunitasnya (Eriyanto, 2005:99). Nilai – nilai tersebut dianut oleh media sebagai ideology
yang menjadi dasar dalam setiap pemberitaan yang disampaikan khalayak.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Karl Marx (1818 – 1883) dan Fredrich Engels (1820 – 1895) melihat ideologi sebagai
febrikasi atau pemalsuan yang digunakan oleh sekelompok orang tertentu untuk
membenarkan diri mereka sendiri. Karena itu, konsep ideology tersebut jelas sangat subjektif
dari keberadaanya hanya untuk menlegitimasi kelass penguasa di tengah masyarakat (Sobur,
2002:64). Berdasrkan teori tersebut, media dipandang sebagi dominasi para penguasa yang
memiliki kepentingan tertentu.
Sedangkan Shoemoker dan Reese menyebutkan objektifitas lebih merupakan ideology
bagi jurnalis dibandingkan seperangkat aturan atau praktek yang disedianakan oleh jurnalis.
Ideology ini adalah kontruksi untuk memberi kesadaran kepada khalayak bahwa pekerjaan
jurnalis adalah menyampaikan kebenaran. Objektifitas juga memberiakan legitimasi kepada
media untuk disebarkan kepada khalayak bahwa apa yang disampaiakan adalah kebenaran
(Eriyanto, 2005:112-113).
Media berperan mendefinisikan bagaimana realitas seharusnya dipahami, bagaimana
realitas itu dijelaskan dengan cara tertentu kepada khalayak. Diatara berbagai fungsi dari
media dalam mendefinisikan realitas, fungsi pertama dalam ideology adalah media sebagai
mekanisme integrasi sosial. Media disini berfungsi menjaga nilai – nilai kelompokiti
dijalankan. Dalam kerangka ini, media dapat mendefinisikan nilai dan prilaku yang sesuai
dengan nilai kelompok dan prilaku atau nilai apa yang dipandang menyimpang. Semua nilai
dan pandangan tersebut bukan sesuatu yang terbentuk begitu saja, melaikan dikontruksi.
Lewat kontruksi tersebut, media secara aktif mendefinisikan peristiwa dan realitass sehingga
membentuk kenyataan apa yang layak, apa yang baik, apa yang sesuai, dan apa yang
dipandang menyimpang (Eriyanto, 2005:122-123).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2.4 Teori Per panjangan Gerbang (Gate Keeper)
Pandangan seleksi berita (selectivity of news) seringkali melahirkan teori seperti
gatekeeper. Intinya, proses produksi berita adalah proses seleksi. Seleksi ini dari wartawan
dilapangan yang akan memilih mana yang penting dan mana yang tidak, mana peristiwa yang
bisa diberitakan dan mana yang tidak. Setelah itu berita masuk ketangan redaktur, akan diseleksi
lagi dan disunting dengan menekankan bagian mana yang perlu dikurangi dan bagian mana yang
perlu ditambahkan. Pandangan ini mengendalikan seolah – olah ada realitas yang benar – benar
terjadi yang ada diluar diri wartawan. Realitas yang rill itulah yang akan diseleksi oleh wartawan
untuk kemudian dibentuk dalam sebuah berita (Eriyanto, 2002:100)
Semua saluran media massa mempunyai sejumlah gatekeeper. Mereka memainkan
peranan dalam beberapa fungsi, mereka dapat menghapus pesan atau mereka bahkan bisa
memodifikasi pesan yang akan disebarkan, merekapun bisa menghentikan sebuah sumber
informasi dan tidak membuka “pintu gerbang” bagian keluarnya informasi lain. Bagi Ray Eldon
Hiebert, Donald F. Ungurai dan Thomas W. Bhon, gatekeeper bukan bersifat pasif – negatif,
tetapi mereka merupakan pesan dengan mengkombinasikan pesan dari berbagai sumber. Seorang
layouter juga bisa menambahkan sesuatu pada gambar atau setting pada media cetak agar
kelihatan bagus dan menarik bagi pembaca. Secara umum peran gatekeeper sering dihubungkan
dengan berita khususnya surat kabar. Editor sering melaksanakan fungsi sebagi gate keeper,
mereka menentukan apa yang khalayak butuhkan atau setidaknya menyediakan bahan bacaan
untuk pembacanya. Seolah editor menjadi mata audience sebagi mana mereka menyortir melalui
peristiwa sehari – hari sebelum dibaca pembacanya.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Ketika seorang editor menekankan berita secara sensasional dan spektakuler dan juga
maslah kriminal mereka sedang melaksanakan fungsi gatekeeping (pentapisan informasi) atau
dengan kata lain tugas gatekeeper adalah bagaimana dengan seleksi berita yang dilakukannya
pembaca menjadi tertarik untuk membacanya. Oleh karena itu editor diharapkan bisa memilih
mana berita yang benar – benar dibutuhkan pembaca dan mana yang tidak, sebab dengan
pembatasan ruangan yang disajikan tidak mungkin semua berita disiarkan. Salah satu alasnnya
mereka harus bersaing dengan iklan – iklan yang masuk dan biasanya tidak lebih dari 40 %. Jadi
bagaimana membuat berita secara singkat, padat dan pantas sehingga memudahkan pembaca
memahaminya. Seorang editor bisa menyuruh reporter untuk melengkapi fakta – fakta dalm
beritanya misalnya dengan mengadakan wawancara ulang termasuk jika tulisan yang telah
disajikan untuk mencerminkan isi dari berita tersebut. Dengan demikian gatekeeper mempunyai
tiga fungsi sebagi berikut :
1. Menyiarkan informasi kepada pembaca
2. Untuk membatasi informasi yang diterima oleh pembaca dengan mengedit informasi
yang ada sebelum disebarkan.
3. Untuk memperluas informasi dengan menambahkan fakta (Nurudin, 2003 : 111 –
113)
2.5 Model Hierarchi of Influence
Kecenderungan dan perbedaan setiap media dalam memproduksi informasi kepada
khalayak dapat diketahui dari pelapisan – pelapisan yang melingkupi instuisi media. Pamela
Shoemoker dan Stephen D. Reese membuat mdel “hierarchi of influence” yang menjelaskan
hal ini :

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Gambar1.“Hierar chi of Influence”Pamela Shoemoker dan StephenD. Reese
1.

Tingkat Individual

2.
2.

Tingkat rutinit as
Tingkat Rutinit as
media
Tingkat organisasi

3.
3.
3.

4.

Shoemaker dan Reese, 1993, dalam Sobur, 2002:138
1. Pengaruh organisasi. Salah satu tujuan yang penting dari media adalah mencari
keuntungan materiil. Tujuan – tujuan dari media akan berpengaruh pada isi yang
dihasilkan.
2. Pengaruh dari luar organiasasi media. Pengaruh ini meliputi lobi dari kelompok
kepentingan terhadap isi media, pseudoevent dari praktisi public relation dan pemerintah
yang membuat peraturan – peraturan di bidang pers.
3. Pengaruh ideology. Ideology merupakan sebuah pengaruh yang paling meyeluruh dari
semua pengaruh. Ideology di sini diartikan sebagai mekanisme simbolik yang
menyediakan kekuatan kohesif yang menyediakan kohesif yang mempersatukan didalam
mesyarakat (Shoemoker, Reese, dalam Sobur, 2002:138-139)

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Pokok perhatian dalam studi mengenai teks atau isi media dan merupakan tingktan yang
paling menyeluruh adlah ideology. Media mempunyai peranan penting dalam
menyebarkan ideology. Begitu pula para pekerja media, praktisi dan hubungan –
hubunganya dapat berfungsi secara ideologis (Sobur, 2002:139)

2.6 Analisis Fr aming
Gagasan mengenai framing, pertamakali dilontarkan oleh Beterson tahun 1955 (Sudibyo
dalam Sobur, 2002:161). Mulanya, frame dimaknai sebagai struktur konseptual atau
perangkat kepercayaan yang mengorganisir pandangan politik, kebijakan, dan wacana, serta
yang menyediakan katogiri – kategori standar untuk realitas. Konsep ini kemudian
dikembangkan lebih jauh oleh Goffman pada 1974, yang mengandalkan frame sebagi
kepingan – kepingan prilaku (strips of behavior) yang membimbing individu dalam
membaca realitas.
Analisis framing dipakai untuk membedah cara – cara atau ideology media saat
mengkontruksi fakta. Analisis ini mencermati strategi seleksi, penonjolan, dan pertautan
fakta kedalam berita agar lebih bermakna, lebih menarik, lebih berarti atau lebih diingat,
untuk mengiringi interpretasi khalayak sesuai prespektifnya. Dengan kata lain, framing
adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana prespektif atau cara pandang yang
digunakan oleh wartawan ketika menyeleksi isu dan menulis berita (Sobur, 2002:162)
G.J. Aditjondro mendefinisikan framing sebagai metode penyajian realitas dimana
kebenaran tentang suatu kejadian tidak diingkari secara total, malainkan dibelokan secara
halus, dengan memberikan sorotan terhadap aspek – aspek tertentu saja, dengan mengunkan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

istilah – istilah yang mempunyai konotasi tertentu, dan dengan bantuan foto, karikatur, dan
alat ilustrasi lainya (Sudibyo, dalam Sobur, 2002:165).
Ada dua aspek dalam bidang framing. Pertama, memilih fakta atau realitas. Proses
memilih fakta ini didasarkan pada asumsi. Wartawan tidak mungkin melihat peristiwa tanpa
prespektif. Dalam memilih fakta ini selalu terkandung dua kemugkinan : apa yang akan
dipilih (included) dan apa yang dibuang (excluded). Penekanan aspek tertentu itu dilakukan
dengan memilih angel tertentu, memilih fakta tertentu, dan melupakan fakta yang lain,
memberitakan aspek tertentu dan melupakan asspek lainya. Intinya peristiwa dilihat dari sisi
tertentu. Akibatnya, pemahaman dan kontruksi atas suatu peristiwa bisa jadi berbeda antara
satu media dengan media lainnya.
Kedua, penulisan fakta. Proses ini berhubungan dengan bagaimana fakta yang dipilih itu
disajikan kepada khalayak. Bagaimana fakta yang sudah dipilih tersebut ditekankan dengan
pemaiakian perangkat tertentu : penempatan yang mencolok (menempatkan di headline
depan, atau bagian belakang), pengulangan, pemakaian grafis untuk mendukung dan
memperkuat penonjolan, pemakain label tertentu ketika menggambarkan orang atau
peristiwa yang diberitakan, asosiasi terhadap imbol budaya, generalisasi. Simplifikasi, dan
pemakaian kata yang mencolok, gambar dan sebagainya. Element menulis fakta ini
berhubungan dengan penonjolan realitas. Akibatnya, asspek tertentu yang ditonjolkan
menjadi menonjol, lebih mendapat alokasi dan perhatian yang besar dibandingkan aspek lain.
Realitas yang disajikan secara menonjol atau memcolok, mempunyai kemungkinan lebih
besar untuk diperhatikan dan mempengaruhi khalayak dalam memahami suatu realitas
(Eriyanto, 2005:69-70)

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2.7 Pr oses Fr aming
Framing didefinisikan sebagi proses membuat suatu pesan lebih menonjol, menempataka
informasi lebih daripada yang lain sehingga khalayak lebih tertuju pada pesan tersebut.
Menurut Pan dan Kosicki, ada dua konsepsi dari framing yang saling berkaitan. Pertama,
dalam konseps

Dokumen yang terkait

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25