KAUM MARGINAL DALAM KONSTRUKSI MEDIA (Analisis Wacana tentang Relokasi PKL Pada Surat Kabar Jawa Pos dan Republika Edisi Mei 2010)

(1)

KAUM MARGINAL DALAM KONSTRUKSI MEDIA (Analisis Wacana tentang Relokasi PKL Pada Surat Kabar

Jawa Pos dan Republika Edisi Mei 2010)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang

Sebagai Persyaratan Mendapatkan Gelar Sarjana (S-1)

Oleh: Sriani 06220028

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


(2)

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI

Nama : Sriani NIM : 06220028

Jurusan : Ilmu Komunikasi

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Judul Skripsi : Kaum Marginal dalam Konstruksi Media (Analisis Wacana tentang Relokasi PKL pada Surat Kabar Jawa Pos dan Republika Edisi Mei 2010)

Disetujui,

Pembimbing I

Joko Susilo, S.Sos, M.Si

Pembimbing II

Dra.Hj. Su’adah, M.Si

Mengetahui, Ketua Jurusan Ilmu

Komunikasi


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Sriani NIM : 06220028

Konsentrasi : Jurnalistik dan Studi Media

Judul Skripsi : Kaum Marginal dalam Konstruksi Media (Analisis Wacana tentang Relokasi PKL pada Surat Kabar Jawa Pos dan Republika Edisi Mei 2010)

Telah dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Skripsi Jurusan Ilmu Komunikasi

Fakultas Ilmu Sosial dan lmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang

Dan dinyatakan LULUS Pada hari : Sabtu

Tanggal : 22 Januari 2011 Tempat : Ruang Dosen (605)

Mengesahkan, Dekan FISIP UMM

Dr. Wahyudi, M.Si

Dewan Penguji :

1. Jamroji, S.Sos ( )

2. M. Himawan, M.Si ( )

3. Joko Susilo, S.Sos, M.Si ( )


(4)

PERNYATAAN ORISINALITAS

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Sriani

Tempat, tanggal lahir : Balikpapan, 28 April 1988 Nomor Induk Mahasiswa : 06220028

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan : Ilmu Komunikasi

Menyatakan bahwa karya ilmiah (skripsi) dengan judul :

Kaum Marginal dalam Konstruksi Media (Analisis Wacana tentang Relokasi PKL pada Surat Kabar Jawa Pos dan Republika Edisi Mei

2010)

adalah bukan karya ilmiah (skripsi) orang lain, baik sebagian ataupun seluruhnya, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah saya sebutkan sumbernya dengan benar.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila persyaratan ini tidak benar, saya bersedia mendapatkan sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Malang, 18 Januari 2011 Yang menyatakan,


(5)

BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI Nama : Sriani

NIM : 06220028

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan : Ilmu Komunikasi

Konsentrasi : Jurnalistik

Judul Skripsi : KAUM MARGINAL DALAM KONSTRUKSI MEDIA ( Analisis Wacana tentang Relokasi PKL pada Surat Kabar Jawa Pos dan Republika Edisi Mei 2010)

Pembimbing : 1. Joko Susilo, S.sos, M.Si 2. Dra.Hj. Su’adah, M.Si

Kronologi bimbingan

Malang, Januari 2011 Disetujui,

Pembimbing I

Joko Susilo, S.sos, M.Si

Pembimbing II

Dra. Hj. Su’adah,M.Si Tanggal Paraf Pembimbing Keterangan

Pembimbing I Pembimbing II

27 April 2010 Acc Judul

28 Juni 2010 Acc Proposal

21 Juli 2010 Seminar Proposal

15 November

2010 Acc BAB I, II

31 Desember

2010 Acc BAB III, IV


(6)

LEMBAR PERSEMBAHAN

Untuk keluargaku tercinta……..


(7)

Bismillahirrahmanirrahim

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini yang berjudul Kaum Marginal dalam Konstruksi Media (Analisis Wacana tentang Relokasi PKL pada Surat Kabar Jawa Pos dan Republika Edisi Mei 2010). Penulis merasa perlu mengusung judul ini karena terkait dengan tema sosial terutama kasus PKL yang selalu menjadi warna tersendiri bagi masyarakat Indonesia. Penelitian ini berangkat dari fenomena yang sering terjadi tengah-tengah kita dimana berita menjadi alat bagi kelompok untuk memarjinalkan kelompok yang tidak dominan dan media sebagai salurannya cenderung bias dalam melakukan pemberitaan sehingga sangat besar kemampuannya dalam membentuk opini publik. Melalui analisis wacana kita dapat mengetahui bagaimana dan mengapa pesan dalam berita tersebut dihadirkan.

Dengan terselesaikannya tugas akhir ini, maka penulis patut mengucap syukur dan terima kasih kepada pihak-pihak yang turut membantu selama proses pengerjaan tugas ini hingga selesai. Karena tanpa dukungan dari berbagai pihak penulis tidak akan pernah menyelesaikanya tugas akhir ini dengan baik.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan pada :

1. Allah SWT atas limpahan berkah dan rahmat-Nya penulis diberi kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Drs. Muhadjir Efendy, M. AP selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Malang

3. Bapak Dr. Wahyudi, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

4. Ibu Dra. Frida Kusumastuti, M. Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi. 5. Bapak Nurudin, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Komunikasi dan Dosen


(8)

6. Bapak Joko Susilo, M.Si selaku Dosen Pembimbing I Idan bu Dra. Hj. Su’adah, M. Si selau Dosen Pembimbing II yang selalu memberikan arahan dan bimbingan hingga skripsi ini dapat terselesaikan.

7. Segenap Dosen Ilmu Komunikasi yang telah memberikan ilmunya kepada penulis.

8. Kedua orang tuaku yang selalu memberi limpahan kasih sayang, doa, dan dukungan baik moril maupun materiil, serta untuk kakak-kakakku (Tia dan Sari) terima kasih atas motivasi, doa, dan saran yang selalu diberikan sehingga penulis selalu terpacu untuk menyelesaikan skripsi ini. Dan tak lupa untuk keponakanku (Tasya) yang selalu memberikan senyum dan tawanya.

9. Sahabatku Rima dan sekeluarga yang tak henti-hentinya memberikan motivasi kepada penulis untuk secepatnya menyelesaikan skripsi ini.

10. Nanda yang selalu siap mengantar penulis dalam proses pengerjaan serta dukungan yang diberikan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

11. Temanku Ria, Lala dan Dyah yang juga selalu memberikan dukungan kepada penulis.

12. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan semangat dan doa kepada penulis.

Dalam penysunan skripsi ini penulis sangat menyadari masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak guna perbaikan di masa mendatang sehingga kekurangan yang ada dapat diminimalisir

Malang, Januari 2011 Penulis


(9)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI………. i

LEMBAR PENGESAHAN………... ii

PERNYATAAN ORISINALITAS………... iii

BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSPI……….. iv

LEMBAR PERSEMBAHAN……….... v

ABSTRAK……….. vi

KATA PENGANTAR………... viii

DAFTAR ISI……….. x

DAFTAR TABEL……….. xii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang………. 1

B. Rumusan Masalah……….... 7

C. Tujuan penelitian………. 7

D. Manfaat penelitian………... 8

E. Tinjauan Pustaka………. 8

1. Media Massa dan Konstruksi Realitas……… 8

1.1. Memahami Bias Media……… 8

1.2. Teori Konstruksi Realitas……… 10

1.3. Bahasa dalam Konstruksi Realitas………... 12

1.4. Media dan Berita dilihat dari Pandangan Konstruksionios……. 16

2. Analisis Wacana……….. 19

2.1. Analisis Wacana sebagai Alternatif Analisis Teks Media…….. 19

2.2. Model Analisis Wacana Theo Van Leeuwen……….. 22

F. Metode Penelitian……… 24

1. Pendekatan penelitian………. 24

2. Ruang Lingkup Penelitian………... 25

3. Teknik Pengumpulan Data……….. 26

4. Teknik Analisis data……… 26

BAB II GAMBARAN OBYEK PENELITIAN A. Profil Jawa Pos………. 30


(10)

BAB III ANALISIS DATA

A. Wacana Surat Kabar Jawa Pos………. 45

1. Exclusion………. 45

a. Pasivasi………... 45

b. Nominalisasi………... 46

c. Penggantian Anak kalimat……….. 47

2. Inclusion……….. 47

a. Diferensiasi-Indeferensiasi………. 47

b. Objektivasi-Abstraksi………. 52

c. Nominasi-Kategorisasi………... 57

d. Nominasi-Identifikasi………. 62

e. Determinasi-Indeterminasi………. 65

f. Asimilasi-Individualisasi………... 68

g. Asosiasi-Disosiasi………... 71

B. Wacana Surat Kabar Republika……… 71

1. Exclusion………. 71

a. Pasivasi………... 71

b. Nominalisasi………... 71

c. Penggantian Anak kalimat……….. 74

2. Inclusion……….. 75

a. Diferensiasi-Indeferensiasi……… 75

b. Objektivasi-Abstraksi………. 77

c. Nominasi-Kategorisasi………... 81

d. Nominasi-Identifikasi………. 81

e. Determinasi-Indeterminasi………. 82

f. Asimilasi-Individualisasi……….... 83

g. Asosiasi-Disosiasi………... 84

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan……….. 86

B. Saran……… 88 DAFTAR PUSTAKA


(11)

DAFTAR TABEL

1. Tabel 1.1 Model Analisis Wacana Van Leeuwen………... 24 2. Tabel 1.2 Ruang Lingkup Penelitian……….. 25 3. Tabel 2.1 Penerbitan group Jawa Pos………. 33 4. Tabel 3.1 Strategi Diferensiasi-Indeferensiasi Jawa Pos………… 48 5. Tabel 3.2 Strategi Objektivasi-Abstraksi Jawa Pos……... 52 6. Tabel 3.3 Strategi Nominasi-Kategorisasi Jawa Pos……….. 57 7. Tabel 3.4 Strategi Nominasi-Identifikasi Jawa Pos……… 62 8. Tabel 3.5 Strategi Determinasi-Indeterminasi Jawa Pos………… 66 9. Tabel 3.6 Strategi Asimilasi-Individualisasi Jawa Pos………….. 68 10. Tabel 3.7 Strategi Nominalisasi Republika……… 72 11. Tabel 3.8 Strategi Penggantian Anak Kalimat Republika……….. 74 12. Tabel 3.9 Strategi Diferensiasi-Indeferensiasi Republika……….. 76 13. Tabel 3.10 Strategi Objektivasi-Abstraksi Republika……… 77 14. Tabel 3.11 Strategi Nominasi-Kategorisasi Republika…………... 81 15. Tabel 3.12 Strategi Asimilasi-Individualisasi Republika………... 83 16. Tabel 3.13 Strategi Asosiasi-Disosiasi Republika……….. 84


(12)

DAFTAR PUSTAKA Buku

Bagong Suyanto, dan M Khusna Amal (ed.). 2010. Anatomi Dan Perkembangan Teori Sosial. Malang : Aditya Media Publishing.

Bungin, Burhan. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif: Aktualisasi Metodologis ke Arah Ragam Varian Kontemporer. Jakarta: PT Raja Grafindo.

Eriyanto. 2001.Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: LkiS.

_______, 2002.Analisis Framing, Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media.

Yogyakarta : LkiS.

Hamad, Ibnu. 2004.Konstruksi Realitas Politik dalam Media Massa. Jakarta: Granit. Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Nurudin. 2007.Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Poloma, Margaret M. 1984. Sosiologi Kontemporer. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Rivers, William L, Jay W Jensen, dan Theodore Peterson. 2003,. Media Massa dan Masyarakat Modern. Jakarta : Prenada Media.

Sobur, Alex. 2001.Analisis Teks Media. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Winarso, Heru Puji. 2005.Sosiologi Komunikasi Massa. Jakarta: Prestasi Pustaka. Zen, Fathurin. 2004.NU Politik, Analisis Wacana Media. Yogyakarta: LkiS.

Website


(13)

1 BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Masyarakat dalam konteks global saat ini dikenal sebagai masyarakat informasi. Sebuah masyarakat dimana informasi menjadi suatu hal yang sangat esensial karena ia sangat berpengaruh di dalam kehidupan manusia. Arus globalisasi yang melanda dunia saat ini semakin memperkuat peranan informasi. Kebutuhan masyarakat terhadap suatu informasi terbilang sangat tinggi, inilah alasan yang menyebabkan perkembangan komunikasi massa berkembang sangat pesat. Berbagai macam jenis komunikasi massa turut hadir di tengah kita, baik cetak maupun elektronik karena elemen utama komunikasi massa adalah media massa. Perkembangan teknologi komunikasi massa tidak dapat dipungkiri telah banyak membantu umat manusia untuk mengatasi berbagai hambatan dalam berkomunikasi. Sekarang ini, kita dapat menikmati kelimpahan informasi yang begitu luar biasa. Hal ini tentu saja sangat berkaitan dengan berbagai macam tekmologi industri media informasi dan komunikasi.

Pertimbangan ekonomi, sosiologi, dan tekhnologi senantiasa mendominasi berbagai aspek berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan terhadap informasi. Hal-hal tersebut tidak dapat dilepaskan dan terus berpengaruh dalam pertumbuhan media massa saat ini. Masyarakat modern saat ini semakin tergantung kepada


(14)

2 sistem-sistem komunikasi yang mana media massa merupakan salah satu bagian dari sistem tersebut. Namun, segala bentuk perubahan yang terjadi pada media massa akan menyentuh berbagai aspek kehidupan masyarakat karena media massa memainkan suatu peranan yang sangat penting dalam kehidupan politik, sosial dan perekonomian masyarakat, begitu pula sebaliknya.

Satu kenyataan yang tidak terbantahkan dan sangat mempengaruhi proses komunikasi dalam masyarakat modern sekarang ini adalah keberadaan media massa. Media massa telah menjadi fenomena tersendiri dalam proses komunikasi massa dewasa ini. Bahkan ketergantungan manusia pada media massa sudah sedemikian besar. Berbagai macam berita mulai dari berita politik, ekonomi, sosial, budaya, maupun gosip hadir di tengah masyarakat melaui media hampir setiap menit. Ketergantungan yang tinggi pada media massa tersebut akan mendudukan media sebagai alat yang akan ikut membentuk dan bagaimana masyarakat. (Nurudin, 2007: 33)

Media mempunyai kekuatan untuk mengontrol pikiran massa. Media sebagai kekuatan strategis dalam menyebarkan informasi merupakan salah satu otoritas sosial yang berpengaruh dalam membentuk sikap dan norma sosial suatu masyarakat. Semakin pentingnya peran media dalam pembentukan opini publik tidak terlepas dari pesatnya peningkatan teknologi informasi dan komunikasi. Kini, masyarakat dapat dengan mudah mengakses berita melalui berbagai media.

Media massa merupakan media yang mempunyai peluang sangat besar untuk mempengaruhi makna dan gambaran yang akan dihasilkan dari realitas


(15)

3 yang dikonstruksikannya karena pada hakikatnya isi media adalah hasil konstruksi realitas dengan bahasa sebagai perangkat dasarnya. Sedangkan bahasa bukan hanya sebagai alat mempresentasikan realitas, namun juga bisa menentukan relief seperti apa yang akan diciptakan oleh bahasa tentang realitas tersebut (Sobur, 2001: 88).

Dari berbagai macam media, peran media cetak sangatlah penting, sehingga sulit dibayangkan negara-bangsa (nation state) modern bisa hadir tanpa keberadaannya. Selama berabad-abad media cetak menjadi satu-satunya alat pertukaran dan penyebaran informasi, gagasan dan hiburan, atau sebagai alat utama untuk menjangkau publik. (William, 2004:17). Salah satu media cetak yang mengalami banyak perkembangan adalah surat kabar. Walaupun media elektronik berkembang lebih pesat tetapi surat kabar telah menunjukkan bahwa ia mampu bersaing dengan media massa lainnya. Dan ini terbukti dengan semakin banyaknya jumlah surat kabar yang beredar di masyarakat.

Surat kabar didefinisikan sebagai sebuah instrument penting dalam kehidupan masyarakat. Surat kabar memiliki akses yang sangat luas ke semua kalangan karena bisa didapatkan dengan mudah. Hanya dibutuhkan kemampuan membaca dan memahami isi berita untuk bisa menikmati informasi yang disajikan oleh surat kabar. Keunggulan surat kabar juga dapat dilihat dari karakteristiknya yaitu publisitas, periodisitas, universalitas, aktualitas dan terdokumentasikan.


(16)

4 Surat kabar Jawa Pos dan Republika merupakan surat kabar harian yang ada di Indonesia. Berpusat di Surabaya, Jawa Timur, Jawa Pos adalah harian terbesar di Jawa Timur, dan merupakan salah satu harian dengan oplah terbesar di Indonesia. Sedangkan Republika merupakan surat kabar nasional kedua terbesar di Indonesia yang memuat ragam kombinasi artikel, mencakup semua aspek kehidupan yaitu aspek politik, ekonomi, sosial budaya dan demokrasi

Berbagai macam berita menarik selalu dihadirkan oleh kedua surat kabar ini untuk memenuhi kebutuhan informasi masyarakat. Salah satu pemberitaan yang dimuat oleh kedua surat kabar ini adalah pemberitaan kaum marjinal dengan berbagai permasalahan yang terjadi. salah satunya adalah permasalahan PKL. Peneliti menggunakan kedua harian ini dikarenakan pemberitaan atas permasalahan yang terjadi disajikan selama sepekan lebih sehingga diperoleh informasi yang lebih detail dan lengkap dibandingkan surat kabar lainnya yang menampilkan berita yang serupa

Kaum marjinal adalah salah satu dari sebagian besar dari objek pemberitaan di media massa walaupun berita konflik dan politik yang paling mendominasi. Pertumbuhan kota-kota di Indonesia tidak dapat dipisahkan dari kehadiran sektor informal, yang secara integral telah merasuk dalam setiap kegiatan kehidupan perkotaan. Gejala dualisme ini menjadi warna khas dari kehidupan perkotaan dan kondisi ini terjadi hampir di semua kawasan lingkungan fungsional kota. Keberadaan sektor informal tidak dapat dilepaskan dari proses


(17)

5 pembangunan, dimana ketidakseimbangan pembangunan desa dan kota, menarik arus urbanisasi ke kota. Hal ini meyebabkan pertumbuhan jumlah angkatan kerja yang tidak sejalan dengan ketersediaan lapangan kerja. Dalam situasi inilah para pencari kerja lari ke sektor informal dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Salah satu usaha sektor informal adalah pedagang kaki lima (PKL).

Dalam perkembangannya PKL menghadapkan pemerintah pada kondisi yang dilematis, disatu sisi keberadaannya dapat menciptakan lapangan kerja, sedangkan dilain pihak keberadaan PKL yang tidak diperhitungkan dalam perencanaan tata ruang telah menjadi beban bagi kota. PKL beraktivitas pada ruang-ruang publik kota tanpa mengindahkan kepentingan umum, sehingga terjadinya distorsi fungsi dari ruang tersebut. Pada akhirnya kesesuaian tatanan fisik masa dan ruang kota dalam menciptakan keserasian lingkungan kota sering kali tidak sejalan dengan apa yang telah direncanakan. Permasalahan inilah yang kerap kali mengundang pro kontra dari berbagai kalangan baik bagi pemerintah maupun PKL itu sendiri. Aksi protes atas relokasi itupun banyak menuai aksi protes dari PKL karena dianggap merugikan bagi mereka. Namun dari pihak pemerintah, para PKL ini justru akan ditertibkan dan ditempatkan sesuai dengan tatanan kota.

Relokasi PKL Keputran merupakan salah satu kebijakan Pemkot Surabaya untuk mengembalikan fungsi sarana prsarana kota yaitu jalan raya yang digunakan PKL sebagai tempat berjualan. Namun, pada kenyataannya relokasi


(18)

6 tersebut tak berjalan sesuai dengan rencana karena banyak menuai aksi protes dari PKL dan pedagang lain. Akibatnya terjadi pemblokadean di seputar pasar keputran agar pedagang tidak mendapat pasokan barang sehingga posisi para pedagang ini menjadi terdesak.

Para PKL dan pedagang lain yang menolak untuk direlokasi pun melakukan perlawanan dengan memblokade akses utama kawasan Keputran. Namun, selama beberapa hari terjadi pemblokadean, perawanan yang dilakukan PKL mengendur dan memutuskan siap untuk direlokasi dengan melewati beberpa kesepakatan.

Dari permasalahan ini, media massa terutama Jawa Pos dan Republika pun turut ambil bagian yakni sebagai wadah untuk menceritakan peristiwa yang terjadi. Karena salah satu agen terpenting dalam mendefinisikan suatu kelompok adalah media. Lewat pemberitaan yang terus-menerus disebarkan, media secara tidak langsung membentuk pemahaman dan kesadaran di kepala khalayak mengenai sesuatu. Wacana yang dibuat oleh media itu bisa jadi melegitmasi suatu hal atau kelompok dan mendelegitimasi dan memarjinalkan kelompok lain. (Eriyanto, 2001: 172). Dalam banyak kasus, kelompok-kelompok yang memiliki kekuasaan umumnya sangat berkepentingan dengan pengendalian makna di tengah pergaulan sosial. Dalam hal ini, media massa merupakan alat bantu yang ampuh (Hamad, 2004: 14).


(19)

7 Dalam kasus di atas, peneliti akan menggunakan analisis wacana sebagai untuk menanalisis makna yang terkandung di dalamnya. Melalui analisis wacana, kita menjadi sadar bagaimana suatu berita selama ini menjadi alat bagi kelompok dominan untuk menyembunyikan marjinalisasi terhadap kelompok yang tidak dominan.

Dengan menggunakan analisis wacana kita akan mengetahui bagaimana kaum marginal di masyarakat kita dikonstruksi oleh media Jawa Pos dan Republika melalui pemberitaan yang berkaitan dengan relokasi PKL. Oleh karena itu, maka peneliti menggunakan judul Kaum Marginal dalam Konstruksi Media (Analisis wacana tentang Pemberitaan Relokasi PKL pada Surat Kabar Jawa Pos dan Republika edisi Mei 2010).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah “Bagaimana surat kabar Jawa Pos dan Republika memahami kaum marginal melalui pemberitaan relokasi PKL sebagai suatu realitas?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pemahaman Jawa Pos dan Republika dalam mewacanakan kaum marjinal melalui pemberitaan relokasi PKL sebagai suatu realitas.


(20)

8 D. Manfaat Penelitian

1. Praktis

Manfaat penelitian ini secara praktis diharapkan dapat memberi pengetahuan bagi masyarakat pada umumnya dan khalayak pembaca harian Jawa Pos dan Republika khususnya, untuk menilai pemberitaan kaum marginal dan opini media terhadap suatu wacana tertentu yang kemungkinan dapat mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap kehidupan sosial.

2. Akademis

Sedangkan secara teoritis diharapkan penelitian ini mampu menambah pengetahuan dan menjelaskan secara sederhana kepada mahasiswa khususnya konsentrasi jurnalistik mengenai analisis wacana media dan memberikan rangsang bagi mereka untuk mengkritisi setiap wacana yang hadir di ruang publik.

E. Tinjauan Pustaka

1. Media Massa dan Konstruksi Realitas 1.1. Memahami Bias Media

Pada dasarnya bias berita terjadi karena media massa tidak berada di ruang vakum. Media sesungguhnya berada di tengah realitas sosial yang sarat dengan berbagai kepentingan, konflik, dan fakta yang kompleks dan beragam. Media massa bukan sesuatu yang bebas, independen, tetapi memiliki keterkaitan dengan realitas sosial. Jelasnya, ada berbagai kepentingan yang


(21)

9 bermain di dalam media massa. Di samping, kepentingan ideologi antara masyarakat dan negara, dalam diri media massa juga berslubung kepentingan yang lain, media tidak mungkin berdiri di tengah-tengah (netral), dia akan bergerak dinamis di antara pusaran-pusaran kepentingan yang sedang bermain. Kenyataan inilah yang menyebabkan bias berita di media massa adalah sesuatu yang sulit dihindari.

Sebagai suatu alat untuk menyampaikan berita, penilaian, atau gambaran umum tentang banyak hal, ia mempunyai kemampuan untuk berperan sebagai institusi yang dapat membentuk opini publik, antara lain karena media juga dapat bekembang menjadi kelompok penekan atas suatu ide atau gagasan, dan bahkan suatu kepentingan atau citra yang ia representasikan untuk diletakkan dalam konteks kehidupan yang lebih empiris. Sehubungan dengan hal tersebut, sebenarnya media berada pada posisi yang mendua, dalam pengertian bahwa ia dapat memberikan pengaruh-pengaruh “positif” maupun “negatif”. Tentu saja, atribut-atribut normatif ini bersifat sangat relatif, bergantung pada dimensi kepentingan yang diwakili.

Media massa tidak menunggu peristiwa lalu mengejar, memahami kebenarannya dan memberitakannya kepada publik. Ia mendahului semua itu dan menciptakan peristiwa, menafsirkan dan mengarahkan terbentuknya kebenaran. Media kerap dituduh bias dalam memilih informaasi untuk dipublikasikan atau disiarkan dan dalam pengolahan informasi mereka.


(22)

10 Menurut Al-Zastrouw, meski semua media massa mengandung bias, namun derajatnya berbeda-beda. Ada media yang derajat biasnya rendah sehingga cenderung objektif, dan ada pula media yang bobot biasnya amat tinggi, sehingga berita dan analisis yang disajikan justru berbeda jauh, atau bahkan bersebrangan dengan fakta yang sebenarnya. Derajat bias media ini, setidanya dpengaruhi oleh tiga hal, yakni kapasitas dan kualitas pengelola media, kuatnya kepentingan yang sedang bermain dalam realitas sosial, serta taraf kekritisan dari masyarakat. (Sobur, 2001: 30).

1.2. Teori Konstruksi Realitas Sosial

Menurut Berger (Suyanto dan Amal, 2010: 159) manusia adalah pencipta kenyataan sosial yang objektif melalui proses eksternalisasi, sebagaimana kenyataan objektif memengaruhi kembali manusia melalui proses internalisasi (yang mencerminkan kenyataan subjektif). Dengan kemampuan berpikir dialektis, dimana terdapat tesis, antithesis, dan sintetis, Berger memandang masyarakat sebagai produk manusia dan manusia sebagai produk masyarakat.

Berger dan Luckman (Poloma, 1984:303) meringkas teori mereka dengan menyatakan “realitas terbentuk secara sosial” dan sosiolgi ilmu pengetahuan (sociology of knowledge) harus menganalisa proses bagaiamana itu terjadi. Mereka mengakui realitas objektif, dengan membatasi realitas sebagai “kualitas yang berkaitan dengan fenomena yang kita anggap berada di


(23)

11 luar kemauan kita (sebab ia tak dapat dienyahkan)”. Menurut Berger dan Luckman kita semua mencari pengetahuan atau “kepastian bahwa fenomena adalah riil adanya dan memiliki karakteristik yang khusus” dalam kehidupan kita sehari-hari.

Dalam pemahaman konstruksi Berger, dalam memahami realitas/peristiwa terjadi dalam tiga tahapan, Berger menyebutnya sebagi moment yaitu, pertama, tahap eksternalisasi yaitu usaha pencurahan diri manusia ke dalam dunia, baik mental maupun fisik. Kedua, objektifasi yaitu hasil dari eksternalisasi yang berupa kenyataan objektif fisik ataupun mental.

Ketiga, internalisasi, sebagai proses penyerapan kembali dunia objektif ke dalam kesadaran sedemikian rupa sehingga subjektifitas individu dipengaruhi oleh struktur dunia sosial. Ketiga proses tersebut saling berdialektika secara terus menerus pada diri individu dalam rangka pemahan tentang realitas.

Bagi berger, realitas itu tidak dibentuk secara ilmiah, tidak juga sesuatu yang diturunkan oleh Tuhan. Tetapi sebaliknya, ia dibentuk dan dikonstruksi. Dengan pemahaman semacam ini, realitas berwajah ganda / plural. Setiap orang bisa mempunyai konstruksi yang berbeda-beda atas suatu realitas. Konstruksi sosial adalah proses menciptakan pengetahuan dan realitas sosial melalui interaksi simbolis dalam suatu kelompok sosial. Jadi, pengetahuan dan realitas muncul dari persepsi manusia. Realitas adalah hasil ciptaan manusia


(24)

12 kreatif melalui kekuatan konstruksi sosial terhadap dunia sosial di sekelilingnya (Eriyanto, 2002: 14).

1.3. Bahasa dalam Konstruksi Realitas

Tentang proses konstruksi realitas, prinsipnya setiap upaya “menceritakan” (konseptualisasi) sebuah peristiwa, keadaan, atau benda adalah usaha untuk mengkonstruksikan realitas. Karena sifat dan faktanya bahwa pekerjaan media massa adalah menceritakan peristiwa-peristiwa, maka kesibukan utama media massa adalah mengkonstruksikan berbagai realitas yang akan disiarkan. Media menyusun realitas dari berbagai peristiwa yang terjadi hingga menjadi cerita atau wacana yang bermakna. Pembuatan berita di media pada dasarnya adalah penyusunan realias-realitas hingga membentuk sebuah cerita atau wacana yang bermakna. Dengan demikian seluruh isi media tiada lain adalah realitas yang telah dikonstruksikan (constructed reality) dalam bentuk wacana yang bermakna.

Menurut Gaye Tuchman dalam bukunya Making news (Winarso, 2005: 153) menyatakan bahwa berita merupakan konstruksi sosial terhadap realitas. Tindakan membuat berita, merupakan tindakan mengkonstruksikan realitas itu sendiri daripada sebuah gambaran mengenai relitasnya. Ia menegaskan bahwa berita hanyalah insitusi yang dilegitimasi dan hal itu melegitimasi status quo. Berita adalah sumberdaya sosial yang mengkonstruksi batas-batas suatu pemahaman analitik mengenai kehidupan


(25)

13 masa kini. Berita melegitimasi status quo melaui praktik-praktik rutinnya dan pernyataan dari kaum professional berita untuk menentukan pengetahuan dan menghadirkan laporan-laporan faktual.

Dalam proses konstruksi realitas, bahasa adalah unsur utama. Ia merupakan instrument pokok untuk menceritakan realitas. Bahasa adalah alat konseptualisasi dan alat narasi. Begitu pentingnya bahasa, maka tak ada berita, cerita, ataupun ilmu pengetahuan tanpa bahasa. Selanjutnya, penggunaan bahasa (simbol) tertentu menentukan format narasi (dan makna) tertentu. Sedangkan jika dicermati secara teliti, seluruh isi media entah media cetak ataupun media elektronik menggunakan bahasa, baik bahasa verbal (kata-kata tertulis) maupun bahasa non-verbal (gambar, foto, gerak-gerik, grafik, angka, dan tabel).

Terutama dalam media massa, keberadaan bahasa tidak lagi semata untuk menggambarkan sebuah realitas, melainkan bisa menentukan gambaran (makna citra) mengenai suatu realitas-realitas media-yang akan muncul di benak khalayak. Terdapat berbagai cara media massa mempengaruhi bahasa dan makna ini, antara lain mengembangkan kata-kata baru beserta makna asosiatifnya, memperluas makna dan istilah-istilah yang ada, mengganti makna lama sebuah istilah dengan makna baru, menetapkan konvensi makna yang telah ada dalam suatu sistem bahasa.


(26)

14 Oleh karena persoalan makna itulah, makna penggunaan bahasa berpengaruh terhadap konstruksi realitas, terlebih atas hasilnya (makna atau citra). Sebabnya ialah, karena bahasa mengandung makna. Penggunaan bahasa tertentu dengan demikian berimplikasi pada bentuk konstruksi realitas dan makna yang dikandungnya. Pilihan kata dan cara penyajian suatu realitas ikut menentukan struktur konstruksi realitas dan makna yang muncul darinya. Dari perspektif ini, bahkan bahasa bukan hanya mampu mencerminkan realitas, tetapi sekaligus dapat menciptakan realitas. Seperti terlihat di bawah ini:

Hubungan antara Bahasa, Realitas, dan Budaya

Language

Reality creates creates Creates reality

culture

Lebih dari itu, menurut Giles dan Wiemann bahasa (teks) mampu menentukan konteks, bukan sebaliknya teks menyesuaikan diri dengan konteks. Dengan begitu, lewat bahasa yang dipakainya (melalui pilihan kata dan cara penyajian) seseorang bisa mempengaruhi orang lain (menunjukkan kekuasaannya). Melalui teks yang dibuatnya, ia dapat memanipulasi konteks.


(27)

15 Betapa dahsyat bahasa dalam menentukan “bentuk dan warna” gambar sosial yang dibuat seseorang, sampai-sampai para filsuf yang terdahulu maupun yang sekarang ikut memikirkannya. Diantaranya adalah Ludwig Wittgenstein yang menelorkan Teori Gambar, yang pada pokoknya menyatakan mengenai sentralnya posisi bahasa dalam membuat gambaran tentang realitas. Kata-kata dan struktur bahasa menentukan makna (gambaran) suatu realitas.

Elemen dasar seluruh isi media massa adalah, baik itu hasil liputan seperti berita, laporan pandangan mata, atau hasil analisis berupa artikel opini adalah bahasa (verbal dan non-verbal). Isi media cetak adalah bahasa tertulis baik berbentuk kata, angka, gambar ataupun grafis. Media radio menggunakan ucapan dan suara. Media TV menggabungkan bahasa tulisan, ujaran, gambar, dan bunyi-bunyian (audiovisual). Dengan bahasa para pekerja media menkostruksikan setiap realitas yang diliputnya.

Dengan demikian, bahasa adalah nyawa kehidupan media massa. Hanya melalui bahasa para pekerja media bisa menghadirkan hasil reportasenya kepada khalayak. Para pekerja media memanfaatkan bahasa dalam menyajikan berbagai realitas (peristiwa, keadaan, benda) kepada publik. Dengan bahasa secara massif mereka menentukan gambaran beragam realitas ke dalam benak masyarakat (Hamad, 2004: 11-14).


(28)

16 1.3. Media dan Berita Dilihat dari Pandangan Paradigma Konstruksionis

Dalam hal ini, ada dua karakteristik penting dari perspektif konstruksi realitas sosial ini. Pertama, perspektif ini menekankan pada politik pemaknaan dan proses bagaimana seseorang membuat gambaran tentang realitas. Kedua, perspektif ini memandang kegiatan komunikasi sebagai proses yang dinamis. Selain itu pendekatan ini terutama memandang bahwa kehidupan sehari-hari adalah kehidupan melalui dan dengan bahasa. Bahasa tidak hanya mampu membangun simbol-simbol yang diabstraksikan dari pengalaman sehari- hari, melainkan juga “mengembalikan” simbol-simbol itu dan menghadirkan sebagai unsur yang objektif dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam penjelasan ontology paradigma konstruktivis, realitas merupakan konstruksi sosial yang diciptakan oleh individu. Realitas sosial tidak berdiri sendiri tanpa kehadiran individu baik di dalam maupun di luar realitas tersebut. Realitas sosial itu memiliki makna ketika realitas sosial dikonstruksi dan dimaknakan secara subjektif oleh individu lain sehingga memantapkan realitas itu secara objektif. Jadi individu mengkonstruksi realitas sosial, dan mengkonstruksikannya ke dalam realitas itu berdasarkan subjektivitas inividu lain dalam institusi sosialnya. Realitas sosial dikonstruksi melalui proses eksternalisasi, objektivasi dan internalisasi, tidak berlangsung di ruang hampa, namun sarat dengan kepentingan-kepentingan (Bungin, 2001: 6).


(29)

17 Wartawan bisa jadi mempunyai pandangan dan konsepsi yang berbeda ketika melihat suatu peristiwa, dan itu dapat dilihat dari bagaimana mereka mengkonstruksikan peristiwa itu, yang diwujudkan dalam teks berita. Berita dalam pandangan konstruksi sosial, bukan merupakan peristiwa atau fakta dalam waktu yang riil.

Eriyanto (2002: 19-36) menjelaskan pendekatan konstruksionis mempunyai penilaian sendiri bagaimana media, wartawan, dan berita dilihat . penilaian tersebut meliputi :

a) Fakta / peristiwa adalah hasil konstruksi. Realitas tercipta lewat konstruksi, sudut pandang tertentu dari wartawan. Di sini tidak ada realitas yang bersifat objektif, karena realitas itu tercipta lewat konstruksi dan pandangan tertentu. Realitas bisa berbeda-beda, tergantung pada bagaimana konsepi ketika realitas itu dipahami oleh wartawan yang mempunyai pandangan berbeda.

b) Media adalah agen konstruksi. Media bukanlah sekedar saluran yang bebas, ia juga subjek yang mengkonstruksi realitas, lengkap dengan pandangan, bias, dan pemihakannya. Di sini media dipandang sebagai agen konstruksi sosial yang mendefiisikan realitas.

c) Berita bukan refleksi dari realitas, ia hanya konstruksi dari realitas. Dalam pandangan konstruksionis berita diibaratkan seperti sebuah drama. Ia bukan menggmbarkan realitas, tetapi potret arena pertarungan antara berbagai pihak yang berkaitan dengan peristiwa. Berita tidak mungkin


(30)

18 merupakan cermin dan refleksi dari realitas karena berita yang terbentuk merupakan konstruksi atas realitas.

d) Berita bersifat subjektif / konstruksi atas realitas.Pemaknaan seseorang atas sebuah realitas bisa jadi berbeda dengan orang lain, yang tentunya menghasilkan realitas yang berbeda pula. Opini tidak dapat dihilangkan karena ketika meliput, wartawan melihat dengan perspektif dan pertimbangan subjektif.

e) Wartawan bukan pelapor, ia agen konstruksi realitas. Wartawan tidak bisa menyembunyikan pilihan moral dan keberpihakannya karena ia merupakan bagian yang intrinsic dalam pembentukan berita. Berita bukan hanya produk individual, melainkan juga bagian dari proses organisasi dan interaksi antara wartawannya. Karena dalam kenyataannya, tidak ada realitas yang bersifat eksternal dan objektif, yang berada di luar diri wartawan. Realitas dibentk dan diproduksi tergantung pada bagaimana proses konstruksi berlangsung.

f) Etika, pilihan moral, dan keberpihakan wartawan adalah bagian yang integral dalam produksi berita. Aspek etika, moral, dan nilai-nilai tertentu tidak mungkin dihilangkan dari pemberitaan media. Etika dan moral yang dalam banyak hal berarti keberpihakan pada satu kelompok atau nilai tertentu umumnya dilandasi oleh keyakinan tertentu adalah bagian yang integral dan tidak terpisahkan dalam mwembentuk dan mengkonstruksi realitas.


(31)

19 g) Nilai, etika, dan pilihan moral peneliti enjadi bagian yang integral dalam penelitian. Pilihan etika, moral atau keberpihakan peneliti menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari proses penelitian. Peneliti adalah entitas dengan berbagai nilai dan keberpihakan yang berbeda-beda. Karenanya, bisa jadi objek penelitian yang sama akan menghasilkan temuan yang berbeda di tangan peneliti yang berbeda.

h) Khalayak mempunyai penafsiran tersendiri atas berita. Khalayak bukan dilihat sebagai subjek yang pasif. Ia juga subjek yang aktif dalam menafsirkan apa yang dia baca yang bisa jadi berbeda dari pembuat berita. 2. Analisis Wacana

Analisis wacana adalah alternatif terhadap kebuntuan-kebuntuan dalam analisis media yang selama ini lebih didominasi oleh analisis konvensional dengan paradigm positif atau konstruktivisnya. Jika yang kedua ini terpancang pada apa pertanyaan “apa” maka analisis wacana lebih jauh pada “bagaimana” dari sebuah pesan atau teks komunikasi. Lewat analisis wacana, kita akan tahu bukan hanya bagaimana teks isi berita, melainkan bagaimana dan mengapa pesan itu dihadirkan. Bahkan, kita akan bisa lebih jauh membongkar penyalahgunaan kekuasaan, dominasi, dan ketidakadilan yang dijalankan dan diproduksi secara samar melaui teks-teks berita itu.

2.1. Analisis Wacana sebagai Sebuah alternatif Analiasis Teks Media Menurut Eriyanto (Sobur, 2001: 68) analisis wacana adalah salah satu alternatif dari analisis selain analisis isi kuantitatif yang dominan dan banyak


(32)

20 dipakai. Melalui analisis wacana kita bukan hanya mengetahui bagaimana isi teks berita, tetapi juga bagaimana pesan itu disampaikan.

Apabila dikatakan sebagai alternatif, tentu saja hal itu bukan berarti analisis wacana lebih baik dari analisis isi kuantitatif. Kata alternative ditunjukkan untuk menunjukkan bahwa analisis wacana dapat melengkapi dan menutupi kelemahan dari analisis isi kuantitatif. Perbandingan di sini bukan dimaksudkan untuk mengatakan metode yang satu lebih baik dibandingkan dengan metode yang lain, tetapi untuk menjelaskan setiap metode mempunyai karakteristik tersendiri, kelebihan dan kekurangan tersendiri.

Analisis wacana berbeda dengan apa yang dilakukan oleh analisis isi kuantitatif, antara lain: Pertama, dalam analisisnya analisis wacana lebih bersifat kualitatif dibandingkan dengan analisis isi yang umumnya kuantitatif. Analisis wacana lebih menekankan pada pemaknaan teks ketimbang penjumlahan unit kategori seperti dalam analisis isi. Dasar dari analisis wacana adalah interpretasi, karena analisis wacana merupakan bagian dari metode interpretatif yang mengandalkan interpretasi dan penafsiran peneliti. Kedua, analisis isi kuantitatif pada umumnya hanya dapat digunakan untuk membedah muatan teks komunukasi yang bersifat manifest (nyata), sedangkan analisis wacana justru berpretensi memfokuskan pada pesan latent (tersembunyi). Begitu banyak teks komunikasi disajikan secara implisit. Makna suatu pesan dengan demikian tidak bisa hanya ditafsirkan sebagai apa yang tampak nyata dalam teks, namun harus dianalisis dari makna yang tersembunyi. Pretensi


(33)

21 analisis wacana adalah pada muatan, nuansa, dan makna yang laten dalam teks media. Dalam analisis wacana _nonym penting dalam analisis wacana unsur penting dalam analisis adalah penafsiran. Tanda dan elemen yang ada dalam teks dapat ditafsirkan secara mendalam oleh peneliti, sesuatu yang tidak terdapat lam analisis isi kuantitatif.

Ketiga, analisis isi kuantitatif hanya dapat mempertimbangkan “apa yang dikatakan” (what), tetapi tidak dapat menyelidiki “bagaimana ia dikatakan” (how). Dalam kenyataannya, yang penting bukan apa yang dikatakan oleh media, akan tetapi bagaimana dan dengan cara apa pesan dikatakan. Hal ini disebabkan analisis wacana bukan sekedar bergerak dalam level makro (isi dari suatu teks), tetapi juga pada level mikro yang menyusun suatu teks seperti kata, kalimat, ekspresi, dan retoris. Dalam analisis wacana, bukan hanya kata atau aspek isi lainnya yang dapat dikodekan, tetapi struktur wacana yang kompleks pun dapat dianalisis pada berbagai tingkatan deskripsi. Kita, misalnya dapat mengkaji keseluruhan topik dalam pemberitaan media, seperti terlihat dalam headline yang kemudian dispesifikan oleh detail-detail dalam teks. Bahkan, makna kalimat dan relasi koheren antarkalimat pun bisa dipelajari. Dalam pendekatan ini, pengandaian yang digunakan untuk memeriksa makna tersembunyi yang dimiliki wacana juga dapat dipelajari dan dibedah. Kita juga dapat melihat bagaimana suatu peristiwa bisa digambarkan dengan sedikit atau banyak detail dalam teks.


(34)

22 Keempat, analisis wacana tidak berpretensi melakukan generalisasi. Hal ini berbeda dengan tradisi analisis isi yang memang bertujuan melakukan generalisasi, bahkan melakukan prediksi. Pengambilan sampel, uji statistik yang biasa digunakan dalam analisis isi secara tidak langsung memang bertujuan agar hasil penelitian yang dilakukan dapat menggambarkan fenomena keseluruhan dari suatu isu/peristiwa, bahkan kalau bisa melakukan prediksi. Jika keadaan dan kondisi yang diteliti sama dengan yang kita teliti, maka keadaan yang sama dengan yang dilakukan oleh peneliti lain. Analisis wacana tidak bertujuan melakuka generalisasi dengan beberapa asumsi. Diantaranya, setiap peristiwa pada dasarnya selalu bersifat unik, karena itu tidak dapat diperlakukan prosedur yang sama yang diterapkan untuk isu dan kasus yang berbeda.

2.2. Model Analisis Wacana Theo Van Leeuwen

Theo Van Leeuwen memperkenalkan model analisis wacana untuk mendeteksi dan meneliti bagaimana suatu kelompok atau seseorang dimarjinalkan posisinya dalam suatu wacana. Bagaimana suatu kelompok dominan lebih memegang kendali dalam menafsirkan suatu peristiwa dan pemaknaannya, sementara kelompok lain yang posisinya rendah cenderung untuk terus-menerus sebagai objek pemaknaan, dan digambarkan secara buruk. Dia juga membuat suatu model analisis yang bisa kita pakai untuk melihat bagaimana peristiwa dan aktr-aktor sosial tersebut ditampilkan dalam


(35)

23 media, dan bagaimana suatu kelompok yang tidak punya akses menjadi pihak yang terus-menerus dimarjinalkan.

Pada analisis ini dijelaskan bahwa ideologi dan kekuasaan itu tercermin dan terskspresikan lewat teks yaitu melalui bahasa. Titik pehatian Van Leeuwen terutama didasarkan pada bagaimana peristiwa dan aktor-aktor sosial digambarkan dalam teks. Apakah ada peristiwa atau pihak yang yang dimarjinalkan dengan penggambaran tertentu lewat teks. Penggambaran itu sendiri mencerminkan pada bagaimana pertarungan sosial itu terjadi.

Analisis Van Leeuwen secara umum untuk menampilkan bagaimana pihak-pihak dan aktor (bisa seseoang atau kelompok) ditampilkan dalam pemberitaan. Ada dua pusat perhatian. Pertama, proses pengeluaran (exclusion). Apakah dalam suatu teks berita, ada kelompok atau aktor yang dikeluarkan dalam pemberitaan, dan strategi wacana apa yang dipakai untuk itu. Proses pengeluaran ini, secara tidak langsung bisa mengubah pemahaman khalayak akan suatu isu dan melegitimasi posisi pemahaman tertentu. Kedua, proses pemasukan (inclusion). Kalau exclusion berhubungan dengan pertanyan bagaimana proses suatu kelompok dikeluarkan dari teks pemberitaan, maka inclusion berhubungan dengan pertanyaan bagaimana masing-masing pihak atau kelompok itu ditampilkan lewat pemberitaan. Baik proses exclsion maupun inclusion tersebut menggunakan apa yang disebut strategi wacana. Dengan memakai kata, kalimat, informasi atau susunan bentuk kalimat tertentu, masing-masing kelmpok diinterpretasikan dalam teks.


(36)

24 Secara umum, apa yang ingin dilihat dari model Van Leeuwen ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Tabel 1.1

Model Analisis Wacana Theo Van Leeuwen TINGKAT YANG INGIN DILIHAT

Eksklusi

Apakah ada aktor (seseorang / kelompok sosial) yang dihilangkan atau disembunyikan dalam pemberitaan. Bagaimana strategi yang diajukan untuk

menyembunyikan atau menghilangkan akor sosial tersebut.

Inklusi

Dari aktor sosial yang disebut dalam berita, bagaimana mereka ditampilkan? Dan dengan strategi apa

pemarjinalan atau pengucilan itu dilakukan?

F. Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif interpretatif dengan dasar analisis wacana. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, secara holistic (utuh) dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata da bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah (Moleong, 2007: 6).

Dasar dari analisis wacana adalah interpretasi, karena analisis wacana merupakan bagian dari metode inetrpretatif yang mengandalkan interpretasi


(37)

25 dan penafsiran peneliti. Jadi, setiap teks pada dasarnya dapat dimaknai secara berbeda dan ditafsirkan secara beragam (Sobur 2001 : 70).

2. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah pada objek penelitian yaitu terhadap teks media yaitu pemberitaan relokasi PKL pada surat kabar Jawa Pos dan Republika edisi Mei 2010. Pemberitaan yang berhasil dikumpulkan akan diidentifikasi seperti dalam tabel berikut:

Tabel 1.2

Ruang Lingkup Penelitian No. Tanggal Judul pada Harian

Jawa Pos

Judul pada Harian Republika 1. 1 Mei 2010 Relokasi Jangan Molor

2. 2 Mei 2010 Pengelola Keputran Menolak

3. 4 Mei 2010 Tolak Tuntutan Pengelola 4. 4 Mei 2010 Uji Ketegasan Pemkot

5. 6 Mei 2010 Relokasi Pedagang Pasar Keputran Batal

6. 7 Mei 2010 Pedagang Mengendur, Aparat Terus Mengancam 7. 8 Mei 2010 PKL Pilih Relokasi

Kenjeran 8. 11 Mei 2010 800 Polisi Kepung

Keputran

9. 11 Mei 2010 Ka polwil Sarankan PKL Cari Tempat Baru

Pedagang Rugi Rp 1 Miliar

10. 23 Mei 2010 Pemilik Lega meski Pembeli Belum Naik


(38)

26 3. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini terdapat dua jenis pengumpulan data, yaitu data primer dan data sekunder.

a. Data primer, diperoleh dengan menbaca semua berita mengenai relokasi PKL pada surat kabar Jawa Pos dan Republika periode Mei 2010, kemudian dikumpulkan dan dikliping.

b. Data sekunder, diperoleh dengan literature (buku), artikel, internet maupun referensi lain yang sesuai dengan permasalahan guna mendukung dan melengkapi data primer.

4. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis wacana Theo Van Leeuwen. Ada dua pusat perhatian dalam analisis ini: a. Exclusion

Ada beberapa strategi bagaimana suatu aktor (seseorang atau kelompok) dikeluarkan dalam pembicaraan. Diantaranya dapat digambarkan sebagai berikut:

1) Pasivasi

Eksklusi adalah isu yang sentral dalam analisis wacana. Pada dasarnya ini adalah proses bagaimana satu kelompok atau aktor tertentu tidak dilibatkan dalam suatu pembicaraan atau wacana. Penghilangan aktor


(39)

27 sosial untuk melindungi dirinya. Salah satu cara adalah dengan membuat kalimat dalam bentuk pasif.

2) Nominalisasi

Strategi wacana lain yang sering dipakai untuk menghilangkan kelompok atau aktor sosial tertentu adalah lewat nominalisasi. Strategi ini berhubungan dengan mengubah kata kerja (verba) menjadi kata benda (nomina). Umumnya dilakukan dengan memberi imbuhan “pe-an”.

3) Penggantian anak kalimat

Penggantian subjek juga dapat dilakukan dengan memakai anak kalimat yang sekaligus berfungsi sebagai pengganti aktor.

b. Inclusion

Ada beberapa macam strategi wacana yang dilakukan ketika sesuatu, seseorang, atau kelompok ditampilkan dalam teks, yang akan diringkas sebagai berikut:

1) Diferensiasi-Indiferensiasi

Suatu peristiwa atau sorang aktor sosial bisa ditampilkan dalam teks secara mandiri, sebagai suatu peristiwa yang unik atau khas, tetapi juga bisa dibuat kontras dengan menampilkan peristiwa atau aktor lain dalam teks.


(40)

28 Elemen wacana ini berhubungan dengan pertanyaan apakah informasi mengenai suatu peristiwa atau aktor sosial ditampilkan dengan memberi petunjuk yang konkret ataukah yang ditampilkan dalam abstraksi.

3) Nominasi-Kategorisasi

Dalam suatu pemberitaan mengenai aktor (seseorang/kelompok) atau mengenai suatu permasalahan, sering kali terjadi pilihan apakah aktor tersebut ditampilkan apa adanya ataukah yang disebut adalah kategori dari aktor sosial tersebut. Kategori ini bisa macam-macam, yang menunjukkan ciri penting dari seseorang: bisa berupa agama, status, bentuk fisik, dan sebagainya.

4) Nominasi-Identifikasi

Strategi wacana ini hampir mirip dengan kategorisasi, yakni bagaimana suatu kelompok, peristiwa, atay tindakan tertentu didefinisikan. Bedanya dalam identifikasi, proses pendefinisian itu dilakukan dengan memberi anak kalimat sebagai penjelas. Di sini ada dua proposisi, dimana proposisi kedua adalah penjelas dari proposisi pertama. Umumnya dihubungkan dengan kata hubung seperti: yang, di mana. 5) Determinasi-Indeterminasi

Dalam pemberitaan seringkali aktor atau peristiwa disebutkan secara jelas, tetapi sering juga tidak jelas (anonim). Anonimitas ini bisa jadi


(41)

29 karena wartawan belum menemukan bukti yang cukup untuk menulis, sehingga lebih aman untuk menulis _nonym.

6) Asimilasi-Individualisasi

Strategi wacana ini berhubungan dengan pertanyaan, apakah aktor sosial yang diberitakan ditunjukkan dengan jelas kategorinya ataukah tidak .asimilasi terjadi ketika dalam pemberitaan bukan kategori aktor sosial yang spesifik yang disebut dalam berita tetapi komunitas atau kelompok sosial dimana seseorang tersebut berada.

7) Asosiasi-Diasosiasi

Strategi wacana ini berhubungan dengan pertanyaan, apakah aktor atau suatu pihak ditampilkan sendiri ataukah ia dihubungkan dengan kelompok lain yang lebih besar.


(1)

Secara umum, apa yang ingin dilihat dari model Van Leeuwen ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Tabel 1.1

Model Analisis Wacana Theo Van Leeuwen

TINGKAT YANG INGIN DILIHAT

Eksklusi

Apakah ada aktor (seseorang / kelompok sosial) yang dihilangkan atau disembunyikan dalam pemberitaan. Bagaimana strategi yang diajukan untuk

menyembunyikan atau menghilangkan akor sosial tersebut.

Inklusi

Dari aktor sosial yang disebut dalam berita, bagaimana mereka ditampilkan? Dan dengan strategi apa

pemarjinalan atau pengucilan itu dilakukan?

F. Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif interpretatif dengan dasar analisis wacana. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, secara holistic (utuh) dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata da bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah (Moleong, 2007: 6).


(2)

dan penafsiran peneliti. Jadi, setiap teks pada dasarnya dapat dimaknai secara berbeda dan ditafsirkan secara beragam (Sobur 2001 : 70).

2. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah pada objek penelitian yaitu terhadap teks media yaitu pemberitaan relokasi PKL pada surat kabar Jawa Pos dan Republika edisi Mei 2010. Pemberitaan yang berhasil dikumpulkan akan diidentifikasi seperti dalam tabel berikut:

Tabel 1.2

Ruang Lingkup Penelitian

No. Tanggal Judul pada Harian Jawa Pos

Judul pada Harian Republika 1. 1 Mei 2010 Relokasi Jangan Molor

2. 2 Mei 2010 Pengelola Keputran Menolak

3. 4 Mei 2010 Tolak Tuntutan Pengelola 4. 4 Mei 2010 Uji Ketegasan Pemkot

5. 6 Mei 2010 Relokasi Pedagang Pasar

Keputran Batal

6. 7 Mei 2010 Pedagang Mengendur,

Aparat Terus Mengancam

7. 8 Mei 2010 PKL Pilih Relokasi

Kenjeran 8. 11 Mei 2010 800 Polisi Kepung

Keputran

9. 11 Mei 2010 Ka polwil Sarankan PKL Cari Tempat Baru

Pedagang Rugi Rp 1 Miliar

10. 23 Mei 2010 Pemilik Lega meski Pembeli Belum Naik


(3)

3. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini terdapat dua jenis pengumpulan data, yaitu data primer dan data sekunder.

a. Data primer, diperoleh dengan menbaca semua berita mengenai relokasi PKL pada surat kabar Jawa Pos dan Republika periode Mei 2010, kemudian dikumpulkan dan dikliping.

b. Data sekunder, diperoleh dengan literature (buku), artikel, internet maupun referensi lain yang sesuai dengan permasalahan guna mendukung dan melengkapi data primer.

4. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis wacana Theo Van Leeuwen. Ada dua pusat perhatian dalam analisis ini: a. Exclusion

Ada beberapa strategi bagaimana suatu aktor (seseorang atau kelompok) dikeluarkan dalam pembicaraan. Diantaranya dapat digambarkan sebagai berikut:

1) Pasivasi

Eksklusi adalah isu yang sentral dalam analisis wacana. Pada dasarnya ini adalah proses bagaimana satu kelompok atau aktor tertentu tidak


(4)

sosial untuk melindungi dirinya. Salah satu cara adalah dengan membuat kalimat dalam bentuk pasif.

2) Nominalisasi

Strategi wacana lain yang sering dipakai untuk menghilangkan kelompok atau aktor sosial tertentu adalah lewat nominalisasi. Strategi ini berhubungan dengan mengubah kata kerja (verba) menjadi kata benda (nomina). Umumnya dilakukan dengan memberi imbuhan “pe-an”.

3) Penggantian anak kalimat

Penggantian subjek juga dapat dilakukan dengan memakai anak kalimat yang sekaligus berfungsi sebagai pengganti aktor.

b. Inclusion

Ada beberapa macam strategi wacana yang dilakukan ketika sesuatu, seseorang, atau kelompok ditampilkan dalam teks, yang akan diringkas sebagai berikut:

1) Diferensiasi-Indiferensiasi

Suatu peristiwa atau sorang aktor sosial bisa ditampilkan dalam teks secara mandiri, sebagai suatu peristiwa yang unik atau khas, tetapi juga bisa dibuat kontras dengan menampilkan peristiwa atau aktor lain dalam teks.


(5)

Elemen wacana ini berhubungan dengan pertanyaan apakah informasi mengenai suatu peristiwa atau aktor sosial ditampilkan dengan memberi petunjuk yang konkret ataukah yang ditampilkan dalam abstraksi.

3) Nominasi-Kategorisasi

Dalam suatu pemberitaan mengenai aktor (seseorang/kelompok) atau mengenai suatu permasalahan, sering kali terjadi pilihan apakah aktor tersebut ditampilkan apa adanya ataukah yang disebut adalah kategori dari aktor sosial tersebut. Kategori ini bisa macam-macam, yang menunjukkan ciri penting dari seseorang: bisa berupa agama, status, bentuk fisik, dan sebagainya.

4) Nominasi-Identifikasi

Strategi wacana ini hampir mirip dengan kategorisasi, yakni bagaimana suatu kelompok, peristiwa, atay tindakan tertentu didefinisikan. Bedanya dalam identifikasi, proses pendefinisian itu dilakukan dengan memberi anak kalimat sebagai penjelas. Di sini ada dua proposisi, dimana proposisi kedua adalah penjelas dari proposisi pertama. Umumnya dihubungkan dengan kata hubung seperti: yang, di mana. 5) Determinasi-Indeterminasi


(6)

karena wartawan belum menemukan bukti yang cukup untuk menulis, sehingga lebih aman untuk menulis _nonym.

6) Asimilasi-Individualisasi

Strategi wacana ini berhubungan dengan pertanyaan, apakah aktor sosial yang diberitakan ditunjukkan dengan jelas kategorinya ataukah tidak .asimilasi terjadi ketika dalam pemberitaan bukan kategori aktor sosial yang spesifik yang disebut dalam berita tetapi komunitas atau kelompok sosial dimana seseorang tersebut berada.

7) Asosiasi-Diasosiasi

Strategi wacana ini berhubungan dengan pertanyaan, apakah aktor atau suatu pihak ditampilkan sendiri ataukah ia dihubungkan dengan kelompok lain yang lebih besar.


Dokumen yang terkait

KLUB PERSEBAYA DALAM MEDIA MASSA (Analisis Wacana Tentangan Pemberitaan Klub Persebaya Pada Surat Kabar Harian Surya Dan Jawa Pos Edisi Mei­-Juli 2007)

0 6 3

KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP KEGIATAN CSR CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (Analisis Framing pada Surat Kabar Republika edisi Maret­ Mei 2007)

0 3 2

Konstruksi Pemberitaan Media Massa " Kasus Skandal Bank Century " ( Analisis Framing Surat Kabar Jawa Pos dan Republika Edisi 9 Desember 2009 - 20 Desember 2009 )

1 5 74

KONSTRUKSI BERITA KONFLIK AHMADIYAH DALAM SURAT KABAR (Analisis Framing Pada Pemberitaan Surat Kabar Jawa Pos Edisi 7-11 Februari 2011)

1 39 52

KONSTRUKSI PEMBERITAAN "NEGARA ISLAM INDONESIA" DI SURAT KABAR (Analisis Framing di Surat Kabar Kompas dan Republika Edisi 1-5 Mei 2011)

0 19 41

ANALISIS TINDAK TUTUR ILOKUSI DALAM WACANA PEMBACA MENULIS PADA SURAT KABAR JAWA POS Analisis Tindak Tutur Ilokusi dalam Wacana Pembaca Menulis pada Surat Kabar Jawa Pos Edisi September 2014.

0 2 16

ANALISIS TINDAK TUTUR ILOKUSI DALAM WACANA PEMBACA MENULIS PADA SURAT KABAR JAWA POS Analisis Tindak Tutur Ilokusi dalam Wacana Pembaca Menulis pada Surat Kabar Jawa Pos Edisi September 2014.

0 2 11

TINDAK TUTUR ILOKUSI DALAM WACANA AH TENANE PADA SURAT KABAR SOLOPOS EDISI MEI 2010.

0 0 6

PEMBINGKAIAN BERITA KISRUH PILKADA DI MOJOKERTO PADA SURAT KABAR KOMPAS DAN JAWA POS EDISI, 22 -23 MEI 2010. ( STUDI ANALISIS FRAMING KISRUH PILKADA DI MOJOKERTO PADA SURAT KABAR KOMPAS DAN JAWA POS EDISI 22-23 MEI 2010).

0 1 79

PEMBINGKAIAN BERITA KISRUH PILKADA DI MOJOKERTO PADA SURAT KABAR KOMPAS DAN JAWA POS EDISI, 22 -23 MEI 2010. ( STUDI ANALISIS FRAMING KISRUH PILKADA DI MOJOKERTO PADA SURAT KABAR KOMPAS DAN JAWA POS EDISI 22-23 MEI 2010).

0 0 22