Perancangan dan Pengembangan Sistem

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Agroindustri dan Agroindustri Ban

1.1. Agroindustri

Agroindustri adalah pengolahan hasil pertanian dan karena itu agroindustri merupakan bagian dari enam subsistem agribisnis yang disepakati selama ini yaitu subsistem penyediaan sarana produksi dan peralatan, usahatani, pengolahan hasil agroindustri, pemasaran, sarana dan pembinaan Soekartawi 2001. Arti agroindustri menurut FAO yaitu suatu industri yang menggunakan bahan baku dari pertanian dengan jumlah minimal 20 dari jumlah bahan baku yang digunakan adalah disebut agroindustri Soekartawi 2001. Diantara berbagai bahan baku yang tergolong ke dalam agroindustri, karet merupakan salah satunya yang memiliki potensi sangat tinggi di Indonesia. Indonesia merupakan negara kedua setelah Thailand penghasil karet alami di dunia sekitar 28 persen dari produksi karet dunia di tahun 2010. Sebesar 85 produksi karet dalam negeri diekspor dalam bentuk karet mentah dan 14 untuk konsumsi dalam negeri dengan berbagai keperluan. Pengembangan karet Indonesia dalam kurun waktu 3 dekade mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Dari aspek penyerapan tenaga kerja, pertanaman karet mampu menyerap lebih dari 2 juta tenaga kerja, belum termasuk tenaga kerja yang terserap dalam berbagai sub sistem lainnya DJP 2012. Pengembangan perkebunan karet yang dilakukan pada wilayah-wilayah bukaan baru terbukti telah menjadi penggerak perekonomian. Data empiris membuktikan bahwa dengan banyaknya pengembangan perkebunan karet di wilayah baru yang sebelumnya terpencil telah berubah dan berkembang menjadi pusat perekonomian baru DJP 2012. Di masa depan, permintaan akan karet alami dan karet sintetik masih cukup signifikan, karena didorong oleh pertumbuhan industri otomotif yang tentunya memerlukan ban yang berbahan baku karet sintetik dan karet alami. Harga karet sintetik yang terbuat dari minyak bumi akan sangat berfluktuasi terhadap perubahan harga minyak dunia.

1.2. Agroindustri Ban

Perkembangan industri otomotif yang begitu pesat menjadi salah satu faktor utama yang meningkatkan pertumbuhan agroindustri ban. Indonesia sebagai penghasil karet nomor dua di dunia menjadi salah satu negara yang sangat potensial untuk mengembangkan industri ban tersebut. Ban sebagai salah satu komponen alat transportasi telah banyak mengalami peningkatan baik dari segi permintaan maupun spesifikasi kegunaan. Dimulai dari sekedar alat penyangga kendaraan agar bisa berjalan, hingga banyak dibutuhkan secara spesifik seperti ban PCR Passenger Car Radial, TCR Truck Car Radial, ban khusus balap, dirgantara, pertanian dan sebagainya. Ban menjadi salah satu komponen utama dalam kendaraan sehingga banyak perusahaan manufaktur otomotif yang menjadikan perusahaan ban sebagai salah satu partner OEM Original Equipment Manufacture. 1.2.1. Ban Ban diproduksi dengan menggunakan bahan dasar karet, baik karet alami maupun karet sintetik. Karet merupakan bahan baku terpenting pada produksi ban sehingga perlu diketahui lebih dalam terkait karet dan sifatnya. 1.2.2. Karet Karet merupakan bahan baku utama dalam pembuatan ban. Tingkat produksi karet alam saat ini berada dibawah produksi karet sintetik, namun kelebihan karet alam belum dapat digantikan oleh karet sintetik. Adapun kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh karet alam adalah :  Memiliki daya elastis atau daya lenting yang sempurna  Memiliki plastisitas yang baik sehingga pengolahannya mudah  Mempunyai daya aus yang tinggi  Tidak mudah panas  Memiliki daya tahan yang tinggi terhadap keretakan Karet sintetis memiliki kelebihan seperti tahan terhadap berbagai zat kimia dan harganya cenderung stabil. 1.2.3. Sifat Kimia Karet Karet yang merupakan bahan utama dalam pembuatan ban merupakan politerpena yang disintesis secara alami melalui polimerisasi enzimatik isopentilpirofosfat. Unit ulangnya adalah sama sebagaimana 1,4-poliisoprena. Dimana isoprena merupakan produk degradasi utama karet. Bentuk utama dari karet alam, yang terdiri dari 97 cis-1,4-isoprena, dikenal sebagai Hevea Rubber. Hampir semua karet alam diperoleh sebagai lateks yang terdiri dari 32- 35 karet dan sekitar 5 senyawa lain, termasuk asam lemak, gula, protein, sterol ester dan garam. Lateks biasa dikonversikan ke karet busa dengan aerasi mekanik yang diikuti oleh vulkanisasi Malcom 2001. Warna karet agak kecoklat-coklatan, tembus cahaya atau setengah tembus cahaya, dengan berat jenis 0,91-093. Sifat mekaniknya tergantung pada derajat vulkanisasi, sehingga dapat dihasilkan banyak jenis sampai jenis yang kaku seperti ebonite. Temperatur penggunaan yang paling tinggi sekitar 99 o C, melunak pada 130 o C dan terurai sekitar 200 o C. Sifat isolasi listriknya berbeda karena pencampuran dengan aditif. Namun demikian, karakteristik listrik pada frekuensi tinggi, jelek. Sifat kimianya jelek terhadap ketahanan minyak dan ketahanan pelarut. Zat tersebut dapat larut dalam hidrokarbon, ester asam asetat, dan sebagainya. Karet yang kenyal agar mudah didegradasi oleh sinar UV dan ozon Marthan 1998. 1.2.4. Proses Pembuatan Ban Proses pembuatan ban diawali dengan persiapan bahan baku. Bahan baku terdiri atas enam jenis yaitu karet, bahan pengisi fillers, Reinforcing Material, Plasticizers, Antioksidan dan bahan Miscellaneous. Proses pengolahan raw material dibedakan menjadi tiga proses sesuai dengan jenis raw material yang akan diolah yaitu Pembuatan Bead, Banburry dan Calender. Secara umum proses produksi ban dapat dibagi menjadi tiga yaitu : 1.2.4.1. Semi manufacturing process • Pencampuran • Pemotongan • Bead Apexing • Extruding • Calendering • Cushioning 1.2.4.2. Proses pembuatan ban mentah • Type Building 1.2.4.3. Proses pemasakan • Curing

2. Customer Relationship Management CRM dalam Agroindustri Ban

CRM merupakan sebuah pendekatan baru dalam mengelola hubungan korporasi dan pelanggan pada level bisnis sehingga dapat memaksimumkan komunikasi dan pemasaran melalui pengelolaan berbagai kontak yang berbeda dengan pelanggan. Pendekatan ini memungkinkan untuk mempertahankan pelanggan dan memberikan nilai tambah terus menerus pada pelanggan, selain juga memperoleh keuntungan yang berkelanjutan. CRM dapat didefinisikan sebagai integrasi dari strategi penjualan, pemasaran, dan pelayanan yang terkoordinasi. CRM mencakup crossup selling, product affinity analysis, dan product bundling yang dapat digunakan sebagai solusi alternatif dalam sistem strategi penjualan di suatu industri. Cross-selling didefinisikan sebagai setiap tindakan atau praktek menjual antara atau di antara klien, pasar, pedagang, dan llain-lain atau yang menjual produk tambahan atau jasa kepada satu pelanggan yang sudah ada”. CRM menyimpan informasi pelanggan dan merekam seluruh kontak yang terjadi antara pelanggan dan perusahaan, serta membuat profil pelanggan untuk staf perusahaan yang memerlukan informasi tentang pelanggan tersebut. Pengertian CRM dari sudut pandang pemasaran dan dari sudut pandang teknologi informasi. Beberapa definisi CRM dari berbagai literatur yang berhasil digali antara lain adalah: • Dari sisi yang berkaitan dengan teknologi informasi, CRM adalah “sebuah strategi untuk mengoptimalkan nilai lifetime pelanggan customer lifetime value dengan cara mengetahui lebih banyak mengenai informasi pelanggan dan berinteraksi dengan pelanggan secara intensif”. • Dari sisi komunikasi dan manajemen, CRM didefinisikan sebagai “sebuah pendekatan perusahaan untuk memahami dan mempengaruhi perilaku pelanggan melalui komunikasi yang intensif dalam rangka meningkatkan akuisisi pelanggan, mempertahankan pelanggan, loyalitas pelanggan” • Definisi CRM jika dilihat dari segi bisnis dapat diartikan sebagai “sebuah strategi bisnis untuk memahami, mengantisipasi dan mengelola kebutuhan pelanggan yang potensial dalam suatu organisasi pada saat sekarang dan yang akan datang “