96
permukaan meningkat dari 36,3 menjadi 42,4 . Kondisi tersebut merupakan pengaruh kumulatif peningkatan luas perkebunan dari 34,8 menjadi 38,3 ,
peningkatan luas kebun campuran dan semak belukar masing-masing dari 3,8 dan 2,6 menjadi 4,0 dan 2,9 dari luas Sub DAS Konaweha Hulu. Angka-angka
tersebut memperlihatkan bahwa koefisien aliran permukaan dipengaruhi secara nyata oleh keempat jenis penggunaan lahan sesuai persamaan:
C = 64.0 - 0.9 H + 0.5 K - 0.8 Kc + 2.4 Sb
44 dimana C adalah koefisien aliran permukaan , H adalah luas hutan luas DAS
Konaweha Hulu, K adalah luas perkebunan luas DAS Konaweha Hulu, Kc adalah luas kebun campuran luas DAS Konaweha Hulu dan Sb adalah luas
semak belukar luas DAS Konaweha Hulu. Analisis regresi dan keragaman anova pengaruh perubahan penggunaan
lahan terhadap debit maksimum menunjukkan bahwa penurunan luas hutan dan peningkatan luas perkebunan, kebun campuran dan semak belukar menyebabkan
terjadinya peningkatan debit maksimum Lampiran 11 dan Gambar 19.
Qmax m3detik = 1713 - 20.1 H - 10.1 K - 45.4 Kc + 47.5 Sb R
2
= 0.7
50 100
150 200
250 300
Tahun dan Penggunaan Lahan Luas DAS Konaweha Hulu Qm
ax m
3 det
ik
H; Hutan 55.3
51.3 50.1
49.2 48.8
47.0 K; Perkebunan
34.8 38.3
39.0 39.5
39.6 40.0
Kc; Kebun Campuran 3.8
4.0 4.5
4.7 4.8
5.5 Sb; Semak Belukar
2.6 2.9
3.0 3.0
3.1 3.3
Qmax m3detik 205
255 254
258 266
275 1999
2001 2004
2005 2006
2008
Gambar 19. Pengaruh Penurunan Luas Hutan dan Peningkatan Luas Perkebunan, Kebun Campuran dan Semak Belukar terhadap Debit Maksimum Q
max
Sungai Konaweha
97
Gambar 19 menunjukkan bahwa penurunan luas hutan dan peningkatan luas perkebunan, kebun campuran dan semak belukar menyebabkan peningkatan debit
maksimum Sungai Konaweha secara konsisten dari tahun ke tahun. Penurunan luas hutan dari 55,3 tahun 1999 menjadi 47,0 pada tahun 2008 menyebabkan debit
maksimum Sungai Konaweha meningkat dari 205 m
3
detik menjadi 275 m
3
detik. Peningkatan debit maksimum tersebut merupakan pengaruh kumulatif dari
peningkatan luas perkebunan, kebun campuran dan semak belukar masing-masing 34,8 , 3,8 dan 2,6 pada tahun 1999 menjadi 40,0 , 5,5 dan 3,3 dari luas
DAS Konaweha Hulu. Angka-angka tersebut di atas menunjukkan bahwa perubahan keempat jenis
penggunaan lahan tersebut meningkatkan aliran permukaan secara nyata dari tahun ke tahun mengikuti persamaan:
Q
max
m
3
detik = 1713-20.1 H -10.1 K -45.4 Kc +47.5 Sb 45
dimana Q
max
adalah debit maksimum m
3
detik, H adalah luas hutan luas DAS Konaweha Hulu, K adalah luas perkebunan luas DAS Konaweha Hulu, Kc
adalah luas kebun campuran luas DAS Konaweha Hulu dan Sb adalah luas semak belukar luas DAS Konaweha Hulu.
Analisis regresi dan keragaman anova menunjukkan bahwa perubahan penggunaan lahan DAS Konaweha Hulu berpengaruh nyata terhadap debit minimum
Q
min
. Penurunan luas hutan dan peningkatan luas perkebunan, kebun campuran dan semak belukar menyebabkan terjadinya penurunan debit minimum Sungai
Konaweha secara konsisten dari tahun ke tahun. Analisis regresi dan keragaman Lampiran 11 menunjukkan bahwa penggunaan lahan hutan dan perkebunan
berpengaruh positif terhadap debit minimum, sedangkan penggunaan lahan kebun campuran dan semak belukar berpengaruh negatif terhadap debit minimum Sungai
Konaweha. Hal ini disebabkan karena kemampuan hutan dan perkebunan dalam hal menyerap air hujan lebih baik jika dibandingkan dengan penggunaan lahan kebun
campuran dan semak belukar. Akibatnya jumlah air yang tersimpan di dalam tanah yang bervegetasi hutan dan perkebunan lebih banyak jika dibandingkan dengan
98
penggunaan lahan kebun campuran dan semak belukar. Air yang tersimpan di dalam tanah tersebut akan menjadi aliran dasar base flow dan akan mengalir secara
perlahan-lahan ke sungai. Pengaruh penurunan luas hutan dan peningkatan luas perkebunan, kebun campuran dan semak belukar terhadap debit minimum Sungai
Konaweha disajikan pada Gambar 20.
Qmin m3detik = 13 + 0.7 H + 0.6 K - 3.4 Kc - 3.7 Sb R
2
= 0.9
10 20
30 40
50 60
Tahun dan Penggunaan Lahan Luas DAS Konaweha Hulu
Qm in
m 3
det ik
H; Hutan 55.3
51.3 50.1