50.1 4.8 Sb; Semak Belukar 2.9 3.3 43.8 45.1 1999 Analisis alternatif penggunaan lahan untuk menjamin ketersediaan sumberdaya air di das konaweha provinsi Sulawesi Tenggara

95 hutan dan perkebunan periode 1991-1995 dan 1996-2000 tidak berbeda nyata pada taraf kepercayaan 95 . Pengaruh perubahan penggunaan lahan dominan hutan, perkebunan, kebun campuran dan semak belukar terhadap koefisien aliran permukaan, debit maksimum dan debit minimum dianalisis dengan menggunakan analisis regresi berganda dan analisis keragaman anova sesuai dengan Persamaan 4 Q max = β o +β 1 x 1 +β 2 x 2 +β 3 x 3 + β 4 x 4 +β 5 x 5 +β n x n +έ, Persamaan 5 Q min = β o +β 1 x 1 +β 2 x 2 +β 3 x 3 +β 4 x 4 +β 5 x 5 +β n x n +έ dan Persamaan 6 C = β o +β 1 x 1 +β 2 x 2 +β 3 x 3 +β 4 x 4 +β 5 x 5 +β n x n +έ menunjukkan bahwa perubahan penggunaan lahan berpengaruh nyata terhadap kondisi hidrologi DAS Konaweha Hulu. Hasil analisis regresi pengaruh perubahan penggunaan lahan dominan terhadap koefisien aliran permukaan, debit maksimum dan debit minimum disajikan pada Lampiran 11. Pengaruh penurunan luas hutan dan peningkatan luas perkebunan, kebun campuran dan semak belukar terhadap koefisien aliran permukaan C di DAS Konaweha Hulu disajikan pada Gambar 18. Koefisien C = 64.0 - 0.9 H + 0.5 K - 0.8 Kc + 2.4 Sb R 2 = 0.8 10 20 30 40 50 60 Tahun dan Penggunaan Lahan Luas DAS Konaweha Hulu Koefi sien Aliran Perm uk aan H; Hutan 55.3

51.3 50.1

49.2 48.8

47.0 K; Perkebunan

34.8 38.3

39.0 39.5

39.6 40.0

Kc; Kebun Campuran 3.8

4.0 4.5

4.7 4.8

5.5 Sb; Semak Belukar

2.6 2.9

3.0 3.0

3.1 3.3

Koefisien C 36.3

42.4 43.8

44.7 45.1

47.1 1999

2001 2004 2005 2006 2008 Gambar 18. Pengaruh Penurunan Luas Hutan dan Peningkatan Luas Perkebunan, Kebun Campuran dan Semak Belukar terhadap Koefisien Aliran Permukaan C di DAS Konaweha Hulu Gambar 18 menunjukkan bahwa dinamika perubahan penggunaan lahan menyebabkan terjadinya peningkatan koefisien aliran permukaan C secara konsisten dari tahun ke tahun. Penurunan luas hutan dari 55,3 pada tahun 1999 menjadi 51,3 pada tahun 2001 menyebabkan penurunan koefisien aliran 96 permukaan meningkat dari 36,3 menjadi 42,4 . Kondisi tersebut merupakan pengaruh kumulatif peningkatan luas perkebunan dari 34,8 menjadi 38,3 , peningkatan luas kebun campuran dan semak belukar masing-masing dari 3,8 dan 2,6 menjadi 4,0 dan 2,9 dari luas Sub DAS Konaweha Hulu. Angka-angka tersebut memperlihatkan bahwa koefisien aliran permukaan dipengaruhi secara nyata oleh keempat jenis penggunaan lahan sesuai persamaan: C = 64.0 - 0.9 H + 0.5 K - 0.8 Kc + 2.4 Sb 44 dimana C adalah koefisien aliran permukaan , H adalah luas hutan luas DAS Konaweha Hulu, K adalah luas perkebunan luas DAS Konaweha Hulu, Kc adalah luas kebun campuran luas DAS Konaweha Hulu dan Sb adalah luas semak belukar luas DAS Konaweha Hulu. Analisis regresi dan keragaman anova pengaruh perubahan penggunaan lahan terhadap debit maksimum menunjukkan bahwa penurunan luas hutan dan peningkatan luas perkebunan, kebun campuran dan semak belukar menyebabkan terjadinya peningkatan debit maksimum Lampiran 11 dan Gambar 19. Qmax m3detik = 1713 - 20.1 H - 10.1 K - 45.4 Kc + 47.5 Sb R 2 = 0.7 50 100 150 200 250 300 Tahun dan Penggunaan Lahan Luas DAS Konaweha Hulu Qm ax m 3 det ik H; Hutan 55.3

51.3 50.1