ANALISIS KETERSEDIAAN DAN KEBUTUHAN AIR DI DAERAH ALIRAN SUNGAI RORAYA PROVINSI SULAWESI TENGGARA

Ecogreen Vol. 3 No. 1, April 2017
Halaman 1 – 8
ISSN 2407 - 9049

ANALISIS KETERSEDIAAN DAN KEBUTUHAN AIR DI DAERAH
ALIRAN SUNGAI RORAYA PROVINSI SULAWESI TENGGARA
(Water Supply and Demand Analysis of Roraya Watershed Southeast Sulawesi Province)

La Baco S*1, Kahirun1, Umar Ode Hasani2, dan Abdul Jalil3
1)

Jurusan Ilmu Lingkungan, Fakultas Kehutanan dan Ilmu Lingkungan UHO
2) Jurusan Kehutanan, Fakultas Kehutanan dan Ilmu Lingkungan UHO
3) Balai Pengelolaan DAS dan Hutan Lindung Sampara
*Email : bacosudia@yahoo.com

ABSTRACT
The recent phenomenon associated with the existence of water resources is a decrease in water supply while
water demand continues to increase over time which is a logical consequence of population growth and
increased economic activity. The purpose of this study was to analyze the availability and demand of water in the
Roraya watershed. The research method used is the collection and analysis of secondary data. The results

showed that water supply in the Roraya watershed was 3.75 m 3/sec or 324,000 m3/day. The total water demand
is 326,897 m3/day which is the cumulative value of domestic water demand of 16,316 m 3/day, the demand of
non domestic water is 3,263 m3/day, the need of irrigation water is 283,738 m3/day and the industrial water
demand is 23,580 m3/day. Most of the water demand in the Roraya watershed is irrigation water of 86.6% of the
total water demand in the Roraya watershed, while the domestic water demand in the Roraya watershed is
about 5.0%. Industrial water demand in the Roraya watershed reached 7.2%, while non-domestic water demand
only reached 1% of the total water demand in the Roraya watershed. The balance of water supply and demand in
the Roraya watershed shows that every day there will be a water deficit of 2,897 m 3/day.
Key Words: Water Supply, Water Demand

PENDAHULUAN
Fenomena yang akhir-akhir ini terkait
dengan eksistensi sumberdaya air adalah
penurunan
ketersediaan
air
sementara
kebutuhan air meningkat terus dari waktu ke
waktu yang merupakan konsekuensi logis dari
pertambahan

jumlah
penduduk
dan
peningkatan aktivitas ekonomi.
Rata-rata ketersediaan air saat ini di atas
daratan Indonesia adalah kurang lebih 15.000
m3/kapita/tahun. Angka tersebut sebenarnya
relatif sangat besar yaitu hampir 25 kali ratarata ketersediaan air per kapita per tahun dunia
yang besarnya 600 m3/kapita/tahun (Arif,
2003). Walaupun angka ketersediaan air di
Indonesia sangat besar, namun tidak merata
baik secara spasial maupun temporal. Wilayah
Indonesia Bagian Barat diberi berkah dengan
hujan yang sangat berlimpah, sedangkan
Wilayah Indonesia Bagian Timur mengalami hal
yang sebaliknya. Ketersediaan air tersebut
masih belum merata sepanjang tahun, sehingga
di suatu wilayah terjadi kekeringan pada
musim kemarau dan banjir pada musim hujan.


Penurunan ketersediaan air bertolak
belakang dengan fenomena peningkatan
kebutuhan air. Tingkat kebutuhan air terbesar
di Indonesia berdasarkan sektor kegiatan dapat
dibagi dalam tiga kelompok besar (Dyah, 2000),
yakni : kebutuhan domestik, kebutuhan irigasi
pertanian dan kebutuhan industri. Pada tahun
1990 kebutuhan air untuk domestik, irigasi dan
industri berturut-turut adalah : 3,2 x 109
m3/tahun, 74,9 x 109 m3/tahun, dan 0,70 x 109
m3/tahun. Pada tahun 2000 kebutuhan air
masing-masing sektor berturut-turut : 3,5 x 109
m3/tahun, 82,4 x 109 m3/tahun, dan 0,79 x 109
m3/tahun (Isnugroho, 2002). Angka-angka
tersebut menunjukkan bahwa selama kurun
waktu 10 tahun maka kebutuhan air sektor
domestik dan irigasi meningkat sekitar 9 %,
sedangkan sektor industri sebesar 11 %.
Penurunan
ketersediaan

air
dan
peningkatan kebutuhan air juga terjadi di
Provinsi Sulawesi Tenggara, termasuk juga di
DAS Roraya. Hal ini kemungkinan disebabkan
oleh perubahan penggunaan lahan akibat
eksploitasi lahan secara terus-menerus

Ketersediaan dan Kebutuhan Air Di DAS Roraya – La Baco S. et al.

sehingga terjadi penurunan kapasitas infiltrasi
dan peningkatan aliran permukaan, akibatnya
jumlah air yang hilang ke laut akan meningkat
pula yang pada akhirnya akan mempengaruhi
ketersediaan air.
Perubahan penggunaan lahan diduga
mengakibatkan terjadinya penurunan debit
minimum dan peningkatan debit maksimum.
Jika kecenderungan penurunan ini berlanjut,
diperkirakan akan terjadi defisit air pada

musim kemarau.
Daerah Aliran Sungai (DAS) Roraya
merupakan salah satu DAS lintas kabupaten
yang ada di Provinsi Sulawesi Tenggara. Luas
DAS Roraya secara geografis adalah 145.596,55
hektar atau 1.455,97 km2 (Menteri Kehutanan
Republik Indonesia, 2011). Secara administrasi
DAS Roraya terbagi dalam 3 (tiga) kabupaten :
Kabupaten Kolaka Timur, Konawe Selatan,
Bombana).
Wilayah administrasi Kabupaten Kolaka
Timur yang masuk DAS Roraya mencakup 3
(tiga) kecamatan, Kabupaten Konawe Selatan
mencakup 11 (sebelas) kecamatan, sedangkan
Kabupaten Bombana 1 (satu) kecamatan.
Secara keseluruhan jumlah wilayah kecamatan
di DAS Roraya adalah 15 (lima belas)
kecamatan.
Ketersediaan air di DAS Roraya
diharapkan dapat mensuplai kebutuhan air

pada 15 wilayah kecamatan tersebut di atas.
Tiga sektor utama yang membutuhkan banyak
air di wilayah tersebut adalah sektor pertanian
(irigasi), industri dan sektor domestik. Selain
itu sektor pelayanan publik juga membutuhkan
banyak air misalnya fasilitas umum, kantor

pemerintah, sarana ibadah, pendidikan dan
sarana kesehatan.
Berdasarkan uraian-uraian tersebut di
atas maka dipandang perlu untuk melakukan
analisis ketersediaan dan kebutuhan air di DAS
Roraya. Hasil analisis tersebut diperlukan
untuk mengetahui status neraca ketersediaan
dan kebutuhan air di wilayah tersebut.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di Daerah
Aliran Sungai Roraya Provinsi Sulawesi
Tenggara. Secara administrasi lokasi penelitian
meliputi Kabupaten Konawe Selatan, Kolaka

Timur dan Kabupaten Bombana yang
mencakup
15
kecamatan.
Penelitian
dilaksanakan selama 2 (dua) bulan yakni mulai
Bulan Agustus sampai Bulan Nopember 2016.
Penelitian ini merupakan penelitian
kombinasi antara survei lapangan untuk
ground check dan pengumpulan data sekunder
dari instansi terkait.
Penelitian lapangan
dilakukan untuk memfalidasi data/informasi
sekunder tentang kebutuhan air irigasi, industri
dan kebutuhan air domestik.
Sesuai dengan tujuan penelitian, maka
data yang digunakan secara garis besar
meliputi data yang berkaitan kebutuhan air dan
ketersediaan air. Data lain yang perlukan
adalah data penduduk, data luas sawah, data

jumlah industri. Jenis, sumber dan metode
pengumpulan data analisis ketersediaan dan
kebutuhan air di DAS Roraya disajikan pada
Tabel 1.

Tabel 1. Jenis dan Sumber serta Metode Pengumpulan Data di DAS Roraya
Jenis Data
Sumber Data
Metode Pengumpulan Data
Kebutuhan air Irigasi
Responden, Lapangan
Wawancara, Ground Check
Kebutuhan air Industri
Responden, Lapangan
Wawancara, Ground Check
Kebutuhan air Domestik
Responden, Lapangan
Wawancara, Ground Check
Kependudukan
BPS Provinsi Sultra

Kunjungan Instansional
Curah hujan
BWS Sulawesi IV
Kunjungan Instansional
Debit sungai
BWS Sulawesi IV
Kunjungan Instansional
Analisis ketersediaan air dilakukan atas
dasar hasil analisis hidrograf aliran bulanan
selama satu tahun dengan menggunakan data
debit rata-rata Sungai Roraya (Balai Wilayah
Sungai Sulawesi IV, 2016). Ketersediaan air

2

dinyatakan dalam satuan m3/detik dan satuan
volume (m3).
Analisis hidrograf aliran sungai dengan
pendekatan rata-rata aritmetik menggunakan
data debit bulanan rata-rata Sungai Roraya


Ecogreen Vol. 3(1) April 2017, Hal 1 - 8

tahun 2011-2015. Perhitungan debit rata-rata
dengan
pendekatan
rata-rata
aritmetik
menggunakan persamaan (Singh, 1992; La
Baco, 2013; Bosscher, 1984; Bruijnzeel, 1990
dan Bruijnzeel, 2004). Perhitungan debit ratarata Sungai Roraya menggunakan persamaan :
Qrata-rata =



)

Analisis neraca ketersediaan dan
kebutuhan air dilakukan melalui cara
memperkurangkan antara ketersediaan air (S)

dengan total kebutuhan air (D). Hasil analisis
neraca ketersediaan dengan kebutuhan air akan
memberikan gambaran tentang status defisit
atau surplus air di DAS Roraya.

(1)
HASIL DAN PEMBAHASAN

dimana Qrata-rata adalah debit rata-rata bulanan
pada bulan tertentu, Q1, Q2. Q3 dan Qn adalah
debit rata-rata bulanan pada tahun 1, 2, 3 dan
ke-n, sedangkan n adalah jumlah tahun
pengamatan (data).
Analisis
kebutuhan
air
domestik
dilakukan dengan menggunakan standar
kebutuhan
air
domestik
yakni
80
liter/kapita/hari, sementara itu standar
kebutuhan air industri kecil adalah 30
m3/unit/hari (Purwanto, 1995 dan Purwanto
dan Sutoyo, 2010). Kebutuhan air irigasi
dihitung menggunakan standar kebutuhan air
irigasi yakni 1,2 liter/detik/ha (Puslitbang
Pengairan, 1999 dan La Baco, 2012).
Perhitungan kebutuhan air domestik, industri
dan irigasi menggunakan data jumlah
penduduk, jumlah industri dan luas sawah di
DAS Roraya saat ini.

Profil Singkat DAS Roraya
Daerah Aliran Sungai (DAS) Roraya
merupakan salah satu DAS lintas kabupaten
yang ada di Provinsi Sulawesi Tenggara. Luas
DAS Roraya secara geografis adalah 145.596,55
hektar atau 1.455,97 km2 (Menteri Kehutanan
Republik Indonesia, 2011). Secara administrasi
DAS Roraya terbagi dalam 3 (tiga) kabupaten :
Kabupaten Kolaka Timur, Konawe Selatan,
Bombana). Nama dan jumlah kecamatan pada
masing-masing kabupaten/kota di DAS Roraya
disajikan pada Tabel 1.
Luas wilayah Kabupaten Konawe Selatan
yang masuk DAS Roraya mencapai angka
teringgi, sedangkan luas wilayah Kabupaten
Bombana mencapai angka terendah. Luas dan
masing-masing kabupaten disajikan pada Tabel
2 dan Gambar 1.

Tabel 1. Nama dan Luas Kecamatan Masing-masing Kabupaten di DAS Roraya
No.
Kabupaten
Nama Kecamatan
1. Kolaka Timur
Aere, Lambandia dan Poli-Polia
2. Konawe Selatan
Andoolo, Angata, Baito, Basala, Benua, Buke,
Lalembuu, Landono, Mowila, Palangga, dan
Tinanggea
3. Bombana
Lantari Jaya
Total
Sumber: Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung Sampara (2016)

Jumlah
3
11
1
15

Tabel 2. Luas dan Proporsi Wilayah Administrasi Kabupaten di DAS Roraya
No
1.
2.
3.

Kabupaten
Bombana
Kolaka Timur
Konawe Selatan

Luas
(ha)

(%)

14.992,22
27.995,16
102.609,20

10,29
19,23
70,48

Grand Total
145.596,55
100,00
Sumber: Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung Sampara (2016)

3

Ketersediaan dan Kebutuhan Air Di DAS Roraya – La Baco S. et al.

Gambar 1. Peta Administrasi Daerah Aliran Sungai Roraya
Analisis Ketersediaan dan Kebutuhan Air
Hasil analisis data debit rata-rata
bulanan Sungai Roraya selama 5 tahun
menunjukkan bahwa debit minimum rata-rata

bulanan adalah 3,75 m3/detik. Debit bulanan
rata-rata tahun 2011 sampai tahun 2015 Sungai
Roraya disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Debit Rata-rata Bulanan Sungai Roraya Tahun 2011-2015
Bulan
Debit (m3/detik)
2011
2012
2013
2014
Januari
19.14
13.44
8.85
8.02
Pebruari
18.33
18.05
11.21
6.80
Maret
12.82
24.20
15.72
14.46
April
6.73
23.26
19.87
16.53
Mei
12.37
15.23
26.74
18.38
Juni
17.19
23.10
34.22
42.89
Juli
4.98
22.45
81.54
16.41
Agustus
1.31
15.89
23.94
15.66
September
1.55
13.29
9.49
9.76
Oktober
2.43
13.37
35.80
7.84
Nopember
4.48
10.14
6.35
5.27
Desember
2.87
5.07
26.65
2.52
Rata-rata Tahunan
8.68
16.46
25.03
13.71
Minimum
1.31
5.07
6.35
2.52
Sumber: Balai Wilayah Sungai Sulawesi IV (2016)
Tabel 3 menunjukkan bahwa debit
minimum rata-rata selama 5 tahun Sungai
Roraya adalah 3,75 m3/detik. Angka tersebut
merupakan nilai debit minimum rata-rata
tahun 2011, 2012, 2013, 2014 dan 2015
masing-masing berturut-turut sebesar 1,31
m3/detik, 5,07 m3/detik, 6,35 m3/detik, 2,52

4

2015
7.06
8.22
15.18
17.59
20.09
26.35
20.67
13.24
10.48
5.28
3.49
4.44
12.67
3.49

Rata-rata
11,30
12,52
16,48
16,80
18,56
28,75
29,21
14,01
8,92
12,94
5,95
8,31
15,31
3,75

m3/detik dan 3,49 m3/detik. Debit rata-rata
tersebut di atas memberikan gambaran bahwa
ketersediaan air rata-rata Sungai Roraya adalah
3,75 m3/detik. Jika angka tersebut dikonversi
menjadi satuan volume, maka ketersediaan air
di wilayah tersebut menjadi 3,75 m3/detik x 60
x 60 x 24 = 324.000 m3/hari.

Ecogreen Vol. 3(1) April 2017, Hal 1 - 8

Angka-angka
tersebut
di
atas
menunjukkan bahwa debit andalan Sungai
Roraya adalah 3,75 m3/detik atau 324.000
m3/hari. Debit andalan tersebut merupakan
angka
moderat
untuk
menggambarkan
ketersediaan air di DAS Roraya sehingga dalam
perhitungan neraca air digunakan sebagai
patokan ketersediaan air.

Uraian-uraian terdahulu menunjukkan
bahwa hidrograf aliran rata-rata bulanan
Sungai Roraya dipengaruhi oleh curah hujan
rata-rata bulanan.
Hal ini sesuai dengan
pendapat Litte et al (2009) bahwa aliran sungai
merupakan hasil interaksi yang kompleks
antara faktor terestrial atmosferik Debit ratarata bulanan Sungai Roraya dari tahun 2011
sampai tahun 2015 disajikan pada Gambar 2.

Gambar 2. Debit Rata-rata Sungai Roraya Tahun 2011-2015
Gambar 2 menunjukkan bahwa debit
rata-rata bulanan maksimum dari tahun 2011
sampai tahun 2015 adalah 29,21 m3/detik yang
terjadi pada Bulan Juli. Debit rata-rata bulanan
minimum terjadi pada Bulan Nopember dengan
debit rata-rata sebesar 5,95 m3/detik. Variasi
debit bulanan rata-rata Sungai Roraya
dipengaruhi oleh curah hujan, tutupan lahan
dan sifat-sifat tanah (Singh, 1992). Curah hujan
yang jatuh diseluruh DAS Roraya akan
mempengaruhi besarnya aliran permukaan dan
jumlah air yang masuk ke dalam tanah melalui
proses infiltrasi.
Laju infiltrasi tanah
dipengaruhi oleh sifat-sifat tanah seperti
struktur dan tekstur tanah, bahan organik
tanah, ruang pori tanah dan aktivitas organisme
tanah. Lebih lanjut dijelaskan bahwa semakin
tinggi infiltrasi maka semakin banyak jumlah
air yang masuk ke dalam tanah dan sebaliknya.
Oleh karena itu kapasitas infiltrasi tanah
berbanding terbalik dengan aliran permukaan.
Aliran permukaan yang terjadi sangat besar
pengaruhnya terhadap debit sungai sehingga
dalam penerapan konservasi tanah dan air

maka tujuan utamanya adalah mengurangi
aliran permukaan agar sebagian besar air hujan
masuk dan tersimpan di dalam tanah. Air yang
tersimpan di dalam tanah merupakan air yang
akan mengalir secara perlahan-lahan keluar ke
sungai dan mata air. Kemampuan tanah untuk
memasukkan dan menyimpan air juga erat
kaitannya dengan debit aliran sungai akibat
peningkatan aliran permukaan. Kemampuan
tanah untuk menyimpan air sangat ditentukan
oleh sifat tanah khususnya kandungan bahan
organik yang mencakup karbon organik dan
total nitrogen tanah yang lebih tinggi pada
tanah-tanah dengan penutupan vegetasi hutan
dan akan menurun jika tanah dibuka (Yusnaini,
et al., 2008).
Jumlah kebutuhan air domestik DAS
Roraya dihitung berdasarkan jumlah penduduk
wilayah Kabupaten Konawe Selatan, Kolaka
Timur dan Kabupaten Bombana yang secara
administrasi termasuk DAS Roraya. Jumlah
penduduk dan jumlah kebutuhan air harian di
DAS Roraya disajikan pada Tabel 4.

5

Ketersediaan dan Kebutuhan Air Di DAS Roraya – La Baco S. et al.

Tabel 4. Jumlah Penduduk dan Kebutuhan Air Domestik di DAS Roraya
No.
Kabupaten
Jumlah Penduduk Kebutuhan Air Rata-rata Jumlah Kebutuhan Air
(jiwa)
(liter/orang/hari)
(m3/hari)
1.
Bombana
8.888
80
711
2.
Kolaka Timur
42.085
80
3.367
3.
Konawe Selatan
152.983
80
12.239
Total
203.956
16.316
Sumber Data Penduduk: BPS Kabupaten Bombana (2016), BPS Kabupaten Kolaka Timur (2016) dan
BPS Kabupaten Konawe Selatan (2016)
Tabel 4 menunjukkan bahwa total
kebutuhan air domestik harian di DAS Roraya
adalah 16.316 m3/hari.
Angka tersebut
merupakan nilai kumulatif kebutuhan air
domestik
harian
penduduk
Kabupaten
Bombana yang masuk wilayah DAS Roraya
yakni 711 m3/hari, Kabupaten Kolaka Timur
sebanyak 3.367 m3/hari dan Kabupaten
Konawe Selatan sebanyak 12.239 m3/hari.
Angka-angka tersebut akan semakin meningkat
seiring dengan peningkatan jumlah penduduk
di wilayah tersebut.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa selain
kebutuhan air domestik maka terdapat
kebutuhan air non domestik (selain kebutuhan
air irigasi dan industri). Kebutuhan air non
domestik umumnya dialokasikan untuk
memenuhi kebutuhan fasilitas umum antara
lain kantor-kantor pemerintah, sekolah, rumah
sakit dan puskesmas dan kebutuhan air untuk
rumah ibadah. Berdasarkan ketentuan Cipta
Karya maka kebutuhan air non domestik
dimaksud adalah sekitar 20 % dari kebutuhan
air domestik. Berdasarkan hal ini maka jumlah
kebutuhan air non domestik adalah 3.263
m3/hari (20 % x 16.316 m3/hari).
Hasil interpretasi peta penggunaan lahan
DAS Roraya dan data Dinas Pertanian dan
Peternakan Provinsi Sulawesi Tenggara maka
luas sawah fungsional di DAS Roraya adalah
Tabel 5. Kebutuhan Air Total DAS Roraya
No.
Sektor
Kebutuhan Air (m3/hari)
1. Domestik
16.316
2. Non Domestik
3.263
3. Irigasi
283.738
4. Industri
23.580
Total
326.897

6

4.105 hektar (BPS Provinsi Sulawesi Tenggara,
2016). Lebih lanjut dijelaskan bahwa standar
kebutuhan air irigasi rata-rata adalah 1,2
liter/detik/ha dan hasil penelitian kebutuhan
air rata-rata di Daerah Irigasi Wawotobi hasil
penelitian La Baco (2012), maka standar
kebutuhan air yang digunakan dalam
perhitungan adalah 0,8 liter/detik/ha. Oleh
karena itu maka kebutuhan air irigasi harian di
DAS Roraya adalah 283.738 m3/hari (4.105 ha x
0,8 liter/detik/ha).
Jumlah industri kecil di DAS Roraya yang
tersebar di Kabupaten Bombana, Kolaka Timur
dan Kabupaten Konawe Selatan adalah 786 unit
(BPS Kabupaten Bombana, 2016; BPS
Kabupaten Kolaka Timur, 2016 dan BPS
Kabupaten Konawe Selatan, 2016). Standar
kebutuhan air industri= 30 – 250 m3/unit/hari
(La Baco S., 2012. Model Kebutuhan Air
Domestik,
Irigasi
dan
Industri
di
DASKonaweha), untuk industri kecil digunakan
standar
30 m3/unit/hari, jadi jumlah
kebutuhan air industri = 786 x 30 m3/hari =
23.580 m3/hari.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa kebutuhan
air total di DAS Roraya merupakan akumulasi
dari kebutuhan air domestik, kebutuhan air non
domestik, kebutuhan air irigasi dan kebutuhan
air industri. Kebutuhan air total di DAS Roraya
disajikan pada Tabel 5.

Proporsi Terhadap Total (%)
5,0
1,0
86,8
7,2
100,0

Ecogreen Vol. 3(1) April 2017, Hal 1 - 8

Tabel
5
merupakan
rekapitulasi
kebutuhan air total di DAS Roraya yang
meliputi kebutuhan air domestik, non domestik,
irigasi dan kebutuhan air industri.
Hasil
perhitungan menunjukkan bahwa kebutuhan
air total di DAS Roraya adalah 326.897 m3/hari.
Angka tersebut merupakan nilai kumulatif
kebutuhan air domestik sebanyak 16.316
m3/hari, kebutuhan air non domestik sebanyak
3.263 m3/hari, kebutuhan air irigasi sebanyak
283.738 m3/hari dan kebutuhan air industri
sebanyak 23.580 m3/hari.
Lebih lanjut Tabel 5 juga menjelaskan
bahwa sebagian besar kebutuhan air di DAS
Roraya merupakan kebutuhan air irigasi yakni
sebanyak 283.738 m3/hari atau sekitar 86,6 %
dari total kebutuhan air di DAS Roraya,
sedangkan kebutuhan air domestik di DAS
Roraya adalah sebanyak 16.316 m3/hari atau
sekitar 5,0 %. Kebutuhan air industri di DAS
Roraya mencapai 23.580 m3/hari atau sekitar
7,2 % dari total kebutuhan air di DAS Roraya,
sedangkan kebutuhan air non domestik hanya
mencapai 1 % dari total kebutuhan air di DAS
Roraya.
Kebutuhan air total di DAS Roraya akan
cenderung meningkat dari waktu ke waktu.
Peningkatan kebutuhan air ini disebabkan oleh
banyak faktor antara lain pertambahan jumlah
penduduk dan peningkatan aktivitas ekonomi
masyarakat. Peningkatan kebutuhan air ini
disebabkan oleh peningkatan jumlah penduduk
dan peningkatan taraf hidup masyarakat
(Abaje, Ati and Ishaya, 2009). Lebih lanjut
Fares (2003) menjelaskan bahwa peningkatan
populasi penduduk yang dibarengi dengan
pertumbuhan ekonomi yang pesat akan
menyebabkan kebutuhan air akan meningkat
dengan cepat pula.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa total
ketersediaan air (debit minimum) atau debit
andalan Sungai Roraya adalah 3,75 m3/detik.
Jika angka tersebut dikonversi menjadi volume
air maka setiap hari akan tersedia sebanyak
324.000 m3/hari. Jika kebutuhan air total DAS
Roraya sebanyak 326.897 m3/hari, maka terjadi
defisit air sebanyak 2.897 m3/hari. Angka
defisit ini akan terjadi setiap hari khususnya
pada musim kemarau.

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Ketersediaan air di DAS Roraya adalah
debit minimum rata-rata atau debit andalan
sebesar 3,75 m3/detik atau 324.000 m3/hari.
Kebutuhan air total di wilayah tersebut adalah
326.897 m3/hari yang merupakan nilai
kumulatif kebutuhan air domestik sebanyak
16.316 m3/hari, kebutuhan air non domestik
sebanyak 3.263 m3/hari, kebutuhan air irigasi
sebanyak 283.738 m3/hari dan kebutuhan air
industri sebanyak 23.580 m3/hari.
Sebagian besar kebutuhan air di DAS
Roraya merupakan kebutuhan air irigasi yakni
sebanyak 86,6 % dari total kebutuhan air di
DAS Roraya, sedangkan kebutuhan air domestik
di DAS Roraya adalah sekitar 5,0 %. Kebutuhan
air industri di DAS Roraya mencapai 7,2 %,
sedangkan kebutuhan air non domestik hanya
mencapai 1 % dari total kebutuhan air di DAS
Roraya. Neraca ketersediaan dan kebutuhan air
di DAS Roraya menunjukkan bahwa setiap hari
akan terjadi defisit air sebanyak 2.897 m3/hari.
Saran
Mengingat akan terjadi defisit air setiap
hari sebesar 2.897 m3/hari, maka perlu
dilakukan upaya untuk konservasi air agar
defisit air dapat terpenuhi. Konservasi air
dimaksud ditujukkan untuk mengurangi aliran
permukaan dan meningkatkan kapasitas
memasukkan dan menahan air.
DAFTAR PUSTAKA
Abaje, I.B., O.F. Ati, and S. Ishaya. 2009. Nature
of Potable Water Supply and Demand
in Jema’a Local Government Area of
Kaduna State, Nigeria.
Research
Journal of Environmental and Earth
Sciences 1(1): 16-21, 2009. ISSN: 20410492 Maxwell Scientific Organization,
2009.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Bombana.
2016.
Kabupaten Bombana Dalam
Angka Tahun 2016.
Kasipute,
Bombana.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Kolaka Timur.
2016. Kabupaten Kolaka Timur Dalam
Angka Tahun 2016. Tirawuta, Kolaka
Timur.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Konawe
Selatan. 2016.
Kabupaten Konawe

7

Ketersediaan dan Kebutuhan Air Di DAS Roraya – La Baco S. et al.

Selatan Dalam Angka Tahun 2016.
Andoolo, Konawe Selatan.
Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi
Tenggara. 2016. Provinsi Sulawesi
Tenggara Dalam Angka Tahun 2016.
Kendari, Sulawesi Tenggara.
Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan
Hutan Lindung Sampara. 2016.
Rencana Pengelolaan Daerah Aliran
Sungai Roraya Provinsi Sulawesi
Tenggara.
BPDASHL
Sampara.
Kendari, Sulawesi Tenggara.
Balai Wilayah Sungai Sulawesi IV. 2016. Data
Debit Sungai Roraya. BWS Sulawesi IV.
Kendari, Sulawesi Tenggara.
Bosscher, A. 1984. Basic Hydrology and Water
Resource Development. Lecture Note.
International Institute for Aerospace
Survey and Earth Sciences.
Bruijnzeel, L.A. 1990. Hydrology of Moist
Tropical Forests and Effects of
Conversion : A State of Knowledge
Review. Humid Tropics Programme of
the
International
Hydrological
Programme of UNESCO, Paris, and Vrije
Universiteit, Amsterdam.
Bruijnzeel, L.A. 2004. Hydrological Functions
of Tropical Forest: Not Seeing the Soil
for the Trees. Agriculture, Ecology and
Environment.
Doi:
10.1006/jagee.2009.01.015.
Dyah, R.P. 2000. Pengelolaan dan Pemanfaatan
Sungai Menyongsong Abad-21. Orasi
Ilmiah Pengukuhan Ahli Peneliti Utama
Bidang Sungai, Universitas Diponegoro,
Semarang.
Fares, Y.R. 2003. Water resouces management
in tropical river catchments. Journal of
Environmental Hydrology, Volume 11
Paper 14 November 2003.
Fluid
Research Centre, School of Engineering,
University of Surtey, Guildford,
England.
Isnugroho, 2002.
Sistem Pengelolaan
Sumberdaya
Air.
Departemen
Permukiman dan Prasarana Wilayah
Republik Indonesia, Jakarta.

8

La Baco. 2012. Analisis Alternatif Penggunaan
Lahan untuk Menjamin Ketersediaan
Sumberdaya Air di Daerah Aliran
Sungai Konaweha Provinsi Sulawesi
Tenggara. Disertasi Doktor, Sekolah
Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Little, C., A. Lara, J. McPhee, and R. Urrutia.
2009. Revealing the impact of forest
exotic plantations on water yield in
large scale watershed in South-Central
Chile. Journal of Hydrology 374 (2009)
162-170. Published by Elsevier Ltd, All
rights reserved.
Menteri Kehutanan Republik Indonesia. 2011.
Peraturan Menteri Kehutanan Nomor
SK.
511/Menhut-V/2011
tentang
Penetapan Batas Daerah Aliran Sungai.
Kementerian Kehutanan Republik
Indonesia, Jakarta.
Purwanto, M.Y.J. 1995. Water Demand for
Industry, Village and City. Seminar on
Water Demand in Developing Country,
Tokyo, Japan.
Purwanto, M.Y.J, and Sutoyo. 2010. Water
Resources Assessment for City Area.
Proceedings of The International
Conference. The Quality Information
for Competitive Agricutural Based
Production System and Commerce. IPB
International
Convention
Center,
Bogor, 2010.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Pengairan.
1999. Inventarisasi Hidrologi di 15
Daerah Aliran Sungai (DAS). Pusat
Penelitian
dan
Pengembangan
Pengairan, Badan Penelitian dan
Pengembangan
Pekerjaan
Umum,
Departemen
Pekerjaan
Umum,
Bandung.
Yusnaini, S., A. Niswati, M.A.S. Arif, and M.
Nonaka. 2008.
The Changes of
Earthworm Population and Chemical
Properties of Tropical Soil Under
Different Land Use System. Journal of
Tropical Soils, Vol. 13, No. 2, 2008.