Difraksi sinar-X TINJAUAN PUSTAKA

Gambar 2Struktur unit sel kristal HAp. 9 Gambar 3Struktur molekul OCP. 11 Gambar 4Struktur molekul DCPD. 12 Gambar 5 Struktur kristal β- Ca 2 P 2 O 7 dan α- Ca 2 P 2 O 7 . 14

2.1.5. Calcium Pyrophosphate

Calcium pyrophosphate CPP yang mempunyai rumus kimia Ca 2 P 2 O 7 adalah senyawa kimia yang dapat dibentuk oleh reaksi asam pirofosfat dan kalsium dengan cara memanaskan kalsium fosfat. Biasanya digunakan sebagai agen abrasif ringan dalam pasta gigi. 13 Ca 2 P 2 O 7 memiliki tiga bentuk yaitu , , dan α. Bentuk -Ca 2 P 2 O 7 terbentuk pada suhu rendah, sedangkan - Ca 2 P 2 O 7 terbentuk pada suhu 750 o C dan α-Ca 2 P 2 O 7 terbentuk pada suhu 1171 o C 13 . Struktur kristal - Ca 2 P 2 O 7 dan α-Ca 2 P 2 O 7 dapat dilihat pada Gambar 5.

2.2. Difraksi sinar-X

Difraksi sinar-X yaitu metode yang digunakan untuk mengetahui nilai parameter kisi, struktur kristal, dan derajat kekristalan. Derajat kekristalan adalah besaran yang menyatakan banyaknya kandungan kristal dalam suatu materi dengan membandingkan luasan kurva puncak dengan total luasan amorf dan kristal. 16 Difraksi sinar-X terjadi pada hamburan elastis foton-foton sinar-X oleh atom dalam sebuah kisi periodik yang dapat dilihat seperti pada Gambar 5. Hamburan monokromatis sinar-X dalam fasa tersebut memberikan interferensi yang konstruktif. Dasar dari penggunaan difraksi sinar-X untuk mempelajari kisi kristal adalah berdasarkan persamaan Bragg : ..…….............1 Dengan λ adalah panjang gelombang sinar- X yang digunakan, d adalah jarak antara dua bidang kisi, θ adalah sudut antara sinar datang dengan bidang normal, dan n adalah bilangan bulat yang disebut sebagai orde pembiasan. 16 Berdasarkan persamaan Bragg, jika seberkas sinar-X di jatuhkan pada sampel kristal, maka bidang kristal itu akan membiaskan sinar-X yang memiliki panjang gelombang yang sama dengan jarak antar kisi dalam kristal tersebut. Sinar yang dibiaskan akan ditangkap oleh detektor kemudian diterjemahkan sebagai sebuah puncak difraksi. Makin banyak bidang kristal yang terdapat dalam sampel, makin kuat intensitas pembiasan yang dihasilkannya. Setiap puncak yang muncul pada pola XRD mewakili satu bidang kristal yang memiliki orientasi tertentu dalam sumbu tiga dimensi. Puncak-puncak yang didapatkan dari data pengukuran ini kemudian dicocokkan dengan standar difraksi snar-X untuk hampir semua jenis material. Standar ini disebut JCPDS. 16 Gambar 6Skema sinar datang dan sinar terdifraksi oleh kisi kristal. 15 Gambar 7 Skema Difraktometer sinar-x. 16 Komponen difraktometer sinar-X: 17 1. Tabung sinar-X, merupakan tempat produk sinar-X, berisi katoda filament tungsten sebagai sumber elektron dan anoda yang berupa logam target. 2. Goniometer, merupakan unit dengan tempat sampel dan detektor yang bergerak memutar selama alat dioperasikan. Sampel diisikan dalam lempeng logam atau plat kaca yang cekung atau diisikan dalam lubang yang berada ditengah. Sampel berputar bersama goniometer dan membentuk sudut terhadap sinar-X yang datang. 3. Tempat sampel, berupa lempengan logam atau plat kaca yang cekung atau berlubang ditengahnya, dimana sampel serbuk diisikan. Sampel akan berputar bersama goniometer dan membentuk sudut terhadap sinar-X yang datang. 4. Detektor gas, berisi gas yang sensitif terhadap sinar-X, katoda dan anoda. Atom-atom gas akan terionisasi saat dikenai sinar-X yang terdifraksi oleh sampel. menuju anoda sehingga menghasilkan arus listrik. Arus listrik diubah menjadi pulsa yang akan dihitung oleh counter dan scaler. 5. Difraktometer scaler and counter, berfungsi mendeteksi posisi sudut difraksi dan intensitasnya terlihat seperti pada Gambar 6. 6. Rekorder, berfungsi menampilkan pola difraksi atau difraktogram. Posisi sudut difraksi menggambarkan jenis kristal. Intensitas dapat mewakili konsentrasi kristal maupun tingkat kekristalan suatu sampel. Sampel dengan kekristalan tinggi meskipun jumlahnya sedikit akan memberikan intensitas yang tinggi dan tajam.

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Biofisika Material, Departemen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor dari bulan November 2011 sampai dengan bulan Oktober 2012.

3.2. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada penelitian ini ialah peralatan preparasi, neraca analitik, labu ukur 100 ml, labu ukur 500 ml, hotplate, kertas saring,corong, crussible, alat furnacedengan merk lamberthem dan alat karakterisasi XRD merk Shimadzu tipe XRD-6000 .Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah CaCl 2 Merck kGaA dengan No. Produk 1.06580.0500, Na 2 HPO 4 Merck kGaA dengan No. Produk 1.02382.0500, alumunium foil dan aquades.

3.3. Prosedur Penelitian

3.3.1. Persiapan Bahan

Bahan yang digunakan pada penelitian ini berupa serbuk CaCl 2 dan Na 2 HPO 4 dengan perbandingan konsentrasi molarnya sebesar 0,5 M CaCl 2 dan 0,3M Na 2 HPO 4 . Kedua bahan dihitung massanya sehingga didapatkan massa untuk CaCl 2 sebesar 7,351 gram per 100 ml dan massa untuk Na 2 HPO 4 sebesar 5,339 grapm per 100 ml.

3.3.2. Pembuatan kalsium fosfat pada

suhu ruang Sintesis kalsium fosfat pada suhu ruang menggunakan metode single drop dan wise drop . Sintesis kalsium fosfat diawali dengan pembuatan larutan 0,5M CaCl 2 dan 0,3M Na 2 HPO 4 . Pada metode single drop kedua larutan tersebut dicampurkan langsung ke dalam labu erlenmeyer dan di-strirring dengan menggunakan variasi waktu 3 jam, 6 jam, 12 jam, 18 jam, dan 24 jam. Sintesis kalsium fosfat dengan menggunakan metode wise drop dilakukan dengan cara meneteskan larutan 0,5M CaCl 2 secara perlahan kedalam larutan 0,3M Na 2 HPO 4 sambil dilakukan stirring selama 90 menit. Setelah kedua larutan tersebut tercampur,stirringdilanjutkan selama 1 jam.Kemudian larutan di-aging selama 12 jam dan disaring menggunakan kertas saring.Selanjutnya adalah proses pengeringan dengan menggunakan furnace pada suhu 110 o C dengan waktu penahanan5 jam dan prosessintering pada suhu 900 o C dengan waktu penahanan 5 jam. Sampel yang telah di- sintering di timbang dan sampel siap untuk dikarakterisasi.

3.3.3. Pembuatan kalsium fosfatpada

suhu 70 o C Larutan 0,5M CaCl 2 dan 0,3M Na 2 HPO 4 yang telah dibuat dengan metode single drop dicampurkan secara langsung. Larutan CaCl 2 dipanaskan dengan menggunakan hotplate pada suhu 70 o C selama 1 jamdan dicampurkan dengan larutan Na 2 HPO 4 secara langsung dan di stirringselama 3 jam menggunakanhotplatepada suhu 70 o C. Pada wise drop dengan cara meneteskan larutan 0,5M CaCl 2 kedalam larutan0,3M Na 2 HPO 4. Larutan CaCl 2 dipanaskan dengan menggunakan hotplate pada suhu 70 o C selama 1 jam dan dicampurkan dengan larutan Na 2 HPO 4 dengan cara diteteskan. Setelah