Gizi Kerja Ergonomi Sistem Keselamatan Kerja

commit to user 59 1. PPPK P3K Hal ini sesuai dengan pasal 2 g mengenai PPPK dan h mengenai Pendidikan Kesehatan Untuk Tenaga Kerja dan Latihan Untuk Petugas PPPK. Dalam pelaksanaan persediaan kotak PPPK sudah optimal dan sudah ada training PPPK bagi tenaga kerja. 2. Poliklinik Berdasar pasal 4 1 b tentang Penyelenggaraan Kesehatan Kerja dapat diselenggarakan oleh pengurus dengan mengadakan ikatan dengan dokter atau pelayanan kesehatan lain. Demikian pula PT. Konimex mempunyai poliklinik dengan dokter perusahaan sendiri serta mempunyai rumah sakit rujukan.

D. Gizi Kerja

Gizi kerja merupakan nutrisi zat makanan yang diperlukan oleh tenaga kerja utnuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan jenis pekerjaan, sehingga kesehatan dan daya kerja menjadi setinggi-tingginya. Gizi kerja erat kaitannya dengan produktivitas tenaga kerja. Gizi kerja yang baik akan meningkatkan derajat kesehatan tenaga kerja dan derajat kesehatan yang tinggi akan mempengaruhi meningkatnya produktivitas tenaga kerja yang berarti peningkatan produktivitas perusahaan. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kerja tentang gizi kerja dilaksanakan oleh PT. Konimex dengan pengadaan kantin dan penyusunan menu. Hal tersebut sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. PER. 03MEN1982 pasal 2 i tentang Memberi Nasehat Mengenai Perencanaan commit to user 60 Pembuatan Tempat Kerja, Pemilihan APD yang Diperlukan dan Gizi serta Penyelenggaraan Makanan di Tempat Kerja Bennet S. dan Rumondang S., 1995.

E. Ergonomi

Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, pasal 3m menyatakan bahwa Salah Satu Syarat Keselamatan Kerja Adalah Memperoleh Keserasian Antara Tenaga Kerja, Alat Kerja, Lingkungan, Cara dan Proses Kerjanya Menteri Tenaga Kerja 2008. Berdasar hal tersebut maka perlu diperhatikan masalah ergonomi yang meliputi jenis pekerjaan, jumlah jam kerjashift kerja, kesesuaian alat atau mesin dengan tenaga kerja. Masalah ergonomi di PT. Konimex telah diperhatikan oleh pihak manajemen dengan mengupayakan keserasian permasalahan ergonomi dengan melakukan variasi sikap kerja sehingga dalam melakukan pekerjaan tidak monoton selain adanya kesempatan break disela-sela jam kerja serta rotasi pekerjaan.

F. Sistem Keselamatan Kerja

Sesuai dengan Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 mengenai Keselamatan Kerja ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja untuk menciptakan keselamatan di tempat kerja yang merupakan kewajiban bagi pengurus untuk menetapkan syarat-syarat keselamatan yang diwajibkan Bennet S. dan Rumondang S., 1995. commit to user 61 1. Analisa Bahaya Lingkungan Kerja Berdasar Permenaker No. 05MEN1996 pada pedoman pelaksanaan SMK3 butir 1.2 mengenai tinjauan awal K3 initial review menyatakan bahwa P2K3 yang Telah Dibentuk Melakukan Identifikasi Kondisi K3 Baik Material, Mesin, Metode, Manusia, dan Lingkungan Kerja Untuk Mencari Bahan Masukan Guna Menyusun Perencanaan dan Pengembangan SMK3 Syukri Sahab, 1997. Peninjauan awal K3 ini dilakukan dengan cara melakukan identifikasi kondisi yang ada dibandingkan dengan peraturan-peraturan atau standar K3 yang berlaku, melakukan identifikasi sumber bahaya yang berkaitan dengan kegiatan perusahaan, meninjau sebab akibat kejadian membahayakan, kompensasi dan gangguan lainnya yang berkaitan dengan K3. Salah satu dokumen yang terkait adalah Analisis Bahaya Lingkungan Kerja. Setiap potensi bahaya, dapat menjadi suatu bahaya nyata yaitu kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Oleh karena itu, perlu identifikasi sumber bahaya yang ada di tempat kerja dan evaluasi tingkat risikonya serta dilakukan pengendalian atau pencegahan yang memadai. Untuk itu PT. Konimex melakukan analisis bahaya lingkungan kerja. 2. Inspeksi Rutin Tempat Kerja Sesuai dengan pedoman penerapan SMK3 butir 4 mengenai Pengukuran dan Evaluasi, perusahaan harus memiliki system untuk mengukur, memantau, dan mengevaluasi kinerja SMK3 dan hasilnya harus dianalisis guna menentukan keberhasilan atau melakukan identifikasi tindakan perbaikan. commit to user 62 Perusahaan harus menetapkan dan memelihara prosedur inspeksi, pengujian, dan pemantauan yang berkaitan dengan tujuan dan sasaran keselamatan dan kesehatan kerja. Frekuensi inspeksi dan pengujian harus sesuai dengan obyeknya. Prosedur inspeksi, pengujian, dan pemantauan secara umum meliputi : a. Personel yang terlibat harus mempunyai pengalaman dan keahlian yang cukup, b. Catatan inspeksi, pengujian, dan pemantauan yang sedang berlangsung harus dipelihara dan tersedia bagi manajemen, tenaga kerja, dan kontraktor kerja yang terkait, c. Peralatan dan metode pengujian yang memadai harus digunakan untuk menjamin telah dipenuhinya standar K3, d. Tindakan perbaikan harus dilakukan segera pada saat ditemukan ketidaksesuaian terhadap persyaratan K3 dari hasil inspeksi, pengujian, dan pemantauan, e. Penyelidikan yang memadai harus dilaksanakan untuk menemukan inti permasalahan dari suatu insiden, f. Hasil temuan harus ditinjau ulang. Demikian juga PT. Konimex telah melaksanakan inspeksi rutin tempat kerja sebagai pelaksanaan program tahunan K3. 3. Alat Pelindung Diri Cara pencegahan kecelakaan yang terbaik adalah peniadaan bahaya seperti pengamanan mesin dan peralatan lainnya. Namun apabila dalam hal commit to user 63 tersebut tidak mungkin, perlu diberikan perlindungan diri kepada tenaga kerja dalam bentuk alat pelindung diri. Berdasar Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 pasal 14 c Pengurus Wajib Menyediakan Secara Cuma-Cuma, Semua Alat Pelindung Diri yang Diwajibkan pada Tenaga Kerja yang berada di bawah Pimpinannya dan Menyediakan bagi Setiap Orang Lain yang Memasuki tempat Kerja tersebut, Disertai dengan Petunjuk-Petunjuk yang Diperlukan Menurut Petunjuk Pegawai Pengawas atau Ahli Keselamatan Kerja Suma’mur, 1996. Penyediaan alat pelindung diri di PT. Konimex telah sesuai dengan jumlah tenaga kerja, jenis pekerjaan dan risiko bahaya. 4. PemasyarakatanSosialisasi K3 Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 mengenai Keselamatan Kerja pasal 14 b menyebutkan bahwa Pengurus Wajib Memasang Dalam Tempat Kerja yang Dipimpinnya, semua gambar keselamatan kerja yang diwajibkan dan semua bahan pembinaan lainnya pada tempat-tempat yang mudah dilihat dan terbaca dan menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli K3 Suma’mur, 1996. Di PT. Konimex hal ini telah dilaksanakan dengan baik oleh pengurus dalam hal ini ahli K3 yang sekaligus merupakan Sekretaris P2K3. 5. Pelatihan K3 Pemberian pelatihan atau training dimaksudkan untuk pengisian atau peningkatan pengetahuan, ketrampilan serta menciptakan kesadaran tentang K3. Pelatihan juga dipakai sebagai sarana pemasyarakatan K3 di lingkungan kerja. Pelatihan merupakan bagian dari pembinaan sumber daya manusia, setiap commit to user 64 individu memerlukan latihan untuk melaksanakan pekerjaan tertentu, untuk mencapai sasaran tertentu, juga berkaitan dengan perubahan tingkah laku yang sesuai dengan maksud pelatihan. Penerapan dan pengembangan SMK3 yang efektif ditentukan oleh kompetensi kerja dan pelatihan dari setiap tenaga kerja di perusahaan. Pelatihan merupakan salah satu alat yang penting dalam menjamin kompetensi kerja yang dibutuhkan utnuk mencapai tujuan K3. Prosedur untuk melakukan identifikasi standar kompetensi kerja dan penerapannya melalui program pelatihan harus tersedia. Pihak P2K3 harus menyediakan sarana dan sumber daya yang memadai untuk pelaksanaan pelatihan yang efektif, mendokumentasikan dan menyimpan seluruh catatan pelatihan, meninjau ulang secara teratur program pelatihan untuk keefektifannya sertta meningkatkan program pelatihan tersebut. Pendidikan dan pelatihan K3 perlu diberikan kepada tenaga kerja yang baru direkrut, alih pekerjaan, promosi dan pengoperasian teknologi baru. Di PT. Konimex hal tersebut telah dilaksanakan dengan pemberian pelatihan analisis bahaya kerja, mengenal alat pengaman dan pelindung mesin, alat pelindung diri, cara pencegahan kecelakaan, pencegahan dan penanggulangan kebakaran, PPPK, dan lain-lain. Hal ini berarti telah sesuai dengan Permenaker No. PER. 05 MEN 1996 pada Pedoman Penerapan SMK butir 3.1.5 tentang Pelatihan dan Kompetensi Kerja. commit to user 65

G. Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja