GAMBARAN UMUM KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA PT. KONIMEX SUKOHARJO

(1)

commit to user

i

LAPORAN UMUM

GAMBARAN UMUM KESEHATAN DAN

KESELAMATAN KERJA PT. KONIMEX

SUKOHARJO

Oleh:

Iddy Alfandaru Setya Pertiwi NIM. R0007047

PROGRAM D.III HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2010


(2)

commit to user

ii

PENGESAHAN

Laporan umum dengan judul :

Gambaran Umum Kesehatan dan Keselamatan Kerja PT. Konimex Sukoharjo

dengan peneliti:

Iddy Alfandaru Setya Pertiwi NIM. R0007047

Telah diuji dan disahkan pada :

Tanggal :…………Bulan :………….. Tahun :………..

An. Ketua Program

Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja FK UNS Sekretaris,

Sumardiyono, SKM, M.Kes. NIP. 19650706 198803 1 002 Pembimbing I

Sumardiyono, SKM, M.Kes. NIP. 19650706 198803 1 002

Pembimbing II


(3)

commit to user

iii

PENGESAHAN

Laporan umum dengan judul :

Gambaran Umum Kesehatan dan Keselamatan Kerja PT. Konimex Sukoharjo

dengan peneliti:

Iddy Alfandaru Setya Pertiwi NIM. R0007047

Telah disetujui dan disahkan pada tanggal :

Pembimbing I

M.I. Susana IR. Mgr PT. Konimex

Pembimbing II

Wiwin Ernawati Ahli K3 PT. Konimex


(4)

commit to user

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan dan segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan menyusun laporan khusus yang berjudul “Gambaran Umum Kesehatan dan Keselamatan Kerja PT. Konimex Sukoharjo”. Program D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran UNS.

Maksud dari penulisan laporan ini adalah sebagai salah satu syarat kelulusan dari pendidikan yang penulis tempuh yaitu jurusan D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran UNS. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah banyak membantu penulis, sehingga laporan tugas akhir ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu pada kesempatan ini, perkenankan penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. A.A Subiyanto, dr. MS, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bapak Putu Suriyasa, dr., MS, PKK, Sp. Ok, selaku Ketua Program Diploma

III Hiperkes dan Keselamatan Kerja Universitas Sebelas Maret Surakarta .

3. Bapak Sumardiyono, SKM, M.Kes, selaku Dosen Pembimbing I.

4. Ibu Seviana Rinawati, SKM , selaku Dosen Pembimbing II.

5. Pimpinan Perusahaan PT. Konimex yang telah memberikan kesempatan


(5)

commit to user

v

6. Bapak Peter Mur Ishandono, selaku HRD pada PT. Konimex yang

memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan Praktek Kerja Lapangan di PT. Konimex.

7. Ibu M.I. Susana, selaku IR Manager yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan Praktek Kerja Lapangan di PT. Konimex.

8. Ibu Wiwin Ernawati, selaku pembimbing lapangan yang telah membimbing dan mengarahkan kami dalam melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PT. Konimex.

9. Bapak selaku Supervisor melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL).

10.Semua karyawan PT. Konimex, atas segala bantuan dan dukungan yang diberikan.

11.Bapak, Ibu, dan Adik yang penulis sayangi, atas segala doa, cinta, dukungan, dan motivasinya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini dengan lancar.

12.Bagus Adi Prabowo yang selalu memberi dukungan dan pengertiannya

sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas dengan baik.

13.Dian Kusumaningsih, Anita Febriningtyas, Wiwik Susialowati, Chisilia Ayu Sasi, Tri Astuti, Dwi Ismiyati, Eko Andriani dan semua teman-teman mahasiswa D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja yang selalu memberi dukungan kepada penulis, dan

14.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, yang telah mendukung dan membantu dalam menyelesaikan laporan penelitian ini.


(6)

commit to user

vi

Penulis menyadari bahwa banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan dalam penyusunan laporan khusus ini. Tetapi besar harapan penulis agar laporan ini dapat bermanfaat sebagaimana mestinya, serta penyusun senantiasa

mengharapkan masukan, kritik dan saran yang membangun dalam

penyempurnaan laporan ini.

Surakarta, 19 Juni 2010 Penulis,


(7)

commit to user

vii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

PENGESAHAN KAMPUS ... ii

PENGESAHAN PERUSAHAAN ... iii

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR TABEL... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang ... 1

B.Tujuan Magang ... 2

C.Manfaat Magang ... 3

BAB II METODE PENGAMBILAN DATA... 4

A.Persiapan ... 4

B.Lokasi ... 4

C.Pelaksanaan ... 4

BAB III HASI MAGANG ... 6

A.Gambaran Umum Perusahaan... 6

B.Proses Produksi ... 8

C.Faktor dan Potensi Bahaya... 9

D.Pelayanan Kesehatan... 25

E. Gizi Kerja ... 28

F. Ergonomi... 29


(8)

commit to user

viii

H.Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja ... 36

I. Panitia Pembinaan Keselamatan dan Kesahatan Kerja (P2K3) ... 38

J. Emergency Planning... 39

BAB IV PEMBAHASAN ... 49

A.Faktor dan Potensi Bahaya... 49

B.Pelayanan Kesehatan... 53

C.Gizi Kerja ... 54

D.Ergonomi... 55

E. Sistem Keselamatan Kerja ... 55

F. Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja ... 58

G.Panitia Pembinaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja ... 59

H.Emergency Planning... 59

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 62

A. Kesimpulan ... 62

B. Saran... 62

DAFTAR PUSTAKA ... 64 LAMPIRAN


(9)

commit to user

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Area Umum di PT. Konimex 10

Tabel 2. Data Pengukuran Suhu di GBB PT. Konimex 15

Tabel 3. Data Pengukuran Kelembaban di GBB PT. Konimex 17

Tabel 4. Limbah Padat 20

Tabel 5. Limbah Cair 20

Tabel 6. Limbah Udara 21


(10)

commit to user

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Bagan Struktur Organisasi Pengelolaan Lingkungan Hidup 19

Gambar 2. Bagan Pengelolaan Limbah Padat 21

Gambar 3. Bagan Pengelolaan Limbah Cair 22

Gambar 4. Pengelolaan Limbah Udara 22


(11)

commit to user

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat keterangan PKL

Lampiran 2. Schedule PKL

Lampiran 3. Safety Meeting and Information Lampiran 4. Safety Meeting


(12)

commit to user

xii BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seirama dengan laju perkembangan di Indonesia dewasa ini, maka semakin pesat pula perkembangan di berbagai sektor ekonomi, khususnya yang mengarah pada proses Industrialisasi. Untuk perlu peningkatan mutu sumber daya manusia seiring dengan efisiensi perusahaan.

Pertumbuhan industrialisasi disamping telah memberikan dampak – dampak positif yaitu meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja, perluasan kesempatan kerja, serta keuntungan lainnya. Selain itu juga menimbulkan dampak negatif yaitu adanya hasil limbah yang berupa panas, bising, debu, uap dan lain – lain dari berbagai faktor yang dapat berpengaruh buruk terhadap kesehatan tenega kerja serta merusak lingkungan kerja maupun lingkungan masyarakat sekitar. Untuk itu diperlukan kesadaran dari pengusaha untuk melaksanakan pembangunan yang berwawasan lingkungan dan juga memperhatikan keselamatan dan kesehatan kerja tenaga kerjanya. Jika hal ini tidak diperhatikan, maka akan mempunyai potensi kecelakaan, kebakaran, penyakit akibat kerja dan efek – efek lain. Oleh karena itu, penerapan hiperkes dan keselamatan kerja dalam setiap unit usaha perlu mendapat perhatian khusus.

Penerapan hiperkes dan keselamatan kerja secara baik dapat menciptakan suasana kerja aman, nyaman, tenaga kerja sehat dan produktivitas kerja setinggi –


(13)

commit to user

xiii

tingginya yang didambakan oleh semua pihak baik tenaga kerja itu sendiri, pengusaha maupun pemerintah.

PT. Konimex merupakan salah satu perusahaan farmasi dan makanan di Indonesia yang berpotensi sebagai sumber bahaya. Demikian halnya dengan lingkungan kerja serta lingkungan sekitar perusahaan. Selain itu PT. Konimex memperkerjakan kurang lebih 2000 tenaga kerja yang setiap harinya menjadi anggota masyarakat pekerja di sekitar perusahaan.

Tenaga kerja berhak atas perlindungan terhadap bahaya – bahaya yang mungkin timbul di tempat kerja serta kewajiban mentaati segala ketentuan yang ada di dalam undang – undang.

B. Tujuan Magang

Melalui Praktek Kerja Lapangan (PKL), beberapa tujuan yang tujuan yang hendak di capai adalah :

1. Mahasiswa mampu menganalisa sejauh mana penerapan K3 di perusahaan.

2. Mahasiswa mengetahui dan mengkaji bagaimana penerapan hiperkes dan

keselamatan kerja di PT. Konimex melalui program kerja dan kegiatan yang di lakukan.

3. Mahasiswa mengetahui dan mengkaji faktor bahaya yang timbul di

perusahaan.

C. Manfaat Magang


(14)

commit to user

xiv

1. Perusahaan

Sebagai masukan atau saran mengenai kondisi lingkungan kerja yang kemudian dapat digunakan sebagai bahan untuk meleksanakan upaya-upaya pengendalian lingkungan dan pencegahan kecelakaan serta peningkatan mutu pelaksanaan program-program K3.

2. Program D.III Hiperkes dan KK

Untuk mengetahui tingkat pemahaman dan keterampilan mahasiswa dalam mengaplikasikan ilmu yang di dapat dari bangku perkuliahan sekaligus dari hasil praktek kerja lapangan ini diharapkan dapat membantu kegiatan akademis mahasiswanya.

3. Mahasiswa

Sebagai sarana untuk menambah ilmu dan pengetahuan tentang hiperkes serta bagaimana pengembangan dan aplikasinya di dalam praktek.


(15)

commit to user

xv BAB II

METODE PENGAMBILAN DATA

A. Persiapan

Magang dimulai dengan pengajuan proposal ke PT. Konimex.

B. Lokasi

Pengambilan data dilakukan di PT. Konimex yang merupakan perusahaan farmasi dan makanan yang berlokasi di :

Desa : Sanggrahan

Kecamatan : Grogol

Kabupaten : Sukoharjo

Propinsi : Jawa Tengah

C. Pelaksaan

Pengambilan data dilaksanakan pada tanggal 01 Februari 2007 sampai dengan tanggal 30 April 2007 pada hari Senin sampai Jumat pukul 08.00 – 16.00 WIB dan hari Sabtu pukul 08.00 – 13.00 WIB dengan kegiatan sebagai berikut : 1. Observasi dan pengukuran faktor bahaya penerangan,

2. Observasi mengenai fasilitas pelayanan kesehatan, 3. Observasi mengenai gizi kerja,


(16)

commit to user

xvi

5. Observasi mengenai sistem keselamatan kerja (analisa bahaya lingkungan kerja, inspeksi rutin tempat kerja, APD, sosialisasi K3 dan pelatihan K3),


(17)

commit to user

xvii BAB III HASIL MAGANG

A. Gambaran Umum Perusahaan

Empat dasawarsa lalu, tepatnya 8 Juni 1967 PT. Konimex didirikan, merupakan perusahaan manufaktur yang bergerak di bidang farmasi, makanan, permen serta mengembangkan pula produk-produk dengan bahan alami (natural product). Pembangunan di berbagai sektor yang dilaksanakan pemerintah sejak tahun tujuh puluhan telah meningkatkan kesejahteraan. Meningkatnya kesejahteraan, menuntut peningkatan kualitas hidup. Hal ini merupakan tantangan tersendiri bagi Konimex. Sehingga, di samping memperkuat industri farmasi, Konimex juga mulai memperluas usaha ke beberapa bidang lain yang masih dekat dengan usaha inti.

Divisi farmasi yang menjadi tulang punggung kelompok usaha Konimex, saat ini telah memiliki lebih dari 121 merek produk. Hal ini sejalan dengan strategi pemasaran kami, yaitu membangun citra merek yang kuat, sejalan dengan visi korporat. Kalau pada mulanya hanya memproduksi obat-obat bebas (OTC), kini kami juga mengembangkan obat-obat dengan resep dokter (Ethical) serta produk nonkuratif, antara lain vitamin. Dari sediaan semula hanya tablet, kini kami memiliki berbagai variasi sediaan, seperti sirup, salep, krim, kapsul serta tablet effervescent. Dalam hal pengembangan kemasan, Konimex memelopori kemasan catch cover isi 4 yang praktis, disusul kemasan blister modern isi 4. Saat


(18)

commit to user

xviii

ini, Konimex juga merupakan perusahaan farmasi pertama di Indonesia yang memproduksi obat tetes mata kemasan sekali pakai dengan teknologi sterile closed system. Beberapa merek produk farmasi Konimex yang populer di masyarakat, antara lain Konidin, Neo Napacin, Inza, Inzana, Paramex, Termorex, Anakonidin, Feminax, Fungiderm, Siladex, Jesscool, Protecal, dan Braito.

Kembang gula menjadi pilihan pertama, ketika Konimex melakukan diversifikasi usaha ke industri makanan sehat pada tahun 1980. Selain karena faktor peluang pasar, pilihan ini juga dengan mempertimbangkan bahwa manajemen produksi kembang gula tak jauh berbeda dengan farmasi. Divisi kembang gula Nimm’s ini sejak berdiri telah dilengkapi dengan mesin-mesin canggih dan mutakhir. Hal tersebut untuk mengantisipasi perkembangan permintaan pasar – terutama pangsa remaja yang dinamis. Hingga kini, Nimm’s telah mengembangkan bermacam bentuk kembang gula, antara lain hard candy, chewy candy, deposit candy dan compressed candy. Inovasi dalam hal rasa juga telah menghasilkan berbagai varian kembang gula rasa unik dan sangat digemari oleh mayarakat , antara lain Hexos, Nano-Nano, Eski dan Frozz.

Semakin tingginya biaya kesehatan serta timbulnya kesadaran bahwa tidak semua penyakit dapat disembuhkan dengan pengobatan moderen, menumbuhkan kecenderungan di masyarakat untuk mencari pengobatan alternatif. Pengobatan alternatif antara lain dengan memanfaatkan dan melestarikan apa yang telah disediakan oleh alam – going to nature. Kecenderungan masyarakat tersebut mendorong kami untuk melakukan penelitian dan pengembangan produk kesehatan yang berbasiskan bahan-bahan alami. Hingga kini sudah 23 produk


(19)

commit to user

xix

berbasiskan bahan alami sudah dipasarkan antara lain Konicare Minyak Telon, Konicare Minyak Kayu Putih, Virugon, Herba Drink Sari Jahe, Sari Temulawak dan Kunir Asam. Dengan demikian, usaha ”ikut menyehatkan bangsa” semakin mendekati kenyataan.

Pertumbuhan usaha kembang gula yang menggembirakan, memperbesar keyakinan Konimex bahwa pemekaran usaha ke industri makanan merupakan langkah tepat. Langkah pengembangan Kelompok Usaha Konimex berlanjut dengan berdirinya Sobisco pada tahun 1994. Sobisco adalah pabrik biskuit dan coklat yang dilengkapi dengan fasilitas mesin-mesin canggih berkapasitas besar. Di antara produk-produk Sobisco yang terkenal di masyarakat, antara lain Snip Snaps, Choco Mania, Tini Wini Biti dan Diasweet Litebite.

B. Proses produksi

PT. Konimex merupakan perusahaan farmasi dan makanan yang mempunyai dua area yaitu Farmasi dan Food. Di area farmasi memproduksi obat-obatan dan di area Food memproduksi makanan.

1. Plant Farmasi

Produksi Farmasi I dan Farmasi II pada PT. Konimex, yaitu :

a. Memproduksi Tablet-tablet biasa

Contoh produknya adalah : Paramex, Inzana, Nasamex, Allugon, Antalgin, Konidin, Koniform, Konimag.


(20)

commit to user

xx b. Memproduksi sirup, salep dan tetes mata

Contoh produknya adalah : Anakonidin, Fungiderm, Mexoderm, Parasetamol, Braito, Balsamex, Fresh dan Fit Up cair.

2. Plant Food

Produksi Food pada PT. Konimex, yaitu :

a. Memproduksi kembang gula

Contoh produk : Nano-Nano, Hexos. Mr. sarmento, Mouten , Cui-Cui, Crystal, Boom, Ciggy, Froz dan Eski.

b. Memproduksi makanan ringan

Contoh produk : Tini Wini Biti, Snips, Snaps, Snips Snaps Sandwich, Chocomania, Pedro, Marikot, Wafero, Kokat, Ono Nuts dan Lekker.

c. Memproduksi Suplemen Kesehatan

Contoh produksinya seperti Fit Up effervescent.

C. Faktor dan Potensi Bahaya Faktor bahaya yang ada di PT. Konimex meliputi :

1. Bahaya dari Lingkungan Kerja dan Sarana Penunjang

Faktor bahaya dari lingkungan kerja di PT. Konimex sebagian besar sudah dikendalikan, dengan menyelenggarakan pementauan lingkungan kerja secara teratur dan berkelanjutan. Pemantauan tersebut meliputi :


(21)

commit to user

xxi

Pemantauan penerangan di PT. Konimex dilaksanakan secara rutin setiap tahun melalui pengukuran intensitas penerangan secara umum di seluruh bagian di perusahaan. Standar intensitas penerangan minimal yang dipersyaratkan K3 di PT. Konimex yaitu:

Tabel 1. Area Umum di PT. Konimex Tahun 2005

No. Ruang/Lokasi Intensitas Minimal (LUX)

1 Penerangan Darurat 5

2 Halaman 20

3 Jalan di luar gedung 20

4 Koridor luar proses 50

5 Toilet 100

6 Kantin 100

7 Counter minum 100

8 Locker 100

9 Kantor 300

Sumber : PT. Konimex Tahun 2005

Ketentuan umum penerangan di PT. Konimex yaitu :

1) Penerangan Utama

a) Lampu penerangan yang digunakan di tempat kerja mempunyai

intensitas yang cukup (sesuai standar) dan nilai intensitas tersebut tidak terpengaruh oleh perubahan kondisi cuaca atau ada tidaknya cahaya matahari dan tidak tergantung penerangan buatan di ruangan lain.

b) Lampu penerangan yang digunakan di tempat kerja setidaknya

berwarna putih dan tidak menimbulkan perubahan warna pada obyek kerja.


(22)

commit to user

xxii

c) Lampu penerangan yang digunakan di tempat kerja tidak menimbulkan

panas berlebih. Bila sumber penerangan yang digunakan menyebabkan kenaikan suhu ruangan dalam tempat kerja maka suhu tersebut tidak boleh naik melebihi 32○ C.

d) Sumber penerangan yang menimbulkan asap/gas sisa tidak boleh digunakan dalam tempat kerja.

e) Lampu penerangn yang digunakan intensitasnya harus tetap, menyebar

rata dan tidak boleh berkedip – kedip.

f) Lampu penerangan yang digunakan dan penempatannya tidak boleh menyebabkan cahaya yang dapat menyilaukan/bayangan/kontras yang mengganggu pekerjaan.

g) Untuk ruang kerja yang menggunakan peralatan berputar tidak boleh menggunakan lampu neon.

2) Penerangan Darurat

a) Ruangan – ruangan kerja yang bila sumber penerangan utama tidak berfungsi mengakibatkan kondisi tempat kerja gelap dan beresiko dan mengakibatkan terjadinya kecelakaan kerja dan kerusakan bahan olahan/produk harus disediakan alat penerangan darurat.

b) Pada gang – gang atau koridor yang menuju pintu keluar gedung harus disediakan alat penerangan darurat.

c) Penerangan darurat mempunyai sumber tenaga yang berbeda dengan sumber penerangan utama atau tidak saling tergantung satu dengan yang lain.


(23)

commit to user

xxiii

d) Penerangan darurat di tempatkan pada tempat yang cukup aman.

e) Dilakukan pemeriksaan rutin terhadap sumber tenaga yang dipakai untuk penerangan darurat tersebut guna memastikan alat penerangan darurat selalu dalam kondisi baik saat di fungsikan.

Ruangan yang tidak tercantum secara spesifikasi dalam daftar diatas, intensitas penerangan ditentukan berdasar aktifitas kerja yang dilakukan dalam ruangan tersebut dan resiko kesalahan akibat kurangnya penerangan kemudian dibandingkan dengan spesifikasi yang paling mendekati dalam daftar. Untuk ruanagan dengan aktivitas secara umum harus memiliki rata – rata intensitas penerangan minimal 100 Lux, dimana bila ada aktifitas khusus maka pada lokasi dimana aktifitas dilakukan, ditambahkan penerangan lokal dibidang kerja sehingga intensitas penerangan sesuai dengan persyaratan. Apabila karena suatu sebab intensitas penerangan di suatu ruang kerja tidak dapat memenuhi nilai minimal standar yang di tetapkan oleh peraturan perundangan maka diberikan toleransi sekurang – kurangnya memenuhi 70% dari standart K3 yang ditetapkan untuk masing – masing kriteria standart ruang kerja (Nilai Intensitas Minimal yang diupersyaratkan K3 di PT. Konimex). Dengan mempertimbangan faktor :

1) Keamanan (indicator : tidak ada kecelakaan akibat penerangan di tempat kerja)

2) Kenyamanan (indicator : tidak menurunkan produktifitas, tidak ada keluhan kesehatan, berdasarkan keesioner berkala tiap 6 bulan oleh K3 untuk mengetahui tingkat kenyamanan dari penerangan yang ada).


(24)

commit to user

xxiv

Kuesioner diberikan kepada karyawan yang bekerja disuatu ruangan dengan pengambilan sampel tertentu.

Apabila suatu ruangan memiliki intensitas penerangan di bawah nilai minimal yang dipersyaratkan maka alternatif upaya yang dapat dilakukan di PT. Konimex adalah :

1) Peninjauan kembali instalasi penerangan yang ada bila memungkinkan dilakukan perbaikan.

2) Pengaturan kembali tata letak ruang kerja, warna media/alat kerja maupun dinding dan lantai ruangan.

3) Pembersihan secara rutin armature/kap lampu.

4) Penggantian lampu yang sudah tidak layak dengan spesifikasi yang sesuai desain.

5) Penambahan lampu portable jika penggunaannya tidak terus menerus.

6) Penerangan setempat.

b. Kebisingan

Pemantauan kebisingan di PT. Konimex dilakukan satu tahun sekali dan pemantauan incidental dilaksanakan apabila ada laporan dari pihak terkait. Upaya pengendalian terhadap kebisingan di PT. Konimex dilakukan dengan mempertimbangkan beberapa alternatif :

1) Pengendalian secara teknik (Engineering/Mechanical Control)

a) Pada sumber bunyi

(1) Memperbaiki mesin-mesin yang telah mengalami gangguan fungsi


(25)

commit to user

xxv

(2) Melengkapi mesin dengan peredam (silencer/mufflers) yaitu di mesin yang bising bagian bawah diberi material peredam.

(3) Lubrikasi mesin yaitu dengan pelumasan oli. (4) Cek roda gigi, rantai dan komponen lainnya.

(5) Substitusi mesin yang lebih rendah tingkat kebisingannya.

(6) Modifikasi mesin/proses, misalnya mesin diberi cover untuk isolasi bising.

(7) Machinery enclosure (peredam partial atau total), misalnya mesin diberi selungkup dan fiber.

b) Pada media perantara : pemasangan barier/penghalang yaitu dengan sterofom/ gabus diantara kayu.

2) Pengendalian secara administratif (administrative Controls) a) Rotasi pekerjaan

b) Pengadaan ruang control/isolasi

c) Penyelenggaraan pelatihan dan pendidikan

d) Pemantauan lingkungan kerja (pengukuran kebisingan berkala) yaitu dengan pengukuran satu tahun sekali dan incidental

e) Pemeriksaan kesehatan pendengaran (Audiometri) yaitu satu tahun sekali bagi pekerja di tempat bising

3) Penyediaan dan pemakaian alat pelindung telinga (Ear Protectors)

Apabila kebisingan diatas 90 dBA memakai ear muff dan ear plug. Untuk kebisingan 80 dBA disediakan ear muff.


(26)

commit to user

xxvi

Iklim kerja di tempat kerja merupakan suatu keadaan lingkungan yang didapatkan saat bekerja. Untuk pengukuran yang dilakukan oleh penulis mengenai iklim kerja hanya difokuskan pada pengukuran suhu dan kelembaban yang ada di gudang barang jadi dan gudang bahan baku yang ada pada semua bagian di PT. Konimex. Beban kerja dalam PT. Konimex khususnya untuk pekerja pada bagian gudang masih termasuk kategori beban kerja ringan, untuk pengukuran komponen iklim kerja yang lain tidak dilakukan oleh penulis.

Adapun data yang penulis peroleh dari hasil pengukuran yang dilakukan pada saat magang adalah sebagai berikut :

Tabel 2. Data pengukuran suhu di GBB di PT. Konimex

NO. Ruangan Jenis data Data Suhu (0C)

Pengukuran 1 29.5

Pengukuran 2 31.4

Pengukuran 3 24.1

Pengukuran 4 22.1

Pengukuran 5 24.0

1 GBB

Farmasi I

Pengukuran 6 22.0

Pengukuran 1 28.7

Pengukuran 2 23.8

Pengukuran 3 22.0

Pengukuran 4 29.4

2 GBB.

Farmasi II

Pengukuran 5 29.2

Pengukuran 1 25.9

Pengukuran 2 29.3

Pengukuran 3 26.7

Pengukuran 4 25.8

Pengukuran 5 24.8

Pengukuran 6 28.2

Pengukuran 7 29.3

3 GBB.

Food I


(27)

commit to user

xxvii

Pengukuran 9 22.0

Pengukuran 10 27.8

Pengukuran 11 21.6

Pengukuran 12 28.9

Pengukuran 1 21.5

Pengukuran 2 33

Pengukuran 3 22.9

Pengukuran 4 25.3

Pengukuran 5 31.6

Pengukuran 6 30

4 GBB.

Food II

Pengukuran 7 23.1

Pengukuran 1 28

Pengukuran 2 29.2

Pengukuran 3 29,4

Pengukuran 4 20,6

Pengukuran 5 29.2

Pengukuran 6 29.1

5 GBB.

Natpro

Pengukuran 7 25.6

Sumber : PT. Konimex, 2010.

Tabel 3. Data pengukuran kelembaban di GBB di PT. Konimex

NO. Ruangan Jenis data Data Kelembaban (%)

Pengukuran 1 71

Pengukuran 2 60.3

Pengukuran 3 70.8

Pengukuran 4 59.4

Pengukuran 5 62.7

1 GBB

Farmasi I

Pengukuran 6 60.7

Pengukuran 1 74

Pengukuran 2 80.2

2 GBB.

Farmasi II


(28)

commit to user

xxviii

Pengukuran 4 71.0

Pengukuran 5 59.18

Pengukuran 1 58.4

Pengukuran 2 66.9

Pengukuran 3 67

Pengukuran 4 62.3

Pengukuran 5 57.9

Pengukuran 6 67.5 (palet)

Pengukuran 7 67.4 (Bahan Baku)

Pengukuran 8 53.4

Pengukuran 9 56.7

Pengukuran 10 75.4

Pengukuran 11 30.9

3 GBB.

Food I

Pengukuran 12 72.9

Pengukuran 1 59.8

Pengukuran 2 51,96

Pengukuran 3 51.9

Pengukuran 4 56.4

Pengukuran 5 51.8

Pengukuran 6 70.7

4 GBB.

Food II

Pengukuran 7 60.2

Pengukuran 1 75,3

Pengukuran 2 83.3

Pengukuran 3 77.6

Pengukuran 4 68

Pengukuran 5 78.5

Pengukuran 6 80.2

5 GBB.

Natpro

Pengukuran 7 77.3

Sumber : PT. Konimex, 2005.


(29)

commit to user

xxix

Debu merupakan hasil sampingan dari proses produksi yang ada dan hal itu tidak dapat dihindari. Begitu pula dengan proses produksi yang ada di PT. Konimex, jenis debu yang ada tergolong dalam debu lingkungan untuk itu perlu dilakukan suatu upaya-upaya pencegahan dan penanganan untuk kasus ini diantaranya, yaitu :

1) Menempatkan dust collector untuk mesin yang potensial menimbulkan debu.

2) Aliran udara 100% dibuang keluar dan dilewatkan cyclone / saringan udara.

3) Penggunaan HEPA Filter untuk ruang-ruang tertentu (khususnya ruang steril.

4) Pembakaran debu yang terkumpul di dust collector dan cyclone (dengan smokless incinerator imulli stage burner).

e. Pengelolaan lingkungan

1) Divisi Pengelolaan Lingkungan

Divisi pengelolaan lingkungan ini merupakan struktur organisasi yang terpisah dari struktur organisasi prusahaan (seperti P2K3) yang bertugas menangani pengelolaan lingkungan hidup di PT. Konimex, salah satunya adalah pengelolaan limbah

2) Struktur organisasi pengelolaan lingkungan hidup KOORDINATOR MSD &

EXTERNAL RELATION

Internal Audit


(30)

commit to user

xxx

Gambar 1. Bagan Struktur Organisasi Pengelolaan Lingkungan Hidup 3) Limbah PT. Konimex

a) Limbah padat Tabel 4. Limbah Padat

Jenis Limbah Sumber limbah Sistem pengelolaan Limbah

Kertas Kantor, bekas kemasan Reuse (Pemakaian kembali)

Karton Bekas kemasan Reuse (Pemakaian kembali)

Plastik Sisa kemasan Reuse (Pemakaian kembali)

Roll Allufoil Waste, susut produksi Multi Stage Burner

Roll Acellophane Waste, susut produksi Multi Stage Burner

Botol Bekas kemasan Reuse (Pemakaian kembali)

Kaleng Bekas kemasan Reuse (Pemakaian kembali)

Drum Bekas Reuse (Pemakaian kembali)

Debu : Cyclone,

deduster Proses produksi Multi Stage Burner

Bahan Obat Pemusnah obat Incinerator


(31)

commit to user

xxxi Sumber PT. Konimex, 2005

b) Limbah cair Tabel5. Limbah cair

Jenis Limbah Sumber limbah Sistem pengelolaan Limbah

Air buangan Toilet, WC, Air cucian Multi cell aerated lagon

Sisa proses Kondesat steam Multi cell aerated lagon

Sumber: PT. Konimex, 2005 c) Limbah udara

Tabel 6. Limbah udara

No Jenis Limbah Sumber Limbah

1 Suara (getaran) Mesin Produksi, Boiler, Chiller,

Fan, AC

2 Gas – gas Asap pembakaran

Sumber : PT. Konimex, 2005 4) Penanganan Limbah

a) Limbah padat Debu dari mesin

Debu dari lantai

Debu ruang produksi Pemusnahan bahan baku, Roolfoil Waste kemasan Kertas, karton, plastik Botol, drum, kaleng Cyclone Vacum Cleaner Dust Collector Incenerator Multi Stage Burner Dijual Pembuangan Umum


(32)

commit to user

xxxii

Gambar 2. Bagan Pengelolaan Limbah Padat

b) Limbah cair

Gambar 3. Bagan Pengelolaan Limbah Cair Sumber : PT. Konimex, 2005. c) Limbah Udara

Lingkungan Sekitar Pabrik Steam air hujan &

kondesat

Limbah Limbah Domestik

Limbah Pabrik

Sand/Oil

Multicell aerated lagon

Fish Pond Badan Air

Compressor

Chiller, Fan, AC

Generator Listrik

Boiler

Mesin Produksi

Partial Enclosure

Steam Trap

Silencer

Dinding dan Tanaman


(33)

commit to user

xxxiii

Gambar 4. Pengelolaan Limbah Udara

2. Potensi Bahaya

Potensi bahaya dalam bekerja merupakan hal yang selalu ada dan menjadi sebab utama terjadinya kecelakaan, hal ini juga tidak dapat dihindarkan terjadi di PT. Konimex. Dari hasil magang ada beberapa potensi bahaya yang ada di PT. Konimex diantaranya adalah sebagai berikut :

a. Area produksi di Plant Farmasi 1) Terjatuh

Hal ini disebabkan karena lantai yang licin di area produksi Plant Farmasi dan penanggulangan yang telah dilakukan perusahaan adalah dengan pengadaan alat pel di tempat kerja dan melakukan pengeringan di ruangan yang licin.

2) Terjepit punch cetakan

Potensi bahaya dialami oleh pekerja yang bekerja di area produksi khususnya yang bekerja dengan menggunakan mesin cetak bahan produksi. Pengendalian yang dilakukan yaitu dengan pemasangan cover pengaman pada mesin dan pemberian standar operationl procedure (SOP) kepada semua pekerja.

3) Terpotong penggunting allufoil


(34)

commit to user

xxxiv

Potensi bahaya dialami oleh pekerja yang bekerja di area produksi khususnya yang bekerja dengan menggunakan mesin strip. Pengendalian yang dilakukan yaitu dengan pemasangan cover pengaman pada mesin.

4) Terjepit sealing saw

Potensi bahaya dialami oleh pekerja yang bekerja di area pengemasan produk khususnya yang bekerja dengan menggunakan mesin ceklik. Pengendalian yang dilakukan yaitu dengan pemasangan cover pengaman pada mesin dan mewajibkan memotong kuku kepada semua pekerja dengan alat tersebut.

5) Tersengat panas

Potensi bahaya dialami oleh pekerja yang bekerja di area produksi khususnya yang bekerja dengan menggunakan mesin shrink. Pengendalian yang dilakukan yaitu dengan meningkatkan tingkat disiplin tenaga kerja dalam mematuhi standar opersional procedure (SOP) dan peraturan yang ada serta pengaturan lay out kerja dibuat senyaman dan seaman mungkin. b. Area produksi di Plant Food

1) Terpeleset

Potensi bahaya ini ditimbulkan karena lantai yang licin akibat dari tumpahan air ataupun gula selama proses produksi berlangsung. Pengendalian yang telah dilakukan perusahaan adalah dengan pengadaan alat pel stack pel drainase (pel yang dapat langsung menyerap cairan).


(35)

commit to user

xxxv 2) Terjepit

Potensi bahaya dialami oleh pekerja yang bekerja di area produksi food khususnya yang bekerja dengan menggunakan mesin kneading pulling cetak. Pengendalian yang dilakukan yaitu dengan memasangkan pagar pengaman dengar micro switch pengaman.

3) Terjepit sealing saw

Potensi bahaya dialami oleh pekerja yang bekerja di area pengemasan produk khususnya yang bekerja dengan menggunakan mesin ceklik. Pengendalian yang dilakukan yaitu dengan pemasangan cover pengaman pada mesin dan mewajibkan memotong kuku kepada semua pekerja dengan alat tersebut.

4) Terjepit punch cetakan

Potensi bahaya dialami oleh pekerja yang bekerja di area produksi khususnya yang bekerja dengan menggunakan mesin cetak bahan produksi. Pengendalian yang dilakukan yaitu dengan pemasangan cover pengaman pada mesin dan pemberian standar operationl procedure (SOP) kepada semua pekerja.

5) Terpotong penggunting allufoil

Potensi bahaya dialami oleh pekerja yang bekerja di area produksi khususnya yang bekerja dengan menggunakan mesin strip. Pengendalian yang dilakukan yaitu dengan pemasangan cover pengaman pada mesin.


(36)

commit to user

xxxvi

Upaya pelaksanaan kesehatan kerja di PT. Konimex, diwujudkan dengan kegiatan sebagai berikut :

1. Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja

a. Pemeriksaan Awal/Sebelum Kerja

Pemeriksaan kesehatan terhadap calon tenaga kerja yang dilakukan pada saat recruitment, untuk mengetahui apakah calon tenaga kerja tersebut serasi dengan pekerjaan yang akan diberikan kepadanya baik fisik maupun mentalnya.

b. Pemeriksaan Kesehatan Berkala

Dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui tingkat kesehatan tenaga kerja dan evaluasi apakah faktor-faktor dalam pekerjaan dan lingkungan kerja itu menimbulkan gangguan/kelainan atau tidak.

c. Pemeriksaan Khusus

Dilakukan bila dalam pemeriksaan berkala ditemukan kelainan-kelainan, dilanjutkan dengan sistem rujukan. Pemeriksaan kesehatan khusus di PT. Konimex meliputi pemeriksaan Audiometri dan Spirometri, dengan melihat adanya potensi penyakit akibat kerja yakni kebisingan dan debu di tempat kerja.


(37)

commit to user

xxxvii

Sebagai upaya penanggulangan kecelakaan, pengobatan dan peningkatan kesehatan tenaga kerja, ada banyak langkah-langkah yang dilakukan oleh PT. Konimex untuk mewujudkan hal tersebut khususnya dalam penyediaan sarana-sarana kesehatan yang memadai, diantaranya adalah sebagai berikut :

a. Kotak P3K (Pertololongan Pertama Pada Kecelakaan) di masing-masing unit kerja.

b. Poliklinik yang tersebar di dua tempat yaitu pada sektor farmasi dan food, adapun kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan poliklinik antara lain adalah :

1) Pemeriksaan kesehatan namun belum dilakukan pemeriksaan yang

memfokuskan pada pemeriksaan penyakit akibat kerja. 2) Pelayanan pengobatan dan pelayanan darurat.

3) Pelayanan pemberian obat-obatan produksi kepada semua tenaga kerja sebagai persediaan seminggu sekali yaitu pada hari rabu.

4) Donor darah dilakukan tiga bulan sekali atau sewaktu-waktu untuk tenaga kerja yang membutuhkan.

5) Tiga orang dokter perusahaan (sudah bersertifikasi Hiperkes) yang mempunyai jam kerja pada jam 14.00 WIB-selesai tanpa ada bantuan tenaga perawat namun tugas itu digantikan oleh seorang petugas jaga setiap hari/jam kerja serta dokter rujukan yang tersebar di kota Solo. 6) Pelayanan KB setiap hari Rabu. dan apabila terjadi suatu kecelakaan yang

berimbas pada luka berat Poliklinik juga telah menjalin hubungan dengan Rumah Sakit dr. Oen I dan Rumah Sakit dr. Oen II sebagai rumah sakit


(38)

commit to user

xxxviii

rujukan dilengkapi dengan kendaraan yang selalu siap mengantar bila diperlukan.

3. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK)

Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) merupakan jaminan bagi tenaga kerja berupa pelayanan kesehatan, berobat jalan, rawat inap, bantuan bersalin, optik, dan lain-lain. Khusus bagi kepala keluarga bagi kepala keluarga dapat menanggung keluarganya. Namun untuk program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) hanya sebagaian tenaga kerja saja yang diikutkan karena telah memiliki program pemeliharaan kesehatan yang dinilai lebih baik. Adapun program pemeliharaan kesehatan di PT. Konimex adalah sebagai berikut :

a. AMAG (Asuransi Multi Arta Guna), asuransi yang diberikan kepada tenaga kerja yang perlu perawatan atau rawat inap di rumah sakit.

b. Tunjangan kesehatan untuk pengobatan diberikan kepada tenaga kerja yang sakit akan tetapi tidak memerlukan perawatan atau rawat inap di rumah sakit dan berlaku untuk suami, istri dan 2 orang anak.

E. Gizi Kerja

Untuk menjaga tenaga kerja tetap sehat, produktif serta timbulnya masalah gizi yang ditemukan pada tenaga kerja maka pengelolaan gizi kerja bagi tenaga kerja diwujudkan dengan :

1. Pengadaan kantin dan pemberian makan siang kepada semua tenaga kerja. Kantin dikelola oleh General Service,


(39)

commit to user

xxxix

3. Penyusunan menu yang berbeda selama empat minggu dan tiap tiga bulan sekali tim menu berkumpul untuk mengadakan perubahan menu,

4. Penyediaan makan siang

Untuk lauk dan sayur disediakan oleh catering yang sudah di tunjuk oleh perusahaan sedang untuk makanan pokok atau nasi memasak sendiri.

5. Ruang makan dan kantin :

a. Tersedianya ruang makan yang cukup luas sesuai dengan jumlah tenaga kerja sehingga semua tenaga kerja dapat makan siang sekaligus atau bergelombang,

b. Semua tenaga kerja tidak boleh makan pada saat kerja,

c. Perawatan kantin dilakukan sesuai dengan peraturan-peraturan untuk kebersihan pada tempat makan umum,

d. Pada umumnya dapur, tempat makan dan alat makan dalam keadaan bersih

dan memenuhi syarat kesehatan.

F. Ergonomi

PT. Konimex merupakan perusahaan farmasi dan makanan dengan jam kerja untuk tenaga kerja bagian kantor pukul 08.00-16.00 WIB dengan istirahat 1 jam, sedangkan untuk tenaga kerja bagian produksi pukul 08.00-15.30 WIB dengan waktu istirahat 30 menit. Shift kerja berlaku secara insidentil yaitu sesuai dengan permintaan pasar.

Dalam proses produksi digunakan mesin-mesin baik yang


(40)

commit to user

xl

Alat-alat angkut meliputi handpallet sebagai alat angkut bahan baku dan barang jadi, forklift untuk mengangkut bahan baku dan barang jadi. Selain itu juga dilakukan pengangkutan secara manual. Alat angkut meliputi handpallet, forklift dan truk.

Sikap kerja dalam melaksanakan pekerjaan bevariasi yaitu berdiri, duduk dan berpindah-pindah.

G. Sistem Keselamatan Kerja Sistem Keselamatan Kerja di PT. Konimex meliputi :

1. Analisa Bahaya Lingkungan Kerja

Analisa bahaya yang dilakukan ini merupakan upaya untuk mengetahui secara dini potensi bahaya yang ditimbulkan dari bahan, lingkungan kerja dan manusia/tenaga kerja. Analisis ini bermanfaat dalam menekan tingkat resiko sehingga akan mengurangi tingkat kecelakaan dan sakit akibat kerja. Analisa dilakukan setiap tahunnya oleh divisi K3 di PT. Konimex.

2. Inspeksi Rutin Tempat Kerja Dan Audit K3

Inspeksi bertujuan untuk mengetahui penyimpangan-penyimpangan pelaksanaan K3 di lapangan/tempat kerja dan menenukan lokasi bahaya potansial yang dapat menyebabkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Dengan inspeksi, diharapkan dapat dilakukan upaya-upaya untuk mengendalikan agar kecelakaan kerja tidak terjadi atau terulang kembali. Inspeksi ini dilaksanakan oleh Ahli K3 sendiri.


(41)

commit to user

xli

Audit Internal K3 dilaksanakan oleh bagian Human, Safety and

Environtment (HSE) Auditor khususny bagian Good Manufacturing Product

GMP) untuk menilai kinerja sistem manajemen K3. Auditor ini bersifat independen. Dimana setiap temuan yanga ada akan dicatat dan disampaikan ke bagian terkait dalam bentuk PTKP (Permintaan Tindakan Koreksi dan Perbaikan). Selanjutnya setiap bagian wajib menindak lanjuti PTKP tersebut sebagai suatu perbaikan yang berkisanambungan.

3. Alat Pelindung Diri

Upaya penyediaan alat pelindung diri bagi tenega kerja di PT. Konimex dilaksanakan dengan menyediakan alat pelindung diri sesuai dengan jumlah tenaga kerja dan jenis pekerjaan yang dilakukan sehingga dapat mendukung usaha pencegahan terjadinya kecelakaan kerja.

Alat pelindung diri yang disediakan oleh PT. Konimex bagi tenaga kerjanya antara lain :

a. Sepatu kerja (digunakan untuk pekerja dibagian teknik dan general service) b. Baju kerja (diberlakukan untuk semua pegawai yang ada di bagian gudang,

produksi, laboratorium, teknik, GS, verpak, dll)

c. Respirator, masker dan sarung tangan (baik berbahan karet dan katun)

Alat pelindung diri digunakan untuk pekerja pada bagian produksi, laboratorium, teknik, verpak, gudang, GS dan pertamanan.

d. Kacamata / goggles, spectacles. Untuk Aalat pelindung diri ditujukan untuk bagian teknik yang sedang mengerjakan pekerjaan di workshop.


(42)

commit to user

xlii

e. Safety belt dan safety harness bagi pekerjaan di ketinggian. Biasanya yang menggunakan ini adalah pekerja bagian teknik dan GS.

f. Ear plug dan ear muff sebagai alat pelindung telinga dari bising yang dihasilkan oleh mesin-mesin tertentu. Alat ini digunakan untuk pekerja yang berada di proses produksi dan teknik.

g. Helm yang disediakan bagi tenaga kerja yang bekerja digudang atau tempat kerja yang berisiko terjadi benturan atau kejatuhan barang. APD ini ditujukan untuk karyawan di bagian gudang dan teknik.

4. Sosialisasi K3

Sebagai upaya sosialiasasi K3 di kalangan tenaga kerja yang di pihak manajemen (P2K3) menyelenggarakan kegiatan sebagai berikut :

a. Safety information

Berupa dan selebaran yang berisi informasi tentang K3 yang disebarkan melalui email dengan tujuan untuk memberikan informasi kepada tenaga kerja mengenai berbagai hal yang bersangkutan dengan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) agar tercipta “Brain awarness” tantang pentingnya upaya pencegahan kecelakaan kerja dan sakit akibat kerja pada tiap tenaga kerja. Safety Information dibuat oleh Ahli K3 dan waktu penyebarannya setiap satu bulan sekali pada tanggal 12

b. Safety Meeting

Merupakan pertemuan rutin K3 antara kepala seksi/supervisor dengan seluruh anak buahnya untuk membahas dan menginformasikan masalah keselamatan dan kesehatan tenaga kerja. Pelaksanaanya dilakukan setiap bulan sekali pada


(43)

commit to user

xliii

tanggal 12 jam 08.00 – selesai, lama penyelenggaraan sesuai kebutuhan masing-masing bagian. Bila tanggal 12 adalah hari minggu/libur maka safety meeting diadakan pada hari kerja berikutnya. Pembuatan dan distribusi safety meeting adalah sebagai berikut :

1) Ahli K3 membuat materi safety meeting dengan tema yang disesuaikan dengan kondisi keselamatan dan kesehatan kerja.

2) Ahli K3 membuat memo pengantar untuk seluruh bagian yang

menyelenggarakan safety meeting.

3) Memo dan meteri digandakan sesuai bagian yang dituju kemudian dikirim

ke bagian selambat-lambatnya tanggal 6 tiap bulan.

4) Selambat-lambatnya tanggal 11 tiap bulan, sekretaris bagian menyerahkan materi safety meeting kepada masing-masing kepala seksi/supervisor di bagian yang bersangkutan.

Adapun penyelenggaraan safety meeting adalah sebagai berikut :

1) Kepala seksi/supervisor mengumpulkan seluruh anak buahnya ditempat yang memadai,

2) Kepala seksi/supervisor atau tenaga kerja yang ditunjuk membacakan materi safety meeting sehingga isi materi dimengerti oleh semua peserta, 3) Kepala seksi/supervisor memberikan kesempatan untuk mengajukan satu

pertanyaan tentang K3,

4) Kepala seksi/supervisor menjawab pertanyaan yang diajukan atau

menunda bila tidak/kurang memahami masalahnya (konsultasi dahulu dengan pimpinan bagian, Ahli K3 atau pengurus P2K3),


(44)

commit to user

xliv

5) Safety meeting ditutup dengan himbauan kepala seksi/supevisor untuk bekerja menaati ketentuan K3.

Catatan :

1) Bila kepala seksi/supervisor tidak masuk, pimpinan ini menunjuk salah satu tenaga kerja untuk memimpin penyelenggaraan safety meeting.

2) Untuk kelompok profesi (teknisi, analisis dan ass. Formulator)

penyelenggaraan oleh salah seorang yang ditunjuk oleh pimpinan ini yang bersangkutan.

c. Poster K3

Poster-poster K3 yang ada di PT. Konimex meliputi : 1) Poster bahaya mesin

2) Poster bahaya kebakaran

3) Poster larangan merokok

4) Poster bahan berbahaya 5) Poster bahaya listrik 6) Poster alat pelindung diri

7) Poster cuci tangan/pemeliharaan kebersihan 8) Poster bahaya terjatuh

d. Spanduk/Giant banner,

Pada Spanduk/Giant banner memuat slogan-slogan K3 terdapat di pintu masuk PT. Konimex sehingga dapat diketahui oleh tenaga kerja maupun masyarakat umum.


(45)

commit to user

xlv

e. Lomba-Lomba K3

Lomba K3 ini diselenggarakan untuk memperingati adanya bulan K3 Nasional yang diisi dengan berbagai lomba K3 seperti fire drill dan pertolongan pertama, yel - yel, lomba tebak gambar, analisa kasus K3, role play sampai dengan lomba cerdas tangkas mengenai materi-materi K3. Peserta dalam lomba ini tidak hanya dari kalangan pekerja lapangan, namun perwakilan dari semua seksi kerja yang ada di PT. Konimex. Untuk perlombaan K3 tahun 2010 ini mengangkat tema “Know Safety, NO Accident” .

5. Pelatihan K3

Pelatihan K3 dikoordinasi oleh Ahli K3/Sekretaris P2K3. Pelatihan ini diberikan kepada tenaga kerja dimana yang bertindak sebagai instruktur atau pelatih adalah dari dalam perusahaan itu sendiri. Dalam hal ini, pelatihan K3 diberikan oleh Ahli K3 yang dibantu oleh koordinator-koordinator K3. Jenis Pelatihan yaitu :

a. Refreshing ABK (Analisa Bahaya Kerja)

b. Refreshing Penanggulangan Bahaya Kebakaran

c. Refreshing P3K

d. Pelatihan K3 Gudang/safe manual handling/alat angkat-angkut

Untuk metode pelatihan yang digunakanpun bervariatif hal ini diupayakan agar tenaga kerja tidak bosan dan jenuh mengikuti pelatihan, metode yang diterapkan diantaranya adalah sebagai berikut :


(46)

commit to user

xlvi a. Studi kasus/role paly/simulasi

b. Pemutaran film/video

c. Ceramah, brainstorming

Pelaksanaan pelatihan tersebut dilaksanakan sesuai dengan kalender training yang telah disusun sebagai program K3.

H. Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Dalam rangka menciptakan suatu sistem keselamatan dan kesehatan kerja yang berjalan baik dan solid, PT. Konimex menerapkan Sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3. Seperti menurut Tarwaka (2008) dalam bukunya menyatakan bahwa Sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) merupakan suatu bagian dari sistema manajemen organisasi secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, penerapan, pencapaian, pengkajian, dan pemiliharaan kebijakan K3 dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja untuk menciptakan tempat kerja yang aman, efisien, dan produktif.

Sesuai dengan tujuan diperlukannya suatu manajemen K3 dijadikan suatu pedoman dalam melaksanakan sistem manajemen K3 di PT. Konimex. Dalam perjalannya penerapan hal ini sudah dapat berjalan baik dan lumayan terkoordinasi, dan berkesinambungan satu sama lain.

Sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) di PT. Konimex terdiri dari 4 elemen. yaitu :


(47)

commit to user

xlvii

1. Plant (Perencanaan)

Mengidentifikasi bahaya , penilaian dan pengendalian resiko berdasar peraturan perundang – undangan dan persyaratan lain dengan menetapkan tujuan dan sasaran dan menetapkan anggaran.

2. Do (Pelaksanaan)

a. SO dan tanggung jawab,

b. Pelatihan dan kompetisi kerja terhadap sumber daya manusia, c. Komunikasi, konsultasi dan motivasi,

d. Pengendalian dokumen,

e. Pengendalian operasional, f. Sarana dan prasarana, g. Kesiapan tanggap darurat.

3. Check (Pengecekan)

Melakukan inspeksi dan pengujian terhadap pelaksanaan Sistem

Manajemen K3 di PT. Konimex secara Non Comformance dan Insident dengan melakukan pencatatan dan audit.

4. Action (Tindakan)

Meninjau ulang apa yang telah dilakukan dalam elemen Plant, Do dan Check dan berusaha meningkatkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja di PT. Konimex.


(48)

commit to user

xlviii

I. Panitia Pembinaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3)

Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja PT. Konimex merupakan suatu panitia yang beranggotakan unsure pengusaha dan tenaga kerja yang disahkan oleh Departemen Tenaga Kerja, untuk membantu merencanakan dan melaksanakan program – program serta mengkoordinir penanganan mesalah di bidang keselamatan dan kesehatan kerja.

Struktur organisasi Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3)yang disahkan di PT. Konimex adalah sebagai berikut :

Gambar 5. Struktur Organisasi P2K3 di PT. Konimex Sumber : PT. Konimex, 2005.

Dalam struktur organisasi P2K3 di PT. Konimex diketuai langsung oleh Direktur Utama perusahaan, sedangkan untuk sekretarisnya adalah ahli K3 yang ada di PT. Konimex. Anggota-anggota P2K3 merupakan pimpinan (manager) dari tiap bagian yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan Sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3), pengawasan dan melaksanakan perbaikan secara terus-menerus di bidang K3.

Ketua Wakil Ketua

Sekretaris

Anggota Anggota


(49)

commit to user

xlix

J. Emergency Planning

1. Pencegahan Kecelakaan

Prosedur untuk menghadapi keadaan darurat dan proses perencanaan pemulihan keadaan darurat yang dapat mengancam keselamatan tenaga kerja, meliputi :

a. Langkah pencegahan,

b. Langkah penangulangan,

c. Sarana yang dibutuhkan dan pengoperasiannya.

Untuk itu dapat mewujudkan prosedur diatas PT. Konimex telah menyiapkan personel-personelnya, dimana mereka bertugas untuk melakukan suatu operasi penyelamatan dalam menghadapi keadaan darurat. Personel-personel tersebut telah mendapatkan pelatihan dari instansi yang berkompeten untuk bidang seperti ini dan pelatihan tidak hanya diadakan satu kali saja tetapi dilakukan setiap 6 bulan sekali, jadi untuk kompetensi dari para personel yang disiagakan untuk keadaan darurat ini tidak diragukan lagi.

Selain pembentukan personel PT. Konimex juga menyusun sutu prosedur perencanaan pemulihan keadaan darurat agar dapat dengan cepat mengembalikan keadaan pada kondisi normal begitu pula dengan tenaga kerjanya. Adapun prosedur yang telah dibuat bersama oleh P2K3 PT. Konimex dalam menghadapi insiden, adalah sebagai berikut :

a. Prosedur penanganan korban.


(50)

commit to user

l c. Prosedur penyelidikan kecelakaan.

d. Prosedur perawatan lanjutan dan rehabilitasi.

System Emergency Planning dimana sistem ini ditujukan kepada keadaan darurat seperti kebakaran, gempa bumi, banjir, kecelakaan, peledakan, dan polusi. Untuk menjalankan sistem ini maka dibentuklah suatu kelompok yang diberi nama Tim Krisis (Tim 9) yang bertugas untuk mengurusi manajemen-manajemen untuk kondisi-kondisi kritis.

2. Penanganan Kecelakaan

Upaya penanganan kecelakaan yang dilakukan di PT. Konimex sesuai dengan prosedur penangan kecelakaan kerja yang telah ditetapkan oleh P2K3, yaitu sebagai berikut:

a. Prosedur penanganan kecelakaan kerja.

1) Merupakan panduan bagi setiap tenaga kerja dalam menangani da

melaporkan kejadin kecelakaan di tempat kerja, untuk selanjutnya dapat dilakukan penyelidikan kecelakaan.

2) Menjamin selalu terpantaunya kejadian yang akan digunakan sebagai salah satu dasar pengambilan keputusan untuk melakukan tindakan-tindakan pencegahan dalam upaya mengurangi tingkat kecelakaan kerja.

3) Prosedur ini berlaku untuk seluruh bagian/biro di PT. Konimex untuk kecelakaan di tempat kerja dan sakit mendadak pada jam kerja.

4) Prosedur ini meliputi prosedur penanganan kecelakaan kerja di dalam jam kerja biasa dan di luar jam kerja biasa.


(51)

commit to user

li

1) Pos P3K.

2) Poliklinik.

3) Rumah sakit rujukan.

4) Kendaraan angkut yang selalu siap antar.

3. Alur Komunikasi

Alur komunikasi keadaan darurat yang ada di PT. Konimex juga telah diatur sebaik mungkin, hal ini dilakukan agar tidak terjadi kebingungan oleh tenaga kerja pada saat menghadapi keadaan darurat. Jadi dalam setiap kejadian kecelakaan di tempat kerja diharuskan tenaga kerja untuk menghubungi pimpinan bagian, factory personel, personel, dan ahli K3 untuk menginformasikan identitas korban, kondisi korban, dan lokasi kejadian kecelakaan.

4. Formulir Laporan Kecelakaan Kerja

Setiap kecelakaan kerja yang terjadi di PT. Konimex dilakukan pembuatan suatu laporan kecelakaan dengan mengisi formulir laporan kecelakaan kerja yang tersedia, sesuai dengan pertunjuk cara pengisian formulir kecelakaan kerja. Dari formulir tersebut dibuat laporan kecelakaan kerja beserta analisanya setiap bulannya, sehingga pemantauan mengenai kecelakaan kerja dapat terus dijaga di monitoring secara terus - menerus.

5. Penanggulangan Bahaya Kebakaran

Kebakaran dapat disebabkan oleh penanganan material yang tidak memenuhi syarat, perawatan yang kurang, kelalaian, atau kecerobohan maupun karena peristiwa alam. Akibat dari kebakaran akan semakin besar apabila sistem penanggulangan terhdap kebakaran yang terdiri dari peralatan deteksi, peralatan


(52)

commit to user

lii

pemadam tidak berfungsi dengan baik. Peralatan penanggulangan kebakaran yang lengkap tidak akan bermanfaat secara maksimal apabila tidak didukung oleh sumber daya manusia yang handal, tanggap, mempunyai keberanian dan mampu mengoperasikan peralatan secara cepat dan tepat.

Mengingat betapa bahayannya suatu kebakaran itu maka tim P2K3 PT. Konimex menyusun suatu pedoman dalam melaksanakan penanggulangan bahaya

kebakaran serta terpadu termasuk cara pencegahan, cara pemadam,

pengoperasian, dan perawatan alat pemadam kebakaran, sampai denagan personel yang akan melaksanakan penanggulangan bahaya kebakaran tersebut. Hal ini disusun bertujuan untuk pedoman bagi seluruh tenaga kerja dalam melaksanakan penanggulangan bahaya kebakaran serta menjamin dapat terselenggaranya sistem penanggulangan kebakaran di perusahaan dapat berjalan dengan baik. Adapun pemaparan dari pedoman ini adalah sebagai berikut :

a. Dasar penyusunan pedoman bahaya kebakaran.

1) Undang – undang No. 1 Tahun 1970 Pasal 3 ayat 1 huruf b, d, dan q tentang Syarat Keselamatan Kerja

(b) Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran

(d) Memberikan kesempatan jalan untuk menyelamatkan diri pada saat kebakaran

(q) Mengendalikan penyebaran asap dan gas Undang – undang No. 1 Tahun 1970 Pasal 9 ayat 3


(53)

commit to user

liii

Pengurus mengadakan pelatihan penanggulangan kebakaran.

2) Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. Per.02/MEN/1983 tentang

Instalasi Alarm Kebakaran Automatik.

3) Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. Per.04/MEN/1980 tentang

Syarat-syarat Pemasangan dan Pemliharaan Alat Pemadam Api Ringan.

4) Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. 05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

b. Sistem pemadaman kebakaran di PT. Konimex, terdiri atas :

1) Alat Deteksi Dini Bahaya Kebakaran (Fire Alarm System)

a) Fotoelectric Detector, dapat berupa : (1) Ionization Detector

Ionization Detector adalah detector yang bekerja berdasarkan prinsip ionisasi. Detector ini terdapat di gudang bahan baku farmasi 1 dan ruang server.

(2) High Sensitivity Smoke Detector (HSSD)

Detektor ini bekerja dengan kepekaan yang sangat tinggi terhadap asap. Terdapat di semua area gudang dan ada sebagain di verpak.

(3) Smoke Detector

Smoke detector adalah alat deteksi adanya kebakaran karena kepekaan terhadap asap. Detector ini terdapat di ruang verpak, kantor, dan koridor, bila terjadi suatu kebakaran maka asap dari kebakaran akan mereaksikan alat tersebut.


(54)

commit to user

liv

2) Alat Pemadam Kebakaran

a) Alat Pemadam Api Ringan (APAR)

Alat pemadam kebakaran ini berbentuk tabung dan mudah dibawa (portabel) serta mudah digunakan untuk memadamkan api pada mula kebakaran. Berdasarkan isinya PT. Konimex terdapat jenis tabung pemadam kebakaran :

(1) Serbuk kimia kering (dry chemical) (2) Gas karbondioksida (CO2)

(3) Gas halon.

(4) Foam

(5) FM200

Warna tabung APAR seluruhnya berwarna merah. Standar posisi peletakan APAR dari lantai adalah 125 cm dari lantai dan jarak antara apar tidak boleh melebihi 15 meter adalah dengan memperhatikan pula kondisi fisik bangunan.

b) Hidran Gedung

Alat pemadam kebakaran dengan media pemadaman air bertekanan dan telah terangkai dalam suatu sistem serta terdapat di luar bangunan. Selang pada hidran gedung berdiameter 1,5 inchi dengan debit air ± 400 liter/menit untuk titik terjauh. Sumber air dari hidran didapatkan dari Jockey Pump untuk kondisi stand by, sedangkan apabila tekanan dalam hidran turun maka sumber air akan di suplai menggunakan


(55)

commit to user

lv

sistem diesel yang otomatis menyala untuk mencapai tekanan yang dipersyaratkan.

c) Hidran Halaman (Pilar Hidran)

Alat pemadamkebakaran ini menggunakan media pemadam air bertekanan dan telah terangkai dalam suatu sistem yang terdapat di luar bangunan. Selang pada hidran halaman ini berdiamater 2,5 inchi dengan debit air ± 1800 liter/menit untuk titik terjauh. Sumber air dari

hidran didapatkan dari Jockey Pump untuk kondisi stand by,

sedangkan apabila tekanan dalam hidran turun maka sumber air akan di suplai menggunakan sistem diesel yang otomatis menyala untuk mencapai tekanan yang dipersyaratkan.

c. Proses penanggulangan kebakaran.

Prosedur penanggulangan bahaya kebakaran pada PT. Konimex, yaitu : 1) Tidak panik dan tetap tenang

2) Lokalisir api

3) Padamkan api dengan APAR

4) Bunyikan alarm kebakaran (bila detektor otomatis belum menyala)

5) Mengevakuasi

Apabila terdapat korban, singkirkan barang-barang yang terdapat di sekitar korban yang dapat menimbulkan kecelakaan susulan.

Agar tindakan evakuasi dapat dilakukan dengan cepat dan aman, maka penyelenggaraan evakuasi dilengkapi dengan alat bantu evakuasi, meliputi :


(56)

commit to user

lvi

Dipasang ditempat-tempat tertentu di ruangan dan di sepanjang koridor yang menuju pintu keluar. Lampu penerangan darurat harus mempunyai tenaga listrik yang tidak tergantung dari tenaga listrik PLN (baterai/accu) 2) Plafon Koridor Bercat Hijau

Plafon koridor bercat hijau menunjukan tanda bahwa jalur koridor tersebut berhubungan atau menuju pintu keluar gedung.

3) Denah Jalur Evakuasi

Denah jalur evakuasi adalah denah yang dipasang di dalam suatu ruangan yang berisi petunjuk evakuasi dari ruangan tersebut menuju pintu keluar terdekat beserta jalur alternatif lain yang diambil.

4) Papan Penunjuk Arah Jalan Keluar

Papan penujuk yang dipasang di sepanjang koridor yang berisi petunjuk berupa anak panah berwarna merah yang menuju ke pintu keluar setempat.

5) Tanda “EXIT”

Tanda yang dipasang untuk menunjukan arah pintu keluar gedung. 6) Pintu Darurat

Pintu untuk keluar yang digunakan hanya saat terjadi kondisi darurat yang ditandai dengan tulisan “Emergency Exit/Pintu Keluar Darurat”, dilengkapi dengan alat pembuka (misal : kapak/linggis), dipastikan bahwa tanda pintu darurat terlihat jelas dari luar dan jalan menuju pintu darurat harus bersih atau tidak ada halangan-halangan menuju pintu darurat. Pelaksanaan tindakan evakuasi sesuai dengan yang tercantum pada


(57)

commit to user

lvii

Prosedur Pemadam Kebakaran. Disarankan masing-masing bagian dapat menentukan barang-barang yang merupakan prioritas utama untuk diselamatkan dan dapat diinformasikan kepada tenaga kerja disekitarnya, sehingga bila keadaan memungkinkan untuk menyelamatkan barang, maka barang yang telah ditentukan tersebut dapat diselamatkan.

7) Berkumpul pada titik kumpul di luar gedung, di halam luas.

8) Padamkan api dengan hydrant

d. Regu penanggulangan kebakaran.

Regu penanggulangan bahaya kebakaran adalah regu yang dibentuk oleh Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) kecuali regu satpam, dimana regu ini mempunyai tugas untuk melakukan tindakan pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran secara langsung di area kerja masing-masing. Terdapat dua kelompok regu Penanggulangan Bahaya Kebakaran (PBK) di perusahaaan, yaitu :

1) Regu Inti Penanggulangan Bahaya Kebakaran dari Satuan Pengaman

Perusahaan (SATPAM) dibawah koordinasi External Relation.

2) Regu Penanggulangan Bahaya Kebakaran dari seksi kerja dibawah

koordinasi Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Daftar nama personel Regu Penanggulangan Bahaya Kebakaran dan Evakuasi suatu periode ditetapkan dengan Surat Rekomendasi P2K3 yang terpisah dari dokumen ini.


(58)

commit to user

lviii

Pemeriksaan terhadap peralatan pemadam kebakaran dilakukan satu bulan sekali oleh bagian GS (General Service), hal yang dilakukan meliputi pemeriksaan dan perawatan kondisi fisik dan kelengkapan APAR sesusai checklist inspeksi APAR. Untuk APAR jenis Dry chemical, setiap satu bulan sekali dilakukan pengocokan dengan tujuan agar serbuk kimia kering di dalam tabung tidak menggumpal, caranya adalah dengan membalikkan tabung APAR sekali saja.

Setiap satu tahun sekali harus dilakukan pemeriksaan rutin tahunan oleh pihak luar (pihak ketiga) yang memiliki kompetensi untuk hal ini dalam melakukan pemeriksaan APAR secara total sampai dengan pada tingkat funngsional APAR tersebut dan mengacu pada peraturan yang berlaku. Sedangkan pada Bagian K3 akan melakukan inspeksi fisik tabung APAR setiap 3 bulan sekali untuk memastikan bahwa sarana tersebut dalam kondisi siap pakai dan terawat dengan baik.


(59)

commit to user

lix BAB IV PEMBAHASAN

B. Faktor dan Potensi Bahaya

1. Bahaya dari Lingkungan Kerja dan Sarana Penunjang

a. Penerangan

Penerangan yang baik adalah penerangan yang memungkinkan tenaga kerja melihat pekerjaannya dengan teliti, cepat dan tanpa upaya yang tidak perlu sehinga terhindar dari penyakit akibat kerja. Penerangan di PT. Konimex terdapat dua ketentuan yaitu penerangan utama dan penerangan darurat dengan hasil rata-rata 127,75 Lux. Hal ini sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1045/Menkes/SK/XII/2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja dengan standar minimum 50 Lux untuk gudang. Tetapi masih terdapat area dengan penerangan yang redup dan belum sesuai dengan peraturan dan banyaknya tumpukan barang yang berada di gudang yang terlampau tinggi sehingga banyak menghalangi pancaran sinar lampu.

b. Kebisingan

Kebisingan di PT. Konimex antara lain berasal dari Air Compresor, mesin-mesin produksi, Blowdown dari steam generator dan boiler, chiller fan AC/AC Central dan generator listrik. Berdasarkan Kepmenaker No. Kep. 51/Men/1999 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di Tempat Kerja yang berisi bahwa NAB Kebisingan ditetapkan sebesar 85 dBA.


(60)

commit to user

lx

Demikian halnya PT. Konimex juga melaksanakan usaha-usaha untuk menanggulangi bahaya yang disebabkan oleh kebisingan di tempat kerja. Antara lain dengan modifikasi mesin dengan cara pemberian bahan untuk peredam suara pada mesin-mesin produksi dan penyediaan alat pelindung diri berupa ear insert, ear plug dan ear muff.

c. Iklim Kerja

Apabila dilihat dari hasil pengukuran yang dilakukan oleh penulis hampir semua area pengukuran untuk masalah suhu baik tetapi masih ada gudang yang belum memenuhi dengan standar yang ditetapkan oleh PT. Konimex. Pada saat penulis mengadakan pengukuran pada gudang bahan baku Farmasi I pada bagian ruang bahan baku, yang dirasakan penulis dan dari pekerja yang bekerja pada gudang tersebut suhu yang ada dalam ruangan terasa panas. Suhu tersebut disesuaikan dengan sifat bahan/barang yang memang harus berada dalam kondisi suhu yang seperti itu.

Pengendalian yang telah dilakukan PT. Konimex untuk mencegah terjadinya penurunan derajat kesehatan yaitu dengan memberikan fan/AC pada ruangan yang dianggap melebihi suhunya dan sering digunakan untuk mobilisasi pekerja serta penyediaan minuman di setiap bagian yang ada di PT. Konimex.

Apabila analisa tersebut dibandingkan dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1405/Menkes/SK/XI/2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri dimana standar yang ditetapkan untuk suhu dan kelembaban adaalah sebagai berikut :


(61)

commit to user

lxi

Tabel 7. Persyaratan Kesehatan Lngkungan Kerja Kantor dan Industri Parameter

Lokasi

Suhu Kelembaban

Kantor 18-28 0C 40-60 %

Proses Produksi 18-30 0C 65-95 %

Sumber : PT. Konimex, 2005.

Dalam pengukuran yang dilakukan oleh penulis area yang menjadi tempat pengukuran adalah di gudang bahan baku yang ada di PT. Konimex dan dikarenakan standar iklim kerja di gudang disesuaikan dengan bahan baku yang disimpan, maka standar yang dipakai penulis adalah standar suhu dan kelembaban yang ada di proses produksi yaitu 18-30 0C dan 65-95% dengan beban kerja ringan. Hal ini disebabkan karena sebagian besar pekerjaan dilakukan secara mekanik dengan menggunakan forklift, hanpallet dan kereta dorong sehingga tidak terlalu banyak tenaga atau energi yang dikeluarkan. Di samping itu para pekerja juga mendapatkan waktu istirahat yang cukup untuk memulihkan kembali tenaga yang telah keluar akibat bekerja.

Dari hasil standar yang ada yaitu keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1405/Menkes/SK/XI/2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri, apabila dibandingkan dengan data yang diperoleh, maka dapat diambil beberapa hasil untuk analisa suhu diantaranya untuk data yang tidak memenuhi standar diantaranya adalah GBB Farmasi I pada ruang bahan baku.

d. Debu

Dalam penelitian pada waktu magang penulis tidak mendapatkan data mengenai intensitas debu dikarenakan memang tidak adanya pengukuran


(62)

commit to user

lxii

mengenai hal ini. Namun dari literatur pustaka yang didapatkan penulis untuk menangani permasalahan debu, hal yang dilakukan dari PT. Konimex adalah

dengan menempatkan dust collector pada area proses produksi yang

berlebihan serta penyediaan masker. e. Pengelolaan lingkungan

Pengelolaan lingkungan di PT. Konimex untuk limbah cair dilaksanakan dengan fasilitas multi cell aerated lagoon dengan prinsip aerasi atau penambahan kadar oksigen kedalam air limbah. Menurut hasil analisis yang dilakukan oleh pihak perusahaan air limbah yang dihasilkan dari proses produksi Food dan Farmasi PT. Konimex diperiksa secara periodic sebulan sekali, sedangkan untuk limbah udara, kadar gas yang terkandung dalam inceneratori telah memenuhi syarat UU RI. No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.

2. Potensi Bahaya

Potensi bahaya yang ada pada PT. Konimex, misalnya terjepit, kejatuhan benda dan tersengat panas juga telah dikendalikan dengan kebijakan prosedur kerja yang aman maupun inspeksi rutin tempat kerja.

Hal ini sudah sesuai dengan Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pada pasal 3 tentang syarat-syarat keselamatan kerja khususnya ayat 1 poin (f) yang menyatakan “memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja”, poin (g) yang menyatakan “mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebarluasnya suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca,sinar atau radiasi, suara dan getaran”, poin (h) ) yang


(63)

commit to user

lxiii

menyatakan “mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik fisik maupun psikis, peracunan, infeksi dan penularan”, poin (i) yang menyatakan “memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai”, poin (j) yang menyatakan “menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik”, serta yang terakhir adalah poin (l) yang menyatakan tentang “memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban”

C. Pelayanan Kesehatan

Kesehatan kerja meliputi upaya-upaya untuk mencegah penyakit akibat kerja dan penyakit lainnya pada tenaga kerja. Tujuannya adalah agar tenaga kerja ditempatkan pada pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan fisiknya dan kondisi mentalnya sehingga setiap tenaga kerja berada dalam keadaan sehat sejahtera pada saat ia mulai bekerja sampai selesai masa kerjanya.

1. Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja

2. Sarana Kesehatan

Tingkat kesehatan tenaga kerja ditentukan pula oleh perhatian pihak manajemen. Untuk menciptakan tenaga kerja dan lingkungan kerja yang sehat, diperlukan adanya fasilitas atau sarana penunjang kesehatan yang memenuhi syarat, harapan dan kebutuhan tenaga kerja.

PT. Konimex menyediakan sarana kesehatan sebagai pelaksanaan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. PER. 03/MEN/1982 sebagai berikut :


(64)

commit to user

lxiv

Hal ini sesuai dengan pasal 2 (g) mengenai PPPK dan (h) mengenai Pendidikan Kesehatan Untuk Tenaga Kerja dan Latihan Untuk Petugas PPPK. Dalam pelaksanaan persediaan kotak PPPK sudah baik dan sudah ada training PPPK bagi tenaga kerja, tetapi ada isi kotak yang sudah habis tetapi belum di isi kembali.

2. Poliklinik

Berdasarkan pasal 4 (1) b tentang Penyelenggaraan Kesehatan Kerja dapat diselenggarakan oleh pengurus dengan mengadakan ikatan dengan dokter atau pelayanan kesehatan lain.

Deemikian pula PT. Konimex mempunyai poliklinik dengan dokter perusahaan sendiri serta mempunyai rumah sakit rujukan.

D. Gizi Kerja

Gizi kerja merupakan nutrisi (zat makanan) yang diperlukan oleh tenaga kerja untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan jenis pekerjaan, sehingga kesehatan dan daya kerja menjadi setinggi-tingginya. Gizi kerja yang baik erat kaitannya dengan produktivitas tenaga kerja. Gizi kerja yang baik akan meningkatkan derajat kesehatan tenaga kerja dan derajat kesehatan yang tinggi akan mempengaruhi meningkatnya produktivitas tenaga kerja yang bararti peningkatan produktivitas perusahaan.

Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kerja tentang gizi kerja

dilaksanakan oleh PT. Konimex dengan pengadaan kantin dan penyusunan menu oleh tim menu. Hal tersebut sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan


(65)

commit to user

lxv

Transmigrasi No. PER.03/MEN/1982 pasal 2 (i) tentang Memberi Nasehat Mengenai Perencanaan Pembuatan Tempat Kerja, Pemilihan APD yang Diperlukan dan Gizi Serta Penyelenggaraan Makanan di Tempat Kerja.

D. Ergonomi

Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, pasal 3 (m) menyatakan bahwa Salah Satu Syarat Keselamatan Kerja Adalah Memperoleh Keserasian Antara Tenaga Kerja, Alat Kerja, Lingkungan, Cara dan Proses Kerjanya. Berdasar hal tersebut maka perlu diperhatikan masalah ergonomi yang meliputi jenis pekerjaan, jumlah jam kerja/shift kerja, kesesuaian alat atau mesin dengan tenaga kerja. Masalah egonomi di PT. Konimex telah diperhatikan oleh pihak manajemen dengan mengupayakan keserasian permasalahan ergonomi.

E. Sistem Keselamatan Kerja

Sesuai dengan Undang-undang No. 1 Tahun 1970 mengenai Keselamatan Kerja ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja untuk menciptakan keselamatan di tempat kerja yang merupakan kewajiban bagi pengurus untuk menetapkan syarat-syarat keselamatan yang diwajibkan.

1. Analisa Bahaya Lingkungan Kerja

Berdasarkan Permenaker No.05/MEN/1996 pada pedoman pelaksanaan SMK3 butir 1.2 mengenai tinjauan awal K3 (initial review) menyatakan bahwa P2K3 yang telah dibentuk melakukan suatu identifikasi kondisi k3 baik material,


(66)

commit to user

lxvi

mesin, metode, manusia, dan lingkungan kerja untuk mencari bahan masukan guna menyusun perencanaan dan pengembangan SMK3. Peninjauan awal K3 ini dilakukan dengan cara melakukan identifikasi kondisi yang ada dibandingkan dengan peraturan-peraturan atau standar K3 yang berlaku, melakukan identifikasi sumber bahaya yang berkaitan dengan kegiatan perusahaan, meninjau sebab akibat kejadian membahayakan, kompensasi dan gangguan lainnya yang berkaitan dengan K3. Salah satu dokumen yang terkait adalah Analisis Bahaya Lingkungan Kerja.

Setiap potensi bahaya dapat menjadi suatu bahaya nyata seperti terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Oleh karena itu perlu adanya suatu identifikasi sumber bahaya pada tempat kerja sedetail mungkin dan segera melakukan evaluasi terhadap segala resiko yang diketemukan dengan melakukan tindakan pencegahan samapai dengan tindakan penanggulangan seandainya dibutuhkan. Untuk itulah PT. Konimex yang mempunyai komitmen tinggi dalam dunia K3 selalu melakukan analisa tingkat bahaya dengan rutin dan konsekuen.

2. Inspeksi Rutin Tempat Kerja

Sesuai dengan pedoman penerapan SMK3 butir 4 mengenai Pengukuran dan Evaluasi, perusahaan harus memiliki system untuk mengukur, memantau dan mengevaluasi kinerja SMK3 dan hasilnya harus di analisis guna menentukan keberhasilan atau melakukan identifikasi tindakan perbaikan.

Perusahaan harus menetapkan dan memelihara prosedur inspeksi, pengujian dan pemantauan yang berkaitan dengan tujuan dan sasaran keselamatan


(67)

commit to user

lxvii

dan kesehatan kerja. Frekuensi inspeksi dan pengujian harus sesuai dengan obyeknya.

3. Alat Pelindung Diri

Cara pencegahan kecelakaan yang terbaik adalah peniadaan bahaya seperti pengamanan mesin dan peralatan lainnya. Namun apabila dalam hal tersebut tidak mungkin, perlu diberikan perlindungan diri kepada tenaga kerja dalam bentuk alat pelindung diri.

Berdasarkan Undang-undang No. 1 Tahun 1970 pasal 14 (c) Pengurus Wajib Menyediakan Secara Cuma-Cuma, Semua Alat Pelindung Diri yang Diwajibkan pada Tenaga Kerja yang Berada di Bawah Pimpinannya dan Menyediakan Bagi Setiap Orang Lain yang Memasuki Tempat Kerja Tersebut, Disertai dengan Petunjuk-Petunjuk yang Diperlukan Menurut Petunjuk Pegawai Pengawas atau Ahli Keselamatan Kerja (Himpunan Peraturan Perundang-undangan K3, 2007).

Penyediaan alat pelindung diri di PT. Konimex telah sesuai dengan jumlah tenaga kerja, jenis pekerjaan dan resiko bahaya.

4. Sosialisasi K3

Undang-undang No. 1 Tahun 1970 mengenai Keselamatan Kerja pasal 14 (b) menyebutkan bahwa Pengurus Wajib Memasang dalam Tempat Kerja yang Dipimpinnya, semua gambar keselamatan kerja yang diwajibkan dan semua bahan pembinaan lainnya pada tempat-tempat yang mudah dilihat dan terbaca dan menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli K3 (Himpunan Peraturan Perundang-undangan K3, 2007). Di PT. Konimex hal ini telah dilaksanakan


(68)

commit to user

lxviii

dengan baik oleh pengurus dalam hal ini ahli K3 yang sekaligus merupakan Sekretaris P2K3.

5. Pelatihan K3

Pendidikan dan pelatihan K3 perlu diberikan kepada tenaga kerja yang baru direkrut, alih pekerjaan, promosi dan pengoperasian teknologi baru. Di PT. Konimex hal tersebut telah dilaksanakan dengan pemberian pelatihan analisis bahaya kerja, mengenal alat pengaman dan pelindung mesin, alat pelindung diri, cara pencegahan kecelakaan, pencegahan dan penanggulangan kebakaran, PPPK dan lain-lain. Hal ini berarti telah sesuai dengan Permenaker No. Per. 05/MEN/1996 pada Pedoman Penerapan SMK3 butir 3.1.5 tentang Pelatihan dan Kompetensi Kerja.

F. Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja memberikan ketentuan dan syarat keselamatan di tempat kerja untuk memberikan perlindungan kepada tenaga kerja dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup, sehingga perlu penerapan sistem keselamatan kerja (Menteri Tenaga Kerja, 2008). Sesuai dengan Permenaker No. PER.05/MEN/1996 pasal 3 ayat 1 menyebutkan bahwa “ setiap perusahaan yang mempekerjakan tenaga kerja sebanyak 100 orang atau lebih dan atau mengandung potensi bahaya yang ditimbulkan oleh karakteristik proses atau bahan produksi yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja, seperti peledakan, kebakaran, pencemaran dan penyakit akibat kerja. Wajib menerapkan sistem manajemen keselamatan dan


(69)

commit to user

lxix

kesehatan kerja yang dilaksanakan oleh pengurus,pengusaha, dan seluruh tenaga kerja sebagai suatu kesatuan”. Secara garis besar Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) di PT. Konimex terdiri dari empat elemen, yaitu :

1. Plan (merencanakan)

2. Do (pelaksanaan)

3. Check (pengecekan)

4. Action (tindakan )

G. Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Berdasarkan hasil observasi maka dapat dikemukakan bahwa P2K3 PT. Konimex telah berjalan sesuai fungsi dan tugasnya. Hal ini menunjukan bahwa PT. Konimex telah melaksanakan pokok-pokok dalam Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja Bab VI pasal10 menerangkan bahwa (menteri tenaga kerja,2008) :

1. Tugas pokok P2K3 adalah memberikan saran-saran dan pertimbangan baik diminta maupun tidak kepada perusahaan mengenai masalah-masalah di bidang keselamatan kerja.

2. Fungsi dari Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah menjamin perhimpunan kerja dan terselenggaranya pendidikan, pengawasan, pelatihan, dan penelitian K3.

3. P2K3 beranggotakan unsur-unsur organisasi pekerja dan pengusaha atau manajemen.


(1)

commit to user

H. Emergency Planning

1. Prosedur Keadaan Darurat

Upaya pengendalian kondisi darurat yang ada di PT. Konimex telah sesuai dengan Permenaker No. 05/MEN/1996 poin 3.3.8 mengenai prosedur mengahadapi keadaan darurat atau bencana, dimana tertulis suatu perusahaan harus mempunyai prosedur dalam menghadapi kondisi darurat atau bencana yang harus diuji secara berkala untuk mengetahui kendalanya pada saat keadaaan yang sebenarnya. Tindakan pemulihan dan pengembalian telah sesuai pula dengan poin 3.3.10 Permenaker No. 05/MEN/1996, dimana tertulis perusahaan harus membuat prosedur perancanaan pemulihan keadaan darurat untuk secara cepat mengembalikan pada kondisi yang normal dan membantu pemulihan tenaga kerja yang mempunyai trauma.

2. Penanganan Kecelakaan

Berdasar Undang-undang No. 01 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja pada pasal 3 ayat 1 mengenai syarat-syarat keselamatan kerja maka PT. Konimex melaksanakan upaya penaganan kecelakaan yang merupakan usaha meminimalisasi akibat lebih lanjut pada tenaga kerja (Menteri Tenaga Kerja, 2008). Penanganan kecelakaan kerja di PT. Konimex dibentuk oleh tim P2K3 PT. Konimex dengan menyusun suatu prosedur dalam menghadapi insiden yang meliputi :

a. Prosedur penaganan korban. b. Prosedur pengadaan sarana P3K.


(2)

commit to user

lxxi c. Prosedur penyelidikan kecelakaan.

d. Prosedur perawatan lanjutan adan rehabilitasi

e. Selanjutnya setiap kecelakaan yang terjadi perlu didata untuk dianalisis dan dilakukan tindak lanjut agar kecelakaan serupa tidak terulan kembali.

3. Penanggulangan Bahaya Kebakaran

Kebakaran merupakan suatu bencana yang ditimbulkan oleh nyala api liar atau tidak dapat dikendalikan yang umumnya dapat menimbulkan kerugian yang tidak sedikit jumlahnya. Kebakaran dapat disebabkan oleh penanganan material yang tidak sesuai dengan prosedur yang diberikan, baik karena kelalaian, kecerobohan dan peristiwa alam. Akibat dari kebakaran akan semakin besar apabila sistem penanggulangan kebakaran yang terdiri dari peralatan deteksi, peralatan pemadam tidak berfungsi dengan baik. Peralatan penanggulangan kebakaran yang lengkap tidak bermanfaat secara optimal apabila tidak didukung oleh sumber daya manusia yang handal, dimana sumber daya manusia yang dimaksud adalah sumber daya manusia yang mempunyai keberanian, tanggap serta mampu mengoperasikan peralatan secara cepat dan tepat.

Mengingat hal tersebut PT. Konimex yang merupakan suatu perusahaan yang memiliki suatu potensi yang besar terjadinya bahaya kebakaran menanggapinya dengan suatu sikap yang mantap dengan jalan melaksanakan upaya penanggulangan kebakaran berdasar Undang-undang No.1 Tahun 1970 pasal 3 ayat 1 tentang keselamatan kerja, kemudian Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. Per 04/MEN/1980 tentang syarat-syarat pemasangan dan pemeliharaan alat pemadam api ringan, PeraturanMenteri Tenaga


(3)

commit to user

Kerja dan Transmigrasi RI No.02/MEN 1983 tentang instalasi alarm kebakaran otomatis dan Permanker No. PER.05/MEN/1996 mengenai SMK3 (Menteri Tenaga Kerja, 2008).


(4)

commit to user

lxxiii

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah disampaikan maka dapat disimpulkan :

1. Bidang – bidang K3 sudah diterapkan dengan baik dalam PT. Konimex dan sesuai dengan peraturan – peraturan yang berlaku seperti Gizi kerja sesuai dengan Permenakertrans No. Per 03/MEN/1982 dan Ergonomi sesuai dengan Undang – Undang No. 1 Tahun 1970 pasal 3(m).

2. Kegiatan – kegiatan K3 yang dilakukan pada PT. Konimex seperti adanya pemeriksaan kesehatan pekerja, inspeksi rutin, sosialisasi K3 dan pelatihan K3.

3. Faktor bahaya yang terdapat pada PT. Konimex yang belum sesuai dengan peraturan yang berlaku seperti penerangan dan iklim kerja. Sedangkan potensi bahaya yang terdapat pada PT. Konimex seperti : terpeleset, terjepit dan terpotong.


(5)

commit to user

B. Saran

Dari kesimpulan yang telah di dapat, maka dapat disarankan hal-hal sebagai berikut:

1. Sebaiknya dalam menumpuk barang tidak terlalu tinggi sampai menutup lampu agar pancaran sinar lampu dapat maksimal.

2. Pada penerangan buatan perlu menambah daya lampu dari 16 watt diganti dengan 25 watt,

3. Pengecekkan dan pembersihan untuk lampu dan kap lampu secara rutin, 4. Sebaiknya dilakukan pengontrolan terhadap kotak P3K baik dari fisiknya


(6)

commit to user

lxxv

DAFTAR PUSTAKA

Bennet N. B Silalahi & Rumondang B. Silalahi. 1995. Manajemen Keselamatan

dan Kesehatan Kerja. Jakarta : PT. Pustaka binaman Pressindo.

Menteri Tenaga Kerja RI. 1999. Keputusan Menteri Tenaga Kerja No.

51/MEN/1999 tentang NAB faktor Fisik di Tempat Kerja. Jakarta :

Departemen Tenaga Kerja RI.

Menteri Tenaga Kerja RI. 2007. Himpunan Peraturan Perundang – Undangan

Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta : Departemen Tenaga Kerja

dan Transmigrasi RI.

Suma’mur P.K., 1993. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta : CV. Haji Masagung.

Suma’mur P. K. 1996. Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta : PT. Toko Gunung Agung.

Syukri Sahab. 1997. Teknik Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta : PT. Bina Sumber Daya Manusia.

Tarwaka, Solichul HA. Bakri, Lilik Sudiajeng. 2004. Ergonomi untuk

Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas. Surakarta : UNIBA

PRESS.

Tarwaka. 2008. Manajemen dan Implementasi K3 di Tempat Kerja. Surakarta : HARAPAN PRESS

Tim K3. 2005. Standard Intensitas Kebisingan. Surakarta : PT. Konimex Tim K3. 2005. Standard Intensitas Penerangan. Surakarta : PT. Konimex.