Indikator Keberhasilan Pendidikan IPA

pendidikan IPA. Namun ketika mencermati lebih lanjut, maka sebenarnya secara tidak langsung standar isi maupun proses pembelajaran yang terdapat dalam kurikulum 2004 telah memuat aspek yang ada di dalam key learning areas untuk bidang pendidikan IPA di Taiwan atau di negara lain. Oleh karena itu terdapat peluang bagi para ahli di bidang sains untuk mengembangkan key learning areas sebagai pedoman pokok dalam pendidikan IPA di Indonesia. Apabila Bangsa Indonesia memiliki key learning areas, maka secara tidak langsung krontrol mutu Quality Control di bidang pendidikan IPA akan terjaga baik.

2. Indikator Keberhasilan Pendidikan IPA

Sebagian besar masyarakat dan sekolah melihat keberhasilan pendidikan itu dari pencapaian hasil nilai ujian nasional dan banyaknya lulusan yang diterima di perguruan tinggi negeri. Tentu pendapat ini tidak salah sama sekali tetapi perlu diingat bahwa keberhasilan pendidikan itu perlu dilihat secara holistik. baik- buruknya hasil yang dicapai oleh peserta didik dalam proses pembelajaran bisa dilihat dari mutu pembelajarannya. Lembaga pendidikan dianggap bermutu bila berhasil mengubah sikap, perilaku dan keterampilan peserta didik dikaitkan dengan tujuan pendidikannya. Mutu pendidikan sebagai sistem selanjutnya tergantung pada mutu komponen yang membentuk sistem, serta proses pembelajaran yang berlangsung hingga membuahkan hasil. Mutu pendidikan IPA di Indonesia dapat ditentukan oleh beberapa indikator. Indikator tersebut adalah spesifikasi lulusan yang memenuhi standar kompetensi lulusan, spesifikasi guru IPA yang sesuai dengan standar kompetensi guru IPA, spesifikasi penyelenggaraan pendidikan IPA, spesifikasi fasilitas belajar IPA, spesifikasi kepedulian masyarakat orang tua, pemerintah, dunia kerja. Sebagaimana telah diketahui bahwa mutu berkaitan erat dengan standar Peter dalam Sallis, 2007. Oleh sebab itu, jika kita akan berbicara tentang pendidikan IPA yang bermutu maka berarti kita berbicara juga tentang standar. Pendidikan IPA yang bermutu akan selalu berkaitan dengan standar, konsumen, dan pengelolaannya. Di Amerika, standar pendidikan IPA dibuat oleh National Committee on Science Education Standards and Assessment. Standar pendidikan IPA disusun karena adanya kebutuhan masyarakat akan IPA bukan hanya sebagai ilmu tetapi sebagai sesuatu yang dapat digunakan untuk bertahan hidup National Committee of Science Education, 1996. Kebutuhan IPA bukan hanya sekedar mengetahui isinya tetapi juga keterampilan, sikap 10 didapatkan melalui belajar IPA. Berikut ini akan diuraikan rincian dari masing- masing indikator, yaitu : 1 Indikator Lulusan Indikator lulusan dapat diartikan sebagai pencapaian standar kompetensi IPA sesuai dengan yang tercantum dalam Permen No. 22 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dan pencapain standar kompetensi lulusan sesuai dengan yang tercantum pada Permen No. 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan SKL. Sebagai contoh, pendidikan IPA dikatakan berhasil jika siswa mampu:  Menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif;  Menunjukkan kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari secara logis, kritis, dan kreatif;  Mendeskripsikan gejala alam dan sosial;  Memanfaatkan lingkungan secara bertanggung jawab. 2 Indikator Sumber Daya Manusia Sumber daya manusia yang profesional dituntut memiliki kompetensi sesuai tugas dan fungsinya, pemerintah telah melahirkan Permendiknas sesuai tugas masing-masing seperti. Untuk kepala sekolah harus menguasai kompetensi seperti yang tercantum didalam Permendiknas Nomor 13 tahun 2007 yang terdiri dari kompetensi kepribadian, manajerial, supervisi, kewirausahaan, dan sosial. Sementara guru yang profesional harus menguasai kompetensi yang tercantum di dalam Permendiknas No. 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, yang meliputi: a. Kompetensi pedagogik: Menguasai karakteristik peserta didik, menguasasi teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik; pengembangan kurikulum; kegiatan pembelajaran yang mendidik; pengembangan potensi peserta didik; komunikasi dengan peserta didik; dan penilaian dan evaluasi. b. Kompetensi kepribadian: bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional; menunjukkan pribadi yang dewasa dan teladan, dan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru. 11 c. Kompetensi sosial: bersikap inklusif, bertindak obyektif, serta tidak diskriminatif; komunikasi dengan sesama guru, tenaga kependidikan, orang tua, peserta didik, dan masyarakat d. Kompetensi profesional: penguasaan materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu; mengembangkan keprofesionalan melalui tindakan yang reflektif. Indikator Kompetensi Guru IPA yang diharapkan dalam kurikulum 2013, yaitu: a. Menguasai materi subjek IPA melalui proses inkuiri, b. Menyampaikan isu, peristiwa, fenomena, masalah, topik yang relevan dengan IPA serta menarik perhatian siswa, c. Memahami pentingnya memperbarui pengetahuan dan wawsan melalui berbagai cara dan media, serta ikut serta dalam forum-forum berbasis keguruan, d. Mengenali dan mampu memperkenalkan teknologi kepada siswa dalam konteks STS, e. Mengetahui dan mengimplementasikan cara untuk memberi kemudahan bagi siswa untuk memahami konsep IPA dan menguasai keterampilan proses IPA , f. Memahami dan merespon adanya perbedaan diantara siswa dalam belajar IPA, g. Mengerti perlunya asesmen baik bagi siswa maupun bagi guru, mengenali dan dapat menerapkan cara mengases yang bervariasi sesuai dengan apa yang akan diases. h. Mengerti fungsi dan menerapkan penelitian tindakan kelas sebagai usaha untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan mengembangkan keprofesionalannya sendiri. National Committee of Science Education, 1996 3 Indikator Penyelenggaraan Pendidikan IPA Penyelenggaraan pendidikan IPA mempunyai karakteristik yang berbeda daripada ilmu lain. Pendidikan IPA mensyaratkan adanya kurikulum yang merupakan core dari implementasi pembelajaran IPA. Kurikulum tersebut harusnya berisi tujuan pembelajaran IPA yang jelas, bisa dicapai, dan bisa menjadi framework untuk memandu guru mengembangkan unit pembelajaran 12 IPA. Baik guru, pihak sekolah, maupun fasilitas belajar seharusnya mendukung ketercapaian tujuan yang tercantum dalam kurikulum. Berdasarkan Permendiknas No. 41 tahun 2007 tentang Standar Proses dijelaskan bahwa, tentang secara konseptual, indikator mutu poses pembelajaran diartikan secara beragam, tergantung pada situasi dan lingkungan. Penelitian yang dilaksanakan oleh Conect di Amerika Serikat, yang hasilnya divalidasikan oleh the Center for Reseach on Educational Policy dari University of Memphis pada tahun 2005, menunjukkan adanya sejumlah indikator kualitas pembelajaran instructional quality indicators, yang dikelompokkan ke dalam 10 kategori, yaitu: 1 lingkungan fisik yang kaya dan merangsang, 2 iklim kelas yang kondusif untuk belajar, 3 harapan jelas dan tinggi para peserta didik, 4 pembelajaran yang koheren dan berfokus, 5 wacana ilmiah yang merangsang pikiran, 6 belajar otentik, 7 asesmen diagnostik belajar yang teratur, 8 membaca dan menulis sebagai kegiatan regular, 9 pemikiran matematis, dan 10 penggunaan teknologi secara efektif. Kesepuluh kategori tersebut dijabarkan lagi menjadi 42 indikator. National Education Association di Amerika Serikat merumuskan enam kunci untuk keunggulan keys to exellence yang dijabarkan lebih lanjut menjadi 35 indikator kualitas sekolah indicators of a quality school. Keenam kunci keunggulan tersebut adalah: 1 pemahaman bersama dan komitmen terhadap tujuan yang tinggi, 2 komunikasi terbuka dan kolaborasi dalam memecahkan masalah, 3 penilaian belajar dan pembelajaran secara terus menerus, 4 belajar pribadi dan profesional, 5 sumber-sumber untuk menunjang belajar dan pembelajaran, serta 6 kurikulum dan pembelajaran. European Commission yang merupakan perwakilan dari 28 negara Eropa, melaporkan kualitas pendidikan sekolah quality of school education yang meliputi 16 indikator kualitas yang dikelompokkan ke dalam empat kategori, yaitu: 1 pencapaian belajar, 2 keberhasilan dan transisi, 3 monitoring pendidikan, serta 4 sumber dan struktur. 4 Indikator fasilitas belajar IPA Belajar IPA tanpa didukung fasilitas belajar IPA tidak akan menghasilkan pemahaman yang baik terhadap IPA. Fasilitas disini bukan berarti mahal, 13 lengkap, canggih, modern, maupun buatan pabrik; tetapi fasilitas harus diartikan sebagai pemilihan yang tepat untuk mendukung membelajarkan IPA. 5 Indikator kepedulian masyarakat Indikator ini terkait dengan seberapa jauh masyarakat mengetahui visi dan misi pendidikan IPA yang kemudian mempengaruhi partisipasinya dalam mendukung penyelenggaraan pendidikan IPA. Khusus untuk pendidikan IPA, keberhasilan siswa dalam pembelajaran bisa dilihat selain dari pemahaman tentang produk IPA harus pula dilihat dari kemampuan mereka dalam memahami dan mengaplikasikan proses pembelajaran IPA dan sikap mereka sebagai orang yang berliterasi IPA pada kehidupan sehari-hari. Indikator keberhasilan pendidikan IPA juga harus dilihat dari sisi sumber daya manusianya, sisi penyelenggaraan yang di dalamnya termasuk proses pembelajaran yang menjadi unsur yang paling penting dalam keberhasilan suatu pendidikan. Berdasarkan berbagai pengkajian, konsep mutu pembelajaran dapat disimpulkan mengandung lima rujukan, yaitu kesesuaian, daya tarik, efektivitas, efisiensi dan produktivitas pembelajaran. Rujukan kesesuaian meliputi indikator sebagai berikut: sepadan dengan karakteristik peserta didik, serasi dengan aspirasi masyarakat maupun perorangan, cocok dengan kebutuhan masyarakat, sesuai dengan kondisi lingkungan, selaras dengan tuntutan zaman, dan sesuai dengan teori, prinsip, danatau nilai baru dalam pendidikan. Pembelajaran yang bermutu juga harus mempunyai daya tarik yang kuat; indikatornya meliputi di antaranya: kesempatan belajar yang tersebar dan karena itu mudah dicapai dan diikuti, isi pendidikan yang mudah dicerna karena telah diolah sedemikian rupa, kesempatan yang tersedia yang dapat diperoleh siapa saja pada setiap saat diperlukan, pesan yang diberikan pada saat dan peristiwa yang tepat, keterandalan yang tinggi, terutama karena kinerja lembaga dan lulusannya yang menonjol, keanekaragaman sumber, baik yang dengan sengaja dikembangkan maupun yang sudah tersedia dan dapat dipilih serta dimanfaatkan untuk kepentingan belajar, dan suasana yang akrab, hangat, dan merangsang. Efektivitas pembelajaran seringkali diukur dengan tercapainya tujuan, atau dapat pula diartikan sebagai ketepatan dalam mengelola suatu situasi, atau “doing the right things”. Pengertian ini mengandung ciri: bersistem sistematik, yaitu dilakukan secara teratur atau berurutan melalui tahap perencanaan, pengembangan, 14 pelaksanaan, penilaian, dan penyempurnaan, sensitif terhadap kebutuhan akan tugas belajar dan kebutuhan pemelajar, kejelasan akan tujuan dan karena itu dapat dihimpun usaha untuk mencapainya, bertolak dari kemampuan atau kekuatan mereka yang bersangkutan peserta didik, pendidik, masyarakat dan pemerintah. Efisiensi pembelajaran dapat diartikan sebagai kesepadanan antara waktu, biaya, dan tenaga yang digunakan dengan hasil yang diperoleh atau dapat dikatakan sebagai mengerjakan sesuatu dengan benar. Ciri yang terkandung meliputi: merancang kegiatan pembelajaran berdasarkan model yang mengacu pada kepentingan, kebutuhan dan kondisi peserta didik, pengorganisasian kegiatan belajar dan pembelajaran yang rapi, misalnya lingkungan atau latar yang diperhatikan, pemanfaatan berbagai sumber daya dengan pembagian tugas seimbang, serta pengembangan dan pemanfaatan aneka sumber belajar sesuai keperluan, pemanfaatan sumber belajar bersama, usaha inovatif yang merupakan penghematan, seperti misalnya pembelajaran jarak-jauh dan pembelajaran terbuka yang tidak mengharuskan pembangunan gedung dan mengangkat tenaga pendidik yang digaji secara tetap. Inti dari efisiensi adalah mempertimbangkan berbagai faktor internal maupun eksternal sistemik untuk menyusun alternatif tindakan dan kemudian memilih tindakan yang paling menguntungkan. Gambar 2. Standar Layanan Mutu Pendidikan Sumber: http:mkkssmpgk.files.wordpress.com201311layanan-mutu.gif Produktivitas pada dasarnya adalah keadaan atau proses yang memungkinkan diperolehnya hasil yang lebih baik dan lebih banyak. Produktivitas pembelajaran dapat mengandung arti: perubahan proses pembelajaran dari menghafal dan mengingat ke menganalisis dan mencipta, penambahan masukan 15 dalam proses pembelajaran dengan menggunakan berbagai macam sumber belajar, peningkatan intensitas interaksi peserta didik dengan sumber belajar, atau gabungan ketiganya dalam kegiatan belajar-pembelajaran sehingga menghasilkan mutu yang lebih baik, keikutsertaan dalam pendidikan yang lebih luas, lulusan lebih banyak, lulusan yang lebih dihargai oleh masyarakat, dan berkurangnya angka putus sekolah. 3. Kompetensi pendidikan IPA yang berkaitan dengan akuntabilitas penyelenggaraan pendidikan IPA yang bermutu. Standar Nasional Pendidikan SNP berfungsi sebagai dasar dalam perencanaan dan pengawasan pendidikan dalam rangka mewujudkan pendidikan nasionalyang bermutu. Untuk penjaminan dan pengendalian mutu pendidikan telahditerbitkan a Peraturan Mendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isiuntuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah; b Peraturan Mendiknas Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan PendidikanDasar dan Menengah; c Peraturan Mendiknas Nomor 16 Tahun 2007 tentangStandar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru; d Peraturan MendiknasNomor 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan oleh SatuanPendidikan Dasar dan Menengah; e Peraturan Mendiknas Nomor 20 Tahun2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan; f Peraturan Mendiknas Nomor 24Tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana; g Peraturan MendiknasNomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses, sedangkan standar pembiayaanpendidikan masih dalam prores penyelesaian oleh Badan Standar Nasional Pendidikan. Kebijakan tentang SNP akan dilaksanakan melalui kegiatan 1 menerapkan standar isi dalam kurikulum satuan pendidikan; 2 menerapkan standarkompetensi lulusan; 3 menerapkan standar kualifikasi guru, dan melaksanakansertifikasi guru; 4 menerapkan standar pengelolaan pendidikan; 5menerapkan standar penilaian hasil belajar; 6 menerapkan standar sarana danprasarana pendidikan; 7 menerapkan standar proses pendidikan; dan 8mengembangkan standar pembiayaan pendidikan. Kompetensi dimaknai sebagai perpaduan pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir, dan bertindak. Seseorang telah memiliki kompetensi dalam bidang tersebut yang tercermin dalam pola perilaku sehari-hari. 16 Kompetensi mengandung beberapa aspek, yaitu knowledge, understanding, skill, value, attitude, dan interest. Dengan mengembangkan aspek-aspek ini diharapkan siswa memahami, mengusai, dan menerapkan dalam kehidupan sehari- hari materi-materi yang telah dipelajarinya. Adapun kompentensi sendiri diklasifikasikan menjadi: kompetensi lulusan dimilik setelah lulus, kompetensi standar dimiliki setelah mempelajari satu mata pelajaran, kompetensi dasar dimiliki setelah menyelesaikan satu topikkonsep, kompetensi akademik pengetahuan dan keterampilan dalam menyelesaikan persoalan, kompetensi okupasional kesiapan dan kemampuan beradaptasi dengan dunia kerja, kompetensi kultural adaptasi terhadap lingkungan dan budaya masyarakat Indonesia, dan kompetensi temporal memanfaatkan kemampuan dasar yang dimiliki siswa. Kompetensi pendidikan IPA merupakan elaborasi dari kompetensi yang telah digariskan dalam Permendiknas No 23 Tahun 2006 yang meliputi knowledge, understanding, skill, value, attitude, dan interes. Kompetensi pendidikan IPA ini juga sejalan dengan kompetensi sains di Taiwan yang meliputi knowledge and understanding, skill and process, dan values and attitudes. Kompetensi diartikan sebagai kemampuan bersikap, berpikir, dan bertindak secara konsisten sebagai perwujudan dari pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang dimiliki peserta didik. Standar Kompetensi adalah ukuran kompetensi minimal yang harus dicapai peserta didik setelah mengikuti suatu proses pembelajaran pada satuan pendidikan tertentu. Sementara Standar Kompetensi Lulusan adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Untuk menjamin keberhasilan pendidikan di Indonesia, pemerintah telah mengembangkan pedoman penilaian dalam menentukan kelulusan peserta didik. Pedoman ini ditetapkan dalam bentuk Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah yang meliputi standar kompetensi lulusan minimal satuan pendidikan dasar dan menengah, standar kompetensi lulusan minimal kelompok mata pelajaran, dan standar kompetensi lulusan minimal mata pelajaran. Tabel 2 menunjukkan standar kompetensi lulusan minimal kelompok mata pelajaran IPA, dan standar kompetensi lulusan minimal mata pelajaran IPA untuk setiap satuan pendidikan. Tabel 2. Standar Kompetensi Kelompok Mata Pelajaran SK-KMP Ilmu Pengetahuan dan Teknologi SDMISDLB 1. Mengenal dan menggunakan berbagai informasi tentang lingkungan 17 Paket A sekitar secara logis, kritis, dan kreatif 2. Menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, dan kreatif dengan bimbingan gurupendidik 3. Menunjukkan rasa keingintahuan yang tinggi 4. Menunjukkan kemampuan memecahkan masalah sederhana dalam kehidupan sehari-hari 5. Menunjukkan kemampuan mengenali gejala alam dan sosial di lingkungan sekitar 6. Menunjukkan keterampilan menyimak, berbicara, membaca, menulis, dan berhitung 7. Menunjukkan kebiasaan hidup bersih, sehat, bugar, aman, dan memanfaatkan waktu luang SMPMTsSM PLBPaket B 1. Mencari dan menerapkan informasi secara logis, kritis, dan kreatif 2. Menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, dan kreatif 3. Menunjukkan kemampuan belajar secara mandiri sesuai dengan potensi yang dimilikinya 4. Menunjukkan kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari 5. Mendeskripsi gejala alam dan sosial 6. Memanfaatkan lingkungan secara bertanggung jawab 7. Menghargai tugas pekerjaan dan memiliki kemampuan untuk berkarya 8. Menerapkan hidup bersih, sehat bugar, aman, dan memanfaatkan waktu luang 9. Memiliki keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis dalam bahasa Indonesia dan Inggris sederhana 8. Menguasai pengetahuan yang diperlukan untuk mengikuti pendidikan menengah SMAMASM ALBPaket C 1. Membangun dan menerapkan informasi, pengetahuan, dan teknologi secara logis, kritis, kreatif, dan inovatif 2. Menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif secara mandiri 3. Menunjukkan kemampuan mengembangkan budaya belajar untuk pemberdayaan diri 4. Menunjukkan sikap kompetitif, sportif, dan etos kerja untuk mendapatkan hasil yang terbaik dalam bidang iptek 5. Menunjukkan kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah kompleks 6. Menunjukkan kemampuan menganalisis fenomena alam dan sosial sesuai dengan kekhasan daerah masing-masing 7. Memanfaatkan lingkungan secara produktif dan bertanggung jawab 8. Berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan santun melalui berbagai cara termasuk pemanfaatan teknologi informasi 9. Menunjukkan kegemaran membaca dan menulis 10. Menunjukkan keterampilan menyimak, membaca, menulis, dan berbicara dalam bahasa Indonesia dan Inggris 11. Menguasai pengetahuan yang diperlukan untuk mengikuti pendidikan tinggi SMKMAK 1. Membangun dan menerapkan informasi, pengetahuan, dan teknologi secara logis, kritis, kreatif, dan inovatif 18 2. Menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif secara mandiri 3. Menunjukkan kemampuan mengembangkan budaya belajar untuk pemberdayaan diri 4. Menunjukkan sikap kompetitif, sportif, dan etos kerja untuk mendapatkan hasil yang terbaik dalam bidang iptek 5. Menunjukkan kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah kompleks 6. Menunjukkan kemampuan menganalisis fenomena alam dan sosial sesuai dengan kekhasan daerah masing-masing 7. Memanfaatkan lingkungan secara produktif dan bertanggung jawab 8. Berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan santun melalui berbagai cara termasuk pemanfaatan teknologi informasi 9. Menunjukkan kegemaran membaca dan menulis 10. Menunjukkan keterampilan menyimak, membaca, menulis, dan berbicara dalam bahasa Indonesia dan Inggris 11. Menguasai kompetensi program keahlian dan kewirausahaan baik untuk memenuhi tuntutan dunia kerja maupun untuk mengikuti pendidikan tinggi sesuai dengan kejuruannya Tabel 3. Standar Kompetensi Lulusan Mata Pelajaran IPA untuk setiap Jenjang Jenjang Pendidikan Standar Kompetensi Lulusan SDMI 1. Melakukan pengamatan terhadap gejala alam dan menceritakan hasil pengamatannya secara lisan dan tertulis 2. Memahami penggolongan hewan dan tumbuhan, serta manfaat hewan dan tumbuhan bagi manusia, upaya pelestariannya, dan interaksi antara makhluk hidup dengan lingkungannya 3. Memahami bagian-bagian tubuh pada manusia, hewan, dan tumbuhan, serta fungsinya dan perubahan pada makhluk hidup 4. Memahami beragam sifat benda hubungannya dengan penyusunnya, perubahan wujud benda, dan kegunaannya 5. Memahami berbagai bentuk energi, perubahan dan manfaatnya 6. Memahami matahari sebagai pusat tata surya, kenampakan dan perubahan permukaan bumi, dan hubungan peristiwa alam dengan kegiatan manusia SMPMTs 1. Melakukan pengamatan dengan peralatan yang sesuai, melaksanakan percobaan sesuai prosedur, mencatat hasil pengamatan dan pengukuran dalam tabel dan grafik yang sesuai, membuat kesimpulan dan mengkomunikasikannya secara lisan dan tertulis sesuai dengan bukti yang diperoleh 2. Memahami keanekaragaman hayati, klasifikasi keragamannya berdasarkan ciri, cara-cara pelestariannya, serta saling ketergantungan antar makhluk hidup di dalam ekosistem 3. Memahami sistem organ pada manusia dan kelangsungan makhluk hidup 4. Memahami konsep partikel materi, berbagai bentuk, sifat dan wujud zat, perubahan, dan kegunaannya 5. Memahami konsep gaya, usaha, energi, getaran, gelombang, 19 Jenjang Pendidikan Standar Kompetensi Lulusan optik, listrik, magnet dan penerapannya dalam kehidupan sehari- hari 6. Memahami sistem tata surya dan proses yang terjadi di dalamnya SMAMA Fisika 1. Melakukan percobaan, antara lain merumuskan masalah, mengajukan dan menguji hipotesis, menentukan variabel, merancang dan merakit instrumen, mengumpulkan, mengolah dan menafsirkan data, menarik kesimpulan, serta mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis 2. Memahami prinsip-prinsip pengukuran dan melakukan pengukuran besaran fisika secara langsung dan tidak langsung secara cermat, teliti, dan obyektif 3. Menganalisis gejala alam dan keteraturannya dalam cakupan mekanika benda titik, kekekalan energi, impuls, dan momentum 4. Mendeskripsikan prinsip dan konsep konservasi kalor sifat gas ideal, fluida dan perubahannya yang menyangkut hukum termodinamika serta penerapannya dalam mesin kalor 5. Menerapkan konsep dan prinsip optik dan gelombang dalam berbagai penyelesaian masalah dan produk teknologi 6. Menerapkan konsep dan prinsip kelistrikan dan kemagnetan dalam berbagai masalah dan produk teknologi Kimia SMAMA 1. Melakukan percobaan, antara lain merumuskan masalah, mengajukan dan menguji hipotesis, menentukan variabel, merancang dan merakit instrumen, mengumpulkan, mengolah dan menafsirkan data, menarik kesimpulan, serta mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis 2. Memahami hukum dasar dan penerapannya, cara perhitungan dan pengukuran, fenomena reaksi kimia yang terkait dengan kinetika, kesetimbangan, kekekalan masa dan kekekalan energi 3. Memahami sifat berbagai larutan asam-basa, larutan koloid, larutan elektrolit-non elektrolit, termasuk cara pengukuran dan kegunaannya 4. Memahami konsep reaksi oksidasi-reduksi dan elektrokimia serta penerapannya dalam fenomena pembentukan energi listrik, korosi logam, dan pemisahan bahan elektrolisis 5. Memahami struktur molekul dan reaksi senyawa organik yang meliputi benzena dan turunannya, lemak, karbohidrat, protein, dan polimer serta kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari Biologi SMAMA 1. Merumuskan masalah, mengajukan dan menguji hipotesis, menentukan variabel, merancang dan merakit instrumen, menggunakan berbagai peralatan untuk melakukan pengamatan dan pengukuran yang tepat dan teliti, mengumpulkan, mengolah, menafsirkan dan menyajikan data secara sistematis, dan menarik kesimpulan sesuai dengan bukti yang diperoleh, serta berkomunikasi ilmiah hasil percobaan secara lisan dan tertulis 2. Memahami keanekaragaman hayati dan klasifikasinya, peranan keanekaragaman hayati bagi kehidupan dan upaya pelestariannya. 3. Menganalisis hubungan antar komponen ekosistem, perubahan 20 Jenjang Pendidikan Standar Kompetensi Lulusan materi dan energi, serta peranan manusia dalam keseimbangan ekosistem 4. Memahami konsep sel dan jaringan, keterkaitan antara struktur dan fungsi organ, kelainan dan penyakit yang mungkin terjadi pada sistem organ, serta implikasinya pada sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat 5. Memahami faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan, proses metabolisme dan hereditas, evolusi dan implikasinya dengan sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat 6. Memahami prinsip-prinsip dasar bioteknologi serta implikasinya pada sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat Melalui standar kompetensi lulusan IPA, diharapkan kualitas lulusan output pendidikan IPA dapat memahami hakekat sains yang sangat diperlukan dalam menjawab tantangan isu global, yang pada akhirnya bermuara pada meningkatnya daya saing dan kualitas sumberdaya manusia Indonesia. Untuk mencapai lulusan yang bermutu tentunya tidak semudah membalikkan telapak tangan karena banyak faktor yang turut mempengaruhi keberhasilan tersebut. Mengingat bahwa pendidikan itu merupakan suatu sistem dengan komponen- komponen yang saling berkaitan, maka untuk mencapai hasil yang bermutu keseluruhan sistem harus sesuai dengan ketentuan yang diharapkan atau standar. Untuk itu masing-masing komponen dalam sistem harus pula sesuai dengan standar yang ditentukan bersama. Dengan demikian output atau produk akan sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan sebelumnya dan terpenuhinya spesifikasi yang diharapkan menurut tuntutan dan kebutuhan pengguna jasa Salis; 2004.

4. Kontribusi relatif pendidikan IPA terhadap pembangunan manusia