Daya Hutan PSDH sehingga harga jualnya menjadi lebih murah. Akibatnya para pengusaha kayu legal sering kalah bersaing dengan para pengusaha kayu illegal,
sehingga banyak pengusaha kayu legal yang berubah haluan menjadi pengusaha kayu illegal.
5. Lemahnya Pengawasan
Masalah-masalah yang berkaitan dengan illegal logging yaitu masih lemahnya pengawasan atas pelaksanaan wewenang dan tanggung jawab yang
telah diberikan oleh peraturan perundang-undangan dengan berbagai kebijakan sebagai pelaksanaan undang-undang yang bersifat teknis menyangkut
penatausahaan, proses dan prosedur tata kelola, serta industrialisasi dibidang kehutanan atau perkayuan di Indonesia. Hal tersebut mendorong terjadinya
kegiatan illegal logging.
6. Belum Sinerginya Sesama Penegak Hukum
Belum sinerginya sesama penegak hukum antara penegak hukum dengan Departemen Kehutanan dalam rangka upaya penertiban proses dan prosedur tata
pengelolaan, penatausahaan, dan upaya meningkatkan industrialiassi dibidang kehutanan yang berpedoman pada demokratisasi serta berpegang pada konsep
kelestarian alam dan lingkungan hidup menyebabkan maraknya praktek illegal logging
.
7. Belum Tersedianya Sumber Daya Manusia yang Ahli Secara Proporsional dari Tingkat Pusat Dan Daerah
Belum tersedianya Sumber Daya Manusia yang ahli secara proporsional dari tingkat pusat dan daerah, serta belum tersedianya data sentral sebagai dasar
bukti permulaan yang cukup atas penerbitan ijin-ijin yang diberikan kepada perorangan maupun korporasi tentang penatausahaan dan industrialisasi
kehutanan serta data-data teknis lainnya yang diperlukan sebagai dasar dalam rangka penegakan hukum menyebabkan terjadinya praktek illegal logging.
Modus Operandi Illegal Logging
Praktek illegal logging memiliki berbagai macam modus operandi, diantaranya adalah Anonim 2009:
1. Modus Operandi yang Dilakukan Oleh Pihak yang Memiliki Ijin
Praktek illegal logging yang dilakukan oleh pihak yang memiliki ijin
adalah:
a. Melakukan penebangan di luar areal dari ijin yang diberikan.
b. Melakukan penebangan di radius yang dilarang di pinggir sungai, danau
dan waduk. c.
Melakukan penebangan kayu dari arealnya namun untuk menghindari pembayaran PSDHDR terhadap kayu-kayu tersebut dilengkapi dengan
dokumen SKSKB di cap rakyat, sehingga seolah-olah kayu tersebut berasal dari hutan hak.
d. Melakukan manipulasi laporan hasil produksi LHP kayu bulat menjadi
kayu bulat kecil, sehingga terjadi selisih pembayaran DRPSDH-nya. e.
Menyalahgunakan dokumen legalitas kayu, dimana hasil hutan kayu alam meranti, bangkirai, dan keruing dilengkapi dengan dokumen Faktur Kayu
Bulat, FA-KB dari hutan tanaman industri sengon dan sungkai.
2. Modus Operandi yang Dilakukan Oleh Pihak yang Tidak Memiliki Ijin