BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah salah satu faktor yang sangat penting dalam meningkatkan sumber daya manusia demi kemajuan suatu bangsa. Demikian
Nurhadi 2004 menyatakan: ”Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber daya manusia bergantung pada kualitas
pendidikan”. Hal yang senada juga yang tertuang dalam GBHN 1993 Munandar,1999 mengenai pendidikan nasional menekankan bahwa:
“Pendidikan nasional bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang
Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif, terampil, berdisiplin, beretos kerja, profesional,
bertanggung jawab, dan produktif serta sehat jasmani dan rohani.”
Dewasa ini kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat telah memberikan dampak bagi kemajuan kehidupan dan kesejahteraan
manusia. Dalam dunia pendidikan, teknologi dapat digunakan tidak hanya dalam urusan keadministrasian saja tetapi dimungkinkan untuk digunakan sebagai salah
satu alternative dalam pemilihan media pembelajaran. Teknologi Informasi dan Komunikasi TIK perlu diintegrasikan dalam dunia pendidikan. Hal ini tertuang
dalam permendiknas nomor 22 tahun 2006 dalam latar belakang dijelaskan sebagai berikut : ”untuk meningkatkan keefektifan pembelajaran, sekolah
diharapkan menggunakan Teknologi Tnformasi dan Komunikasi TIK seperti komputer, alat peraga, atau media lainnya”.
Perkembangan teknologi dewasa ini menuntut setiap negara untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang ‘melek’ teknologi dan membangun
masyarakat berbasis pengetahuan knowledge-based society jika tidak ingin tertinggal dengan negara-negara maju. Hal ini berakibat kepada dunia pendidikan
sebagai sarana pembelajaran siswa untuk aktif menggunakan Teknologi Informasi dan Komunikasi TIK dalam kegiatan pembelajaran di sekolah.
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan disetiap jenjang pendidikan, dimulai dari Pendidikan Anak Usia Dini PAUD sampai pada
tingkat Perguruan Tinggi PT. Matematika merupakan salah satu cabang ilmu yang dinilai dapat memberikan kontribusi positif dalam memacu ilmu
pengetahuan dan teknologi. Hal ini sejalan dengan pendapat Hudoyo 1988 bahwa matematika mempunyai peranan yang sangat esensial untuk ilmu lain,
utamanya sains dan teknologi. Sehingga matematika menjadi sangat penting dalam upaya peningkatan mutu pendidikan dan potensi peserta didik.
Namun kenyataannya, Kualitas pendidikan Indonesia yang rendah dapat dilihat dari beberapa indikator. Pertama, lulusan dari sekolah atau
perguruan tinggi yang belum siap memasuki dunia kerja karena minimnya kompetensi yang dimiliki. Kedua, peringkat Indeks Pembangunan Manusia
IPM pada tahun 2014, Indonesia yang masih rendah, dari 187 negara di dunia, peringkat IPM indonesia berada dalam urutan ke- 108 Gengaje : 2014. Ketiga,
hasil studi Progress in International Reading Literacy Study PIRLS tahun 2006 dalam bidang membaca pada anak-anak kelas IV sekolah dasar di seluruh dunia di
bawah koordinasi The International Association for the Evaluation of Educational Achievement IEA yang dikuti 45 negaranegara bagian, baik berasal dari negara
maju maupun dari negara berkembang, hasilnya memperlihatkan bahwa peserta didik Indonesia berada pada peringkat ke 41 Srie, 2013. Keempat, laporan yang
didapat dari The Third Internasional Mathematics Science Study TIMSS tahun 2011 melaporkan bahwa persaingan indonesia terhadap hasil belajar Science dan
matematika berada pada peringkat 38 dari 42 negara dengan nilai 386 Survei International TIMSS, 2011.
Dari keempat fakta di atas, menunjukkan bahwa literasi prestasi siswa Indonesia masih sangat rendah. Hal ini dikarenakan karena lemahnya kurikulum
di Indonesia, kurang terlatihnya guru-guru di Indonesia, media pembelajaran yang berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi TIK seperti komputer masih
sangat jarang dipergunakan oleh guru dalam pembelajaran di kelas. Rendahnya prestasi siswa harus diperbaiki khususnya pada matematika, karena matematika
adalah ilmu dasar yang berguna dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, suatu bangsa yang ingin dapat menguasai IPTEK dengan baik cukup mempersiapkan
tenaga-tenaga yang memiliki pengetahuan matematika yang cukup. Oleh karena itu, maka matematika di sekolah harus mampu mengupayakan agar siswa dapat
mengembangkan potensi yang dimiliki oleh siswa itu sendiri, sehingga siswa tersebut mampu memahami dan mengerjakan matematika dengan benar.
Dalam Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi, mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan, sebagai berikut: 1
Memahami konsep matematika; 2 Menggunakan penalaran; 3 Memecahkan masalah; 4 Mengkomunikasikan gagasan; 5 Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika
dalam kehidupan. National Council of Teacher of Mathematics atau NCTM merekomendasikan penalaran sebagai salah satu standar proses dari lima standar proses
dalam pembelajaran matematika di sekolah. Salah satu standar proses dalam
pembelajaran matematika di sekolah yang berkaitan dengan penalaran adalah siswa harus memperoleh pengalaman yang rutin dan beragam dengan penalaran matematika ketika
mereka mengevalusi konjektur kesimpulan sementara, membangun dan mengevaluasi argumen. Selanjutnya, berkaitan dengan penalaran dalam matematika, NCTM 2000
menetapkan standar penalaran dan pembuktian adalah siswa mampu: a mengenal penalaran dan pembuktian sebagai aspek-aspek mendasar dari matematika, b membuat
dan menyelidiki konjektur kesimpulan sementara, c membangun dan mengevaluasi argumen secara matematis, d memilih dan menggunakan jenis-jenis penalaran dan
metode-metode pembuktian.
Namun kenyataannya, kemampuan penalaran siswa masih jauh dari harapan. Hal ini dibuktikan dari uji coba yang dilakukan oleh peneliti terhadap
siswa kelas IX untuk melihat kemampuan penalaran matematika siswa. Penulis membuat 1 soal penalaran matematik yaitu soal tentang pecahan. Namun hasilnya,
dari 5 siswa kelas IX pada sekolah yang berbeda tidak mampu menjawab dengan tepat dan benar. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran selama ini belum
menjadikan penalaran matematik sebagai tujuan pembelajaran. Selain kemampuan penalaran matematika, kemampuan berpikir kreatif
juga merupakan hal yang penting yang harus dimiliki siswa. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP dijelaskan bahwa kecakapan atau kemahiran
matematika yang diharapkan mencakup: a memahami konsep, b memiliki kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif serta mempunyai
kemampuan bekerja sama, c memiliki kemampuan pemecahan masalah, d memiliki sikap menghargai matematika dan kegunaannya dalam kehidupan
sehari-hari, sehingga dalam proses belajar, siswa dijadikan pelaku utama pembelajaran sedangkan guru hanya mendorong timbulnya kemampuan siswa
dalam berpikir. Berpikir kreatif merupakan salah satu aspek dari kreativitas. Kemampuan kreativitas merupakan aspek penting dalam kehidupan, tidak
terkecuali dalam pendidikan matematika. Dikarenakan dengan kemampuan kreativitas siswa dapat menyelesaikan masalah yang diberikan dengan berbagai
penyelesaian. Dengan kemampuan kreativitas juga siswa berani untuk mengungkapkan gagasan yang dimilikinya. Untuk menumbuh kembangkan
kemampuan kreativitas tidaklah mudah, tetapi kemampuan kreativitas dapat ditumbuh kembangkan dengan pembelajaran, yaitu pembelajaran yang bersifat
non otoriter dan guru juga memberikan kebebasan kepada siswa untuk berani mengungkapkan gagasan-gagasan yang dimilikinya.
Namun pada kenyataannya, kemampuan berpikir kreatif siswa masih rendah. Hal ini dibuktikan dengan hasil wawancara guru SMAN 1, Bu Atun yang
menyatakan bahwa : “Siswa hanya mampu menyelesaikan soal-soal matematika jika soal
tersebut mirip atau serupa dengan contoh soal yang baru diberikan, jika soal tersebut bervariasi atau lain dari contoh soal yang diberikan maka
siswa akan kesulitan untuk mengerjakan soal tersebut”.
Hal ini menjadi pembuktian bahwa kemampuan berpikir kreatif tidak bisa diabaikan lagi oleh guru. Kemampuan berpikir kreatif yang baik dapat
membentuk sikap dan perilaku yang rasional. Jadi, kemampuan berpikir kreatif sangat perlu dikembangkan terlebih pada masa sekarang. Dengan demikian, tidak
berlebihan apabila di sektor pendidikan mengharuskan untuk mempersiapkan peserta didik atau generasi penerus bangsa untuk menjadi pemikir-pemikir yang
kreatif, kritis, jujur dan bermartabat, sehingga mampu menghadapi berbagai tantangan dan dapat bertahan hidup secara manusiawi dengan penuh rasa percaya
diri.
Dari 2 pengamatan yang telah dilakukan peneliti, menemukan bahwa siswa masih lemah dalam mengemukakan dan menjelaskan suatu gagasan atau ide
dengan menggunakan lisan, simbol, lambang, atau notasi matematika. Siswa kurang mampu menjelaskan ide-ide dalam bentuk tulisan dan gambar, sulit
menyatakan suatu diagram ke dalam bahasa simbol, dan siswa kurang mampu mengemukakan ide-idenya dengan kata-kata sendiri, serta siswa kurang
mampu menyampaikan pendapatnya di dalam pembelajaran. Penyebab lain rendahnya kualitas pemahaman siswa dalam matematika
menurut hasil survey IMSTEP-JICA 2000 adalah bahwa dalam pembelajaran matematika guru terlalu berkonsentrasi pada hal-hal prosedural dan mekanistik,
pembelajaran berpusat pada guru, konsep matematika disampaikan secara informatif dan siswa dilatih menyelesaikan banyak soal tanpa pemahaman
mendalam. Akibatnya, kemampuan siswa dalam bernalar, berkomunikasi memecahkan masalah, dan berpikir kreatif tidak berkembang sebagaimana
mestinya. Menurut Marsigit 2012 menyatakan bahwa matematika dipandang bukan
untuk diajarkan oleh guru, tetapi untuk dipelajari oleh siswa. Siswa ditempatkan sebagai titik pusat pembelajaran matematika. Guru bertugas menciptakan suasana,
menyediakan fasilitas, dan lainnya, sedang peranan guru lebih bersifat sebagai manajer daripada pengajar. Pembelajaran dilakukan dalam suasana yang kondusif,
yaitu suasana yang tidak begitu formal. Siswa mengerjakan kegiatan matematika yang berbeda-beda dengan target yang berbeda-beda sementara guru berfungsi
sebagai fasilitator, sumber ajar dan pemonitor kegiatan siswa. Jadi, perlu suatu penggunaan pendekatan pembelajaran matematika yang memberikan kesempatan
lebih para siswa secara aktif dalam proses membangun pengetahuannya sehingga diharapkan dapat meningkatkan kemampuan penalaran dan berpikir kreatif
matematik siswa. Salah satu pendekatan pembelajaran matematika untuk mengatasi masalah
tersebut adalah pendekatan pembelajaran inquiri. Pembelajaran berbasis inkuiri adalah sebuah proses dimana siswa terlibat dalam pembelajaran mereka,
merumuskan pertanyaan, menyelidiki dengan luas dan kemudian membangun pemahaman, pengertian dan pengetahuan baru. Pengetahuan tersebut merupakan
hal baru untuk siswa dan mungkin akan digunakan untuk menjawab pertanyaan, untuk mengembangkan suatu solusi atau mendukung suatu sudut pandang.
Menurut Roestiyah 1991, inquiry adalah suatu tehnik atau cara yang digunakan guru untuk mengajar didepan kelas. Tujuannya agar siswa terangsang oleh tugas,
aktif mencari serta meneliti sendiri pemecahan masalah itu, mencari sumber sendiri bersama dalam kelompok. Adapun pengajaran berdasarkan inquiri yang
dikutip Hamalik 2008 adalah suatu strategi yang terpusat pada siswa dimana kelompok – kelompok siswa ke dalam suatu persoalan atau mencari jawaban
terhadap pertanyaan -pertanyaan di dalam suatu prosedur dan struktur kelompok yang digariskan secara jelas dalam Kegiatan Belajar Mengajar KBM . Djamerah
dan Zain 1996 menyatakan bahwa dalam kegiatan belajar mengajar ketidakjelasan bahan yang disampaikan dapat dibantu dengan menghadirkan
media sebagai perantara. Senada dengan itu Hasratuddin 2008 mengatakan bahwa kesulitan belajar yang timbul bukan semata karena materi yang sulit, tetapi
bisa juga disebabkan oleh cara guru menyampaikan materi pelajaran yang sulit diterima siswa. Hal ini mengakibatkan perlunya media pembelajaran di kelas
sebagai alat yang dapat membantu guru menyampaikan pemahaman tentang materi bagi siswa.
Media pembelajaran dapat mewakili apa yang tidak dapat diungkapkan atau disampikan guru dengan kata-kata atau kalimat. Hal ini dinyatakan Kosasih
2007 bahwa media pembelajaran adalah suatu cara, alat, atau proses yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari sumber pesan kepada penerima pesan
yang berlangsung dalam proses pendidikan. Arsyad 1997 menyatakan bahwa semakin banyak alat indera yang digunakan untuk menerima dan mengolah
informasi semakin besar kemungkinan informasi tersebut dimengerti dan dapat dipertahankan dalam ingatan. Autograph adalah salah satu software yang dapat
digunakan sebagai alat untuk menyampaikan informasi kepada siswa. Autograph sebagai media pembelajaran merupakan software yang sangat
serbaguna dan dinamis untuk belajar dan mengajar matematika tingkat menengah.
Autograph dapat merubah cara belajar tradisional dengan ceramah menjadi belajar di kelas yang dipimpin oleh siswa dalam belajar dengan investigasi dan
eksplorasi. Software ini dapat membantu guru dan siswa untuk melihat hubungan antara visual dan penyajian secara simbol. Autograph dapat membantu guru dan
siswa dalam memvisualisasikan matematika menggunakan hubungan ‘objek’ yang dinamis.
Autograph dapat membantu siswa dalam menggambarkan dan menentukan bayangan dari transformasi. Dengan Autograph diharapkan siswa dapat
menemukan sendiri sifat-sifat dari transformasi refleksi, translasi, dilatasi, dan rotasi baik untuk transformasi titik maupun transformasi bangun dua dimensi.
Dengan menggunakan Autograph diharapkan terjadi interaksi antara siswa dengan komputer sebagai media pembelajaran, interaksi antara siswa dengan siswa, dan
siswa dengan guru. Pada akhirnya diharapkan setelah terjadi interaksi maka dapat meningkatkan pemahaman siswa dan kemampuan komunikasi matematika siswa.
Berdasarkan paparan di atas, penulis merasa perlu untuk merealisasikan upaya tersebut dalam suatu penelitian dengan judul: “Peningkatan Kemampuan
Penalaran Dan Berpikir Kreatif Matematika Siswa Melalui Pembelajaran Inquiri Dengan Bantuan Media Sofware Autograph.”
1.2 Identifikasi Masalah