BAB I K PUTRI

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah salah satu faktor yang sangat penting dalam meningkatkan sumber daya manusia demi kemajuan suatu bangsa. Demikian Nurhadi (2004) menyatakan: ”Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber daya manusia bergantung pada kualitas pendidikan”. Hal yang senada juga yang tertuang dalam GBHN 1993 (Munandar,1999) mengenai pendidikan nasional menekankan bahwa:

“Pendidikan nasional bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif, terampil, berdisiplin, beretos kerja, profesional, bertanggung jawab, dan produktif serta sehat jasmani dan rohani.”

Dewasa ini kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat telah memberikan dampak bagi kemajuan kehidupan dan kesejahteraan manusia. Dalam dunia pendidikan, teknologi dapat digunakan tidak hanya dalam urusan keadministrasian saja tetapi dimungkinkan untuk digunakan sebagai salah satu alternative dalam pemilihan media pembelajaran. Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) perlu diintegrasikan dalam dunia pendidikan. Hal ini tertuang dalam permendiknas nomor 22 tahun 2006 dalam latar belakang dijelaskan sebagai berikut : ”untuk meningkatkan keefektifan pembelajaran, sekolah diharapkan menggunakan Teknologi Tnformasi dan Komunikasi (TIK) seperti komputer, alat peraga, atau media lainnya”.


(2)

Perkembangan teknologi dewasa ini menuntut setiap negara untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang ‘melek’ teknologi dan membangun masyarakat berbasis pengetahuan (knowledge-based society) jika tidak ingin tertinggal dengan negara-negara maju. Hal ini berakibat kepada dunia pendidikan sebagai sarana pembelajaran siswa untuk aktif menggunakan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam kegiatan pembelajaran di sekolah.

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan disetiap jenjang pendidikan, dimulai dari Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sampai pada tingkat Perguruan Tinggi (PT). Matematika merupakan salah satu cabang ilmu yang dinilai dapat memberikan kontribusi positif dalam memacu ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini sejalan dengan pendapat Hudoyo (1988) bahwa matematika mempunyai peranan yang sangat esensial untuk ilmu lain, utamanya sains dan teknologi. Sehingga matematika menjadi sangat penting dalam upaya peningkatan mutu pendidikan dan potensi peserta didik.

Namun kenyataannya, Kualitas pendidikan Indonesia yang rendah dapat dilihat dari beberapa indikator. Pertama, lulusan dari sekolah atau perguruan tinggi yang belum siap memasuki dunia kerja karena minimnya kompetensi yang dimiliki. Kedua, peringkat Indeks Pembangunan Manusia (IPM) pada tahun 2014, Indonesia yang masih rendah, dari 187 negara di dunia, peringkat IPM indonesia berada dalam urutan ke- 108 (Gengaje : 2014). Ketiga, hasil studi Progress in International Reading Literacy Study (PIRLS) tahun 2006 dalam bidang membaca pada anak-anak kelas IV sekolah dasar di seluruh dunia di bawah koordinasi The International Association for the Evaluation of Educational Achievement (IEA) yang dikuti 45 negara/negara bagian, baik berasal dari negara


(3)

maju maupun dari negara berkembang, hasilnya memperlihatkan bahwa peserta didik Indonesia berada pada peringkat ke 41 (Srie, 2013). Keempat, laporan yang didapat dari The Third Internasional Mathematics Science Study (TIMSS) tahun 2011 melaporkan bahwa persaingan indonesia terhadap hasil belajar Science dan matematika berada pada peringkat 38 dari 42 negara dengan nilai 386 (Survei International TIMSS, 2011).

Dari keempat fakta di atas, menunjukkan bahwa literasi prestasi siswa Indonesia masih sangat rendah. Hal ini dikarenakan karena lemahnya kurikulum di Indonesia, kurang terlatihnya guru-guru di Indonesia, media pembelajaran yang berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) seperti komputer masih sangat jarang dipergunakan oleh guru dalam pembelajaran di kelas. Rendahnya prestasi siswa harus diperbaiki khususnya pada matematika, karena matematika adalah ilmu dasar yang berguna dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, suatu bangsa yang ingin dapat menguasai IPTEK dengan baik cukup mempersiapkan tenaga-tenaga yang memiliki pengetahuan matematika yang cukup. Oleh karena itu, maka matematika di sekolah harus mampu mengupayakan agar siswa dapat mengembangkan potensi yang dimiliki oleh siswa itu sendiri, sehingga siswa tersebut mampu memahami dan mengerjakan matematika dengan benar.

Dalam Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi, mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan, sebagai berikut: (1) Memahami konsep matematika; (2) Menggunakan penalaran; (3) Memecahkan masalah; (4) Mengkomunikasikan gagasan; (5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan. National Council of Teacher of Mathematics atau NCTM merekomendasikan penalaran sebagai salah satu standar proses dari lima standar proses dalam pembelajaran matematika di sekolah. Salah satu standar proses dalam


(4)

pembelajaran matematika di sekolah yang berkaitan dengan penalaran adalah siswa harus memperoleh pengalaman yang rutin dan beragam dengan penalaran matematika ketika mereka mengevalusi konjektur (kesimpulan sementara), membangun dan mengevaluasi argumen. Selanjutnya, berkaitan dengan penalaran dalam matematika, NCTM (2000) menetapkan standar penalaran dan pembuktian adalah siswa mampu: (a) mengenal penalaran dan pembuktian sebagai aspek-aspek mendasar dari matematika, (b) membuat dan menyelidiki konjektur (kesimpulan sementara), (c) membangun dan mengevaluasi argumen secara matematis, (d) memilih dan menggunakan jenis-jenis penalaran dan metode-metode pembuktian.

Namun kenyataannya, kemampuan penalaran siswa masih jauh dari harapan. Hal ini dibuktikan dari uji coba yang dilakukan oleh peneliti terhadap siswa kelas IX untuk melihat kemampuan penalaran matematika siswa. Penulis membuat 1 soal penalaran matematik yaitu soal tentang pecahan. Namun hasilnya, dari 5 siswa kelas IX pada sekolah yang berbeda tidak mampu menjawab dengan tepat dan benar. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran selama ini belum menjadikan penalaran matematik sebagai tujuan pembelajaran.

Selain kemampuan penalaran matematika, kemampuan berpikir kreatif juga merupakan hal yang penting yang harus dimiliki siswa. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dijelaskan bahwa kecakapan atau kemahiran matematika yang diharapkan mencakup: (a) memahami konsep, (b) memiliki kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif serta mempunyai kemampuan bekerja sama, (c) memiliki kemampuan pemecahan masalah, (d) memiliki sikap menghargai matematika dan kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga dalam proses belajar, siswa dijadikan pelaku utama pembelajaran sedangkan guru hanya mendorong timbulnya kemampuan siswa


(5)

dalam berpikir. Berpikir kreatif merupakan salah satu aspek dari kreativitas. Kemampuan kreativitas merupakan aspek penting dalam kehidupan, tidak terkecuali dalam pendidikan matematika. Dikarenakan dengan kemampuan kreativitas siswa dapat menyelesaikan masalah yang diberikan dengan berbagai penyelesaian. Dengan kemampuan kreativitas juga siswa berani untuk mengungkapkan gagasan yang dimilikinya. Untuk menumbuh kembangkan kemampuan kreativitas tidaklah mudah, tetapi kemampuan kreativitas dapat ditumbuh kembangkan dengan pembelajaran, yaitu pembelajaran yang bersifat non otoriter dan guru juga memberikan kebebasan kepada siswa untuk berani mengungkapkan gagasan-gagasan yang dimilikinya.

Namun pada kenyataannya, kemampuan berpikir kreatif siswa masih rendah. Hal ini dibuktikan dengan hasil wawancara guru SMAN 1, Bu Atun yang menyatakan bahwa :

“Siswa hanya mampu menyelesaikan soal-soal matematika jika soal tersebut mirip atau serupa dengan contoh soal yang baru diberikan, jika soal tersebut bervariasi atau lain dari contoh soal yang diberikan maka siswa akan kesulitan untuk mengerjakan soal tersebut”.

Hal ini menjadi pembuktian bahwa kemampuan berpikir kreatif tidak bisa diabaikan lagi oleh guru. Kemampuan berpikir kreatif yang baik dapat membentuk sikap dan perilaku yang rasional. Jadi, kemampuan berpikir kreatif sangat perlu dikembangkan terlebih pada masa sekarang. Dengan demikian, tidak berlebihan apabila di sektor pendidikan mengharuskan untuk mempersiapkan peserta didik atau generasi penerus bangsa untuk menjadi pemikir-pemikir yang kreatif, kritis, jujur dan bermartabat, sehingga mampu menghadapi berbagai tantangan dan dapat bertahan hidup secara manusiawi dengan penuh rasa percaya diri.


(6)

Dari 2 pengamatan yang telah dilakukan peneliti, menemukan bahwa siswa masih lemah dalam mengemukakan dan menjelaskan suatu gagasan atau ide dengan menggunakan lisan, simbol, lambang, atau notasi matematika. Siswa kurang mampu menjelaskan ide-ide dalam bentuk tulisan dan gambar, sulit menyatakan suatu diagram ke dalam bahasa simbol, dan siswa kurang mampu mengemukakan ide-idenya dengan kata-kata sendiri, serta siswa kurang mampu menyampaikan pendapatnya di dalam pembelajaran.

Penyebab lain rendahnya kualitas pemahaman siswa dalam matematika menurut hasil survey IMSTEP-JICA (2000) adalah bahwa dalam pembelajaran matematika guru terlalu berkonsentrasi pada hal-hal prosedural dan mekanistik, pembelajaran berpusat pada guru, konsep matematika disampaikan secara informatif dan siswa dilatih menyelesaikan banyak soal tanpa pemahaman mendalam. Akibatnya, kemampuan siswa dalam bernalar, berkomunikasi memecahkan masalah, dan berpikir kreatif tidak berkembang sebagaimana mestinya.

Menurut Marsigit (2012) menyatakan bahwa matematika dipandang bukan untuk diajarkan oleh guru, tetapi untuk dipelajari oleh siswa. Siswa ditempatkan sebagai titik pusat pembelajaran matematika. Guru bertugas menciptakan suasana, menyediakan fasilitas, dan lainnya, sedang peranan guru lebih bersifat sebagai manajer daripada pengajar. Pembelajaran dilakukan dalam suasana yang kondusif, yaitu suasana yang tidak begitu formal. Siswa mengerjakan kegiatan matematika yang berbeda-beda dengan target yang berbeda-beda sementara guru berfungsi sebagai fasilitator, sumber ajar dan pemonitor kegiatan siswa. Jadi, perlu suatu penggunaan pendekatan pembelajaran matematika yang memberikan kesempatan


(7)

lebih para siswa secara aktif dalam proses membangun pengetahuannya sehingga diharapkan dapat meningkatkan kemampuan penalaran dan berpikir kreatif matematik siswa.

Salah satu pendekatan pembelajaran matematika untuk mengatasi masalah tersebut adalah pendekatan pembelajaran inquiri. Pembelajaran berbasis inkuiri adalah sebuah proses dimana siswa terlibat dalam pembelajaran mereka, merumuskan pertanyaan, menyelidiki dengan luas dan kemudian membangun pemahaman, pengertian dan pengetahuan baru. Pengetahuan tersebut merupakan hal baru untuk siswa dan mungkin akan digunakan untuk menjawab pertanyaan, untuk mengembangkan suatu solusi atau mendukung suatu sudut pandang. Menurut Roestiyah (1991), inquiry adalah suatu tehnik atau cara yang digunakan guru untuk mengajar didepan kelas. Tujuannya agar siswa terangsang oleh tugas, aktif mencari serta meneliti sendiri pemecahan masalah itu, mencari sumber sendiri bersama dalam kelompok. Adapun pengajaran berdasarkan inquiri yang dikutip Hamalik (2008) adalah suatu strategi yang terpusat pada siswa dimana kelompok – kelompok siswa ke dalam suatu persoalan atau mencari jawaban terhadap pertanyaan -pertanyaan di dalam suatu prosedur dan struktur kelompok yang digariskan secara jelas dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) . Djamerah dan Zain (1996) menyatakan bahwa dalam kegiatan belajar mengajar ketidakjelasan bahan yang disampaikan dapat dibantu dengan menghadirkan media sebagai perantara. Senada dengan itu Hasratuddin (2008) mengatakan bahwa kesulitan belajar yang timbul bukan semata karena materi yang sulit, tetapi bisa juga disebabkan oleh cara guru menyampaikan materi pelajaran yang sulit diterima siswa. Hal ini mengakibatkan perlunya media pembelajaran di kelas


(8)

sebagai alat yang dapat membantu guru menyampaikan pemahaman tentang materi bagi siswa.

Media pembelajaran dapat mewakili apa yang tidak dapat diungkapkan atau disampikan guru dengan kata-kata atau kalimat. Hal ini dinyatakan Kosasih (2007) bahwa media pembelajaran adalah suatu cara, alat, atau proses yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari sumber pesan kepada penerima pesan yang berlangsung dalam proses pendidikan. Arsyad (1997) menyatakan bahwa semakin banyak alat indera yang digunakan untuk menerima dan mengolah informasi semakin besar kemungkinan informasi tersebut dimengerti dan dapat dipertahankan dalam ingatan. Autograph adalah salah satu software yang dapat digunakan sebagai alat untuk menyampaikan informasi kepada siswa.

Autograph sebagai media pembelajaran merupakan software yang sangat serbaguna dan dinamis untuk belajar dan mengajar matematika tingkat menengah. Autograph dapat merubah cara belajar tradisional dengan ceramah menjadi belajar di kelas yang dipimpin oleh siswa dalam belajar dengan investigasi dan eksplorasi. Software ini dapat membantu guru dan siswa untuk melihat hubungan antara visual dan penyajian secara simbol. Autograph dapat membantu guru dan siswa dalam memvisualisasikan matematika menggunakan hubungan ‘objek’ yang dinamis.

Autograph dapat membantu siswa dalam menggambarkan dan menentukan bayangan dari transformasi. Dengan Autograph diharapkan siswa dapat menemukan sendiri sifat-sifat dari transformasi (refleksi, translasi, dilatasi, dan rotasi) baik untuk transformasi titik maupun transformasi bangun dua dimensi.


(9)

Dengan menggunakan Autograph diharapkan terjadi interaksi antara siswa dengan komputer sebagai media pembelajaran, interaksi antara siswa dengan siswa, dan siswa dengan guru. Pada akhirnya diharapkan setelah terjadi interaksi maka dapat meningkatkan pemahaman siswa dan kemampuan komunikasi matematika siswa.

Berdasarkan paparan di atas, penulis merasa perlu untuk merealisasikan upaya tersebut dalam suatu penelitian dengan judul: “Peningkatan Kemampuan Penalaran Dan Berpikir Kreatif Matematika Siswa Melalui Pembelajaran Inquiri Dengan Bantuan Media Sofware Autograph.”

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diuraikan beberapa permasalahan sebagai berikut:

1. Kualitas Pendidikan Indonesia yang Rendah 2. Lemahnya kurikulum di Indonesia

3. Penggunaan teknologi masih sangat jarang dipergunakan dalam pembelajaran di kelas

4. Kemampuan penalaran matematika siswa masih rendah 5. Kemampuan berpikir kreatif siswa masih rendah

6. Siswa masih lemah dalam mengemukakan dan menjelaskan suatu gagasan/ide

7. Pembelajaran di kelas masih didominasi guru (teacher centered) 8. Strategi pembelajaran matematika kurang relevan.

1.3 Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah pada penelitian ini, dibatasi hanya pada: 1. Kemampuan penalaran matematika siswa masih rendah

2. Kemampuan berpikir kreatif siswa masih rendah

3. Penggunaan teknologi masih sangat jarang dipergunakan dalam pembelajaran di kelas


(10)

Dari beberapa strategi pembelajaran yang ada, banyak pembelajaran yang mungkin digunakan, tetapi khusus dalam penelitian ini penulis akan membatasi pada penggunaan pembelajaran inquiri.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah peningkatan kemampuan penalaran matematika antara siswa yang diberi pembelajaran inquiri dengan bantuan Autograph lebih tinggi daripada siswa yang diberi pembelajaran inquiri tanpa bantuan Autograph?

2. Apakah peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematika antara siswa yang diberi pembelajaran inquiri dengan bantuan Autograph lebih tinggi daripada siswa yang diberi pembelajaran inquiri tanpa bantuan Autograph?

3. Bagaimana aktivitas siswa selama pembelajaran menggunakan pendekatan inquiri dengan bantuan Autograph ?

4. Bagaimana aktivitas siswa selama pembelajaran menggunakan pendekatan inquiri tanpa bantuan Autograph ?

1.5 Tujuan Penelitian

Sejalan dengan latar belakang dan rumusan masalah yang telah disebutkan di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Mengetahui apakah peningkatan kemampuan penalaran matematika antara siswa yang diberi pembelajaran inquiri dengan bantuan Autograph lebih tinggi daripada siswa yang diberi pembelajaran inquiri tanpa bantuan Autograph.


(11)

2. Mengetahui apakah peningkatan kemampuan berpikir kritis matematika antara siswa yang diberi pembelajaran inquiri dengan bantuan Autograph lebih tinggi daripada siswa yang diberi pembelajaran inquiri tanpa bantuan Autograph.

3. Mengetahui bagaimana aktivitas siswa selama pembelajaran menggunakan pendekatan inquiri dengan bantuan Autograph.

4. Mengetahui bagaimana aktivitas siswa selama pembelajaran menggunakan pendekatan inquiri tanpa bantuan Autograph.

1.6 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi usaha-usaha memperbaiki proses pembelajaran matematika dengan menerapkan model pembelajaran. Selain itu hasil penelitian ini diharapkan juga memberikan:

1) Manfaat bagi siswa

Mendapatkan pengalaman belajar yang menyenangkan dan bermakna sehingga siswa menjadi aktif dalam pembelajaran di kelas dan dapat meningkatkan kemampuan komunikasi dan berpikir kreatif matematika siswa.

2) Manfaat bagi guru

Meningkatkan kemampuan bagi guru dalam perencanaan kegiatan belajar mengajar dan membiasakan guru menggunakan metode mengajar serta meningkatkan professional guru dalam meningkatkan kemampuan komunikasi dan berpikir kreatif.

3) Manfaat bagi Sekolah

Sebagai bahan masukan untuk meningkatkan efektifitas dan efisien pengelolaan pendidikan dalam mengambil kebijakan dalam penerapan inovasi pembelajaran baik matematika maupun pelajaran lain upaya meningkatkan kualitas pendidikan dan kualitas guru.


(12)

4) Perangkat pembelajaran yang dihasilkan dalam penelitian ini dapat digunakan dalam proses belajar mengajar di kelas khususnya pada pokok bahasan transformasi dengan penerapan pembelajaran inquiry.

5) Sebagai khasanah ilmu pengetahuan, khususnya dalam inovasi proses belajar mengajar baik dalam matematika maupun pelajaran lain.

6) Bagi peneliti, dapat menjadi masukan dan rujukan bagi peneliti dalam melakukan penelitian yang sejenis.

Daftar Pustaka

Gengaje, Aneesh. 2014. Laporan Pembangunan Manusia 2014 – Peluncuran Global, Implikasi lokal, (Online), ( http://unic- jakarta.org/2014/07/25/laporan-pembangunan-manusia-2014-peluncuran-global-implikasi-lokal/, diakses 12 April 2015)

Hamalik, Oemar. 2008. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara

Hudoyo, H., (1988), Belajar Mengajar Matematika, Depdikbud Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan LPTK, Jakarta.

Marsigit. (2011). Implementasi pendidikan karakter dalam pendidikan matematika. FMIPA. Univeristas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta .

Munandar, S.C.U., (1999), Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat, Penerbit Depdikbud dan Rineka Cipta, Jakarta.

Nurhadi, (2004), Kurikulum 2004 (pertanyaan dan jawaban),. Grasindo, Jakarta. Roestiyah NK. 1991. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta)


(13)

Srie. 2013. Survei PIRLS: Literasi Membaca Siswa Indonesia,(Online) , (http://www.srie.org/2013/03/survei-pirls-literasi-membaca-siswa.html, diakses 12 April 2015).

Survei Internasional TIMSS. 2011. (Online),

(http://litbang.kemdikbud.go.id/index.php/survei-internasional-timss , diakses 12 April 2015)


(1)

sebagai alat yang dapat membantu guru menyampaikan pemahaman tentang materi bagi siswa.

Media pembelajaran dapat mewakili apa yang tidak dapat diungkapkan atau disampikan guru dengan kata-kata atau kalimat. Hal ini dinyatakan Kosasih (2007) bahwa media pembelajaran adalah suatu cara, alat, atau proses yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari sumber pesan kepada penerima pesan yang berlangsung dalam proses pendidikan. Arsyad (1997) menyatakan bahwa semakin banyak alat indera yang digunakan untuk menerima dan mengolah informasi semakin besar kemungkinan informasi tersebut dimengerti dan dapat dipertahankan dalam ingatan. Autograph adalah salah satu software yang dapat digunakan sebagai alat untuk menyampaikan informasi kepada siswa.

Autograph sebagai media pembelajaran merupakan software yang sangat serbaguna dan dinamis untuk belajar dan mengajar matematika tingkat menengah. Autograph dapat merubah cara belajar tradisional dengan ceramah menjadi belajar di kelas yang dipimpin oleh siswa dalam belajar dengan investigasi dan eksplorasi. Software ini dapat membantu guru dan siswa untuk melihat hubungan antara visual dan penyajian secara simbol. Autograph dapat membantu guru dan siswa dalam memvisualisasikan matematika menggunakan hubungan ‘objek’ yang dinamis.

Autograph dapat membantu siswa dalam menggambarkan dan menentukan bayangan dari transformasi. Dengan Autograph diharapkan siswa dapat menemukan sendiri sifat-sifat dari transformasi (refleksi, translasi, dilatasi, dan rotasi) baik untuk transformasi titik maupun transformasi bangun dua dimensi.


(2)

Dengan menggunakan Autograph diharapkan terjadi interaksi antara siswa dengan komputer sebagai media pembelajaran, interaksi antara siswa dengan siswa, dan siswa dengan guru. Pada akhirnya diharapkan setelah terjadi interaksi maka dapat meningkatkan pemahaman siswa dan kemampuan komunikasi matematika siswa. Berdasarkan paparan di atas, penulis merasa perlu untuk merealisasikan upaya tersebut dalam suatu penelitian dengan judul: “Peningkatan Kemampuan Penalaran Dan Berpikir Kreatif Matematika Siswa Melalui Pembelajaran Inquiri Dengan Bantuan Media Sofware Autograph.”

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diuraikan beberapa permasalahan sebagai berikut:

1. Kualitas Pendidikan Indonesia yang Rendah 2. Lemahnya kurikulum di Indonesia

3. Penggunaan teknologi masih sangat jarang dipergunakan dalam pembelajaran di kelas

4. Kemampuan penalaran matematika siswa masih rendah 5. Kemampuan berpikir kreatif siswa masih rendah

6. Siswa masih lemah dalam mengemukakan dan menjelaskan suatu gagasan/ide

7. Pembelajaran di kelas masih didominasi guru (teacher centered) 8. Strategi pembelajaran matematika kurang relevan.

1.3 Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah pada penelitian ini, dibatasi hanya pada: 1. Kemampuan penalaran matematika siswa masih rendah

2. Kemampuan berpikir kreatif siswa masih rendah

3. Penggunaan teknologi masih sangat jarang dipergunakan dalam pembelajaran di kelas


(3)

Dari beberapa strategi pembelajaran yang ada, banyak pembelajaran yang mungkin digunakan, tetapi khusus dalam penelitian ini penulis akan membatasi pada penggunaan pembelajaran inquiri.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah peningkatan kemampuan penalaran matematika antara siswa yang diberi pembelajaran inquiri dengan bantuan Autograph lebih tinggi daripada siswa yang diberi pembelajaran inquiri tanpa bantuan Autograph?

2. Apakah peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematika antara siswa yang diberi pembelajaran inquiri dengan bantuan Autograph lebih tinggi daripada siswa yang diberi pembelajaran inquiri tanpa bantuan Autograph?

3. Bagaimana aktivitas siswa selama pembelajaran menggunakan pendekatan inquiri dengan bantuan Autograph ?

4. Bagaimana aktivitas siswa selama pembelajaran menggunakan pendekatan inquiri tanpa bantuan Autograph ?

1.5 Tujuan Penelitian

Sejalan dengan latar belakang dan rumusan masalah yang telah disebutkan di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Mengetahui apakah peningkatan kemampuan penalaran matematika antara siswa yang diberi pembelajaran inquiri dengan bantuan Autograph lebih tinggi daripada siswa yang diberi pembelajaran inquiri tanpa bantuan Autograph.


(4)

2. Mengetahui apakah peningkatan kemampuan berpikir kritis matematika antara siswa yang diberi pembelajaran inquiri dengan bantuan Autograph lebih tinggi daripada siswa yang diberi pembelajaran inquiri tanpa bantuan Autograph.

3. Mengetahui bagaimana aktivitas siswa selama pembelajaran menggunakan pendekatan inquiri dengan bantuan Autograph.

4. Mengetahui bagaimana aktivitas siswa selama pembelajaran menggunakan pendekatan inquiri tanpa bantuan Autograph.

1.6 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi usaha-usaha memperbaiki proses pembelajaran matematika dengan menerapkan model pembelajaran. Selain itu hasil penelitian ini diharapkan juga memberikan:

1) Manfaat bagi siswa

Mendapatkan pengalaman belajar yang menyenangkan dan bermakna sehingga siswa menjadi aktif dalam pembelajaran di kelas dan dapat meningkatkan kemampuan komunikasi dan berpikir kreatif matematika siswa.

2) Manfaat bagi guru

Meningkatkan kemampuan bagi guru dalam perencanaan kegiatan belajar mengajar dan membiasakan guru menggunakan metode mengajar serta meningkatkan professional guru dalam meningkatkan kemampuan komunikasi dan berpikir kreatif.

3) Manfaat bagi Sekolah

Sebagai bahan masukan untuk meningkatkan efektifitas dan efisien pengelolaan pendidikan dalam mengambil kebijakan dalam penerapan inovasi pembelajaran baik matematika maupun pelajaran lain upaya meningkatkan kualitas pendidikan dan kualitas guru.


(5)

4) Perangkat pembelajaran yang dihasilkan dalam penelitian ini dapat digunakan dalam proses belajar mengajar di kelas khususnya pada pokok bahasan transformasi dengan penerapan pembelajaran inquiry.

5) Sebagai khasanah ilmu pengetahuan, khususnya dalam inovasi proses belajar mengajar baik dalam matematika maupun pelajaran lain.

6) Bagi peneliti, dapat menjadi masukan dan rujukan bagi peneliti dalam melakukan penelitian yang sejenis.

Daftar Pustaka

Gengaje, Aneesh. 2014. Laporan Pembangunan Manusia 2014 – Peluncuran Global, Implikasi lokal, (Online), ( http://unic- jakarta.org/2014/07/25/laporan-pembangunan-manusia-2014-peluncuran-global-implikasi-lokal/, diakses 12 April 2015)

Hamalik, Oemar. 2008. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara

Hudoyo, H., (1988), Belajar Mengajar Matematika, Depdikbud Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan LPTK, Jakarta.

Marsigit. (2011). Implementasi pendidikan karakter dalam pendidikan matematika. FMIPA. Univeristas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta .

Munandar, S.C.U., (1999), Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat, Penerbit Depdikbud dan Rineka Cipta, Jakarta.

Nurhadi, (2004), Kurikulum 2004 (pertanyaan dan jawaban),. Grasindo, Jakarta. Roestiyah NK. 1991. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta)


(6)

Srie. 2013. Survei PIRLS: Literasi Membaca Siswa Indonesia,(Online) , (http://www.srie.org/2013/03/survei-pirls-literasi-membaca-siswa.html, diakses 12 April 2015).

Survei Internasional TIMSS. 2011. (Online),

(http://litbang.kemdikbud.go.id/index.php/survei-internasional-timss , diakses 12 April 2015)