Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan

3.1. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan

Bappeda Provinsi Jawa Barat

Dengan adanya perubahan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menjadi Undang-undang 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, Kepala BAPPEDA dalam hal ini Kepala BAPPEDA Provinsi Jawa Barat bertanggungjawab dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi perencanaan yang menemban urusan penunjang pemerintahan. BAPPEDA Provinsi Jawa Barat merupakan unsur pelaksana Pemerintah Provinsi Jawa Barat yang mempunyai tugas membantu Gubernur melaksanakan kewenangan di bidang perencanaan, pengendalian dan evaluasi pembangunan daerah sesuai dengan tugas dan fungsinya. Bappeda memiliki tugas dalam penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang perencanaan pembangunan daerah, serta menyelenggarakan tiga fungsi utama, yaitu perumusan kebijakan teknis perencanaan, pengkoordinasian penyusunan perencanaan pembangunan, serta pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang perencanaan pembangunan daerah.

Tantangan yang masih relevan dengan organisasi baru pada Tahun 2017 dan Tahun 2018, Bappeda Provinsi Jawa Barat diharapkan dapat menghasilkan perencanaan yang berkualitas dan akuntabel, yang memerlukan dukungan dari berbagai unsur pembangunan. Peningkatan kualitas perencanaan tidak terlepas dari kapasitas kelembagaan BAPPEDA yang meliputi kapasitas SDM, sarana dan prasarana, serta sistem perencanaan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Sistem perencanaan tersebut meliputi :

 Pertama, Peningkatan kapasitas SDM baik melalui pendidikan formal maupun diklat fungsional;  Kedua, Penyediaan hasil-hasil kajian/penelitian yang mendukung penyusunan perumusan kebijakan perencanaan pembangunan daerah;  Ketiga, Koordinasi, integrasi dan sinkronisasi perencanaan pembangunan daerah; dan  Keempat, Pemanfaatan teknologi informasi dalam penyusunan perencanaan, pengolahan

data dan informasi berbasis web untuk pengolahan data perencanaan. Pelaksanaan tugas dan fungsi Bappeda ke depan masih menghadapi beberapa permasalahan dan

tantangan antara lain :

1. Perubahan peraturan perundangan dan pedoman yang mengatur mekanisme perencanaan;

2. Krisis kepercayaan masyarakat terhadap perencanaan yang tidak implementatif

3. Ketidakpahaman PD/Biro terhadap tujuan bersama Pemerintah Provinsi yang harus dicapai dalam pembangunan

4. Kapasitas dan komitmen PD pada proses perencanaan belum optimal

5. Keterbatasan anggaran untuk mewujudkan implementasi perencanaan prioritas dan target pembangunan

6. Keterbatasan jumlah sumber daya manusia seiring dengan banyaknya Aparatur Sipil Negara (ASN) yang akan menempuh masa purna bakti di tahun 2018, termasuk di lingkungan Bappeda Provinsi Jawa Barat, serta kebijakan moratorium ASN di Pemprov Jabar yang telah berlangsung selama 7 (tujuh) tahun.

7. Kompetensi sumberdaya manusia di bidang perencanaan belum optimal dalam menganalisis kegiatan yang layak untuk mewujudkan tujuan pembangunan pemerintah provinsi dan dalam mengaplikasikan teknologi informasi untuk perencanaan.

8. Hasil evaluasi dan pengendalian belum menjadi input perencanaan pembangunan daerah (kajian dan penelitian di BP2D)

9. Pengelolaan dan pemanfaatan data serta hasi anaisis data, teknologi informasi dan komunikasi belum optimal (penelitian dan pengembangan di BP2D serta Diskominfo)

Untuk mewujudkan pembangunan yang sesuai dengan sasaran misi RPJMD, Bappeda Provinsi Jawa Barat diharapkan responsif, kreatif dan inovatif agar mampu mengatasi dan tantangan untuk mewujudkan perencanaan yang berkualitas dan akuntabel. Sehingga diperlukan keterlibatan pelaku pembangunan secara partisipatif melalui peningkatan kualitas perencanaan teknokratik, peningkatan kapasitas SDM perencanaan, pemantapan kelembagaan perencanaan di tingkat basis, serta koordinasi dan komunikasi antar pemangku kepentingan. Beberapa kondisi yang perlu diperhatikan antara lain sebagai berikut :

1. Perencanaan pembangunan dalam kerangka regulasi dan investasi, fokus kepada hasil, yaitu; kesejahteraan masyarakat, pelayanan publik, dan daya saing daerah.

2. Program disusun berdasarkan kontribusinya terhadap daya ungkit untuk mencapai hasil (Program follow Result)

3. Percepatan capaian target pembangunan melalui Rencana aksi Multi Pihak Implementasi Pekerjaan (RAM-IP) yang dituangkan pada SK Gubernur Nomor 500 Tahun 2014

4. Penerapan anggaran berbasis kinerja. Hasil yang dicapai dari penggunaan sumberdaya (money follow program)

5. Tanggung jawab pada level program dan kegiatan, pemberlakuan Perjanjian Kinerja(PK) di seluruh level birokrasi dengan reward and punishment yang jelas.

6. Evaluasi terintegrasi antara perencanaan, penganggaran, dan evaluasi