Sistem Akuntansi Biaya Proses
BAB 6 Sistem Akuntansi Biaya Proses
Sistem akuntansi biaya proses biasanya digunakan apabila perusahaan memproduksibarang yang identik atau serupa secara banyak di dalam suatu proses produksi yang bersifat terus menerus. Permasalahan dalam akuntansi biaya proses ialah bahwa kenyataan bahwa biasanya proses produksi tidaklah selesai pada akhir periode akuntansi. Biaya produksi suatu departemen dapat berubah dari periode satu dengan periode yang lain
6.1 Karateristik Manufaktur Proses
Perhitungan biaya proses berfungsi dengan baik apabila produk-produk yang relatif sejenis melalui proses berurutan dan menerima biaya produksi yang hampir sama. Berbeda dengan perhitungan biaya pesanan dimana metode tersebut dapat bermanfaat untuk diterapkan pada perusahaan yang produknya dapat diidentifikasikan menurut pesanan. Perhitungan biaya pesanan juga akan menjadi tidak praktis penerapannya apabila suatu perusahaan hanya memproduksi satu jenis produk homogen.
Perhitungan harga pokok proses merupakan sistem pengumpulan biaya produksi menurut departemen atay pusat biaya selama satu periode. Perhitungan harga pokok proses merupakan cara menentukan besarnya biaya produksi yang terjadi setiap periode yang akan dialokasikan ke produk baik produk jadi maupun produk yang belum jadi dalam suatu departemen yang bersangkutan. Metode harga pokok proses digunakan oleh perusahaan- perusahaan yang produknya bersifat masal seperti pabrik kimia, produk semen, produk gula dan lain-lain.
Dalam suatu perusahaan dengan sistem perhitungan harga pokok proses, unit-unit produksi umumnya melalui rangkaian departemen produksi, dimana di setiap departemen , suatu proses operasi akan membawa suatu produk satu langkah lebih dekat ke penyelesaian. Dalam tiap departemen, Dalam suatu perusahaan dengan sistem perhitungan harga pokok proses, unit-unit produksi umumnya melalui rangkaian departemen produksi, dimana di setiap departemen , suatu proses operasi akan membawa suatu produk satu langkah lebih dekat ke penyelesaian. Dalam tiap departemen,
Gambar 6.1
Perbedaan Perhitungan Biaya Pesanan Dan Perhitungan Biaya Proses
Karateristik perhitungan biaya proses adalah sebagai berikut:
a. Biaya diakumulasikan menurut departemen.
b. Setiap departemen memiliki rekening persediaan barang dalam proses. Rekening ini di debit dengan biaya pemrosesan yang terjadi di departemen yang bersangkutan dan dikreditkan dengan harga pokok barang jadi yang ditransfer ke departemen lain atau ditransfer ke gudang barang jadi.
c. Unit ekuivalen digunakan untuk menyatakan kembali persediaan barang dalam proses pada akhir periode.
d. Biaya per unit ditentukan atau dihitung menurut departemen untuk setiap periode.
e. Unit barang yang telah selesai diproses di salah satu departemen dan biaya yang berhubungan dengannya, ditransfer ke departemen berikutnya atau ke persediaan barang jadi.
f. Biaya total dan biaya per unit untuk setiap departemen secara periodik dijumlah, dianalisa dan dihitung dengan menggunakan laporan biaya produksi departemen.
6.2 Ekuivalen Unit
Ekuivalen unit adalah ketika akan memproduksikan suatu produk dengan menggunakan proses yang berkelanjutan, perusahaan akan mengasumsikan semua unit yang diproduksikan akan sama. Akibat proses berkelanjutan, terdapat unit produksi yang tidak siap diproses, maka nilai tersebut disamakan dengan ekuivalen unit. Ekuivalen unit produksi yang dikerjakan selesasi dlm periode tersebut pada unit fisik, yang dianggap sama dengan unit produk yg selesai (rampung). Dari gambar 6.2, kita dapat melihat bahwa 2 gelas air yang berisi masing-masing ½ gelas maka nilainya itu akan ekuivalen unit dengan 1 gelas air yang berisi penuh.
Tingkat kerampungan produk tidak sama dari segi tiap unsur biaya produksi. Biasanya produk lebih cepat rampung dari segi biaya bahan baku ketimbang dari segi biaya tenaga kerja langsung maupun biaya overhead pabrik. Jadi sejumlah produk dapat saja sudah rampung dari segi biaya bahan baku tapi belum rampung dari segi biaya tenaga kerja langsung dan dari segi biaya overhead pabrik. Apabila biaya overhead produksi dibebankan Tingkat kerampungan produk tidak sama dari segi tiap unsur biaya produksi. Biasanya produk lebih cepat rampung dari segi biaya bahan baku ketimbang dari segi biaya tenaga kerja langsung maupun biaya overhead pabrik. Jadi sejumlah produk dapat saja sudah rampung dari segi biaya bahan baku tapi belum rampung dari segi biaya tenaga kerja langsung dan dari segi biaya overhead pabrik. Apabila biaya overhead produksi dibebankan
Gambar 6.2 Ekuivalen Unit
6.3 Laporan Harga Pokok Produksi
Laporan harga pokok produksi merupakan laporan aktivitas suatu departemen produksi selama satu periode. Laporan harga pokok produksi dibuat setiap akhir periode. Isi laporan harga pokok produksi untuk perhitungan biaya proses sebagai berikut:
a. Laporan produksi secara fisik
b. Laporan tentang biaya yang dibebankan dan harus dipertanggungjawabkan oleh departemen tersebut.
c. Pertanggungjawaban biaya yang dibebankan pada departemen tersebut.
5 tahapan untuk menghitung biaya sebuah produk di perhitungan biaya proses, yaitu:
a. Ukur Arus fisik
b. Hitung ekuivalen unit produk
c. Identifikasi biaya produk sesuai dengan ekuivalen unit
d. Hitung biaya per ekuivalen unit
e. Pertanggungjawabkan biaya produk yang dipakai
Contoh 1
Merek sabun mandi “Wangi” yang diproduksikan sebuah perusahaan manufaktur. Produk yang sudah selesai langsung ditransfer ke gudang barang jadi. Data berikut berhubungan dengan produksi bulan Mei 2015:
Bahan baku yang dimasukkan untuk proses produksi sebesar 120 unit. Produk jadi ditransfer ke gudang barang jadi sebesar 90.000 unit. Pada akhir periode terdapat produk yang belum selesai diproses sejumlah 30.000 unit dengan tingkat kerampungan 100 % bahan dan 50% tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik. Biaya yang terjadi selama bulan Mei 2015: Bahan Baku Langsung
32.400 Tenaga Kerja Langsung
Rp
35.700 Biaya Overhead Pabrik
33.600 Biaya Produksi
Rp
Gambar 6.3
Arus Fisik Produk Untuk Satu Departemen
Bahan Baku
Bahan Baku
Rp 35.700
Rp 33.600
Barang Jadi 120.000 Unit
Bahan Baku
Proses
90.000 Unit Rp 32.400
Barang Dalam Proses 30.000 Unit BB: 100 % TKL & Overhead: 50 %
Langkah 1: Ukur Arus Fisik Produk Masuk Proses
120.000 Unit Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang
90.000 unit Persediaan Akhir Barang Dalam Proses
30.000 Unit 120.000 Unit Langkah 2 : Hitung Ekuivalen Unit Produk
Ekuivalen Unit Produk = Jumlah Barang Jadi + (Persediaan Akhir Barang Dalam Proses x % Tingkat Kerampungan)
Ekuivalen unit Bahan Baku = 90.000 Unit +(30.000 unit x 100 %)
= 120.000 Unit Ekuivalen unit Tenaga Kerja = 90.000 Unit + (30.000 unit x 50%) = 90.000 unit + 15.000 unit = 105.000 unit Ekuivalen unit Overhead Pabrik = 90.000 Unit + (30.000 unit x 50%) = 90.000 unit + 15.000 unit =105.000 unit
= 90.000 unit + 30.000 unit
Langkah 3: Identifikasi biaya produk sesuai dengan ekuivalen unit Dari data-data diatas maka : Bahan Baku Langsung
32.400 Tenaga Kerja Langsung
Rp
35.700 Biaya Overhead Pabrik
Total Biaya Yang Dipertanggungjawabkan
Rp
Langkah 4: Hitung biaya per ekuivalen unit
Unsur
Harga Per EU Biaya
Jumlah
Ekuivalen
Biaya (Rp)
Unit (EU)
Langkah 5: Pertanggungjawabkan biaya produk yang dipakai Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang
(90.000 unit x Rp 0,93) Rp 83.700 Persediaan Akhir Barang Dalam Proses : BB (30.000 unit x 100% x Rp 0,27)
Rp
TKL (30.000 unit x 50% x Rp 0,34)
18.000 Total Pertanggungjawaban Biaya
OH (30.000 unit x 50% x Rp 0,32)
Rp101.700
Merek Sabun Mandi Wangi Laporan Harga Pokok Produksi Bulan Mei 2015
DAFTAR KUANTITAS FISIK Produk Masuk Proses
120.000 Unit Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang
90.000 unit
Persediaan Akhir Barang Dalam Proses (100% BB, 50% TKL dan OH)
120.000 Unit PEMBEBANAN BIAYA
30.000 unit
Jumlah Biaya
EU
Harga Per EU
Total Rp
HARGA POKOK PRODUKSI Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang
83.700 (90.000 unit x Rp 0,27) Persediaan Akhir Barang Dalam Proses:
Rp
BB : 30.000 unit x 100%x Rp 0,27
Rp
TKL : 30.000 unit x 50% x Rp 0,34
Rp
OH : 30.000 unit x 50% x Rp 0,32
6.3 Produk Diolah Lebih Dari Satu Departemen
Apabila produk diolah melalui beberapa departemen produksi, maka barang yang telah selesai diproses di departemen awal akan terus ditransfer ke departemen berikutnya sampai ke departemen terakhir dan akhirnya ditransfer ke gudang barang jadi. Dengan demikian harga pokok produk jadi di departemen I akan ditransfer menjadi seolah-olah bagi departemen II.
Gambar 6.4 Arus Fisik Untuk Dua Departemen
Contoh 2
PT. Sumber Rejeki mengolah produk melalui dua departemen produksi yaitu departemen I dan departemen II. Produk yang telah selesai dikerjakan di departemen I langsung ditransfer ke departemen II untuk diproses lebih lanjut, sedangkan produk yang telah selesai diproses di departemen II ditransfer ke gudang barang jadi. Berikut adalah data yang berkaitan dengan produksi pada bulan Februari 2015:
Departemen I
Departemen II
Unit Produk: Produk Masuk Proses
420.000 unit
Diterima Dari Departemen I 322.000 unit Ditransfer Ke Departemen II
322.000 unit
Ditransfer Ke Gudang 280.000 unit Persediaan Akhir Barang Dalam Proses
100 % Bahan, 40% Biaya Konversi
98.000 unit
100 % Bahan, 1/3 Biaya Konversi 42.000 unit Biaya-Biaya:
Bahan Baku Langsung
Tenaga Kerja Langsung
249.900 Biaya Overhead Pabrik
Rp
Rp
Rp
Rp
DEPARTEMEN I Ekuivalen unit Bahan Baku = 322.000 Unit +(98.000 unit x 100 %)
= 322.000 unit + 98.000 unit = 420.000 Unit Ekuivalen unit biaya konversi= 322.000 Unit +(98.000 unit x 40 %) = 322.000 unit + 39.200 unit = 361.200 unit
Sumber Rejeki Laporan Harga Pokok Produksi Departemen I Bulan Februari 2015
DAFTAR KUANTITAS FISIK Produk Masuk Proses
420.000 Unit Produk Selesai Ditransfer Ke Departemen II
322.000 unit
Persediaan Akhir Barang Dalam Proses (100% BB, 40% Biaya Konversi)
420.000 Unit PEMBEBANAN BIAYA
98.000 unit
Jumlah Biaya
EU
Harga Per EU
BB Rp 218.400
TKL Rp 252.840
OH Rp 242.004
Total Rp 713.244
Rp
HARGA POKOK PRODUKSI Produk Selesai Ditransfer Ke Departemen II (322.000 unit x Rp 1,89)
608.580 Persediaan Akhir Barang Dalam Proses: BB : 98.000 unit x 100%x Rp 0,52
TKL : 98.000 unit x 40% x Rp 0,70
Rp
OH : 98.000 unit x 40% x Rp 0,67
DEPARTEMEN II Ekuivalen unit biaya konversi= 280.000 Unit +(42.000 unit x 1/3)
= 280.000 unit + 14.000 unit = 294.000 unit
Sumber Rejeki Laporan Harga Pokok Produksi Departemen II Bulan Februari 2015
DAFTAR KUANTITAS FISIK Produk Masuk Proses
322.000 Unit Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang
280.000 unit
Persediaan Akhir Barang Dalam Proses (40% Biaya Konversi)
32.000 Unit PEMBEBANAN BIAYA
42.000 unit
Jumlah Biaya
EU
Harga Per EU
Dept I Rp
Total Rp 1.081.920
Rp
HARGA POKOK PRODUKSI Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang (280. 000 unit x Rp 3,5))
980.000 Persediaan Akhir Barang Dalam Proses: Dept I : 42.000 unit x Rp 1,89
TKL : 42.000 unit x 40% x Rp 0,85
Rp
OH : 98.000 unit x 40% x Rp 0,76
6.4 Penambahan Bahan Di Departemen Lanjutan
Pemakaian bahan sering tidak hanya terjadi di departemen pertama, akan tetapi pemakaian bahan sering pula dilakukan di departemen pertama dan di departemen berikutnya (departemen setelah departemen pertama). Penambahan pemakaian bahan akan berakibat sebagai berikut:
a. Tidak menambah unit yang dihasilkan Pemakaian bahan di departemen setelah departemen pertama yang sifatnya hanya pelengkap, tidak akan mempengaruhi jumlah unit a. Tidak menambah unit yang dihasilkan Pemakaian bahan di departemen setelah departemen pertama yang sifatnya hanya pelengkap, tidak akan mempengaruhi jumlah unit
b. Unit yang dihasilkan bertambah Pemakaian bahan dapat berakibat unit produk yang dihasilkan jumlahnya lebih banyak dari pada unit produk saat masuk proses. Total harga pokok yang diterima dari departemen sebelumnya tidak berubah. Karena terjadi perubahan jumlah unit maka harga pokok yang diterima dari departemen sebelumnya akan ditanggung oleh jumlah unit yang lebih banyak. Berarti harga pokol per unit yang diterima dari departemen sebelumnya menjadi lebih rendah. Oleh karena itu, harga pokok dari departemen sebelumnya harus disesuaikan.
Contoh 3:
Berikut ini adalah data produksi yang terjadi di departemen II CV. Ande ande:
a. Unit diterima dari departemen I 10 unit senilai Rp 360.000, dimana terdiri dari biaya bahan baku Rp 100.000, biaya tenaga kerja langsung Rp 200.000 dan biaya overhead pabrik Rp 60.000.
b. Unit tambahan karena penambahan bahan di departemen II sebesar 2
unit.
c. Unit ditransfer ke gudang barang jadi sebesar 8 unit.
d. Persediaan akhir barang dalam proses periode tersebut sebesar 4 unit
(100% BB, 50%TKL)
e. Biaya tambahan yang terjadi di departemen II: Bahan Baku
Rp
Tenaga Kerja Langsung
Biaya Overhead Pabrik
DEPARTEMEN II Ekuivalen unit Bahan Baku = 8 Unit +(4 unit x 100 %) = 8 unit + 4 unit
= 12 unit
Ekuivalen unit biaya konversi = 8 Unit +(4 unit x 50 %) = 8 unit + 2 unit
= 10 unit
Catatan:
a) Meskipun terjadi perhitungan penyesuaian terhadap harga pokok produksi
yang diterima dari departemen I di departemen II, pada saat pencatatan akuntansi tidak diperlukan pencatatan jurnal penyesuaian.
b) Laporan harga pokok produksi di departemen II dapat disusun dengan
harga pokok produksi dari departemen I dimana akan terlebih dahulu disesuaikan. Atau dapat juga kita lakukan, harga pokok produksi dari departemen I tidak diperlukan lagi penyesuaian tetapi langsung dibagi dengan ukuivalen unit 12.
CV. Ande Ande Laporan Harga Pokok Produksi Departemen II
DAFTAR KUANTITAS FISIK Produk Masuk Proses
10 Unit
Unit Bahan Yang Tambah
12 Unit Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang
2 Unit
8 unit
Persediaan Akhir Barang Dalam Proses (100% BB, 50% Biaya Konversi)
12 Unit PEMBEBANAN BIAYA
4 unit
Jumlah Biaya
EU
Harga Per EU
Dept I Rp
Set Penye Rp
Total Rp
HARGA POKOK PRODUKSI Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang (8 unit x Rp 60.000)
Rp 480.000 Persediaan Akhir Barang Dalam Proses: Dept I : 4 unit x Rp 30.000
Rp
BB : 4 Unit x 100 % x Rp 6.000
RP
TKL : 4 unit x 50 % x Rp 12.000
Rp
OH : 4unit x 50% x Rp 12.000
Contoh 4:
Tuan Sinurat mempunyai usaha manufaktur. Pada saat melakukan proses produksi untuk produk akan melewati 2 (dua) departemen. Produk yang telah selesai dikerjakan di departemen I langsung ditransfer ke departemen II untuk Tuan Sinurat mempunyai usaha manufaktur. Pada saat melakukan proses produksi untuk produk akan melewati 2 (dua) departemen. Produk yang telah selesai dikerjakan di departemen I langsung ditransfer ke departemen II untuk
Departemen I
Departemen II
Produk Masuk Proses
350.000 liter
Produk Selesai Ditransfer Ke Departemen II
280.000 liter
Unit Bahan Yang Tambah 70.000 liter Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang
315.000 liter Persediaan Akhir Barang Dalam Proses 100 % BB, 20 % Biaya Konversi
70.000 liter
101 % BB, 70 % Biaya Konversi 35.000 liter Biaya-biaya selama periode tersebut:
Jumlah
Departemen I
Departemen II
420.000 Tenaga Kerja Langsung
Bahan Baku
339.500 Biaya Overhead Pabrik
169.750 DEPARTEMEN I
Ekuivalen unit Bahan Baku = 280.000 Unit +(70.000 unit x 100 %) = 280.000 unit + 70.000 unit = 350.000 unit
Ekuivalen unit biaya konversi = 280.000 Unit +(70.000 unit x 20 %) = 280.000 unit + 14.000 unit = 294.000 unit
Tuan Sinurat Laporan Harga Pokok Produksi Departemen I
DAFTAR KUANTITAS FISIK Produk Masuk Proses
350.000 Unit Produk Selesai Ditransfer Ke Departemen II
280.000 unit
Persediaan Akhir Barang Dalam Proses (100% BB, 20% Biaya Konversi)
350.000 Unit PEMBEBANAN BIAYA
70.000 unit
Jumlah Biaya
EU
Harga Per EU
BB Rp 1.050.000
Rp
TKL Rp 588.000
Rp
OH Rp 294.000
Rp
Total Rp 713.244
Rp
HARGA POKOK PRODUKSI Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang (280.000 unit x Rp 6)
1.680.000 Persediaan Akhir Barang Dalam Proses: BB : 70.000 unit x 100%x Rp 3
TKL : 70.000 unit x 20% x Rp 2
Rp
OH : 70.000 unit x 20% x Rp 1
DEPARTEMEN II Ekuivalen unit Bahan Baku
= 315.000 Unit +(35.000 unit x 100 %) = 315.000 unit + 35.000 unit = 350.000 unit
Ekuivalen unit biaya konversi = 315.000 Unit +(35.000 unit x 70 %) = 315.000 unit + 24.500 unit = 339.500 unit
Tuan Sinurat Laporan Harga Pokok Produksi Departemen II
DAFTAR KUANTITAS FISIK Produk Masuk Proses
280.000 Unit
Unit Bahan Yang Tambah
350.000 Unit Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang
70.000 Unit
315.000 unit
Persediaan Akhir Barang Dalam Proses (100% BB, 50% Biaya Konversi)
350.000 Unit PEMBEBANAN BIAYA
35.000 unit
Jumlah Biaya
EU
Harga Per EU
Dept I Rp 1.680.000
Set Penye Rp 1.680.000
Total Rp 2.609.250
Rp
HARGA POKOK PRODUKSI Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang (315.000 unit x Rp 7,5)
Rp 2.362.500 Persediaan Akhir Barang Dalam Proses: Dept I : 35.000 unit x Rp 4,8
Rp
BB : 35.000 Unit x 100 % x Rp 1,2
RP
TKL : 35.000 unit x 70 % x Rp 1
Rp
OH : 35.000unit x 70% x Rp 0,5
6.5 Penambahan Bahan Di Akhir Proses
Bahan baku dapat di tambah pada awal proses maupun pada akhir proses. Di departemen I, bahan baku umumnya masuk proses pada awal proses saja. Sedangkan pada departemen lanjutan, penambahan bahan baku dapat dilakukan pada awal saja atau pada akhir proses saja, ataupun pada Bahan baku dapat di tambah pada awal proses maupun pada akhir proses. Di departemen I, bahan baku umumnya masuk proses pada awal proses saja. Sedangkan pada departemen lanjutan, penambahan bahan baku dapat dilakukan pada awal saja atau pada akhir proses saja, ataupun pada
Berbeda dengan pemakaian bahan baku, pemakaian tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik umumnya dilakukan secara merata dari awal hingga akhir proses selama proses produksi. Jadi tidak ada anggapan tenaga kerja atau biaya overhead pabrik hanya terlibat diawal atau diakhir proses produksi saja.
Contoh 5:
CV. Harum Wangi memproduksikan pengharum ruangan. Produk diproses di 2 departemen, yaitu departemen I dan departemen II. Setiap 1 liter produk yang ditransfer dari departemen I, ditambahkan 2 liter bahan baku X, dimana bahan baku X ditambahkan pada awal proses dan kemudian pada akhir proses ditambahkan 0,5 liter bahan baku Y, dimana bahan baku Y ditambahkan pada proses mencapai 95 %. Pada awal bulan April 2015, produk yang ditransfer dari departemen I sebanyak 25 liter dengan harga pokok per liter Rp 170. Harga per liter bahan baku yang ditambahkan adalah Rp 1.000 untuk bahan baku X, dan Rp 100 untuk bahan baku Y. Pada akhir bulan April terdapat 1/5 bahan baku dari departemen I yang masuk proses masih belum selesai (baru menyerap
50% biaya konversi). Selama bulan April 2015, biaya tenaga kerja langsung sebesar Rp 7.750 dan biaya overhead pabrik sebesar Rp 7.750.
Bahan Baku X yang terpakai = 2 x Produk Masuk Proses Dari Departemen I
= 2 x 25 liter = 50 liter.
Persediaan Akhir Barang Dalam Proses = 1/5 x Produk Masuk Proses Dari
Departemen I = 1/5 x 25 liter
= 5 liter Bahan Baku Y yang terpakai = (Produk Masuk Proses Dari Departemen I – Persediaan Akhir Barang Dalam Proses) x Penambahan Bahan Baku Y
= (25 liter – 5 liter) x 0,5 liter = 10 liter. Bahan Baku X yang terpakai
50 liter
Bahan Baku Y yang terpakai
10 liter
Unit Bahan Yang Tambah
60 liter
Ekuivalen unit Bahan Baku X = 70 liter +(15 liter x 100 %)
= 70 liter + 15 liter = 85 liter
Ekuivalen unit biaya konversi
= 70 liter +(15 liter x 50 %) = 70 liter + 7,5 liter = 77,5 unit
CV. Harum Wangi Laporan Harga Pokok Produksi Departemen II
DAFTAR KUANTITAS FISIK Produk Masuk Proses
25 liter
Unit Bahan Yang Tambah
85 liter Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang
60 liter
70 liter
Persediaan Akhir Barang Dalam Proses (100% BB, 50% Biaya Konversi)
85 liter PEMBEBANAN BIAYA
15 liter
Jumlah Biaya
EU
Harga Per EU
Dept I Rp
Set Penye Rp
Total Rp
HARGA POKOK PRODUKSI Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang (70 liter x Rp 1.350)
Rp 94.500 Persediaan Akhir Barang Dalam Proses: Dept I : 15 liter x Rp 50
Rp
BB X : 15 liter x 100 % x Rp 1.000
RP
TKL : 15 liter x 50 % x Rp 100
Rp
OH : 15 liter x 50% x Rp 100
6.6 Produk Hilang Awal Proses
Dalam pelaksanaan proses produksi sering terjadi produk yang dihasilkan, baik yang sudah jadi maupun yang masih dalam proses, jumlahnya tidak sama dengan unit yang masuk proses. Hal tersebut terjadi karena adanya produk yang hilang dalam proses produksi. Produk yang hilang dalam proses Dalam pelaksanaan proses produksi sering terjadi produk yang dihasilkan, baik yang sudah jadi maupun yang masih dalam proses, jumlahnya tidak sama dengan unit yang masuk proses. Hal tersebut terjadi karena adanya produk yang hilang dalam proses produksi. Produk yang hilang dalam proses
Dalam pelaksanaan proses produksi, produk hilang dapat terjadi pada awal proses, sepanjang proses atau pun pada akhir proses. Produk hilang sering diketahui pada saat inspeksi. Inspeksi itu dilakukan pada tengah proses atau pada akhir proses.
Produk yang hilang pada awal proses, dianggap belum menyerap biaya produksi. Oleh karena itu, unit produk hilang yang masuk dalam proses tidak ikut diperhitungkan dalam perhitungan ekuivalen unit. Adanya produk hilang di departemen I akan menaikkan harga pokok per satuan. Apabila produk hilang awal proses terjadi di departemen II, maka harga pokok produksi per unit produk yang ditransfer dari departemen I akan meningkat. Produk hilang pada awal proses di departemen II tidak diikutkan dalam perhitungan ekuivalen unit. Harga pokok dari departemen I dan departemen II per unit akan disesuaikan dalam penyusunan laporan harga pokok produksi.
Contoh 6:
Tuan Doloksaribu mempunyai usaha manufaktur, dimana produk yang diproses melewati dua departemen yaitu departemen I dan departemen II. Berikut adalah data produksi dan biaya yang terjadi dari kedua departemen:
Departemen I
Departemen II
Produk Masuk Proses
100 kg
Produk Selesai Ditransfer Ke Departemen II
90 kg
Unit Yang Hilang (Normal)
10 kg Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang
10 kg
80 kg Biaya-biaya selama periode tersebut:
Departemen I
Departemen II
Bahan Baku
Tenaga Kerja Langsung
Biaya Overhead Pabrik
Catatan: Pada contoh 6 ini, tidak ada persediaan akhir barang dalam proses, sehingga ekuivalen unit akan sama dengan unit yang sebenarnya. Sehingga, untuk departemen I dan departemen II, baik itu biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead memakai unit yang sebenarnya.
Tuan Dolok Saribu Laporan Harga Pokok Produksi Departemen I
DAFTAR KUANTITAS FISIK Produk Masuk Proses
100 Kg Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang
90 kg
Persediaan Akhir Barang Dalam Proses Unit Yang Hilang
100 kg PEMBEBANAN BIAYA
10 kg
Jumlah Biaya
EU
Harga Per EU
BB Rp 10.800
Total Rp 18.000
Rp
HARGA POKOK PRODUKSI Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang (90 kg x Rp 200)
Rp
Rp
Tuan Dolok Saribu Laporan Harga Pokok Produksi Departemen II
DAFTAR KUANTITAS FISIK Produk Masuk Proses
90 kg Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang
80 kg
Persediaan Akhir Barang Dalam Proses Unit Yang Hilang
90 kg PEMBEBANAN BIAYA
10 kg
Jumlah Biaya
EU
Harga Per EU
Dept I Rp
Total Rp
HARGA POKOK PRODUKSI Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang (80 kg x Rp 337)
6.7 Produk Hilang Akhir Proses
Produk yang hilang akhir proses dianggap telah menikmati biaya produksi. Oleh karena itu, produk hilang akhir proses ikut diperhitungkan dalam ekuivalen unit. Harga pokok yang di transfer ke departemen berikutnya atau ke gudang barang jadi yang dihtitung berdasarkan ekuivalen unit diatas, pada kenyataan jumlah unit yang ditransfer tidak termasuk unit yang hilang. Harga pokok per unit yang ditrasfer ke departemen berikutnya atau ke gudang barang jadi harus disesuaikan dengan produk yang hilang. Adanya produk yang hilang akhir proses mengakibatkan harga pokok per unit meningkat.
Terhadap produk yang ditransfer masuk tidak perlu dilakukan penyesuaian. Adanya produk yang hilang normal baik yang hilang awal maupun Terhadap produk yang ditransfer masuk tidak perlu dilakukan penyesuaian. Adanya produk yang hilang normal baik yang hilang awal maupun
Contoh 7:
Dengan memakai data-data dari contoh 6, tetapi produk yang siap diproses hilang pada akhir proses.
Tuan Dolok Saribu Laporan Harga Pokok Produksi Departemen I
DAFTAR KUANTITAS FISIK Produk Masuk Proses
100 Kg Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang
90 kg
Persediaan Akhir Barang Dalam Proses Unit Yang Hilang
100 kg PEMBEBANAN BIAYA
10 kg
Jumlah Biaya
EU
Harga Per EU
Total Rp
Peny: Hilang
HARGA POKOK PRODUKSI Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang (90 kg x Rp 200)
Rp
Rp
Tuan Dolok Saribu Laporan Harga Pokok Produksi Departemen II
DAFTAR KUANTITAS FISIK Produk Masuk Proses
90 kg Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang
80 kg
Persediaan Akhir Barang Dalam Proses Unit Yang Hilang
90 kg PEMBEBANAN BIAYA
10 kg
Jumlah Biaya
EU
Harga Per EU
Dept I Rp
Total Rp
Peny: Hilang
HARGA POKOK PRODUKSI Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang (80 kg x Rp 337)
Contoh 8:
PT. Cat Sejati memproduksikan cat yang diproses memakai dua departemen. Produk yang sudah selesai dari departemen I akan ditransfer ke departemen II untuk diproses lebih lanjut. Berikut ini data yang berkaitan dengan produksi bulan Mei 2015:
Departemen I
Departemen II
Produk Masuk Proses
750 kg
Produk Selesai Ditransfer Ke Departemen II
500 kg
Unit Yang Hilang
50 kg Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang
150 kg
350 kg Persediaan Akhir Barang Dalam Proses 100 % BB, 40 % Biaya Konversi
100 kg
, 50 % Biaya Konversi 100 kg Biaya-biaya selama periode tersebut:
Jumlah
Departemen I
Departemen II
- Tenaga Kerja Langsung
Bahan Baku
85.000 Biaya Overhead Pabrik
Apabila Hilang Awal Proses
Departemen I: Ekuivalen unit Bahan Baku
= 500 kg +(100kg x 100 %) = 500 kg + 100 kg = 600 Kg
Ekuivalen unit biaya konversi
= = 500 kg +(100kg x 40 %) = 500 kg + 40 kg = 540 kg
Departemen II: Ekuivalen unit biaya konversi
= = 350 kg +(100kg x 50 %) = 350 kg + 50 kg
= 400 kg
PT. Cat Sejati Laporan Harga Pokok Produksi Departemen I
DAFTAR KUANTITAS FISIK Produk Masuk Proses
750 kg Produk Selesai Ditransfer Ke Departemen II
500 Kg
Persediaan Akhir Barang Dalam Proses (100% BB, 40% Biaya Konversi)
100 Kg
Produk Hilang Awal Proses
750 kg PEMBEBANAN BIAYA
150 kg
Jumlah Biaya
EU
Harga Per EU
BB Rp 45.000
Rp
TKL Rp 70.200
OH Rp 64.800
Total Rp 180.000
Rp
HARGA POKOK PRODUKSI Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang (500 kg x Rp 325)
162.500 Persediaan Akhir Barang Dalam Proses: BB : 100 kgx 100%x Rp 75
Rp
Rp
TKL : 100 kg x 40% x Rp 130
Rp
OH : 100 kg x 40% x Rp 120
Rp
Rp
PT. Cat Sejati Laporan Harga Pokok Produksi Departemen II
DAFTAR KUANTITAS FISIK Produk Masuk Proses
500 kg Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang
350 kg
Persediaan Akhir Barang Dalam Proses (50% Biaya Konversi)
100 kg
Produk Hilang Awa Proses
500 kg PEMBEBANAN BIAYA
50 kg
Jumlah Biaya
EU
Harga Per EU
Dept I Rp
Set Penye Rp
Total Rp
HARGA POKOK PRODUKSI Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang (350 kg x Rp 798,6)
Rp 279.510 Persediaan Akhir Barang Dalam Proses: Dept I : 100 kg x Rp 361,1
Rp
TKL : 100 kg x 50 % x Rp 212,5
Apabila Hilang Akhir Proses
Departemen I: Ekuivalen unit Bahan Baku
= 500 kg +(100kg x 100 %) +150 kg = 500 kg + 100 kg +150 kg = 750 Kg
Ekuivalen unit biaya konversi = = 500 kg +(100kg x 40 %) +150 kg = 500 kg + 40 kg + 150 kg = 690 kg
PT. Cat Sejati Laporan Harga Pokok Produksi Departemen I
DAFTAR KUANTITAS FISIK Produk Masuk Proses
750 kg Produk Selesai Ditransfer Ke Departemen II
500 Kg
Persediaan Akhir Barang Dalam Proses (100% BB, 40% Biaya Konversi)
100 Kg
Produk Hilang Akhir Proses
750 kg PEMBEBANAN BIAYA
150 kg
Jumlah Biaya
EU
Harga Per EU
Total Rp 180.000
Rp
HARGA POKOK PRODUKSI Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang (500 kg x Rp 255,65)
Rp
Produk Hilang (150 kg x Rp 255,65)
Setelah Disesuaikan
166,174 Persediaan Akhir Barang Dalam Proses: BB : 100 kgx 100%x Rp 60
TKL : 100 kg x 40% x Rp 101,74
Rp
OH : 100 kg x 40% x Rp 93,91
Departemen II: Ekuivalen unit biaya konversi
= 350 kg +(100kg x 50 %) + 50 kg = 350 kg + 50 kg + 50 kg = 450 kg
PT. Cat Sejati Laporan Harga Pokok Produksi Departemen II
DAFTAR KUANTITAS FISIK Produk Masuk Proses
500 kg Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang
350 kg
Persediaan Akhir Barang Dalam Proses (50% Biaya Konversi)
100 kg
Produk Hilang Akhir Proses
500 kg PEMBEBANAN BIAYA
50 kg
Jumlah Biaya
EU
Harga Per EU
Dept I Rp
Total Rp
HARGA POKOK PRODUKSI Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang (350 kg x Rp 721,234)
Rp
Produk Hilang (50 kg x Rp 721,234)
Setelah Disesuaikan Rp 288.493,6 Persediaan Akhir Barang Dalam Proses: Dept I : 100 kg x Rp 332,345
Rp
TKL : 100 kg x 50 % x Rp 188,889
6.8 Pengaruh Persediaan Barang Dalam Proses Apabila Ada Persediaan Awal
Perusahaan yang memproduksikan barangnya secara terus menerus jarang sekali tidak mempunyai persediaan awal. Apabila perusahaan tersebut tidak mempunyai persediaan awal, kemungkinan perusahaan itu baru berdiri. Perusahaan yang sifat produksinya terus menerus pasti akan mempunyai persediaan awal dan persediaan akhir . Persediaan awal pada periode sekarang itu diperoleh dari persediaan akhir dari periode sebelumnya. Adanya persediaan awal akan menimbulkan persoalan di periode tersebut. Perhitungan Perusahaan yang memproduksikan barangnya secara terus menerus jarang sekali tidak mempunyai persediaan awal. Apabila perusahaan tersebut tidak mempunyai persediaan awal, kemungkinan perusahaan itu baru berdiri. Perusahaan yang sifat produksinya terus menerus pasti akan mempunyai persediaan awal dan persediaan akhir . Persediaan awal pada periode sekarang itu diperoleh dari persediaan akhir dari periode sebelumnya. Adanya persediaan awal akan menimbulkan persoalan di periode tersebut. Perhitungan
6.9 Metode Rata-rata Tertimbang (Weighted Average Cost)
Metode ini memakai bahwa persediaan awal barang dalam proses akan diproses menjadi barang jadi bersamaan dengan bahan yang masuk proses periode tersebut. Tidak ada perbedaan antara produk selesai yang berasal dari persediaan awal barang dalam proses dengan produk selesai yang berasal dari produk baru. Hanya ada satu macam harga pokok untuk seluruh produk selesai, yaitu harga pokok rata-rata tertimbang. Maka, perhitungan harga pokok produksi dilakukan dengan menambahkan biaya yang melekat pada persediaan awal barang dalam proses dengan biaya yang terjadi selama periode ini kemudian dibagi dengan ekuivalen unit.
Contoh 9:
CV. Minyak Angin Sehat sewaktu melakukan proses produksi melewati dua departemen produksi. Berikut data-data bulan Februari 2015 yang dapat diperoleh dari CV. Minyak Angin Sehat:
Departemen I
Departemen II
Unit Produk: Persediaan Awal Barang Dalam Proses 100 % Bahan, 40% Biaya Konversi
68.000 unit
100 % Bahan, 20% Biaya Konversi 102.000 unit Produk Masuk Proses
680.000 unit
Ditransfer Ke Departemen II
595.000 unit
Unit Bahan Yang Tambah 85.000 unit Ditransfer Ke Gudang
748.000 unit Persediaan Akhir Barang Dalam Proses 100 % Bahan, 60% Biaya Konversi
153.000 unit
100 % Bahan, 30% Biaya Konversi 34.000 unit
Biaya-Biaya: Persediaan Awal Barang Dalam Proses Dept 1
680.000 Bahan Baku Langsung
Rp
Rp
204.000 Tenaga Kerja Langsung
174.760 Biaya Overhead Pabrik
1.136.960 Periode Sekarang:
1.360.000 Tenaga Kerja Langsung
Bahan Baku Langsung
1.190.000 Biaya Overhead Pabrik
3.230.000 Departemen I:
Ekuivalen unit Bahan Baku = 595.000 unit +(153.000 x 100 %) = 595.000 unit + 153.000 unit = 748.000 unit
Ekuivalen unit biaya konversi = 595.000 unit +(153.000 x 60 %) = 595.000 unit + 91.800 unit = 686.800 unit
Departemen II: Ekuivalen unit Bahan Baku
= 748.000 unit +(34.000 x 100 %) = 748.000 unit + 34.000 unit = 782.000 unit
Ekuivalen unit biaya konversi
= 748.000 unit +(34.000 x 30 %) = 748.000 unit + 10.200 unit = 758.200 unit
CV. Minyak Angin Sehat Laporan Harga Pokok Produksi Departemen I Bulan Februari 2015
DAFTAR KUANTITAS FISIK
Persediaan Awal Barang Dalam Proses 100 % Bahan, 40% Biaya Konversi
68.000 unit Produk Masuk Proses
680.000 Unit Produk Selesai Ditransfer Ke Departemen II
595.000 unit Persediaan Akhir Barang Dalam Proses (100% BB, 60% Biaya Konversi)
153.000 unit PEMBEBANAN BIAYA
Harga Per EU BB Rp
Pers Awal
Sekarang
Jumlah Biaya
EU
Rp 3,50 TKL
Rp 1,40 OH
Rp 2,50 Total
Rp 7,40 HARGA POKOK
PRODUKSI Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang (595.000 unit x Rp 7,4) Persediaan Akhir Barang Dalam Proses:
BB : 153.000 unit x 100%x Rp 3,5
Rp
TKL : 153.000 unit x 40% x Rp1,4
Rp
OH : 153.000 unit x 40% x Rp 2,5
Rp
CV. Minyak Angin Sehat Laporan Harga Pokok Produksi Departemen II Bulan Februari 2015
DAFTAR KUANTITAS FISIK Persediaan Awal Barang Dalam Proses 100 % Bahan, 20% Biaya Konversi
102.000 unit Produk Masuk Proses
595.000 Unit Unit Bahan Yang Tambah
85.000 unit Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang
748.000 unit Persediaan Akhir Barang Dalam Proses (100% BB, 30% Biaya Konversi)
34.000 unit PEMBEBANAN BIAYA
Harga Per EU Dept I Rp
Pers Awal
Sekarang
Jumlah Biaya
EU
Rp 6,50 BB Rp
Rp 2,00 TKL
Rp 1,80 OH
Rp 1,00 Total
Rp 11,30 HARGA POKOK PRODUKSI
Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang Rp (748.000 unit x Rp 11,3) Persediaan Akhir Barang Dalam Proses:
Dept 1: 34.000 unit x Rp 6,5
Rp
BB : 34.000 unit x 100%x Rp 2
Rp
TKL : 34.000 unit x 30% x Rp1,8
Rp
OH : 34.000 unit x 30% x Rp 1
Rp
Rp
6.10 Metode FIFO
Metode FIFO menganggap bahwa persediaan awal akan terlebih dahulu diproses sampai menjadi barang jadi, baru kemudian memproses produk yang baru masuk proses. Unit persediaan awal akan terpisah dilaporkan dibandingkan dengan unit produk yang baru masuk proses. Biaya yang berhubungan dengan persediaan awal dibedakan dengan biaya produk jadi yang berasal dari unit masuk proses pada periode yang bersangkutan. Adanya pemisahan tersebut sehingga perhitungan ekuivalen unit juga harus dipisahkan.
Contoh untuk metode FIFO, kita memakai contoh 9. Departemen I:
Ekuivalen unit BB = 595.000 unit - (68.000 x 100 %) + (153.000 unit x 100%)
= 595.000 unit – 68.000 unit + 153.000 unit = 680.000 unit
Ekuivalen unit BK = 595.000 unit - (68.000 x 40 %) + (153.000 unit x 60%)
= 595.000 unit – 27.200 unit + 91.800 unit = 659.600 unit
Departemen II: Ekuivalen unit BB = 748.000 unit - (102.000 x 100 %) + (34.000 unit x 100%)
= 748.000 unit – 102.000 unit + 34.000 unit = 680.000 unit
Ekuivalen unit BK = 748.000 unit - (102.000 x 20 %) + (34.000 unit x 30%)
= 748.000 unit – 20.400 unit + 10.200 unit = 737.800 unit
CV. Minyak Angin Sehat Laporan Harga Pokok Produksi Departemen I Bulan Februari 2015
DAFTAR KUANTITAS FISIK Persediaan Awal Barang Dalam Proses 100 % Bahan, 40% Biaya Konversi
68.000 unit
Produk Masuk Proses
748.000 unit Produk Selesai Ditransfer Ke Departemen II
680.000 Unit
595.000 unit
Persediaan Akhir Barang Dalam Proses (100% BB, 60% Biaya Konversi)
748.000 Unit PEMBEBANAN BIAYA
Harga Per EU
BB Rp 2.380.000
OH Rp 1.530.000
Pers Awal Rp
Total Rp 5.296.520
Rp
HARGA POKOK PRODUKSI Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang Persediaan Awal
BB Rp 238.000
Penyelesaian Persediaan Awal BB: (100% - 100%) x 68.000 unit x Rp 3,5
Rp
TKL: (100% - 40%) x 68.000 unit x Rp 1,29
Rp
OH: (100% - 40%) x68.000 unit x Rp 2,32
Produksi Yang Dikerjakan Sekarang: (595.000 unit- 68.000 unit) x Rp 7,11) Rp
Harga Pokok Produksi Yang Ditransfer Ke Departemen II Rp 4.430.778 Persediaan Akhir Barang Dalam Proses: BB : 153.000 unit x 100%x Rp 3,5
Rp
TKL : 153.000 unit x 60% x Rp1,29
Rp
OH : 153.000 unit x 60% x Rp 2,32
Rp
Rp 866.898 Rp
CV. Minyak Angin Sehat Laporan Harga Pokok Produksi Departemen II Bulan Februari 2015
DAFTAR KUANTITAS FISIK Persediaan Awal Barang Dalam Proses 100 % Bahan, 20% Biaya Konversi
102.000 unit
Produk Masuk Proses
595.000 Unit
Unit Bahan Yang Tambah
782.000 unit Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang
85.000 unit
748.000 unit
Persediaan Akhir Barang Dalam Proses (100% BB, 30% Biaya Konversi)
782.000 unit PEMBEBANAN BIAYA
Harga Per EU
Dept I Rp 4.430.778
Set Penye Rp 4.430.778
BB Rp 1.360.000
TKL Rp 1.190.000
OH Rp 680.000
Pers Awal Rp 1.136.960 Total
HARGA POKOK PRODUKSI Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang Persediaan Awal Dept 1
Rp 680.000 BB Rp 204.000
Penyelesaian Persediaan Awal BB: (100% - 100%) x 102.000 unit x Rp 2
Rp
TKL: (100% - 20%) x 102.000 unit x Rp 1,61
Rp
75.072 Rp 1.343.408 Produksi Yang Dikerjakan Sekarang: (748.000 unit-102.000) x Rp 11,05)
OH: (100% - 20%) x 102.000 unit x Rp 0,92
Rp
Rp 7.138.300 Harga Pokok Produksi Yang Ditransfer Ke Departemen II
Rp 8.481.708 Persediaan Akhir Barang Dalam Proses: Dept I : 34.000 unit x Rp 6,52
Rp
BB : 34.000 unit x 100%x Rp 2
Rp
TKL : 34.000 unit x 30% x Rp1,61
Rp
OH : 34.000 unit x 30% x Rp 0,92
Rp
Rp 315.486 Rp
LATIHAN
1. CV. Lukis Sejati memproduksikan wallpaper. Berikut ini adalah data yang terjadi selama bulan Februari 2015: Data Fisik:
Persediaan Awal Barang Dalam Proses - Produk Yang Masuk Proses
185.000 unit Barang Yang Selesai Diproduksi
175.000 unit Persediaan Akhir Barang Dalam Proses (100 % BB dan 80 % biaya Konversi)
10.000 unit Data Biaya: Biaya Bahan Baku
Rp16.095.000 Tenaga Kerja Langsung
6.771.000 Biaya Overhead Pabrik
a. Hitunglah ekuivalen unit produk untuk bahan baku, tenaga kerja
langsung dan overhead pabrik!
b. Buatlah laporan harga pokok produksi!
2. CV. Kudapan Manis memproses produk makanan melewati 2 departemen,
yaitu departemen 1 dan departemen 2. Catatan yang diperoleh dari bagian akuntansi adalah sebagai berikut:
Departemen 1
Departemen 2
Produk Masuk Proses
420.000 unit
Produk Selesai Diterima Dari Departemen I 360.000 unit Persediaan Akhir Barang Dalam Proses 100 % BB, 20 % Biaya Konversi
60.000 unit
70 % Biaya Konversi 72.000 unit
Biaya-biaya selama periode tersebut:
Departemen 1
Departemen 2
- Tenaga Kerja Langsung
Bahan Baku
169.200 Biaya Overhead Pabrik
135.360 Diminta: Buatlah harga pokok produksi untuk departemen 1 dan
3. PT. Medan sukses merupakan perusahaan manufaktur, dimana pada saat operasional perusahaannya melewati 2 departemen produksi, departemen
A dan departemen B. Bagian akuntansi perusahaan tersebut mencatat data-data sebagai berikut:
Departemen A
Departemen B
Produk Masuk Proses
35.000 unit
Produk Selesai Ditransfer Ke Departemen B
30.000 unit
Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang 21.000 unit Persediaan Akhir Barang Dalam Proses 100 % BB, 20 % Biaya Konversi
??? unit
40 % Biaya Konversi ??? unit
Biaya-biaya selama periode tersebut:
Departemen A
Departemen B
- Tenaga Kerja Langsung
Bahan Baku
861.000 Biaya Overhead Pabrik
738.000 Tidak ada produk yang hilang dalam proses produksi.
Diminta: Buatlah laporan harga pokok produksi untuk kedua departemen produksi tersebut!
4. Tuan Simon pemilik CV. Sinar Tunggal menggunakan 2 departemen produksi. Proses dimulai dari departemen X. Produk yang telah selesai diproses departemen X, kemudian diproses di departemen Y. Di departemen Y, bahan lain ditambahkan pada awal proses produksi. Pemakaian bahan di departemen Y mengakibatkan unit yang diproduksi ikut bertambah sebanyak unit yang ditambahkan. Berikut data-data yang dimiliki oleh Tuan Simon pada bulan Maret 2015:
Departemen X
Departemen Y
Produk Masuk Proses
1.040.000 unit
Produk Selesai Ditransfer Ke Departemen Y
988.000 unit
Unit Yang Ditambahkan 12.000 unit Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang
900.000 unit Persediaan Akhir Barang Dalam Proses 100 % BB, 30 % Biaya Konversi
52.000 unit
100 % BB, 65 % Biaya Konversi 100.000 unit
Biaya-biaya yang dikeluarkan selama bulan Maret 2015 sebagai berikut:
Departemen X
Departemen Y
2.000.000 Tenaga Kerja Langsung
Bahan Baku
Rp 2.600.000
Rp
3.088.000 Biaya Overhead Pabrik
Rp 3.763.500
Rp
2.306.350 Diminta: Buatlah laporan harga pokok produksi untuk kedua departemen
Rp 1.254.500
Rp
produksi tersebut!
5. Berikut ini adalah data yang tersedia di departemen C pada CV. Sentosa Jaya: Unit yang ditransfer ke departemen C
1.155.000 unit Unit yang ditambahkan
105.000 unit Unit yang ditransfer ke departemen D
1.008.000 unit
Persediaan akhir barang dalam proses departemen C (100 % BB dan 70% biaya konversi)
252.000 unit Harga pokok produksi dari departemen C
529.200 Biaya Tambahan di departemen C:
675.108 Diminta: Buatlah laporan harga pokok produksi untuk departemen C !
Overhead Pabrik
Rp
6. Minuman ringan cap Segar menggunakan bahan baku sirup, air dan cairan zat asam. Sirup dimasukkan dalam proses produksi di departemen 1. Sirup yang telah diproses dari departemen 1 kemudian ditransfer ke departemen
2. Di departemen 2 akan ditambahkan air (harga air per liter Rp 0) pada awal proses dan zat asam ditambahkan pada akhir proses. Setiap liter sirup yang ditransfer ke departemen 2 membutuhkan 2 liter air dab 1 liter zat asam untuk menghasilkan produk jadi. Selam proses produksi tidak ada produk hilang. Selama bulan Agustus 2015, 100.000 liter telah ditransfer ke departemen 2 senilai Rp 45 per liter. Dari produk yang ditransfer tersebut,
75 % telah selesai menjadi produk jadi. Persediaan akhir bulan Agustus 2015, terdapat 45 % biaya konversi selesai. Biaya yang terjadi selama bulan Agustus 2015 di departemen 2:
Biaya Bahan Air Per liter
Rp 0
Biaya Bahan Zat Asam
Rp 100 per liter
Biaya tenaga kerja langsung Rp 6.007.500 Biaya overhead pabrik
Rp 7.008.750
Diminta:
a. Berapa liter air yang ditambahkan untuk proses produksi di departemen
b. Berapa liter zat asam yang ditambahkan untuk proses produksi di
departemen 2?
c. Buatlah laporan harga pokok produksi untuk departemen 2 !
7. CV. Sejati Jaya memproses produksi melalui dua departemen produksi, yaitu departemen X dan departemen Y. Dalam bulan Juni 2015, laporan produksi dan biaya menunjukkan data sebagai berikut:
Departemen X
Departemen Y
1.250 kg Produk Selesai Ditransfer Ke Departemen Y
Produk Masuk Proses
1.750 kg
1.250 kg
Unit Yang Hilang Akhir Proses
200 kg
Unit Yang Hilang Awal Proses 150 kg Produk Selesai Ditransfer Ke Gudang
900 kg Persediaan Akhir Barang Dalam Proses 100 % BB, 50 % Biaya Konversi
300 kg
100 % BB, 75 % Biaya Konversi 200 kg
Biaya-biaya yang dikeluarkan selama bulan Juni 2015 sebagai berikut:
Departemen X
Departemen Y
Bahan Baku
- Tenaga Kerja Langsung
Rp 1.050.000
Rp
2.047.500 Biaya Overhead Pabrik
1.968.750 Diminta: Buatlah laporan harga pokok produksi untuk masing-masing
8. Berikut ini adalah data-data unit produksi yang terjadi di suatu departemen produksi untuk 4 bulan pada tahun 2015:
Januari
Februari
Maret April
Pers Awal BDP
15.000 Tingkat Penyelesaian
40% Unit Masuk Proses
55.000 60.000 Unit Selesai Proses
40.000 50.000 Pers Akhir BDP
15.000 25.000 Tingkat Penyelesaian
a. Hitunglah ekuivalen unit tiap bulan dengan menggunakan metode rata-
rata!
b. Hitunglah ekuivalen unit tiap bulan dengan menggunakan metode FIFO!
9. Ada data-data dari suatu departemen:
Departemen I Departemen II Departemen III
25.000 Tingkat Penyelesaian
Pers Awal BDP
20% Unit Masuk Proses
75.000 Unit Hilang Normal: Awal Proses
- Akhir Proses
5.000 Unit Selesai Proses
95.000 Pers Akhir BDP
- Tingkat Penyesuaian
a. Hitunglah ekuivalen unit masing-masing departemen memakai metode
rata-rata!
b. Hitunglah ekuivalen unit masing-masing departemen memakai metode
FIFO!
10. CV. Aroma Sejahtera memiliki data untuk bulan Januari 2015 sebagai berikut: persediaan awal barang dalam proses sejumlah 3.600 unit dengan 10. CV. Aroma Sejahtera memiliki data untuk bulan Januari 2015 sebagai berikut: persediaan awal barang dalam proses sejumlah 3.600 unit dengan
a. Buatlah laporan harga pokok produksi jika perusahaan menggunakan
metode rata-rata!
b. Buatlah laporan harga pokok produksi jika perusahaan menggunakan
metode FIFO!
11.Berikut ini data-data produksi dari CV. Indah Jaya untuk bulan November 2014: Produk Masuk Proses
85.000 unit Persediaan Awal Barang Dalam Proses (100 % BB, 83,33% Biaya Konversi)
15.300 unit Barang Jadi Yang Ditransfer Ke Departemen Berikutnya 76.500 unit Biaya Persediaan Awal Barang Dalam Proses:
Bahan Baku
113.900 Biaya Konversi
Rp
52.275 Biaya Yang Terjadi Selama Bulan November 2014: Bahan Baku
Rp
Rp
272.765 Tingkat penyelesaian persediaan awal barang dalam proses adalah 25 % bahan baku dan 20 % biaya konversi. Tidak ada produk yang hilang dalam proses produksi. Diminta:
Biaya Konversi
Rp
a. Hitunglah ekuivalen unit dengan menggunakan metode rata-rata!
b. Buatlah laporan harga pokok produksi dengan metode rata-rata!
12. PT. Kuku Indah adalah perusahaan manufaktur yang memproduksikan cat kuku. Cat kuku yang yang diproduksikan oleh perusahaan ini diproduksi di tiga departemen. Bahan dasar cat diproduksikan di departemen 1. Di departemen 2 akan ditambahkan bahan lain dengn tujuan untuk meningkatkan kualitas. Produk yang sudah selesai akan dikirim ke gudang. Berikut ini adalah data-data untuk departemen 1 dan departemen 2 pada bulan Agustus 2015:
Departemen
Departemen I II
Unit Produk: Persediaan Awal Barang Dalam Proses
100 % Bahan, 40% Biaya Konversi
35.000 unit
100 % Bahan, 50% Biaya Konversi
56.000 unit Produk Masuk Proses
175.000 unit
Ditransfer Ke Departemen II
196.000 unit
Ditransfer Ke Gudang 231.000 unit Persediaan Akhir Barang Dalam Proses
100 % Bahan, 80% Biaya Konversi
100 % Bahan, 50% Biaya Konversi
Biaya-Biaya: Persediaan Awal Barang Dalam Proses Dept 1
Rp 317.240 Bahan Baku Langsung
Rp
Rp - Biaya Konversi
Rp
70.000
Rp 117.600 Total
Rp
48.300
Rp 434.840 Periode Sekarang:
Rp
118.300
Rp 265.650 Biaya Konversi
Bahan Baku Langsung
Rp
404.600
Rp 896.700 Total
Rp
666.540
Rp 1.162.350 Diminta:
Rp
1.071.140
a. Buatlah laporan harga pokok produksi untuk masing-masing departemen dengan menggunakan metode rata-rata!
b. Buatlah laporan harga pokok produksi untuk masing-masing departemen dengan menggunakan metode FIFO!