TINJAUAN PUSTAKA
B. Kajian Empiris
Soeryadie (2003) meneliti mengenai “Efektivitas Pemungutan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) di Propinsi DKI Jakarta” menganalisis pelaksanaan koordinasi dan administrasi perpajakan yang dapat menunjang optimalisasi pemungutan BPHTB. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan pemungutan BPHTB di Propinsi DKI Jakarta tahun 1998 sampai dengan tahun 2002 sudah cukup efektif. Hal ini dapat dilihat dari tercapainya target penerimaan BPHTB.
Utomo (2006) meneliti mengenai kontribusi pajak reklame terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Kudus Tahun 2000 – 2004. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa potensi pajak reklame sebagai salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah sangat potensial, hal ini bisa dilihat dalam daftar penerimaan pajak reklame yang setiap tahunnya selalu mengalami kenaikkan. Pajak reklame bersifat elastis terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), dari hasil perhitungan elastisitas pajak reklame terhadap PDRB adalah E > 1. Pajak reklame bersifat elastis terhadap jumlah penduduk, karena menurut perhitungan elastisitasnya pajak reklame terhadap jumlah penduduk diperoleh E > 1. Pajak reklame elastis terhadap laju inflasi, karena dari hasil perhitungan diperoleh E > 1. Sedangkan kontribusi pajak reklame terhadap Pendapatan Asli Daerah walaupun masih kecil yang rata-ratanya 0,97% akan tetapi cukup berarti dalam pembiayaan penyelenggaraan pemerintah. Upaya pemerintah dalam meningkatkan penerimaan pajak reklame sudah cukup baik dan selalu berkembang demi kemajuan bersama, hal ini bisa dilihat dari peran pemerintah yang selalu berusaha meningkatkan penerimaannya dengan cara mengevaluasi, mengkaji kembali dan apabila diperlukan menaikkan pengenaan tarif yang berdasarkan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku, dan faktor-faktor yang menjadi pendukung antara lain informasi dan data objek pajak reklame, media komunikasi sudah cukup dimanfaatkan sebaik mungkin.
Wicaksono (2007) dalam studi kasusnya mengenai efektivitas implementasi Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2000 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1997 tentang Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan di Kota Salatiga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kebijakan Pemerintah Kota Salatiga dalam pemungutan BPHTB adalah berdasarkan UU BPHTB dan peraturan pelaksananya, dan juga peraturan daerah yang mengatur mengenai BPHTB; pelaksanaan pemungutan BPHTB di Kota Salatiga berdasarkan UU BPHTB dilaksanakan oleh Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan Ungaran, Badan Pertanahan Nasional Kota Salatiga, Dewan Pengelolaan Keuangan Daerah Kota Salatiga, para PPAT / notaris Kota Salatiga dan bank persepsi untuk Kota Salatiga yaitu Bank Mandiri; dan efektivitas UU BPHTB terhadap pelaksanaan pemungutan BPHTB di Kota Salatiga dapat disimpulkan berjalan dengan efektif, hal ini dapat diketahui dari hasil penerimaan dari pajak BPHTB yang tiap tahun berhasil melampaui target yang ditetapkan, dan dapat mengatasi kendala-kendala yang menghambat dalam pelaksanaan pemungutan BPHTB tersebut.
Syahelmi (2008) menganalisis Elastisitas, Efisiensi, Dan Efektifitas PAD Sumatera Utara Dalam Era Otonomi Daerah” menganalisis perkembangan posisi kemampuan keuangan daerah propinsi Sumatera Utara dalam pelaksanaan Otonomi Daerah. Studi ini dibatasi pada sisi pendapatan dan berfokus pada aspek PAD provinsi. Hasil kajian ini antara lain menyimpulkan bahwa: (1) posisi fiskal yang ditunjukkan oleh upaya pajak belum menunjukkan hasil yang signifikan dimana hasil perhitungan adalah bervariasi antara 5 sampai 9 kurang dari seratus (<100), (2) tingkat elastisitas PAD terhadap PDRB Sumatera Utara bisa dikatakan cukup tinggi yaitu sebesar 7.95 hal ini menunjukkan bahwa perubahan PDRB Sumatera Utara akan merespon perubahan yang signifikan terhadap PAD Sumatera Utara (Sebesar 7.95%). (3) Tingkat efisiensi PAD Sumatera
Utara masih rendah hal ini ditunjukkan oleh hasil perhitungan yaitu bervariasi antara 79,79% sampai 81.57 masih dibawah seratus persen. (4) Tingkat efektifitas PAD Sumatera Utara bisa dikatakan sudah cukup efektif hal ini ditunjukkan dari hasil perhitungan yang lebih dari 100% kecuali untuk tahun 2001 yaitu sebesar 93.09%.
Devi (2011) dalam studi kasusnya di Kabupaten Karanganyar mengenai efektivitas penerimaan pajak Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) sebagai Pendapatan Asli Daerah. Hasil dari penelitian ini adalah pada tahun 2008 sampai dengan tahun 2010 tingkat efektivitas mengalami kenaikan penerimaan pajak BPHTB dari tahun ke tahun, sedangkan dari tahun 2011 pada bulan January sampai bulan April mengalami pasang surut penerimaan pajak. Akan tetapi, tingkat efektivitas pada tahun 2008 sampai dengan 2010 dan pada tahun 2011 bulan January sampai bulan April sudah dapat dikatakan efektif, karena persentasenya telah melampaui indicator efektivitas 100%. Berdasarkan hasil penelitian, peneliti memberikan beberapa usul yaitu menambahkan sumber daya manusia untuk menangani pelaksanaan verifikasi data BPHTB, bekerjasama dengan PPAT/Notaris untuk memotivasi mengajak untuk mendorong menetapkan harga transaksi, dan meningkatkan kesadaran Wajib Pajak untuk membayar pajak dengan cara DPPKAD memberikan penyuluhan dan sosialisasi kepada masyarakat tentang Peraturan Bupati Karanganyar Nomor 8 Tahun 2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 14 tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.
C. Kerangka Konseptual
Dalam membiayai pembangunan salah satu upaya pemerintah daerah adalah menyerap pendapatan dari sektor pajak. Hal demikian juga dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Ngawi sebagai upaya untuk peningkatan pajak daerah khusunya BPHTB secara optimal guna mengisi kas daerah dalam membiayai pembangunan.
Kerangka konseptual penelitian ini bahwa efektivitas dan elastisitas pemungutan BPHTB akan memberikan kontribusi positif kepada PAD Kabupaten Ngawi. Maka pemungutan BPHTB harus diupayakan seefektif mungkin agar mencerminkan PDRB yang baik bagi Pemerintah Kabupaten Ngawi.
Efektivitas BPHTB
Pendapatan Asli Daerah
(PAD)
Elastisitas BPHTB
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual