METODE PENILITIAN

METODE PENILITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di SMA Negeri 2 Boyolali yang beralamat di Jalan Tentara Pelajar No. 06, Kebonbimo, Boyolali, pada kelas X semester 2 tahun pelajaran 2011/ 2012.

2. Waktu Penelititan

Penelitian telah dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2011/ 2012. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan secara bertahap. Adapun tahap-tahap pelaksanaannya disajikan pada Gambar 3.1.

Jenis Kegiatan Penelitian

Bulan ke- (tahun pelajaran 2011/ 2012) 01 02 03 04 05 06 07 1. Tahap Persiapan Penelitian

a. Pengajuan judul skripsi b. Penyusunan proposal c. Penyusunan instrumen penelitian d. Seminar proposal e. Perijinan penelitian

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

a. Uji coba instrumen penelitian b. Menganalisis hasil uji coba c. Merevisi instrumen penelitian d. Penentuan sampel e. Penerapan metode pembelajaran f. Pengambilan data (postes)

3. Tahap Penyelesaian

a. Analisa data b. Penyusunan draf c. Pengetikan skripsi d. Pelaksanaan ujian skripsi dan revisi

Gambar 3.1 Rincian Waktu Pelaksanaan Kegiatan Penelitian Penerapan Metode Socratic Circles Disertai Media Gambar

commit to user

1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen semu (quasi experimental research ) karena tidak semua variabel yang relevan dapat dikendalikan dan dimanipulasi oleh peneliti (Azwar, 2001; Darmadi, 2011). Tujuan penelitian eksperimen adalah untuk mengetahui kemungkinan adanya hubungan sebab-akibat antara variabel-variabel dalam penelitian dengan memberi perlakuan-perlakuan tertentu pada dua kelompok eksperimen.

Rancangan penelitian ini adalah Posstest-Only Control Group Design yang dapat dilihat pada Tabel 3.1. Penggunaan rancangan penelitian Posstest- Only Control Group Design didasarkan pada asumsi bahwa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang diambil sudah betul-betul equivalen, tujuan penggunaan desain ini yaitu untuk mengetahui perbandingan pencapaian antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol.

Tabel 3.1 Rancangan Penelitian Posstest-Only Control Group Design

Menurut Darmadi (2011) Group

Variabel Terikat

Posttest

Eksperimen (R)

X 1 O Kontrol (R)

X 2 O (Sumber: Darmadi, 2011)

Keterangan: R : Random assigment (pemilihan kelompok secara random)

X 1 : Perlakuan (treatment) yang diberikan kepada kelompok eksperimen yaitu berupa pembelajaran dengan menggunakan metode Socratic Circles disertai media gambar

X 2 : Perlakuan (treatment) yang diberikan kepada kelompok kontrol yaitu berupa pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah-diskusi- presentasi

O : Pemberian tes kemampuan berpikir kreatif yang diberikan kepada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

Rancangan ini menggunakan dua kelompok subjek, dimana kedua kelompok diberi perlakuan atau treatment yang berbeda. Dua kelompok subjek penelitian dipilih secara acak atau random (Setyosari, 2010). Kelas

commit to user

kedua adalah kelas X-2 sebagai kelompok kontrol. Kelompok eksperimen dan kelompok kontrol tersebut sama-sama mendapatkan perlakuan, tetapi masing- masing mendapatkan perlakuan yang berbeda. Kelompok eksperimen diberikan perlakuan pembelajaran dengan menggunakan metode Socratic Circles disertai media gambar sedangkan kelompok kontrol diberikan perlakuan pembelajaran dengan metode ceramah disertai diskusi dan presentasi. Selanjutnya, kedua kelompok tersebut diberi posttest di akhir pembelajaran (Sugiyono, 2011). Hasil posttest kemudian diolah dan dianalisis untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh penerapan metode Socratic Circles disertai media gambar terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa.

2. Variabel Penelitian

Variabel adalah segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan dalam penelitian (Setyosari, 2010; Widoyoko, 2012). Variabel dalam penelitian ini terdiri dari satu variabel bebas dan satu variabel terikat, yaitu:

a. Variabel Bebas Variabel bebas (independent variable) merupakan variabel yang menjadi sebab munculnya variabel terikat (Darmadi, 2011; Sugiono, 2011). Variabel bebas dipilih oleh peneliti untuk dicari pengaruhnya terhadap variabel terikat (dependent variable). Variable bebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran dengan metode Socratic Circles disertai media gambar dan pembelajaran dengan metode ceramah disertai diskusi dan presentasi.

b. Variabel Terikat Variabel terikat (dependent variable) merupakan variabel yang kehadirannya dipengaruhi oleh variabel bebas (Darmadi, 2011; Sugiono, 2011). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan berpikir kreatif siswa yang meliputi aspek fluency, flexibility, originality dan elaboration .

Keterkaitan antara variabel bebas yang berupa metode pembelajaran Socratic Circles disertai media gambar dengan metode pembelajaran ceramah disertai diskusi dan presentasi terhadap variabel terikat yang berupa

commit to user

Skema paradigma penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.2.

Keterangan:

X : Pembelajaran

X 0 : Pembelajaran metode ceramah-diskusi-presentasi (kontrol)

X 1 : Pembelajaran metode Socratic Circles disertai media gambar

(eksperimen) Y

: Kemampuan berpikir kreatif

X 0 Y : Kemampuan berpikir kreatif kelompok kontrol

X 1 Y : Kemampuan berpikir kreatif kelompok eksperimen

Gambar 3.2 Paradigma Penelitian

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi Penelitian

Populasi merupakan himpunan objek atau subjek yang mempumyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Darmadi, 2011; Sugiyono, 2011). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X semester 2 SMA Negeri 2 Boyolali tahun pelajaran 2011/ 2012. Populasi dikelompokkan ke dalam tujuh kelompok secara acak dengan jumlah siswa setiap kelompok antara 31 sampai 34 siswa.

2. Sampel Penelitian

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi yang dijadikan objek penelitian (Darmadi, 2011; Sugiyono, 2011). Pengambilan sampel dilakukan karena keterbatasan peneliti dalam penelitian yang tidak mampu memberi perlakuan terhadap seluruh populasi, sehingga hanya mengambil sebagian dari populasi sebagai sampel yang dapat mewakili seluruh populasi. Sugiyono (2011) menambahkan bahwa sampel yang diambil

commit to user

dapat diberlakukan untuk populasi. Sampel dalam penelitian adalah dua kelas yang ada di kelas X SMA Negeri 2 Boyolali yaitu kelas X-3 sebagai kelompok eksperimen yang terdiri dari 32 siswa dan kelas X-2 sebagai kelompok kontrol yang terdiri dari 31 siswa.

D. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah cluster random sampling . Cluster random sampling merupakan cara pengambilan sampel secara random dimana sampel yang dipilih sudah dalam kelompok- kelompok tertentu, dimana setiap kelompok mempunyai karakteristik yang sama (Darmadi, 2011). Teknik tersebut memandang populasi sebagai kelompok- kelompok sampel dimana kelompok tersebut terdapat di kelas X. Pengambilan sampel dilakukan secara acak dari tujuh kelas pada kelas X di SMA Negeri 2 Boyolali. Sampel yang diambil sebanyak dua kelas yang akan diperlakukan sebagai kelompok kontrol dan kelompok eksperimen, sehingga dalam sampel ini unit analisisnya bukan individu tetapi kelas atau kelompok yang terdiri atas sejumlah individu (Sudjana dan Ibrahim, 2010). Sebelum pengambilan sampel dilakukan, terlebih dahulu dilakukan pengujian untuk mengetahui apakah sampel memiliki karakteristik yang sama. Pengujian dilakukan dengan cara menguji data sekunder berupa dokumen nilai ulangan semester gasal pada mata pelajaran biologi menggunakan anova yang didahului dengan uji prasyarat berupa uji normalitas dan uji homogenitas.

Uji normalitas dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov (α = 0,050) dengan menggunakan bantuan program SPSS 16. H 0 dirumuskan bahwa data berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan H 1 dirumuskan bahwa data

berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal. Keputusan uji dinyatakan

bahwa H 0 diterima apabila harga koefisien D hitung ≤ nilai kritis D tabel(α,n)

(Sudarmanto, 2005) atau apabila nilai Sig. > tingkat α yang ditetapkan yaitu 0,050 (Pramesti, 2011). Hasil uji normalitas untuk semua kelompok dalam populasi

commit to user

(halaman 249).

Tabel 3.2 Uji Normalitas Data Dokumen Ulangan Semester Gasal Kelas

Kolmogorov-Smirnov Test

Perbandingan

Keputusan D Uji hitung Sig. D tabel(α;n) Nilai D Sig. dengan α

D hitung ≤D tabel 0,190 ≤ 0,231

Sig. >α 0,185 > 0,050

H 0 diterima X-2

D hitung ≤D tabel 0,173 ≤ 0,238

Sig. >α 0,313 > 0,050

H 0 diterima X-3

D hitung ≤D tabel 0,191 ≤ 0,234

Sig. >α 0,194 > 0,050

H 0 diterima X-4

D hitung ≤D tabel 0,146 ≤ 0,227

Sig. >α 0,466 > 0,050

H 0 diterima X-5

D hitung ≤D tabel 0,161 ≤ 0,234

Sig. >α 0,378 > 0,050

H 0 diterima X-6

D hitung ≤D tabel 0,129 ≤ 0,227

Sig. >α 0,622 > 0,050

H 0 diterima X-7

D hitung ≤D tabel 0,140 ≤ 0,231

Sig. >α 0,539 > 0,050

H 0 diterima

Hasil pengolahan data sekunder menunjukan bahwa setiap kelompok dalam populasi kelas X SMA Negeri 2 Boyolali memiliki harga koefisien D hitung ≤

D tabel(α,n) dan nilai Sig. > 0,050 sehingga menunjukan data berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Data sekunder yang berupa dokumen nilai ulangan semester pada kelompok-kelompok dalam populasi kemudian diuji dengan uji Levene’s (α = 0,050) menggunakan bantuan program SPSS 16 untuk mengetahui apakah

populasi bersifat homogen atau tidak. H 0 dirumuskan bahwa data populasi bervariansi homogen. H 1 dirumuskan bahwa data populasi tidak bervariansi

homogen. Keputusan uji dinyatakan apabila harga koefisien F levene’s (F hitung ) ≤ nilai kritis F tabel(α,df1,df2) atau apabila nilai Sig. > tingkat α yang ditetapkan yaitu

0,050 maka H 0 diterima (Sudarmanto, 2005). Hasil uji homogenitas disajikan

pada Tabel 3.3 dan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4 (halaman 250).

commit to user

Kelas

Levene’s Test

Perbandingan

Keputusan F Uji hitung Sig.

F tabel (α;df1;df2)

Nilai F

Sig. dengan α

X-1 sampai X-7

1,801 0,100 2,139

F hitung ≤F tabel

1,801 ≤ 2,139

Sig. >α 0,100 > 0,050

H 0 diterima

Hasil dari uji Levene’s menunjukan harga koefisien F Levene’s (F hitung ) ≤

F tabel(0,050;6;222) dan nilai Sig. > 0,050 sehingga dapat diketahui bahwa kelompok- kelompok dalam populasi memiliki varians yang tidak berbeda nyata sehingga populasi bersifat homogen (Pramesti, 2011).

Uji anova bisa dilakukan karena data tiap kelompok dalam populasi telah memenuhi persyaratan yaitu data berdistribusi normal dan homogen. Uji anova

dilakukan menggunakan bantuan program SPSS 16 dengan H 0 dirumuskan bahwa tidak ada perbedaan nilai rata-rata antar kelompok dalam populasi dan H 1

dirumuskan bahwa ada perbedaan nilai rata-rata antar kelompok dalam populasi (Wijaya, 2009). Hasil dari uji anova dapat dilihat pada Tabel 3.4 dan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4 (halaman 251).

Tabel 3.4 Uji ANOVA Data Dokumen Ulangan Semester Gasal Kelas

ANOVA Test

Perbandingan

Keputusan F Uji hitung Sig.

F tabel (α;df1;df2)

Nilai F

Sig. dengan α

X-1 sampai X-7

7,528 0,000

2,139

F hitung ≥F tabel

7,528 ≥ 2,139

Sig. <α 0,000 < 0,050

H 0 ditolak

Keputusan uji dinyatakan apabila harga koefisien F hitung ≤ nilai kritis

F tabel(α;df1;df2) atau apabila nilai Sig. < tingakt α yang ditetapkan yaitu 0,050, maka

H 0 diterima yang berarti tidak ada perbedaan nilai rata-rata antar kelompok dalam populasi, begitu pula sebaliknya (Hartono, 2010). Pengolahan data pada Tabel

3.4 tersebut menunjukan bahwa harga koefisien F hitung ≥ F tabel(0,050;6;222) dan nilai Sig. < 0,050, sehingga H 0 ditolak dan menerima H 1 yang berarti bahwa ada

perbedaan nilai rata-rata antar kelompok dalam populasi, oleh karena itu perlu dilakukan uji lanjut untuk mengetahui letak perbedaan nilai rata-rata antar

commit to user

homogenitas telah terpenuhi dan ukuran sampel setiap kelompok tidak sama. Hasil uji Scheffe disajikan pada Tabel 3.5 dan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4 (halaman 251).

Tabel 3.5 Uji Lanjut Metode Scheffe Data Dokumen Ulangan Semester Gasal

Kelas

Mean sub- kelompok untuk α = 0,05 1 2 3

Hasil uji lanjut mentode Scheffe pada Tabel 3.5 tersebut menunjukkan adanya tiga kelompok yang memiliki nilai rata-rata berbeda. Kelompok satu memiliki nilai rata-rata yang berbeda dengan kelompok dua dan tiga. Kelompok dua memiliki nilai rata-rata yang berbeda dengan kelompok tiga, namun ketiga kelompok tersebut memiliki nilai sig. > 0,050, yang berarti nilai rata-rata homogen dalam sub-kelompok sehingga kelompok atau kelas yang diambil dapat digunakan apabila dalam sub-kelompok yang sama. Sampel yang digunakan untuk penelitian harus berada dalam sub-kelompok yang sama karena sampel dalam penelitian harus memiliki kemampuan awal yang seimbang atau sama. Berdasar hasil tersebut maka penelitian ini mengambil 2 kelas sebagai sampel, pengambilan sampel dilakukan secara acak dan didapatkan 2 kelas yaitu kelas X-2 sebagai kelompok kontrol dan kelas X-3 sebagai kelompok eksperimen.

commit to user

1. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi metode tes dan metode non-tes. Masing-masing metode tersebut dijelaskan sebagai berikut:

a. Metode Tes

Metode tes merupakan prosedur sistematik dimana individual yang di tes dihadapkan pada suatu set stimuli jawaban yang dapat ditunjukkan dalam angka. Tes sebagai instrumen pengumpul data berupa serangkaian pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk mengukur keterampilan pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Riduwan, 2004). Metode tes digunakan untuk mengukur pencapaian kemampuan berpikir kreatif siswa. Tes yang dikembangkan dalam penelitian ini berupa soal uraian sebanyak 10 butir soal.

b. Metode Non-Tes

1) Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi dilakukan dengan mengumpulkan data berupa catatan-catatan dan menelaah dokumen sekolah yang ada yang memiliki kaitan dengan objek penelitian (Riduwan, 2004). Metode dokumentasi pada penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data sekunder berupa dokumen nilai hasil ulangan semester gasal siswa kelas

X SMA Negeri 2 Boyolali tahun pelajaran 2011/ 2012 pada mata pelajaran biologi. Nilai tersebut akan digunakan sebagai bahan acuan u ntuk mengetahui keseimbangan kemampuan awal siswa berdasarkan nilai hasil ulangan semester gasal mata pelajaran biologi pada populasi penelitian.

2) Metode Observasi

Observasi yaitu melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan (Riduwan, 2004). Observasi atau pengamatan sebagai alat penilaian

commit to user

proses pembelajaran. Observasi dapat mengukur atau menilai hasil dan proses belajar, misalnya tingkah laku siswa pada waktu belajar, partisipasi siswa dalam proses pembelajaran, penggunaan alat peraga pada waktu mengajar serta keterlaksanaan rencana pelaksanaan pembelajaran (Sudjana, 2010).

Metode observasi dalam penelitian ini digunakan untuk melihat keterlaksanaan metode Socratic Circles disertai media gambar yang diterapkan di kelompok eksperimen yang diawasi oleh observer serta keterlaksanaan metode ceramah disertai diskusi dan presentasi pada kelompok kontrol. Objek pengamatan mencakup seluruh proses kegiatan belajar mengajar di kelas meliputi aktivitas guru dan peserta didik serta kondisi kelas selama proses pembelajaran. Metode observasi juga digunakan untuk mengukur hasil belajar ranah psikomotor dan afektif, namun data ini hanya digunakan sebagai data pelengkap proses belajar mengajar yang meliputi ranah psikomotor dan afektif. Penilaian dilakukan oleh observer dengan melakukan checklist ( √) pada lembar observasi. Skala yang digunakan pada lembar observasi adalah numerical rating scale dengan skala 1 sampai dengan 4 (Sugiyono, 2011).

2. Teknik Penyusunan Instrumen

Menurut Ong and Borich (2006) pengukuran kemampuan berpikir siswa dapat dilakukan dengan menggunakan tes berupa soal uraian. Pengukuran kemampuan berpikir kreatif siswa dalam penelitian ini diukur melalui tes berupa soal uraian. Langkah pertama untuk menyusunan soal tes kemampuan berpikir kreatif ini adalah memilih materi berdasarkan kurikulum sesuai dengan Kompetensi Dasar. Langkah kedua adalah menyusun indikator dan tujuan pembelajaran, agar instrumen menjadi lebih spesifik dan terarah. Langkah ketiga adalah membuat kisi-kisi tes kemampuan berpikir kreatif yang dilengkapi dengan komponen-komponen Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar dan Indikator pada mata pelajaran Biologi dengan materi pelajaran pengaruh aktivitas manusia terhadap perubahan dan pencemaran lingkungan.

commit to user

dengan kisi-kisi yang telah dibuat. Soal-soal yang disusun mencakup empat aspek dalam kemampuan berpikir kreatif menurut Munandar (2009) yaitu kemampuan berpikir lancar (fluency), kemampuan berpikir luwes (flexibility), kemampuan berpikir orisinal (originality) dan kemampuan berpikir terperinci atau mengelaborasi (elaboration). Langkah selanjutnya yaitu menyusun item soal tes kemampuan berpikir kreatif. Instrumen tes kemampuan berpikir kreatif ini diuji kesahihan itemnya melalui uji validitas dan reliabilitas. Langkah berikutnya adalah melakukan uji coba soal tes kemampuan berpikir kreatif. Hasil dari uji coba tersebut kemudian dianalisis butir soalnya mencakup uji validitas dan uji reliabilitas. Instrumen yang sudah melaui uji validitas dan reliabilitas, serta sudah dinyatakan valid dan reliabel siap digunakan sebagai soal postes (soal tes kemampuan berpikir kreatif).

F. Validasi Instrumen Penelitian

Penilaian kemampuan berpikir kreatif menggunakan metode tes bentuk soal uraian. Instrumen yang akan dibuat terlebih dahulu dibuat kisi-kisi yang selanjutnya dituangkan dalam bentuk soal uraian. Instrumen yang akan digunakan untuk mengambil data harus diuji cobakan terlebih dahulu pada sampel dari mana populasi diambil (Sugiyono, 2011). Instrumen penelitian pada umumnya perlu mempunyai dua syarat penting, yaitu valid dan reliabel (Darmadi, 2011). Instrumen tes diuji validitas dan reliabilitasnya untuk mengetahui tingkat kualitas soal. Kelayakan instrumen yang digunakan dalam penelitian ini diuji sebagai berikut:

1. Uji Validitas

Validitas suatu instrumen penelitian adalah derajat yang menunjukkan suatu tes mengukur apa yang hendak diukur (Darmadi, 2011; Widoyoko, 2012). Uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini meliputi validitas isi dan validitas konstruk. Validitas isi bagi sebuah instrumen menunjuk pada suatu keadaan bahwa instrumen disusun berdasarkan isi materi pelajaran yang dievaluasi (Darmadi, 2011; Arikunto, 2010). Pengujian validitas isi untuk

commit to user

membandingkan antara isi instrumen dengan materi pelajaran yang telah diajarkan. Instrumen yang telah disusun sesuai kurikulum (materi dan tujuannya) agar memenuhi validitas isi, pada umumnya ditentukan melalui pertimbangan para ahli bidang studi untuk menelaah apakah konsep materi yang diajukan telah memenuhi atau tidak sebagai sampel tes (Darmadi, 2011; Sudjana, 2010). Hal tersebut dilakukan agar soal tes yang digunakan dapat mengukur kemampuan siswa sesuai dengan tujuan akhir pembelajaran.

Validitas konstruk merupakan derajat yang menunjukkan suatu tes mengukur sebuah konstruk sementara atau hypotetical construct (Darmadi, 2011). Validitas konstruk sebuah instrumen menunjuk pada suatu kondisi dimana instrumen disusun berdasarkan konstruk atau aspek-aspek kejiwaan yang seharusnya dievaluasi (Arikunto, 2010). Pengujian validitas konstruk instrumen test pada penelitian ini menggunakan pendapat dari ahli (judgment experts ). Para ahli diminta pendapatnya mengenai instrumen yang telah disusun berdasarkan aspek-aspek yang akan diukur (Sugiyono, 2011).

Setelah dilakukan pengujian validitas isi dan konstruk oleh ahli, maka diteruskan dengan uji coba instrumen. Uji coba (try out) dilakukan pada sampel dari populasi penelitian. Sugiono (2011) menyatakan bahwa jumlah anggota sampel yang digunakan untuk uji coba instrumen setidaknya sekitar 30 orang. Uji coba instrumen dalam penelitian ini digunakan untuk mengukur validitas instrumen yang berbentuk soal tes kemampuan berpikir kreatif. Validitas butir soal dihitung dengan menggunakan rumus koefisien Product Moment dari Karl Pearson menurut Arikunto (2010).

r xy =

  

 }{ { }{ 2 2 2 2 Y N X X N X

X XY N XY

Keterangan : r xy : koefisien korelasi antara x dan y N : cacah subyek yang dikenai tes (instrumen)

X : skor untuk butir ke-i Y : skor total (dari subyek try out)

commit to user

digunakan karena responden yang digunakan dalam pengujian instrumen merupakan sampel, sehingga diperlukan generalisasi ke dalam populasi agar dapat dianggap mewakili seluruh karakteristik yang ada dalam populasi (Muhidin dan Abdurahman, 2009). Uji-t dilakukan dengan rumus (Riduwan, 2004; Widoyoko, 2012) yaitu:

t hitung =

XY

XY

Keterangan : t

: nilai t menurut perhitungan uji t r xy : koefisien korelasi antara x dan y N : cacah subyek yang dikenai tes (instrumen)

Langkah selanjutnya adalah melihat distribusi (Tabel t) untuk taraf signifikansi (α) = 0,050 dan derajad kebebasannya (dk = N-2). Perbandingan

tersebut menghasilkan keputusan uji yaitu apabila harga koefisien t hitung < nilai kritis t tabel maka item soal tidak valid, sedangkan apabila harga koefisien t hitung > nilai kritis t tabel maka item soal dapat dinyatakan sebagai soal yang valid. Pengujian validitas soal tes kemampuan berpikir kreatif ini dibantu dengan program SPSS 16 dan program Microsoft Office Excel 2007. Hasil uji validitas soal tes kemampuan berpikir kreatif secara ringkas disajikan pada Tabel 3.6, perhitungan uji validitas selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran

2 (halaman 223) dan rekapitulasi uji validitas dapat dilihat pada Lampiran 3 (halaman 235).

commit to user

Kemampuan Berpikir Kreatif

Butir Soal

Validitas (t hitung)

t tabel

(α:df)

Keterangan

No Soal Tes Kemampuan Berpikir Kreatif

Berdasarkan Tabel 3.6 dapat diketahui bahwa dari validitasi hasil uji coba soal tes kemampuan berpikir kreatif menunjukkan bahwa dari 20 butir soal yang telah diuji cobakan terdapat 14 butir soal yang valid 6 butir soal yang invalid. Dari 16 butir soal yang valid kemudian diambil 10 butir soal yang memenuhi semua indikator dan aspek kemampuan berpikir kreatif, 10 butir soal inilah yang dijadikan instrumen untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Kisi-kisi soal tes kemampuan berpikir kreatif dapat dilihat pada Tabel 3.7.

commit to user

No

Aspek Kemampuan Berpikir Kreatif

Jumlah Soal

1 Fluency (kemampuan berpikir lancar)

2 Flexibility (kemampuan berpikir luwes)

3 Originality (kemampuan berpikir orisinil)

4 Elaboration (kemampuan berpikir merinci)

Jumlah

10

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas alat penilaian merupakan ketetapan atau keajegan suatu alat dalam menilai apa yang dinilainya. Suatu instrumen penelitian dikatakan reliabilitas alat yang digunakan mengukur apa yang seharusnya diukur bila kapanpun dan bilamanapun akan memberikan hasil yang relatif sama (Darmadi, 2011; Sudjana, 2010). Pengujian reliabilitas ini menggunakan metode reliabilitas internal yaitu menganalisis reliabilitas alat ukur dari hasil satu kali uji coba instrumen. Analisis uji reliabilitas ini menggunakan rumus Alfa Cronbach.

Rumus koefisien reliabilitas Alfa Cronbach menurut Sugiyono (2011):

Keterangan: r 11 = Reliabilitas tes secara keseluruhan k = Banyaknya butir soal atau item pertanyaan

= Jumlah varians skor setiap item = Varians total

Hasil perhitungan r 11 selanjutnya dibandingkan dengan r tabel , apabila nilai r 11 < r tabel , maka korelasi tidak signifikan sehingga butir soal tes kemampuan berpikir kreatif dikatakan tidak reliabel, dan sebaliknya apabila nilai r 11 > r tabel maka butir soal tes kemampuan berpikir kreatif dinyatakan reliabel. Indeks korelasi yang digunakan sebagai acuan tingkat reliabilitas instrumen menurut Riduwan (2004) dapat dilihat pada Tabel 3.8.





11 1

kr

commit to user

No Skala r 11 Keterangan

Antara 0,80 sampai dengan 1,00 Antara 0,60 sampai dengan 0,799 Antara 0,40 sampai dengan 0,599 Antara 0,20 sampai dengan 0,399 Antara 0,00 sampai dengan 0,199

Sangat Tinggi (ST) Tinggi (T) Cukup (C) Rendah (R) Sangat Rendah (SR)

Pengujian reliabilitas dengan rumus Alpha Cronbach pada penelitian ini dibantu dengan menggunakan program SPSS 16. Hasil uji reliabilitas dari uji coba soal tes kemampuan berpikir kreatif disajikan pada Tabel 3.9 dan hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 2 (halaman 223).

Tabel 3.9 Uji Reliabilitas Hasil Uji Coba Soal Tes Kemampuan Berpikir

Kreatif

Instrumen Penelitian Jumlah Item

Keputusan Uji

Reliabilitas

Kriteria Reliabilitas

Soal Tes Kemampuan Berpikir Kreatif

20 0,806

Sangat Tinggi

Berdasarkan Tabel 3.9 menunjukkan bahwa reliabilitas hasil uji coba soal tes kemampuan berpikir kreatif yang menggunakan rumus Alpha diperoleh r 11 = 0,806 yang berarti bahwa koefisien reliabilitas tes kemampuan berpikir kreatif memiliki kriteria reliabilitas sangat tinggi. Berdasarkan hasil uji reliabilitas dapat diketahui bahwa instrumen penelitian tes kemampuan berpikir kreatif bersifat reliabel atau memiliki ketetapan yang sangat tinggi untuk digunakan.

commit to user

1. Uji Prasyarat

Pengujian hipotesis komparatif dua sampel atau lebih menggunakan teknik statistik parametris dan nonparametris bergantung pada macam data. Syarat untuk statistik parametris salah satunya adalah berdistribusi normal (Sugiyono, 2011). Berdasarkan pernyataan tersebut maka sebelum menguji hipotesis, harus dilakukan uji prasyarat untuk menentukan statistik uji hipotesis yang akan kita gunakan. Umumnya uji prasyarat yang digunakan untuk uji komparasi dua sampel adalah uji normalitas dan uji homogenitas.

a. Uji Normalitas

Uji Normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari populasi yang terdistribusi normal atau tidak (Budiyono, 2009). Uji normalitas data posttest atau hasil tes kemampuan berpikir kreatif pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dilakukan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnos dengan taraf signifikansi (α = 0,050), perhitungan uji normalitas dibantu dengan program

SPSS 16. H 0 dirumuskan bahwa data berasal dari populasi yang berdistribusi normal, sedangkan H 1 dirumuskan bahwa data berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal. Keputusan uji dari uji Kolmogorov-Smirnov ini adalah apabila nilai Sig. > tingkat α yang

ditetapkan (0,050) atau apabila harga koefisien D hitung ≤ nilai kritis D tabel , maka H 0 diterima (Sudarmanto, 2005), sehingga dapat dikatakan bahwa data terdistribusi normal (Budiono, 2009; Muhidin dan Abdurahman, 2009).

b. Uji Homogenitas

Uji Homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah ada perbedaan variansi antar kelompok yang diuji (Budiyono, 2009). Uji homogenitas data posttest atau hasil tes kemampuan berpikir kreatif menggunakan uji Levene’s dengan taraf signifikansi ( α = 0,050),

perhitungan uji homogenitas dibantu dengan program SPSS 16. H 0 dirumuskan bahwa data populasi bervariansi homogen, sedangkan H 1

dirumuskan bahwa data populasi tidak bervariansi homogen. Keputusan

commit to user

nilai kritis F tabel( α,df1,df2) atau apabila niali Sig. > tingkat α yang ditetapkan (0,050) maka H 0 diterima (Sudarmanto, 2005), sehingga dapat dikatakan bahwa data homogen (Pramesti, 2011; Muhidin dan Abdurahman, 2009).

2. Uji Hipotesis

Uji hipotesis penelitian ini adalah uji generalisasi perbandingan nilai rata-rata data kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang dipilih secara acak (Sugiyono, 2011). Hipotesis nihil (H 0 ) dalam penelitian ini dirumuskan bahwa tidak ada perbedaan antara penerapan metode Socratic Circles disertai media gambar dengan penerapan metode ceramah, diskusi dan presentasi terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa kelas X SMA Negeri 2 Boyolali

tahun pelajaran 2011/ 2012. H 1 dirumuskan bahwa ada perbedaan antara penerapan metode Socratic Circles disertai media gambar dengan penerapan metode ceramah, diskusi dan presentasi terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa kelas X SMA Negeri 2 Boyolali tahun pelajaran 2011/ 2012.

Statistik uji hipotesis yang digunakan adalah uji-t dua sampel yang independen pada tingkat signifikasi ( α) = 0,050, perhitungan uji hipotesis ini dibantu dengan program SPSS 16. Uji hipotesis ini adalah uji generalisasi rata- rata data dua sampel yang tidak berkorelasi berupa perbandingan keadaan variabel dari dua sampel yang independen atau perbandingan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang dipilih secara random atau acak (Sugiyono, 2011). Kriteria yang digunakan dalam pengambilan keputusan

hipotesis adalah H 0 ditolak apabila signifikansi probabilitas (Sig.) < tingkat α yang ditetapkan (0,050) atau apabila nilai t hitung >t tabel( α;df) . Hal tersebut berlaku pula sebaliknya yaitu jika signifikansi probabilitas (Sig.) > tingkat α yang

ditetapkan (0,050) atau apabila nilai t hitung < t tabel( α;df) , maka H 0 diterima (Budiono, 2009; Pramesti, 2011). Uji hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji hipotesis komparatif dua sampel yang independen dengan menggunakan uji-t (t-test). Langkah-langkah untuk menguji hipotesis komparatif dengan dua sampel yang independen menurut Budiyono (2009) sebagai berikut:

commit to user

Uji-t untuk menguji hipotesis komparatif dua sampel independen menurut (Sugiono, 2011) dapat menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan: t : t hitung t ( +

: mean dari sampel kelompok eksperimen : mean dari sampel kelompok kontrol

: ukuran sampel kelompok eksperimen : ukuran sampel kelompok kontrol

s : simpangan baku

b. Daerah kritis DK =

c. Keputusan uji Ho ditolak jika t ∈ DK

commit to user

Proses pelaksanaan penelitian dari tahap penelitian pendahuluan (observasi dan try out), revisi instrumen, penelitian sebenarnya sampai pada tahap penulisan laporan secara terperinci dapat dilihat pada Gambar 3.3.

Gambar 3.3 Prosedur Penelitian

Pembelajaran dengan metode Socratic Circles disertai media gambar pada kelompok eksperimen

Pembelajaran dengan metode ceramah-diskusi-

presentasi pada kelompok kontrol

Menentukan masalah penelitian

Penyusunan proposal penelitian

Pembuatan instrumen penelitian

Judgment (Validasi ahli) dan uji coba instrumen

Penentuan kelompok kontrol dan eksperimen (cluster random sampling)

Pelaksanaan tes kemampuan

berpikir kreatif (posttest)

Pengolahan data

Revisi

Instrumen baru

Penarikan kesimpulan

Penyusunan laporan

commit to user

bagaimana prosedur penelitian ini dilaksanakan. Tahap awal sebelum menyusun proposal penelitian terlebih dahulu harus menentukan masalah yang akan diteliti, setelah itu baru menyusun proposal penelitian kemudian dilanjutkan dengan pembuatan instrumen penelitian. Tahap pembuatan instrumen penelitian inilah dilakukan penyusunan perangkat pembelajaran seperti silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran yang menggunakan metode Socratic Circles serta media gambar sebagai media ajarnya. Tahap ini peneliti mempersiapkan instrumen untuk mengumpulkan data berupa soal tes kemampuan berpikir kreatif.

Soal tes kemampuan berpikir kreatif selanjutnya diuji validitas dan reliabilitasnya dengan mengkonsultasikannya kepada para ahli (judgment expert), setelah itu soal tes diuji cobakan. Hasil uji coba soal tes kemampuan berpikir kreatif akan dihitung secara statistik untuk mengetahui validitas butir soal dan reliabilitasnya. Hasil dari perhitungan tersebut dijadikan acuan dalam melakukan revisi untuk membuat instrumen yang baru. Instrumen yang sudah melalui tahap uji validitas, uji reliabilitas dan revisi inilah yang akan digunakan dalam proses pelaksanaan tes kemampuan berpikir kreatif.

Cluster random sampling dilakukan untuk menentukan kelompok kontrol dan kelompok eksperimen setelah tahap validasi dan uji coba instrumen selesai. Hasil cluster random sampling didapatkan kelas X-2 sebagai kelompok kontrol dan kelas X-3 sebagai kelompok eksperimen. Tahap berikutnya adalah pemberian treatment atau perlakuan pada subjek penelitian. Perlakuan tersebut berupa kegiatan belajar mengajar di kelompok eksperimen (kelas X-3) dengan penerapan metode Socratic Circles disertai media gambar. Kelompok kontrol (kelas X-2) dengan penerapan metode caramah disertai diskusi dan presentasi. Proses kegiatan belajar mengajar guru dibantu oleh observer untuk mengetahui keterlaksanaan metode Socratic Circles serta aspek psikomotor dan afektif peserta didik.

Posttest untuk mendapatkan data tes kemampuan berpikir kreatif dari masing-masing kelompok setelah tahap perlakuan selesai kemudian diadakan. Hasil tes tersebut kemudian dianalisis untuk mengetahui pencapaian kemampuan

commit to user

data ini dilakukan dengan menggunakan bantuan program SPSS 16. Berdasarkan pada hasil analisis dapat diketahui perbandingan kemampuan berpikir kreatif pada kelompok kontrol dengan kelompok eksperimen. Penarikan kesimpulan dilajutkan dengan penyusunan laporan hasil penelitian setelah proses analisis selesai dilakukan.

commit to user

HASIL PENELITIAN

Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan metode Socratic Circles disertai media gambar terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa. Metode Socratic Circles disertai media gambar diterapkan pada kelompok eksperimen yaitu kelas X-3, untuk kelompok kontrol yaitu kelas X-2 diterapkan metode ceramah yang disertai diskusi dan presentasi. Penetapan kelas X-3 sebagai kelompok eksperimen dan kelas X-2 sebagai kelompok kontrol secara cluster random sampling setelah dilakukan uji keseimbangan pada seluruh populasi kelas X SMA Negeri 2 Boyolali tahun pelajaran 2011/ 2012. Hasil tes kemampuan berpikir kreatif dari kedua kelompok yang diperlakukan dengan metode yang berbeda tersebut kemudian dibandingkan sehingga diketahui ada atau tidaknya pengaruh penerapan metode Socratic Circles disertai media gambar terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa.

Data penelitian berupa nilai postes siswa yang diambil setelah mengikuti kegiatan pembelajaran. Materi yang digunakan adalah pengaruh aktivitas manusia terhadap perubahan dan pecemaran lingkungan pada Kompetensi Dasar

4.2 yaitu menjelaskan keterkaitan antara kegiatan manusia dengan masalah perusakan/ pencemaran lingkungan dan pelestarian lingkungan. Dua nilai postes dari kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dianalisis secara statistik menggunakan uji-t. Uji normalitas berupa uji Kolmogorov-Smirnov dan uji homogenitas yang berupa uji Levene’s diperlukan sebagai prasyarat uji-t. Uji-t digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan yang signifikan antara nilai kelompok kontrol dengan nilai kelompok eksperimen (Hartono, 2010). Perbandingan hasil t hitung dengan nilai t tabel (α , df) serta nilai sig. dengan nilai α menunjukkan ada atau tidaknya pengaruh penerapan metode Socratic Circles disertai media gambar terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa.

Pengambilan data kemampuan berpikir kreatif menggunakan tes tertulis dalam bentuk soal uraian yang selanjutnya akan diuji dengan uji-t. Data penelitian diperoleh dari dua kelompok, yaitu kelompok kontrol dan eksperimen.

commit to user

siswa. Hasil penelitian berupa deskripsi data, pengujian persyaratan analisis, pengujian hipotesis, dan pembahasan hasil analisis data disajikan sebagai berikut:

A. Deskripsi Data

Data kemampuan berpikir kreatif siswa pada pembelajaran biologi didapatkan dari hasil tes menggunakan soal uraian setelah proses pembelajaran (posttest). Soal tes terdiri dari 10 butir soal yang mencakup 4 aspek kemampuan berpikir kreatif yaitu: fluency, flexibility, originality, dan elaboration. Data hasil tes kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi pembelajaran pengaruh aktivitas manusia terhadap perubahan dan pencemaran lingkungan dari kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dapat dilihat di Lampiran 2 (halaman 228) dan secara ringkas dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Distribusi dan Deskripsi Data Kemampuan Berpikir Kreatif

Interval Nilai

Frekuensi

Kelompok Kontrol

Kelompok Eksperimen

25,378 Standard Deviation

Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 4.1 dapat dibuat histogram perbandingan distribusi kemampuan berpikir kreatif pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen seperti pada Gambar 4.1.

commit to user

Gambar 4.1 Perbandingan Distribusi Kemampuan Berpikir Kreatif Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen

Tabel 4.1 dan Gambar 4.1 memperlihatkan besarnya frekuensi setiap interval nilai pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Frekuensi terbesar kelompok kontrol terletak pada interval nilai 85,5 sampai 88,5 dengan angka frekuensi 9. Frekuensi terbesar kelompok eksperimen terletak pada interval nilai 89,5 sampai 92,5 dengan angka frekuensi 15. Hal ini menunjukkan bahwa tingkatan nilai kemampuan berpikir kreatif siswa untuk kelompok eksperimen lebih tinggi daripada kelompok kontrol.

Tabel 4.1 menunjukkan bahwa rata-rata hasil tes kemampuan berpikir kreatif siswa pada kelompok eksperimen lebih tinggi daripada kelompok kontrol. Rata-rata kelompok eksperimen adalah 87,344 sedangkan kelompok kontrol 81,855. Tabel 4.1 juga menunjukan bahwa variansi dan standar deviasi kelompok eksperimen lebih rendah daripada kelompok kontrol, keadaan ini menunjukan bahwa tingkat keragaman atau variabilitas nilai pada kelompok eksperimen lebih kecil atau lebih homogen daripada kelompok kontrol (Sudijono, 2006). Variansi kelompok eksperimen adalah 25,378 dan variansi kelompok kontrol adalah 28,32. Standar deviasi kelompok eksperimen adalah 5,038 dan standar deviasi kelompok kontrol yaitu 5,322. Nilai maksimum dan minimum pada kelompok eksperimen

Interval Nilai

Kontrol Eksperimen

commit to user

nilai tengah pada kelompok eksperimen juga lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol. Berdasar hasil tersebut maka secara umum dapat dikatakan bahwa hasil tes kemampuan berpikir kreatif siswa pada kelompok eksperimen secara deskriptif lebih baik daripada kelompok kontrol.

Berdasarkan Tabel 4.1 dapat pula dibuat histogram perbandingan nilai rata-rata hasil tes kemampuan berpikir kreatif pada kelompok kontrol dan eksperimen seperti ditunjukan pada Gambar 4.2.

Gambar 4.2 Perbandingan Rata-rata Nilai Kemampuan Berpikir Kreatif Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen

Berdasarkan Gambar 4.2 dapat diketahui bahwa rata-rata nilai kemampuan berpikir kreatif kelas eksperimen yang menggunakan metode Socratic Circles disertai media gambar lebih tinggi yaitu 87,344 dibandingkan dengan kelas kontrol yang menggunakan metode ceramah disertai diskusi dan presentasi yaitu 81,855.

Perbandingan rata-rata nilai untuk setiap aspek kemampuan berpikir kreatif pada kelompok kontrol dan eksperimen dapat dilihat pada Gambar 4.3.

20

40

60

80

100

Kontrol

Eksperimen

81,855

87,344

a ta

-r

a ta

il

em

am

an

er

ik

re

ti

commit to user

Gambar 4.3 Perbandingan Rata-rata Nilai Kemampuan Berpikir Kreatif setiap Aspek

Gambar 4.3 menunjukkan bahwa rata-rata nilai kemampuan berpikir kreatif siswa untuk setiap aspek pada kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelompok kontrol. Kemampuan berpikir kreatif kelompok eksperimen pada aspek fluency sebesar 3,698, lebih tinggi bila dibandingkan dengan kelompok kontrol yaitu 3,495. Nilai aspek flexibility pada kelompok eksperimen yaitu 3,531 yang lebih tinggi daripada kelompok kontrol yaitu 3,376. Nilai aspek originality kelompok eksperimen 3,375 sedangkan pada kelompok kontrol 3,226. Pada aspek elaboration nilai kelompok eksperimen mencapai 3,250 dan kelompok kontrol hanya mencapai nilai 2,839. Rata-rata aspek kemampuan berpikir kreatif tertinggi baik pada kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol terletak pada aspek fluency, sedangkan terendah pada aspek elaboration. Berdasarkan selisih rata-rata kemampuan berpikir kreatif antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol untuk setiap aspeknya urutan dari selisih terbesar ke yang terkecil adalah elaboration sebesar 0,311, fluency sebesar 0,203, flexibility sebesar 0,155 yang terakhir originality sebesar 0,149. Berdasarkan Gambar 4.1, Gambar

4.2 dan Gambar 4.3 menunjukan bahwa penerapan metode Socratic Circles mampu meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa.

Aspek-aspek Kemampuan Berpikir Kreatif

Kontrol Eksperimen

commit to user

Pengujian asumsi sebagai prasyarat analisis perbedaan dua perlakuan dengan uji-t (t-test) perlu dilakukan uji prasyarat secara statistik. Analisis uji-t memerlukan uji prasyarat analisis yaitu uji normalitas dan uji homogenitas.

1. Uji Normalitas

Salah satu syarat uji-t adalah data berdistribusi normal. Uji normalitas data dimaksudkan untuk mengetahui data dari masing-masing kelompok kontrol dan kelompok eksperimen berasal dari populasi yang berdistribusi

normal atau tidak. H 0 dirumuskan bahwa data berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan H 1 dirumuskan bahwa data berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal. Uji normalitas data hasil tes kemampuan berpikir kreatif siswa dari kelompok kontrol dan kelompok eksperimen menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dengan α = 0,050 dan peritungan dibantu dengan program SPSS 16. Keputusan uji normalitas, apabila nilai Sig. dari uji

normalitas lebih besar dari nilai tingkat α yang ditetapkan yaitu 0,050 (Sig. > 0,050) atau apabila nilai harga koefisien D hitung ≤ nilai kritis D tabel( α,n) maka H 0

diterima, sehingga dapat dikatakan bahwa data terdistribusi normal (Sudarmanto, 2005; Budiyono, 2009; Muhidin dan Abdurahman, 2009). Rangkuman hasil uji normalitas data kemampuan berpikir kreatif disajikan pada Tabel 4.2 dan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 3 (halaman 236).

Tabel 4.2 Uji Normalitas Data Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa

Kelompok

Kolmogorov-Smirnov Test

Perbandingan

Keputusan D Uji hitung Sig. D tabel (α;n) Nilai D Sig. dengan α

Kontrol n = 31

0,161 0,397

0,238

D hitung ≤D tabel 0,161 ≤ 0,238

Sig. >α 0,397 > 0,050

H 0 diterima Eksperimen

D hitung ≤D tabel 0,201 ≤ 0,234

Sig. >α 0,151 > 0,050

H 0 diterima

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa hasil uji normalitas data hasil tes kemampuan berpikir kreatif siswa nilai Sig. > tingkat α yang ditetapkan yaitu 0,050 dan harga koefisian D hitung ≤ nilai kritis D tabel pada kelompok kontrol dan

commit to user

bahwa semua data pada penelitian ini berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

2. Uji Homogenitas

Syarat lain dari uji-t adalah data yang digunakan adalah data bervariansi homogen. Uji homogenitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah variansi kelompok kontrol dan kelompok eksperimen homogen atau tidak. Homogen berarti bahwa data antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol mempunyai variansi yang sama atau homogen. H 0

dirumuskan bahwa data populasi bervariansi homogen dan H 1 dirumuskan bahwa data populasi tidak bervariansi homogen. Uji homogenitas kemampuan berpikir kreatif dilakukan menggunakan uji Levene’s dengan α = 0,050 dan perhitungan dibantu dengan program SPSS 16. Kriteria keputusan uji homogenitas apabila nilai Sig. dari uji homogenitas lebih besar dari tingkat α

yang ditetapkan (Sig. > α) dan harga koefisien F hitung (F levene’s ) ≤ nilai kritis

F tabel(α,df1,df2) maka H 0 diterima, sehingga dapat dikatakan bahwa data homogen (Sudarmanto, 2005; Muhidin dan Abdurahman, 2009; Pramesti, 2011). Rangkuman hasil uji homogenitas kemampuan berpikir kreatif disajikan pada Tabel 4.3 dan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 3 (halaman 237).

Tabel 4.3 Uji Homogenitas Data Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kreatif

Siswa

Kelompok

Levene’s Test

Perbandingan

Keputusan F Uji hitung Sig.

F tabel

(α;df1;df2)

Nilai F

Sig. dengan α

Kontrol dan Eksperimen df1 = 1 df2 = 61

0,090 0,765 3,998

F hitung ≤F tabel

0,090 ≤ 3,998

Sig. >α 0,765 > 0,050

H 0 diterima

Pengolahan data pada Tabel 4.3 tersebut menunjukan bahwa nilai Sig. > α dan harga koefisien F Levene’s ≤ F tabel(0,050;1;61) , maka dapat diambil

commit to user

dari populasi yang variansinya homogen. Persyaratan uji hipotesis penelitian untuk data hasil tes kemampuan berpikir kreatif siswa telah terpenuhi yaitu data berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan bervariansi homogen, sehingga pengujian hipotesis penelitian secara parametrik melalui uji-t dapat dilakukan.

C. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan uji-t. Data hasil tes kemampuan berpikir kreatif pada penilitian telah dinyatakan normal dan homogen pada hasil uji prasyarat, sehingga prasyarat untuk melakukan uji-t telah terpenuhi. Kriteria yang digunakan dalam pengambilan

keputusan hipotesis adalah H 0 ditolak apabila nilai signifikansi probabilitas (Sig.)

< tingkat α yang ditetapkan (0,050) atau apabila t hitung >t tabel (α;df) . Hal ini berlaku

pula sebaliknya yaitu H 0 diterima apabila signifikansi probabilitas (Sig.) > tingkat

α yang ditetapkan (0,050) atau t hitung <t tabel (α;df) (Budiyono, 2009; Pramesti, 2011).

Hipotesis nihil (H 0 ) dalam penelitian ini dirumuskan bahwa tidak ada

perbedaan antara penerapan metode Socratic Circles disertai media gambar dengan penerapan metode ceramah, diskusi dan presentasi terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa kelas X SMA Negeri 2 Boyolali tahun pelajaran 2011/ 2012.

H 1 dirumuskan bahwa ada perbedaan antara penerapan metode Socratic Circles disertai media gambar dengan penerapan metode ceramah, diskusi dan presentasi terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa kelas X SMA Negeri 2 Boyolali tahun pelajaran 2011/ 2012.

Perbedaan yang ditunjukan dari hasil penerapan antara metode Socratic Circles pada kelompok eksperimen dengan metode ceramah, diskusi dan presentasi pada kelompok kontrol dianggap sebagai sebuah pengaruh terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa kelas X SMA Negeri 2 Boyolali tahun pelajaran 2011/ 2012. Kemampuan berpikir kreatif tersebut meliputi empat aspek yaitu: fluency, flexibility, originality, dan elaboration. Hasil analisis pengaruh penerapan metode Socratic Circles disertai media gambar terhadap kemampuan

commit to user

ringkas dapat dilihat pada Tabel 4.4 dan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 3 (halaman 238).

Tabel 4.4 Uji-t Data Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa

Keputusan t Uji hitung Sig.

t tabel

(α;df)

Nilai t

Sig. dengan α

Kemampuan Berpikir Kreatif df = n1+n2-2 df = 31+32-2

4,205 0,000 1,999

t hitung >t tabel

4,205 > 1,999

Sig. <α 0,000 < 0,050

H 0 ditolak

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa nilai Sig. < α yaitu 0,000 < 0,050 dan harga koefisien t hitung kemampuan berpikir kreatif lebih besar dibandingkan dengan nilai kritis t tabel(0,050;61) yaitu 4,205 > 1,999. Berdasarkan hasil tersebut maka dapat

diambil keputusan bahwa H 0 yang menyatakan bahwa tidak ada perbedaan antara

penerapan metode Socratic Circles disertai media gambar dengan penerapan metode ceramah, diskusi dan presentasi terhadap kemampuan berpikir kreatif

siswa ditolak dan menerima H 1 yang menyatakan bahwa ada perbedaan yang

nyata antara penerapan metode Socratic Circles disertai media gambar dengan penerapan metode ceramah, diskusi dan presentasi terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan metode Socratic Circles berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa. Pada Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa rata-rata nilai hasil tes kemampuan berpikir kreatif siswa pada kelompok eksperimen lebih tinggi daripada kelompok kontrol. Berdasar pada perbedaan nilai rata-rata tersebut dapat diketahui bahwa penerapan metode Socratic Circles berpengaruh positif terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa kelas X SMA Negeri 2 Boyolali tahun pelajaran 2011/ 2012.

commit to user

Hasil analisis data dengan uji-t pada Tabel 4.4 menunjukkan bahwa metode pembelajaran Socratic Circles disertai media gambar berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa. Hipotesis untuk pengujian pengaruh metode Socratic Circles disertai media gambar terhadap kemampuan berpikir

kreatif siswa dinyatakan dengan H 0 yaitu tidak ada perbedaan antara penerapan

metode Socratic Circles disertai media gambar dengan penerapan metode ceramah, diskusi dan presentasi terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa kelas

X SMA Negeri 2 Boyolali tahun pelajaran 2011/ 2012. H 1 dirumuskan bahwa ada

perbedaan antara penerapan metode Socratic Circles disertai media gambar dengan penerapan metode ceramah, diskusi dan presentasi terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa kelas X SMA Negeri 2 Boyolali tahun pelajaran 2011/ 2012.

Berdasarkan keputusan uji H 0 ditolak, maka H 1 diterima yang berarti ada

perbedaan nyata antara penerapan metode Socratic Circles disertai media gambar dengan penerapan metode ceramah, diskusi dan presentasi terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa kelas X SMA Negeri 2 Boyolali tahun pelajaran 2011/ 2012. Hasil uji ditunjukkan dari nilai sig. < α yaitu 0,000 < 0,050 dan dari nilai harga koefisien t hitung > nilai kritis t tabel(α;df) yaitu 4,205 > 1,999. Hal tersebut juga didukung dari nilai rata-rata kemampuan berpikir kreatif pada kelompok eksperimen 87,344 yang lebih besar daripada kelompok kontrol 81,855 dengan selisih sebesar 5,489.

Rata-rata nilai kemampuan berpikir kreatif siswa yang diperoleh kelompok eksperimen dengan penerapan metode Socratic Circles disertai media gambar lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol yang menggunakan metode pembelajaran ceramah disertai diskusi dan presentasi. Hal ini karena siswa pada pembelajaran metode Socratic Circles disertai media gambar diberi kesempatan lebih banyak untuk mengungkapkan gagasan-gagasannya. Siswa menjadi mampu menyelesaikan masalah maupun mengajukan pertanyaan untuk mengungkapkan permasalahan baru yang mungkin bisa ditimbulkan dari permasalahan yang sudah ada. Siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran dan akan lebih banyak gagasan baru atau pengembangan gagasan yang sudah ada sebelumnya.

commit to user

dalam proses pembelajaran siswa kurang diberi kesempatan untuk mengembangkan kemampuan berpikir kreatif mereka. Kemampuan berpikir kreatif siswa bisa dikembangkan dengan cara memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan berbagai macam pertanyaan dan menjawab pertanyaan dengan sejumlah jawaban dalam proses pembelajaran. Perlakuan tersebut akan mendorong siswa untuk menghasilkan banyak gagasan mengenai suatu masalah dan lancar mengungkapkan gagasannya. Memberikan keleluasaan siswa untuk memikirkan berbagai macam cara yang berbeda untuk menyelesaikan suatu masalah baik dengan mengungkapkan gagasan baru maupun dengan cara memperkaya gagasan orang lain.

Metode Socratic Circles dominan dengan penggunaan pertanyaan dalam proses pembelajaran, pertanyaan-pertanyaan itulah akan membantu siswa untuk menemukan dan membangun konsep pengetahuannya sendiri sesuai dengan kemampuannya. Proses tanya-jawab dalam metode Socratic Circles dapat memperdalam pengetahuan siswa dan mendorong peserta didik berpikir divergen. Proses penyelidikan bersama (diskusi) ini akan membantu siswa mengembangkan kebiasaan berpikir kritis dan analisis yang mengarah pada peningkatan kemampuan berpikir siswa. Noviasari (2011) dalam penelitiannya menyatakan bahwa penerapan metode Socrates (Socratic Method) berpengaruh lebih baik terhadap kemampuan berpikir kritis siswa. Perterson (2009b) menyatakan bahwa metode Socratic memungkinkan peserta didik mengambil keputusan secara kritis dan menganalisis fakta-fakta yang terkait dengan situasi. Peterson (2009a) mengungkapkan bahwa metode Socratic dapat menjadi sarana yang efektif dalam memupuk kemampuan berpikir kritis.

Kemampuan berpikir kritis dan kreatif mempunyai hubungan yang erat. Kemampuan berpikir kritis dan kreatif akan saling menunjang satu dengan yang lainnya dalam upaya menyelesesaikan suatu masalah. Kemampuan berpikir kreatif dapat dikembangkan pada lingkungan yang sama seperti mengembangkan kemampuan berpikir kritis. Hasil penelitian Ismaimuza (2010) menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kritis dan kreatif siswa dapat ditingkatkan dengan

commit to user

masalah dengan strategi konflik kognitif. Ambarwati (2011) menambahkan bahwa peningkatan kemampuan berpikir kritis dan kreatif siswa diperoleh dari pembelajaran dengan Langsung-Tak Langsung. Budiman (2011) menyatakan bahwa terdapat hubungan positif yang cukup signifikan antara kemampuan berpikir kritis dan kreatif siswa pada pembelajaran berbasis masalah berbantuan program Cabri 3D. Hidayat (2011), hasil penelitiannya menyatakan bahwa terdapat asosiasi yang signifikan antara kualifikasi kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematik siswa dan asosiasinya termasuk kategori cukup kuat. Zimmerman (2004) menyatakan bahwa berpikir kritis dan berpikir kreatif dapat ditingkatkan pada kegiatan pembelajaran yang sama.

Socratic Circles merupakan metode pembelajaran yang berpusat pada siswa (Copeland, 2005). Metode Socratic Circles melibatkan siswa secara aktif untuk memahami konsep pada materi pengaruh aktivitas manusia terhadap perubahan dan pencemaran lingkungan, dan terbukti mampu mengembangkan kemampuan berpikir kreatif siswa. Kemampuan berpikir kreatif mempunyai beberapa aspek, yaitu: fluency (kemampuan berpikir lancar), flexibility (kemampuan berpikir luwes), originality (kemampuan berpikir orisinal) dan elaboration (kemampuan berpikir terperinci) (Munandar, 2009). Tahapan pelaksanaan pembelajaran metode Socratic Circles menurut Copeland (2005) dan Frankenfield (2009) yaitu menentukan topik materi pokok bahasan apa yang akan dipelajari dan mengorientasi siswa kepada masalah. Mengorganisasikan siswa untuk belajar, kemudian membantu mengkondisikan siswa untuk proses penyelidikan bersama. Membantu penyelidikan mandiri dan kelompok selanjutnya menganalisis dan mengevalusi proses penyelidikan bersama dan kinerja siswa untuk melakukan proses perbaikan. Tahap selanjutnya adalah pengulangan dari tahap penyelidikan, menganalisis dan mengevaluasi. Pengulangan tahap penyelidikan bersama, menganalisis dan mengevaluasi ini (diskusi-feedback) dapat disesuaikan dengan kebutuhan atau sesuai materi pokok bahasan. Copeland (2005), Seitz (2005), Frankenfield (2009) dan Kenner (2009) menyatakan bahwa penerapan Socratic Circles dapat mendorong siswa berpikir

commit to user

(Arnyana, 2006). Proses pembelajaran menggunakan metode Socratic Circles disertai media gambar yang diterapkan pada kelas X-3 sebagai kelompok eksperimen. Awal pembelajaran dimulai dengan mengorientasi siswa pada masalah dengan menggunakan objek nyata berupa penggunaan sampel air tercemar, air tidak tercemar, zat kimia sebagai polutan dan ikan air tawar. Penggunaan sampel tersebut dalam pengorientasian siswa terhadap masalah bertujuan untuk memberikan gambaran permasalahan yang nyata atau dekat dengan kehidupan sehari-hari siswa. Redhana, dkk (2009) menjelaskan bahwa pembelajaran Socratic dimulai dengan masalah, dan mampu mengembangkan ide-ide siswa serta efektif untuk membimbing siswa mengembangkan pemahaman konsep. Sari dan Nasikh (2009) menambahkan bahwa pembelajaran berbasis masalah dirancang untuk membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan berpikir, ketrampilan menemukan dan memecahkan masalah.

Media gambar yang digunakan dalam proses pembelajaran Socratic Circles selain bertujuan untuk menarik perhatian dan membangkitkan semangat siswa juga berfungsi untuk memudahkan komunikasi yang sulit dibayangkan oleh siswa terhadap suatu konsep atau materi, sehingga proses pembelajaran berlangsung efektif. Media gambar akan membantu siswa untuk melihat secara nyata keadaan atau masalah yang sebenarnya terjadi tanpa harus pergi ke tempat permasalahan yang dimaksud. Hal ini sangat penting karena masalah-masalah yang diorientasikan di awal pembelajaran merupakan starting point atau titik awal bagi siswa untuk membangun proses pengetahuan dan mengintegrasikan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang dimiliki sebelumnya. Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan Sumalee, et al (2012) bahwa media-media yang digunakan dalam pembelajaran baik berupa teks, visual, audio, animasi, maupun video merupakan suatu bentuk pengaksesan informasi yang dapat dihubungkan dengan sumber-sumber pengetahuan. Media dapat mendukung siswa dalam proses membangun pengetahuan karena informasi-informasi yang ada dalam

commit to user

mengelaborasi pengetahuan yang mereka miliki sebelumnya. Kegiatan guru pada tahap pertama yaitu menayangkan gambar tentang berbagai macam aktivitas manusia terhadap perubahan dan kerusakan lingkungan. Tahap selanjutnya yaitu mengajukan pertanyaan awal. Guru mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan gambar yang sudah ditayangkan. Guru memberikan pertanyaan awal untuk memancing siswa berpikir. Pertanyaan yang diajukan oleh guru bersifat open-ended atau terbuka, dimana pertanyaan tersebut memiliki beberapa jawaban dan tidak mempunyai jawaban benar yang mutlak. Rustaman, dkk (2005) menyatakan bahwa pertanyaan yang diberikan guru kepada siswa akan mendorong siswa melatih kemampuaan berpikir sehingga mampu menemukan konsep terutama pada materi pencemaran lingkungan. Hmelo-Silver and Barrows (2006) menyatakan bahwa guru menggunakan pertanyaan untuk membimbing siswa berpikir dan penggunaan pertanyaan open-ended dapat melibatkan semua siswa untuk berpikir.

Tahap pengorientasian siswa pada masalah ini akan mengakomodasi siswa untuk menyampaikan gagasan atau ide dan kegiatan ini akan mengembangkan kemampuan berpikir kreatif pada aspek berpikir lancar (fluency) dan berpikir luwes (flexibility). Aspek fluency merupakan kemampuan siswa untuk mengemukakan beberapa gagasan atau ide dengan lancar yang ditandai dengan perilaku siswa yang mampu mengajukan berbagai macam pertanyaan, menjawab dengan sejumlah jawaban bila ada pertanyaan. Aspek flexibility kerupakan kemampuan untuk menghasilkan gagasan yang bervariasi yang ditandai dengan perilaku siswa yang mampu memberikan berbagai macam penafsiran suatu gambar atau masalah.

Tahap kedua yaitu mengorganisasikan siswa untuk belajar. Aktivitas guru pada tahap ini adalah membantu siswa mengatur tugas-tugas belajar. Tugas belajar tersebut meliputi menganalisa teks dan membuat catatan pada teks serta mendorong siswa mengumpulkan informasi yang sesuai atau mencari solusi. Taylor (Mulyasa, 2004) menyatakan bahwa cara-cara yang dapat dilakukan dalam menciptakan lingkungan belajar yang dapat menciptakan kreativitas anak

commit to user

mendorong kebiasaan untuk menyusun implikasi ide-ide. Tahap ini dilakukan untuk mempersiapkan pemahaman siswa tentang materi sebelum memperdalam dan memperluas pemahaman tersebut dalam diskusi kelompok. Yeo (2008) menyatakan bahwa bekerja mandiri mendorong siswa untuk mengungkapkan gagasan atau ide-ide dan menganalisis masalah. Berpikir bersama akan meningkatkan kemampuan mengemukakan pendapat dan berpikir analitis.

Tahap ketiga adalah pembentukan kelompok. Pada tahap ini guru membantu mengkondisikan siswa untuk proses penyelidikan bersama. Tahap keempat yaitu proses penyelidikan mandiri dalam kelompok. Proses penyelidikan dilakukan dalam bentuk dialog seminar atau diskusi kelompok lingkaran dalam (inner circles). Proses penyelidikan mandiri dan bersama inilah yang memberikan banyak peluang kepada siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir kreatif mereka. Bereiter (Chin and Chia, 2004) menyatakan bahwa belajar dalam kelompok yang berkolaborasi akan menjadikan siswa merasa terlibat untuk mengkonstruk konsep (pengetahuan). Fadllan (2010) menambahkan bahwa kontribusi setiap anggota kelompok dalam kegiatan penyelidikan dapat memperkaya informasi melalui bahan ajar yang tersedia. Menurut Rustaman, dkk (2005) kelebihan metode diskusi antara lain merangsang keberanian dan kreativitas siswa bertukar pikiran dengan teman. Kelebihan yang lain yaitu menerima dan menghargai pendapat orang lain. Kegiatan diskusi akan melatih siswa belajar bertangung jawab terhadap hasil pemikiran bersama.

Socratic Circles memberikan ruang bagi siswa untuk berkolaborasi dalam menyelidiki permasalahan tentang pengaruh aktivitas manusia terhadap perubahan dan pencemaran lingkungan secara bersama-sama. Pengorganisasian ini dapat diwujudkan dalam kelompok-kelompok belajar dan patner kerja. Kelompok tersebut terjadi interaksi antar anggota kelompok seperti saling bertukar pendapat, saling berbagi pengetahuan dan menyumbangkan gagasan atau ide untuk menyelesaikan masalah. Widowati (2008) menyebutkan bahwa berpikir kreatif akan mudah diwujudkan dalam lingkaran belajar yang secara langsung memberikan peluang bagi siswa untuk berpikir terbuka dan fleksibel tanpa ada

commit to user

Jawaban yang dikemukakan oleh siswa tidak hanya terkait dengan konsep mengenai pencemaran lingkungan akan tetapi siswa mampu memberikan jawaban bersifat normatif. Kelompok yang terbentuk membahas permasalahan tentang pengaruh aktivitas manusia terhadap perubahan dan pencemaran serta upaya melestarikan lingkungan. Guru sebagai fasilitator dapat memancing siswa dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang memacu anggota kelompok untuk mengeluarkan gagasan. Gagasan yang dikemukakan anggota satu dapat berbeda dengan anggota yang lainnya karena setiap individu memiliki sudut pandang yang berbeda terhadap penyelesaian masalah pencemaran lingkungan.

Tahap kelima yaitu feedback atau menganalisis dan mengevaluasi proses penyelidikan bersama. Feedback dilaksanakan oleh setiap siswa bersama patner kerja mereka. Kegiatan ini siswa akan tahu kelebihan dan kekurangan mereka saat proses pembelajaran berlangsung. Siswa bisa melakukan proses perbaikan untuk proses penyelidikan (diskusi) selanjutnya. Kegiatan guru pada tahap ini hanya sebagai fasilitator yang membimbing siswa untuk melakukan refleksi atas proses penyelidikan yang dilakukan.

Tahap keenam dan ketujuh merupakan pengulangan dari tahap keempat dan kelima. Pengulangan tahap ini menjadikan pembelajaran Socratic Circles dominan dengan proses penyelidikan bersama berupa diskusi (tanya-jawab), menganalisis dan mengevaluasi (feedback). Novianti (2011) menyatakan bahwa untuk meningkatkan kemampuan berpikir siswa, guru di kelas harus menemukan cara untuk menyatukan kesempatan-kesempatan dalam rangka meningkatkan kemampuan berpikir. Proses penyelidikan bersama pada pembelajaran Socratic Circles yang dilakukan kelompok lingkaran dalam (inner circles) untuk memecahkan satu topik masalah pengaruh aktivitas manusia terhadap perubahan dan pencemaran lingkungan. Penyelidikan bersama merupakan kegiatan siswa dalam membangun konsep pengetahuan sendiri (konstruktivisme). Penyelidikan yang dilakukan siswa bertujuan agar siswa sepenuhnya memahami dimensi- dimensi dari situasi permasalahan yang dihadapi. Proses penyelidikan bersama (tanya-jawab) akan banyak pernyataan-pernyataan yang mendapatkan sanggahan

commit to user

untuk berpikir lebih kreatif dalam menemukan solusi-solusi permasalahan yang lebih masuk akal dan lebih mudah untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Derri and Pachta (2007) menambahkan bahwa penggunaan pertanyaan dapat membantu siswa mengoptimalkan proses berpikirnya, tetapi dengan pertanyaan yang berbeda-beda. Tahap ini para peserta seminar akan mengungkapkan kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi dan menyarankan solusi alternatif untuk memecahkan masalah yang sedang dibahas. Fauziah (2011) menyatakan bahwa aspek berpikir kreatif yang paling banyak dikembangkan guru adalah kelancaran melalui metode tanya-jawab.

Aktivitas penyelidikan bersama (diskusi) dan feedback yang dilakukan oleh setiap anggota dalam kelompok diskusi dapat mengembangkan kemampuan berpikir lancar (fluency) dan kemampuan berpikir luwes (flexibility). Keduanya merupakan aspek dari berpikir kreatif. Munandar (2009) mengungkapkan bahwa dalam sumbang saran atau brainstorming yang terjadi di dalam sebuah kelompok. Pencetusan banyak gagasan oleh anggota kelompok dan pertanyaan-pertanyaan yang diberikan fasilitator yang dalam hal ini adalah guru dapat meningkatkan aspek kelancaran dan kelenturan siswa dan sebagaimana diketahui dua aspek tersebut merupakan aspek dari berpikir kreatif. Shively (2011) menyatakan bahwa kegiatan brainstorming yang dilakukan baik dalam lingkup kelas maupun kelompok dapat membangun kelancaran mengungkapkan banyak gagasan (fluency) dan kemampuan melihat topik dari sudut pandang yang berbeda (flexibility). Savery (2006) juga menambahkan bahwa pendefinisian permasalahan hingga penemuan alternatif solusi dengan kerja kelompok dapat memunculkan kemampuan-kemampuan yang sangat penting dimana salah satunya adalah kreativitas.

Gagasan-gagasan yang diungkapkan setiap individu saat proses penyelidikan bersama merupakan gagasan mereka sendiri, sehingga gagasan tersebut merupakan ide setiap individu yang berbeda dengan peserta seminar yang lain. Hal ini mencerminkan kemampuan berpikir orisinal (originality) siswa berkembang melalui pengungkapan gagasan-gagasan lewat kegiatan tanya-jawab

commit to user

yang sebelumnya belum pernah ada melainkan dapat berbeda dari yang lain ataupun kombinasi dari hal-hal yang sudah ada. Munandar (2009) menyatakan bahwa siswa yang berpikir orisinal ialah siswa yang dapat memberikan jawaban yang tidak lazim, yang lain dari yang lain, yang jarang diberikan kebanyakan orang pada tingkat pengetahuan yang sama atau seusianya. Vigotsky (Ibrahim, 2004) mengemukakan bahwa interaksi sosial dengan teman lain membantu terbentuknya ide baru dan memperkaya perkembangan intelektual seseorang. Vigotsky percaya bahwa anak akan jauh lebih berkembang jika berinteraksi dengan orang lain.

Kegiatan tanya-jawab dalam seminar Socratic juga dapat meningkatkan kemampuan mengelaborasi (elaboration). Aspek elaboration merupakan salah satu aspek dari kemampuan berpikir kreatif. Kemampuan merinci (elaboration) merupakan kemampuan memecahkan masalah dengan melakukan langkah- langkah terperinci atau mampu menjelaskan lebih rinci gagasan-gagasan yang sudah disampaikan. Pernyataan yang diungkapkan oleh peserta seminar untuk menyelesaikan masalah tidak akan diterima begitu saja oleh peserta seminar yang lain. Peserta seminar yang memberikan pernyataan untuk menyelesaikan suatu masalah perlu menerangkan secara rinci langkah-langkah apa yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah tersebut dan apa langkah atau solusi alternatif apabila langkah tersebut gagal. Langkah-langkah kerja untuk menyelesaikan masalah harus jelas dan ada langkah alternatif, sehingga kemampuan merinci sebagai bagian dari aspek berpikir kreatif meningkat. Bybee, et al (2006) menyatakan bahwa fase elaborasi menekankan aplikasi dan transfer ide-ide untuk mengembangkan pemahaman siswa.

Proses pembelajaran pada kelas X-2 sebagai kelompok kontrol menggunakan metode ceramah disertai diskusi dan presentasi. Pertemuan pertama guru menyampaikan konsep materi pengaruh aktivitas manusia terhadap perubahan dan pencemaran lingkungan dengan ceramah. Membimbing siswa untuk membentuk kelompok dan memulai kegiatan diskusi dilanjutkan presentasi. Pertemuan kedua siswa melakukan kegiatan diskusi kembali dilanjutkan dengan

commit to user

mengoptimalkan kemampuan berpikir mereka khususnya dalam hal memecahkan suatu permasalahan dan kurang mampu memperluas pemahaman suatu konsep pembelajaran. Hal tersebut terlihat pada saat proses diskusi kelas hanya beberapa siswa saja yang mau menyampaikan pendapat serta gagasannya dalam diskusi dan dalam proses presentasi hanya beberapa siswa saja yang mengajukan pertanyaan. Banyak siswa yang tidak memperhatikan dalam proses kegiatan diskusi dan presentasi sehingga pelaksanaan pembelajaran berjalan kurang efektif.

Setiap akhir pembelajaran guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan jika ada poin penting yang belum dipahami. Siswa akan mengangkat tangan dan bertanya kepada guru tentang alternatif untuk menanggulangi pencemaran. Guru tidak langsung menjawab pertanyaan tersebut tetapi memberi kesempatan pada siswa lain untuk menanggapi pertanyaan tersebut, namun jarang ada siswa lain yang mau menanggapi pertanyaan tersebut. Akibatnya siswa tidak bisa mengoptimalkan proses berpikir kreatifnya untuk memecahkan suatu permasalahan terutama pada materi pengaruh aktivitas manusia terhadap perubahan dan pencemaran lingkungan. Hal ini tidak sesuai dengan pendapat Wenno (2008) yang menyatakan bahwa proses berpikir kreatif diperlukan siswa untuk menemukan suatu cara baru untuk memecahkan suatu permasalahan.

Proses pembelajaran biologi antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berdasarkan penjelasan di atas menunjukkan perbedaan yang cukup signifikan. Kelompok eksperimen mendapat peluang lebih banyak untuk mengembangkan kemampuan berpikir kreatif dibandingkan dengan kelompok kontrol. Aktivitas siswa kelompok kontrol cenderung pasif karena proses pembelajaran yang digunakan kurang memberikan kesempatan dan dorongan kepada siswa untuk menyampaikan gagasan mereka.

Berdasarkan hasil tes kemampuan berpikir kreatif, nilai yang tertinggi pada kelompok eksperimen adalah pada aspek fluency, dikarenakan aspek ini mendapat pengulangan pada setiap tahapan pembelajaran Socratic Circles. Metode Socratic Circles mampu meningkatkan kemampuan berpikir kreatif

commit to user

tahapan-tahapan metode Socratic Circles yang mengacu pada aspek berpikir kreatif seperti berpikir lancar (fluency) dan berpikir luwes (flexibility) yang dikembangkan pada setiap tahap proses pembelajaran metode Socratic Circles. Aspek berpikir orisinal (originality) dan berpikir memerinci (elaboration) dikembangkan pada tahap proses penyelidikan bersama (diskusi) dan feedback (menganalisis dan mengevaluasi).

Berdasarkan hasil penelitian dan beberapa penelitian yang relevan menunjukkan bahwa penerapan metode Socratic Circles disertai media gambar dalam pembelajaran biologi dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa. Tahapan-tahapan metode Socratic Circles dapat meningkatkan berpikir kreatif siswa dan kemandirian belajar (self-directed) dengan mendorong siswa untuk memiliki kecakapan berpikir, aktif mengemukakan gagasan, berkolaborasi dalam kelompok dan menghasilkan ide-ide yang cemerlang. Penerapan metode Socratic Circles dalam proses pembelajaran akan membekali siswa agar siap menghadapi masalah dengan kemampuan berpikir kreatif yang dimiliki. Metode Socratic Circles disertai media gambar terbukti mampu meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa.

commit to user