Pengujian Asumsi Klasik HASIL DAN PEMBAHASAN

5. Variabel ROE mempunyai nilai minimum -56,57 ; nilai maksimum 46,21 ; nilai rata-ratanya adalah 10,4796 dengan deviasi standar sebesar 18,83659 dan jumlah observasi sebanyak 45.

4.3 Pengujian Asumsi Klasik

Untuk menghasilkan suatu model regresi yang baik, analisis regresi memerlukan pengujian asumsi klasik sebelum melakukan pengujian hipotesis. Apabila terjadi penyimpangan dalam pengujian asumsi klasik perlu dilakukan perbaikan terlebih dahulu.

4.3.1 Uji Normalitas

Uji data statistic dengan model Kolmogorov-Smirnov dilakukan untuk mengetahui apakah data sudah terdistribusi secara normal atau tidak. Ghozali 2005:115, memberikan pedoman pengambilan keputusan tentang data mendekati atau merupakan distribusi normal berdasarkan uji Kolmogorov- Smirnov yang dapat dilihat dari : a. nilai sig. atau probabilitas 0,05, maka distribusi data adalah tidak normal. b. nilai sig. atau probabilitas 0,05, maka distribusi data adalah normal. Hasil uji normalitas dengan menggunakan model Kolmogorov- Smirnov adalah seperti yang ditampilkan pada tabel 4.2 : Universitas Sumatra Utara Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N 45 Normal Parameters a,,b Mean .0000000 Std. Deviation 17.15929654 Most Extreme Differences Absolute .178 Positive .109 Negative -.178 Kolmogorov-Smirnov Z 1.197 Asymp. Sig. 2-tailed .114 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Sumber: Output SPSS, diolah peneliti, 2013 Berdasarkan hasil uji statistik dengan model Kolmogorov-Smirnov seperti yang terdapat dalam tabel 4.2 dapat disimpulkan bahwa besarnya nilai Kolmogrov – Smirnov sebesar 1,197 dan signifikan lebih dari 0,05 karena Asymp. Sig. 2-tailed 0,114 dari 0,05. Nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 maka H diterima atau H 1 ditolak yang berarti data residual telah berdistribusi normal. Dengan demikian, secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa nilai-nilai observasi data telah terdistribusi secara normal dan dapat dilanjutkan dengan uji asumsi klasik lainnya. Untuk lebih jelas, berikut ini turut dilampirkan grafik histrogram dan plot data yang terdistribusi normal. Universitas Sumatra Utara Gambar 4.1 Histogram Grafik histogram di atas menunjukkan bahwa data telah terdistribusi secara normal. Hal ini dapat dilihat dari grafik histogram yang menunjukkan distribusi data mengikuti garis diagonal yang tidak menceng skewness kiri maupun menceng ke kanan. Hal ini juga didukung dengan hasil uji normalitas dengan menggunakan grafik plot yang ditampilkan pada Gambar 4.2 Universitas Sumatra Utara Gambar 4.2 Uji Normalitas data Menurut Ghozali 2005, pendeteksian normalitas dapat dilakukan dengan melihat penyebaran data titik pada sumbu diagonal dari grafik, yaitu jika data titik menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, hal ini menunjukkan data yang telah terdistribusi normal. Gambar 4.2 menunjukkan bahwa data titik menyebar di sekitar dan mendekati garis diagonal. Hal ini sejalan dengan hasil pengujian dengan menggunakan histogram bahwa data telah terdistribusi normal. Karena secara keseluruhan data telah terdistribusi secara normal, maka dapat dilakukan pengujian asumsi klasik lainnya. Universitas Sumatra Utara

4.3.2. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas bertujuan menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel independen. Untuk melihat ada atau tidaknya multikolinieritas dalam model regresi dapat dilihat dari: a nilai tolerance dan lawannya, b Variance Inflatin Factor VIF. Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi, nilai Tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF yang tinggi karena VIF= 1tolerance. Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya mutikolineritas adalah nilai Tolerance 0,10 atau sama dengan VIF 10 Ghozali, 2005. Hasil dari uji multikolinieritas dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut ini : Tabel 4.3 Hasil Uji Multikolinearitas Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. Collinearity Statistics B Std. Error Beta Tolerance VIF 1 Constant 17.291 4.248 4.070 .000 DAR -.170 .061 -.468 -2.780 .008 .731 1.369 DER -.009 .087 -.015 -.103 .918 .938 1.066 LDAR -.334 5.429 -.013 -.062 .951 .492 2.031 LDER -8.412 7.197 -.240 -1.169 .249 .490 2.041 a. Dependent Variable: ROE Sumber :Output SPSS, diolah Penulis, 2013 Universitas Sumatra Utara Dari data pada tabel 4.3 dapat dilihat bahwa tidak ada variabel yang memiliki nilai tolerance 0.10 dan nilai VIF 10. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dalam model regresi tidak terjadi multikolinearitas antar variabel independen.

4.3.3 Uji Autokorelasi

Pengujian autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada suatu periode dengan kesalahan pengganggu periode sebelumnya dalam model regresi. Autokorelasi menunjukkan adanya korelasi antara kesalahan pengganggu pada data yang tersusun, baik berupa data cross sectional dan atau time series. Jika terjadi autokorelasi dalam model regresi berarti koefisien korelasi yang diperoleh menjadi tidak akurat, sehingga model regresi yang baik adalah model regresi yang bebas dari autokorelasi. Cara yang dapat dilakukan untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi adalah dengan melakukan pengujian Durbin Watson DW. Kriteria pengambilan keputusan ditampilkan pada tabel 4.4 : Tabel 4.4 Kriteria Pengambilan Keputusan Hipotesis Nol Keputusan Jika Tidak ada autokorelasi positif Tidak ada autokorelasi positif Tidak ada korelasi negatif Tidak ada korelasi negatif Tidak ada autokorelasi positif atau negative Tolak No Decision Tolak No Decision Tidak ditolak 0 dw dl dl ≤ dw ≤ du 4 – dl dw 4 4 – du ≤ dw ≤ 4 – dl du dw 4 - du Universitas Sumatra Utara Hasil uji autokorelasi dengan Durbin-Watson adalah seperti yang ditampilkan pada tabel 4.5 : Tabel 4.5 Hasil Uji Autokorelasi Model Summary b Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1 .413 a .170 .087 17.99682 1.925 a. Predictors: Constant, LDER, DER, DAR, LDAR b. Dependent Variable: ROE Sumber :Output SPSS, diolah Penulis, 2013 Tabel 4.5 menunjukkan hasil uji autokorelasi variabel penelitian. Hasil uji autokorelasi di atas menunjukkan nilai statistik Durbin Watson dw sebesar 1,925, nilai ini akan kita bandingkan dengan nilai tabel dengan menggunakan signifikansi 5, jumlah pengamatan 45 n, dan jumlah variabel independen 4 k=4, maka berdasarkan tabel Durbin Watson didapat nilai batas atas du sebesar 1,720 dan nilai batas bawah dl sebesar 1,336. Oleh karena itu, nilai dw lebih besar dari 4 - du dan lebih kecil dari 4 – dl atau dapat dinyatakan bahwa 4 – 1,6800 2,405 4 - 2,5531 4 - du ≤ dw ≤ 4 – dl. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat korelasi negatif.

4.3.4. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk melihat apakah di dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variabel dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap maka disebut homokedastisitas, dan jika berbeda disebut heterokedastisitas. Model regresi yang baik yaitu homokedastisitas. Universitas Sumatra Utara Pengujian dilakukaan dengan Scatter-Plot dengan menggunakan SRESID dan ZPRED pada software SPSS. Cara mendeteksi ada tidaknya gejala heteroskedastisitas adalah dengan melihat grafik scatterplot yang dihasilkan dari pengolahan data menggunakan program SPSS. Dasar pengambilan keputusannya menurut Ghozali 2005 adalah sebagai berikut: 1. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur bergelombang, melebar kemudian menyempit, maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. 2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Berikut ini dilampirkan grafik scatterplot untuk menganalisis apakah terjadi gejala heteroskedastisitas atau tidak dengan cara mengamati penyebaran titik-titik pada grafik. Gambar 4.3 Hasil Uji Heteroskedastisitas Universitas Sumatra Utara Dari grafik scatterplot terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak dengan tidak adanya pola yang jelas serta tersebar baik di atas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y. Hal tersebut menunjukkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas, sehingga model ini layak dipakai untuk memprediksi profitabilitas perusahaan logam dan sejenisnya yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia berdasarkan masukan variabel independen yaitu Financial Leverage dengan indikator Debt to Total Asset Ratio DAR, Debt to Equity Ratio DER, Long Term Debt to Total Asset Ratio LDAR, dan Long Term Debt to Total Equity Ratio LDER.

4.4 Analisis Regresi