2010 sementara data panennya pada awal tahun 2011, maka data luas panen akan masuk data pada tahun 2009 dan luas panen akan masuk pada data pada tahun 2011.
Produksi cabai merah di Kecamatan Tiga Panah tercatat 15,2 tonha pada tahun 2011. Produksi cabai merah tersebut masih belum optimal. Menurut Pracaya
2000, tanaman cabe merah jika dibudidayakan dengan intensif bisa mencapai rentang 15 sampai 20 tonha. Salah satu penyebab belum optimalnya produksi
usahatani cabai bisa diakibatkan oleh serangan hama dan penyakit pada buah cabai, disamping faktor sistem pengelolaan yang kurang baik.
Kecamatan Tiga Panah memiliki produksi tonhektar cabai merah terbesar dari 17 kecamatan yang tecatat pada data statistik Kabupaten Karo, sehingga
Kecamatan Tiga Panah dipilih sebagai lokasi penelitian. Adapun peneliti memilih Kecamatan Tiga Panah sebagai daerah penelitian, karena kecamatan ini relatif tidak
jauh dari Pusat Pemerintahan Kabupaten Karo dan memiliki informasi pasar serta kemudahan akses atas sarana produksi pertanian.
Berdasarkan alasan-alasan dan latar belakang di atas, penulis merasa perlu untuk mengkaji lebih jauh tentang ” Pengaruh Sistem Pengelolaan Usahatani Cabai
Merah terhadap Jumlah Produksi dan Tingkat Pendapatan”
1.2. Indentifikasi Masalah
1 Bagaimana luas lahan, frekuensi panen, jumlah produksi, jumlah biaya produksi, jumlah tenaga kerja, jumlah penerimaan dan tingkat pendapatan usahatani cabai
merah dengan sistem pengelolaan biasa di daerah penelitian ?
Universitas Sumatera Utara
2 Bagaimana luas lahan, frekuensi panen, jumlah produksi, jumlah biaya produksi, jumlah tenaga kerja, jumlah penerimaan dan tingkat pendapatan usahatani cabai
merah dengan sistem pengelolaan intensif di daerah penelitian ? 3 Bagaimana pengaruh sistem pengelolaan usahatani cabai merah terhadap jumlah
produksi dan tingkat pendapatan di daerah penelitian? 4 Bagaimana pengaruh sistem pengelolaan dan jumlah tenaga kerja usahatani cabai
merah terhadap jumlah produksi dan tingkat pendapatan di daerah penelitian?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan indentifikasi masalah yang telah diuraikan tersebut, maka tujuan penelitian dirumuskan sebagai berikut:
1 Untuk mengidentifikasi luas lahan, frekuensi panen, jumlah produksi, jumlah biaya produksi, jumlah tenaga kerja, jumlah penerimaan dan tingkat pendapatan
usahatani cabai merah dengan sistem pengelolaan biasa di daerah penelitian. 2 Untuk mengidentifikasi luas lahan, frekuensi panen, jumlah produksi, jumlah
biaya produksi, jumlah tenaga kerja, jumlah penerimaan dan tingkat pendapatan usahatani cabai merah dengan sistem pengelolaan intensif di daerah penelitian.
3 Untuk mengetahui pengaruh sistem pengelolaan usahatani cabai merah terhadap jumlah produksi dan tingkat pendapatan di daerah penelitian.
4 Untuk mengetahui pengaruh sistem pengelolaan dan jumlah tenaga kerja usahatani cabai merah terhadap jumlah produksi dan tingkat pendapatan di
daerah penelitian.
Universitas Sumatera Utara
1.4. Kegunaan Penelitian
Berdasarakan tujuan penelitian yang telah diuraikan tersebut, maka kegunaan penelitian dirumuskan sebagai berikut:
1 Sebagai gambaran dan bahan informasi bagi pihak terkait dalam mengambil kebijakan pengembangan usahatani cabai merah.
2 Sebagai bahan pertimbangan bagi petani dalam mengembangkan usahatani cabai merah di daerah penelitian.
3 Sebagai bahan referensi bagi pihak-pihak yang berhubungan dengan penelitian ini.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN
DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1. Tinjauan Pustaka
Menurut Topan 2008 cabai merupakan komoditi hortikultura yang termasuk dalam tanaman terna tahunan. Tanaman ini tumbuh tegak dengan batang berkayu,
bercabang banyak, ukuran tinggi mencapai 120 cm dan lebar tajuk tanaman hingga 90 cm. Cabai memiliki akar tunggang yang terdiri atas akar utama dan akar lateral
yang mengeluarkan serabut dan mampu menenbus ke dalam tanah hingga 50 cm dan melebar sampai 45 cm. Terdapat berbagai macam jenis cabai dengan ciri-ciri yang
berbeda antara satu dengan yang lainnya. Diantara jenis cabai tersebut adalah cabai besar, cabai keriting, cabai hijau, cabai rawit, cabai paprika dan cabai hias. Masing-
masing cabai memiliki tingkat kepedasan yang berbeda-beda. Dalam perdagangan internasional, cabai dibedakan menjadi tiga kelompok. Pengelompokan tersebut
dilakukan berdasarkan tingkat kepedasan yang dimilikinya, yaitu : 1. Cabai yang sangat pedas
2. Cabai dengan kepedasan pertengahan 3. Cabai dengan tingkat kepedasan kurang
4. Cabai tidak pedas Kelompok cabai yang sangat pedas diklasifikasikan kembali dalam dua
kelompok yaitu kelompok cabai yang sangat pedas yang digunakan sebagai ekstraksi oleoresin cabai dan cabai dengan tingkat kepedasan pertengahan. Secara botanis,
Universitas Sumatera Utara
cabai yang sangat pedas memiliki ukuran kecil. Beberapa spesies yang tergolong ke dalam kelompok cabai sangat pedas ini adalah Capsicum frutescens, Capsicum
baccatum, Capsicum chinense, dan Capsicum annum var. Glabiriusculum. Menurut Suyanti 2007 secara umum cabai digolongkan menjadi tiga
kelompok yaitu cabai besar, cabai kecil dan cabai hias. Cabai kecil dan cabai besar merupakan jenis cabai yang biasanya diperdagangkan di pasar tradisional. Umumnya
cabai kecil dikenal dengan istilah cabai rawit sedangkan cabai besar dikenal dengan istilah cabai merah.
Berdasarkan tingkat kepedasannya cabai dikelompokkan ke dalam empat golongan berdasarkan aturan pasar internasional. Cabai berdasarkan tingkat
kepedasannya dibagi menjadi cabai dengan tingkat kepedasan sangat pedas, kepedasan pertengahan kepedasan kurang dan tidak pedas. Masing-masing kelompok
cabai memiliki bentuk fisik serta kegunaan yang berbeda-beda Suyanti, 2007. Setiap petani memiliki perhitungan agribisnis cabai yang berbeda-beda
tergantung pada sistem pengelolaan dan seberapa besar intensitas perawatan. Budidaya cabai dengan intensitas perawatan yang tinggi tentunya akan
mengakibatkan lebih besarnya biaya produksi dibandingkan dengan budidaya cabai secara sederhana. Hal ini tentunya juga akan sejalan dengan hasil yang akan
diperoleh. Budidaya cabai dengan intensitas perawatan yang lebih tinggi akan menghasilkan produksi yang lebih besar dan berkualitas. Topan 2008 melakukan
perhitungan agribisnis cabai secara umum dengan menggunakan beberapa asumsi tertentu. Asumsi tersebut terdiri dari aspek-aspek seperti periode produksi, status
Universitas Sumatera Utara
lahan, populasi tanaman, jenis cabai, jumlah produksi, produktivitas, harga jual dan perhitungan bunga bank.
Pembangunan pertanian menuju usahatani yang tangguh dimaksudkan sebagai upaya mewujudkan usahatani masa depan yang tegar dalam posisinya.
Usahatani sebagai organisasi dari alam, kerja, dan modal yang ditujukan kepada produksi dilapangan pertanian, dimana usahatani yang semata-mata menuju kepada
keuntungan terus menerus, dan bersifat komersiil Bachtiar Kivia, 1980 dalam Hernanto, 1996.
Tujuan utama dari pendekatan pembangunan pertanian secara nasional adalah mengelola usahatani dengan maksud untuk mempertinggi penghasilan keluarga
petani guna meningkatkan taraf hidupnya baik yang bersifat materiil maupun sosial budaya Tohir, 1991. Dalam rangka meningkatkan produksi dan tingkat pendapatan
perlu diupayakan usaha perluasan lahan penanaman serta inovasi baru dalam teknologi budidaya cabai. Salah satu cara yang memungkinkan adalah dengan
terobosan teknologi budidaya cabai yang mampu menghasilkan produksi tinggi pada luasan lahan yang terbatas. Teknologi tersebut berupa penggunaan benih hibrida,
mulsa, pemeliharaan secara intensif, serta ditunjang oleh pengelolaan yang profesional Prajnanta, 1999.
Universitas Sumatera Utara
2.2. Landasan Teori 2.2.1. Sistem Pengelolaan