Kritik W.Montgomery Watt atas Pengalaman Kenabian Muhammad

Kritik W.Montgomery Watt atas Pengalaman Kenabian Muhammad

Muliyana Sari & Elis Maryanti

Ia dilahirkan pada 14 Maret 1909 di Ceres, Fife, Scotland. Semasa ia baru berusia

14 bulan, ayahnya yaitu Andrew Watt telah meninggal dunia. Jenjang pendidikannya ditempuh di berbagai tempat dari Skotlandia hingga Jerman. Ia mengawali jenjang pendidikannya di Akademi Larkhall, Scotland dari tahun 1914-1919, lalu melanjutkan ke George Watson College di Edinburgh dan Universiti Edinburgh dari tahun 1927-1930. Seterusnya ia ke Balliol College, Universitas Oxford dari tahun 1930-1933, dan Universitas Jena (Friedrich-Schiller-Universität) di Jerman pada tahun 1933.

Sekembali dari Jerman, Watt kembali belajar di Universitas Oxford pada tahun 1938 hingga 1939, lalu kembali lagi ke Universitas Edinburgh dari tahun 1940 hingga 1943. Tidak lama setelah itu, ia bekerja sebagai pemantau di beberapa buah gereja di sekitar London dan Edinburgh. Ia adalah seorang paderi yang bermazhab Episkopal di Gereja Episkopal Skotlandia (the Scottish Episcopal Church). Ia juga seorang pakar Bahasa Arab yang mengajar para uskup atau bishops, yaitu ketua pendeta Kristen aliran Anglikan di Bait al-Maqdis dari tahun 1943 hingga 1946.

Selain itu, sebagai pendeta ia turut menjadi anggota Komunitas Iona (Iona Community) yang berupaya menyatukan aliran-aliran Kristan yang berpusat di Skotlandia pada tahun 1960. Ia menjabat sebagai ketua jurusan Bahasa Arab dan Pengkajian Islam di Universitas Edinburgh dari tahun 1947 hingga 1979. Pada saat yang sama, ia juga dilantik sebagai dosen tetap di sana pada tahun 1964, selain menjadi visiting professor di beberapa universitas luar negeri, seperti Universitas Toronto 1963 dan 1978, Colege de France di kota Paris pada tahun 1970, Universitas Georgetown di Washington pada tahun 1978 hingga 1979. Mempertimbangkan keahliannya di bidang kajian Islam, ia diberikan penghargaan dari Universitas Aberdeen.

Watt banyak menghasilkan karya. Setelah pensiun, ia diberikan gelar Profesor Emeritus dalam bidang Bahasa Arab dan Pengajian Islam di Universitas Edinburgh. Watt dikenali sebagai orang bukan Islam yang paling depan dalam menerjemahkan ajaran Islam di Barat. Ia juga adalah salah seorang tokoh sarjana yang cukup berpengaruh di

bidang Pengajian Islam, dan sering disebut oleh para sarjana Islam. 88

88 http://mohdfikri.com/blog/biografi-tokoh/tokoh-orientalis/william-montgomery-watt-1909-2006.html

Pandangan Watt tentang Wahyu dan Kenabian Muhammad

Menurut Watt, pengakuan Muhammad bahwa ia merupakan seorang nabi dan rasul serta menerima pesan-pesan dari Tuhan yang harus disampaikan kepada rekan-rekan Arabnya, telah dikritik dan diserang bahkan sejak hari pertama klam tersebut dikemukakan. Dari al-Qur’an sendiri diketahui bahwa orang-orang pagan menyebut

pesan keTuhanan itu sebangai dongeng-dongeng masa silam (asatir al-awwalin), 89 sementara orang-orang Yahudi Madinah pun mengejek klaim Nabi Muhammad tersebut dengan banyak kritikan. Kritik-kritik semacam ini kemudian diikuti oleh para sarjana Kristen di Eropa.

Di Eropa abad pertengahan, terdapat konsepsi yang terinci tentang Muhammad sebagai Nabi palsu, yang hanya berpura-pura telah menerima pesan dari Tuhan. 90 Sulit memang membuang konosepsi tersebut dari kepala para orientalis Eropa hingga masa Watt hidup, sehingga meluruskan propaganda abad tengah semacam ini atau lainnya dari fikiran bangsa Eropa dan ummat Kristen, menurutnya, hanya bisa dilakukan secara

perlahan. 91 Adapun para sarjana yang telah mengkritik terhadap kenabian Nabi Muhammad

Saw, seperti dituliskan oleh Watt dalam Bell’s Introduction to the Qur’an, di antaranya:

1. Thomas Carlyle yang menertawakan Muhammad sebagai seorang penipu yang menjadi pendiri salah satu agama besar dunia.

2. Gustav Weil yang berusaha membuktikan kalau Muhammad Saw menderita penyakit ayan.

3. Aloys Sprenger yang mengusulkan ejekan tambahan bahwa Nabi Muhammad mengidap penyakit hysteria.

4. Sir William Muir yang mempertahankan semacam pendapat Muhammad sebagai nabi palsu.

Di samping kritikan-kritikan para orientalis di atas terhadap kenabian Muhammad, ada pula beberapa orientalis yang menyakini akan kenabian Muhammad, seperti:

1. Frans Buhl yang menekankan kemaknaan kesejarahan yang bermakna luas dari gerakan keagamaan yang diinagurasi Muhammad.

2. Richard Bell yang berbicara tentang karakter praktis dan faktual dari kegiatan Muhammad pribadi dan bahkan sebagai seorang nabi.

3. Tor Andrae yang menelaah pengalaman Nabi dari sudut psikologi dan menemukan bahwa pengalaman kenabian tersebut benar-benar sejati. Ia juga berpendapat bahwa Muhammad memiliki pesan kenabian bagi masa dan

generasinya. 92

89 Misalnya QS. 25:5, dimana ungkapan ini diikuti dengan suatu tuduhan penipuan; ungkapan ini muncul sembilan kali dalam al-Qur’an. Dari translation, tampaknya Richard Bell memandang ungkapan tersebut berasal dari periade Madinah yang awal dan terkadang digunakan

orang-orang Yahudi; tetapi bagian-bagian wahyu dimana ungkapan itu muncul biasanya dihitung sebagai bagian-bagian wahyu periode Mekkh. Cf. NS, i, hlm. 16; Jeffery, Foreign Vocabulary, S.V.

90 Cf. Norman Daniel. Islam and the West: the Making of an Image. Edinburgh, 1960, bab 2. 91 Montgomery Watt, William. Bell’s Introduction to the Qur’an. Edinbrurgh University Press. 1970.h. 28-29. 92 Mohammed the Man and his Faith, hlm. 47-52.

Menurut Watt, dari sekian pandangan di atas, khususnya beberapa kritik yang bersifat merugikan, perhatian mereka lebih ditumpukan pada hadits-hadits tertentu ketimbang pada al-Qur’an sendiri. Menurutnya, tidak masuk akal jika seorang yang menderita penyakit ayan, hysteria, atau gangguan emosi yang tidak terkendali bisa menjadi pemimpin aktif dalam ekspedisi-ekspedisi militer, atau pemandu yang berpandangan luas dan tenang dari suatu negara-kota dan suatu masyarakat keagamaan yang sedang berkembang. Dalam masalah-masalah semacam ini prinsip yang seharusnya dipegang oleh sejarawan adalah data al-Qur’an dan hanya menerima hadits sepanjang selaras hasil kajian terhadap al-Qur’an. Dengan demikian konsepsi-konsepsi abad pertengahan sudah semestinya dikesampingkan, dan Muhammad harus dipadang sebagai seorang yang tulus serta telah mengemukakan secara jujur pesan-pesan yang

diyakininya berasal dari Tuhan. 93

William Montgomery Watt beranggapan bahwa pada Muhammad terdapat kedalaman dari imajinasi kreatif, dan gagasan-gahasan yang dilahirkan sebagian besar adalah benar dan baik. Khususnya terdapat pada satu soal yang nampaknya tidak sehat, gagasan bahwa wahyu atau hasil imajinasi kreatif itu lebih tinggi dari tradisi manusia biasa sebagai sumber fakta sejarah yang telanjang. Terdapat beberapa ayat dalam al- Qur’an (11: 49; 3: 39; 12: 103) yang menyatakan bahwa orang bisa mengakui bahwa imajinasi kreatif mampu memberikan interprestasi yang baru dan lebih benar tentang

suatu peristiwa sejarah, akan tetapi membuatnya sebagai sumber dari fakta telanjang 94

adalah berlebih-lebihan dan tidak benar. 95

Jadi, menurut William Montgomery Watt, Muhammad adalah seorang yang imajinasi kreatifnya bekerja dalam tingkat yang paling dalam dan menghasilkan gagasan-gagasan yang relevan pada pertanyaan sentral keberadaan manusia, sehingga agamanya mempunyai himbauan yang tersebar luas, tidak hanya pada abadnya melainkan pada abad-abad sesudahnya. Tidak semua gagasan-gagasan yang didakwahkannya benar dan tidak, akan tetapi rahmat Tuhan telah memungkinkan memberikan agama yang lebih baik pada jutaan manusia dari yang mereka punyai

sebelum “mengakui tak ada Tuhan kecuali Allah dan Muhammad adalah Rasul Allah”. 96

Motivasi, Pendekatan, dan Sikap

Motivasi William Montgomery Watt dalam mengkaji Islam berawal dari sebuah penelitian, ketika ia bertindak sebagai seorang yang ahli dalam Islam, dan bukan seorang yang ahli mengenai sejarah peradaban Barat. Itu berarti dalam membahas subyek yang didekatinya ia benar-benar berupaya untuk memahaminya, bukan atas dorongan yang lain. Gagal atau tidaknya upaya untuk memahami Islam tersebut menjadi

persoalan lain. 97 Watt sangat bersimpati kepada Islam, dan hal ini terlihat dari buku-

93 Montgomery Watt, William. Bell’s Introduction to the Qur’an. Edinbrurgh University Press. 1970.h. 28-29 94 Masalah ini terutama menyangkut orang-orang kristen, sebab al-Qur’an menolak fakta telanjang tentang kematian Yesus di atas kayu

salib. Tujuan utama dari al-Qur’an adalah menolak penafsiran orang-orang Yahudi tentang penyaliban sebagai kemenangan mereka sendiri. 95 William Montgomery Watt. Muhammad Nabi dan Negarawan. h. 247.

96 William Montgomery Watt. Muhammad. Nabi, dan Negarawan. h. 248. 97 William Montgomery Watt. Islam dan Peradaban Dunia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. 1972.h. x.

bukunya diantaranya Muhammad at Mecca, Muhammad at Madina, Muhammad Prophet and Statesmen dan lain-lain. Tampak sekali watt sangat mengagumi ia dan banyak

memberi ulasan yag simpatik mengenai perjuangannya. 98

William Montgomery Watt dalam memaparkan tentang pengalaman kenabian Muhammad menggunakan pendekatan sosio-historis karena dalam menjelaskan tentang pengalaman kenabian Muhammad ia lebih banyak menjelaskan kepada sejarah. Mulai dari awal kenabian Muhammad sampai Muhammad meninggal dunia.

Menurut penulis, William Montgomery Watt menjadi ahli Islam yang non-muslim, seorang pengamat yang melakukan observasi dari luar. William Montgomery Watt adalah salah seorang ahli mengenai Islam yang sangat produktif dan diakui otoritasnya sepanjang tiga dekade. Jika seorang pengkritik orientalisme paling pedas seperti Edward W. Said tidak membicarakan Watt dalam bukunya yang masyhur, Orientalism: Western Conceptions of the Orient (1978), maka kenyataan ini mungkin menjadi sebuah pengakuan bahwa Watt memang cenderung lebih objektif dalam melakukan analisis

terhadap Islam. 99

98 William Montgomery Watt. Islam dan Peradaban Dunia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. 1972.h.i x-x. 99 William Montgomery Watt. Islam dan Peradaban Dunia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. 1972.h. x

Bagian Kedua BARAT DAN METODOLOGI PENAFSIRAN AL-QUR’AN